BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting...
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Gambaran Desa Polobogo
Secara topografis desa Polobogo adalah desa di kecamatan
Getasan, kabupaten Semarang, propinsi Jawa Tengah. kecamatan
ini berada di kaki gunung Merbabu dan di bawah puncak Telomoyo.
Wilayah desa berada pada ketinggian 700 meter dari permukaan
laut dengan curah hujan 2000 mm per tahun, serta memiliki suhu
rata-rata harian 33º C.
Wilayah administrasi desa Polobogo diapit oleh dua
pemerintahan, yakni kabupaten Semarang dan kota Salatiga. Batas
wilayah Desa Polobogo sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Tuntang, di sebelah timur berbatasan dengan kota
Salatiga, di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Banyubiru
dan di sebelah selatan berbatasan dengan desa Sumogawe.
Wilayah desa terbagi menjadi sembilan dusun yaitu dusun
Polobogo, dusun Metes/Gompyong, dusun Sodong, dusun Clowok,
dusun Kebonpete, dusun Karangombo, dusun Blongoran, dusun
Breyon, dan dusun Krasak. Seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 4.1 dibawah ini.
31
Gambar 4.1 PETA DESA POLOBOGO
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Skala 1:6500
Keterangan : Puskesmas Pembantu Desa Polobogo
: Kantor Desa :
Posyandu :
Gereja :
1. Posyandu Melati 1 Jembatan : 2. Posyandu Melati 2 3. Posyandu Melati 3 Masjid
:
4. Posyandu Mawar 1 Sekolahan : M 5. Posyandu Mawar 2 Kuburan :
6. Posyandu Mawar 3 Batas Desa : 7. Posyandu Bugenvil 1 Jalan Propinsi : 8. Posyandu Bugenvil 2 Jalan Desa : 9. Posyandu Bugenvil 3 Jalan Dusun :
Sumber : Kantor Kepala Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
Kec. Banyubiru
Kec. Tuntang
Kota Salatiga
Desa Sumogawe
Desa Manggihan
32
Total penduduk desa Polobogo berjumlah 4.456 jiwa,
mereka tersebar di sembilan dusun. Penduduk terbanyak berada di
dusun Polobogo yang juga menjadi pusat pemerintahan (Krajan).
Tabel 4.1 Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Dusun
No. Nama Dusun Kepala Keluarga Jumlah %
1. Polobogo 273 21.67 2. Metes 99 7.86 3. Sodong 115 9.13 4. Clowok 153 12.14 5. Kebonpete 187 14.84 6. Karangombo 130 10.32 7. Blongaran 110 8.73 8. Breyon 121 9.60 9. Krasak 72 5.71 Total 1260 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
Dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk desa polobogo
adalah kebanyakan tamatan SD (42,10%) disusul tamatan SLTP
(18,22%). Dari perkembangnya terlihat adanya keinginan penduduk
desa Polobogo untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi
dilihat dari adanya lulusan S1 sebanyak 11 orang (0,25%), seperti
pada Tabel 4.2.
33
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Penduduk Satuan (Orang) %
1. Belum Sekolah 322 7.23 2. Tidak Pernah Sekolah 218 4.89 3. Tidak Tamat SD 628 14.09 4. SD 1876 42.10 5. SLTP 812 18.22 6. SLTA 535 12.01 7. D1 31 0.69 8. D2 4 0.09 9. D3 19 0.43 10. S1 11 0.25 Total 4456 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
4.1.2 Fasilitas Kesehatan di Desa Polobogo
Desa Polobogo memiliki satu Puskesmas Pembantu yang
berada di depan kantor kepala desa, dusun Polobogo. Tenaga
kesehatan di puskesmas pembantu dusun Polobogo berjumlah satu
orang yakni bidan desa. Puskesmas Pembantu di dusun Polobogo
merupakan cabang dari Puskesmas di kecamatan Getasan yang
berjarak 15 km dari desa Polobogo yang memiliki sembilan
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Pelaksanaan Posyandu
dilakukan oleh kader yang merupakan anggota masyarakat yang
bersedia untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara
sukarela. Jumlah kader dari masing-masing posyandu yaitu
berjumlah 5 orang. Namun ada satu dusun yang kader
posyandunya hanya berjumlah 4 orang yaitu dusun
Metes/Gompyong.
34
Adapun bentuk kegiatan dari masing-masing posyandu
yakni cek kesehatan ibu dan anak (KIA), imunisasi, penimbangan
berat badan balita, ukur tinggi badan balita dan memberikan
program tambahan kepada lansia seperti cek gula darah, cek
tekanan darah, dan konsultasi kesehatan.
Sarana kesehatan lainnya di desa Polobogo yaitu adanya
satu BPS (bidan praktek swasta) yang merupakan bentuk usaha
bidan dalam mendirikan dan menjalankan praktek pribadi di rumah.
Adapun bentuk pelayanan kesehatan di BPS yakni pemeriksaan
kandungan, calon ekseptor KB, melahirkan, dan imunisasi.
35
4.2 Profil Riset Partisipan Penelitian
Secara umum identitas dari kesepuluh riset partisipan ditunjukkan dalam bentuk tabel 4.3 dibawah ini.
No. Identitas Umur Alamat Agama Pendidikan Pekerjaan Usia Pernikahan
Jumlah anak
1 Ibu PH 26 Tahun
Polobogo Islam SMP Ibu Rumah Tangga
9 tahun 2
2 Ibu KH 32 Tahun
Polobogo Islam SD Ibu Rumah Tangga
11 tahun 2
3 Ibu CH 33 Tahun
Polobogo Islam SMA Ibu Rumah Tangga
15 tahun 2
4 Ibu SR 23 Tahun
Polobogo Islam SMA Ibu rumah tangga dan
Bertani
6 tahun 2
5 Ibu MG 32 Tahun
Polobogo Islam SMP Ibu Rumah Tangga
6 tahun 2
6 Ibu MT 26 Tahun
Sodong Islam SD Ibu Rumah Tangga
10 tahun 2
7 Ibu NM 46 Tahun
Sodong Islam Tidak Sekolah
Ibu Rumah Tangga
25 tahun 3
8 Ibu MR 23 Tahun
Sodong Islam SMP Ibu Rumah Tangga
4 tahun 1
9 Ibu ST 30 Tahun
Sodong Islam SD Ibu Rumah Tangga
11 tahun 1
10 Ibu EN 19 Tahun
Sodong Islam SMP Ibu Rumah Tangga
2 tahun 1
36
Rentang umur ibu menyusui diantara 19-46 tahun. Dari hasil
penelitian kepada 10 ibu menyusui pada dasarnya umur tidak
mempengaruhi ibu menyusui dalam pemberian ASI. Pekerjaan 10
riset partisipan dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga,
sehingga memiliki waktu yang banyak bersama bayinya. Riset
partisipan pada umumnya memiliki 2 anak, namun ada satu ibu
menyusui yang memiliki 3 anak, dan 3 ibu menyusui memiliki 1
anak dalam keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian kepada 10
ibu menyusui yaitu semakin banyak jumlah balita yang dimiliki,
perilaku ibu menyusui dalam hal pemberian ASI semakin baik. Hal
ini dikarenakan adanya pengalaman menyusui sebelumnya.
Jumlah riset partisipan penelitian berpendidikan SMA ada 2
orang, SMP ada 4, SD ada 3, dan tidak menempuh pendidikan
formal hanya ada satu riset partisipan. Berdasarkan hasil penelitian,
pendidikan terakhir 10 ibu menyusui ternyata tidak terlalu
mempengaruhi secara signifikan terhadap perilaku mereka dalam
hal menyusui.
37
4.3 Profil Anak Riset Partisipan
Rentang umur anak riset partisipan antara 2 bulan sampai 1 tahun. Jumlah anak dengan jenis kelamin
laki-laki ada 7 anak, sedangkan 3 lainnya adalah perempuan seperti tampak pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Profil Anak Riset Partisipan
No Identitas anak
Jenis Kelamin
Tempat Tanggal lahir
Umur anak
Tempat dan penolong persalinan
Antropometri BB dan TB Lahir
1 DD Laki-laki Polobogo, 9-11-2011 7 Bulan BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 9 kg TB : 67 cm
BB : 3300 gram TB : 48 cm
2 RY Perempuan Polobogo, 4-8-2012 2 Bulan BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 6,4 kg TB : 60 cm
BB : 2800 gram TB : 40 cm
3 BE Perempuan Polobogo,12-12-2011 1 Tahun BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 8,5 kg TB : 66 cm
BB : 2700 gram TB : 50 cm
4 PA Laki-laki Polobogo, 19-3-2011 1 Tahun BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 9,6 kg TB : 69 cm
BB : 3000 gram TB : 49 cm
5 LE Perempuan Polobogo, 19-8-2011 1 Tahun BPS Isnaningisih,
BB : 10,3 kg TB : 68 cm
BB : 3300 gram
38
Bandungan, Banyubiru
TB : 48 cm
6 AG Laki-laki Sodong, 18-8-2011 1 Tahun BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 8,7 Kg TB : 62 cm
BB : 3600 gram TB : 51 cm
7 AD Laki-laki Sodong, 3-3-2011 1 Tahun BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 8,4 kg TB : 65 cm
BB : 3100 gram TB :49 cm
8 TI Laki-laki Sodong, 26-12-2011 1 Tahun BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 9,7 kg TB : 68 cm
BB : 2600 gram TB : 44 cm
9 FR Laki-laki Sodong, 15-4-2012 5 Bulan BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 6,9 kg TB : 57 cm
BB : 3000 gram TB : 48 cm
10 FY Laki-laki Sodong, 26-11-2011 1 Tahun BPS Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru
BB : 5 kg TB : 63 cm
BB : 2400 gram TB : 48 cm
39
4.4 Hasil Penelitian
Pada bagian ini peneliti melakukan analisa data
berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada 10 riset
partisipan, yang diwakili 5 dari dusun Polobogo dan 5 dari dusun
Sodong, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, dari tanggal
12 Januari sampai 22 Oktober 2012. Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi peneliti menentukan tema-tema dari jawaban setiap
riset partisipan. Pertama, dari segi pengetahuan yakni manfaat
mengenai manfaat menyusui, dampak tidak menyusui, hambatan
yang dialami selama menyusui, posisi menyusui, frekuensi
menyusui, waktu menyusui. Kedua, dari segi sikap yakni motivasi
menyusui, rasa percaya diri ibu dalam menyusui, keluarga, dan
pekerjaan ibu. Ketiga, dari segi tindakan yakni posisi menyusui,
frekuensi menyusui dan waktu menyusui.
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik analisa deskriptif kualitatif. Untuk memudahkan
peneliti dan pembaca, hasil analisa data dibuat secara terpisah
untuk setiap riset partisipan yang akan dimulai dari riset partisipan
pertama yaitu Ibu PH, kedua ibu KH, ketiga ibu CH, keempat ibu
SR, kelima ibu MG, keenam ibu MT, ketujuh ibu NM, kedelapan ibu
MR, kesembilan ibu ST, dan kesepuluh ibu EN.
Untuk mengetahui status gizi anak, peneliti menggunakan pengukuran antropometri yakni berat badan,
tinggi badan, dan umur. Kemudian peneliti menentukan status gizi menggunakan standar WHO 2005 seperti
tampak pada tabel 2.
Tabel 4.5. Klasifikasi IMT menurut WHO 2005
Kategorisasi BB/U
Z-Score Klasifikasi
< -3,0 Gizi Buruk
>-3,0 sampai dengan <-2,0 Gizi Kurang
>-2,0 sampai dengan <2,0 Gizi Baik
Z-score >2,0 Gizi Lebih
Kategori TB/U
< -3,0 Sangat Pendek
>-3,0 sampai dengan <-2,0 Pendek
>=-2,0 Normal
Kategorisasi BB/TB
< -3,0 Sangat Kurus
>-3,0 sampai dengan <-2,0 Kurus
>-2,0 sampai dengan <=2,0 Normal
>2,0 Gemuk
40
4.4.1 Ibu PH
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
PH pada tanggal 6-8 Juli 2012. Ibu PH merupakan riset partisipan
pertama yang peneliti kunjungi. Adapun ciri-ciri fisik dari ibu PH
adalah tinggi badan ± 150 cm, berkulit putih, berambut hitam dan
lurus, bertubuh agak gemuk. Ibu PH berusia 26 tahun, pendidikan
terakhir yang ibu PH tempuh adalah SMP. Dalam kesehariannya
ibu PH bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya
bekerja sebagai tukang kayu dan mereka mempunyai 1 orang anak
perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Anak perempuan ibu PH
berusia 8 tahun sedangkan anak laki-lakinya berusia 8 bulan.
Ibu PH berkomitmen untuk memberikan ASI terhadap
anaknya sejak awal kehamilan anak pertamanya. Hal tersebut
dikarenakan pengetahuan yang didapatkannya dari orangtua,
bidan, dan masyarakat sekitar. Akan tetapi, komitmen ibu PH
tersebut terkendala karena dirinya tidak dapat memberikan ASI
pasca melahirkan kepada anak pertamanya yang disebabkan oleh
faktor alami yakni produksi ASI yang terhambat selama 4 hari
pasca melahirkan. Untuk mengatasi kendala tersebut, hal pertama
yang ibu PH lakukan sambil menunggu produksi ASInya lancar
adalah memberikan anaknya susu formula. Cara ibu PH
melancarkan ASI menurut pengalaman orangtuanya (ibu
kandungnya) adalah dengan mengkonsumsi daun papaya.
Pertama, anak ibu PH bernama DD, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 7 bulan. Hasil pengukuran antropometri berat badan 9 kg serta tinggi badan 67 cm. peneliti menentukan status gizi menggunakan standar WHO 2005.
Tabel 4.6 Status gizi bayi DD
Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi
BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 SD 0,41 Gizi baik
TB/U >-2,0 SD -1,62 Normal
BB/TB -2,0 sampai dengan <2,0 SD 1,79 Normal
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa DD berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-2,0 sampai dengan <2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing >-2,0 SD dan -2,0 sampai dengan <2,0 yang berarti DD memiliki status gizi normal. Kedua, anak ibu KH bernama RY, berjenis kelamin perempuan dan berumur 2 bulan. Hasil pengukuran antropometri berat badan 64 kg dan tinggi badan 60 cm.
Tabel 4.7 Status gizi bayi RY Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi
BB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 SD 2,51 Gizi kurang
TB/U >-2,0 SD 2,42 Normal
BB/TB -2,0 sampai dengan <=2,0 SD 0,92 Normal
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa RY berada dalam kategori gizi kurang menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-3,0 sampai dengan <-2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing >-2,0 SD dan -2,0 sampai dengan <2,0 yang berarti RY memiliki status gizi normal. Ketiga, anak ibu CH bernama BE, berjenis kelamin perempuan dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 8,5 kg dan tinggi badan 66 cm.
Tabel 4.8 Status gizi bayi BE
Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi
BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 0,20 Gizi baik
TB/U >-2,0 -1,85 Normal
BB/TB -2,0 sampai dengan <2,0 1,61 Normal
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa BE berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-2,0 sampai dengan <2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing >-2,0 SD dan -2,0 sampai dengan <=2,0 yang berarti BE memiliki status gizi normal. Keempat, anak ibu SR bernama PA, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 9,6 kg dan tinggi badan 69 cm.
Tabel 4.9 Status gizi bayi PA
Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi
BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 -1,20 Gizi baik
TB/U < -3,0 -4,96 Sangat pendek
BB/TB -2,0 sampai dengan <2,0 1,87 normal
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa PA berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-2,0 sampai dengan <2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing < -3,0 dan -2,0 sampai dengan <2,0 yang berarti PA memiliki status gizi sangat pendek dan normal untuk BB/TB. Kelima, anak ibu MG bernama LE, berjenis kelamin perempuan dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 10,3 kg dan tinggi badan 68 cm.
Tabel 4.10 Status gizi bayi LE
Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi
BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 0,89 Gizi baik
TB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 -2,84 Pendek
BB/TB >2,0 2,97 Gemuk
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa LE berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-2,0 sampai dengan <2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing >-3,0 sampai dengan <-2,0 dan >2,0 yang berarti LE memiliki status gizi pendek dan gemuk untuk BB/TB. Keenam, anak ibu MT bernama AG, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 8,7 kg dan tinggi badan 62 cm.
Tabel 4.11 Status gizi bayi AG
Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi
BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 -0,41 Gizi baik
TB/U < -3,0 -4,82 Sangat pendek
BB/TB >2,0 3,37 Gemuk
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa AG berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-2,0 sampai dengan <2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing < -3,0 dan >2,0 yang berarti AG memiliki status gizi sangat pendek dan gemuk untuk BB/TB. Ketujuh, anak ibu NM bernama AD, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 8,4 kg dan tinggi badan 65 cm.
Tabel 4.12 Status gizi bayi AD
Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi
BB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 -2,58 Gizi kurang
TB/U < -3,0 -6,70 Sangat pendek
BB/TB -2,0 sampai dengan <2,0 1,72 Normal
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa AD berada dalam kategori gizi kurang menurut indeks BB/U dengan >-3,0 sampai dengan <-2,0. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing <-3,0 dan -2,0 sampai dengan <2,0 yang berarti AD memiliki status gizi sangat pendek dan normal untuk BB/TB. Kedelapan, anak ibu MR bernama TI, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 9,7 kg dan tinggi badan 68 cm.
Tabel 4.13 Status gizi bayi TI
Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi
BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 0,60 Gizi baik
TB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 -2,15 Pendek
BB/TB >2,0 2,31 Gemuk
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa TI berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan >-2,0 sampai dengan <2,0. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing >-3,0 sampai dengan <-2,0 dan >2,0 yang berarti TI memiliki status gizi pendek dan gemuk untuk BB/TB. Kesembilan, anak ibu ST bernama FR, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 5 bulan. Hasil pengukuran antropometri berat badan 6,9 kg dan tinggi badan 57 cm.
Tabel 4.15 Status gizi bayi FR
Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi
BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 -1,33 Gizi baik
TB/U < -3,0 -5,06 Sangat pendek
BB/TB >2,0 3,36 gemuk
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa FR berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan >=-2,0 sampai dengan <2,0. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing < -3,0 dan >2,0 yang berarti TI memiliki status gizi sangat pendek dan gemuk untuk BB/TB. Kesepuluh, anak ibu EN bernama FY, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 5 kg dan tinggi badan 63 cm.
Tabel 4.16 Status gizi bayi FY
Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi
BB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 -5,19 Gizi kurang
TB/U < -3,0 -4,90 Sangat pendek
BB/TB < -3,0 -3,81 Sangat kurus
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa FY berada dalam kategori gizi kurang menurut indeks BB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing < -3,0 dan >-3,0 yang berarti FY memiliki status gizi sangat pendek dan sangat kurus untuk BB/TB.
41
Walaupun produksi ASI ibu PH sudah lancar, ibu PH tetap
mengkombinasikan antara ASI dan makanan pendamping ASI,
seperti susu formula dan bubur bayi dengan merek SUN karena
anak pertamanya sudah terbiasa dengan susu formula, akan tetapi
anak pertama ibu PH lebih suka mengkonsumsi susu formula
dibandingkan ASI.
“Aku sudah komitmen pas mengandung anak pertama untuk menyusui. Karena kata orangtuaku dan masyarakat di sini menyusui itu sudah menjadi kebiasaan di desa, bidan juga mengatakan bahwa ASI bermanfaat untuk kesehatan bayi” (A6) “Makanya dek Dila (menyebutkan nama anak pertama subjek) juga menyusui tetapi diselingi dengan susu formula dan sun karena air tetek (red:ASI) saya baru keluar hari keempat setelah lahirke Dila. Setelah ASI keluar, dek Dila malah ndak terlalu suka dan selalu menolak dengan di muntahin gitu mbak, tapi tetap aku kasih dikit-dikit ASInya. Karena dek Dila nda suka ASI, jadi tak kasih susu formula dan sun. Kalo susu formula dan sun cepat di minum sama dia mbak” (A10)
Berbeda dengan pengalaman bersama anak pertamanya,
ibu PH sudah bisa memberikan ASI kepada anak keduanya 30
menit pasca melahirkan. Memasuki usia 8 bulan, anaknya mulai
diperkenalkannya dengan makanan pendamping ASI seperti susu
formula dan bubur bayi merek SUN, akan tetapi selama perkenalan
dengan makanan pendamping ASI tersebut anak ibu PH selalu
menolaknya dengan cara memuntahkan kembali apa yang
dikonsumsinya selain ASI. Berikut pernyataan wawancara yang
mendukung informasi tersebut.
“Setelah melahirkan, sekitar 30 menit bidannya kasih dedek ke aku untuk menyusui dedek. Sampai sekarang usia 7 bulan, Dedek masih menyusui, makanya berat badannya juga setiap ditimbang ikut Posyandu itu ndak pernah turun sekarang aja udah bisa jalan tapi satu dua langkah jatuh kayak gitu” (A8)
42
“Dedek (menyebutkan anak kedua subjek) dari lahir sampai sekarang umur 8 bulan masih ASI. Ga mau diberi susu formula sama nestle. Kalo diberi langsung dimuntahin sama Dedek” (A10)
Hasil Observasi yang mendukung pernyataan diatas yaitu saat
peneliti datang berkunjung, ibu PH selalu menyediakan makanan
dan minuman seperti teh dan makanan ringan lainnya. Ibu PH juga
meminta anaknya untuk minum juga tapi anaknya selalu menolak
dengan menggelengkan kepalanya.
4.4.1.1 Manfaat menyusui
Ibu PH mengatakan bahwa pengetahuannya akan manfaat
menyusui didapatkan dari buku Kartu Menuju Sehat (KMS),
penyuluhan dari bidan desa serta pengalamannya menyusui anak-
anaknya. Menurutnya manfaat dari menyusui adalah anak
keduanya jarang terkena sakit. Sebab baginya ASI bagus untuk
bayi, merupakan makanan utama dan harus diberikan. Berikut
pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Saya taunya dari buku KMS, dari bidan desa yang beri penyuluhan waktu Posyandu dan pengalaman memberi ASI dari anak pertama dan kedua ini” (A1.6) “..Manfaatnya Dedek jarang sakit mba karena air tetek kan bagus untuk bayi dan juga merupakan makanan utama untuk anak mba jadi harus diberikan..” (A10)
Selain anak keduanya jarang sakit, ibu PH juga merasakan
ada manfaat lain dari menyusui tersebut yakni tidak mudah cerewet
atau menangis, memiliki kemampuan belajar dalam hal berjalan
dengan cepat dan lincah, duduk dengan cepat, berbicara atau
berkomunikasi dengan cepat dan cukup jelas. Sehingga ibu PH
43
menyimpulkan bahwa seseorang anak tidak akan kekurangan gizi
jika diberikan ASI. Dari segi lain, ibu PH mengatakan bahwa ASI
dapat menghemat pengeluaran belanja rumah tangga, seperti
pembelian akan susu formula.
“Ya selain jarang sakit, Dedek juga tidak rewel, cepat berjalan, duduk dan lincah anaknya mbak sama cepat bicara. Kaya dedek Kalo manggil-manggil saya biasanya “Ibu” (sambil menirukan gaya anaknya), kalo panggil bapak “Bapak” atau kalo mbahnya (neneknya) “mbah” atau kalo mau netek biasanya “mam” gitu mbak (sambil tertawa terkekeh) (A10.2) “Lebih pintar anaknya mbak yah seperti cepat berjalan, duduk dan bicara itu mbak” (A10.3) “Manfaatnya bagi saya itu lebih hemat dan lebih irit mbak jadi ga perlu keluar keluar duit lagi untuk beli susu formula” (A10.4).
Manfaat menyusui juga dapat dirasakan oleh ibu PH sendiri
melalui penurunan berat badannya, di mana sewaktu sedang
mengandung dirinya mempunyai berat badan 60 kg dan sejak
dirinya mulai memberikan ASI berat badannya turun 10 kg. Di
bawah ini pernyataan ibu PH akan hal di atas.
“…dan waktu hamil dan setelah melahirkan badan saya gemuk kan mba sampe 60 kg tapi setelah saya menyusui saya kurus lagi sekarang udah 50 kg sewaktu nyusui Dila juga seperti itu dan menyusui Dedek ini juga sama dan tetek (payudara) saya juga nda sakit mba” (A10)
Berdasarkan observasi terhadap aktivitas ibu PH dan
anaknya. Peneliti mendapatkan data bahwa pengetahuan ibu PH
sebagian besar diperoleh dari pengalamannya selama menyusui
anak pertama dan anak kedua. Hal tersebut peneliti lihat lewat
tingkah laku keaktifan anak pertama yang berbeda dengan anak
kedua. Anak pertama tingkah lakunya cenderung pasif dari pada
44
anak kedua yang aktif. Sebagai contoh ketika peneliti datang anak
kedua lebih akrab dan aktif bermain dengan peneliti dibandingkan
anak pertama yang malu-malu bila diajak bermain dengan peneliti;
dalam hal mengungkapkan sesuatu tingkah laku anak pertama
malu-malu untuk mengungkapkan kalau dia ingin peneliti menyisir
rambutnya sedangkan anak kedua tidak ragu untuk meminta untuk
digendong dan dipangku oleh peneliti.
Peneliti : “ Ade sini kaka sisir rambutnya, kan mau pergi ke ulang tahun temanya yah?” Ibu PH : “Ooo mau mbak kata Dila disisir sama mbak tapi dia malu-malu untuk bilang ke mbak. sana duduk samping mbaknya kalau mau disisir ini ikat rambutnya dek dibawa”
4.4.1.2 Dampak tidak menyusui
Berdasarkan pengalaman ibu PH selama menyusui anak-
anaknya ternyata ada perbedaan dampak dari tidak memberikan
ASI sejak awal kelahiran, di mana anak pertamanya yang baru bisa
diberikan ASI setelah 4 hari pasca melahirkan dan diberikan susu
formula memiliki kemampuan belajar akan berjalan dan berbicara
yang lama dan lambat dan mudah terkena penyakit sedangkan
anak keduanya yang dapat diberikannya ASI 30 menit pasca
melahirkan memiliki kemampuan belajar yang jauh berbeda dengan
anak pertamanya tersebut, seperti kemampuan belajar akan
berjalan sudah mulai terlihat walaupun sedikit demi sedikit, dan
lincah bahkan tercipta hubungan yang lebih erat (kontak batin)
terhadap dirinya. Sebab sebelum ibu PH memiliki anak kedua, di
45
mana pada saat itu anak pertamanya berusia 1 tahun 5 bulan
dirinya memilih untuk bekerja di sebuah pabrik rokok di Ambarawa
sehingga anak pertamanya lebih dekat dengan neneknya. Berikut
pernyataan yang mendukung informasi tersebut
“Anak pertama saya bisa berjalannya lama, kalo anak kedua umur 7 bulan aja sudah bisa berjalan sedikit-sedikit, anaknya lincah, kalo lagi mau ngolek bumbu (menghaluskan bumbu) di dapur dan Dedek ada pasti dilempar sama dia mbak” (A11) “Mudah sakit mbak, kaya dek Dila kan lebih banyak minum susu formula jadi kalo di kampung lagi musim demam atau flu dek Dila pasti sakit juga kalo dedek ini ga mudah sakit mbak, tahan gitu tubuhnya itu mbak dan juga saya sama anak kedua tambah sayang bukan berarti ga sayang sama anak pertama hanya saja karena menyusui ke sayanya lebih lama jadi hubungan saya ke anak kedua lebih erat mbak, kalo anak pertama kan dia dari umur 4 hari sudah susu formula sama nasi yang dibuat bubur dan dila umur 1 tahun 5 bulan saya sering tinggalin sama ibu saya karena saya bekerja jadi karyawan pabrik rokok di Ambarawa mbak ”(A11.1) “ASIkan makanan utama kan mbak yang udah ada ditiap perempuan, kayak aku merasakan kalo dia sakit gitu aku pasti tau kalo dia sakit, sama gimana yah mbak kayak ada kontak batin antara aku dan anak kedua” (A11.2) “Jalannya sama bicaranya termasuk lambat mbak ga lincah kaya adeknya ini” (A11.3)
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap aktivitas ibu
PH dan anaknya. Peneliti mendapatkan data bahwa pengetahuan
ibu PH mengenai dampak anak tidak diberi ASI diperoleh dari
pengalaman ibu PH selama menyusui anak kedua dan anak
pertama yang diberi ASI bersamaan dengan susu formula. Hal
tersebut peneliti dapat lihat dari kemampuan berdiri, berjalan,
berlari dan duduk serta kemampuan anak ibu PH yang kedua
mengangkat asbak rokok yang terbuat dari tanah liat dengan kuat
dengan usianya yang baru 7 bulan.
