41
41 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Keadaan Umum Lokasi Praktek kerja Lapangan
Balai pengembangan budidaya air payau (BPBAP) sebagai salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa
Timur, mempunyai tugas membantu sebagian tugas Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi Jawa Timur dalam bidang teknis tertentu, yang tertuang dalam
fungsi pelayanan, pembinaan dan pengujian lapangan (kaji terap) sesuai dengan
tugas yang telah digariskan.
Untuk meningkatkan fungsi dan peranan UPT-PABP pada tahun anggaran
2007 sebagai kelanjutan dari Tahun Anggaran sebelumnya, Kegiatan Budidaya
Tambak masih diarahkan pada kegiatan budidaya udang dan bandeng dengan
berbagai teknologi dalam upaya untuk mengantisipasi permasalahan budidaya
tambak saat ini. Berbagai kajian teknologi budidaya tambak telah dilakukan yang
mengarah pada budidaya ramah lingkungan.sedangkan kegiatan perbenihan
diarahkan pada pembenihan udang windu sepenggal yang mengacu pada SNI.
Kegiatan Pengendalian Mutu diaplikasikan dalam bentuk pelayanan pengujian
laboratorium penyakit ikan dan lingkungan bagi masyarakat.
a. Sejarah UPT-PBAP Bangil
UPT pengembangan Budidaya Air Payau bangil berdiri dengan bantuan
dana PBN dan APBD jawa Timur tahun anggaran 1997/1978. Berdasarkan
42
keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingakat I Jawa Timur No. 23 tahun 1987
tanggal 29 Januari 1987 tentang susunan organisasi dan tata kerja UPT Dinas
Perikanan Propinsi Daerah tingkat I Jawa Timur (Balai Pengembangan Budidaya
air Payau, 2006).
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 48 Tahun 2001
tanggal 14 Desember 2001 tentang Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, UPT PBAP melaksanakan
tugas operasional di bidang Pengembangan Budidaya Air Payau dengan tugas
pokok melaksanakan pengelolaan, pengadaan dan pendistribusian benih,
pengendalian mutu, budidaya ikan serta pelatihan dan keterampilan budidaya air
payau. Fungsi dari UPT PBAP Bangil adalah menyusun rencana dan program
kegiatan pengembangan budidaya air payau, pelaksana perbenihan air payau,
pelaksana distribusi/pemasaran benih dan induk ikan air payau, pelaksana
budidaya air payau, pelaksana perawatan dan pemeliharaan bahan, sarana dan
prasarana pendukung pengembangan budidaya ikan air payau, pelaksana
pengembangan dan penerapan teknologi perikanan air payau, pelaksana pengujian
kualitas air, hama dan penyakit ikan air payau, pelaksana pengawasan dan
pengendalian standar mutuhasil perikanan air payau, pelaksana pelatihan dan
keterampilan pemvbudidaya air payau, pelaksana ketata usahaan dan rumah
tangga serta pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur.
43
b. Struktur Organisasi
UPT-PBAP Bangil bertanggung jawab kepada Dinas Perikanan Daerah
Propinsi Tingkat I Jawa Timur. Susunan organisasi PBAP Bangil terdiri atas:
Kepala Balai, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perbenihan, Seksi Pengendalian
Mutu, Seksi Budaya, Seksi Budidaya, Seksi Pelatihan dan Keterampilan,
Kelompok Jabatan Fungsional. Sub Bagian dan Kepala Seksi yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Balai. Struktur organisasi dapat
dilihat pada Lampiran.
Kepala Balai mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan,
mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan tugas-tugas unit. Sub Bagian Tata
Usaha bertugas melaksanakan kelola surat-menyurat, urusan rumah tanggadan
kearsipan, melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, melaksanakan
pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor dan melaksanakan tugas-tugas lain
yang diberikan oleh Kepala Balai. Seksi Perbenihan bertugas merencanakan
kegiatan operasional perbenihan, kebutuhan sarana dan peralatan kerja serta
tenaga kerja, melaksanakan operasional perbenihan dan distribusi/pemasaran
benih sesuai standar mutu, melaksanakan kegiatan kaji terapan teknologi
perbenihan, malakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan operasional
perbenihan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai.
Seksi Pengendalian Mutu bertugas mengumpulkan data dan bahan pengkajian
dalam rangka pengendalian mutu, menetapkan sistem jaminan mutu yang diakuai,
melaksanakan dan memverifikasi pekerjaan yang berkaitan/mempengaruhi mutu
produk, mengidentifikasikan dan mencatat setiap masalah yang berkaitan dengan
44
mutu produk, membuat rekomendasi pemanfaatan teknologi untuk
penyelenggaraan pelatihan, melakukan kegiatan uji laboratorium untuk kualitas
air, hama dan penyakit budidaya air payau untuk memenuhi standar mutu,
menyusun tolak ukur dan pedoman standar pengembangan budidaya ikan air
payau, melakukan monitoring dan evaluasi hasil pengujian budidaya ikan air
payau dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai.
Seksi Budidaya bertugas merencanakan kegiatan operasional budidaya,
kebutuhan sarana dan peralatan kerja serta tenaga kerja, melaksanakan
operasional budidaya dan distribusi/pemasaran hasil, melaksanakan
pengembangan produktivitas usaha budidaya ikan air payau melalui kaji terap
teknologi, melakukan monitoring dan evaluasi peningkatan produktivitas
budidaya ikan air payau dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Balai. Seksi Pelatihan dan Keterampilan bertugas menyusun rencana
program pelatihan dan keterampilan budidaya air payau, menyusun kurikulum,
silabus dan jadwal pelaksanaan pelatihan dan keterampilan budidaya air payau,
menyusun dan menyiapkan materi serta penugasan instruktur sesuai dengan
program pelatihan, melakukan administrasi pelatihan keterampilan dan
penyelenggaraan pelatihan budidaya air payau, melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pelatihan dan keterampilan budidaya air payau, menyusun
laporan pelaksanaan pelatihan dan keterampilan budidaya air payau dan
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai.
45
Berdasarkan Laporan Tahunan PBAP tahun 2006 jumlah personil pada
tahun 2006 terdiri dari 32 orang yaitu pegawai negeri sipil sebanykan 19 orang,
tenaga honorer sebanyak 11 orang dan pendega tambak sebanyak 2 orang.
c. Letak Geografis dan Keadaan Alam Sekitar Lokasi
Lokasi PBAP beralamat di Jalan Perikanan No. 746 dan terletak di Desa
Kalianyar, kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Denah
lokasi PBAP Bangil dapat dilihat pada lampiran 2. Secara geografis Desa
Kalianyar terletak pada 70 15’ LS – 80 15’ LS dan 1120 BT – 1130 BT dengan
ketinggian wilayah 4 m dari permukaan laut. Desa Kalianyar sebelah utara
berbatasan dengan selat Madura, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Kalirejo, sebelah barat berbatasan dengan Desa Tambakan dan Sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Masangan.
