BAB IV Hasil Dan Pembahasan

35
41 41 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keadaan Umum Lokasi Praktek kerja Lapangan Balai pengembangan budidaya air payau (BPBAP) sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, mempunyai tugas membantu sebagian tugas Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur dalam bidang teknis tertentu, yang tertuang dalam fungsi pelayanan, pembinaan dan pengujian lapangan (kaji terap) sesuai dengan tugas yang telah digariskan. Untuk meningkatkan fungsi dan peranan UPT-PABP pada tahun anggaran 2007 sebagai kelanjutan dari Tahun Anggaran sebelumnya, Kegiatan Budidaya Tambak masih diarahkan pada kegiatan budidaya udang dan bandeng dengan berbagai teknologi dalam upaya untuk mengantisipasi permasalahan budidaya tambak saat ini. Berbagai kajian teknologi budidaya tambak telah dilakukan yang mengarah pada budidaya ramah lingkungan.sedangkan kegiatan perbenihan diarahkan pada pembenihan udang windu sepenggal yang mengacu pada SNI. Kegiatan Pengendalian Mutu diaplikasikan dalam bentuk pelayanan pengujian laboratorium penyakit ikan dan lingkungan bagi masyarakat. a. Sejarah UPT-PBAP Bangil UPT pengembangan Budidaya Air Payau bangil berdiri dengan bantuan dana PBN dan APBD jawa Timur tahun anggaran 1997/1978. Berdasarkan

description

pada bab ini dijelaskan mengenai hasil praktek kerja lapang yang dilakukan di UPT-PBAP Bangil Pasuruan

Transcript of BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Page 1: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

41

41 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Keadaan Umum Lokasi Praktek kerja Lapangan

Balai pengembangan budidaya air payau (BPBAP) sebagai salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa

Timur, mempunyai tugas membantu sebagian tugas Kepala Dinas Perikanan dan

Kelautan Propinsi Jawa Timur dalam bidang teknis tertentu, yang tertuang dalam

fungsi pelayanan, pembinaan dan pengujian lapangan (kaji terap) sesuai dengan

tugas yang telah digariskan.

Untuk meningkatkan fungsi dan peranan UPT-PABP pada tahun anggaran

2007 sebagai kelanjutan dari Tahun Anggaran sebelumnya, Kegiatan Budidaya

Tambak masih diarahkan pada kegiatan budidaya udang dan bandeng dengan

berbagai teknologi dalam upaya untuk mengantisipasi permasalahan budidaya

tambak saat ini. Berbagai kajian teknologi budidaya tambak telah dilakukan yang

mengarah pada budidaya ramah lingkungan.sedangkan kegiatan perbenihan

diarahkan pada pembenihan udang windu sepenggal yang mengacu pada SNI.

Kegiatan Pengendalian Mutu diaplikasikan dalam bentuk pelayanan pengujian

laboratorium penyakit ikan dan lingkungan bagi masyarakat.

a. Sejarah UPT-PBAP Bangil

UPT pengembangan Budidaya Air Payau bangil berdiri dengan bantuan

dana PBN dan APBD jawa Timur tahun anggaran 1997/1978. Berdasarkan

Page 2: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

42

keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingakat I Jawa Timur No. 23 tahun 1987

tanggal 29 Januari 1987 tentang susunan organisasi dan tata kerja UPT Dinas

Perikanan Propinsi Daerah tingkat I Jawa Timur (Balai Pengembangan Budidaya

air Payau, 2006).

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 48 Tahun 2001

tanggal 14 Desember 2001 tentang Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis

Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, UPT PBAP melaksanakan

tugas operasional di bidang Pengembangan Budidaya Air Payau dengan tugas

pokok melaksanakan pengelolaan, pengadaan dan pendistribusian benih,

pengendalian mutu, budidaya ikan serta pelatihan dan keterampilan budidaya air

payau. Fungsi dari UPT PBAP Bangil adalah menyusun rencana dan program

kegiatan pengembangan budidaya air payau, pelaksana perbenihan air payau,

pelaksana distribusi/pemasaran benih dan induk ikan air payau, pelaksana

budidaya air payau, pelaksana perawatan dan pemeliharaan bahan, sarana dan

prasarana pendukung pengembangan budidaya ikan air payau, pelaksana

pengembangan dan penerapan teknologi perikanan air payau, pelaksana pengujian

kualitas air, hama dan penyakit ikan air payau, pelaksana pengawasan dan

pengendalian standar mutuhasil perikanan air payau, pelaksana pelatihan dan

keterampilan pemvbudidaya air payau, pelaksana ketata usahaan dan rumah

tangga serta pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur.

Page 3: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

43

b. Struktur Organisasi

UPT-PBAP Bangil bertanggung jawab kepada Dinas Perikanan Daerah

Propinsi Tingkat I Jawa Timur. Susunan organisasi PBAP Bangil terdiri atas:

Kepala Balai, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perbenihan, Seksi Pengendalian

Mutu, Seksi Budaya, Seksi Budidaya, Seksi Pelatihan dan Keterampilan,

Kelompok Jabatan Fungsional. Sub Bagian dan Kepala Seksi yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Balai. Struktur organisasi dapat

dilihat pada Lampiran.

Kepala Balai mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan,

mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan tugas-tugas unit. Sub Bagian Tata

Usaha bertugas melaksanakan kelola surat-menyurat, urusan rumah tanggadan

kearsipan, melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, melaksanakan

pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor dan melaksanakan tugas-tugas lain

yang diberikan oleh Kepala Balai. Seksi Perbenihan bertugas merencanakan

kegiatan operasional perbenihan, kebutuhan sarana dan peralatan kerja serta

tenaga kerja, melaksanakan operasional perbenihan dan distribusi/pemasaran

benih sesuai standar mutu, melaksanakan kegiatan kaji terapan teknologi

perbenihan, malakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan operasional

perbenihan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai.

Seksi Pengendalian Mutu bertugas mengumpulkan data dan bahan pengkajian

dalam rangka pengendalian mutu, menetapkan sistem jaminan mutu yang diakuai,

melaksanakan dan memverifikasi pekerjaan yang berkaitan/mempengaruhi mutu

produk, mengidentifikasikan dan mencatat setiap masalah yang berkaitan dengan

Page 4: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

44

mutu produk, membuat rekomendasi pemanfaatan teknologi untuk

penyelenggaraan pelatihan, melakukan kegiatan uji laboratorium untuk kualitas

air, hama dan penyakit budidaya air payau untuk memenuhi standar mutu,

menyusun tolak ukur dan pedoman standar pengembangan budidaya ikan air

payau, melakukan monitoring dan evaluasi hasil pengujian budidaya ikan air

payau dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai.