46
4.4.1.3 Hambatan yang dialami selama menyusui
Selama proses menyusui banyak hambatan yang dialami
oleh Ibu PH. Pertama, ASInya yang tidak keluar selama 4 hari
pasca melahirkan anak pertamanya. Menurut ibu PH, hal tersebut
merupakan sesuatu yang biasa terjadi pada setiap wanita.
Pengetahuan akan hal tersebut didapatkannya dari ibu kandungnya
yang mengatakan kepadanya ketika dia bertanya mengenai
hambatan tersebut.
“Ada mba, ASI saya keluarnya 4 hari setelah melahirkan jadi saya ga bisa kasih ASI hari pertama” (A12) “Mungkin karena baru pertama kali menyusui. Ibu saya juga mengatakan hal demikian bahwa perempuan yang baru pertama kali menyusui pasti sulit untuk mengeluarkan ASI dalam beberapa hari” (A12.1)
Untuk mengatasi hambatan tersebut demi menjaga anak
pertamanya dari kekurangan gizi, ibu PH memberikan susu formula
sambil menunggu ASI selama 4 hari. Setelah itu, ibu PH
memberikan anak pertamanya ASI sambil diselingi dengan susu
formula. Kemudian anak pertamanya lebih menyukai
mengkonsumsi susu formula dibandingkan ASI. Sehingga setiap
kali ibu PH memberikan ASI kepada anak pertamanya pasti selalu
ditolaknya. Kedua, hambatan yang lainnya selama proses
pemberian ASI adalah anak pertamanya yang lebih senang
menyusui di payudara sebelah kanan daripada payudara sebelah
kiri karena menurut anaknya tersebut ASI ibu PH pahit. Hal tersebut
terjadi karena menurut hasil pemeriksaannya di salah satu rumah
47
sakit di Ambarawa, terdapat tumor di payudara sebelah kirinya.
Dampaknya kemudian ibu PH tidak bisa memberikan ASI melalui
payudara bagian kiri. Alternatif dari hambatan tersebut adalah ibu
PH melakukan operasi pengangkatan tumor. Berikut pernyataan
yang mendukung informasi tersebut.
“Saya kasih susu formula aja, tapi setelah 4 hari baru ASI saya keluar dan tak susuin ke anak tapi susu formula juga iya diberikan karena anaknya sudah itu terbiasa sama susu formula. Oh ia mbak Sama kalo nete dilanya cuma netek di tetek saya yang sebelah kiri ga mau yang sebelah kanan, jadi dulu saya pernah dioperasi” (A12.2) “Kata dokternya itu ada tumor, karena ga disusui ke Dila jadinya dioperasi tapi sekarang sudah sembuh” (A12.3) “Aku juga ga tau mbak, mungkin pait kali mbak, karena ada tumor” (A12.4)
Hambatan yang ketiga dialami oleh Ibu PH adalah puting
payudaranya yang lecet karena digigit oleh anaknya pada saat
proses menyusui dan menyebabkan ibu PH harus menahan rasa
sakit pada saat menyusui kepada anak-anaknya. Usaha Ibu PH
untuk mengatasi hambatan tersebut adalah mengoleskan minyak
goreng tepat di puting yang mengalami lecet tersebut. Hambatan
tersebut ternyata dialaminya lebih parah ketika memberikan ASI
kepada anak keduanya karena anak keduanya tersebut lebih sering
membuat puting payudaranya lecet hingga membuat puting
payudara Ibu PH tidak cepat sembuh. Walaupun mengalami
hambatan yang demikian ibu PH tetap berusaha menyusui anak-
anaknya sambil menahan rasa sakit di area puting payudaranya
tersebut.
48
“Ada mbak puting saya pernah lecet digigit dedek waktu menyusui karena gregetan giginya yang baru mau tumbuh jadinya puting saya keiikut digigit gigit gitu sampe lecet jadi kalo menyusui sakit rasanya” (A12.8) “Waktu itu saya kasih minyak goreng mbak lalu saya oleskan di putting tetek saya dan cepat sembuh terus lecet lagi saya tetap menyusui mbak sambil menahan sakit waktu menyusuinya, ya mau bagaimana lagi kalo ga disusui kasian anaknya saya ga tega karena ASI kan makanan utama mereka mbak dan kalo dikasih tetek saya jadi bengkak karena penuh kalo gitu jadinya sakit mbak ja di harus dikasih mbak” (A12.9)
4.4.1.4 Posisi menyusui
Berdasarkan pengalamannya bersama anak keduanya,
pengetahuan Ibu PH akan posisi menyusui adalah berbaring
dipangkuannya karena anak keduanya dapat merasa nyaman dan
bahkan hingga tertidur.
“Menurut pengalaman saya menyusui anak pertama yah mba, adeknya ini merasa nyaman menyusui dengan posisi berbaring baik di pangkuan saya sampai tertidur pulas, setelah itu baru saya pindahin ke kasur” (A13) “Ho’oh senangnya baring mbak biar langsung tidur, tapi yah kadang ndak langsung tidur juga biasa habis nenen itu langsung maen sama mbaknya” (A13.1)
Posisi pada saat pemberian ASI biasanya disesuaikan
dengan kenyamanan ibu PH dengan anak keduanya. Berikut
informasi yang mendukung. Pertama, anak keduanya lebih
menyukai posisi berbaring dan duduk pada saat menyusui karena
anak keduanya merasa nyaman. Selama proses menyusui baik
dengan posisi menyusui berbaring maupun yang lainnya ibu PH
dengan spontan menepuk-nepuk punggung belakang anak
keduanya. Ibu PH beralasan bahwa hal tersebut dapat menambah
kenyamanan anak keduanya pada saat menyusui. Apabila merasa
49
kelelahan dengan posisi menyusui berbaring, ibu PH akan merubah
posisi menyusuinya menjadi berdiri sambil menggendong anak
keduanya. Walaupun anak keduanya tidak menyukai posisi
menyusui berdiri karena bagi anak keduanya posisi tersebut tidak
membuatnya nyaman. Cara anak keduanya menyatakan
ketidaknyamanannya adalah menolak puting payudara ibu PH yang
dimasukkan ke dalam mulutnya.
“Kalo Dedek itu mbak kadang-kadang ga suka digendong maunya berbaring sama duduk aja, jadi kalo digendong dia nolak putting susu yang masuk ke dalam mulutnya mbak kalo dibawa duduk baru anteng anaknya mbak (tidak rewel)” (C10) “Iya mba, kalo tiduran kan bisa langsung tidur dia mba, jadi ga capek. Tapi juga bisa sambil duduk (Sambil memperaga pada anaknya yang baru bangun tidur yaitu dengan meletakkan anak dipangkuannya lalu menyusui ke anaknya sebelah kiri sambil menepuk nepuk bagian bawah belakang anaknya)” (C10.1) “Sudah kebiasaan mba, spontan aja kalo udah menyusui gini pasti tanpa dipikirkan tangan langsung nepuk-nepuk gitu mba, ya adenya ngerasa nyaman waktu menyusui dan biasa langsung tidur” (C10.2)
Kedua, berdasarkan hasil observasi peneliti, diperoleh data
yaitu saat anak ibu PH menangis karena hendak menyusui ibu PH
mengambil sikap duduk dan membaringkan anaknya
dipangkuannya. Tetapi anaknya menolak sambil menangis lalu ibu
PH mengambil sikap berbaring di dipan dan membaringkan
anaknya dengan posisi berhadapan dan anaknya pun menyusui
dengan tenang. Ketiga, Setelah peneliti melakukan pengamatan
terhadap keluarga ibu PH. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ibu
PH menyusui anaknya sesuai dengan kenyamanan anaknya. Hal
tersebut peneliti dapat lihat lewat aktivitas menyusui anak
50
keduanya yang meminta menyusui di dalam kamar dengan posisi
berbaring dan ibu PH pun menuruti keinginan anaknya dan
mengajak peneliti untuk ikut ke dalam kamar sambil berbincang
dan menemani ibu PH yang sedang menyusui anak keduanya
dengan posisi berbaring.
4.4.1.5 Frekuensi Menyusui
Dalam hal frekuensi menyusui, ibu PH mengatakan dalam
sepengetahuannya dalam sehari kurang lebih anak keduanya
biasanya melakukan proses menyusui dengan frekuensi 10 kali.
“Sering mbak, bisa lebih dari 10 kali” (A14)
Dalam sehari-hari ibu PH menyatakan bahwa dia bisa
melakukan proses menyusui dengan anak keduanya secara
berkali-kali yang di mulai dari anak keduanya bangun tidur hingga
menjelang tidur malam. Akan tetapi pada dasarnya proses
menyusui tersebut berdasarkan permintaan anak keduanya. Hal
tersebut dinyatakan ibu PH bahwa anak keduanya pernah ingin
menyusui pada tengah malam sehingga ibu PH harus menyusui
anak keduanya dengan kondisi setengah sadar.
“Iya mba tadi pagi saya menyusui, bangun tidur, habis mandi sama tadi pas mau pergi ke rumah mbahnya waktu mau jemput Dila itu” (C11) “Wah iya mba setelah mandi sore sama pas mau tidur itu menyusui juga kalo pas malam saya menyusuinya sambil berbaring dan adeknya langsung tertidur gitu mba” (C11.2) “Selama ini ga mba, soalnya kalo ga gitu adeknya rewel mba jadi sampe kelepas sendiri karena ketiduran” (C11.3)
51
4.4.1.5 Waktu Menyusui
Menurut ibu PH dengan pengalamannya menyusui bersama
dengan anak keduanya, waktu menyusui yang dihabiskan adalah 5-
10 menit.
“Yang saya tau itu mbak 5-10 menit mbak ya biasanya dedek menyusui segitu mbak” (A15)
Secara rutin ibu PH selalu menyusui anak keduanya pada
pukul 6 pagi sebab anak keduanya sudah terbangun dari tidurnya.
Namun, sebelum anak keduanya bangun ibu PH menyempatkan
diri untuk mengerjakan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga,
seperti memasak. Oleh karena itu, ibu PH merasa kesulitan
melakukan profesinya sebagai ibu rumah tangga saat anak
keduanya hendak meminta ASI. Sehingga ibu PH selalu merasa
pekerjaannya yang bisa diselesaikan dalam waktu sehari bisa
seperti seminggu. Selain profesinya sebagai ibu rumah tangga, ibu
PH selalu menyiapkan diri untuk pergi ke rumah mbahnya Dedek
untuk menjemput anak pertamanya dan ibu PH selalu menyusui
anak keduanya sekitar 8 menit sebelumnya.
“Jam 6 an mba, Dedek mah cepat bangunnya, jadi saya harus cepat bangun dan masak supaya selese masak langsung netekin anak. Kalo udah bangun itu susah kerja. Kerjaan sehari jadi seminggu mbak ibaratnya itu” (C12) “Sekitar 8 menit aja mba tergantung keadaan dedek kalo dia merasa masih kenyang neteknya bentar tok, tapi kalo lapar itu biasa lama bisa sampai 15 menitan, terus dia langsung maen dilantai lari sana lari sini dibongkarin semua yang sudah rapi kaya taplak meja ini mba ditarik tarik sama dia mba, aduh repot mba tapi yah di nikmati aja” (C12.1)
52
“Sekitar 8 menit juga mba setelah saya sarapan terus langsung kerumah mbahnya jemput dila, kalo sabtu kan mba Dila nginap di rumah mbahnya. Soalnya mbahnya ga ada temannya disana, Cuma sendiri aja dirumah, pas hari minggunya baru dijemput gitu setiap minggunya mba” (C12.2)
Pernyataan di atas juga didukung dengan hasil
observasi peneliti yaitu peneliti dapat menyimpulkan bahwa
waktu menyusui anaknya berbeda-beda. Hal tersebut peneliti
dapat lihat dari waktu menyusui anak ibu PH saat siang hari
pukul 12.00 WIB saat anak ibu PH bangun dari tidur dia
menyusui selama 5 menit. Setelah itu pukul 14.10 WIB anak
ibu PH menyusui kembali dengan lama menyusui 3 menit,
kemudian menyusui kembali pukul 16.00 WIB dengan lamanya
menyusui sekitar 11 menit dengan posisi berbaring.
Selanjutnya menyusui pukul 18.00 WIB setelah anaknya
bangun tidur dengan lamnya menyusui 4 menit. Setelah
anaknya selesai menyusui kemudian ibu PH memandikan anak
keduanya dan memakaikan baju dan menyisir rambutnya.
Sebelum peneliti kembali ke Salatiga pukul 21.30 WIB anak ibu
PH merenggek untuk disusui sehingga ibu PH harus
membawanya ke dalam kamar dan menyusuinya karena
waktunya untuk tidur buat anaknya dan peneliti kembali ke
Salatiga.
53
4.4.1.6 Motivasi ibu menyusui
Ibu PH menyikapi proses menyusui dengan motivasi yang
kuat untuk menyusui anak keduanya pasca melahirkan. Seiring
dengan berjalannya waktu ibu PH mengalami kendala di mana
menurut anak keduanya ASInya memiliki rasa yang pahit
dikarenakan ibu PH sedang terkena demam. Walaupun demikian
ibu PH tetap menyusui anak keduanya dengan posisi berbaring.
Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Tetap menyusui mba sambil berbaring, kasian mba kalo ga di kasih dan kadang-kadang adenya ga mau mungkin karena ASInya pait kali mba” (B10) “Iya kalo lagi sakit atau masuk angin ASInya pait makanya dedek ga mau menyusui kalopun menyusui ga banyak-banyak mba”(B10.1)
4.4.1.7 Rasa Percaya Diri
Ibu PH ternyata memiliki rasa percaya diri yang cukup tinggi
dalam hal menyusui bersama anak keduanya dalam berbagai
keadaan. Menurut ibu PH, tidak perlu malu untuk menyusui
walaupun harus menyusui depan keluarga, atau tetangga yang
sedang berkunjung kerumahnya karena ibu PH merasa sedih jika
anak keduanya tidak diberikan ASI. Namun, jika orang yang
bertamu ke rumahnya adalah seorang pria secara spontan ibu PH
menyikapi hal tersebut dengan menyusui anak keduanya di dalam
kamar. Ibu PH juga mengatakan bahwa dirinya merasa malu
karena payudaranya bertambah besar, oleh karena itu jika hendak
54
menyusui ibu PH mencari tempat yang sepi atau ke rumah teman
untuk menyusui anaknya.
Berbeda hal jika yang bertamu adalah seorang perempuan,
ibu PH menyikapinya dengan tetap menyusui anak keduanya di
depan tamu perempuan tersebut karena faktor fisik yakni sama-
sama memiliki sepasang payudara.
“Istilahnya menyusui itu mbak ga tau malu jadi tetap aja saya menyusui mbak kan keluarga sendiri sama dengan kalo ibu-ibu datang kaya tetangga gitu mbak saya biasa aja tetap aja menyusui. Kaya lagi ada mbaknya gini saya juga tetap menyusui mbak. Pokoknya sudah ga tau malu deh mbak hehehe (ucap ibunya sambil menyusui Dedek pada saat wawancara berlangsung) karena kasian kalo ga diberi” (B11.2) “Wah kalo yang waktu itu saya menyusuinya di dalam kamar mbak. Soalnya Dedek udah nangis minta di susui. Kan laki-laki mbak, malu kalo menyusui depan laki-laki kalo sesama perempuan saya gapapa mbak tetap aja saya menyusui kan sama aja, sama-sama punya payudara (sambil tersenyum). (B11.3) “Iya mbak dedek itu di manapun tetap minta disusui mungkin karena lapar kan dedek cuma minum ASI aja mbak. Wah malu mbak, kan kalo udah melahirkan tetenya tambah besar, jadi saya kalo netein cari tempat yang sepi baru saya tetein gitu, jadi belanjanya jadi lama karena sudah ada anak kecil atau kalo nda aku ke rumah teman dulu untuk netein Dedek” (B11.5)
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas ibu PH dan
anaknya. Peneliti mendapatkan data bahwa sikap ibu PH terhadap
menyusui dapat dilihat dari percaya dirinya ibu PH menyusui
anaknya ketika peneliti datang berkunjung kerumah ibu PH. Ibu PH
terlihat tidak malu menyusui anaknya walaupun sambil wawancara.
Namun hal serupa tidak ibu PH praktekkan saat petugas PLN
datang bertugas untuk memasang listrik di rumahnya. Ketika
55
anaknya hendak menyusui ibu PH menggendong anaknya
kedalam kamar untuk menyusui.
4.4.1.8 Dukungan keluarga
Ibu PH menyikapi dukungan keluarganya terhadap dirinya
dalam hal menyusui secara positif. Bentuk dukungan yang pertama
berasal dari ibu mertuanya yang selalu menyarankannya untuk
lebih memberikan ASI daripada susu formula dan tidak lupa juga
menyarankan dia untuk membeli jamu serta sayuran, seperti daun
papaya yang dipercaya dapat mempelancar produksi ASI.
“Iya mbak mereka sangat mendukung dan menyarankan untuk memberikan ASI. Dari zaman dulu kan orang desa itu taunya cuman ASI aja” (B12) “Ibu saya sama mertua memang sangat menyarankan ASI, lagian Dedek ga mau susu formula. Kalo dikasih ga diminum dibuang-buang aja, ga ditelan gitu mba, disembur mungkin karena ga enak jadinya dia ga suka mbak. Sukanya cuma air susu aja mba (sambil tersenyum). Kan saya kerja mbak. Jadinya ya kerjanya keluar dulu demi anak mbak, kasian kalo ditinggal soalnya ga mau susu formula ga ada yang jagain dedek” (B12.1) “Kalo saya mau ke pasar gitu mba beli sayur mereka selalu mengingatkan jangan lupa kalo kepasar beli jamu atau daun papaya supaya ASInya lancar gitu mba” (B12.2) “Daun papaya itu dibersihkan lalu direbus gitu aja mba terus airnya diminum daunnya bisa buat lalapan terus dimakan. Manfaatnya itu ASI jadi lancar mba soalnya kalo saya ga makan sayur air tete saya ga ada mba jadi harus makan sayur” (B12.3)
Bentuk dukungan kedua datang dari suaminya yakni selalu
memberi ibu PH uang Rp 25.000,00 dengan perincian Rp
20.000,00 untuk membeli sayuran dan Rp 5000,00 untuk membeli
jamu herbal yang dapat melancarkan produksi ASInya.
“Kalo suami sebelum berangkat kerja, saya dikasih duit RP 25.000. kata suami duit 25.000 itu buat beli sayur 20.000 dan 5000nya buat beli jamu herbal pelancar ASI gitu mbak supaya saya sehat dan anak-anak juga sehat” (B12.4)
56
4.4.1.9 Pekerjaan Ibu
Dalam hal pekerjaan ibu PH mengatakan pekerjaan sehari
jadi seminggu. Hal tersebut dikarenakan ibu PH selalu
mengutamakan kebutuhan anaknya seperti mengutamakan
menyusui anaknya walaupun sedang hendak menyelesaikan
pekerjaan rumah atau aktivitas lainnya. Berikut pernyataan yang
mendukung informasi tersebut.
“Ya saya mah ngikutin aja mba jadi kata orang itu pekerjaan yang seharusnya jadi sehari malah jadinya seminggu kalo sudah ada anak gitu mba, biasanya dia paling suka berbaring kalo digendong gitu adeknya nda mau biasa sampe teteknya dilepas ato pernah sampe digigit sama dia” (B13.4)
Seperti halnya dengan aktivitas yang ibu PH lakukan
sebelum peneliti datang yaitu Ibu PH mengatakan pagi tadi dia
pergi ke rumah mbahnya Dedek dan Dila untuk menjemput Dila dan
kembali ke dusun Polobogo pukul 12.00 WIB untuk menunggu
kedatangan peneliti. Ibu PH juga menceritakan tentang ibu PH
keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai pabrik karena ibu PH
merasa kasian sama anaknya selain itu juga karena anaknya
menolak minum susu formula. Setiap kali minum susu formula
anaknya selalu memuntahkannya.
“Saya tadi pagi jemput dek dila dulu di rumah mbahnya ini jam 12-an baru balik dan ga ada kerjaan. Makanya senang pas mbak datang jadi ada temannya. Soalnya kalo siang begini suami lagi kerja, pulangnya sore. Kerjanyakan tukang kayu. Kalo pagi itu yah seperti biasa masak dulu, baru pas dedek bangun yah susuin dedek, mandiin dedek, terus pergi kerumah mbahnya dedek ini untuk jemput dedek. Kalo duduk saya bekerja dipabrik, tapi pas Dila umur 1 tahun 5 bulan aku baru keluar dari kerjaan soalnya kasian sama anak” (B13)
57
“Kepikiran terus mba sama anak, khan waktu menyusui dila saya bekerja jadi yang jaga ibu saya, kasian juga sama ibu yang jagain terus kan ibu juga ada pekerjaannya, tapi ya mau bagaimana lagi saya juga harus bantu suami, tapi waktu melahirkan Dedek dan menyusui Dedek saya berhenti bekerja karena Dedek ga mau susu formula maunya ASI aja jadi kasian kalo ditinggal dan ga ada yang jaga mba kalo Dila khan ga mau ASI maunya susu formula aja jadi harus cari duit untuk beli susu itu mba soalnya kalo di kasih ASI dia ga mau malah dimuntahin gitu mba katanya “pait..pait” (sambil menirukan anaknya mengatakan pait pait)” (B13.1)
4.4.1.10 Triangulasi
Pada riset partisipan pertama, triangulasi dilakukan dengan
satu sumber saja yaitu suami ibu PH, bapak WR. Bapak WR
mengatakan bahwa ibu PH sangat rajin dan rutin menyusui anak-
anaknya terutama anak keduanya. Permintaan menyusui dari anak
keduanya akan langsung diikuti oleh ibu PH. Posisi menyusuinya
bisa duduk dan berbaring sesuai keinginan anaknya. Menurut
bapak WR, ibu PH juga sangat penurut kepada orangtua dan
suami, apa yang disarankan oleh orangtua dan suami untuk
kebaikan anaknya maka ibu PH akan langsung menurutinya.
Misalnya ibu PH harus rajin makan daun papaya supaya produksi
ASI lancar. Maka ibu PH akan pergi membeli daun papaya.
58
4.4.2 Ibu KH
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
KH pada tanggal 14-16 September 2012. Adapun ciri-ciri fisik dari
ibu KH sebagai berikut: tinggi badan sekitar ± 145 cm, berkulit agak
gelap, berambut gelombang sedada dan berbadan agak gemuk. Ibu
KH berusia 32 tahun, pendidikan terakhirnya adalah SMP. Ibu KH
berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya bekerja
sebagai buruh pabrik sawit di Kalimantan Timur. Mereka
mempunyai 2 orang anak perempuan, di mana usia anak pertama 9
tahun, dan anak kedua berusia 5 bulan.
Walaupun tidak bersama suaminya, Ibu KH tetap komitmen
untuk menjaga dan mengasuh anaknya dengan sebaik-baiknya. Ibu
KH memberikan ASI kepada anak-anaknya 30 menit pasca
melahirkan sesuai dengan anjuran dari bidan yang membantu
persalinan. Hal tersebut dikarenakan setelah melahirkan, bidan
yang membantu proses persalinan ibu KH akan menimbang berat
badan bayi, mengukur tinggi badan bayi, dan membersihkan bayi
dan ibu KH. Setelah semuanya sudah bersih maka bidan akan
memberikan bayinya kepada ibu KH untuk disusui. Berikut
pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Walaupun aku jauh dari suami, aku tetap mengutamakan menyusui anakku mba. oleh karena itu dua-duanya anakku setelah melahirkan langsung menyusui, tapi dibersihin dulu badannya di ukur tinggi badannya anak dan saya juga dibersihin setelah itu baru disusuin ya kira-kira 30 menitan mbak setelah melahirkan, soalnya bidannya kerjanya cepat, mungkin karena udah terbiasa ya mbak” (A10)
59
Selanjutnya, ibu KH tetap menyusui anak-anaknya dengan
diselingi makanan pendamping ASI saat anak-anaknya berusia 2
bulan. Makanan pendamping ASI yang diberikan kepada anak-
anaknya adalah susu formula, bubur, air putih, dan teh hitam manis.
Alasan ibu KH memberikan makanan pendamping ASI adalah
menjaga anak-anaknya dari rasa lapar. Berikut pernyataan yang
mendukung infomasi berikut.
“Mila (Riset partisipan menyebutkan nama anak pertamanya) dari pertama lahir itu langsung disuruh bidane untuk menyusui mbak, terus yang anak kedua ini juga sama masih menyusui” (A10) “…Biar nda lapar aku juga sambil beri minum air putih juga mbak biar nda lapar adeknya soalnya menyusuinya berkurang (Riset partisipan lalu duduk kembali di samping peneliti tapi tetap menyusui anaknya dan sambil bercerita dengan peneliti)” (C11) “Usia 2 bulan itu dah tak kasih sun milna sama susu promina. Kata bidane kan usia 6 tahun baru dikasih. Tapi yaitu aku ga mau. Anaknya nangis terus kok jadi tak kasih sun sama susu promina aja mbak” (C11.1) “Iya toe mbak, kalo anak cuma ASI aja makanannya kan itu kasian anake kelaperan, jadi biar kenyang dan nda sakit itu tambah makanan lain. Kaya kita orang tua ini kan mbak pasti lapar kalo nda ditambah makanan lain. Kalo cuma minum susu toe itu kan nda kenyang” (A10.8)
4.4.2.1 Manfaat menyusui
Berdasarkan pengalaman ibu KH mengatakan bahwa
manfaat dari menyusui adalah ASI lebih bagus dari pada susu
formula, lebih hemat untuk meminimalisir pengeluaran dalam hal
pembelian susu formula, serta lebih enak dari pada susu formula.
“ASI kan lebih bagus mbak dari pada susu formula, terus lebih irit nda harus beli. Lebih enak mbak dari pada susu formula, selain itu jarang sakit lebih kuat dari pada anak lain yang ga diberi ASI mbak…” (A10.9)
60
Selain itu menurut ibu KH, ASI lebih cepat dan instan dalam
pemberiannya, jadi bila malam hari anaknya terbangun dan minta
susu, ibu KH tidak harus ke dapur untuk mengambil air hangat dan
dingin lalu ditaruh di botol susu. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
dari ibu KH, yakni :
“ASI itu kan cepat mbak, instan, jadi kalo malam hari adeknya bangun minta mimi susu aku nda harus repot kedapur ambil air hangat atau air dingin dan taruh di botol. Tapi kalo menyusuikan langsung aja anaknya netek” (A10.10)
4.4.2.2 Dampak tidak menyusui
Sepengetahuan ibu KH berdasarkan pengalamannya, anak
yang tidak diberi ASI akan mengalami penurunan berat badan,
seperti kurang gizi. Ibu KH mencontohkan anak tetangganya yang
kurus karena tidak diberi ASI oleh orangtuanya yang sibuk dengan
pekerjaannya.
“Berat badannya itu mbak menurun, terus kaya kurang gizi gitu mbak. Aku melihat anak tetangga itu kurus karena ga menyusui mungkin karena orangtuanya sibuk bekerja” (A11)
Walaupun anaknya tidak pernah mengalami kurang gizi, ibu
KH mengakui bahwa anaknya pernah sakit karena di daerah tempat
dia tinggal sedang musim sakit, seperti flu dan demam.
“Oh nda, ndak pernah. Kalo sakit itu palingan karena lagi musim sakit aja, inikan lagi musim pilek nah kena pilek juga. Kalo yang kurus itu aku lihat anak tetangga aja kan ibunya sibuk kerja jadi anak dikasih susu formula aja atau apa aku juga ndak tahu mbak” (A11.1)
61
4.4.2.3 Hambatan yang dialami selama menyusui
Ibu KH mengakui berdasarkan pengalamannya yang
memberikan pengetahuan bahwa ada hambatan-hambatan yang
sering dialami selama menyusui, seperti puting payudara yang
sering sakit karena anaknya gregetan sebab giginya mulai tumbuh
sehingga tanpa sengaja anaknya menggigit puting susu ibu KH.
Oleh sebab itu ibu KH sering meringgis dan menahan sakit. Namun,
ibu KH tetap berusaha menyusui anaknya. Hal tersebut
dilakukannya demi anaknya. Berikut pernyataan yang mendukung
informasi tersebut.