Desa Kalianyar terbagi atas 15 RT dan 6 RW. Luas keseluruhan Desa
Kalianyar adalah 11.809.150 m2. Keadaan pantai Desa Kalianyar adalah landai
berlumpur, dengan Topografi tanahnya adalah datar, rata dan tidak bergelombang.
Perbedaan pasang-surut berkisar antara 0,5 – 2 m, dengan curah hujan 8 mm per
tahun dan suhu udara berkisar antara 28-320 C. denah Lokasi Kalianyar dapat
dilihat pada Lampiran.
Daerah sekitar lokasi merupakan daerah pemukiman penduduk yang cukup
padat dan sebagian besar berupa areal pertambakan (82,34%), sehingga sebagian
sebesar mata pencaharian penduduk Desa Kalianyar sebagai petambak.
Komoditas yang diusahakan pada umumnya adalah bandeng, udang windu dan
46
vaname. Tidak jauh dari lokasi PBAP Bangil terdapat pasar ikan yang sebagian
besar ikan diperoleh dari nelayan dan petambak di wilayah tersebut.
d. Sarana dan Prasarana
Agar usaha budidaya berjalan dengan lancar maka sangat diperlukan sarana
dan prasarana yang menunjang. Sarana berupa alat dan bahan yang diperlukan
dalam pengelolaan tambak sebagai berikut :
Alat Bahan
Pompa air, Saringan Hapa Kaporit
Pompa celup (DAP), Pipa spiral Pakan alami (Pellet)
Kincir air, Diesel Probiotik
Timbangan, blower Pupuk
Ember Kapur (zeolit)
Genset Air payau
Bak filter Benur udang vannamei
selain itu faktor pendukung yang sangat penting peranannya dalam bidang
budidaya udang vannamei ini adalah prasarana yang tersedia di lingkungan UPT-
PBAP, adapun prasarana yang dimiliki oleh PBAP Bangil sbb:
Jenis Prasarana Luas (m2)
Atas Industri gelondongan 250 m2
Filter air 14,10 m2
Unit tambak :
Rumah genset 36 m2
Tabel 3. Alat dan Bahan
Tabel 4. Prasarana UPT-PBAP Bangil
47
Rumah jaga tambak 36 m2
Jembatan kayu 2 m2
Lahan tambak unit 1 5,7 Ha
Saluran penampung air 5.000 m2
TP 1 981 m2
TP 2 865 m2
TP 3 1.061 m2
TP 4 969 m2
RP 1 7.067 m2
RP 2 8.600 m2
RP 3 3.800 m2
RP 4 3800 m2
RP 5 9.150 m2
RP 6 8.800 m2
RP 7 2.780 m2
RP 8 2.780 m2
Lahan tambak unit II 6 Ha
Denah lokasi tambak unit I dan unit II dapat dilihat pada lampiran.
2. Jadwal Kegiatan Harian PKL
Hari / tanggal Waktu Kegiatan Keterangan
Senin, 6 Juli 2009 07.00 – 07.15
09.00 – 09. 15
10.00 – 12.00
15.00 – 15.15
Apel pagi
Memberi makan pellet udang vaname di bak
conical.
Pengarahan dari kepala Balai (Bu Ninik Setyorini, M.T.)
Apel sore
Dilakukan oleh seluruh peserta PKL
Dilakukan penulis sendiri dengan
bimbingan dari pembimbing
lapangan.
Diikuti oleh Mahasiswa UNESA
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Tabel 5. Jadwal harian Praktek Kerja Lapangan (PKL)
48
Selasa, 7 Juli 2009 07.00 – 07.15
08.00 – 11.00
15.00 – 15. 15
Apel pagi
Observasi kerja lapangan dengan pembimbing
lapangan.
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Rabu, 8 Juli 2009 07.00 – 07.15
09.00 – 10.00
10.00 – 10.10
13.00 – 13.30
Apel pagi
Pembuatan filter arang + ijuk di bak conical.
Pengambilan sampel udang vaname di bak
conical.
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilakukan oleh pihak Lab.
Dilaksanakan oleh penulis
Kamis, 9 Juli 2009 07.00 – 07. 15
08.00 – 11.30
17.00 – 17.30 dan
22.00 – 22.35
13.00 – 14.00
15.00 – 15.15
Apel pagi
Pembuatan filter arang + ijuk di bak conical.
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Menyifon bak di pembenihan
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis dengan
dibantu Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilakukan oleh penulis dengan
bimbingan dari Bapak Uman A.Md.
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Jum’at, 10 Juli 2009 07.00 – 07.15
07. 30 – 08.00
08.00 – 11.30
13.00 – 13. 30 dan
17.00 – 17. 30
15.00 – 15.15
Apel pagi
Memberi makan ikan nila di RP 7 (tambak
intensif).
Pembuatan filter arang + ijuk di bak conical.
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis dan
beberapa peserta PKL
Dilaksanakan oleh penulis dan
beberapa peserta PKL
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Senin, 13 Juli 2009 07.00 – 07.15
09.00 – 09.30,
13.00 – 13.45,
17.00 – 17.40,
22.00 – 22.30
Apel pagi
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
49
12.00 – 13.00
15.00 – 15.15
Pengarahan dari Kepala Balai
Apel sore
Pengarahan terkait dengan usaha
produksi soka dan pembuatan
jembatan
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Selasa, 14 Juli 2009 07.00 – 07.15
08.00 – 11.30
13.00 – 13.30,
17.00 – 17.20
15.00 – 15.15
Apel pagi
Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba
Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla
serrata.
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh peserta PKL
putra (Mahasiswa) > jembatan &
oleh peserta PKL putri (Mahasiswi)
> setting ketranjang
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Rabu, 15 Juli 2009 07.00 – 07.15
08.00 – 11.30
09.00 – 09.30,
13.00 – 13.30,
22.00 – 23.00,
15.00 – 15.15
16.00 – 17.00
Apel pagi
Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba
Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla
serrata.