Seksi Budidaya bertugas merencanakan kegiatan operasional budidaya,

kebutuhan sarana dan peralatan kerja serta tenaga kerja, melaksanakan

operasional budidaya dan distribusi/pemasaran hasil, melaksanakan

pengembangan produktivitas usaha budidaya ikan air payau melalui kaji terap

teknologi, melakukan monitoring dan evaluasi peningkatan produktivitas

budidaya ikan air payau dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Balai. Seksi Pelatihan dan Keterampilan bertugas menyusun rencana

program pelatihan dan keterampilan budidaya air payau, menyusun kurikulum,

silabus dan jadwal pelaksanaan pelatihan dan keterampilan budidaya air payau,

menyusun dan menyiapkan materi serta penugasan instruktur sesuai dengan

program pelatihan, melakukan administrasi pelatihan keterampilan dan

penyelenggaraan pelatihan budidaya air payau, melakukan monitoring dan

evaluasi pelaksanaan pelatihan dan keterampilan budidaya air payau, menyusun

laporan pelaksanaan pelatihan dan keterampilan budidaya air payau dan

melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai.

Page 5: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

45

Berdasarkan Laporan Tahunan PBAP tahun 2006 jumlah personil pada

tahun 2006 terdiri dari 32 orang yaitu pegawai negeri sipil sebanykan 19 orang,

tenaga honorer sebanyak 11 orang dan pendega tambak sebanyak 2 orang.

c. Letak Geografis dan Keadaan Alam Sekitar Lokasi

Lokasi PBAP beralamat di Jalan Perikanan No. 746 dan terletak di Desa

Kalianyar, kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Denah

lokasi PBAP Bangil dapat dilihat pada lampiran 2. Secara geografis Desa

Kalianyar terletak pada 70 15’ LS – 80 15’ LS dan 1120 BT – 1130 BT dengan

ketinggian wilayah 4 m dari permukaan laut. Desa Kalianyar sebelah utara

berbatasan dengan selat Madura, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Kalirejo, sebelah barat berbatasan dengan Desa Tambakan dan Sebelah Timur

berbatasan dengan Desa Masangan.

Desa Kalianyar terbagi atas 15 RT dan 6 RW. Luas keseluruhan Desa

Kalianyar adalah 11.809.150 m2. Keadaan pantai Desa Kalianyar adalah landai

berlumpur, dengan Topografi tanahnya adalah datar, rata dan tidak bergelombang.

Perbedaan pasang-surut berkisar antara 0,5 – 2 m, dengan curah hujan 8 mm per

tahun dan suhu udara berkisar antara 28-320 C. denah Lokasi Kalianyar dapat

dilihat pada Lampiran.

Daerah sekitar lokasi merupakan daerah pemukiman penduduk yang cukup

padat dan sebagian besar berupa areal pertambakan (82,34%), sehingga sebagian

sebesar mata pencaharian penduduk Desa Kalianyar sebagai petambak.

Komoditas yang diusahakan pada umumnya adalah bandeng, udang windu dan

Page 6: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

46

vaname. Tidak jauh dari lokasi PBAP Bangil terdapat pasar ikan yang sebagian

besar ikan diperoleh dari nelayan dan petambak di wilayah tersebut.

d. Sarana dan Prasarana

Agar usaha budidaya berjalan dengan lancar maka sangat diperlukan sarana

dan prasarana yang menunjang. Sarana berupa alat dan bahan yang diperlukan

dalam pengelolaan tambak sebagai berikut :

Alat Bahan

Pompa air, Saringan Hapa Kaporit

Pompa celup (DAP), Pipa spiral Pakan alami (Pellet)

Kincir air, Diesel Probiotik

Timbangan, blower Pupuk

Ember Kapur (zeolit)

Genset Air payau

Bak filter Benur udang vannamei

selain itu faktor pendukung yang sangat penting peranannya dalam bidang

budidaya udang vannamei ini adalah prasarana yang tersedia di lingkungan UPT-

PBAP, adapun prasarana yang dimiliki oleh PBAP Bangil sbb:

Jenis Prasarana Luas (m2)

Atas Industri gelondongan 250 m2

Filter air 14,10 m2

Unit tambak :

Rumah genset 36 m2

Tabel 3. Alat dan Bahan

Tabel 4. Prasarana UPT-PBAP Bangil

Page 7: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

47

Rumah jaga tambak 36 m2

Jembatan kayu 2 m2

Lahan tambak unit 1 5,7 Ha

Saluran penampung air 5.000 m2

TP 1 981 m2

TP 2 865 m2

TP 3 1.061 m2

TP 4 969 m2

RP 1 7.067 m2

RP 2 8.600 m2

RP 3 3.800 m2

RP 4 3800 m2

RP 5 9.150 m2

RP 6 8.800 m2

RP 7 2.780 m2

RP 8 2.780 m2

Lahan tambak unit II 6 Ha

Denah lokasi tambak unit I dan unit II dapat dilihat pada lampiran.

2. Jadwal Kegiatan Harian PKL

Hari / tanggal Waktu Kegiatan Keterangan

Senin, 6 Juli 2009 07.00 – 07.15

09.00 – 09. 15

10.00 – 12.00

15.00 – 15.15

Apel pagi

Memberi makan pellet udang vaname di bak

conical.

Pengarahan dari kepala Balai (Bu Ninik Setyorini, M.T.)

Apel sore

Dilakukan oleh seluruh peserta PKL

Dilakukan penulis sendiri dengan

bimbingan dari pembimbing

lapangan.

Diikuti oleh Mahasiswa UNESA

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Tabel 5. Jadwal harian Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Page 8: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

48

Selasa, 7 Juli 2009 07.00 – 07.15

08.00 – 11.00

15.00 – 15. 15

Apel pagi

Observasi kerja lapangan dengan pembimbing

lapangan.

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Rabu, 8 Juli 2009 07.00 – 07.15

09.00 – 10.00

10.00 – 10.10

13.00 – 13.30

Apel pagi

Pembuatan filter arang + ijuk di bak conical.

Pengambilan sampel udang vaname di bak

conical.

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilakukan oleh pihak Lab.

Dilaksanakan oleh penulis

Kamis, 9 Juli 2009 07.00 – 07. 15

08.00 – 11.30

17.00 – 17.30 dan

22.00 – 22.35

13.00 – 14.00

15.00 – 15.15

Apel pagi

Pembuatan filter arang + ijuk di bak conical.

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Menyifon bak di pembenihan

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis dengan

dibantu Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilakukan oleh penulis dengan

bimbingan dari Bapak Uman A.Md.

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Jum’at, 10 Juli 2009 07.00 – 07.15

07. 30 – 08.00

08.00 – 11.30

13.00 – 13. 30 dan

17.00 – 17. 30

15.00 – 15.15

Apel pagi

Memberi makan ikan nila di RP 7 (tambak

intensif).

Pembuatan filter arang + ijuk di bak conical.