“Apa yo mbak. Ini puting yang sering sakit karena kasar waktu neteknya (sambil meringgis menahan sakit). Apalagi sekarang giginya udah tumbuh dua karena gregetan jadine di gigit gigit putingnya sampe pernah mau putus rasanya puting aku waktu itu mbak, mulut anak kecil itukan kasar kalo netek seenakke dewe (seenaknya sendiri)” (A12) “Ya tetap tak susui mbak, ntar sembuh sendiri putingnya yang sakit. Sambil menahan sakit yo aku tetap menyusui, ini semua demi anak” (A12.1)
Hambatan lainnya menurut ibu KH adalah makanan pedas.
Sebab menurutnya jika dia mengkonsumsi makanan pedas maka
anaknya akan terkena diare. Oleh karena itu dia berusaha
menghindari makanan-makanan pedas.
“…Sama kalo saya makan pedes gitu anaknya bisa kena diare atau juga mudah kena flu padahalkan saya kasih ASI sama makanan tambahan lainnya kaya nasi sama air putih” (A3.2)
62
4.4.2.4 Posisi Menyusui
Menurut sepengetahuan ibu KH ada beberapa posisi
menyusui berdasarkan pengalamannya, yaitu menyusui dengan
posisi berdiri atau duduk karena menurut ibu KH, anak kecil banyak
maunya dan harus dituruti.
“Iya, kalo dipaksa untuk netek sambil tiduran ga mau juga jadi mau ga mau diajak jalan-jalan atau duduk supaya mau menyusui. Namanya anak kecil kan mbak banyak maunya dan harus dituruti” (A13)
Ibu KH mengatakan saat melahirkan dia menyusui dengan
posisi berbaring karena tidak kuat untuk duduk dan oleh bidannya
meletakkan anaknya di samping ibu KH untuk di susui. Menurut
pengalaman ibu KH, posisi menyusui adalah dengan duduk dan bila
anaknya sudah merasa tidak nyaman karena gelisah maka posisi
menyusui adalah berdiri sambil mengendong anaknya untuk diajak
jalan-jalan.
“Posisi menyusuinya waktu itu aku berbaring aja mbak kan ga kuat untuk duduk tapi anaknya kuat menyusui. Bu bidannya taruh di samping saya terus ta kasih ASI terus anaknya menyusui”(A13.1) “Menurut pengalaman aku yah mba, duduk aja biasa menyusui, kalo adeknya ngerasa nda nyaman yah aku ajak jalan-jalan” (A13.2) “Gelisah gitu kalo disusui”(A13.3)
Mengenai posisi menyusui, ibu KH melakukan beberapa
tindakan, seperti jika dia merasa lelah saat menyusui ibu KH akan
berbaring sambil menyusui anaknya dan anaknya secara spontan
akan mengikuti posisi ibunya walaupun sambil main-main sampai
63
merasa capek dan tertidur pulas. Main-main yang dimaksud adalah
anaknya memasukkan puting ibunya ke dalam mulutnya tapi tidak
diisap sama anaknya hanya dimasukkan saja.
“Adeknya ikut berbaring juga mbak. Tapi sambil maen-maen gitu sampe capek dan puas menyusui baru tidur nyenyak enak”(C10.3) “Ini teteknya ini dimasukin ke mulut tapi nda diisap hanya diemut aja gini mbak” (C10.4)
Ibu KH juga melakukan posisi duduk saat menyusui akan
tetapi anaknya sering meminta dirinya untuk menyusui dengan
posisi berdiri sambil digendong. Menurut ibu KH, dia merasa
nyaman menyusui dengan posisi tersebut karena sudah ada
pengalaman menyusui anak yang pertama. Ibu KH sendiri lebih
suka menyusui anaknya dengan posisi berbaring karena baginya
posisi tersebut tidak membuatnya lelah. Akan tetapi dia akan
melakukan berbagai posisi menyusui, seperti posisi menyusui
duduk, berbaring dan digendong karena semua posisi menyusui
tersebut harus sesuai dengan kenyaman anaknya. Jika anaknya
tidak merasa nyaman maka anakanya akan mengkomunikasikan
rasa ketidaknyamanan tersebut dengan cara cerewet dan
menangis.
“Posisinya yah gini ini mbak (riset partisipan sambil menyusui anaknya yang ada dipangkuannya) sambil duduk tapi ya kadang anaknya minta sambil digendong. Paling sering itu digendong mbak” (C10) “Nyaman aja mbak udah biasa kaya gini kan udah pengalaman sama mbaknya ini jadi pas punya anak kedua ga repot-repot amat” (C10.1) “Sukanya itu tiduran biar ga capek menyusuinya” (C10.2)
64
“Tiduran bisa, duduk bisa, digendong sambil ajak jalan juga suka tergantung suasananya aja mbak misalnya kalo adeknya nangis, cerewet gitu ya ta ajak duduk atau ga ajak jalan-jalan sambil digendong gitu” (C10.5)
Pernyataan diatas didukung dengan hasil observasi selama
berada di rumah ibu KH. Di mana pada saat itu, ibu KH yang
sedang menyusui anaknya dengan posisi menyusui duduk tiba-tiba
anaknya rewel dan akhirnya ibu KH memutuskan untuk menyusui
anaknya dengan posisi menyusui berdiri sambil digendong.
4.4.2.5 Frekuensi menyusui
Ibu KH tidak mengetahui berapa kali dalam sehari harus
menyusui karena menurutnya lebih baik menunggu anak meminta
ASI.
“Berapa kali yah mbak, aku ndak tau. Tunggu anaknya minta baru dikasih gitu aja”(A14)
Selama ibu KH sakit, frekuensi menyusui terhadap anaknya
berkurang di mana biasa delapan kali menjadi empat kali. Selain
itu, menurut ibu KH rasa ASInya tidak enak di mulut anaknya
sehingga frekuensi menyusui anaknya berkurang. Oleh karena itu
ibu KH mengambil tindakan dengan memberikan air putih kepada
anaknya agar tidak merasa lapar.
65
“Menyusuinya berkurang mbak. Biasa sehari delapan kali sekarang cuma bisa empat kali sehari. Ya cuma dikit-dikit aja minumnya mbak. Lagi pula selera menyusuinya itu berkurang. Setiap diberi ASI itu dikeluarkan sama adeknya ini, kalo pun nda dikeluarin itu cuma diisap sedikit aja terus nangis lagi (Ucap riset partisipan dengan wajah sedih sambil menatap wajah anaknya). Nafsu makannya juga berkurang. Tak kasih sun nestle itu dikeluarin terus. Biar nda lapar aku juga sambil beri minum air putih juga mbak biar nda lapar adeknya soalnya menyusuinya berkurang (Riset partisipan lalu duduk kembali di samping peneliti tapi tetap menyusui anaknya dan sambil bercerita dengan peneliti)” (C11) “Kata orang-orang mbak air susu ne nda enak di mulut adeknya kalo lagi sakit. Makanya adeknya ini nda mau menyusui kalo lagi sakit. Kayak dulu mbak waktu adeknya umur 1 bulan adeknya ini mau sempat tak tinggal karena aku harus rawat inap di rumah sakit. Jadi ASI ne tak peras ngono. Tapi untungnya ga jadi rawat inap” (C11.1)
Pernyataan diatas didukung dengan hasil observasi selama
berada di rumah ibu KH yang dimulai pukul 14.00 WIB sampai pukul
18.00 WIB. Selama berada di rumah ibu KH, dia sudah menyusui
anaknya sebanyak 5 kali.
4.4.2.6 Waktu menyusui
Berdasarkan pengalaman Ibu KH mengatakan waktu
menyusui tidak dijadwalkannya secara khusus. Ibu KH akan
menyusui apabila anaknya menangis dan dengan cara tersebut
anaknya berkomunikasi kepada ibu KH untuk memberitahu dia
sedang lapar dan haus.
“Kalo menyusui adeknya ini sewaktu nangis ya dikasih. Nda ada jadwal khusus, soalnya kalo anak kecil kan mbak, mudah laper. Badannya aja kecil tapi makannya itu walaupun sedikit-sedikit tapi banyak.” (A15)
Dalam pelaksanaannya mengenai waktu menyusui ibu KH
biasanya melakukan tindakan menyusui dengan waktu sekitar 9
66
menit dan bila malam hari proses menyusui dilakukan hingga dia
bersama anaknya tertidur.
“Wah ga terhitung lamanya mbak, mungkin ya sampe 9 menitan, ya kaya seperti ini lama menyusuinya, ini mau tidur lagi, matanya pejam tapi mulutnya masih bergerak nyedot susunya, kalo malam itu ya sampe tidur” (C12) “Iya mbak, saya menyusuinya sampe ketiduran, sampai-sampai nda ingat kalo lagi menyusui. Tahu-tahu sudah pagi saja”(C12.1)
Dalam setiap kegiatannya, seperti dirinya hendak pergi ke
Balai Pengobatan, ibu KH selalu menyempatkan diri untuk
menyusui anaknya selama 5 menit walaupun anaknya sedang tidak
ada selera untuk menyusui karena sedang sakit.
“Yah itu nda terlalu lama, cuman 5 menitan aja mbak” (C12.4) “Soale kan mbak masih sakit, jadi selera menyusuinya itu berkurang dan juga buru-buru mau ke Balai pengobatan itu”(C12.5)
Berkaitan dengan hasil observasi frekuensi menyusui anak ibu KH.
Peneliti menghitung waktu yang digunakan anak ibu KH menyusui
yaitu setiap kali menyusui anak ibu KH memerlukan waktu 4-5
menit.
4.4.2.7 Motivasi ibu menyusui
Ibu KH menyikapi kelahiran anaknya dengan motivasi yang
kuat untuk menyusui. Motivasi ibu KH tersebut menurutnya dimulai
pada saat usia anaknya 1 bulan dia pernah mengalami sakit akan
tetapi dia tetap menyusui anaknya.
“Ya aku tetap menyusui mbak. Sambil makan sayur-sayur. Soale kalo kita makan sayur yang banyak itu ASI makin banyak. Kalo nda makan sayur itu air ASI pasti ga ada mbak. Saya dulu pernah jarang makan sayur trus dikit sekali air ASI yang keluar nah pas banyak makan sayur baru air ASInya banyak yang keluar” (B10)
67
Kemudian ibu KH termotivasi untuk menyusui karena
menurutnya ASI lebih bagus daripada susu formula dan lebih hemat
sebab ASI tidak seperti susu formula yang memerlukan biaya untuk
membelinya. Hal tersebut dilakukannya karena faktor ekonomi
keluarga, di mana kiriman uang dari suaminya yang bekerja di
Kalimantan Timur tidak pernah menentu.
“ASI kan lebih bagus dari pada susu formula jadi diberi ASI selain itu irit biar ga keluar duit beli ASI soalnya suami saya di Kalimantan itu ga nentu kiriman duitnya jadi saya juga bantu sambil kerja karena lagi menyusui ini makanya berenti kerja mbak ” (B10.1)
4.4.2.8 Rasa percaya diri
Ibu KH memiliki rasa percaya diri yang cukup baik untuk
menyusui anaknya. Sebab ibu KH selalu melihat-lihat terlebih
dahulu siapa yang bertamu ke rumah, jika yang datang tamu pria
maka ibu KH menyusui menunggu sampai tamu pria tersebut
pulang atau membawa anaknya ke kamar atau ke dapur untuk
menyusui.
“Dilihat-lihat dulu kalo tamunya perempuan ya tetap menyusui tapi kalo laki-laki ya tunggu sampe pulang dulu baru menyusui kalo ga yah bawa ke kamar dulu atau kedapur terus baru kasih mimi di sana kalo udah baru ke depan lagi, jadi minta tolong bapak dan ibu mertua dulu yang nemenin sementara saya masih mimiin adeknya” (B11.1)
Berdasarkan observasi dari perkunjungan ke rumah ibu KH,
kebetulan ada seorang tamu pria sedang bertamu dan ternyata ibu
KH tetap percaya diri untuk menyusui. Ibu KH juga tetap menyusui
di depan keluarganya baik itu perempuan maupun laki-laki.
68
4.4.2.9 Dukungan Keluarga
Dalam hal dukungan keluarga menurut ibu KH keluarganya
sangat mendukung selama anaknya dalam keadaan sehat dan
baik. Begitu dengan suaminya yang bekerja di Kalimantan Timur, di
mana selalu menanyakan kabar anaknya dan suaminya juga
sangat mendukung ibu KH selama anaknya sehat. Ibu KH
mendapatkan informasi dari bidan yang membantunya melahirkan
bahwa untuk lebih baik memberikan ASI karena asli dan alami dari
pada susu formula dan dapat membuat anaknya sehat.
“Yo kalo keluarga dukung-dukung aja mbak. Selama sehat dan baik-baik aja itu dukung terus mbak” (B12) “Yah sama aja mbak, dukung juga. Sering ditanyain “kabar adeknya gimana, Sehat-sehat aja kan” gitu kalo ditelpon. Ini kemarin pas lebaran kan mau pulang Kalimantan mbak. Tapi sama suami dilarang. Katane suami nanti aja pas desember sewaktu dia balik dari Kalimantan baru kami ke malang. Sudah kangen juga sama keluarga disana. “Suami saya di kalimantan timur mbak jadi karyawan kebun sawit di sana, jadi pas melahirkan dia ga ada disini, dan sampe sekarang belum liat anaknya yang kecil ini, katanya rencana desember pulang tapi belum tau jadi apa ga, kumpulin uang dulu. kalo untuk dukungan ga ada yang penting anaknya sehat. Bapaknya cuma bisa dengar suaranya saja ga pernah ketemu langsung” (B12.1)
4.4.2.10 Pekerjaan Ibu
Ibu KH menceritakan bahwa pekerjaan dahulu selama masa
kehamilan adalah pedagang yang menjual nasi kuning dan buah
durian di depan rumahnya. Namun, pasca melahirkan ibu KH sudah
menekuni pekerjaan tersebut karena menurut mertuanya dia lebih
baik fokus mengurus anak dan ibu KH membenarkan permintaan
mertuanya tersebut dengan kondisi dirinya sendiri yang sudah
69
mulai tidak kuat apabila bekerja sambil mengurus anak. Menurut
ibu KH, tidak ada masalah apabila tidak berjualan karena
menurutnya lebih enak dan lebih memberikan perhatian kepada
anaknya yang apabila dia bekerja maka anaknya pasti akan
ditinggal-tinggal. Akibatnya adalah anak ibu KH akan lebih sering
menangis dan cerewet bila tidak diberi ASI. Oleh karena itu, hingga
saat ini ibu KH akan menyusui anaknya sampai kenyang. Aktivitas
ibu KH yang berhubungan dengan profesinya sebagai ibu rumah
tangga, seperti memasak dibantu oleh mertua dan anak
pertamanya karena anak pertamanya yang sudah bisa memasak
nasi. Selain itu agar kegiatan ibu KH tidak terganggu, sebagai
contoh ibu KH mengatakan bahwa hari ini dia bangun pagi jadi
sebelum anaknya bangun ibu KH menyempatkan diri untuk mandi
dan pergi ke balai pengobatan untuk melakukan rontgen. Beruntung
setelah semua pekerjaan selesai, anaknya baru bangun dari
tidurnya dan akhirnya ibu KH dapat fokus menyusui anaknya.
“Iya mbak kerja. Saya itu dulu waktu masih hamil adeknya ini jualan nasi kuning, buah durian itu didepan rumah. Pas lahirke adeknya ini, udah nda jualan lagi fokus urus anak dulu oleh mertua gitu mbak dan juga saya ga kuat. Repot kalo ada anak mbak” (B13) “Ya tidak apa-apa mbak kan lebih enak juga bisa mengurus anak soalnya kalo ga disusui itu anaknya nangis, rewel gitu mbak kasian kalo ditinggal-tinggal” (B13.1) “Ya saya menyusui hingga adeke kenyang. Jika masih rewel ya saya tetap memberikan ASI. Soale saya dibantu ibu mertua dan mbak Mila dalam memasak. Itu mbak Mila udah bisa masak nasi” (B13.2)
70
“Tadi pagi itu saya tetap masak nyayur gitu mbak. Bangun pagi-pagi sewaktu adeknya belum bangun terus buru-buru mandi setelah itu sarapan. Adenya bangun baru nyusui dia, terus mandiin. Soale kan mau ke Balai Pengobatan itu untuk rontgen adenya”(B13.4)
4.4.2.11 Triangulasi
Pada riset partisipan kedua, triangulasi dilakukan dengan 1
sumber saja yaitu ibu dari ibu KH namanya ibu AM. Sebab suami
ibu KH sedang bekerja dikalimantan Timur dan ibu KH tingga
bersama orangtua dari suaminya. Jadi peneliti hanya bisa
mewawancarai satu orang saja. Ibu AM mengatakan bahwa
perilaku ibu KH selama menyusui anaknya yaitu ibu KH rajin
menyusui anaknya, hal tersebut dilakukan untuk menjaga
kesehatan anaknya, selain disusui ibu AM juga mengatakan sejak
usia anaknya 2 bulan ibu KH sudah memberikan anaknya air putih
dan susu botol (susu formula) supaya gizinya bertambah.
4.4.3 Ibu CH
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
CH pada tanggal 17-19 September 2012. Ciri-ciri fisik dari ibu CH
adalah tinggi badannya sekitar ± 145 cm, berkulit putih, berambut
ikal sebahu dan agak gemuk, pendidikan terakhir yang ibu CH
tempuh adalah SMA. Pekerjaan suaminya adalah pegawai di
sebuah pabrik rokok di daerah Ambarawa sedangkan ibu CH
berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan sebagai kader posyandu.
Oleh karena profesi keduanya sebagai kader Posyandu, ibu CH
71
mengetahui manfaat menyusui bagi anaknya. Mereka mempunyai 1
orang anak laki-laki berusia 12 tahun dan 1 orang anak perempuan
berusia 1 tahun.
Ibu CH menyusui anaknya 30 menit setelah melahirkan
dengan dibantu oleh bidan yang membantu persalinannya. Hal
tersebut dikarenakan setelah melahirkan, bidan yang membantu
proses persalinan ibu CH akan menimbang berat badan bayi,
mengukur tinggi badan bayi, dan membersihkan bayi dan ibu CH.
Setelah semuanya sudah bersih maka bidan akan memberikan
bayinya kepada ibu CH untuk disusui. Berikut pernyataan yang
mendukung informasi tersebut.
“Anak pertama dan kedua ini semua ASI tapi diselingi juga dengan susu formula, soalnya sama bidannya waktu melahirkan itu langsung disusui ke aku mbak, karena air susu pertama itu kan bagus untuk ASI, kira-kira selang 30 menit aq baru disuruh menyusui soalnya kan aku sama anakku dibersihin dulu baru setelah itu menyusui” (A10) Wawancara pada tanggal 17 September 2012, pukul 14.00 WIB
Ibu CH berkomitmen untuk memberikan ASI terhadap
anaknya sejak awal kehamilan anak keduanya. Hal tersebut
dikarenakan pengetahuan yang didapatkannya dari orangtua dan
pekerjaannya sebagai kader posyandu. Akan tetapi, komitmen ibu
CH tersebut terkendala karena dirinya tidak dapat memberikan ASI
pada hari keenam pasca melahirkan kepada anak pertamanya yang
disebabkan oleh faktor fisik ibu CH yang sedang sakit
menyebabkan produksi ASI tidak lancar, sehingga anak pertama
ibu CH tidak di susui. Adapun usaha yang ibu CH lakukan adalah
72
memberikan anaknya susu formula sebagai pengganti ASI. Ibu CH
sendiri mengakui dia tidak pergi ke tenaga kesehatan, dengan
alasan sakit yang dideritanya tidak serius dan tidak butuh
pertolongan dari ketenaga kesehatan.
Berbeda dengan pengalaman bersama anak pertamanya,
ibu CH sudah bisa memberikan ASI kepada anak keduanya 30
menit pasca melahirkan. Selanjutnya, ibu CH tetap menyusui anak
keduanya dengan diselingi makanan pendamping ASI saat anaknya
berusia 3 bulan. Makanan pendamping ASI yang diberikan kepada
anak keduanya adalah susu formula, bubur, air putih, dan teh hitam
manis. Ibu CH beralasan bahwa makanan pendamping ASI dapat
membantu anak keduanya menahan rasa lapar. Seperti
ungkapannya di bawah ini.
“Yang masnya ini si Yunda menyusuinya cuma 6 hari tok mba karena aku sakit. Jadi, ASInya itu nda keluar pas hari keenam menyusui. Padahal selama 5 hari menjelang hari keenam itu masih lancar aja ASIku dan Yunda pun masih netek. Tapi itu udah detik-detik aku mau sakit, dan keluarnya juga dikit-dikit ga terlalu lancar. Nah setelah hari keenam itu ASInya udah nda keluar. Jadi, akune langsung berentiin aja adeknya menyusui. Langsung tak kasih susu formula aja terus sama makanan kaya nasi yang dibuat halus kaya bubur sama pisang yang dilumatin sampe halus aja. Ya itu tak liatin pertumbuhannya, soalne kan aku takut dia kenapa-kenapa. Tapi syukurlah anaknya tumbuh sama kaya anak lain pada umumnya. Cuman bedanya itu kalo aku liat dengan Berlin ini, yang Yunda lebih sering sakit, dan dirumah yang sering sakit Yunda. Kalo Yunda udah sakit itu pasti nular ke Berlin. Ini kan berlin lagi ga enak badan juga mba, pilek ini Berlin. Karena ada masalah itu makanya anak kedua aku komitmen untuk menyusui dan sampai sekarang itu masih menyusui. Tapi dari usia 3 bulan sudah tak kasih asupan tambahan makanan selain ASI. Soalnya kalo cuman ASI aja itu gimana yah seperti kelihatannya itu kurang kenyang” (A10.1)
73
4.4.3.1 Manfaat menyusui
Berdasarkan pengalamannya ibu CH mengatakan bahwa
ada beberapa manfaat dari menyusui yang dirasakannya selama ini
baik untuk anaknya maupun dirinya. Bagi anaknya manfaat ASI
adalah berat badan anaknya bertambah, daya tahan tubuhnya kuat
sehingga tidak mudah terkena sakit seperti flu. Hal ini dipertegas
dengan pernyataan dari ibu CH sebagai berikut.
“... dan juga berat badannya tambah, daya tahan tubuhnya kebal, ga mudah sakit, flu gitu ga mudah” (A1.3)
Manfaat menyusui juga dapat dirasakan oleh ibu CH sendiri
tidak repot harus membuat susu seperti susu formula, apabila
anaknya haus atau lapar ibu CH bisa langsung memberi ASI,
“Pokoknya kita ga susah-susah harus bikin nah yang jelas itu, kalo haus atau laper langsung kasih aja ga repot-repot…”(A10.3)
Selanjutnya ibu CH merasakan ada penurunan berat
badannya, di mana berat badan yang naik sewaktu sedang
mengandung perlahan-lahan turun hingga kembali normal setelah
menyusui. Sehingga ibu CH menyimpulkan bahwa menyusui lebih
baik daripada minum obat penurun berat badan jika ingin diet pasca
melahirkan. Sebagaimana yang dinyatakan ibu CH berikut ini.
“Manfaatnya ada, dulukan aku gemuk sekarang kan agak ga gemuk kan lumayan toe, ibaratnya kan aku menyusui beratnya ya agak berkurang. Menurut aku juga membantu dari pada aku diet kan kalo aku ngasih ASI bisa turun sendiri ga harus pake obat-obat jadi ga perlu diet (sambil tersenyum-senyum)” (A10.4)
74
4.4.3.2 Dampak tidak menyusui
Menurut ibu CH, dari contoh anak pertamanya dia
mengatakan bahwa akibat anak yang tidak menyusui memiliki daya
tahan tubuh yang lemah dan memiliki Intelligence Quotient (IQ)
yang berbeda dengan anak yang diberikan ASI, di mana anak
keduanya lebih pintar dan lebih cepat merespon bila diminta
melakukan sesuatu oleh ibunya.
“Keadaannya baik-baik aja itu mba anaknya, palingan daya tahan tubuh ga seperti yang dikasih ASI. Kalo dikasih ASI daya tahan tubuhnya juga kebal agak kebal gitu kalo ga kan Yanda ini mudah sakit juga kaya kena flu” (A11) “Pandai ga gito lo cerdasnya kurang-kurang ga ga begitu pintar” (A11.2) “Daya tahan tubuh Yanda itu kurang, mudah sakit kena flu, IQ nya pengaruh juga, kaya ga pinter gitu loh, beda dengan yang menyusui kaya Berlin ini lebih pinter, lebih lincah, kalo diminta ambil kain gitu langsung pergi ambil kain, berat badannya juga ga turun, stabil kecuali kalo sakit aja mbak” (A11.3)
Pernyataan di atas didukung dengan hasil observasi
peneliti. Peneliti lihat lewat tingkah laku keaktifan anak pertama
yang berbeda dengan anak kedua. Di mana anak pertama tingkah
lakunya cenderung pasif dari pada anak kedua yang aktif. Sebagai
contoh ketika peneliti datang untuk ketiga kalinya dan peneliti sudah
berkenalan dan bermain bersama anak pertama dan kedua. Contoh
anak pertama masih malu-malu jika ditanya bagaimana kabarnya
dan jika bersalaman tidak menatap peneliti berbeda dengan anak
kedua yang langsung menjawab dengan tegas dan tanpa malu-
malu bersalaman dengan peneliti.
75
4.4.3.3 Hambatan yang dialami selama menyusui
Hambatan selama menyusui sepengetahuan ibu CH
berdasarkan pengalamannya dengan anak pertamanya adalah jika
ibu CH sedang sakit maka anaknya pun akan ikut sakit. Adapun
usaha yang ibu CH lakukan adalah pergi ke bidan Isna untuk
berobat.
”Itu kalo lagi sakit misalnya flu, batuk gitu ya anaknya ikutan sakit juga” (A12) “Yo aku biasanya ke bidan Isna itu berobat ke dia terus minta obat biar ga sakit dan menyusuinya pun itu ga terkendala, kasian kalo liat anak malam-malam pengen mimi susu tapi ga keluar-keluar susunya, kaya waktu mau menyusui Yunda, tapi yo syukur pas Berlin ini walau sakit tetap keluar aja susunya” (A12.1)
4.4.3.4 Posisi Menyusui
Ibu CH mengatakan bahwa sepengetahuannya ada
beberapa posisi menyusui berdasarkan pengalamannya yakni
posisi duduk dan berbaring sesuai dengan kenyaman ibu dan anak.
Berikut ini pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Posisinya itu duduk bisa, baring juga bisa. Kaya ini khan baru bangun tidur siang dia mba jadi tadi ditempat tidur mimi susu dulu sebelum tidur siang juga gitu jadi “mimi susu dulu tante”(ucap ibunya sambil meniru suara anaknya)” (A13) “Menurut aku sih mbak, posisinya itu duduk bisa berbaring juga bisa, senyamannya kita aja mbak” (A13.1)
Saat wawancara berlangsung anak ibu CH sedang
menyusui dengan posisi duduk. Menurut ibu CH, anaknya sudah
terbiasa menyusui dengan posisi duduk bahkan anaknya akan
mengubah posisi menyusui dengan sendirinya apabila dia merasa
capek.
76
“Ini kalo netek yah kaya gini mbak, sambil duduk seperti ini (Anak ibu CH menyusui dengan posisi duduk di pangkuan ibunya disebelah kanan tidak dengan posisi berbaring)” (C10.2) “Ya kalo berbaring posisi menyusuinya juga berbaring mbak, kalo duduk dia ikutan duduk tapi kalo capek biasa dia baring dipangkuanku” (C10.3)
Ibu CH mengatakan sudah merupakan rutinitas jika
menyusui dengan posisi berbaring pada saat anak keduanya baru
bangun tidur di pagi hari. Begitu juga dengan rutinitas di malam hari
di mana posisi yang sering ibu CH buat adalah berbaring. Berbeda
pada kondisi ibu CH sedang dalam keadaan santai, biasanya dia
akan menyusui dengan posisi duduk atau mengikuti keinginan anak
keduanya. Sebab jika dipaksa dengan posisi menyusui yang
diinginkan ibu CH maka anak keduanya akan mulai cerewet.
Kemudian ibu CH memperlihatkan anaknya menyusui dengan
posisi berdiri di lantai sedangkan ibu CH duduk di kursi.
“Tadi pagi itu posisi menyusuinya berbaring, kan masih tidur mba. Setiap bangun tidur pasti posisi aku netekinnya itu berbaring, malam juga sama kalo mau tidur malam pasti berbaring kecuali kalo lagi santai gini itu posisi menyusuinya duduk saja. Menyusui itu mengikuti maunya anak, kalo kita memaksakan harus posisi seperti yang kita suka itu anaknya ga suka dan akhirnya rewel. Seperti ini mba kalo sudah menyusui itu (anak riset partisipan menyusui dengan posisi berdiri di lantai sedangkan ibunya duduk di kursi)” (C10.)