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Apel sore
Mengambil sisa udang yang mati di RP (Rearing
Pond) 8
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh peserta PKL
putra (Mahasiswa) > jembatan &
oleh peserta PKL putri (Mahasiswi)
> setting ketranjang
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis dan
sebagian peserta PKL dari
UNIBRAW,SMK Turen, dan
UNAIR
Kamis, 16 Juli 2009 06.00 – 06.30
07.00 – 07.15
08.00 – 11.30
Memberi makan pellet udang vaname di bak
conical
Apel pagi
Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba
Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla
serrata.
Dilaksanakan oleh penulis
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
50
15.00 – 15.15
17.00 – 17. 30
22.00 – 22.30
Apel sore
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis
Jum’at, 17 Juli 2009 07.00 – 07.15
08.00 – 11.30
13.00 – 14.00
14.00 – 14.15
17.00 – 17. 20,
22.00 – 22. 30
Apel pagi
Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba
Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla
serrata.
Menguras sisa air di RP 8 (tambak intensif)
dengan menggunakan mesin diesel
Apel sore
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis
Senin, 20 Juli 2009 07.00 – 07.15
08.00 – 08.50
09.00 – 09. 30,
13.00 – 13. 40,
17.00 – 17.30
15.00 – 15. 15
Apel pagi
Memberi makan ikan nila di RP 7 (tambak
intensif)
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Selasa, 21 Juli 2009 06.00 – 08.00
07.00 – 07.15
06.00 – 06.30,
09.00 – 09.30,
13.00 – 13.40,
17.00 – 17.30,
22.00 – 23.00
15.00 – 15.15
21.00 – 04.00
Mutilasi kepiting dan tebar kepiting 10 kg
Apel pagi
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Apel sore
Jaga tambak
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Dilaksanakan oleh mahasiswa
UNESA
Rabu, 22 Juli 2009 07.00 – 07.15
08.00 – 09.00
09.00 – 09.30,
Apel pagi
Mengukur kualitas air di bak conical
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
51
13.00 – 13.40,
17.00 – 17.30
15.00 – 15.15
19.30 – 22.00
vaname di bak conical
Apel sore
Mutilasi kepiting Scylla serrata 10 kg
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Kamis, 23 Juli 2009 06.00 – 06.30,
17.00 – 17.30,
22.00 – 23.00
07.00 – 07.15
08.00 – 12.00
13.00 – 15.00
15.00 – 15.15
15.00 – 18.00
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Apel pagi
Panen ikan nila di RP 7 (tambak intensif)
Seminar peserta PKL dari UNIBRAW
Apel sore
Mutilasi kepiting Scylla serrata 11,5 kg
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dihadiri oleh seluruh pesert PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh penulis dan
beberapa peserta PKL.
Jum’at, 24 Juli 2009 07.00 – 07.15
08.00 – 09.00
09.00 – 09. 30
14.00 – 14.15
Apel pagi
Menyifon bak conical
Memberi pakan pellet udang vaname di bak
conical
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh Yasmat (siswa
SMK Turen)
Dilaksanakan oleh penulis dan
Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Senin, 27 Juli 2009 05.30 – 06.45
07.00 – 07.15
08.00 – 08.45
09.00 – 09. 30,
13.00 – 13.30.
17.00 – 17.30,
22.00 – 23.00
15.00 – 15. 15
15.15 – 18.00
Membantu Andika memberi makan kepiting
Apel pagi
Mengukur kualitas air di bak conical
Memberi makan (pellet + probiotik) udang
vaname di bak conical
Apel sore
Mutilasi kepiting dan tebar kepiting 6 kg
Penulis dan Andika
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh penulis
Dilaksanakan oleh Yasmat (siswa
SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan beberapa peserta
PKL.
Selasa, 28 Juli 2009 01.00 – 04.00
07.00 – 07.15
Panen udang vaname di bak conical
Apel pagi
Dilaksanakan oleh peserta PKL
Putra.
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
52
15.00 – 15. 15
16.00 – 17.30
Apel sore
Membantu Andika memberi makan kepiting
PKL.
Penulis dan Andika
Rabu, 29 Juli 2009 05.00 – 08.00
07.00 – 07.15
08.00 – 10.00
15.00 – 15.15
19.30 – 23.00
Mutilasi dan tebar kepiting Scylla serrata 5,5 kg
Apel pagi
Melakukan proses pengeringan bak conical
Apel sore
Membuat rel untuk KKA hitam (soliter)
Diikuti oleh Penulis dan beberapa
peserta PKL.
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Penulis beberapa peserta PKL.
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Penulis dan Andika
Kamis, 30 Juli 2009 07.00 – 07.15
07.15 – 09.00
09.00 – 11.30
15.00 – 15.15
Apel pagi
Mutilasi dan tebar kepiting Scylla serrata 7,5 kg
Membersihkan bak conical dari hama (Balanus
sp.) dengan kaporit
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Penulis & beberapa peserta PKL.
Penulis & beberapa peserta PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Jum’at, 31 Juli 2009 06.00 – 07.00
07.00 – 07.15
08.00 – 11.00
14.00 – 14.15
Membantu Andika memberi makan kepiting
Apel pagi
Membersihkan bak conical dari hama tritip
(Balanus sp.) dengan kaporit tahap 2
Apel sore
Penulis, Wildan dan Andika
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Penulis & beberapa peserta PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Senin, 03 Agustus
2009
07.00 – 07.15
09.00 – 11.30
14.00 – 14.30
15.00 – 15.15
Apel pagi
Membersihkan bak conical dengan
menggunakan air dari sungai
Monitoring kualitas air di TP 2 (tambak semi
intensif)
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh penulis &
Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Selasa, 04 Agustus
2009
07.00 – 07.15
09.00 – 15.00
Apel pagi
Presentasi peserta PKL (SMK Turen &
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
53
15.00 – 15.15
Mahasiswa UNIBRAW)
Apel sore
Dihadiri oleh seluruh peserta PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Rabu, 05 Agustus
2009
06.00 – 07.00
07.00 – 07.15
08.00 – 12.00
15.00 – 15.15
Panen soka secara continue di TP 2 (tambak
semi intensif)
Apel pagi
Mengapur dinding dan dasar bak conical
kemudian dikeringkan
Apel sore
Dilaksanakan oleh penulis, Wildan,
dan Andika
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Penulis & beberapa peserta PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Kamis, 06 Agustus
2009
07.00 – 07.15
08.00 – 10.00
10.00 – 13.00
14.00 – 15.00
15.00 – 15.15
16.00 – 18.00
Apel pagi
Membuat pagar tambak RP 8
Presentasi peserta PKL (Mahasiswa Universitas
Lampung)
Membersihkan bak conical dengan
menggunakan air dari sungai
Apel sore
Membantu panen soka di TP 2 (tambak semi
intensif)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh penulis dan
beberapa peserta PKL
Dihadiri oleh seluruh peserta PKL
Dilaksanakan oleh penulis dan
beberapa peserta PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Penulis, Andika, Ari, Johannes,
Yossep, dan Wildan
Jum’at, 07 Agustus
2009
06.00 – 07.00
07.00 – 07.15
14.00 – 14.15
Membantu Andika panen soka di TP 2 (tambak
semi intensif)
Apel pagi
Apel sore
Penulis, Wildan dan Andika
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Senin, 10 Agustus
2009
07.00 – 07.15
08.00 – 10.00
10.00 – 12.30
Apel pagi
Membersihkan dan mengeringkan ijuk + arang
dalam profil tank
Mengkaporit dinding dan dasar bak conical,
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Penulis dan Bapak Uman A.Md.,
Penulis & beberapa peserta PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
54
15.00 – 15.15
16.00 – 17.30
Apel sore
Membantu Andika panen soka
PKL.