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis dan

beberapa peserta PKL

Dilaksanakan oleh penulis dan

beberapa peserta PKL

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Senin, 13 Juli 2009 07.00 – 07.15

09.00 – 09.30,

13.00 – 13.45,

17.00 – 17.40,

22.00 – 22.30

Apel pagi

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Page 9: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

49

12.00 – 13.00

15.00 – 15.15

Pengarahan dari Kepala Balai

Apel sore

Pengarahan terkait dengan usaha

produksi soka dan pembuatan

jembatan

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Selasa, 14 Juli 2009 07.00 – 07.15

08.00 – 11.30

13.00 – 13.30,

17.00 – 17.20

15.00 – 15.15

Apel pagi

Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba

Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla

serrata.

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh peserta PKL

putra (Mahasiswa) > jembatan &

oleh peserta PKL putri (Mahasiswi)

> setting ketranjang

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Rabu, 15 Juli 2009 07.00 – 07.15

08.00 – 11.30

09.00 – 09.30,

13.00 – 13.30,

22.00 – 23.00,

15.00 – 15.15

16.00 – 17.00

Apel pagi

Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba

Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla

serrata.

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Apel sore

Mengambil sisa udang yang mati di RP (Rearing

Pond) 8

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh peserta PKL

putra (Mahasiswa) > jembatan &

oleh peserta PKL putri (Mahasiswi)

> setting ketranjang

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis dan

sebagian peserta PKL dari

UNIBRAW,SMK Turen, dan

UNAIR

Kamis, 16 Juli 2009 06.00 – 06.30

07.00 – 07.15

08.00 – 11.30

Memberi makan pellet udang vaname di bak

conical

Apel pagi

Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba

Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla

serrata.

Dilaksanakan oleh penulis

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Page 10: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

50

15.00 – 15.15

17.00 – 17. 30

22.00 – 22.30

Apel sore

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis

Jum’at, 17 Juli 2009 07.00 – 07.15

08.00 – 11.30

13.00 – 14.00

14.00 – 14.15

17.00 – 17. 20,

22.00 – 22. 30

Apel pagi

Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba

Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla

serrata.

Menguras sisa air di RP 8 (tambak intensif)

dengan menggunakan mesin diesel

Apel sore

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis

Senin, 20 Juli 2009 07.00 – 07.15

08.00 – 08.50

09.00 – 09. 30,

13.00 – 13. 40,

17.00 – 17.30

15.00 – 15. 15

Apel pagi

Memberi makan ikan nila di RP 7 (tambak

intensif)

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Selasa, 21 Juli 2009 06.00 – 08.00

07.00 – 07.15

06.00 – 06.30,

09.00 – 09.30,

13.00 – 13.40,

17.00 – 17.30,

22.00 – 23.00

15.00 – 15.15

21.00 – 04.00

Mutilasi kepiting dan tebar kepiting 10 kg

Apel pagi

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Apel sore

Jaga tambak

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL

Dilaksanakan oleh mahasiswa

UNESA

Rabu, 22 Juli 2009 07.00 – 07.15

08.00 – 09.00

09.00 – 09.30,

Apel pagi

Mengukur kualitas air di bak conical

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Page 11: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

51

13.00 – 13.40,

17.00 – 17.30

15.00 – 15.15

19.30 – 22.00

vaname di bak conical

Apel sore

Mutilasi kepiting Scylla serrata 10 kg

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Kamis, 23 Juli 2009 06.00 – 06.30,

17.00 – 17.30,

22.00 – 23.00

07.00 – 07.15

08.00 – 12.00

13.00 – 15.00

15.00 – 15.15

15.00 – 18.00

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Apel pagi

Panen ikan nila di RP 7 (tambak intensif)

Seminar peserta PKL dari UNIBRAW

Apel sore

Mutilasi kepiting Scylla serrata 11,5 kg

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dihadiri oleh seluruh pesert PKL

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh penulis dan

beberapa peserta PKL.

Jum’at, 24 Juli 2009 07.00 – 07.15

08.00 – 09.00

09.00 – 09. 30

14.00 – 14.15

Apel pagi

Menyifon bak conical

Memberi pakan pellet udang vaname di bak

conical

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh Yasmat (siswa

SMK Turen)

Dilaksanakan oleh penulis dan

Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Senin, 27 Juli 2009 05.30 – 06.45

07.00 – 07.15

08.00 – 08.45

09.00 – 09. 30,

13.00 – 13.30.

17.00 – 17.30,

22.00 – 23.00

15.00 – 15. 15

15.15 – 18.00

Membantu Andika memberi makan kepiting

Apel pagi

Mengukur kualitas air di bak conical

Memberi makan (pellet + probiotik) udang

vaname di bak conical

Apel sore

Mutilasi kepiting dan tebar kepiting 6 kg

Penulis dan Andika

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh penulis

Dilaksanakan oleh Yasmat (siswa

SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan beberapa peserta

PKL.

Selasa, 28 Juli 2009 01.00 – 04.00

07.00 – 07.15

Panen udang vaname di bak conical

Apel pagi

Dilaksanakan oleh peserta PKL

Putra.

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

Page 12: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

52

15.00 – 15. 15

16.00 – 17.30

Apel sore

Membantu Andika memberi makan kepiting

PKL.

Penulis dan Andika

Rabu, 29 Juli 2009 05.00 – 08.00

07.00 – 07.15

08.00 – 10.00

15.00 – 15.15

19.30 – 23.00

Mutilasi dan tebar kepiting Scylla serrata 5,5 kg

Apel pagi

Melakukan proses pengeringan bak conical

Apel sore

Membuat rel untuk KKA hitam (soliter)

Diikuti oleh Penulis dan beberapa

peserta PKL.

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Penulis beberapa peserta PKL.

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Penulis dan Andika

Kamis, 30 Juli 2009 07.00 – 07.15

07.15 – 09.00

09.00 – 11.30

15.00 – 15.15

Apel pagi

Mutilasi dan tebar kepiting Scylla serrata 7,5 kg

Membersihkan bak conical dari hama (Balanus

sp.) dengan kaporit

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Penulis & beberapa peserta PKL.