Ibu CH menambahkan bila menyusui ibu posisi
menyusuinya berganti-gantian kadang di sebelah kanan kadang
sebelah kiri, karena bila anaknya kuat menyusui maka payudara
yang satu cepat kosong jadi harus diganti ke payudara sebelah.
77
“Ganti-gantian saja mba kadang sebelah kanan, kadang sebelah kiri. Soalnya kalo anaknya kuat menyusui biasa nenen (Nenen artinya payudara dalam bahasa masyarakat Polobogo) satunya cepat kosong jadi harus pindah ke nenen satunya” (C10.1)
4.4.3.5 Frekuensi Menyusui
Pengetahuan mengenai frekuensi menyusui, ibu CH
mengatakan bahwa menurutnya tidak ada frekuensi untuk
menyusui yang menentu. Tetapi yang pasti ibu CH selalu menyusui
minimal dengan frekuensi 3 kali dalam sehari, yaitu pada waktu
anaknya bangun pagi, siang maupun malam. Menurut ibu CH,
frekuensi menyusui anaknya akan berkurang jika anaknya
mengkonsumsi makanan pendamping ASI. Oleh karena itu
frekuensi menyusui ibu CH tidak menentu sebab ibu CH hanya
akan bisa menyusui jika diminta oleh anaknya. Alasan ibu CH
memberikan makanan pendamping ASI pada saat anaknya berusia
3 bulan adalah untuk melatih anak keduanya agar tidak
ketergantungan dengan ASI dan agar anak keduanya tidak mudah
lapar.
“Wah kalo menyusui itu ga nentu kalo dia minta ya kasih, pagi siang malam lah. Kalo lagi pergi juga minta, anak kecil kan kalo lapar mau dimanapun tempatnya ga menghalangi dia untuk minta mimi susu” (A14) “Ya itu kalo sudah maem kan dia kenyang jadi banyaknya netek itu berkurang. Dulu itu mbak waktu dia masih umur 1-2 bulan itu sering banget menyusuinya. Sehari itu nda kehitung pokoke tiap kali lapar ya udah harus kita harus netekin dia kalo nda aduh anaknya cerewet dan pekerjaan kita jadi terganggu. Kalo sekarang kan neteknya palingan sehari cuma 2-3 kali aja. Mau sakit atau nda sakit sama aja maemnya sudah mulai angel kok mbak. Kaya ini kan dek Berlin lagi sakit jadi maemnya itu susah maunya netek aja” (C11)
78
“Selama ini tak kasih kalo dia minta mba, kalo nda minta itu nda tak kasih. Waktunya itu ga menentu ga bisa dijadwalkan. Sewaktu dia minta ya harus dikasih “mimimimi” gitu (sambil meniru ucapan anak subjek)” (C11.3) “Karena yang namanya anak kecil itu kan mba beda kaya orang dewasa. Kalo masih kecil dikit-dikit lapar jadi waktu mimi susunya itu berulang-ulang kali. Makanya pas umur 3 bulan langsung tak kasih asupan tambahan makanan selain ASI. Itu untuk melatih anaknya juga biar ga manja sama ASI terus” (C11.4) “Karena waktu masih kecil itu saya liat kalo sudah dikasih ASI kaya masih lapar gitu anaknya. Padahal banyak mimi susunya, jadi pelan-pelan tak kasih asupan tambahan makanan, nah setelah itu baru tak liat dia kenyang” (C11.5)
4.4.3.6 Waktu Menyusui
Menurut ibu CH, waktu untuk menyusui anak keduanya
tidak menentu. Ibu CH mengatakan bahwa terkadang dia menyusui
anak keduanya sampai tertidur karena rasa kantuknya. Menurut ibu
CH, waktu yang digunakan anaknya untuk menyusui sekitar 8
menit. Ibu CH menyusui setiap hari, yang dimulai dari bangun tidur.
Menurut ibu CH, bila bangun tidur pagi badan anak keduanya
segar, jadi tidak terlalu lama untuk menyusuinya, tetapi bila malam
hari sebelum tidur malam biasanya anak keduanya menyusui cukup
lama, bahkan bisa membuat ibu CH ketiduran. Jadi mulutnya sering
menempel di putingnya hingga ibu CH terbangun di pagi hari.
Waktu untuk menyusui di satu payudara sampai kosong adalah 15
menit. Anak keduanya terkadang menyusui sambil bermain. Oleh
karena itu, anak keduanya terkadang tiba-tiba berhenti menyusui
dan mengambil mainan yang ada di atas meja dan setelah itu dia
menyusui kembali. Dalam hal waktu menyusui ibu CH tidak
79
menjadwalkan khusus, sebab ibu CH akan menyusui sewaktu anak
keduanya meminta.
“Wah ga nentu kalo jamnya mba, kadang kalo mimi susu sampe ketiduran yah dibiarin gitu aja mba kan sudah mengantuk” (A14). “Mmm Ga terlalu lama mba, sekitar delapan menitan saja (Riset partisipan sambil mengeryitkan keningnya seraya mengingat waktu yang digunakan anaknya untuk menyusui), Karena sesudah bangun tidur itukan badan segar jadi ga terlalu lama neteknya, tapi kalo malam mau tidur biasanya lama neteknya. Aku biasa lupa kalo aku lagi netekin, soale kan kalo sudah ketiduran aku sampe lupa lepasin mulutnya dari tetek. Jadi, puting payudaraku biasa nempel sampai pagi” (C12) “Biasanya 15 menit tapi kalo dia menyusui seperti ini yah ga pindah-pindah (anaknya riset partisipan baru menyusui 2 menit berhenti untuk main makanan yang tersedia diatas meja. Setelah puas bermain dek Berlin menyusui kembali)” (C12.2) “Diikuti aja mba, kalo nda diikuti yah anaknya nangis. Dari pada cerewet lebih baik diikuti saja, setelah kenyang kan baru aku bisa bersih-bersih, masak, mandi, dan sarapan gitu” (C12.3)
4.4.3.7 Motivasi Ibu Memberikan ASI
Menurut ibu CH, motivasinya dalam hal memberikan ASI
adalah karena kasih sayang sebab dengan menyusui ibu CH
merasa makin dekat dengan anaknya, bahkan dia bisa merasakan
apa yang anaknya rasakan. Selain itu adalah untuk daya tahan
tubuh anaknya. Karena melihat dari pengalamannya dengan anak
yang pertama dalam hal kekebalan tubuhnya berbeda dengan anak
pertamanya di mana anak pertama mudah sakit sedangkan anak
kedua jarang sakit, lebih lincah, cepat berkembang seperti jalannya
dan untuk memberikan makanan yang terbaik buat anak.
80
“Yang pertama itu karena kasih sayang kalo menyusui itu kan makin dekat sama anak kaya kita bisa merasakan apa yang dia rasakan gitu mba, selain itu kekebalan tubuhnya beda sama yang kaya masnya kalo masnya itu mudah sakit waktu kecil sampe sekarang kalo berlin itu ga, jarang sakit, lincah anaknya, cepat berkembang kayak jalannya cepat gitu mba, memberikan makanan yang terbaik buat anak mba” (B10)
4.4.3.8 Rasa percaya diri
Menurut ibu CH, dia tetap memberikan ASI dengan cara
ditutup menggunakan salendang akan tetapi kalau sama keluarga
seperti ibunya itu tidak perlu menutup dengan salendang, kecuali
dengan tamu laki-laki atau sedang keluar rumah ibu CH selalu
menutup dengan salendang bila sedang menyusui anaknya.
“Mau tidak mau dikasih mba, la ya bagaimana harus dikasih palingan ya ditutup pake salendang mba tapi kalo sama ibu kan biasa aja kecuali sama tamu laki-laki atau lagi keluar rumah itu ditutup salendang atau ga menyusui dulu puas-puas dirumah biar pas keluar rumah itu udah ga minta mimi susu lagi. Kalo sama orang tua sendiri itu biasa udah ga malu-malu lagi neteknya. Kemarin itu cerita-cerita gini yah sambil aku juga netein si Berlin. Wes tetap menyusuilah” (B11.1)
Ibu CH memiliki rasa percaya diri yang cukup baik untuk
menyusui anaknya. Pada saat berkunjung ke rumah ibu CH, anak
keduanya terlihat cerewet untuk meminta disusui oleh ibunya
sampai 5 kali. Tetapi ibu CH tidak mengabulkan keinginan anaknya
dan ibu CH pergi ke dapur lalu memberikan anaknya susu formula
dalam sebuah botol susu, tetapi anaknya menolak. Setelah dibujuk
akhirnya anak keduanya menerima juga susu formula yang
diberikan ibunya kepada dirinya. Berikut pernyataan yang
mendukung informasi tersebut.
81
Anak Be : “ibu nenen” Ibu Ch : “ini lo ada mbaknya, udah gede juga kan malu nenen, mimi susu aja yah” Anak Be : “nenen bu nenen” (sambil menangis dan menarik baju ibunya) Ibu Ch : “udah gede kok nenen, se ibu buatin susu aja yah” Anak Be : nenen bu nenen bu (sambil menggelengkan kepala). Lalu ibu CH pergi kedapur dan membuatkan anaknya susu formula dan meminta anaknya untuk meminumkannya tetapi anaknya menolak. Tetapi setelah dibujuk anak BE menerimanya dengan wajah sambil menangis.
4.4.3.9 Dukungan Keluarga
Untuk dukungan keluarga ibu CH mengetahui pentingnya
pemberian ASI dari keluarga. Menurut keluarganya, ASI tidak akan
mengeluarkan biaya banyak jadi ibu CH menyikapi dukungan
keluarganya dengan tetap menyusui. Sebab pekerjaan suami ibu
CH adalah hanya sebagai pegawai di perusahaan. Tetapi yang
anak pertama ibu CH memang memberi susu formula dari umur 6
hari karena air susu ibu CH tidak keluar karena ibu CH sakit.
“Yang jelas dari keluarga gitu tante aku sampe sekarang masih ASI hehehe” (sambil menirukan suara anak subjek yang lagi dipangkuan ibunya). Kalo gak ASI pasti harus banyak keluar biaya jadi tetap ASI dari keluarga dari suami katanya “Harus disusui biar cerdas” (B12) “… Kalo di desa kan pikirnya hemat kalo ASI, kalo formula itu kan ga hemat, apalagi pekerjaan bapak ini hanya diperusahaan…” (B12.1)
82
4.4.3.10 Pekerjaan Ibu
Ibu CH menyikapi pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga
dan kader posyandu adalah dengan bangun pagi sebelum anaknya
terbangun untuk memasak sarapan pagi buat anak pertamanya
yang hendak pergi sekolah dan suaminya yang hendak pergi kerja.
Menurut ibu CH bila anak keduanya sudah bangun maka ibu CH
tidak bisa menyelesaikan segala pekerjaannya di pagi hari. Sebab
anak keduanya tidak mau ikut ayahnya jadi setelah selesai masak
ibu CH langsung menyusui anaknya. Setelah itu baru mandi dan
siangnya dia juga menyusui dan setiap anak keduanya minta, maka
ibu CH harus menyusui jika tidak maka anaknya akan cerewet dan
bisa mengganggu pekerjaan. Ibu CH juga memberikan makanan
tambahan dengan jadwal makan siang keluarganya. Untuk waktu
menyusui ibu CH mengatakan bahwa dia baru merasa nyaman
menyusui setelah semua pekerjaan seperti memasak untuk
menyiapkan sarapan pagi, makan siang dan makan malam selesai
atau bila anak keduanya sedang tidur siang dan bila anak
pertamanya sudah pulang dari sekolah agar anak pertamanya
dapat bermain bersama anak keduanya. Jika tidak maka ibu CH
akan menggendong anaknya yang berakibat anak keduanya akan
ikut bersama dalam melaksanakan pekerjaannya, seperti
memasak. Bila ikut orang asing menurut ibu CH anaknya tidak mau
83
tetapi ibu CH terkejut karena anak keduanya mau digendong sama
peneliti ketika ibu CH sedang ke dapur.
“..Aku dari awal bangun sampe sekarang ini semua berkaitan dengan menyusui. Kayak bangun pagi sebelum dek Berlin bangun aku masak dulu untuk siapin sarapan buat Yunda untuk pergi sekolah dan bapaknya sebelum berangkat kerja. Soalnya kalo Berlin bangun aku ga bisa menyelesaikan pekerjaanku. Ikut bapaknya aja dia nda mau. Jadi pas masak selesai dek Berlin baru bangun terus menyusui dulu “mimi susu mimi susu” gitu mba (sambil meniru ucapan anaknya minta menyusui). setelah itu baru mandi. Siang ini juga menyusui, pokoknya pas setiap minta itu harus dikasih kalo ga dikasih nanti anaknya rewel. Kalo rewel kan nanti ganggu pekerjaan, bisa ga selesai-selesai pekerjaanku mbak…(B13) “Ya aku itu mba baru bisa enak kerjanya kaya masak siapin sarapan pagi, makan siang, makan malam itu kalo Berlin ini tidur siang, atau kalo masnya (menyebutkan anaknya yang pertama subjek) udah pulang sekolah itu maen sama masnya kalo ga ya gini terus seharian digendong, masak ya ikut masak sambil digendong kalo ikut orang asing atau bahkan ibu aku sendiri ga mau makanya tumben tadi dek Berlin mau digendong sama mbanya. Nah tadi pagi kan aku minta masnya ini si Yunda untuk jagain adeknya karena kan aku harus buat sarapan pagi buat yang Yunda yang mau berangkat sekolah sama bapaknya pergi kerja. Terus Yunda sibuk dikit aja si Berlin sudah di tengah jalan sana. Aduh aku kan takut kalo ada kendaraan lewat, takut ketabrak gitu mba” (B13.1)
84
4.4.3.11 Triangulasi
Pada riset partisipan ketiga, triangulasi dilakukan dengan 1
sumber saja yaitu suami dari ibu CH. Bapak NI mengatakan untuk
urusan anak bapak NI menyerahkan sepenuhnya kepada ibu CH
tetapi bapak NI juga harus tetap mengetahui apa-apa saja yang
diberikan kepada anaknya. Menurut bapak NI selama ini ibu CH
telah melakukan tugasnya sebagai seorang ibu yang merawat dan
menjaga buah hati mereka dengan baik sehingga terlihat saat ini
anaknya tumbuh dengan sehat. Ibu CH menyusui anaknya dengan
rutin dan tidak pernah mengeluh kecapean ataupun bosan. Jika
anaknya minta maka ibu CH pun akan menyusui anaknya.
4.4.4 Ibu SR
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
SR pada tanggal 20-22 September 2012. Ciri-ciri fisik dari ibu SR
adalah tinggi badannya sekitar ± 140 cm, berkulit agak gelap,
berambut lurus sebahu dan bertubuh agak gemuk. Ibu SR berusia
23 tahun, pendidikan terakhir yang ibu SR tempuh adalah SMP. Ibu
SR berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya
adalah bertani. Mereka mempunyai 2 orang anak laki-laki. Anak
pertama berusia 3 tahun dan anak kedua berusia 1 tahun.
Menurut ibu SR, menyusui merupakan suatu kebiasaan di
keluarganya karena dapat menghemat pengeluaran. Tetapi karena
terkendala dengan produksi ASI yang terhambat, ibu SR baru bisa
85
menyusui kedua anaknya 4 hari pasca melahirkan. Ibu SR
mengatasi kendala tersebut dengan memberikan kedua anaknya
madu dan air putih serta pergi ke bidan desa untuk meminta obat
memperlancar ASI. Berikut pernyataan yang mendukung informasi
tersebut.
“Yustia (Menyebutkan nama anak pertama ibu SR) sama adenya ini Panji (menyebutkan nama anak kedua Ibu SR) semua netek mbak. Ini dek Yustia lagi kena flu, demam gitu. Dari lahir itu semuanya menyusui, memang sudah kebiasaan di keluarga kami itu harus menyusui. Namanya orang desa yo mbak tauknya cuman menyusui aja karena hemat dan irit itu” (A10) “Nda itu tiga hari baru keluar ASInya jadi menyusuinya itu pas hari ketiga”(A10.1) “Iya kalo sakit aku tetap menyusui. Tapi anakku bisa ikut sakit tapi tetap diberikan. Soalne belum mau makan apa-apa itu. Dikasih makanan ya masuk tapi habis diambil sarinya diludah dikeluarkan lagi. Terus paling kalo sakit itu yo air susunya nda mau keluar, terus yo minta obat ke bidan, kalo minum obat warung itu ASInya nda mau keluar kalopun keluar rasane beda, nda mau disusui. Kalo bu bidan kan tau dosisnya obat untuk ibu menyusui, dan obat-obat untuk khusus menyusui” (B10) Wawancara Tanggal 20 September 2012, pukul 13.00 WIB
4.4.4.1 Manfaat menyusui
Berdasarkan pengetahuan yang Ibu SR melalui
pengalamannya, manfaat menyusui adalah menghemat
pengeluaran karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli
susu formula dan bila malam hari tidak repot harus bangun untuk
membuat susu, serta lebih terjamin tidak seperti susu formula yang
banyak campurannya seperti gula.
86
“Yustia (Menyebutkan nama anak pertama ibu SR) sama adenya ini Panji (menyebutkan nama anak kedua Ibu SR) semua netek mbak. Ini dek Yustia lagi kena flu, demam gitu. Dari lahir itu semuanya menyusui, memang sudah kebiasaan di keluarga kami itu harus menyusui. Namanya orang desa yo mbak tauknya cuman menyusui aja karena hemat dan irit itu” (A10) “Lebih hemat ga perlu keluar untuk beli susu, ne malam juga nda repot harus bangun bikini susu, pokok ee lebih terjaga jaminannya ga kaya susu formula kan lebih banyak campurannya, gulanya kan ga kaya gula ASI” (A10.5)
4.4.4.2 Dampak tidak menyusui
Selain manfaat ibu SR juga mengetahui dampak tidak
menyusui adalah anak menjadi mudah sakit dan lemah.
“Mudah sakit gitu mba” (A11) “lemes loyo anaknya, mmm apa yow itu aja kayaknya mbak”(A11.1)
4.4.4.3 Hambatan yang dialami selama menyusui
Berdasarkan pengalaman ibu SR ada beberapa hambatan
dalam menyusui. Pertama, waktu menyusui anaknya yang lama
membuat ibu SR kelelahan. Kedua, malam hari sebelum tidur anak
ibu SR selalu menyusui dan sebelum kenyang, anak ibu SR ibu SR
tidak melepaskan puting susu ibunya. Bila ibu SR melepasnya
dengan paksa maka anaknya akan menangis. Ketiga, jika ibu SR
sedang sakit dan stres maka air susunya ibu SR tidak keluar, untuk
itu ibu SR tidak berani mengkonsumsi obat sembarangan karena
bisa menyebabkan air susu menjadi pahit dan produksi ASInya pun
berkurang. Oleh karena itu ibu SR selalu meminta resep obat dari
bidan desa.
87
“Ya nda ada, palingan kalo lama menyusuinya, kan capek. Kalo mau tidur belum kenyang menyusui ga dilepas-lepas soalnya kalo dilepas paksa nanti nangis. Makanya tetekku bangun pagi itu masih nempel dimulutnya anakku ini” (A12) “Ya itu tadi capeknya lama menyusui sama ga dilepas-lepas. Selain itu kalo sakit stres air susunya ga keluar, sama kalo minum obat sembarangan jadinya air susunya pait, nah jadi tanya bidan, bidan kan tau kalo obat buat orang menyusui, jadi kalo menyusui itu nda boleh sembarangan dimakan obatnya, kalo obat warung itu ga mau keluar gitu” (A12.1)
4.4.4.4. Posisi Menyusui
Menurut ibu SR berdasarkan pengalamannya, ada
beberapa posisi menyusui yakni posisi duduk dan posisi berbaring.
Dalam posisi menyusui ibu SR melakukan posisi yang ibu SR
ketahui sesuai dengan permintaan anaknya. Akan tetapi dari
semua posisi yang ibu SR ketahui anaknya selalu minta posisi
menyusui yang berbaring sambil dipeluk.
“Wah iya sampe ga dilepas-lepas mba, gitu itu kalo udah duduk mimi ya duduk ga bisa kemana-mana lagi harus tetap mimiin dia” (A13.3) “Duduk yah bisa, berbaring sambil mau tidur juga bisa, soalnya kalo dah duduk mimi yah sudah mimi gitu mba tapi kalo ga minta yah ga dikasih tunggu minta dulu” (A13.1) “Ya berbaring bisa, duduk bisa, digendong juga bisa” (A13.2) “Ini mba kalo nenen mintanya kelon” (C10) “Nyaman aja mba udah biasa aku menyusui sambil kelon adeknya soalnya dia sukanya dikelon”(C10.2)
4.4.4.5 Frekuensi Menyusui
Berdasarkan pengetahuan ibu SR dari pengalamannya ibu
SR mengatakan bahwa frekuensi menyusui dalam sehari minimal
dua kali. Ibu SR beralasan bahwa sering atau jarang anaknya
menyusui tergantung kepada permintaan anaknya karena jika tidak
maka anaknya akan mulai cerewet.
88
“Tiap anaknya minta ya itu harus dikasih, kalo rewelkan mba berarti itu lapar jadine itu harus ngono dikasih mimi ASI” (A14) “Ini tadi mau tidur, bangun tidur minumnya pasti ASI, ga mesti waktu-waktu menyusuinya. Kalo nangis, rewel gitu ya baru di kasih mimi ASI” (C11.1) “Iya rewel gitu mba baru dikasih kalo minta” (C11.2)
4.4.4.6 Waktu Menyusui
Ibu SR mengatakan sepengetahuan ibu SR lamanya waktu
menyusui sampai anaknya kenyang dan dapat dilihat dari tingkah
laku anaknya, seperti tertidur, melepaskan sendiri mulutnya dari
puting ibunya atau tidak cerewet.
“Biasa aku menyusui sampe dia kenyang mbak, sampe ketiduran gitu baru aku lepas dengan pelan ASInya”(A15) “Ya sampe ga rewel lagi dan sampe ketiduran biasane” (C13)
4.4.4.7 Motivasi Ibu menyusui
Ibu SR menyikapi kelahiran anak-anaknya dengan motivasi
yang cukup baik. Hal tersebut dibuktikannya dengan pernyataannya
bahwa dirinya tetap menyusui walaupun sedang sakit. Walaupun
anak-anaknya akan tertular penyakit yang dialami oleh ibu SR.
Motivasi ibu SR tersebut didukung dari keinginan anak-anaknya
yang hanya mau mengkonsumsi ASI daripada makanan
pendamping ASI lainnya. Ibu SR termotivasi juga karena ASI dapat
menghemat pengeluaran keluarga dan lebih praktis dalam hal
pemberiannya daripada susu formula.
89
“Iya kalo sakit aku tetap menyusui. Tapi anakku bisa ikut sakit tapi tetap diberikan. Soalne belum mau makan apa-apa itu. Dikasih makanan ya masuk tapi habis diambil sarinya diludah dikeluarkan lagi. Terus paling kalo sakit itu yo air susunya nda mau keluar, terus yo minta obat ke bidan, kalo minum obat warung itu ASInya nda mau keluar kalopun keluar rasane beda, nda mau disusui. Kalo bu bidan kan tau dosisnya obat untuk ibu menyusui, dan obat-obat untuk khusus menyusui” (B10) “Hemat ya itu kalo malam ga repot harus kedapur dulu, kalo menyusui itu udah langsung kasih aja ndak repot”(B10.1)
4.4.4.8 Rasa percaya diri
Ibu SR memiliki rasa percaya diri yang kurang baik. Hal
tersebut dibuktikan dengan sikapnya ke belakang untuk menyusui
jika ada tamu berkunjung ke rumahnya. Selain itu, usaha ibu SR
menghindari menyusui depan tamu adalah dengan memberikan
anaknya air putih karena anaknya menolak jika diberikan empeng.
“Gimana ya mba, saya ke belakang dulu untuk menyusui, soalnya saya kasih kempengan (dot susu) itu nda mau, itu dikasih ga mau, malah kalo minum air putih taroh di gelas malah bisa, tapi empengan malah ga mau ” (B11.1)
4.4.4.9 Dukungan Keluarga
Dalam keluarga ibu SR, menyusui merupakan salah satu
tradisi yang diturunkan secara turun temurun. Oleh sebab itu,
keluarga ibu SR memberikan beberapa dukungan kepadanya,
seperti menyarankan ibu SR untuk lebih banyak mengkonsumsi
sayuran dan telur untuk memperlancar ASI. Sedangkan suaminya
sendiri mempercayakan dan mendukung penuh apa saja yang
dilakukan ibu SR dalam hal menyusui demi kebaikan anak mereka.
90
“Menyusui sudah murni tradisi dari keluarga turun temurun, kalo di desa kan taunya cuman menyusui, yo bidan juga kasih tau itu menganjurkan ASI itu lebih banyak nganu ne manfaat te seperti itu mba. Kalo keluarga yaitu di kasih tau harus banyak makan sayur, telur gitu biar ASInya keluar banyak” (B12) “Kalo suami yah manut-manut aja mba ya dukung-dukung aja” (B12.1)
4.4.4.10 Pekerjaan Ibu
Ibu SR menyikapi profesinya sebagai ibu rumah tangga
dengan tetap mengutamakan ASI. Hal tersebut dikarenakan dia
merasa terhadap anaknya sebab anaknya tidak mau diberikan susu
formula. Walaupun sebenarnya ibu SR menginginkan anaknya
mengkonsumsi susu formula dengan alasan dia hendak mencari
profesi lain dan menurutnya susu formula dapat membantu jika dia
tidak berada di rumah.
“Kalo saya kan ga kerja, di rumah terus, sayang kalo nda dikasih ASI, ne dikasih susu formula yo nda nda mau, kakanya juga nda mau, kalo ditinggal kerja kan formula bisa ngebantu. Ini ditunggu terus yow nda mau dikasih susu formula” (B13)
4.4.4.11 Triangulasi
Pada riset partisipan keempat, triangulasi dilakukan dengan
1 sumber saja yaitu ibu dari ibu SR namanya ibu JT. Ibu JT
mengatakan ibu SR menyusui anaknya sesuai dengan permintaan
anaknya, misalnya anaknya minta disusui dengan posisi berbaring
maka ibu SR akan menyusui anaknya dengan posisi berbaring.
Sebab anak ibu SR sangat suka menyusui dengan posisi berbaring.
Ibu JT juga mengatakan waktu anaknya lahir dia dan ibu SR
memberikan anaknya madu dan air putih sebab ASI ibu SR pada
91
saat itu tidak keluar jadi sambil menunggu ASI ibu SR keluar maka
ibu JT dan ibu SR memberikan anaknya madu. Ibu JT sendiri
sebenarnya menginginkan cucunya diberi susu formula supaya
tidak terbiasa dengan ASI saja dan ibu SR pun dapat mencari
pekerjaan. Namun, berhubung anaknya tidak mau diberi susu
formula jadi ibu SR dan ibu JT memutuskan tetap memberi ASI.
4.4.5 Ibu MG
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
MG pada tanggal 23-25 September 2012. Adapun Ciri-ciri fisik dari
ibu MG adalah tinggi badannya sekitar ± 140 cm, berkulit putih,
berambut lurus sebahu dan bertubuh agak gemuk. Ibu SR berusia
32 tahun, pendidikan terakhir yang ibu SR tempuh adalah SMP.
Dalam kesehariannya ibu MG berprofesi sebagai ibu rumah tangga,
sedangkan suaminya adalah bertani. Mereka mempunyai 2 orang
anak perempuan yakni anak pertama berusia 3 tahun dan anak
kedua berusia 1 tahun. Selama wawancara berlangsung ibu SR
tampak bersemangat menceritakan pengalamannya kepada peneliti
dan sangat senang menerima kunjungan dari peneliti.
Ibu MG memberikan ASI kepada anak-anaknya 30 menit
pasca melahirkan sesuai dengan anjuran dari bidan yang
membantu persalinan. Hal tersebut dikarenakan setelah
melahirkan, bidan yang membantu proses persalinan ibu MG akan
menimbang berat badan bayi, mengukur tinggi badan bayi, dan
92
membersihkan bayi dan ibu MG. Setelah semuanya sudah bersih
maka bidan akan memberikan bayinya kepada ibu MG untuk
disusui. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Iya jadi setelah melahirkan itu langsung disusuin aja tapi dibersihkan dulu, selang kira-kira setengah jam gitu baru disusuin anaknya”
Pengalaman mengajarkan ibu MG tentang menyusui dan
mengantarkannya kepada kesuksesannya dalam memberikan
memberi ASI kepada kedua anaknya. Berikut pernyataan yang
mendukung infomasi berikut.