Selasa, 11 Agustus
2009
07.00 – 07.15
08.30 – 10.00
15.00 – 15.15
16.00 – 17.30
Apel pagi
Memasukkan ijuk + arang ke dalam profil tank
Apel sore
Membantu Andika panen soka
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dikerjakan oleh penulis dan Andika
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Rabu, 12 Agustus
2009
02.00 – 03.00
07.00 – 07.15
09.00 – 11.00
15.00 – 15.15
Memasukkan air dari sungai ke dalam bak
conical
Apel pagi
Memperbaiki pematang di RP 3 (tambak
tradisional)
Apel sore
Dikerjakan oleh penulis dan Bapak
Uman A.Md.,
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Dikerjakan oleh penulis, Agung dan
Bapak Uman A.Md.,
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Kamis, 13 Agustus
2009
07.00 – 07.15
09.00 – 14.00
15.00 – 15.15
Apel pagi
Presentasi peserta PKL (Mahasiswa dari
UNESA bag.1) dengan penguji Bu Lia dan Pak
Wahyudi
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Penulis presentasi dengan urutan
ke 3
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Jum’at, 14 Agustus
2009
07.00 – 07.15
09.00 – 11.00
15.00 – 15.15
Apel pagi
Presentasi peserta PKL (Mahasiswa dari
UNESA bag.2) dengan penguji Bu Lia dan Pak
Wahyudi
Apel sore
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Presentasi Yossep
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
3. Tahapan Kegiatan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dalam Bak Conical
ini meliputi :
a. Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan awal dari kegiatan pembesaran yang bertujuan
agar produksi atau budidaya berjalan dengan baik. Persiapan lahan dilakukan
55
dalam beberapa tahapan yaitu perbaikan kontruksi bak conical, pengeringan,
pemberantasan hama, pemasangan kincir, dan persiapan tambak.
Kontruksi bak conical terbuat dari beton seluruhnya baik dinding maupun
dasar kolam, luas mencapai 176,5 m2 dengan diameter 15 m, kedalaman kolam
mencapai 160 cm (1,6 m). Pasokan air yang digunakan dalam budidaya udang
vaname pada bak conical menggunakan air yang berasal dari sungai (payau) dan
air bor.
Perbaikan kontruksi bak conical
Pada tahap perbaikan kontruksi ini dilakukan apabila keadaan dinding
maupun dasar bak terdapat retakan sehingga akan mengakibatkan kebocoran baik
kecil maupun besar sehingga akan mengurangi volume air yang akan dimasukkan
nantinya. Perbaikan ini dilakukan dengan cara melapisi/menambal bagian bak
yang terdapat retakan dengan semen, adapun perbaikan yang lainnya meliputi
perbaikan pada saluran irigasi (pintu inlet ataupun outlet) dan pompanisasi karena
Dinding bak conical dari beton
Dasar bak conical dari beton
Gambar 11. Kontruksi bak conical
56
pada bak conical dalam memasukkan air sangat bergantung pada proses pasang
surut air sungai yang bermuara pada laut.
Pengeringan
Tahap pengeringan yang dilakukan dalam tambak (bak conical) sangat
penting karena akan berpengaruh dalam terhadap kelangsungan udang vaname,
adapun pengeringan yang dilakukan dengan mekanisme mengurangi air pada
dasar bak conical hingga kedalaman air hanya setinggi 1 cm, Pengeringan
dilakukan selama 1 hari karena pengeringan terlalu lama akan mengakibatkan
dasar bak conical yang terbuat dari beton akan mengalami retak, sehingga akan
terjadi kebocoran pada bak apabila sudah diisi air. Pengeringan bertujuan untuk
memutus siklus hidup hama dan penyakit dengan cara menghambat sistem
tranmisinya, yaitu dengan cara membersihkan tritip (Balanus sp.) dan tiram
(Crassostrea sp.) dari dinding dan dasar bak conical dan selanjutnya akan
disemprot dengan air yang diambil dari sungai dengan menggunakan mesin
diesel, lalu dikeringkan selama 1 hari.
Pipa saluran air
selang Gambar 12. Proses pengeringan bak conical
57
Pemberantasan hama dan penyakit
Hama merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu dan bahkan
dapat mengancam kehidupan udang Vanname. Untuk itu, hama tersebut harus
diantisipasi sedini mungkin agar tingginya mortalitas udang Vanname yang
disebabkan oleh hama dapat ditekan serendah mungkin.
Hama yang ditemukan di bak conical pada saat proses budidaya udang
vaname terdiri dari: hama pengganggu (parasit) meliputi tritip (Balanus sp.) dan
tiram (Crassostrea sp.), sedangkan untuk penyakit yang berasal dari virus baik
TSV (Taura Syndrome Virus) maupun BWSS (Bacterial White Spot Syndrome),
yang menyerang udang vaname tidak teridentifikasi, hal ini setelah dilakukan
proses pengujuan PCR (Polymerase Chain Reaction).
Proses Pencegahan dan penanggulangan hama dilakukan dengan cara
memberikan kaporit sebanyak 30 ppm pada dasar dan dinding bak conical lalu di
keringkan selama 1 hari, kemudian dibilas dengan air sungai, dikeringkan kembali
selama 1 hari lalu dikapur sebanyak 20 ppm, dikeringkan selama 1 hari kemudian
dibilas lalu di kaporit lagi, selain itu perlu diketahui bahwa dalam melakukan
pengapuran tidak melalui proses pembalikan tanah karena kontruksi bak conical
semuanya terbuat dari beton. Pemberian kaporit juga dilakukan pada kincir air
sebelum dipasang kembali, hal ini tentunya mengindikasikan bahwa dengan
proses pemberian kaporit dan kapur secara berulang-ulang merupakan tindakan
preventif (pencegahan) yang bertujuan untuk menekan terjadinya serangan
penyakit pada udang.