Penulis & beberapa peserta PKL

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Jum’at, 31 Juli 2009 06.00 – 07.00

07.00 – 07.15

08.00 – 11.00

14.00 – 14.15

Membantu Andika memberi makan kepiting

Apel pagi

Membersihkan bak conical dari hama tritip

(Balanus sp.) dengan kaporit tahap 2

Apel sore

Penulis, Wildan dan Andika

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Penulis & beberapa peserta PKL

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Senin, 03 Agustus

2009

07.00 – 07.15

09.00 – 11.30

14.00 – 14.30

15.00 – 15.15

Apel pagi

Membersihkan bak conical dengan

menggunakan air dari sungai

Monitoring kualitas air di TP 2 (tambak semi

intensif)

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh penulis &

Yasmat (siswa SMK Turen)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Selasa, 04 Agustus

2009

07.00 – 07.15

09.00 – 15.00

Apel pagi

Presentasi peserta PKL (SMK Turen &

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Page 13: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

53

15.00 – 15.15

Mahasiswa UNIBRAW)

Apel sore

Dihadiri oleh seluruh peserta PKL

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Rabu, 05 Agustus

2009

06.00 – 07.00

07.00 – 07.15

08.00 – 12.00

15.00 – 15.15

Panen soka secara continue di TP 2 (tambak

semi intensif)

Apel pagi

Mengapur dinding dan dasar bak conical

kemudian dikeringkan

Apel sore

Dilaksanakan oleh penulis, Wildan,

dan Andika

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Penulis & beberapa peserta PKL

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Kamis, 06 Agustus

2009

07.00 – 07.15

08.00 – 10.00

10.00 – 13.00

14.00 – 15.00

15.00 – 15.15

16.00 – 18.00

Apel pagi

Membuat pagar tambak RP 8

Presentasi peserta PKL (Mahasiswa Universitas

Lampung)

Membersihkan bak conical dengan

menggunakan air dari sungai

Apel sore

Membantu panen soka di TP 2 (tambak semi

intensif)

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh penulis dan

beberapa peserta PKL

Dihadiri oleh seluruh peserta PKL

Dilaksanakan oleh penulis dan

beberapa peserta PKL

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Penulis, Andika, Ari, Johannes,

Yossep, dan Wildan

Jum’at, 07 Agustus

2009

06.00 – 07.00

07.00 – 07.15

14.00 – 14.15

Membantu Andika panen soka di TP 2 (tambak

semi intensif)

Apel pagi

Apel sore

Penulis, Wildan dan Andika

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Senin, 10 Agustus

2009

07.00 – 07.15

08.00 – 10.00

10.00 – 12.30

Apel pagi

Membersihkan dan mengeringkan ijuk + arang

dalam profil tank

Mengkaporit dinding dan dasar bak conical,

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Penulis dan Bapak Uman A.Md.,

Penulis & beberapa peserta PKL

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

Page 14: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

54

15.00 – 15.15

16.00 – 17.30

Apel sore

Membantu Andika panen soka

PKL.

Selasa, 11 Agustus

2009

07.00 – 07.15

08.30 – 10.00

15.00 – 15.15

16.00 – 17.30

Apel pagi

Memasukkan ijuk + arang ke dalam profil tank

Apel sore

Membantu Andika panen soka

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dikerjakan oleh penulis dan Andika

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Rabu, 12 Agustus

2009

02.00 – 03.00

07.00 – 07.15

09.00 – 11.00

15.00 – 15.15

Memasukkan air dari sungai ke dalam bak

conical

Apel pagi

Memperbaiki pematang di RP 3 (tambak

tradisional)

Apel sore

Dikerjakan oleh penulis dan Bapak

Uman A.Md.,

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Dikerjakan oleh penulis, Agung dan

Bapak Uman A.Md.,

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Kamis, 13 Agustus

2009

07.00 – 07.15

09.00 – 14.00

15.00 – 15.15

Apel pagi

Presentasi peserta PKL (Mahasiswa dari

UNESA bag.1) dengan penguji Bu Lia dan Pak

Wahyudi

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Penulis presentasi dengan urutan

ke 3

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Jum’at, 14 Agustus

2009

07.00 – 07.15

09.00 – 11.00

15.00 – 15.15

Apel pagi

Presentasi peserta PKL (Mahasiswa dari

UNESA bag.2) dengan penguji Bu Lia dan Pak

Wahyudi

Apel sore

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

Presentasi Yossep

Dilaksanakan oleh seluruh peserta

PKL.

3. Tahapan Kegiatan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dalam Bak Conical

ini meliputi :

a. Persiapan Lahan

Persiapan lahan merupakan awal dari kegiatan pembesaran yang bertujuan

agar produksi atau budidaya berjalan dengan baik. Persiapan lahan dilakukan

Page 15: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

55

dalam beberapa tahapan yaitu perbaikan kontruksi bak conical, pengeringan,

pemberantasan hama, pemasangan kincir, dan persiapan tambak.

Kontruksi bak conical terbuat dari beton seluruhnya baik dinding maupun

dasar kolam, luas mencapai 176,5 m2 dengan diameter 15 m, kedalaman kolam

mencapai 160 cm (1,6 m). Pasokan air yang digunakan dalam budidaya udang

vaname pada bak conical menggunakan air yang berasal dari sungai (payau) dan

air bor.

Perbaikan kontruksi bak conical

Pada tahap perbaikan kontruksi ini dilakukan apabila keadaan dinding

maupun dasar bak terdapat retakan sehingga akan mengakibatkan kebocoran baik

kecil maupun besar sehingga akan mengurangi volume air yang akan dimasukkan

nantinya. Perbaikan ini dilakukan dengan cara melapisi/menambal bagian bak

yang terdapat retakan dengan semen, adapun perbaikan yang lainnya meliputi

perbaikan pada saluran irigasi (pintu inlet ataupun outlet) dan pompanisasi karena

Dinding bak conical dari beton

Dasar bak conical dari beton

Gambar 11. Kontruksi bak conical

Page 16: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

56

pada bak conical dalam memasukkan air sangat bergantung pada proses pasang

surut air sungai yang bermuara pada laut.

Pengeringan

Tahap pengeringan yang dilakukan dalam tambak (bak conical) sangat

penting karena akan berpengaruh dalam terhadap kelangsungan udang vaname,

adapun pengeringan yang dilakukan dengan mekanisme mengurangi air pada

dasar bak conical hingga kedalaman air hanya setinggi 1 cm, Pengeringan

dilakukan selama 1 hari karena pengeringan terlalu lama akan mengakibatkan

dasar bak conical yang terbuat dari beton akan mengalami retak, sehingga akan

terjadi kebocoran pada bak apabila sudah diisi air. Pengeringan bertujuan untuk

memutus siklus hidup hama dan penyakit dengan cara menghambat sistem

tranmisinya, yaitu dengan cara membersihkan tritip (Balanus sp.) dan tiram

(Crassostrea sp.) dari dinding dan dasar bak conical dan selanjutnya akan

disemprot dengan air yang diambil dari sungai dengan menggunakan mesin

diesel, lalu dikeringkan selama 1 hari.

Pipa saluran air

selang Gambar 12. Proses pengeringan bak conical

Page 17: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

57

Pemberantasan hama dan penyakit

Hama merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu dan bahkan

dapat mengancam kehidupan udang Vanname. Untuk itu, hama tersebut harus

diantisipasi sedini mungkin agar tingginya mortalitas udang Vanname yang

disebabkan oleh hama dapat ditekan serendah mungkin.