“Oh ia mbak, anak saya yang pertama dan kedua semuanya itu menyusui tapi yang mbaknya ini (menunjuk anak pertama riset partisipan) sudah nda menyusui lagi”
4.4.5.1 Manfaat menyusui
Pengalaman mengajarkan ibu MG tentang manfaat dari
menyusui. Adapun manfaat dari menyusui menurut sepengetahuan
ibu MG adalah membuat gigi anak keduanya cepat tumbuh, di
mana di usia satu tahun anak keduanya sudah mempunyai empat
gigi, dan membuat anak keduanya jarang sakit serta menambah
berat badan anak keduanya.
“Ini giginya cepat tumbuh, sudah 4 ini giginya, jarang sakit juga, badannya gemuk, kalo gemuk khan sehat toe mbak, yang penting ga kegemukan” (A10)
Selain manfaat di atas menurut ibu MG, ASI juga
bermanfaat untuk menekan biaya pengeluaran keluarganya
sehingga menjadi lebih hemat dibandingkan susu formula.
93
“Kan hemat, kalo orang desa tahunya menyusui aja, kecuali yang bekerja nah itu baru itu pake susu formula, khan ada duitnya, kalo yang kaya aku ini cukup mengandalkan susu instan aja mbak. Tapi kalaupun aku kerja yah tetap aja anakku menyusui karena ga tega aja ninggalin anak” (A10.1)
4.4.5.2 Dampak tidak menyusui
Ibu MG hanya mengetahui bahwa dampak tidak menyusui
bagi anak adalah anak menjadi sering sakit.
“Gimana ya mbak, soalnya saya itu beri ASI, jadi ga tahu dampak anak ga diberi ASI, mungkin sering sakit, soalnya mereka dua ini jarang sakit” (A11)
4.4.5.3 Hambatan yang dialami selama menyusui
Menurut ibu MG, dari pengalamannya hambatan yang
sering dialami olehnya adalah puting payudara dirinya yang sering
lecet yang diakibatkan oleh kasarnya mulut anaknya pada saat
proses menyusui dan membuat ibu MG harus menahan rasa sakit
pada saat menyusui kepada anaknya. Usaha ibu PH dalam
mengatasi hambatan tersebut adalah dengan tidak memberikankan
apa-apa. Walaupun menurut teman-temannya jika puting mereka
lecet mereka akan memberinya dengan minyak lada atau minyak
goreng.
“Oh ia lecet, ne bilange itu apa mulut bayi itu kan kasar yo mesti lecet bukan karena digigit, walau digigit nganu ya bisa lecet tapi yo kalo bayi baru lahir itu karena kasar mulutnya karena kasar. Nyebuhinnya itu ga dikasih apa-apa dibiarin aja” (A12) “Iyo tetap menyusui, ne ada teman-teman ini dikasih minyak selada tapi yo kalo aku nda dikasih apa-apa, itu sembuh sendiri dan tetap menyusui” (A12.1)
94
4.4.5.4 Posisi Menyusui
Menurut sepengetahuan ibu MG ada beberapa posisi
menyusui berdasarkan pengalamannya, yaitu posisi menyusui
posisi duduk, berbaring, dan berdiri (dengan cara menggendong
anaknya) atau membentuk posisi menyusui sesuai dengan
kenyamanan anaknya.
“Tiduran, duduk, digendong sambil berdiri gitu” (A13) “Kalo dia nda rewel berarti itu berarti dia nyaman mba menyusuinya” (A13.1)
Dalam pelaksanaannya ibu MG sering menyusui dengan
posisi duduk dan posisi berbaring sambil nonton televisi sedangkan
anaknya merespon posisi ibu MG dengan posisi duduk. Ibu MG
menambahkan bahwa sebelum anaknya kenyang menyusui
dengan dirinya karena anaknya menyusui sambil bermain, dirinya
tidak boleh menutup kedua payudaranya karena akan membuat
anaknya marah.
“Panjang mbak ceritanya (sambil tersenyum riset partisipan bercerita), ini kalo menyusui anaknya ga bisa diam, aktif terus bawaannya. Kaya gini mbak depan tamu aja dia ga malu nenen, terus nenennya itu sambil bermain. Nah kaya gini ini mbak (Anak riset partisipan yang kedua tiba-tiba berenti menyusui dan mengambil boneka yang sedang dimainkan oleh kakaknya. Lalu dengan segera mengambil selendang dan menggendong boneka selayaknya manusia. Menurut riset partisipan anaknya itu meniru riset partisipan yang sedang menggendong dia)”(C10) “Iya mbak, menyusuinya itu sambil bermain. Nanti lihat aja mbak, kalo dia sudah puas main bonekanya itu, dia menyusui lagi. Begitu seterusnya (baru saja riset partisipan mengatakannya, tiba-tiba anaknya minta menyusui dengan posisi anaknya duduk dilantai tidak dipangkuan ibunya). Nah seperti ini mbak, ga bisa diam. Pokoknya nenen ini ga boleh ditutup. Soalnya kalo ditutup dia pasti marah terus menangis”(C10.1)
95
“Ya gini, pokoknya sebisanya dia, senyamannya dia, kalo nda nyaman ya nda mimi, yang ada malah nangis mbak. Biasa itu sambil duduk sambil nonton tv gini ya mau, saya sambil tiduran nah anak ini sambil duduk gitu, jadi ditarik-tarik gitu sama anaknya (ucap ibunya sambil menyusui anaknya yang posisi anaknya duduk dilantai sambil menyusui)” (C10.2) “Yo aku merasa nda nyaman, maunya aku yah waktu nonton, waktu tamu datang, waktu bekerja itu nda sambil menyusui, tapi mau kayak gimana lagi, aku harus menyusui senyaman ne dia”(C10.3)
4.4.5.5 Frekuensi Menyusui
Dalam hal frekuensi menyusui berdasarkan pengetahuan
yang didapatkannya dari pengalaman, ibu MG mengatakan bahwa
frekuensi menyusui anaknya dalam sehari minimal 10-15 kali.
Anaknya hanya bisa kenyang jika mengkonsumsi ASI, sehingga
setiap anaknya merasa lapar ibu MG pasti selalu menyusuinya.
Peryataan di atas di dukung dengan tindakan ibu MG yang lebih
sering menyusui anaknya.
“Sering mbak, nda ngitung aku mbak, kayaknya 10-15 gitu mbak. Kalo anak lapar ya dikasih”(A14) “Kesel sih mbak, capek, istirahat aja aku kadang ga bisa, kalopun istirahat itu sambil menyusui”(A14.1) “Sering banget mbak, setiap hari posisi menyusuinya seperti ini, seenaknya dia pokoknya, senyamannyalah (Ucap riset partisipan sambil mengelus dahi anaknya yang sedang menyusui)”(C11)
4.4.5.6 Waktu Menyusui
Dalam hal waktu menyusui berdasarkan pengetahuan yang
didapat dari pengalamannya, ibu MG mengatakan bahwa waktu
menyusui anak keduanya tidak dijadwalkan. Oleh karena sewaktu
anak keduanya minta ibu MG akan memberinya. Ibu MG
memperlihatkan kepada peneliti saat anak keduanya ibu MG
sedang menyusui, di mana tiba-tiba anak keduanya berhenti
96
menyusui dan main boneka bersama kakaknya, 2 menit kemudian
setelah bosan anak keduanya ibu MG kembali menyusui. Jadi,
menurut ibu MG kedua payudaranya tidak boleh di tutup
menggunakan baju terlebih dahulu karena harus menunggu
anaknya puas menyusui.
“Untuk waktu menyusuinya aku nda menjadwalkan, waktu minta yah kasih, sambil main-main gini, sambil nonton, dan sambil kasih makan ayam itu sambil menyusui, pokoknya sewaktu anaknya minta itu dikasih” (A15) “Lo ga mesti lo sambil main juga (anak dari riset partisipan berhenti menyusui dan main boneka sama kakanya), ya gini tiap kali kalo udah bosan main, dia menyusui, udah gitu main lagi. Kalo belum puas yo belum nganu. Sambil main tapi ga ga boleh dimasukin dulu. Kalo udah puas, trus dilepas dimasukin ya baru boleh” (C12) “Payudaranya ga boleh dimasukin dulu, ya dibiarkan dibuka gini aja sampe dia puas (ucap ibunya sambil tersenyum)” (C12.1)
4.4.5.7 Motivasi Ibu menyusui
Ibu MG menyikapi kelahiran anak-anaknya dengan motivasi
yang kuat untuk menyusui. Hal tersebut dinyatakan olehnya bahwa
ketika dia sakit pun tetap menyusui anaknya. Motivasi ibu MG
tersebut ditambah dengan ASI yang membuat pengeluaran
keluarganya menjadi lebih hemat dan kepraktisan dari ASI karena
ASI tidak perlu dibuat, ditakar seperti susu formula. Selain itu
motivasi ibu MG juga muncul karena ibu MG membaca buku bahwa
ASI lebih bagus dari pada susu formula.
“Apa ya mbak hemat, irit dan cepat mbak, kalo ASI kan nda perlu dibuat. Kayak anakku ini kalo susu formula repot di akunya mbak, soalnya dikit-dikit menyusui, kalo susu formula kan harus ditakar dulu, terus pake air hangat, pake air dingin, wah repot mbak. Mending menyusui aja. Soalnya ASI itu kalo yang aku baca lebih bagus dari pada susu formula… (B10)
97
“Iya aku tetap kasih tetek walaupun sakit” (B10.1)
4.4.5.8 Rasa percaya diri
Ibu MG memiliki rasa percaya diri yang cukup baik dalam hal
menyusui anaknya. Hal tersebut dibuktikan dengan sikapnya tetap
menyusui di depan keluarga (Mertuanya). Tetapi jika ada tamu yang
tidak dikenal atau ibu MG sedang di pasar maka ibu MG tidak akan
menyusui anaknya. Jika anak keduanya meminta ASI, ibu MG
mencari tempat yang sepi untuk menyusui, seperti warung atau ke
rumah teman ibu MG. Berdasarkan hasil observasi selama
perkunjungan ke rumah ibu MG, dirinya tanpa malu-malu menyusui
anaknya di depan peneliti dari awal peneliti datang sampai peneliti
pulang.
“Kemaren ada mbahnya anak-anak, yah itu juga sambil menyusui. Aku sudah terbiasa mbak menyusui depan orang kecuali orang yang ga aku kenal atau lagi keluar jalan kepasar gitu baru aku nda menyusui. Kalo adeknya minta nenen, aku cari tempat yang sepi dulu baru aku menyusui di situ”(B11) “Biasa aku cari tempat duduk di warung gitu, baru netek di situ, kalo nda mampir ke rumah teman dulu untuk netek”(B11.1)
4.4.5.9 Dukungan Keluarga
Ibu MG sangat didukung oleh keluarganya (suami dan
orangtua) selama anaknya dalam keadaan sehat dan baik.
“Ga ada mbak, pokokne anaknya ga nangis itu berarti sehat yah manut-manut ngikut bahasa indonesianya itu, jadi apa yang saya kasih yang ngikut yang penting anak sehat dan ga kenapa-kenapa”(B12.2) “Sama, yang penting anak sehat gitu kalo ngomong-ngomong gitu ga ya ngedukung-ngedukung aja kalo menyusui”(B12.3)
98
4.4.5.10 Pekerjaan Ibu
Walaupun ibu MG berprofesi sebagai ibu rumah tangga,
dirinya tetap menyusui dalam keadaan apapun, contoh ketika dia
sedang menyapu pasti menggendong sambil menyusui anaknya.
Selain itu sambil nonton televisi, anaknya pun tetap menyusui
dengan posisi duduk dengan posisi ibu MG berbaring.
“Sambil nyapu dia ini digendong. Jadi sambil kerja sambil juga nenen. Ini sampe sekarang aku belum mandi mbak. wes repot mbak. Sambil nonton juga aku tiduran dia posisinya duduk menyusuinya, aku posisinya tiduran, seenake adeknya aja kalo menyusui mbak” (B13)
4.4.5.11 Triangulasi
Triangulasi dilakukan pada satu sumber yaitu suami dari ibu
MG yaitu bapak ME. Bapak ME mengatakan menyusui di keluarga
sudah dilakukan secara turun temurun dan karena tinggal di desa
jadi hanya tahu menyusui saja. Menurut bapak ME, anaknya tidak
bisa lepas dari ibunya, terutama menyusui. Seperti menyusui
sambil memberi makan ayam dan sapi dengan posisi
menggendong anaknya. Tetapi menurut bapak ME, ibu MG tidak
pernah mengeluh selama menyusui anaknya, ibu MG rajin
menyusui anaknya walaupun dia sangat sibuk bekerja.
99
4.4.6 Ibu MT
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
MT pada tanggal 8-10 Oktober 2012. Ciri-ciri fisik dari ibu MT
adalah tinggi badan sekitar ± 145 cm, berkulit agak gelap, berambut
gelombang sebahu dan bertubuh agak gemuk. Ibu MT berusia 26
tahun, pendidikan terakhir yang ibu MT tempuh adalah SD. Dalam
kesehariannya ibu MT berprofesi sebagai ibu rumah tangga,
sedangkan suaminya bekerja sebagai sopir barang. Mereka
mempunyai 1 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki.
Anak pertama berusia 7 tahun dan anak kedua berusia 1 tahun.
Selama wawancara berlangsung ibu MT tampak bersemangat
menceritakan pengalamannya kepada peneliti dan sangat senang
menerima kunjungan dari peneliti.
Ibu MT memberikan ASI kepada anak-anaknya 30 menit
pasca melahirkan sesuai dengan anjuran dari bidan yang
membantu persalinan. Hal tersebut dikarenakan setelah
melahirkan, bidan yang membantu proses persalinan ibu MT akan
menimbang berat badan bayi, mengukur tinggi badan bayi, dan
membersihkan bayi dan ibu MT. Setelah semuanya sudah bersih
maka bidan akan memberikan bayinya kepada ibu MT untuk
disusui. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Iya kedua anakku ini dari lahir semua menyusui, sekitar setengah jam gitu bu bidannya bersihan aku dan bayi setelah itu baru di susuin…” (A7)
100
Ibu MT berkomitmen memberikan ASI kepada kedua
anaknya. Sebab ibu MT belajar dari pengalaman bersama anak
pertamanya yang melihat bahwa manfaat ASI sangat bagus untuk
tumbuh kembang anak. Berikut pernyataan wawancara yang
mendukung informasi tersebut.
“…Aku ngeliat manfaatnya menyusui itu bagus untuk pertumbuhan anak, anak jadi jarang sakit mbak” (A12)
4.4.6.1 Manfaat menyusui
Berdasarkan pengalamannya ibu MT mengatakan bahwa
ada beberapa manfaat dari menyusui yang dirasakannya selama
ini, yaitu anak-anaknya jarang sakit tidak seperti anak tetangga
yang sering sakit, selain itu anak yang diberi ASI lebih aktif tapi
anak yang tidak diberi ASI lebih pendiam, dan kelihatan lemah dan
tidak dekat dengan dirinya. Selain itu menurut ibu MT adalah ASI
lebih praktis dalam hal pemberiannya daripada susu formula. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan dalam pernyataan sebagai
berikut.
“Adeknya ini termasuk jarang sakit mbak nda seperti anak tetangga yang sering sakit aku liat kalo ga diberi ASI itu mbak. kepintarannya itu beda. Kan keliatan anak yang diberi ASI dengan ga. Kalo diberi ASI itu anaknya aktif tapi kalo ga diberi ASI agak pendiam gitu mbak. sama keliatan lemah gitu dan ga dekat sama ibuknya” (A10) “ASI itu cepat, kalo malam bangun minta mimi susu tinggal diberi nenen aja, ga repot-repot harus buat susu kaya susu formula itu” (A10.1)
101
4.4.6.2 Dampak tidak menyusui
Berdasarkan pengetahuan yang didapat dari penglihatannya
terhadap anak tetangganya bahwa dampak anak tidak menyusui
adalah anak terlihat lemah, anak terlihat pasif, dan anak terlihat
kurang pintar sewaktu sekolah. Oleh karena itu, ibu MT termotivasi
untuk menyusui anaknya.
“Apa yo mbak, anaknya itu keliatannya lemah nda aktif nda kaya anak-anak yang diberi ASI. Terus aku liat itu anak-anak orang yang nda dinenenin itu nda pintar waktu sekolahnya, nda cerdas gitu mbak. Makanya aku harus kasih ASI ke anak supaya anakku pintar (Ibu MT terlihat tersenyum bahagia)” (A11)
4.4.6.3 Hambatan yang dialami selama pemberian ASI
Berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman
yang dialami oleh ibu MT adalah puting payudara yang sering sakit
karena anaknya menyusui sambil gregetan.
“… Aku sambil nahan nahan sakit di puting payudaraku gitu mba waktu menyusuinya. Anaknya sampe nangis-nangis minta disusui ya harus disusui. Sama dokternya dijaga pokoknya harus disusui gitu. Sambil meringis meringgis kesakitan yo pokoknya tetap harus disusui. Waktu itukan mbak belum ada pengalaman menyusui jadi rasanya sakit kalo menyusui. kalo sekarang kan sudah ada pengalaman menyusui dari kakaknya ini jadi sudah terbiasa menyusuinya. Kalo kesakitan sudah ga seperti dulu lagi sakitnya” (A12) “Kan baru pertama kali menyusuinya. Belum ada pengalaman lagi. Jadi ketika anaknya menyusui itu rasanya sakit. Kan susunya penuh oleh air susunya itu. waktu diisap rasanya sakit. Kalo ga disusui itu rasanya juga sakit karena kepenuhan jadi harus disusui walaupun nahan sakit gitu mbak”(A12.1) “Puting yang sering sakit. Karena kalo geregetan itu kan nenenya digigit sama dia. Nah itu yang buat sakit, sampe lecet nenenku ini” (A12.3) “Biasanya selama menyusui aku sering merasa sakit diputing susu karena lecet, tapi tetap menyusui walau lecet mbak…” (A12.4) “Tetap disusui saja mbak” (A12.5)
102
4.4.6.4 Posisi Menyusui
Menurut ibu MT berdasarkan pengalamannya, posisi
menyusui yang diketahuinya adalah posisi yang membuat anaknya
merasa nyaman. Oleh karena itu ibu MT akan membuat posisi
sesuai dengan permintaan anaknya yang ditandai dengan tingkah
lakunya. Posisi yang paling sering saat menyusui adalah posisi
duduk tetapi jika anaknya cerewet ibu MT akan menyusui dengan
posisi berdiri sambil menggendong. Lalu ibu MT menunjukkan
kepada peneliti karena pada saat itu anaknya sedang menyusui, di
mana anaknya menyusui di payudara sebelah kanan dan anaknya
digendong dengan menggunakan selendang.
“Iya mbak, senyamannya dia. Kalo nda nyaman dia kayak menggeliat untuk ngubah posisi dia nenen”(A13.1) “Biasa aja mbak, hampir sama dengan ibu-ibu yang lain kalo lagi netekin anak. Ya biasa kalo pengen netek langsung dikasih aja, biasa aku netekin sambil duduk bisa, sambil berdiri juga bisa ya yang kaya gini ini kalo lagi netek, neteknya sambil mainan. Nah kaya gini mbak (Ibu MT sambil menyusui anaknya dengan posisi berdiri, dimana anaknya menyusui disebelah kanan dan digendong. Awalnya posisi ibunya duduk untuk menyusui anaknya. Karena anaknya menangis jadi ibunya menyusui anaknya dengan posisi berdiri dan anaknya digendong dengan menggunakan selendang)” (C10) “Oh kalo adeknya biasa seenaknya dia mbak, kalo lagi duduk biasa dia aku baringkan dipangkuanku, kalo lagi digendong biasa pake seledang kalo nda pake selendang aku nda kuat lama menyusui anakku” (C10.1)
103
4.4.6.5 Frekuensi Menyusui
Menurut ibu MT berdasarkan pengalamannya, frekuensi
menyusui yang diketahuinya yakni tidak ada frekuensi untuk
menyusui yang menentu karena pola menyusui anaknya tidak
hanya pada waktu lapar saja akan tetapi juga pada waktu anaknya
tidak sedang lapar. Anak ibu MT menyusui sambil memainkan
puting payudara ibu MT dengan cara memasukannya ke dalam
mulutnya akan tetapi tidak menghisap payudara ibu MT. Adapun
frekuensi anaknya menyusui dalam sehari 10 kali atau bahkan
lebih.
“Nda kehitung mbak. kalo anakku nenennya ga hanya waktu lapar aja, waktu nda lapar pun itu juga dia nenen. Tapi nenennya main-main, cuman dimasukin aja putingnya tapi nda diisap” (A5) “Spontan aja gitu mbak. setiap nangis kalo nda bisa dibujuk sama mainan yah nenen” (A14) “Iya aku kaya gitu mbak, dan anakku setiap dikasih nenen langsung aja dimasukin walaupun nda diisap (Ibu MT tersenyum” (A14.2) “Berapa yah mbak. Aku nda pernah ngitung mbak, sering banget adeknya menyusui, kayaknya 10 kali lebih deh mbak. Nah kayak gini mbak neteknya itu nda langsung sekali isap selese, ulang-ulang neteknya. Kalo dia lihat mbaknya lagi main dia ikut main setelah itu netek lagi. Ndak kehitung berapa banyak dia netek (Anak ibu MT terlihat berhenti menyusui karena mau mengambil tutup gelas untuk dijadikan mainan. Setelah itu anak ibu MT menyusui kembali)” (C11)
4.4.6.6 Waktu Menyusui
Berdasarkan pengetahuan yang berasal pengalamannya ibu
MT mengatakan bahwa waktu menyusui anaknya 10-15 menit-an
dan bahkan biasa sampai anaknya tertidur pulas.
“Menurut aku yo mbak itu sepuluh sampe lima belas menit-an mbak. Lama biasane aku nyusui anakku sekitar segitu. Apalagi sampe dia tertidur pulas”(A15)
104
4.4.6.7 Motivasi Ibu menyusui
Motivasi ibu MT untuk menyusui adalah karena kualitas ASI
yang lebih baik daripada susu formula dan ASI berasal dari ibu,
sehingga dia senang untuk menyusui anaknya.
“ASI itukan mbak lebih baik kualitasnya daripada susu formula. Kalo ASI kan asli dari kitanya. Tapi kalo susu formulakan beda. Jadi ASI itu baik. Dan menyenangkan bisa memberi ASI kepada anak”(B10)
4.4.6.8 Rasa percaya diri
Ibu MT mempunyai rasa percaya diri yang baik selama
menyusui, karena dia sudah terbiasa menyusui di depan banyak
orang. Jadi ibu MT tidak perlu malu lagi untuk menyusui anaknya
pada waktu kedatangan tamu seperti bapak kepala dusun Sodong
dan peneliti. Alasan lainnya adalah karena ibu MT sudah
mempunyai anak.
“Aku sudah terbiasa mbak menyusui depan orang. Jadi ga malu lagi. Kemarin aja pas ada anak bapak dusun itu. Aku masih tetap menyusui. Sama mbaknya juga ini kan aku masih tetap menyusui. Bagi aku gapapa toh sudah punya anak juga” (B11.1)
4.4.6.9 Dukungan Keluarga
Dalam hal dukungan keluarga menurut ibu MT keluarganya
sangat mendukung selama anaknya dalam keadaan sehat. Bentuk
dukungannya adalah dengan menanyakan apakah ibu MT sudah
memberi ASI, dan menyarankan ibu MT untuk banyak
mengkonsumsi sayur-sayuran supaya produksi ASInya banyak.
Adapun bentuk dukungan dari suami ibu MT adalah dengan
105
mengingatkan ibu MT untuk menyusui karena suami ibu MT kuatir
jika anaknya sakit.
“Orang tuaku sama orangtua suamiku itu sangat mendukung. Aku sampe dibilangi “ayo kasih ASI aja anaknya biar sehat” gitu mbak”. Saudara-saudaraku juga sama, kami saling mendukung, saling memberitahu satu sama lain. Misalnya “anakmu udah disusuin belum? Kamu harus banyak makan sayur biar ASInya banyak keluar”. Yah saling mendukung mbak kami sekeluarga satu sama lain” (B12.1) “Suami aku sangat mendukung juga. Kesehatan anak itu nomor satu. Apalagi dulu waktu di Malaysia, suamiku juga diingatkan sama dokter untuk memberitahu aku bahwa aku harus menyusui. dan Kalo anak kami sakit, itu pasti kuatir banget, pasti langsung dibawain ke bidanlah, kedokterlah supaya anak kami bisa sehat lagi” (B12.2)
4.4.6.10 Pekerjaan Ibu
Ibu MT tetap mengutamakan menyusui anak keduanya dan
dia akan menyusui anaknya hingga tertidur. Setelah anaknya
tertidur ibu MT baru melanjutkan pekerjaannya sehari-sehari seperti
memasak buat makan siang dan makan malam. Jika anaknya tidak
tidur maka ibu MT akan menitipkan anakya ke orangtuanya setelah
itu baru lanjut masak dan ke rumah orangtuanya untuk membuat
tusuk sate.
“Yah biasa tak kelonin dulu. Tadi sebelum mbaknya datang kan adeknya bobo nah itu di keloni dulu sambil menyusui sampe dia tidur. Kalo sudah tidur baru masak buat makan siang dan malam. Kalo nda seperti itu yo susah mau kerja ini itu, aku kan takut dia ketumpahan sayur yang panas atau apa gitu. Jadi disusui dulu baru bisa bekerja dengan enak. Kalo nda dititipin kerumah ibuku dulu. Setelah itu baru lanjut masak atau bantu ibu buat tusuk sate” (B13).
106
4.4.6.11 Triangulasi
Peneliti melakukan triangulasi pada satu sumber saja yaitu
orang tua dari riset partisipan yaitu ibu MD, sebab suami riset
partisipan sedang di Malaysia. Ibu MD mengatakan ibu MT tidak
pernah mengeluh dan tidak malu menyusui anaknya di depan
umum, karena sudah kodrat wanita menyusui anaknya. Menurut ibu
MD beliau sangat mendukung ibu MT menyusui. bentuk dukungan
yang ibu MD berikan yaitu dengan membantu menyelesaikan
pekerjaan yang sering mereka kerjakan bersama yaitu membuat
tusuk sate. Ibu MD juga mengatakan, ibu MT menyusui dalam
sehari tidak terhitung karena sesuai dengan permintaan dari anak
begitu juga dengan lamanya menyusui. sedangkan untuk posisi
menyusui menurut ibu MD, ibu MT menyusui sesuai dengan
kenyamanan anaknya saja, bila anaknya tidak suka menyusui
dengan duduk maka ibu MT akan pergi kekamar dan menyusui
anaknya dengan posisi berbaring.
4.4.7 Ibu NM
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
NM pada tanggal 11-13 Oktober 2012. Ciri-ciri fisik dari ibu NM
adalah tinggi badannya sekitar ± 145 cm, berkulit agak gelap,
berambut gelombang sebahu dan agak gemuk. Ibu NM berusia 46
tahun, ibu NM tidak pernah menempuh pendidikan sekolah dasar.
Dalam kesehariannya ibu NM berprofesi sebagai ibu rumah tangga,
107
sedangkan suaminya tidak bekerja. Mereka mempunyai 3 orang
anak, yaitu anak laki-laki berusia 19 tahun, anak perempuan
berusia 12 tahun, dan anak laki-laki berusia 1 tahun. Selama
wawancara berlangsung ibu NM tampak bersemangat
menceritakan pengalamannya kepada peneliti dan sangat senang
menerima kunjungan dari peneliti.
Ibu NM mengatakan dengan pendidikan yang tidak
ditempuh sehingga membuatnya tidak bisa membaca tetapi
keinginannya yang kuat untuk memberikan yang terbaik untuk anak
jadi ibu NM menuruti apa yang disampaikan oleh bidan kepadanya.
Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“..Wah aku ini kan mbak ndak sekolah, jadi apa kata bidan yah dituruti aja yang penting untuk kebaikan, kayak disuruh untuk nyusuin anak, ya aku susuin. Waktu itu sekitar setengah jam an setelah melahirkan aku disuruh nyusuin anakku mbak, kalo ndak salah yah mbak, maklum udah tua, jadi lupa-lupa ingat. hehehe”(A12)
Berdasarkan pengalamannya, ibu NM mengatakan bahwa
dia belajar menyusui dari anak pertamanya sehingga dia bisa
menyusui dengan baik pada anak kedua dan ketiganya. Berikut
pernyataan wawancara yang mendukung informasi tersebut.