58
Pengisian air
Setelah proses pemberantasan hama dan penyakit dilakukan, selanjutnya
kegiatan pengisian air pada tambak hingga air mencapai kedalaman 140 cm
dilakukan dengan mempertimbangkan pada aspek pasang-surut air sungai (akibat
dari pasang-surut air laut) yang berjarak ± 15 meter dari tambak, air yang telah
ada dibiarkan selama 2-5 hari dengan tujuan untuk mengetahui tingkat evaporasi
(penguapan) air pada petakan tambak yang akan dioperasionalkan. Selanjutnya
melakukan sterilisasi media air menggunakan kaporit 30 ppm pada intensitas
sinar matahari rendah dan disebar secara merata, kemudian diaerasi selama 1 jam
dengan kincir bertujuan supaya kaporit yang diaplikasikan tersebar secara merata
hingga ke dasar tambak.
Proses selanjutnya dilakukan pengamatan parameter kualitas air (pH, suhu,
salinitas, kadar logam, dan DO). Pengukuran parameter kualitas air ini bertujuan
Gambar 13. Proses pemberantasan hama dan penyakit dengan menggunakan
kaporit
kaporit
59
untuk mengetahui kondisi air secara awal, sehingga pada saat penebaran benur
dapat disesuaikan.
Pemasangan kincir
Pemasangan kincir dilakukan setelah air sudah dimasukkan ke dalam bak
conical, jumlah kincir yang dimasukkan dalam petakan bak conical dengan luas
176,5 m2 dan diameter 15 m sebanyak 1 unit (sepasang). Pengoperasian kincir
dilakukan setiap hari yaitu hampir selama 24 jam penuh karena
mempertimbangkan faktor kualitas air, adapun kincir tidak dioperasikan
(dimatikan) hanya pada waktu memberikan makan udang, hal tersebut hanya
berlangsung selama (5 menit x 5 kali pemberian pakan dalam 1 hari) agar pakan
yang telah diberikan tidak hancur terlebih dahulu sebelum dimakan oleh udang
akibat dari arus yang ditimbulkan dari putaran kincir.
Pemupukan
Proses pemupukan awal dilakukan dengan aplikasi jenis pupuk urea 5-10
ppm yang dimasukkan ke dalam kantong, kemudian digantungkan agar kantong
Gambar 14. Pemasukan air pada bak conical
Profil tank
Pipa saluran
air
60
yang berisi pupuk urea tidak sampai pada dasar bak conical (megambang). Tujuan
dari pemupukan media air untuk menyediakan unsur hara (nutrien) bagi pertumbuhan
dan kelangsungan hidup pakan alami yang berupa plankton, yaitu jenis fitoplankton
Skletonema sp., Chlorella sp., Tutraselmis sp., dan Dunaliella sp.
Biosecurity (keamanan dari kontaminasi)
Konsep biosecurity yang diterapkan pada bak conical meliputi pemagaran
semi permanen pada akses masuk keluar baik manusia maupun hewan, pada
pematang bak dikelilingi dengan lapisan/pagar kain kasa (waring) untuk
menjamin tidak adanya organisme lain yang masuk atau keluar, air yang masuk ke
dalam petakan tambak disaring terlebih dahulu dengan menggunakan hapa.
Gambar 15. Pemasangan kincir air pada bak conical
Kincir air
Gambar 16. Pemagaran sebagai konsep biosecurity terhadap manusia dan binatang ternak
61
b. Pemilihan benur
Keberhasilan dalam kegiatan budidaya tambak tidak terlepas dari kualitas
benih yang ditebar. Tersedianya benih udang tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu, tepat mutu dan tepat harga tidak hanya mampu menghasilkan produksi
maksimal tetapi juga akan menjamin kontinyuitas produksi di tambak. Namun
demikian, benih merupakan masalah utama di Indonesia karena masih sedikit
panti pembenihan (hatchery) yang mau menerapkan sistem yang terkontrol
terhadap kemungkinan adanya kontaminasi atau terjadinya infeksi virus yang
berbahaya (misal : WSSV). Sebagai petambak, benih harus dipilih dengan cermat
bahkan harus melewati beberapa tahapan pengujian (Arifin, 2007).
Pada saat penebaran benih perlu dilakukan adaptasi terhadap parameter
media air yang sesuai pada tingkat kelangsungan hidup (survival rate)
Litopenaeus vannamei. Benur yang dibeli berasal dari petambak Gresik Jawa
timur dengan panjang tubuh mencapai 5 mm. Adapun standar mutu udang vaname
yang dipilih adalah:
Gerakan lincah dan menantang arus.
Responsif terhadap terhadap gerakan dan kejutan.
Warna benur putih transparan dan cerah.
Adaptif terhadap perubahan salinitas, yaitu dengan menempatkan
benur pada salinitas standar 30 ppt kemudian ditempatkan pada
salinitas 0 ppt (air tawar).
62
Penebaran benur di bak conical (bundar)
Waktu penebaran benur dilakukan pada pagi hari (pukul 05:00 WIB) atau
pada saat cuaca masih sejuk. Suhu air tambak pada saat penebaran benur
mencapai 30 0C, sedangkan salinitas air tambak hanya 5 ppt.
Proses aklimatisasi suhu dan pH pada air tambak dengan kantong plastik
yang terdapat benur udang vaname dilakukan dengan cara mengapungkan plastik
pengemas yang berisi benur udang vaname dalam keadaan tertutup ke dalam
petakan tambak yang diberi sekat bambu agar kantong plastik tidak terbawa arus
selama ± 30 menit, tindakan tersebut dilakukan hingga suhu dan pH air dalam
kemasan plastik mendekati atau sama dengan suhu dan pH pada air petakan
tambak yang dicirikan dengan munculnya embun di dalam plastik kemasan.