Hama yang ditemukan di bak conical pada saat proses budidaya udang

vaname terdiri dari: hama pengganggu (parasit) meliputi tritip (Balanus sp.) dan

tiram (Crassostrea sp.), sedangkan untuk penyakit yang berasal dari virus baik

TSV (Taura Syndrome Virus) maupun BWSS (Bacterial White Spot Syndrome),

yang menyerang udang vaname tidak teridentifikasi, hal ini setelah dilakukan

proses pengujuan PCR (Polymerase Chain Reaction).

Proses Pencegahan dan penanggulangan hama dilakukan dengan cara

memberikan kaporit sebanyak 30 ppm pada dasar dan dinding bak conical lalu di

keringkan selama 1 hari, kemudian dibilas dengan air sungai, dikeringkan kembali

selama 1 hari lalu dikapur sebanyak 20 ppm, dikeringkan selama 1 hari kemudian

dibilas lalu di kaporit lagi, selain itu perlu diketahui bahwa dalam melakukan

pengapuran tidak melalui proses pembalikan tanah karena kontruksi bak conical

semuanya terbuat dari beton. Pemberian kaporit juga dilakukan pada kincir air

sebelum dipasang kembali, hal ini tentunya mengindikasikan bahwa dengan

proses pemberian kaporit dan kapur secara berulang-ulang merupakan tindakan

preventif (pencegahan) yang bertujuan untuk menekan terjadinya serangan

penyakit pada udang.

Page 18: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

58

Pengisian air

Setelah proses pemberantasan hama dan penyakit dilakukan, selanjutnya

kegiatan pengisian air pada tambak hingga air mencapai kedalaman 140 cm

dilakukan dengan mempertimbangkan pada aspek pasang-surut air sungai (akibat

dari pasang-surut air laut) yang berjarak ± 15 meter dari tambak, air yang telah

ada dibiarkan selama 2-5 hari dengan tujuan untuk mengetahui tingkat evaporasi

(penguapan) air pada petakan tambak yang akan dioperasionalkan. Selanjutnya

melakukan sterilisasi media air menggunakan kaporit 30 ppm pada intensitas

sinar matahari rendah dan disebar secara merata, kemudian diaerasi selama 1 jam

dengan kincir bertujuan supaya kaporit yang diaplikasikan tersebar secara merata

hingga ke dasar tambak.

Proses selanjutnya dilakukan pengamatan parameter kualitas air (pH, suhu,

salinitas, kadar logam, dan DO). Pengukuran parameter kualitas air ini bertujuan

Gambar 13. Proses pemberantasan hama dan penyakit dengan menggunakan

kaporit

kaporit

Page 19: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

59

untuk mengetahui kondisi air secara awal, sehingga pada saat penebaran benur

dapat disesuaikan.

Pemasangan kincir

Pemasangan kincir dilakukan setelah air sudah dimasukkan ke dalam bak

conical, jumlah kincir yang dimasukkan dalam petakan bak conical dengan luas

176,5 m2 dan diameter 15 m sebanyak 1 unit (sepasang). Pengoperasian kincir

dilakukan setiap hari yaitu hampir selama 24 jam penuh karena

mempertimbangkan faktor kualitas air, adapun kincir tidak dioperasikan

(dimatikan) hanya pada waktu memberikan makan udang, hal tersebut hanya

berlangsung selama (5 menit x 5 kali pemberian pakan dalam 1 hari) agar pakan

yang telah diberikan tidak hancur terlebih dahulu sebelum dimakan oleh udang

akibat dari arus yang ditimbulkan dari putaran kincir.

Pemupukan

Proses pemupukan awal dilakukan dengan aplikasi jenis pupuk urea 5-10

ppm yang dimasukkan ke dalam kantong, kemudian digantungkan agar kantong

Gambar 14. Pemasukan air pada bak conical

Profil tank

Pipa saluran

air

Page 20: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

60

yang berisi pupuk urea tidak sampai pada dasar bak conical (megambang). Tujuan

dari pemupukan media air untuk menyediakan unsur hara (nutrien) bagi pertumbuhan

dan kelangsungan hidup pakan alami yang berupa plankton, yaitu jenis fitoplankton

Skletonema sp., Chlorella sp., Tutraselmis sp., dan Dunaliella sp.

Biosecurity (keamanan dari kontaminasi)

Konsep biosecurity yang diterapkan pada bak conical meliputi pemagaran

semi permanen pada akses masuk keluar baik manusia maupun hewan, pada

pematang bak dikelilingi dengan lapisan/pagar kain kasa (waring) untuk

menjamin tidak adanya organisme lain yang masuk atau keluar, air yang masuk ke

dalam petakan tambak disaring terlebih dahulu dengan menggunakan hapa.

Gambar 15. Pemasangan kincir air pada bak conical

Kincir air

Gambar 16. Pemagaran sebagai konsep biosecurity terhadap manusia dan binatang ternak

Page 21: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

61

b. Pemilihan benur

Keberhasilan dalam kegiatan budidaya tambak tidak terlepas dari kualitas

benih yang ditebar. Tersedianya benih udang tepat jenis, tepat jumlah, tepat

waktu, tepat mutu dan tepat harga tidak hanya mampu menghasilkan produksi

maksimal tetapi juga akan menjamin kontinyuitas produksi di tambak. Namun

demikian, benih merupakan masalah utama di Indonesia karena masih sedikit

panti pembenihan (hatchery) yang mau menerapkan sistem yang terkontrol

terhadap kemungkinan adanya kontaminasi atau terjadinya infeksi virus yang

berbahaya (misal : WSSV). Sebagai petambak, benih harus dipilih dengan cermat

bahkan harus melewati beberapa tahapan pengujian (Arifin, 2007).

Pada saat penebaran benih perlu dilakukan adaptasi terhadap parameter

media air yang sesuai pada tingkat kelangsungan hidup (survival rate)

Litopenaeus vannamei. Benur yang dibeli berasal dari petambak Gresik Jawa

timur dengan panjang tubuh mencapai 5 mm. Adapun standar mutu udang vaname

yang dipilih adalah:

Gerakan lincah dan menantang arus.

Responsif terhadap terhadap gerakan dan kejutan.

Warna benur putih transparan dan cerah.

Adaptif terhadap perubahan salinitas, yaitu dengan menempatkan

benur pada salinitas standar 30 ppt kemudian ditempatkan pada

salinitas 0 ppt (air tawar).

Page 22: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

62

Penebaran benur di bak conical (bundar)

Waktu penebaran benur dilakukan pada pagi hari (pukul 05:00 WIB) atau

pada saat cuaca masih sejuk. Suhu air tambak pada saat penebaran benur

mencapai 30 0C, sedangkan salinitas air tambak hanya 5 ppt.

Proses aklimatisasi suhu dan pH pada air tambak dengan kantong plastik

yang terdapat benur udang vaname dilakukan dengan cara mengapungkan plastik

pengemas yang berisi benur udang vaname dalam keadaan tertutup ke dalam

petakan tambak yang diberi sekat bambu agar kantong plastik tidak terbawa arus

selama ± 30 menit, tindakan tersebut dilakukan hingga suhu dan pH air dalam

kemasan plastik mendekati atau sama dengan suhu dan pH pada air petakan

tambak yang dicirikan dengan munculnya embun di dalam plastik kemasan.