“Bagaimana yah mba ceritanya, dari anak pertama sampai anak ketiga ini semuanya menyusui. waktu yang anak pertama itukan masih belum ada pengalaman menyusui jadi masih bingung-bingung gitu dan masih sakit dulu puting saya waktu menyusuinya, terus bengkak karena kepenuhan. Untuk anak kedua dan ketiga ini kan sudah ada pengalaman dari yang pertama jadi nda terlalu begitu sakit putingku karena sudah terbiasa menyusuinya...” (A12)
108
4.4.7.1 Manfaat menyusui
Berdasarkan pengetahuan yang didapat dari
pengalamannya ibu NM mengatakan bahwa manfaat dari menyusui
adalah ASI lebih bagus daripada susu formula dan membantu
menekan biaya pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula.
“ASI itu lebih bagus dari pada susu formula, lebih hemat. Ga perlu beli kaya susu formula” (A10)
4.4.7.2 Dampak tidak menyusui
Sepengetahuan ibu NM, berdasarkan pengalamannya
dampak tidak menyusui adalah anaknya tidak mudah sakit
dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang mudah sakit.
Kalaupun anaknya sakit itu semua faktor cuaca seperti pada saat
cuaca panas yang disebabkan oleh musim kemarau dimana
persediaan air bersih untuk mandi dan membersihkan debu tidak
ada.
“Anak aku ini jarang sakit loh mbak beda dengan anak orang lain yang mudah sakit. Kalo sakit palingan karena cuaca” (A11) “Kaya panas gini kan mba, musim kemarau jadi banyak debu. Dan ga ada air buat mandi bersihin debu. Ini dari pagi belum mandi mba” (A11.1).
4.4.7.3 Hambatan yang dialami selama pemberian ASI
Ibu NM yang mengetahui dari pengalamannya mengatakan
bahwa hambatan-hambatan yang sering dialami selama menyusui
puting payudara yang sering sakit karena anaknya menggigit dan
payudara bengkak karena dipenuhi oleh ASI akibat tidak di susui ke
anaknya sebab berkurangnya nafsu menyusui anaknya karena
109
anaknya sedang sakit. Sekarang ibu NM sudah terbiasa dengan
masalah lecet dan bengkak di puting payudara karena sudah
terbiasa menyusui.
“Bagaimana yah mba ceritanya, dari anak pertama sampai anak ketiga ini semuanya menyusui. Waktu yang anak pertama itukan masih belum ada pengalaman menyusui jadi masih bingung-bingung gitu dan masih sakit dulu puting saya waktu menyusuinya, terus bengkak karena kepenuhan. Untuk anak kedua dan ketiga ini kan sudah ada pengalaman dari yang pertama jadi nda terlalu begitu sakit putingku karena sudah terbiasa menyusuinya. Ini si Angga (Menyebutkan nama anak ketiganya yang berusia 1 tahun dan masih menyusui) ini lagi sakit mba, panas badannya sama pilek juga. Tapi itu liat mba anaknya kaya ga sakit kan. Terlihat ceria gitu” (A12) “Puting sakit karena kena gigit mba, sama bengkak karena kepenuhan ga ditetekin itu kan adeknya nda mau, selera mimi susunya berkurang karena sakit ini” (A12.6) “Tetap aku susui. Aku juga kasih minyak goreng gitu biar cepat sembuh” (A12.8)
4.4.7.4 Posisi Menyusui
Pada dasarnya ibu NM tidak mengetahui posisi seperti apa
yang digunakan saat menyusui karena dirinya tidak ada
kesempatan untuk menikmati pendidikan. Sehingga ibu NM
menggunakan naluri keibuannya dan pengamatan terhadap ibu-ibu
menyusui lainnya untuk memberikan posisi menyusui yang nyaman
buat anaknya. Menurut ibu NM posisi menyusui yang nyaman
adalah posisi berbaring, duduk, dan berdiri sambil menggendong
anaknya. Namun, posisi menyusui yang paling sering dibentuk
adalah posisi berdiri dan duduk sambil menggendong anaknya
sambil ibu NM bekerja membuat tusuk sate. Walaupun anak ibu NM
sedang tidak ingin menyusui, mulut anaknya tetap menempel di
110
payudara ibu NM. Hal tersebut terjadi karena anaknya sudah
merasa kenyang dan anaknya tidak bisa pisah dengan ibu NM.
“Kalo menurut aku yah mbak, naluri sebagai ibu, padahal aku ini ga sekolah ga bisa baca juga jadi itu semua spontan aja lihat dari ibu-ibu yang lain dan pengalaman aku menyusui dari anak pertama sampai yang ketiga ini posisinya itu duduk terus anaknya ditaruh dipangkuan kita ini, Kalo capek duduk terus anaknya digendong kalo bisa pake salendang supaya ga jatuh ka nada yang nahan” (A4.2) “Yah biasa dia dibaringkan, kalo nenen Angga langsung datang langsung duduk dipangkuan aku aja langsung nenen” (A13) “Posisi memberi ASInya kadang duduk, kadang berdiri sambil digendong gitu mba. kalo capek tak ajak berbaring. Tapi paling sering itu aku ajak gendong. Dibawa sana kemari ikut terus anaknya. Karena kan aku sambil kerja buat tusuk sate terus aku sambil duduk gitu susuin Angga. Soalnya anaknya ini ga bisa pisah dari aku mba. maunya digendong terus. Tadi kan habis angkat satu ikat besar sate itu sambil gedong Angga juga mba. Nah kaya tadi itu mba. mbanya datang kan Angga digendong terus. yah itu dua beban jadinya satu ikat besar itu, satunya gendong Angga” (C10) “Yah mau bagaimana lagi mba. Anaknya ga mau pisah. Karena sudah terbiasa dari anak pertama jadi sudah biasa akunya. Kadang aq kesel, capek begitu. Dari pagi sampai sore gini kan belum ada istirahat karena banyak pekerjaan ini. Yah mau bagaimana lagi kan anak sendiri, kita harus bertanggung jawab. Kalo ditinggal-tinggal kan kasian anaknya” (C10.1) “Ini nda bisa diam mbak, anaknya lincah. Kalo dinenenin itu tangannya ikut sibuk juga karena sambil pegang mainan” (C10.2) “Kalo sekarang-sekarang ini iya karena udah besar tapi kalo masih kecil itu ya tenang mbak” (C10.3) “Tiap nenen mulutnya yah masukin semua nenen, tapi kalo adeknya lagi ga pengen nenen itu biasa mulut nya diujung nenenya aja” (C10.4) “Karena udah kenyang kali yah mbak, jadi udah nda mau nenen lagi, cuma gimana ya main-main aja. Dimasukin tapi nda diisap” (C10.5)
111
4.4.7.4 Frekuensi Menyusui
Berdasarkan pengalaman ibu NM, frekuensi menyusui tidak
bisa diketahui dengan pasti karena anaknya sangat sering untuk
menyusui. tetapi minimal 8 sampai 10 kali sehari. Ibu NM
mengatakan bahwa frekuensi menyusui anak ketiganya sudah
berkurang karena anaknya tersebut sudah makin besar dan lebih
banyak bermain. Jadi, frekuensi menyusui untuk anak ketiganya
tidak seperti biasanya yang tidak terhitung berapa kali anaknya
menyusui. Adapun usaha ibu NM untuk menghadapi menurunnya
frekuensi menyusui tersebut adalah dengan memberikannya air
putih dan makanan. Akan tetapi bila anaknya tidak mau menerima
minuman maka anaknya akan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Sering mbak, aku ga ngitung seberapa banyak dia menyusui, bisa sampai 8 kali atau bahkan bisa sampai 10 kali mbak”(A14) “Ini banyak maennya mba jadi menyusuinya berkurang. Biasa sehari itu nda kehitung saking seringnya dia menyusui mba. Tapi kalo sekarang ini agak berkurang menyusuinya. Mungkin karena sudah makin besar dan banyak maennya jadi lupa sama menyusuinya mba. Aku kasih air putih gitu nda mau angga ini. Geleng-geleng kepala anaknya. Diminum dikit terus dikeluarin sama anaknya, cerewet sekarang. Maem aja udah berkurang” (C11) “Yah itu aku bujuk-bujuk dulu anaknya baru mau. Kalo laper itu mba, dia menyusui sendiri tanpa kita yang minta dia untuk menyusui. Kalo dipaksa gitu kan mba anaknya ga mau menyusui ntar malah nangis kalo dipaksa. Jadi tunggu sampe dia minta sendiri. Kalo anak kecil kan termasuk cepat lapernya karena capek bermain terus” (C11.1)
112
4.4.7.5 Waktu Menyusui
Menurut ibu NM, anaknya menyusui jika menangis maka
tidak ada jadwal khusus karena baginya anak kecil itu mudah
merasa lapar. Meskipun anaknya menyusui sedikit-sedikit demi
sedikit tapi sering. Menurut ibu NM, lamanya dia menyusui tidak
terhitung tetapi sekitar 10-15 menit.
“Kalo menyusui adeknya ini sewaktu nangis ya dikasih. Ga ada jadwal khusus, soalnya kalo anak kecil kan mba, mudah laper. Badannya aja kecil tapi makannya itu walaupun sedikit-sedikit tapi banyak.” (A15) “Wah ga terhitung lamanya mba, mungkin ya sampe 10-15 menitan” (C12) “Yah itu nda terlalu lama, cuman 10 menitan aja mba” (C12.1)
4.4.7.6 Motivasi Ibu Menyusui
Ibu NM mencontohkan anak tetangganya yang sering sakit
oleh karena itu ibu NM termotivasi menyusui anaknya. Menurutnya,
ASI lebih bagus daripada susu formula sehingga membuat anak-
anaknya jarang sakit. Apabila anaknya sakit karena pengaruh dari
cuaca. Selain itu ibu NM dalam kondisi capek dia tetap menyusui
anaknya.
“ASI itu lebih bagus daripada susu formula. dan anak jarang sakitnya. Kalo sakit itu karena pengaruh cuaca aja. Tapi alhamdulilah yah ini anak-anak jarang sakit” (B10) “Ya pernah, karena kecapekan kerja tapi tetap menyusui anak” (B10.1)
113
4.4.7.7 Rasa percaya diri
Ibu NM mengatakan bahwa di kampungnya ibu-ibu
menyusui menyikapi kegiatan menyusui dengan biasa. Begitu juga
dengan ibu NM akan tetapi apabila ibu NM pergi ke pesta atau
sedang kedatangan tamu yang tidak dia kenal berkunjung ke
rumahnya maka ibu NM akan menyusui anaknya dengan
menutupinya dengan menggunakan salendang.
“Disini mah sudah biasa mba. jadi biasa aja. Tetap aja menyusui walaupun ada tamu. Kecuali orang asing atau datang ke acara apa gitu baru agak malu menyusuinya dan biasa ditutupin aja pake salendang” (B11)
4.4.7.8 Dukungan Keluarga
Menurut ibu NM, keluarganya mendukung saja dalam hal
menyusui karena di kampung rata-rata ibu-ibunya menyusui semua,
oleh sebab itu semua tetap menyusui.
“Kalo keluarga sih mba. dukung-dukung aja. Disini kan rata-rata menyusui semua ibu-ibunya. Jadi kita semua menyusui” (B12)
Suami ibu NM sedang sakit. Jadi dalam hal mengontrol anak
kebanyakan di ibu NM.
“Suami saya kan sakit mba. Jadi untuk control anak banyak disaya. Kalo suami yah bisa bantu jaga anak kalo lagi sehat. Ini aja dalam rumah ga aku taruh barang-barang kaya kursi karena kalu kumat itu bisa dilemparin sama dia. Makanya kita duduk lesehan aja mba. Jadi saya kalo malam tidur ditempat saudara sebelah rumah ini. Dan suami tidur dirumah ini sendiri. Tapi kalo sudah baik kaya tadi mba. baru bisa bareng tidur satu rumah. Yah itu karena kami takut” (B12.1)
114
4.4.7.9 Pekerjaan Ibu
Ibu NM menyikapi kehidupannya dengan profesi ganda
yakni sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah keluarga.
Walaupun demikian ibu NM tetap mengutamakan menyusui.
sehingga terkadang pekerjaannya terhambat. Tetapi bagi ibu NM
tidak masalah karena pekerjaannya diusahakan sendiri atau ikut
bekerja dengan orang.
Ibu NM menceritakan bahwa dia memiliki aktivitas yang
padat. Dimulai dari bangun pagi dengan kegiatan memasak,
selanjutnya dia membuat tusuk sate, dan setelah itu pergi ke
ladang. Akan tetapi semua kegiatannya tersebut selalu diselingi
dengan kegiatan menyusui.
“Gimana yah mbak kalo lagi ada pekerjaan, pekerjaanya jadi tertunda. Tapi tetap susui dulu biar terlambat gapapa karena kerja sendiri kecuali ikut orang kerja itu pasti nda enak sama orang yang kasih kerja kekita makanya waktu hamil aku langsung keluar jadi pembantu rumah tangga itu dosen UKSW juga orangnya baik banget aku lupa namanya siapa mbak” (B13) “Banyak mba kegiatannya dari pagi itu. Bangun pagi biasa masak dulu untuk siapin sarapan buat kakaknya, setelah itu membuat tusuk sate dan pergi ke ladang untuk cabut rumput. Itu semua aku sambil selingi menyusui dek angga” (B13.1)
4.4.7.10 Triangulasi
Triangulasi dilakukan pada kakak dari ibu NM sebab suami
ibu NM sedang tidak bisa diwawancarai karena sedang sakit. Ibu
NM sendiri sejak mempunyai ketiga anaknya setiap malam ibu NM
dan ketiga anaknya tidur dirumah kakaknya ibu NM karena takut
terjadi apa-apa bila tidur satu rumah dengan suami ibu NM yang
115
saat ini sedang sakit. tetapi bila pagi hari ibu NM akan pulang
kerumah. Menurut kakak ibu NM, ibu NM sendiri tidak pernah
mengeluh selama mengasuh ketiga anaknya dan tidak pernah
mengeluh mencari nafkah sendiri untuk keluarganya. Demikian juga
dengan menyusui anaknya menurut ibu RK, ibu NM memberikan
ASI kepada ketiga anaknya dan tidak pernah memberikan susu
formula karena keadaan ekonomi yang pas-pasan dan tidak
menempuh pendidikan sehingga membuat ibu NM tidak bisa
membaca. Oleh karena itu ibu NM lebih memilih memberi ASI.
Untuk tempat menyusui ibu NM bisa menyusui dimana saja tanpa
rasa malu karena sudah punya anak jadi untuk apa malu menyusui.
demikian juga dengan waktu dan frekuensi menyusui menurut ibu
RK, ibu NM menyusui tanpa keahlian yaitu belajar dari pengalaman
menyusui anak sebelumnya dan melihat orang lain yaitu bisa
menyusui duduk, berdiri atau berbaring sesuai kenyamanan
anaknya.
4.4.8 Ibu MR
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
MR pada tanggal 14-16 Oktober 2012. Ciri-ciri fisik dari ibu MR
adalah tinggi badannya sekitar ± 140 cm, berkulit agak gelap,
berambut gelombang sebahu dan bertubuh agak gemuk. Ibu MR
berusia 23 tahun dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah
Pertama. Ibu MR berprofesi sebagai ibu rumah tangga sedangkan
116
suaminya berprofesi sebagai buruh pabrik di sebuah pabrik rokok di
daerah Ngawen, Salatiga. Mereka mempunyai 1 orang anak laki-
laki yang berusia 1 tahun. Selama wawancara berlangsung ibu MR
tampak bersemangat menceritakan pengalamannya kepada peneliti
dan sangat senang menerima kunjungan dari peneliti.
Ibu MR memberikan ASI kepada anaknya 30 menit pasca
melahirkan sesuai dengan anjuran dari bidan yang membantu
persalinan. Hal tersebut dikarenakan setelah melahirkan, bidan
yang membantu proses persalinan ibu MR akan menimbang berat
badan bayi, mengukur tinggi badan bayi, dan membersihkan bayi
dan ibu MR. Setelah semuanya sudah bersih maka bidan akan
memberikan bayinya kepada ibu MR untuk disusui. Berikut
pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
Memasuki usia 1 bulan, anaknya mulai diperkenalkannya
dengan makanan pendamping ASI seperti susu formula dan bubur
sun. Alasan ibu MR memperkenalkan makanan pendamping adalah
karena anaknya sering menangis sehingga asumsi ibu MR anaknya
kelaparan. Akan tetapi, selama perkenalan dengan makanan
pendamping ASI tersebut anak ibu MR selalu menolaknya dengan
cara memuntahkan kembali apa yang dikonsumsinya selain ASI.
Selain itu anak ibu MR terkena diare, sehingga ibu MR
memutuskan untuk berhenti memberikan makanan pendamping
ASI kepada anaknya hingga saat ini. Sebab ibu MR pernah
117
mencoba untuk memberikan makanan pendamping ASI lainnya
tetapi tetap saja anaknya menolak. Berikut pernyataan wawancara
yang mendukung informasi tersebut.
“Ini masih menyusui. Dari lahir itu sudah menyusui, sekitar setengah jam-an setelah melahirkan aku langsung menyusui anakku. Sebelumnya dibersihkan dulu oleh bidannya. Aku udah pernah coba kasih bubur sun gitu anaknya nda mau. Selalu dimuntahin kok mbak, dikeluarin. (Tiba-tiba dari dalam anak riset partisipan menangis). Wah ini adeknya pasti bangun (Ucap ibunya sambil permisi ke kamar kepada peneliti untuk mengambil anaknya yang baru saja bangun dari tidurnya dan riset partisipan datang membawa anaknya yang baru bangun tidur untuk duduk di samping peneliti sambil mempersiapkan diri untuk menyusui dan setelah siap anak riset partisipan langsung menyusui dengan posisi duduk, dan anak riset partisipan pun menyusui dengan posisi berbaring di sebelah kanan dan wawancara dilanjutkan)” (A6) “Biar nda nangis terus, anak kecil itu kan kalo nangis berarti laper jadi tak kasih bubur sun tapi anaknya nda mau, maunya netek aja” (A7) “dari aku sendiri mbak dan dari dari orang tua” (A8) “Anaknya maunya netek terus ee mbak, soalnya dulu anakku diare gara-gara dikasih sun, ya udah akhirre aku hentikan dan menyusui sampai sekarang” “Udah mbak kayak tak kasih air putih, susu formula, sun gitu tapi anaknya tetap aja ndak mau, cuma air putih aja kalo teh atau jajanan gitu dia ndak mau” (A9)
4.4.8.1 Manfaat menyusui
Berdasarkan penglamannya ibu MR mengatakan bahwa
manfaat menyusui itu ialah anaknya menjadi lincah, gigi anaknya
cepat tumbuh, dan anaknya menjadi sehat dan berat badan
anaknya menjadi naik.
“Manfaat menyusui yang aku lihat dari anakku ini dia itu lincah, ini giginya juga cepat tumbuhnya”(A10) “Anaknya sehat mbak, berat badannya juga naik” (A10.1)
118
4.4.8.2 Dampak tidak menyusui
Berdasarkan pengalamannya ibu MR mengatakan bahwa
dampak tidak menyusui ialah anaknya mengalami diare.
Menurutnya, jika anaknya diberikan susu formula maka anaknya
akan terkena diare. Oleh karena itu, ibu MR tetap mengutamakan
memberi ASI kepada anaknya agar terbebas dari diare.
“Pernah diare itu karena diberi susu formula itu jadi diare. Tapi kalo mimi ASI itu ga diare. Sampe kurus waktu itu badannya. Sekarang sudah sehat karena aku beri ASI terus. mau beri susu formula tapi takut diare lagi” (A11)
4.4.8.3 Hambatan yang dialami selama menyusui
Berdasarkan pengalamannya ibu MR mengatakan bahwa
hambatan yang dialaminya selama menyusui adalah 2 hari setelah
menyusui pasca melahirkan, ibu MR merasakan puting
payudaranya sakit. Menurut orang tuanya, peyebab puting
payudara sakit karena sudah ada air susunya, maka membuat
perasaan yang berbeda sebelum ada air susu.
“Oh ia pernah waktu pertama kali menyusui kira-kira 2 hari setelah menyusui itu rasanya nenenku sakit, putingnya perih, tapi lama kelamaan nda sakit lagi. Kata ibuku itu karena ada air susunya makanya rasanya agak beda sebelum ada air susunya” (A12.1)
4.4.8.4 Posisi Menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu MR mengatakan bahwa
posisi menyusui bersama anaknya dalam keseharian adalah
berbaring dan duduk atau disesuaikan dengan kenyaman anak.
Adapun tindakan menyusui dari anaknya adalah bila anaknya
119
melihat ibu MR mengeluarkan payudaranya anaknya langsung tahu
dengan spontan langsung anaknya langsung membuka mulut dan
langsung menyusui.
“Duduk bisa, berbaring bisa, senyaman anaknya aja mbak. aku biasa duduk gini aja terus dibaring biasa mbak” (A13) “Adeknya juga sama dibaringkan tapi kalo nda mau biasa dia posisinya duduk kalo nenen” (A13.1) “Ini kalo diliatnya aku keluarin ini (Ibu MR sambil menunjuk payudaranya) dia tahu mbak, langsung mulutnya dibuka terus nenen aja langsung. Makanya kata ibuku aku harus banyak makan sayur biar sehat, kalo diisap terus sama anak nanti kita bisa sakit” (A13.2) “Gapapa, biasa aja. Nyaman-nyaman aja mbak menyusui sambil duduk seperti ini. Biasa juga duduk kalo gendong aku nda kuat, soalnya adeknya berat kan sudah 1 tahun udah besar” (C10) “Nda juga, biasa sambil baring biar sekalian bobo siang, duduk juga bisa”(C10.1) “TI ini setiap nenen kuat, satu hari ini belum maem cuman nenen aja. Tiap kali nenen ya melekat, senyamannya dia…..” (C10.2)
4.4.8.5 Frekuensi menyusui
Berdasarkan pengalaman, ibu MR mengatakan bahwa
frekuensi menyusui tidak bisa diketahui dengan pasti karena
anaknya sangat sering menyusui. Tetapi frekuensi menyusui
minimal 4 kali sehari dimulai dari bangun tidur dan hingga malam
hari menjelang tidur. Menurut ibu MR, anaknya akan minta sendiri
jika ingin menyusui dan tidak pernah menjadwalkan waktu
menyusui bagi anaknya.
“Seringnya itu sering banget. Banyak ek mbak, nda kehitung berapa kali dalam sehari” (A14) “Emm kayaknya 4 kali. Sesudah bangun tidur, sesudah mandi, sebelum tidur siang, sama itu tadi pas bangun tidur”(A14.1) “Oh nda, itu anaknya sendiri yang minta karena memang sudah waktunya mimi susu mbak. nda pernah jadwalin nyusu anak biasa kayak gitu aja neteknya, sewaktu dia minta yah dikasih, kalo nda minta yah nda dikasih” (A14.2)
120
“Kalo hari ini baru 4 kali, tadi pagi setelah bangun tidur, terus setelah dia mandi, sama sebelum bobo siang dan ini sekarang setelah dia bobo siang mbak” (C11) “Setiap hari hampir sama seperti ini mbak, setelah bangun tidur, setelah mandi, sebelum bobo siang, setelah bobo siang, terus sore itu juga nenen, sebelum tidur kalo malam hari juga nenen” (C11.1)
4.4.8.6 Waktu Menyusui
Berdasarkan pengalaman, ibu SR mengatakan bahwa waktu
menyusui anaknya tidak terhitung tetapi kira-kira 8-10 menit dalam
sekali menyusui. Oleh karena waktu anaknya menyusui cukup lama
dan bahkan hingga tertidur. Anaknya akan menyusui dimulai dari
waktu sebelum tidur siang hingga menjelang tidur malam sebab
anaknya mengalami kesulitan untuk makan.
“(Ibu MR sambil tersenyum) “Berapa yah mbak, nda ngitung ek mbak, kira-kira 8 sampai 10 menit mbak, lumayan lama kalo nhe menyusui kayak tadi kan palingan 6 sampai 8 menit aja (Anak ibu MR berhenti menyusui kurang lebih 7 menit)” (A15) “Wah ga ngitung aku mba berapa lama. Kalo anak menyusui itu lumayan lama. Apalagi kalo siang sama malam mau tidur itu pasti menyusuinya lama biasa sampe ktiduran gitu menyusuiya. Ini tadi siang kan menyusui itu langsung tidur aja. Ini baru bangun ” (C12) “Iya mbak, ini soale maemnya nda terlalu mau”(C12.1)
4.4.8.7 Motivasi Menyusui
Menurut ibu MR, dia termotivasi untuk menyusui karena
mengetahui bahwa ASI lebih bagus, lebih cepat dan lebih praktis
dari susu formula.
“Aku taunya ASI itu lebih bagus, dan lebih cepat, ga perlu buat-buat kaya susu formulakan harus pake air hangat, air dingin seperti itu. Kalo ASI langsung saja. Ketika anak lapar langsung beri” (B10)
121
4.4.8.8 Rasa percaya diri
Ibu MR ternyata memiliki rasa percaya diri yang cukup baik
untuk menyusui. Menurut ibu MR, pertama kali menyusui memang
merasa malu karena itu dia selalu menyusui anaknya di dalam
kamar. Tetapi sekarang ibu MR sudah terbiasa untuk menyusui
anaknya, kecuali bila sedang berpergian ke acara pernikahan ibu
MR akan menyusui anaknya dengan menggunakan salendang atau
sebelum pergi ke acara pernikahan ibu MR menyusui anaknya
terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan ibu MR agar tidak menyusui
lagi di acara tersebut.
“Kalo dulu mah aku malu waktu pertama kali susuin anak, itu maunya dalam kamar terus, tapi sekarang udah biasa. Kecuali kalo diluar rumah ada acara mantenan aku netekin anak ditutup pake selendang atau harus netekn dulu dirumah sampai kenyang biar pas disana nda netek lagi”(B11)
4.4.8.9 Dukungan Keluarga
Menurut ibu MR, keluarganya sangat mendukung dirinya
untuk menyusui agar anaknya sehat dan pintar. Bentuk dukungan
yang diberikan oleh suaminya, seperti dengan memberikan
anaknya kepada ibu MR agar diberikan ASI jika sedang menangis.
“Keluarga sangat mendukung mbak, katanya ibu supaya anakku sehat, pintar” (B12) “Kalo suamiku itu mendukung. Walaupun ga ngomong secara langsung kaya kita perempuan ini. Itu kalo adeknya menangis dia sudah tau kalo adeknya lapar dan pengen dekat ibunya. Serta merta adeknya langsung dikasih ke aku dan aku langsung menyusui mbak” (B12.1) “Senang mbak. Kan ada suami yang cuek, gendong anak aja ga mau. Kalau suamiku itu gendong anak mau. Mandiin juga mau. Kalo aku repot kerja dan suamiku ga sibuk. Biasa dia yang jagain anak. Senang pokoknya mbak”(B12.2)
122
4.4.8.10 Pekerjaan Ibu
Ibu MR lebih mementingkan menyusui anaknya daripada
pekerjaannya. Oleh karena di rumah ibu MR dibantu oleh
keluarganya (salah satunya saudara kembarnya) dalam melakukan
pekerjaannya. Akan tetapi jika ibu MR harus tetap melakukan
pekerjaannya maka dia menyikapi hal tersebut dengan menyusui
anaknya terlebih dahulu hingga kenyang.
“Aku ga terlalu repot yah mbak kalo di rumah. Di rumah ini banyak yang bantuin kalo masalah bekerja. Jadi ga terlalu sibuk. Kayak pagi tadi bangun tidur pas adeknya ga cerewet aku sempatin masak nasi, nyayur, sama nyapu-nyapu halaman, tapi kalo adeknya bangun tidur cerewet yah di jaga dulu sampe adeknya tenang, ini kan makin besar makin cerewet. Maemnya susah juga” (B13) “Aku biasa kasih dulu. Di rumah kan aku ga tinggal sendirian mbak. ada saudara kembarku sama ada ibuku. Jadi, kalo anakku pengen menyusui dan cerewet yah aku menyusui dulu. Kerjaan yang didapur atau bersihin rumah itu diganti sama ibuk dan saudara kembarku ini” (B13.1)
4.4.8.11 Triangulasi
Triangulasi dilakukan pada dua sumber yaitu orangtua ibu
MR bernama ibu MD dan Bapak ST (suami ibu MR). Orangtua ibu
MR mengatakan dia sangat mendukung ibu MR menyusui karena
ASI adalah makanan yang alami dan baik untuk kesehatan anak.