Aklimatisasi salinitas (kadar garam) dilakukan dengan cara mencampurkan
sebagian air tambak ke dalam kemasan plastik benur udang vaname sebanyak 1-2
liter, perlakuan tersebut di hentikan hingga salinitas air dalam kemasan plastik
mendekati atau sama dengan salinitas air petakan tambak. Pada saat kantong
plastik dibuka, benur yang telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan
tambak akan keluar sendiri dan langsung menyelam, tapi benur yang kurang sehat
akan tinggal diam dan mengapung di permukaan air. Padat penebaran benur yang
dilakukan mencapai 75.000 benur, dengan kepadatan/m2 mencapai 400 ekor.
c. Pemberian pakan
Berdasarkan spesifikasi teknologi yang akan diterapkan yaitu super intensif,
maka penyediaan pakan berasal dari pakan tambahan yang telah diolah dalam
63
bentuk Fine crumble dan pellet. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pakan
udang mengandung (protein : 35%, crude fat : 5%, crude ash : 16%, crude fiber :
3%, moisture : 12%). Selain itu, lingkungan budidaya yang dikelola dengan baik
sangat dinamis dan mampu menyediakan pakan alami bagi udang dalam tambak.
Pemberian pakan yang diberikan yaitu mempunyai nilai Feeding rate (FR)
3% dari total biomassa dan pemberian pakan dilakukan secara bertingkat
tergantung dari umur udang. Frekuensi pemberian pakan yaitu 5 kali sehari yang
dimulai pada hari pertama dengan dosis disesuaikan dengan populasi udang
selama pemeliharaan.
Adapun jadwal pemberian pakan yang dilaksanakan oleh pengelola bak
conical sebanyak lima kali dengan estimasi waktu sebagai berikut :
Waktu (jam) Jenis pakan Banyak (kg)
06.00 pelet 1,1 kg
09.00 Pellet + probiotik 1,3 kg
13.00 Pellet 1,5 kg
17.00 Pellet + probiotik 1,7 kg
22.00 Pellet 1,4
Tabel 6. Jadwal pemberian makan udang vaname
pellet
pellet
probiotik
Gambar 17. Pemberian pakan pellet ditambahkan dengan probiotik
64
Program pemberian pakan tersebut bersifat fleksibel, dimana jumlah pakan
dapat berubah–ubah tergantung pada tingkat nafsu makan udang. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan udang adalah: (1) kondisi dasar
tambak; (2) kualitas air; dan (3) tingkat kesehatan udang. Secara praktis, tingkat
nafsu makan udang dapat diketahui dengan pengontrolan anco yang dilakukan
setiap 5 dan 10 menit setelah pemberian pakan.
d. Sampling
Kegiatan sampling pertama akan dilakukan pada saat udang mencapai umur
40 hari pemeliharaan di tambak. Sedangkan sampling berikutnya dilakukan 10
hari sekali dari sampling sebelumnya. Adapun maksud dilakukan sampling adalah
untuk mengetahui kepadatan (populasi) udang, laju pertumbuhan, dan sekaligus
sebagai dasar dalam menetapkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh udang
vaname selama masa pemeliharaan.
Sampling dilakukan mengunakan anco selebar 1 m2 sebanyak 2 titik, udang
yang tertangkap segera dihitung dan ditimbang untuk mengetahui kepadatan, berat
rata–rata udang vaname dan ada atau tidaknya indikasi terserang penyakit. Setelah
itu, udang hasil sampling dikembalikan ke tambak pemeliharaan.
Udang vaname
Anco
Gambar 18. Sampling udang vaname dengan menggunakan anco
65
e. Pengelolaan kualitas air
Selama proses pemeliharaan dilakukan pengelolaan kualitas air untuk
mencegah dan mengatasi adanya penurunan kualitas air. Jenis kegiatan yang
dilakukan tergantung pada hasil monitoring, monitoring kualitas air dilakukan 1
kali dalam 3-10 hari, yaitu pagi/siang hari saja. Adapun kualitas air yang
dimonitor meliputi salinitas, suhu, pH, kecerahan (transparansi), warna air,
amonia (NH3), logam Fe
2+, dan alkalinitas (tabel 3). Alat yang di gunakan untuk
mengetahui kualitas air pada bak conical dengan menggunakan termometer
(suhu), DO meter (oksigen terlarut), refraktometer (salinitas), pH meter (pH),
secchi disc (kecerahan).
pH meter refraktometer
DO meter
Secchi disc
Gambar 19. Peralatan yang digunakan untuk mengukur kualitas air
66
67
f. Panen
Pemanenan dilakukan pada waktu udang telah mencapai umur 63 hari (2
bulan lebih 3 hari) pemeliharaan di bak conical, adapun pemanenan ini termasuk
dalam kategori panen dini karena pada umumnya pemanenan udang vaname
dilakukan setelah umur pemeliharaan lebih dari 100 hari (Hasanuddin, 2009).
Permasalahan yang terjadi di bak conical dalam proses budidaya udang vaname
sehingga mengakibatkan terjadinya panen dini adalah rusaknya instalasi mesin
kincir air pada saat malam hari, hal ini mengakibatkan sebanyak ±60 kg udang
vaname mengalami kematian disebabkan menurunnya kualitas air terutama DO
(oksigen terlarut) melihat padatnya populasi udang vaname dalam bak conical
yang mencapai 400 ekor/m2.
Setelah terjadinya insiden kerusakan pada kincir air kelangsungan hidup
(survival rate) udang vaname semakin rendah, ditunjukkan dengan kematian
udang vaname yang terus terjadi sehingga pengelola bak conical bapak Uman
Amd., mempunyai inisiatif untuk melakukan panen dini dengan tujuan
mengurangi/menekan angka kerugian yang akan dicapai.
Dalam pemanenan udang vannamei dilakukan dengan metode pemasangan
hapa pada tempat saluran keluar masuknya air, sehingga udang vaname akan
terkumpul menjadi satu pada hapa yang sebelumnya dilakukan pengurasan air
hingga kedalaman air hanya mencapai 2 cm. Proses pemanenan dilakukan pada
malam hari sampai dini hari untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti halnya burung dan tenaga buri yang hendak mengambil ikan, kemudian
68
udang ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya, hasil panen
dari budidaya udang vaname yang dilakukan di bak conical keseluruhan mencapai
72 kg dengan size 500 udang/kg.
g. Pemasaran
Hasil dari budidaya udang vaname yang dilakuakan di bak conical Unit
Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT-PBAP) Bangil
dipasarkan kepada bakul ikan khusus yang ada di sekitar Bangil, akan tetapi
sebelum itu dilakukan monitoring harga di pasar kemudian menawarkannya
kepada bakul ikan yang ada di pasar.
Pada proses pemasaran yang dilakukan tidak mengalami adanya kesulitan
dikarenakan petambak sudah mempunyai koneksi untuk pembeli udang yang telah
dipanen. Adapun harga yang disepakati setelah melakukan negosiasi oleh penjual
dan pembeli adalah Rp.17.000,00/kg dengan size (banyaknya udang/kg) ±500
ekor.