Aklimatisasi salinitas (kadar garam) dilakukan dengan cara mencampurkan

sebagian air tambak ke dalam kemasan plastik benur udang vaname sebanyak 1-2

liter, perlakuan tersebut di hentikan hingga salinitas air dalam kemasan plastik

mendekati atau sama dengan salinitas air petakan tambak. Pada saat kantong

plastik dibuka, benur yang telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan

tambak akan keluar sendiri dan langsung menyelam, tapi benur yang kurang sehat

akan tinggal diam dan mengapung di permukaan air. Padat penebaran benur yang

dilakukan mencapai 75.000 benur, dengan kepadatan/m2 mencapai 400 ekor.

c. Pemberian pakan

Berdasarkan spesifikasi teknologi yang akan diterapkan yaitu super intensif,

maka penyediaan pakan berasal dari pakan tambahan yang telah diolah dalam

Page 23: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

63

bentuk Fine crumble dan pellet. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pakan

udang mengandung (protein : 35%, crude fat : 5%, crude ash : 16%, crude fiber :

3%, moisture : 12%). Selain itu, lingkungan budidaya yang dikelola dengan baik

sangat dinamis dan mampu menyediakan pakan alami bagi udang dalam tambak.

Pemberian pakan yang diberikan yaitu mempunyai nilai Feeding rate (FR)

3% dari total biomassa dan pemberian pakan dilakukan secara bertingkat

tergantung dari umur udang. Frekuensi pemberian pakan yaitu 5 kali sehari yang

dimulai pada hari pertama dengan dosis disesuaikan dengan populasi udang

selama pemeliharaan.

Adapun jadwal pemberian pakan yang dilaksanakan oleh pengelola bak

conical sebanyak lima kali dengan estimasi waktu sebagai berikut :

Waktu (jam) Jenis pakan Banyak (kg)

06.00 pelet 1,1 kg

09.00 Pellet + probiotik 1,3 kg

13.00 Pellet 1,5 kg

17.00 Pellet + probiotik 1,7 kg

22.00 Pellet 1,4

Tabel 6. Jadwal pemberian makan udang vaname

pellet

pellet

probiotik

Gambar 17. Pemberian pakan pellet ditambahkan dengan probiotik

Page 24: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

64

Program pemberian pakan tersebut bersifat fleksibel, dimana jumlah pakan

dapat berubah–ubah tergantung pada tingkat nafsu makan udang. Beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan udang adalah: (1) kondisi dasar

tambak; (2) kualitas air; dan (3) tingkat kesehatan udang. Secara praktis, tingkat

nafsu makan udang dapat diketahui dengan pengontrolan anco yang dilakukan

setiap 5 dan 10 menit setelah pemberian pakan.

d. Sampling

Kegiatan sampling pertama akan dilakukan pada saat udang mencapai umur

40 hari pemeliharaan di tambak. Sedangkan sampling berikutnya dilakukan 10

hari sekali dari sampling sebelumnya. Adapun maksud dilakukan sampling adalah

untuk mengetahui kepadatan (populasi) udang, laju pertumbuhan, dan sekaligus

sebagai dasar dalam menetapkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh udang

vaname selama masa pemeliharaan.

Sampling dilakukan mengunakan anco selebar 1 m2 sebanyak 2 titik, udang

yang tertangkap segera dihitung dan ditimbang untuk mengetahui kepadatan, berat

rata–rata udang vaname dan ada atau tidaknya indikasi terserang penyakit. Setelah

itu, udang hasil sampling dikembalikan ke tambak pemeliharaan.

Udang vaname

Anco

Gambar 18. Sampling udang vaname dengan menggunakan anco

Page 25: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

65

e. Pengelolaan kualitas air

Selama proses pemeliharaan dilakukan pengelolaan kualitas air untuk

mencegah dan mengatasi adanya penurunan kualitas air. Jenis kegiatan yang

dilakukan tergantung pada hasil monitoring, monitoring kualitas air dilakukan 1

kali dalam 3-10 hari, yaitu pagi/siang hari saja. Adapun kualitas air yang

dimonitor meliputi salinitas, suhu, pH, kecerahan (transparansi), warna air,

amonia (NH3), logam Fe

2+, dan alkalinitas (tabel 3). Alat yang di gunakan untuk

mengetahui kualitas air pada bak conical dengan menggunakan termometer

(suhu), DO meter (oksigen terlarut), refraktometer (salinitas), pH meter (pH),

secchi disc (kecerahan).

pH meter refraktometer

DO meter

Secchi disc

Gambar 19. Peralatan yang digunakan untuk mengukur kualitas air

Page 26: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

66

Page 27: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

67

f. Panen

Pemanenan dilakukan pada waktu udang telah mencapai umur 63 hari (2

bulan lebih 3 hari) pemeliharaan di bak conical, adapun pemanenan ini termasuk

dalam kategori panen dini karena pada umumnya pemanenan udang vaname

dilakukan setelah umur pemeliharaan lebih dari 100 hari (Hasanuddin, 2009).

Permasalahan yang terjadi di bak conical dalam proses budidaya udang vaname

sehingga mengakibatkan terjadinya panen dini adalah rusaknya instalasi mesin

kincir air pada saat malam hari, hal ini mengakibatkan sebanyak ±60 kg udang

vaname mengalami kematian disebabkan menurunnya kualitas air terutama DO

(oksigen terlarut) melihat padatnya populasi udang vaname dalam bak conical

yang mencapai 400 ekor/m2.

Setelah terjadinya insiden kerusakan pada kincir air kelangsungan hidup

(survival rate) udang vaname semakin rendah, ditunjukkan dengan kematian

udang vaname yang terus terjadi sehingga pengelola bak conical bapak Uman

Amd., mempunyai inisiatif untuk melakukan panen dini dengan tujuan

mengurangi/menekan angka kerugian yang akan dicapai.

Dalam pemanenan udang vannamei dilakukan dengan metode pemasangan

hapa pada tempat saluran keluar masuknya air, sehingga udang vaname akan

terkumpul menjadi satu pada hapa yang sebelumnya dilakukan pengurasan air

hingga kedalaman air hanya mencapai 2 cm. Proses pemanenan dilakukan pada

malam hari sampai dini hari untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan

seperti halnya burung dan tenaga buri yang hendak mengambil ikan, kemudian

Page 28: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

68

udang ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya, hasil panen

dari budidaya udang vaname yang dilakukan di bak conical keseluruhan mencapai

72 kg dengan size 500 udang/kg.

g. Pemasaran

Hasil dari budidaya udang vaname yang dilakuakan di bak conical Unit

Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT-PBAP) Bangil

dipasarkan kepada bakul ikan khusus yang ada di sekitar Bangil, akan tetapi

sebelum itu dilakukan monitoring harga di pasar kemudian menawarkannya

kepada bakul ikan yang ada di pasar.