Ibu MD mengatakan untuk meringankan pekerjaan ibu MR, ibu MD
membantu ibu MR bekerja seperti masak dan membuat tusuk sate.
Hal tersebut ibu MD lakukan karena menurutnya cucunya tersebut
sangat sering menyusui dengan waktu yang lama sekitar 10 menit.
Oleh karena itu ibu MD dan ibu MR pernah mencoba memberikan
123
anaknya susu formula tetapi anaknya menolaknya dan bahkan
mengalami diare. Sehingga ibu MR menghentikan pemberian susu
formula kepada anaknya. Sedangkan Bapak ST mengatakan dia
selalu mengikuti apa yang ibu MR lakukan untuk anaknya seperti
menyusui atau memberi susu formula. Hal tersebut dilakukannya
karena bapak ST percaya penuh kepada ibu MR.
4.4.9 Ibu ST
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
ST pada tanggal 17-19 Oktober 2012. Ciri-ciri fisik dari ibu ST
adalah sebagai berikut: tinggi badannya sekitar ± 145 cm, berkulit
agak gelap, berambut gelombang sebahu dan bertubuh agak kurus.
Ibu ST berusia 30 tahun, pendidikan terakhir yang ibu ST tempuh
adalah SD. Ibu ST bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan
suaminya bekerja sebagai buruh pabrik. Mereka mempunyai 1
orang anak laki-laki yang berusia 5 bulan. Selama wawancara
berlangsung ibu ST tampak bersemangat menceritakan
pengalamannya kepada peneliti dan sangat senang menerima
kunjungan dari peneliti.
Ibu ST memberikan ASI kepada anaknya 30 menit pasca
melahirkan sesuai dengan anjuran dari bidan yang membantu
persalinan. Hal tersebut dikarenakan setelah melahirkan, bidan
yang membantu proses persalinan ibu ST akan menimbang berat
badan bayi, mengukur tinggi badan bayi, dan membersihkan bayi
124
dan ibu ST. Setelah semuanya sudah bersih maka bidan akan
memberikan bayinya kepada dirinya untuk dberikan ASI. Berikut
pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
Pengalamanku setelah melahirkan kurang lebih 30 menit setelah dibersihkan dibersihkan oleh bidannya mbak. (A10) Memasuki usia 2 bulan, anaknya mulai diperkenalkannya
kepada makanan pendamping ASI, seperti susu formula dan bubur
sun. Ibu ST beralasan bahwa makanan pendamping ASI dapat
membantu anak keduanya menahan rasa lapar, seperti
ungkapannya di bawah ini.
“Diberi ASI, diberi makanan kaya susu botol ini mbak. Dan sewaktu hamil itu, sama bu bidan diberi latihan memandikan anak, menggendong anak, menyusui anak. Waktu latihan itu kami pake boneka jadi setelah latihan itu ada tesnya kaya tes waktu sekolah juga. Jadinya sudah tidak begitu canggung menyusui anak” (sambil tersenyum). (A7) “Usia 2 bulan sudah tak kasih sampe sekarang mbak. “Ya dek ya” (Ibu ST terlihat berbicara kepada anaknya yang sedang minum susu dari botol dot)”(A8) “Untuk membantu gizinya mbak, biar ndak cepat laper, kalo cuman ASI kan itu kaya masih laper gitu dan ndak cukup”(A10)
4.4.9.1 Manfaat menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu ST mengatakan sangat
senang bisa menyusui anaknya dan menyusui itu ada manfaatnya,
yaitu ASI lebih bagus daripada susu formula, dan ASI membantu
menghemat pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula dan
obat-obatan bila anaknya sakit.
125
“Pengalamanku setelah melahirkan kurang lebih 30 menit setelah dibersihkan dibersihkan oleh bidannya mbak. Ini kan baru pertama kali aku menyusui karena baru punya anak satu. Jadi pengalamannya sangat senang sekali bisa menyusui anak. Walaupun kadang-kadang itu agak bingung harus ngapain tapi yah sekarang sudah mulai terbiasa menyusuinya. Waktu pertama kali menyusuikan itu rasanya masih geli. Tapi sekarang sudah ndak geli lagi” (A10) “ASI itu lebih bagus dari pada susu formula, lebih hemat mbak. kaya sekarang kan aku sudah agak boros sama suami. Karena anak kami kan sudah mimi susu formula” (A10.1) “Dulu kan cuman berdua sekarang sudah bertiga, dan yang kerja hanya suami. Makin banyak keperluan kaya beli susu formula, obat-obatan kalo adeknya sakit” (A10.3)
4.4.9.2 Dampak tidak menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu ST mengatakan bahwa
dampak tidak menyusui adalah anak menjadi mudah lemah, berat
badan anak menurun dan anak mudah terkena diare.
“Lemes, berat badannya juga turun, mudah kena diare gitu setau aku mbak” (A11)
4.4.9.3 Hambatan yang dialami selama menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu ST mengatakan bahwa
hambatan-hambatan yang dialami selama menyusui adalah sakit
dibagian puting payudara, pada saat pertama kali menyusui. Usaha
ibu ST dalam mengatasi hambatan tersebut adalah dengan
bertanya kepada ibu-ibu menyusui mengenai usaha mereka untuk
menyembuhkannya. Solusi yang diberikan ibu-ibu menyusui
tersebut adalah mengoleskan puting payudara yang sakit dengan
minyak goreng tetapi ibu ST tetap menyusui dengan rasa sakit
dibagian puting payudara tanpa diberi apa-apa.
126
“Sakit di ujung nenennya karena baru pertama kali menyusui” (A12) “Aku nanya sama ibu-ibu yang lain itu mereka kasih minyak goreng, kalo aku nda tetap aja disusui soalnya ga sampe lecet cuma ngerasa sakit dikit aja mbak karena aneh baru pertama kali netek kan”(A12.1)
4.4.9.4 Posisi Menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu ST mengatakan bahwa
pada saat anaknya berusia 5 bulan, posisi menyusui yang diberikan
kepada anaknya adalah posisi berbaring. Pengalaman tersebut Ibu
ST pelajari dari ibu-ibu menyusui yang memiliki anak berusia 1
tahun. Di waktu pertama kali menyusui, ibu ST merasa bingung
dengan cara memegang anaknya, tetapi lama-kelamaan dirinya
menjadi terbiasa untuk menyusui anaknya. Posisi ibu ST saat
menyusui adalah membaringkan anaknya dipangkuannya dengan
tangan kirinya menyangga kepala anaknya supaya tidak tersendak
saat menyusui.
“Seperti ini mbak, adeknya aku letakin dipangkuanku, terus tangan kiri menyangga kepalanya biar ndak tersedak, kalo yang kanan juga sama)”(A13) “Adeknya dipangkuan ku mbak, karena masih kecil jadi paling banyak baring tapi biasa aku lihat ibu-ibu yang lain yang punya anak udah usia 1 tahun gitu anaknya kalo nenen ada sambil berdirilah, duduk aku lihat itu. Kalo yang masih umur 5 bulan ini yah seperti ini paling banyak diamnya, nenennya anteng ga banyak main” (A13.1) “Ah dia enak-enak aja mbak” (C10.3) “Kalo netek itu netek aja nda rewel rewel gitu” (C10.4) “Apa ya mba aku bingungnya dulu cara megang anak gitu sambil menyusui. Tapi lama-kelamaan karena sudah terbiasa jadinya aku juga sudah mulai bisa” (C10) “Biasa aku pangku gini aja mbak kalo aku lagi duduk, jadi adeknya tidur dipangkuanku terus tanganku dibelakang kepalanya biar ada senderan. (Ibu S menunjukkan caranya memegang anak saat menyusui)” (C10.1)
127
“Digendong pake selendang biasa aja mbak, dulu aku diajarin sama ibuku cara memakai selendang karena aku belum tahu dan belum ada pengalaman. Tapi karena masih susah jadi aku pake yang sudah jadi aja yang nda perlu diikat-ikat di belakang” (C10.2)
4.4.9.5 Frekuensi Menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu ST mengatakan bahwa
frekuensi menyusui anaknya dalam sehari sekitar 6 kali dengan
diselingi susu formula. Frekuensi menyusui Ibu ST dimulai dari
anaknya bangun tidur, sebelum pergi ke Posyandu, sebelum mandi,
hingga malam hari.
“Berapa yah mba, sering ek mbak aku nda ngitung. Hari ini aja adeknya kayaknya baru dua kali, bangun tidur sama sebelum ke posyandu tadi jam 11 an” (A14) “Berapa yah mbak, aku lupa mbak, kira-kira itu 6 kali kan sambil susu dot juga” (A14.1) “Nenen palingan 4 kali, bangun pagi, sebelum mandi, siangnya dot, sore itu nenen sama malam sebelum bobo itu nenen juga” (A14.2)
Ibu ST menambahkan bahwa anaknya sangat sering
menyusui hingga membuat dirinya kelelahan. Oleh karena itu, ibu
ST memberikan anaknya makanan pendamping ASI lainnya,
seperti susu formula. Ibu ST beralasan bahwa hal tersebut
dilakukannya untuk menahan rasa lapar anaknya.
“Adeknya ini menyusuinya itu sering banget mbak, tiap saat itu mimi ASI terus. Aku kan kesel (capek) mbak kalo kasih mimi ASI terus, jadine aku kasih dia susu formula aja biar cepat kenyang. Kalo sudah kenyang kan nda perlu menyusui lagi. Seperti ini mbak seharian itu mimi susu terus adeknya ini “ya ga dek, biar cepat besar mbak, cepat sekolah” (ibu S terlihat serius dan sambil berbicara kepada anaknya) ” (C11) “Sering banget mbak, ndak kehitung. Kecuali kalo lagi tidur aja itu baru ga menyusui atau lagi mandi itu aku ga menyusui dan ndak tak kasih mimi susu. Kayaknya sehari itu bisa sampe 10 kali atau lebih kayake mbak ” (C11.1)
128
4.4.9.6 Waktu Menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu ST mengatakan bahwa
waktu untuk menyusui anaknya sekitar 10 menit atau sampai
anaknya merasa kenyang. Ibu ST akan mulai menyusui ketika
anaknya mulai cerewet.
“Kalo untuk waktu menyusui biasa aku kasih pas adeknya rewel. Lama sih mbak, biasa sampe 10 menit karena kadang-kadang itu nda diisap ASInya” (A15) “Sampe dia kenyang mbak, dan sampe habis”(C12)
4.4.9.7 Motivasi Ibu menyusui
Motivasi ibu ST memberikan menyusui adalah supaya
anaknya pintar dan sehat.
“Apa yah mbak, supaya sehat aja, pintar” (B10)
4.4.9.8 Rasa percaya diri
Ibu ST mempunyai rasa percaya diri yang cukup baik. Ibu
ST mengatakan sebelum pergi ke Posyandu dia selalu menyiapkan
susu formula kepada anaknya. Alasannya karena ibu ST merasa
malu untuk menyusui anaknya di depan orang. Oleh karena itu ibu
ST selalu menyusui di dalam rumah.
“Malu mbak, isin, makanya aku bekalin dot” (B11) “Malu aja kalo diliat orang lagi netekin anak, biasa dirumah aja” (B11.1) “Aku kasih susu dot aja mau kok mbak” (B11.2)
129
4.4.9.9 Dukungan Keluarga
Keluarga ibu ST sangat mendukung proses menyusui
anaknya. Bentuk dukungan dari suami dan keluarganya adalah
dengan menyarankan ibu ST sebelum kelahiran anaknya untuk ikut
pelatihan dengan bidan Isna agar mengetahui cara untuk menjaga
anak dan di waktu melahirkan tidak merasa sakit. Selanjutnya,
suami dan keluarganya selalu bertanya penyebab anak ibu ST
menangis dan keluarga menyarankan ibu ST untuk menyusui
anaknya. Selain itu bentuk dukungan dari suami ibu ST adalah
suami ibu ST selalu menanyakan apakah susu anaknya masih ada
atau tidak, jika tidak ada maka dia akan memberikan uang kepada
ibu ST untuk membeli susu anaknya.
“Keluarga semua sangat mendukung aku mbak. Sebelum aku melahirkan suami dan keluargaku sudah menyarankan “ayo ikut latihan di bu bidan biar ntar tahu caranya jaga anak dan kalo melahirkan itu nda sakit”. Begitu mbak, ya aku manut aja selama itu baik buat aku dan anakku. Mereka juga beli baju anak, disediain jauh-jauh hari. Kalo anakku nangis ditanyain “adeknya sudah mimi susu belum ayo mimike”. Seperti itu dukungan-dukungan yang mereka berikan buat aku mbak” (B12) “(Ibu ST sambil tertawa) suami mendukung mbak. Demi kesehatan anak. Apalagi nunggunya lama kan. Suami biasa nanyain “Bu, susu anak masih ene nda? Katanya bu susu anak masih ada ga? Kalo ga ada ntar aku dikasih duit. Soalnya kan yang kerja cuman suami kalo aku ibu rumah tangga aja mbak” (B12.1) “Di sini ga ada bidan mbak, bidannya datang palingan pas Posyandu aja, rumah bu bidannya di muncul sana, jadi kalo anak sakit yah kami kesana, bidannya dukung, kan aku juga sebelum melahirkan pas usia kandungan 5 bulan itu ada pelatihan dulu cara menyusui anak pake boneka mbak” (B12.2)
130
4.4.9.10 Pekerjaan Ibu
Ibu ST mengatakan bahwa sebelum kegiatan memasak
untuk suami yang hendak berangkat kerja atau pada saat
memandikan anaknya, dirinya selalu menyusui anaknya terlebih
dahulu kemudian melanjutkan pekerjaan tersebut. Oleh sebab itu,
berbagai macam pekerjaannya menjadi terlambat.
“Oh itu, aku biasa selesein dulu pekerjaan rumahnya, kayak masak buat suami sebelum berangkat kerja, atau mandiin adeknya itu aku kasih mimi susu dulu baru bisa lanjut pekerjaan. Yo kerjaaan jadi terlambat tapi nda masalah, suami juga bantu masak nasi atu sayur gitu dia bisa” (B13)
4.4.9.11 Triangulasi
Triangulasi dilakukan pada satu sumber saja yaitu bapak SA
yang merupakan suami dari ibu ST. Menurut bapak SA, beliau
sangat mendukung ibu ST memberikan ASI atau susu formula yang
ibu ST berikan untuk anak mereka, oleh karena itu sebelum
berangkat kerja bapak SA selalu menanyakan apakah susu
formulanya sudah habis apa belum, dan menurut bapak SA, dia
dan istrinya sangat menyayangi anak mereka satu-satunya karena
baru punya satu anak. Untuk waktu menyusui menurut bapak SA
biasa anaknya menyusui 5 menit bahkan lebih dan dalam sehari
bisa sampai 5 kali dan diselingi juga dengan susu formula yaitu 2
kali dalam sehari dan biasa tidak dijadwalkan secara khusus
tergantung permintaan anak. Menurut bapak SA, ibu ST biasa
131
menyusui dengan berbaring dan duduk sesuai dengan kenyamanan
ibu ST dan anaknya.
4.4.10 Ibu EN
Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu
EN pada Wawancara dilakukan pada tanggal 20-22 Oktober 2012.
Adapun ciri-ciri fisik dari ibu EN adalah sebagai berikut: tinggi
badannya sekitar ± 145 cm, berkulit agak gelap, berambut lurus
sebahu dan bertubuh agak gemuk. Ibu EN berusia 19 tahun, dan
pendidikan terakhirnya adalah SMP. Dalam kesehariannya ibu EN
bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya bekerja
sebagai tukang kayu dan mereka mempunyai 1 orang anak laki-laki
berusia 1 tahun.
Pertama kali menyusui anaknya, ibu EN merasa ragu-ragu
dan ibu EN terkendala dengan produksi ASI yang terhambat
selama 4 hari pasca melahirkan. Ibu EN mengatasi kendala
tersebut dengan memberikan anaknya susu formula. Berikut
pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Ini sampe sekarang masih menyusui, pertama kali menyusui itu aku ragu-ragu karena belum pernah menyusui sebelumnya. Jadi waktu itu menyusui itu masih ragu-ragu. Karena belum biasa. Tapi sekarang sudah biasa. Mau tidak mau harus menyusui dan memberikan ASI” (B11) “Soale ASInya belum keluar jadi tak kasih susu formula aja”(A10.1) “ASInya baru keluar 3 hari itu setelah melahirkan”(A10.2)”
132
4.4.10.1 Manfaat menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu EN mengatakan bahwa
manfaat menyusui adalah anaknya tidak mudah sakit, ASI lebih
bagus dari pada susu formula, supaya anaknya pintar suatu saat
nanti.
“Apa yo mbak, menurut aku sih mbak anaknya sehat nda mudah sakit, terus ASI itu lebih bagus aja dari pada susu formula…” (A10) “Biar pintar kalo sudah besar nanti mbak (ibu EN sambil meniru suara anaknya)” (A10.3)
4.4.10.2 Dampak tidak menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu EN mengatakan bahwa
dampak tidak menyusui adalah anak yang tidak diberi ASI akan
mengalami pertumbuhan yang lambat dan anak yang tidak diberi
ASI akan mudah sakit.
“Gimana yah keliatannya itu pertumbuhannya ga kaya anak yang diberi ASI. Kalo yang diberi ASI kan keliatannya cepat tumbuhnya, ga mudah sakit, tapi kalo anak yang diberi ASI pasti mudah sakit” (A11) “Itu kalo anak-anak yang lain sakit itu pasti ikutan sakit” (A11.1)
4.4.10.3 Hambatan yang dialami selama menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu EN mengatakan bahwa
hambatan yang dialami selama menyusui adalah di waktu ibu EN
merasa ragu-ragu waktu pertama kali menyusui dan pada saat itu
dirinya merasa sakit.
“(Ibu EN sambil tersenyum). Itu ragu-ragu aja waktu pertama kali menyusui sama ngerasa sakit aja waktu menyusui pertama kali mbak”(A12).
133
4.4.10.4 Posisi Menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu EN mengatakan bahwa
posisi menyusui yang sering dibentuk adalah duduk dan berbaring
atau sesuai dengan kenyamanan anaknya. Namun, apabila ibu EN
sedang duduk maka anaknya akan dibaringkan di pangkuan ibu
EN serta apabila ibu EN sedang dalam posisi berbaring maka
anaknya akan menyusui dengan posisi berbaring juga. Ibu EN
mengatakan sebelum peneliti datang dia menyusui anaknya
dengan posisi berbaring. Meskipun Ibu EN sering merasa capek
dengan posisi berbaring pada saat menyusui, dirinya mengatakan
tetap menikmati karena dia menyusui anaknya sendiri.
“Kalo adeknya nda rewel dan bisa sampe ketiduran”(A13) “Piye yah mbak, kalo menyusui duduk itu anaknya dibaringkan dipangkuan kita, kalo menyusui lagi tiduran itu kita baring juga”(A13.2) “Posisi beri ASInya itu suka sukanya aja mbak. paling sering berbaring. Ini tadi sebelum mbaknya datang aku menyusuinya dengan berbaring. Wes itu bolak-balik menyusuinya. Ini sebelum tidur itu cerewet dulu baru bisa tidur dengan nyenyak”(C10) “Aku yo kesel (capek) mba, capek. Tapi dinikmati saja. Kan anak sendiri”(C10.3)
4.4.10.5 Frekuensi Menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu EN mengatakan bahwa
frekuensi menyusui anaknya adalah tidak menentu dan sangat
sering menyusui, yaitu bila anaknya lapar maka akan menyusui
menurutnya sampai 10 kali.
“Wah ga nentu, sering banget menyusuinya, lapar nenen, lapar nenen gitu mbak. Yo sampe 10 kali kayake”(A14)
134
4.4.10.6 Waktu Menyusui
Berdasarkan pengalamannya, ibu EN mengatakan bahwa
waktu menyusui anaknya adalah sekitar 10 menit, apabila sudah
kenyang maka akan berhenti menyusuinya. Ibu EN juga
menambahkan waktu menyusui anaknya tersebut tergantung
dengan anaknya sendiri. Apabila anaknya sangat lapar maka akan
menyusui dengan waktu sekitar 8 menit dan jika payudara satu
kosong maka harus pindah ke payudara sebelah.
“Kalo udah kenyang baru berhenti nenen, yo itu lumayan lama 10 menitan mbak”(A15) “Tergantung adeknya mbak, Kalo lapar banget biasanya 8 menit-an itu sudah kosong dan harus pindah kesebelah”(C12)
4.4.10.7 Motivasi Ibu Memberikan ASI
Menurut ibu EN, motivasinya memberi ASI adalah untuk
membuat anaknya sehat, tidak membuat anaknya terlihat lemah
dan membuat anaknya tumbuh secara cepat.
“Motivasi? Motivasi apa yow mbak (Ibu EN sambil tertawa). Supaya anak sehat aja mbak” (B10) “Nda sakit nda lemah biar cepat besar mbak (Ibu EN meniru anaknya bicara kepada peneliti)”(B10.1)
4.4.10.8 Rasa percaya diri
Menurut ibu EN, ketika pertama kali menyusui dia merasa
ragu-ragu karena belum pernah menyusui sebelumnya. Selain itu,
ibu EN juga merasa risih, geli dan malu apabila dilihat orang ketika
dirinya sedang menyusui. Tetapi sekarang menurut ibu EN, dia
sudah tidak malu lagi karena sudah terbiasa menyusui anaknya.
135
“Ceritanya panjang dan banyak mbak (Ibu EN sambil tertawa dan terlihat serius kembali). Ini sampe sekarang masih menyusui, pertama kali menyusui itu aku ragu-ragu karena belum pernah menyusui sebelumnya. Jadi waktu itu menyusui itu masih ragu-ragu. Karena belum biasa. Tapi sekarang sudah biasa. Mau tidak mau harus menyusui dan memberikan ASI” (B11) “Ragu-ragu karena ga pernah menyusui mbak. Ini kan anak pertama. Jadi pas disuruh ibuku untuk menyusui aku kayak rasa bagaimana seperti itu. Wong aku masih malu-malu untuk menyusuinya. Dan akhirnya mau tidak mau aku harus menyusui karena kalau nda menyusui nanti anaknya makan darimana. Sama bengkak susuku dan jadine sakit koyo ngono. (B11.1) “Ne aku rasa risih kalo dilihat orang lagi menyusui dan rasanya geli sama malu karena baru pertama kali itu menyusui. Makanya aku ragu” (B11.2) “Sekarang mah sudah biasa, jadi sudah ga ragu-ragu lagi menyusui anakku. Kalo dulu kan masih geli, sakit tapi sekarang sudah ga lagi mbak” (Tiba-tiba dari dalam rumah bagian tengah terdengar suara tangis yang kencang dari anak ibu EN). Sebentar yah mbak, anakku bangun, aku belakang sebentar” (Ibu EN lalu beranjak kebelakang dan 5 menit kemudian ibu EN kembali kedepan sambil menggendong anaknya yang masih menangis tersedu-sedu). (B11.3)
4.4.10.9 Dukungan Keluarga
Menurut ibu EN, keluarga sangat mendukung dengan cara
membantu ibu EN dalam hal memasak. Sehingga tugas dari ibu EN
hanya menjaga dan merawat anaknya. Suami ibu EN selalu
mengingatkan ibu EN untuk pergi ke Posyandu.
“Keluarga tentunya sangat mendukung sekali mbak. Aku khusus urus anakku aja. Dirumah kan aku sama orang tua, jadi untuk masak itu biasa ibu. Suamiku juga sama, aku boleh ngapa-ngapain khusus urus anak aja kata suamiku. Terus diingatin jangan lupa ke posyandu gitu mbak (Ibu EN sambil tersenyum)” (B12)
136
4.4.10.10 Pekerjaan Ibu
Menurut ibu EN, pekerjaannya di rumah hanya mengurus
anak saja, apabila sedang tidak sibuk ibu EN membantu ibunya
memasak.
“Aku cuman urus anak og mbak, ga ada pekerjaan yang lain, palingan nyuci pakaian, kalo lagi ga sibuk biasa aku masak bantu ibu” (B13)
Menurut ibu EN, dia walau waktu menyusuinya lama dia
akan mengikuti keinginan anaknya untuk menyusui anaknya.
“Ga papa aja mbak, Aku ngikutin aja mau adeknya biar nda rewel” (B13.1)
4.4.10.11 Triangulasi
Triangulasi dilakukan pada satu sumber dengan bapak ED.
Bapak ED adalah suami ibu EN. Bapak ED mengatakan dia dan ibu
EN baru mempunyai satu orang anak, sehingga pengalaman untuk
mengasuh anak masih minim oleh karena itu mereka dibantu oleh
orangtua ibu EN sendiri untuk menjaga anaknya. Oleh karena itu
berkaitan dengan posisi menyusui, frekuensi menyusui dan waktu
menyusui ibu EN lakukan sesuai dengan kenyamanan anak mereka
dan ibu EN sendiri.
137
Analisis tematik
Hasil wawancara mendalam untuk setiap riset partisipan mengenai perilaku ibu menyusui dalam pemberian ASI di desa Polobogo, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang telah dideskripsikan satu-per-satu. Identifikasi terhadap tema-tema utama mengenai perilaku menyusui telah dilakukan dengan cara melakukan reduksi data dengan cara memilih data yang penting, memberikan kode-kode, dan membuang data-data yang tidak perlu. Peneliti memberikan kode dengan menggunakan inisial yakni, ibu PH, ibu KH, ibu CH, ibu SR, ibu MG, ibu MT, ibu NM, ibu MR, ibu ST, dan Ibu EN. Peneliti juga menggunakan kode A1, A2, A3, A4 dan seterusnya sebagai kode untuk jawaban riset partisipan. Kemudian peneliti menentukan tema-tema dari jawaban setiap riset partisipan. Hasilnya teridentifikasi tema-tema sebagai berikut: manfaat pemberian ASI, dampak tidak memberikan ASI, hambatan-hambatan yang dialami selama pemberian ASI, posisi menyusui, frekuensi menyusui, waktu menyusui, motivasi menyusui, rasa percaya diri, dukungan keluarga, dan pekerjaan ibu. Berikut deskripsi dari masing-masing riset partisipan berdasarkan tema-tema tersebut.
1. Manfaat menyusui
Ibu PH Ibu PH mengetahui manfaat pemberian ASI dari pengalamannya yang berasal dari buku KMS, penyuluhan dari bidan desa serta menyusui anak pertama dan kedua. Ada tiga manfaat menyusui menurut ibu PH. Pertama, tidak mudah cerewet atau menangis, memiliki kemampuan belajar dalam hal berjalan dengan cepat dan lincah, duduk dengan cepat, berbicara atau berkomunikasi dengan cepat dan cukup jelas. Sehingga ibu PH menyimpulkan bahwa seseorang anak tidak akan kekurangan gizi jika diberikan ASI. Kedua, menghemat pengeluaran belanja rumah tangga, seperti pembelian akan susu formula. Ketiga, menurunkan berat badan pasca melahirkan.
Ibu KH Ibu KH mengetahui manfaat pemberian ASI dari pengalaman ibu KH yang berasal dari pengalaman menyusui anak pertama, serta bidan desa yang membantu proses melahirkan ibu KH. Ada tiga manfaat
138
menyusui menurut ibu KH. Pertama, ASI lebih bagus dan lebih enak dari pada susu formula. Kedua, meminimalisir pengeluaran untuk membeli susu formula. Ketiga, ASI lebih cepat dan instan dalam pemberiannya.
Ibu CH Ibu CH mengetahui manfaat pemberian ASI karena pekerjaannya sebagai kader posyandu di dusun Polobogo. Ada empat manfaat menyusui menurut ibu CH. Pertama, berat badan anaknya bertambah. Kedua, daya tahan tubuh anaknya kuat sehingga tidak mudah terkena sakit seperti flu. Ketiga, ASI lebih cepat dan instan dalam pemberiannya. Keempat, menurunkan berat badan pasca melahirkan.
Ibu SR Ibu SR mengetahui manfaat pemberian ASI dari keluarga karena menyusui sudah menjadi kebiasaan di keluarga mereka, dari bidan desa serta pengalamannya menyusui anak pertama dan kedua. Ada dua manfaat pemberian ASI menurut ibu SR. Pertama, menyusui menghemat pengeluaran karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli susu formula. Kedua, cepat dan instan sehingga tidak sibuk harus membuat susu. Ketiga, ASI lebih terjamin kualitasnya tidak seperti susu formula yang banyak campurannya seperti gula.