B. Pembahasan
1. Sistem Pengelolaan Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Pelaksanaan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) Di UPT-
PBAP bangil dengan menggunakan sistem super intensif yang artinya kepadatan
benur saat penebaran mencapai 400/m2, dengan kontruksi dinding dan dasar
tambak terbuat dari beton, luas tambak mencapai 176,5 m2 dan diameter mencapai
15 m, sirkulasi air menggunakan sistem open (terbuka) yaitu mengandalkan
69
ketersediaan air dari lingkungan (aliran sungai) secara penuh dengan kualitas air
yang memenuhi syarat sehingga harus disediakan tandon pembuangan sehingga
air yang dibuang berkurang daya cemarnya.
2. Proses Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
a. Persiapan Lahan
Pada proses budidaya udang vaname yang dilakukan dalam bak conical
terdapat tahapan persiapan lahan tambak sebelum benur ditebar. Hal ini
dikarenakan persiapan kolam yang baik akan mendukung tingginya daya tahan
hidup (survival rate) udang vaname dan tingginya produksi yang dihasilkan pada
setiap panen. Adapun pelaksanaan persiapan lahan tambak udang vaname secara
super intensif yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Pengembangan
Budidaya Air Payau (UPT-PBAP) memenuhi kriteria dengan Standard
Operational Prosedur (SOP) pelaksanaan pengelolaan tambak super intensif yaitu
dengan dilakukannya mekanisme perbaikan tambak, pengeringan, pemberantasan
hama dan penyakit dengan menggunakan kaporit dan kapur, sampling udang,
manajemen pakan, pengamatan kualitas air secara continue (berkesinambungan),
pencatatan data, dan penerapan biosecurity, hal ini ditujukan untuk mencapai
hasil budidaya tambak yang dinilai menjaga keamanan dan kesehatan konsumen
(food safety).
Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) secara super intensif yang
dilakukan di bak conical (bundar) inlet dan outlet menjadi satu yaitu terletak tepat
berada di tengah tambak dengan kemiringan dasar tambak mencapai 300 sehingga
70
hal ini tidak dimungkinkannya hama masuk ke dalam tambak melalui inlet/outlet,
kemudahan dalam proses panen juga didapat dengan adanya kontruksi dasar
tambak yang seperti itu, seperti halnya corong pada saat air dialirkan maka
dengan mudahnya air akan keluar melalui saluran corong yang berada di tengah.
b. Pengamatan kualitas air pada bak conical (bundar)
Pengamatan kualitas air secara berkala mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses budidaya udang, hal ini disebabkan pengamatan kualitas air
secara berkala dijadikan standar hasil budidaya dikatakan aman tidaknya udang
untuk dikonsumsi (food safety).
Fluktuasi harian salinitas pada budidaya udang vaname mengalami
penurunan pada pengamatan tanggal 12 Mei – 28 Juli 2009 dari 6 ppt, 5 ppt, 4
ppt, hingga 3 ppt. hal ini tidak sesuai dengan kisaran yang dibutuhkan, karena
kadar garam (salinitas) minimum yang dibutuhkan oleh udang pada umumnya
adalah 5 ppt, akan tetapi dengan salinitas minimum seperti itu tidak berpengaruh
terhadap kehidupan udang vaname dikarenakan udang vaname termasuk dalam
udang air tawar.
Menurut Rubiyanto (2005), kandungan oksigen terlarut sangat
mempengaruhi metabolisme udang, dengan kadar oksigen terlarut yang baik
berkisar antara 3-7,5 ppm. Pada siang hari, tambak akan memiliki angka DO
cenderung tinggi karena adanya proses fotosintesis plankton yang menghasilkan
oksigen. Sedangkan pengamatan yang dilakukan di bak conical Dissolved Oxygen
71
(DO) berkisar anta 4,5 – 5,8 ppm sehingga dapat dikatakan mampu untuk
mencukupi kebutuhan oksigen.
Oksigen dihasilkan dari proses fotosintesis di siang hari serta berasal dari
difusi oksigen dari atmosfir ke dalam air. Sebaliknya pada malam hari, kandungan
oksigen dalam air akan menurun, untuk itu dipasang kincir guna meningkatkan
kandungan oksigen di dalam air tambak. Budidaya udang vaname dalam bak
conical digunakan 2 unit kincir berangkai. Di samping itu, kincir membantu
untuk mengumpulkan bahan organik untuk menghindari suhu air dan salinitas
yang berbeda-beda (stratification) dengan mengaduk air yang ada di kolam.
Fluktuasi atau perubahan suhu air akan berpengaruh langsung terhadap
udang. Suhu yang paling cocok untuk udang menurut (Rubiyanto, 2005) berkisar
antara 28,5 – 31,50
C. Jika suhu terlalu tinggi, udang akan mengalami kram
(kejang). jika suhu air di bawah 200 C, udang akan bersifat pasif (diam) dan tidak
mau makan, sedangkan bila suhu di bawah 140
C, udang vannamei akan mati,
pada pengamatan suhu yang diketahui dalam budidaya udang vaname di bak
conical terjadi penurunan dari 30-260
C, akan tetapi penurunan suhu tersebut
masih dalam batas toleransi sehingga tidak terlalu berdampak terhadap kondisi
udang vaname.
Udang Vannamei sensitif sekali terhadap perubahan pH. PH yang optimum
menurut (Rubiyanto, 2005) berkisar antara 7,5 – 8,5. Perubahan pH berkaitan
dengan kandungan karbondioksida dalam air. Pada siang hari, pH akan naik
sebagai hasil dari fotosintesis. Pengukuran pH dilakukan pada pagi dan sore hari.
72
Pada pagi hari, jika pH kurang dari 7, hal itu menunjukkan bahwa tambak sangat
banyak mengandung limbah organik, untuk itu perlu ditambahkan kapur untuk
meningkatkan laju dekomposisi. Seandainya pH air tinggi dan warna air kelam,
harus dilakukan penggantian air atau menjalankan kincir. Pada pengamatan pH
yang dilakukan di bak conical mencapai kisaran 8-9 sehingga dapat diasumsikan
bahwa pemenuhan pH dalam bak conical mencukupi kebutuhan udang.