Pada proses pemasaran yang dilakukan tidak mengalami adanya kesulitan

dikarenakan petambak sudah mempunyai koneksi untuk pembeli udang yang telah

dipanen. Adapun harga yang disepakati setelah melakukan negosiasi oleh penjual

dan pembeli adalah Rp.17.000,00/kg dengan size (banyaknya udang/kg) ±500

ekor.

B. Pembahasan

1. Sistem Pengelolaan Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

Pelaksanaan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) Di UPT-

PBAP bangil dengan menggunakan sistem super intensif yang artinya kepadatan

benur saat penebaran mencapai 400/m2, dengan kontruksi dinding dan dasar

tambak terbuat dari beton, luas tambak mencapai 176,5 m2 dan diameter mencapai

15 m, sirkulasi air menggunakan sistem open (terbuka) yaitu mengandalkan

Page 29: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

69

ketersediaan air dari lingkungan (aliran sungai) secara penuh dengan kualitas air

yang memenuhi syarat sehingga harus disediakan tandon pembuangan sehingga

air yang dibuang berkurang daya cemarnya.

2. Proses Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

a. Persiapan Lahan

Pada proses budidaya udang vaname yang dilakukan dalam bak conical

terdapat tahapan persiapan lahan tambak sebelum benur ditebar. Hal ini

dikarenakan persiapan kolam yang baik akan mendukung tingginya daya tahan

hidup (survival rate) udang vaname dan tingginya produksi yang dihasilkan pada

setiap panen. Adapun pelaksanaan persiapan lahan tambak udang vaname secara

super intensif yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Pengembangan

Budidaya Air Payau (UPT-PBAP) memenuhi kriteria dengan Standard

Operational Prosedur (SOP) pelaksanaan pengelolaan tambak super intensif yaitu

dengan dilakukannya mekanisme perbaikan tambak, pengeringan, pemberantasan

hama dan penyakit dengan menggunakan kaporit dan kapur, sampling udang,

manajemen pakan, pengamatan kualitas air secara continue (berkesinambungan),

pencatatan data, dan penerapan biosecurity, hal ini ditujukan untuk mencapai

hasil budidaya tambak yang dinilai menjaga keamanan dan kesehatan konsumen

(food safety).

Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) secara super intensif yang

dilakukan di bak conical (bundar) inlet dan outlet menjadi satu yaitu terletak tepat

berada di tengah tambak dengan kemiringan dasar tambak mencapai 300 sehingga

Page 30: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

70

hal ini tidak dimungkinkannya hama masuk ke dalam tambak melalui inlet/outlet,

kemudahan dalam proses panen juga didapat dengan adanya kontruksi dasar

tambak yang seperti itu, seperti halnya corong pada saat air dialirkan maka

dengan mudahnya air akan keluar melalui saluran corong yang berada di tengah.

b. Pengamatan kualitas air pada bak conical (bundar)

Pengamatan kualitas air secara berkala mempunyai peranan yang sangat

penting dalam proses budidaya udang, hal ini disebabkan pengamatan kualitas air

secara berkala dijadikan standar hasil budidaya dikatakan aman tidaknya udang

untuk dikonsumsi (food safety).

Fluktuasi harian salinitas pada budidaya udang vaname mengalami

penurunan pada pengamatan tanggal 12 Mei – 28 Juli 2009 dari 6 ppt, 5 ppt, 4

ppt, hingga 3 ppt. hal ini tidak sesuai dengan kisaran yang dibutuhkan, karena

kadar garam (salinitas) minimum yang dibutuhkan oleh udang pada umumnya

adalah 5 ppt, akan tetapi dengan salinitas minimum seperti itu tidak berpengaruh

terhadap kehidupan udang vaname dikarenakan udang vaname termasuk dalam

udang air tawar.

Menurut Rubiyanto (2005), kandungan oksigen terlarut sangat

mempengaruhi metabolisme udang, dengan kadar oksigen terlarut yang baik

berkisar antara 3-7,5 ppm. Pada siang hari, tambak akan memiliki angka DO

cenderung tinggi karena adanya proses fotosintesis plankton yang menghasilkan

oksigen. Sedangkan pengamatan yang dilakukan di bak conical Dissolved Oxygen

Page 31: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

71

(DO) berkisar anta 4,5 – 5,8 ppm sehingga dapat dikatakan mampu untuk

mencukupi kebutuhan oksigen.

Oksigen dihasilkan dari proses fotosintesis di siang hari serta berasal dari

difusi oksigen dari atmosfir ke dalam air. Sebaliknya pada malam hari, kandungan

oksigen dalam air akan menurun, untuk itu dipasang kincir guna meningkatkan

kandungan oksigen di dalam air tambak. Budidaya udang vaname dalam bak

conical digunakan 2 unit kincir berangkai. Di samping itu, kincir membantu

untuk mengumpulkan bahan organik untuk menghindari suhu air dan salinitas

yang berbeda-beda (stratification) dengan mengaduk air yang ada di kolam.

Fluktuasi atau perubahan suhu air akan berpengaruh langsung terhadap

udang. Suhu yang paling cocok untuk udang menurut (Rubiyanto, 2005) berkisar

antara 28,5 – 31,50

C. Jika suhu terlalu tinggi, udang akan mengalami kram

(kejang). jika suhu air di bawah 200 C, udang akan bersifat pasif (diam) dan tidak

mau makan, sedangkan bila suhu di bawah 140

C, udang vannamei akan mati,

pada pengamatan suhu yang diketahui dalam budidaya udang vaname di bak

conical terjadi penurunan dari 30-260

C, akan tetapi penurunan suhu tersebut

masih dalam batas toleransi sehingga tidak terlalu berdampak terhadap kondisi

udang vaname.

Udang Vannamei sensitif sekali terhadap perubahan pH. PH yang optimum

menurut (Rubiyanto, 2005) berkisar antara 7,5 – 8,5. Perubahan pH berkaitan

dengan kandungan karbondioksida dalam air. Pada siang hari, pH akan naik

sebagai hasil dari fotosintesis. Pengukuran pH dilakukan pada pagi dan sore hari.

Page 32: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

72

Pada pagi hari, jika pH kurang dari 7, hal itu menunjukkan bahwa tambak sangat

banyak mengandung limbah organik, untuk itu perlu ditambahkan kapur untuk

meningkatkan laju dekomposisi. Seandainya pH air tinggi dan warna air kelam,

harus dilakukan penggantian air atau menjalankan kincir. Pada pengamatan pH

yang dilakukan di bak conical mencapai kisaran 8-9 sehingga dapat diasumsikan

bahwa pemenuhan pH dalam bak conical mencukupi kebutuhan udang.