Air yang tidak terlampau keruh dan tidak terlampau jernih baik untuk
kehidupan udang. Zat atau material terlarut (tersuspensi) seperti lumpur, senyawa
organik dan anorganik, plankton dan mikroorganisme diduga kuat sebagai
penyebab kekeruhan. Kekeruhan menyebabkan sinar matahari yang sampai ke air
lebih banyak dihamburkan dan diserap daripada ditransmisikan ke sekelilingnya.
Padahal sinar matahari yang ditransmisikan ini sangat diperlukan oleh plankton.
Oleh karena itu kondisi air tambak diusahakan tidak terlalu keruh, sedangkan
tingkat kecerahan yang diharapkan untuk budidaya udang vannamei berkisar antara
30-40 cm. Pengamatan transparansi (kecerahan) air tambak budidaya udang
vaname mencapai peningkatan dari >100 cm - 13 cm, hal ini diduga terjadi
peningkatan pertumbuhan plankton. Sehingga untuk mencegah terjadinya
booming plankton dilakukan penyifonan dan resirkulasi air.
Amonia berasal dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri atau
mikroorganisme. Amonia di dalam air terdapat 2 jenis, yaitu amonia dalam bentuk
gas (NH3+) dan amonium (NH4
+) dalam bentuk ion. Jika pH air tinggi lebih dari 9,
amonia akan berubah menjadi bentuk NH4+
yang bersifat racun bagi udang.
73
Sedangkan pH 8,5 akan berubah menjadi ion amonium NH3+ yang tidak bersifat
racun, pada pengamatan kadar amonium yang terkandung dalam perairan tambak
udang vaname berkisar antara 0,04-0,22 ppm, perbedaan tersebut menunjukkan
fluktuasi kadar amonium yang tidak stabil dari beberapa hari pengamatan, hal ini
dimungkinkan terjadinya fenomena kelimpahan plankton di kolam dapat
dihubungkan dengan jumlah kotoran organik yang berasal dari pakan udang
sehingga dilakukan resirkulasi dan penyifonan agar air yang di dalam tambak
toksik terhadap udang.
Alkalinitas dipertahankan pada nilai 120 - 160 ppm, alkalinitas yang rendah
atau kurang 120 ppm harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai
angka sesuai dengan kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan
kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi. Jenis
kapur disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya, sebagai contoh kapur
hidroksida Ca(OH)2 diaplikasikan untuk menaikan alkalinitas sekaligus menaikan
pH air. Bila pH air sudah tinggi, maka untuk menaikan alkalinitas digunakan jenis
kapur carbonat (CaCO3). Pada pemantauan kualitas air terhadap kadar alkili yang
terkandung dalam perairan tambak udang vaname berkisar antara 240 – 585 ppm,
sehingga dapat diketahui bahwa kadar alkali melebihi batas optimum yang
diperuntukkan untuk kehidupan udang vaname, dengan asumsi hal ini di
karenakan penggunaan air bor sehingga kadar alkali terus bertambah. Adapun
tindakan preventif yang dilakukan setelah mendapati kadar alkali terus bertambah
yaitu dengan pemberhentian pemakaian air bor.
74
Menurut (Rubianto, 2005) kadar H2S (asam sulfida) yang baik untuk
budidaya udang vaname berkisar antara 0,01 – 0,05 ppm. Udang vaname peka
sekali terhadap H2S (asam sulfida), gas ini dihasilkan dari dekomposisi bahan
organik yang dilakukan oleh bakteri anaerobik. Penggantian air yang tepat sangat
penting diperhatikan untuk mencegah timbulnya H2S. Jika pH lebih dari 8, H2S
akan berubah menjadi HS- yang tidak bersifat racun bagi udang, sedangkan jika
pH menurun sampai 7,5, H2S akan terbentuk. H2S tidak merusak secara cepat, tapi
udang akan melemah kondisinya, yang pada akhirnya timbul kematian. Pemberian
kapur akan mengurangi kandungan H2S jika pH airnya rendah. Peningkatan kadar
H2S yang terjadi di bak conical terjadi tidak stabil berkisar antara 0,024 – 0,133
ppm sehingga perlu dilakukannya penggantian air secara berkala.
c. Panen
Dalam pemanenan udang vannamei dilakukan dengan metode pemasangan
hapa pada tempat saluran keluar masuknya air, sehingga udang vaname akan
terkumpul menjadi satu pada hapa yang sebelumnya dilakukan pengurasan air
hingga kedalaman air hanya mencapai 2 cm. Proses pemanenan dilakukan pada
malam hari sampai dini hari untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti halnya burung yang hendak mencari ikan dan sebagian masyarakat
setempat yang bermaksud mencari ikan dari sisa panen di tambak. Udang
ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya dengan bagian atas
udang diberi es balok agar udang masih tetap segar, hasil panen dari budidaya
75
udang vaname yang dilakukan di bak conical keseluruhan mencapai 72 kg dengan
size ±500 udang/kg.
3. Pemasaran
Setelah pemanenan maka perlu diketahui mekanisme pemasaran yang
dilakukan oleh Bapak Uman A.Md., selaku penanggung jawab dan pengelola
budidaya udang vaname dalam bak conical, pemasaran dilakukan melewati bakul
ikan khusus yaitu udang dijual kepada bakul tertentu dan tetap, selanjutnya udang
akan didistribusikan kepada penjual ikan yang berada pada pasar ikan daerah
setempat dan setelah itu udang tersebut akan dibeli oleh konsumen.
Adapun jumlah keseluruhan udang setelah dilakukan penimbangan mencapai
72 kg udang vaname dan harga yang telah disepakati antara kedua belah pihak
(penjual dan pembeli) setelah melakukan negosiasi adalah sebesar Rp. 17.000,00/kg
dengan size (banyak udang/kg) ±500 ekor udang/kg, adapun pada saat itu harga
udang vaname dipasaran mencapai Rp.19.000,00/kg. Perlu diketahui bahwa dengan
terjualnya hasil budidaya udang vaname di bak conical dengan harga
Rp.17.000,00/kg sebagai akibat dari kondisi udang yang kurang baik saat pemanenan.
Pada proses budidaya udang vaname yang dilakukan dalam bak conical biaya yang
dikeluarkan mencapai Rp.1.000.000,00 dari kebutuhan untuk membeli benur, pakan,
dan probiotik. Setelah masa pemeliharaan udang mencapai panen, hasil budidaya
udang (omset) mencapai Rp.1.224.000,00 dari hasil kalkulasi jumlah keseluruhan
(kg) panen 72 kg dengan harga udang perkg Rp.17.000, maka dapat disimpulkan
bahwa pihak UPT-PBAP masih mengalami keuntungan sebesar Rp.224.000,00.
Top Related