Air yang tidak terlampau keruh dan tidak terlampau jernih baik untuk

kehidupan udang. Zat atau material terlarut (tersuspensi) seperti lumpur, senyawa

organik dan anorganik, plankton dan mikroorganisme diduga kuat sebagai

penyebab kekeruhan. Kekeruhan menyebabkan sinar matahari yang sampai ke air

lebih banyak dihamburkan dan diserap daripada ditransmisikan ke sekelilingnya.

Padahal sinar matahari yang ditransmisikan ini sangat diperlukan oleh plankton.

Oleh karena itu kondisi air tambak diusahakan tidak terlalu keruh, sedangkan

tingkat kecerahan yang diharapkan untuk budidaya udang vannamei berkisar antara

30-40 cm. Pengamatan transparansi (kecerahan) air tambak budidaya udang

vaname mencapai peningkatan dari >100 cm - 13 cm, hal ini diduga terjadi

peningkatan pertumbuhan plankton. Sehingga untuk mencegah terjadinya

booming plankton dilakukan penyifonan dan resirkulasi air.

Amonia berasal dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri atau

mikroorganisme. Amonia di dalam air terdapat 2 jenis, yaitu amonia dalam bentuk

gas (NH3+) dan amonium (NH4

+) dalam bentuk ion. Jika pH air tinggi lebih dari 9,

amonia akan berubah menjadi bentuk NH4+

yang bersifat racun bagi udang.

Page 33: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

73

Sedangkan pH 8,5 akan berubah menjadi ion amonium NH3+ yang tidak bersifat

racun, pada pengamatan kadar amonium yang terkandung dalam perairan tambak

udang vaname berkisar antara 0,04-0,22 ppm, perbedaan tersebut menunjukkan

fluktuasi kadar amonium yang tidak stabil dari beberapa hari pengamatan, hal ini

dimungkinkan terjadinya fenomena kelimpahan plankton di kolam dapat

dihubungkan dengan jumlah kotoran organik yang berasal dari pakan udang

sehingga dilakukan resirkulasi dan penyifonan agar air yang di dalam tambak

toksik terhadap udang.

Alkalinitas dipertahankan pada nilai 120 - 160 ppm, alkalinitas yang rendah

atau kurang 120 ppm harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai

angka sesuai dengan kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan

kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi. Jenis

kapur disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya, sebagai contoh kapur

hidroksida Ca(OH)2 diaplikasikan untuk menaikan alkalinitas sekaligus menaikan

pH air. Bila pH air sudah tinggi, maka untuk menaikan alkalinitas digunakan jenis

kapur carbonat (CaCO3). Pada pemantauan kualitas air terhadap kadar alkili yang

terkandung dalam perairan tambak udang vaname berkisar antara 240 – 585 ppm,

sehingga dapat diketahui bahwa kadar alkali melebihi batas optimum yang

diperuntukkan untuk kehidupan udang vaname, dengan asumsi hal ini di

karenakan penggunaan air bor sehingga kadar alkali terus bertambah. Adapun

tindakan preventif yang dilakukan setelah mendapati kadar alkali terus bertambah

yaitu dengan pemberhentian pemakaian air bor.

Page 34: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

74

Menurut (Rubianto, 2005) kadar H2S (asam sulfida) yang baik untuk

budidaya udang vaname berkisar antara 0,01 – 0,05 ppm. Udang vaname peka

sekali terhadap H2S (asam sulfida), gas ini dihasilkan dari dekomposisi bahan

organik yang dilakukan oleh bakteri anaerobik. Penggantian air yang tepat sangat

penting diperhatikan untuk mencegah timbulnya H2S. Jika pH lebih dari 8, H2S

akan berubah menjadi HS- yang tidak bersifat racun bagi udang, sedangkan jika

pH menurun sampai 7,5, H2S akan terbentuk. H2S tidak merusak secara cepat, tapi

udang akan melemah kondisinya, yang pada akhirnya timbul kematian. Pemberian

kapur akan mengurangi kandungan H2S jika pH airnya rendah. Peningkatan kadar

H2S yang terjadi di bak conical terjadi tidak stabil berkisar antara 0,024 – 0,133

ppm sehingga perlu dilakukannya penggantian air secara berkala.

c. Panen

Dalam pemanenan udang vannamei dilakukan dengan metode pemasangan

hapa pada tempat saluran keluar masuknya air, sehingga udang vaname akan

terkumpul menjadi satu pada hapa yang sebelumnya dilakukan pengurasan air

hingga kedalaman air hanya mencapai 2 cm. Proses pemanenan dilakukan pada

malam hari sampai dini hari untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan

seperti halnya burung yang hendak mencari ikan dan sebagian masyarakat

setempat yang bermaksud mencari ikan dari sisa panen di tambak. Udang

ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya dengan bagian atas

udang diberi es balok agar udang masih tetap segar, hasil panen dari budidaya

Page 35: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

75

udang vaname yang dilakukan di bak conical keseluruhan mencapai 72 kg dengan

size ±500 udang/kg.

3. Pemasaran

Setelah pemanenan maka perlu diketahui mekanisme pemasaran yang

dilakukan oleh Bapak Uman A.Md., selaku penanggung jawab dan pengelola

budidaya udang vaname dalam bak conical, pemasaran dilakukan melewati bakul

ikan khusus yaitu udang dijual kepada bakul tertentu dan tetap, selanjutnya udang

akan didistribusikan kepada penjual ikan yang berada pada pasar ikan daerah

setempat dan setelah itu udang tersebut akan dibeli oleh konsumen.

Adapun jumlah keseluruhan udang setelah dilakukan penimbangan mencapai

72 kg udang vaname dan harga yang telah disepakati antara kedua belah pihak

(penjual dan pembeli) setelah melakukan negosiasi adalah sebesar Rp. 17.000,00/kg

dengan size (banyak udang/kg) ±500 ekor udang/kg, adapun pada saat itu harga

udang vaname dipasaran mencapai Rp.19.000,00/kg. Perlu diketahui bahwa dengan

terjualnya hasil budidaya udang vaname di bak conical dengan harga

Rp.17.000,00/kg sebagai akibat dari kondisi udang yang kurang baik saat pemanenan.

Pada proses budidaya udang vaname yang dilakukan dalam bak conical biaya yang

dikeluarkan mencapai Rp.1.000.000,00 dari kebutuhan untuk membeli benur, pakan,

dan probiotik. Setelah masa pemeliharaan udang mencapai panen, hasil budidaya

udang (omset) mencapai Rp.1.224.000,00 dari hasil kalkulasi jumlah keseluruhan

(kg) panen 72 kg dengan harga udang perkg Rp.17.000, maka dapat disimpulkan

bahwa pihak UPT-PBAP masih mengalami keuntungan sebesar Rp.224.000,00.