Ibu MG Ibu MG mengetahui manfaat pemberian ASI dari pengalaman menyusui kedua anaknya. Ada tiga manfaat pemberian ASI menurut ibu MG. Pertama, gigi anak keduanya cepat tumbuh, di mana di usia satu tahun anak keduanya sudah mempunyai empat gigi. Kedua, ASI meningkatkan kekebalan tubuh anak dari penyakit sehingga anak ibu MG jarang sakit. Ketiga, menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula.
Ibu MT Ibu MT mengetahui manfaat pemberian ASI dari pengalaman ibu MT yang berasal dari buku KMS, penyuluhan dari bidan desa serta menyusui anak pertama dan kedua dokter kandungan, bidan desa, dan pengalaman menyusui kedua anaknya. Menurut ibu MT, anaknya termasuk jarang sakit tidak seperti anak tetangga yang sering sakit. Selain itu anak yang diberi ASI lebih aktif dan dekat dengan ibunya. Selain itu menurut ibu MT adalah ASI lebih cepat dan instan dalam pemberiannya.
139
Ibu NM Ibu NM mengetahui manfaat menyusui dari pengalaman ibu NM yang berasal dari bidan desa serta menyusui keempat anaknya. Menurut ibu NM manfaat dari menyusui yaitu ASI lebih bagus daripada susu formula, selain itu lebih hemat karena tidak perlu membeli susu formula.
Ibu MR Ibu MR mengetahui manfaat menyusui dari pengalaman ibu MR yang berasal dari bidan desa serta pengalamannya menyusui sampai anaknya berusia 1 tahun. Manfaat menyusui menurut ibu MR adalah anaknya lincah, pertumbuhan gigi anak cepat, anak sehat dan berat badannya naik secara normal (buku KMS).
Ibu ST Ibu ST mengetahui manfaat pentingnya pemberian ASI dari bidan desa. Menurut ibu ST, ASI lebih bagus daripada susu formula, dan lebih hemat karena saat ini menurut ibu ST sudah agak boros karena anaknya sudah minum susu formula dan obat-obatan bila anaknya sakit.
Ibu EN Ibu EN mengetahui manfaat pemberian ASI dari keluarga dan pengalaman selama menyusui anaknya. Manfaat menyusui menurut ibu EN adalah ASI lebih bagus dari pada susu formula dan membantu menekan pengeluaran untuk membeli susu formula.
Ibu-ibu menyusui di desa Polobogo mengetahui manfaat menyusui dari pengalaman mereka yang berasal dari penyuluhan bidan desa, membaca buku KMS (Kartu Menuju Sehat), kebiasaan di keluarga serta menyusui anak pertama, dan juga ada satu riset partisipan yang pekerjaannya sebagai kader posyandu yaitu ibu CH. Menurut ibu-ibu menyusui di desa Polobogo manfaat dari menyusui adalah membuat daya tahan tubuh anak lebih kuat yang membuat anak jarang terkena sakit seperti flu dan demam; tidak mudah cerewet atau menangis, memiliki kemampuan belajar dalam hal berjalan dengan cepat dan lincah, duduk dengan cepat, berbicara atau berkomunikasi dengan cepat dan cukup jelas. Sehingga seseorang anak tidak akan kekurangan gizi jika diberikan ASI. Enam dari sepuluh riset partisipan, yakni ibu PH, KH, SR, MG, NM, dan ST mengatakan manfaat menyusui dari segi ekonomi ialah menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula. Tiga dari sepuluh riset partisipan lainnya yakni ibu KH,
140
SR, dan MT mengatakan bahwa menyusui itu lebih cepat dan instan, terutama pada malam hari disaat anak mereka meminta untuk disusui, mereka tidak perlu pergi ke dapur untuk membuat susu formula dalam botol. Dua riset partisipan lainnya seperti ibu SR dan ibu NM mengatakan bahwa ASI lebih bagus daripada susu formula karena tanpa gula tambahan. Selain itu, ibu PH dan ibu CH mengatakan menyusui bermanfaat untuk mengembalikan berat badan seperti semula. Pernyataan ini sejalan dengan Roesli (2008) mengatakan bahwa ASI bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi dari penyakit, ASI meningkatkan kecerdasan anak, ASI lebih cepat dan praktis dalam hal pemberiannya, serta ASI menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula.
2. Dampak menyusui
Ibu PH Berdasarkan pengalaman Ibu PH selama menyusui anak-anaknya ternyata ada perbedaan dampak dari tidak memberikan ASI sejak awal kelahiran di mana anak pertamanya yang baru bisa diberikan ASI setelah 4 hari pasca melahirkan dan diberikan susu formula serta anak keduanya dari lahir sampai usia 7 bulan diberikan ASI. Pertama, kemampuan belajar anak pertama akan berjalan dan berbicara yang lama dan lambat. Kedua, anak pertama yang diberi susu formula dari lahir mudah tertular penyakit seperti demam, flu dari anak balita atau orang lain. Hal tersebut berbeda dengan yang dialami oleh anak keduanya, yaitu anak keduanya tidak mudah sakit walaupun pada saat itu orang lain sedang flu. Ketiga, tercipta hubungan yang lebih erat (kontak batin) antara ibu PH dan anak keduanya dibandingkan dengan anak pertama.
Ibu KH Berdasarkan pengalamannya, ibu KH mengatakan bahwa anak yang tidak diberi ASI akan mengalami penurunan berat badan, seperti kurang gizi.
Ibu CH Berdasarkan pengalamannya, ibu CH mengatakan bahwa dampak anak tidak diberi ASI adalah memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan memiliki IQ yang berbeda dengan anak yang diberi ASI.
141
Ibu SR Menurut sepengetahuan ibu SR, anak yang tidak diberi ASI akan mudah sakit dan lemah.
Ibu MG Menurut ibu MG dia tidak mengetahui dampak anak tidak diberi ASI, kemungkinan sering sakit karena anaknya jarang sakit
Ibu MT Menurut ibu MT, dampak anak tidak diberi ASI yaitu anaknya terlihat lemah tidak aktif seperti anak yang diberi ASI. Selain itu anak tidak pintar waktu sekolah. Maka ibu MT termotivasi untuk memberi ASI kepada anaknya.
Ibu NM Menurut Ibu NM, dampak anak tidak diberi ASI adalah mudah sakit karena menurutnya anaknya jarang sakit dan kalaupun sakit itu karena faktor cuaca seperti pada saat cuaca panas yang disebabkan oleh musim kemarau dimana persediaan air bersih untuk mandi dan membersihkan debu tidak ada.
Ibu MR Berdasarkan pengalamannya, ibu MR mengatakan bahwa dampak tidak menyusui adalah anaknya mengalami diare karena diberi susu formula.
Ibu ST Menurut sepengetahuan ibu ST dampak anak tidak diberi ASI adalah lemah, berat badan menurun dan mudah terkena diare.
Ibu EN Menurut ibu EN dampak anak tidak diberi ASI akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan anak yang tidak diberi ASI akan mudah sakit.
Berdasarkan pengalaman Ibu PH, Ibu KH, ibu CH, ibu SR, ibu MG, ibu MT, ibu NM, ibu MR, ibu ST, dan ibu EN mengatakan bahwa dampak tidak memberikan ASI adalah mudah sakit, seperti demam dan flu. Menurut penelitian Broor S, dkk (2001) dalam Roesli (2008) yang berpusat di rumah sakit di India membandingkan 201 kasus dengan 311 kontrol. Hasilnya pemberian ASI yang kurang merupakan salah satu faktor risiko kunci yang bisa diubah untuk infeksi saluran pernapasan bawah pada anak balita. Selain dampak di atas ibu PH menambahkan dampak anak yang tidak diberi ASI adalah tidak cepat berjalan, memiliki respon yang lambat, dan hubungan antara ibu dan anak tidak erat (tidak ada kontak batin). Ibu CH juga menambahkan dampak anak yang tidak diberi ASI terletak pada IQ anak, karena anak yang tidak diberi ASI lambat dalam merespon bila diminta melakukan sesuatu oleh ibunya). Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Smith dkk (2003) dalam Roesli (2008), bayi yang tidak diberi ASI ternyata
142
mempunyai skor lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, dan kemampuan visual motorik dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI. Ibu KH juga menambahkan anak yang tidak diberi ASI akan mengalami penurunan berat badan seperti kurang gizi (mencontohkan anak tetangga yang kurus karena tidak diberi ASI oleh ibunya karena bekerja). Berdasarkan teori Roesli (2000) mengatakan bahwa ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Lain hal dengan ibu MR, berdasarkan pengalamannya dia mengatakan bahwa anak yang diberi susu formula mudah terkena diare, oleh karena itu ibu MR menghentikan memberikan susu formula dan lebih fokus ke ASI. Pengalaman ibu MR juga diteliti oleh peneliti yang bernama Kramer (2001) asal Amerika Serikat dimana berdasarkan hasil penelitiannya 400 bayi meninggal per tahun akibat muntah mencret. Tiga ratus diantaranya adalah bayi yang tidak disusui.
3. Hambatan-hambatan yang dialami selama menyusui
Ibu PH Ibu PH mengetahui hambatan-hambatan yang dialami selama pemberian ASI dari pengalamannya menyusui kedua anaknya. Pertama, Ibu PH mengeluhkan ASInya yang tidak keluar selama 4 hari pasca melahirkan. Untuk menjaga nutrisi anak pertamanya tersebut ibu PH memberikan susu formula sambil menunggu ASInya keluar. Setelah ASInya keluar, ibu PH memberikan anak pertamanya ASI sambil diselingi dengan susu formula. Kedua, ibu PH mengeluhkan puting payudaranya yang lecet karena digigit oleh anaknya pada saat proses menyusui.
Ibu KH Ibu KH mengetahui hambatan-hambatan yang dialami selama pemberian ASI dari pengalamannya menyusui kedua anaknya yaitu puting payudara yang sering sakit karena anaknya geregetan sebab giginya mulai tumbuh sehingga tanpa sengaja menggigit puting payudara ibu KH.
Ibu CH Hambatan yang ibu CH ketahui berdasarkan pengalamannya selama menyusui adalah jika ibu CH sedang sakit maka anaknya pun akan ikut sakit. Adapun
143
usaha yang ibu CH lakukan adalah pergi ke bidan Isna untuk berobat.
Ibu SR Hambatan yang ibu SR ketahui dari pengalamannya menyusui kedua anaknya adalah pertama, waktu menyusui anaknya yang lama membuat ibu SR kelelahan. Kedua, malam hari sebelum tidur anak ibu SR selalu menyusui dan sebelum kenyang anak ibu SR tidak melepaskan puting susu ibunya. Jika ibu SR dilepaskan dengan paksa maka anaknya akan menangis. Ketiga, jika ibu SR sedang sakit dan stres maka air susunya ibu SR tidak keluar, untuk itu ibu SR tidak berani mengkonsumsi obat sembarangan karena bisa menyebabkan air susu menjadi pahit dan produksi ASInya pun berkurang. Oleh karena itu ibu SR selalu meminta resep obat dari bidan desa.
Ibu MG
Hambatan yang ibu MG ketahui berdasarkan pengalamannya menyusui kedua anaknya adalah puting payudara yang lecet karena mulut anaknya yang kasar saat menyusui.
Ibu MT Hambatan yang ibu MT ketahui berdasarkan pengalamannya menyusui kedua anaknya adalah puting yang sakit karena anaknya gregetan.
Ibu NM Berdasarkan pengalamannya, ibu NM mengatakan bahwa hambatan yang dialami selama proses menyusui adalah puting payudara yang sering sakit karena anaknya menggigit dan payudara bengkak karena dipenuhi oleh ASI akibat tidak disusui keanaknya sebab berkurangnya nafsu menyusui anaknya karena anaknya sedang sakit.
Ibu MR Hambatan menyusui yang ibu MR ketahui berdasarkan pengalamannya menyusui anaknya adalah 2 hari setelah menyusui pasca melahirkan. Ibu MR merasakan puting payudara yang sakit. Menurut orang tuanya ibu MR karena sudah ada air susunya.
Ibu ST Hambatan menyusui yang ibu ST ketahui berdasarkan pengalamannya menyusui anaknya adalah sakit di ujung puting payudaranya karena pertama kali menyusui. Setelah itu ibu ST bertanya kepada ibu-ibu yang lain mengenai usaha untuk menyembuhkannya. Ibu-ibu di desa mengatakan bahwa untuk menyembuhkannya
144
dengan cara mengolesnya dengan minyak goreng. Tetapi ibu ST tetap menyusui walau perih tanpa diberi minyak goreng
Ibu EN Hambatan menyusui yang ibu EN ketahui berdasarkan pengalamannya menyusui anaknya yaitu ibu EN merasa ragu-ragu waktu pertama kali menyusui dan merasa sakit.
Ibu-ibu menyusui di desa Polobogo mengetahui hambatan yang dialami selama proses menyusui berasal dari pengalaman mereka menyusui anaknya. Hambatan-hambatan yang dialami tersebut adalah puting payudara yang sering sakit, produksi ASI yang tidak lancar pasca melahirkan, waktu menyusui anaknya yang lama membuat ibu menyusui kelelahan. Selain itu kondisi ibu yang sedang sakit dan stres maka produksi ASI berhenti. Menurut Nisman, dkk (2011), masalah yang sering muncul pada masa menyusui adalah puting lecet yang disebabkan posisi mulut bayi tidak tepat saat menyusui atau kurang hati-hati ketika menghentikan proses menyusui.
4. Posisi menyusui
Ibu PH Berdasarkan pengalamannya bersama anak keduanya, pengetahuan ibu KH tentang posisi menyusui adalah berbaring karena anak kedua dapat merasa nyaman dan bahkan hingga tertidur, tetapi ada dua posisi menyusui yang selalu ibu PH lakukan. Pertama, menyusui dengan posisi berbaring sambil menepuk-nepuk belakang anaknya. Hal tersebut dilakukan secara spontan. Alasannya adalah supaya anaknya merasa nyaman saat menyusui. Kedua, menyusui dengan posisi ibu PH duduk dengan tangan kanan atau kiri menyangga kepala anaknya supaya anaknya nyaman berbaring di pangkuannya sambil menepuk-nepuk belakang anaknya.
Ibu KH Ibu KH mengetahui tentang posisi menyusui dari pengalamannya. Ada dua posisi menyusui yang biasa ibu KH lakukan yaitu pertama, menyusui dengan posisi berdiri sambil menggendong anaknya. Kedua, menyusui dengan posisi duduk dan bila anaknya sudah merasa tidak nyaman karena gelisah maka anaknya diajak jalan-
145
jalan. Ibu CH Menurut ibu CH ada beberapa posisi menyusui
berdasarkan pengalamannya yakni posisi duduk dan berbaring sesuai dengan kenyamanan ibu dan anak.
Ibu SR Menurut ibu SR ada beberapa posisi menyusui berdasarkan pengalamannya yakni posisi duduk dan berbaring sambil memeluk anaknya.
Ibu MG Menurut ibu MG posisi menyusui yang baik yaitu posisi yang membuat anaknya merasa nyaman, tidak cerewet dan tidak gelisah. Posisi menyusui tersebut adalah duduk, berbaring dan berdiri (dengan cara menggendong anaknya)
Ibu MT Posisi menyusui yang ibu MT ketahui berdasarkan pengalamannya ibu MT yaitu menyusui dengan posisi sesuai dengan permintaan anaknya yang ditandai dengan tingkah lakunya seperti menggeliat. Posisi yang paling sering dilakukan adalah posisi duduk dan berdiri (dengan cara menggendong anaknya).
Ibu NM Pada dasarnya ibu NM tidak mengetahui posisi menyusui yang digunakan. Sehingga ibu NM menggunakan naluri keibuannya dan pengamatannya terhadap ibu-ibu menyusui lainnya. Posisi menyusui tersebut adalah duduk, berbaring dan berdiri sambil menggendong anaknya.
Ibu MR Posisi menyusui yang ibu MR ketahui berdasarkan pengalamannya menyusui anaknya yaitu menyusui dengan posisi yang membuat ibu MR dan anaknya merasa nyaman. Posisi menyusui tersebut adalah menyusui dengan posisi duduk dan berbaring.
Ibu ST Poisisi menyusui yang ibu ST ketahui berdasarkan pengalamannya menyusui anaknya adalah posisi berbaring.
Ibu EN Posisi bayi saat proses menyusui menurut ibu EN adalah posisi duduk dan berbaring sesuai dengan kenyamanan anaknya.
Ibu-ibu menyusui di desa Polobogo mengetahui posisi menyusui dari pengalaman mereka menyusui sebelumnya dan pengamatan terhadap ibu-ibu menyusui lainnya. Berdasarkan pengalaman mereka posisi menyusui sesuai permintaan anak dan kenyamanan
146
anaklah yang ibu-ibu menyusui praktekan. Posisi menyusui tersebut adalah pertama, posisi duduk dan bayi berbaring dipangkuan ibu; kedua, posisi berbaring menyamping dengan posisi ibu dan bayi berhadapan; ketiga, posisi berdiri dengan posisi ibu menggendong bayi. Namun dari semua posisi menyusui yang diungkapkan oleh riset partisipan ada 7 riset partisipan akan menyusui dengan posisi yang membuat anak merasa nyaman bahkan tertidur. Pertama, ibu PH menyusui dengan posisi berbaring sambil menepuk-nepuk belakang anaknya. Kedua, ibu KH menyusui dengan posisi duduk dan bila anaknya sudah merasa tidak nyaman karena gelisah maka anaknya diajak jalan-jalan. Ketiga, ibu MT menyusui dengan posisi senyaman anaknya apabila anaknya merasa tidak nyaman maka anaknya akan mengubah posisi yang ditandai dengan tingkahlakunya seperti menggeliat. Pernyataan di atas sejalan dengan teori posisi menyusui menurut Nisman (2010) yaitu posisi menyusui dengan menggendong (Cradle Hold) merupakan posisi menyusui dengan payudara kiri/kanan, sementara tangan kiri/kanan ibu menyangga punggung dan pantat bayi. Posisi berbaring menghadap kesamping dengan bayi menghadap kearahnya (lying down position). Sama halnya menurut Yuliarti (2010: 41), posisi menyusui dapat dilakukan sambil duduk atau berbaring. Posisi berbaring dapat dilakukan dengan posisi miring ke kiri atau ke kanan menghadap bayi. Untuk posisi duduk dapat dilakukan dengan posisi duduk sambil bersandar dan agar tidak pegal memegang bayi, taruhlah bantal di pangkuan ibu sehingga ibu tidak perlu menyangganya.
147
5. Frekuensi menyusui
Ibu PH Sepengetahuan ibu PH berdasarkan pengalamannya dalam sehari kurang lebih menyusui 10 kali di mulai dari anaknya bangun tidur hingga menjelang tidur malam. Akan tetapi pada dasarnya proses menyusui tersebut berdasarkan permintaan anak.
Ibu KH Ibu KH tidak mengetahui berapa kali dalam sehari harus menyusui, menurutnya menunggu anaknya meminta ASI.
Ibu CH Menurut ibu CH frekuensi menyusui anak berdasarkan pengalamannya adalah frekuensi anak menyusui tidak menentu tergantung permintaan anak. Tetapi yang pasti selalu menyusui minimal 3 kali yaitu bangun pagi, siang, dan malam hari.
Ibu SR Menurut sepengetahuan ibu SR frekuensi menyusui anak sesuai dengan permintaan anak yaitu minimal 2 kali.
Ibu MG Menurut ibu MG frekuensi menyusui anak sesuai dengan permintaan anak. Dalam hal frekuensi menyusui, anak ibu MG sangat sering menyusui yaitu 10-15 kali dalam sehari.
Ibu MT Menurut ibu MT frekuensi menyusui anaknya tidak terhitung, karena menyusuinya tidak hanya pada waktu lapar saja tetapi waktu tidak lapar pun anak ibu MT akan menyusui. Adapun frekuensi menyusui tersebut adalah 10 kali atau bahkan lebih.
Ibu NM Menurut ibu NM, frekuensi anak menyusui adalah sangat sering, karena ibu NM tidak menghitung berapa banyak menyusuinya, kemungkinan bisa sampai 8 kali atau sampai 10 kali sehari.
Ibu MR Berdasarkan pengalaman ibu MR frekuensi menyusui anak sangat sering dan tidak terhitung dalam sehari. Kemungkinan 4 kali dimulai dari bangun tidur, sesudah mandi, sebelum tidur siang dan setelah bangun tidur.
Ibu ST Berdasarkan pengalamannya ibu ST mengatakan bahwa frekuensi menyusui dalam sehari 6 kali yang diselingi dengan susu formula. Frekuensi menyusui tersebut dimulai dari bangun tidur, sebelum pergi ke Posyandu, sebelum mandi, hingga malam hari.
148
Ibu EN Frekuensi menyusui yang ibu EN ketahui berdasarkan pengalamannya adalah frekuensi menyusui yang tidak menentu dan frekuensi menyusuinya sangat sering yaitu bila lapar maka akan menyusui menurutnya sampai 10 kali.
Ibu-ibu menyusui di desa Polobogo mengetahui frekuensi menyusui dari pengalaman mereka menyusui anak mereka. Menurut ibu-ibu menyusui di desa Polobogo tidak ada frekuensi yang tetap pada saat mereka menyusui. Adapun aktivitas menyusui tersebut di mulai dari anaknya bangun tidur, sehabis mandi, hingga menjelang tidur malam. Akan tetapi semua hal tersebut tergantung dari permintaan anak. Hal ini sepaham dengan Ariani (2009: 91) yang menyatakan bahwa frekuensi menyusui bayi sedikitnya 8 kali dalam 24 jam dan bahkan lebih. Untuk mengatasi seringnya anak menyusui tiga riset partisipan memberikan anaknya susu formula supaya anak cepat kenyang. Pertama, ibu KH memberikan anaknya susu formula saat anak berusia 2 bulan yang diselingi dengan ASI. Kedua, ibu CH memberikan anaknya susu formula saat anak berusia 3 bulan dan diselingi dengan susu formula. Ketiga, dengan alasan kelelahan memberi ASI setiap waktu, jadi saat saat anak berusia 2 bulan ibu ST memberinya susu formula dengan alasan cepat kenyang sehingga tidak perlu menyusui lagi.
6. Waktu menyusui
Ibu PH Waktu menyusui yang ibu PH ketahui berdasarkan pengalamannya adalah waktu yang dihabiskan untuk menyusui anaknya adalah 5-10 menit.
Ibu KH Waktu menyusui yang ibu KH ketahui berdasarkan pengalamannya adalah menyusui anaknya sewaktu anaknya menangis. Tidak ada jadwal khusus, karena menurutnya anak kecil itu mudah lapar walaupun makannya sedikit-sedikit. Menurut ibu KH lamanya dia menyusui tidak terhitung kemungkinan menurut ibu KH, lamanya waktu menyusui anaknya sekitar 9 menit dan bila malam hari menyusuinya sampai dia ketiduran.
Ibu CH Waktu menyusui yang ibu CH ketahui berdasarkan pengalamannya adalah waktu untuk menyusui anaknya
149
tidak menentu. Terkadang sewaktu menyusui anaknya bisa sampai ketiduran karena mengantuk. Waktu menyusui tersebut adalah sekitar 8 menit.
Ibu SR Waktu menyusui yang ibu SR ketahui berdasarkan pengalamannya adalah dia biasa menyusui sampai kenyang, sampai anaknya tertidur jika sudah seperti itu maka anaknya akan dengan sendiri melepas puting ibunya.
Ibu MG Waktu menyusui yang ibu MG ketahui berdasarkan pengalamannya adalah ibu MG tidak menjadwalkannya, sewaktu anaknya minta ibu MG akan memberinya, saat menyusui pun anaknya sambil bermain, menonton, memberi makan ayam pun Ibu MG selalu menyusui.
Ibu MT Waktu menyusui yang ibu MT ketahui berdasarkan pengalamannya adalah waktu menyusui anaknya dari 10-15 menitan lamanya menyusui dan biasa sampai anaknya tertidur pulas.
Ibu NM Waktu menyusui yang ibu NM ketahui berdasarkan pengalamannya adalah anaknya menyusui sewaktu anaknya menangis oleh karena itu tidak ada jadwal khusus untuk waktu menyusui.
Ibu MR Waktu menyusui yang ibu MR ketahui berdasarkan pengalamannya yaitu waktu menyusui anaknya tidak terhitung, kira-kira 8-10 menit.
Ibu ST Waktu menyusui yang ibu ST ketahui berdasarkan pengalamannya yaitu menyusui sekitar kurang lebih 10 menit karena kadang-kadang tidak diisap. Dimana bila anak ibu ST sudah kenyang menyusui maka dia tidak akan menghisap ASI akan tetapi mulut tetap menempel di payudara ibu ST.
Ibu EN Menurut ibu EN, apabila sudah kenyang maka akan berhenti menyusuinya dan itu lumayan lama yaitu sekitar 10 menit.
Menurut ibu-ibu menyusui di desa Polobogo tidak terhitung waktu menyusui bagi ibu-ibu menyusui di desa Polobogo karena mereka menyusui sesuai dengan permintaan anak mereka dan waktu menyusui tersebut hingga mulut anak mereka terlepas dari puting mereka atau anak mereka tertidur. Seperti ibu PH, ibu KH, ibu CH, ibu MT, ibu MR, ibu ST, dan ibu EN menyusui anaknya dengan
150
waktu menyusui rata-rata 5-10 menit. Hal ini sepaham dengan Ariani (2009: 90), yang menyatakan bahwa waktu menyusui tiap periode berbeda-beda. Rata-rata bayi menyusui selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Berbeda ketujuh ibu menyusui lainnya, ibu SR memilih menyusui anaknya sampai anaknya tertidur pulas, sedangkan ibu MG dan ibu NM tidak pernah menentu mengenai lamanya waktu menyusui dalam satu kali tindakan menyusui anaknya.
7. Motivasi menyusui
Ibu PH Motivasi ibu PH memberikan ASI adalah meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak dan menjaga kesehatan anak supaya anak jarang sakit. Motivasi tersebut terlihat pada saat ibu PH sedang sakit, ibu PH masih tetap menyusui anaknya.
Ibu KH Motivasi ibu KH memberikan ASI adalah dengan di buktikan bahwa dalam kondisi sedang sakit pun ibu KH tetap menyusui anaknya. Alasannya adalah ASI lebih bagus daripada susu formula, serta lebih irit supaya tidak mengeluarkan uang untuk membeli susu formula karena kiriman uang dari suaminya yang bekerja di Kalimantan tidak menentu.
Ibu CH Motivasi ibu CH memberikan ASI adalah kasih sayang sebab dengan menyusui ibu CH merasa makin dekat dengan anaknya, bahkan dia bisa merasakan apa yang anaknya rasakan. Selain itu adalah untuk daya tahan tubuh anaknya. Karena melihat dari pengalamannya dengan anak yang pertama dalam hal kekebalan tubuhnya berbeda dengan anak pertamanya dimana anak pertama mudah sakit sedangkan anak kedua jarang sakit, lebih lincah, cepat berkembang seperti jalannya dan untuk memberikan makanan yang terbaik buat anak.
Ibu SR Motivasi ibu SR memberikan ASI adalah dengan dibuktikan walau keadaannya sedang sakit dia akan tetap menyusui anaknya, namun dampaknya anaknya bisa ikut sakit juga. Hal itu dia lakukan karena anaknya belum mau makan yang lain maunya hanya ASI saja.
151
Selain itu adalah hemat dan bila malam hari terbangun tidak harus repot membuat susu.
Ibu MG Motivasi ibu MG memberikan ASI adalah supaya hemat, irit dan cepat karena ASI tidak perlu harus dibuat. Karena jika anak kedua diberi susu formula itu akan membuatnya repot karena harus ditakar, menggunakan air hangat, air dingin. Menurut ibu MG dari dia membaca buku bahwa ASI tersebut lebih bagus dari pada susu formula, apalagi jika ibu menyusui mengkonsumsi sayur-sayuran untuk membuat ASI makin bagus, makin lancar dan kental.
Ibu MT Motivasi ibu MT menyusui adalah karena ASI kualitasnya lebih baik daripada susu formula, karena ASI asli dari ibu. Akan tetapi kalo susu formula beda jadi ASI lebih baik dan menyenangkan bisa memberi ASI.
Ibu NM Motivasi ibu NM menyusui adalah ASI lebih bagus daripada susu formula sehingga membuat anak jarang sakit. Apabila anaknya sakit karena pengaruh dari cuaca meskipun saat itu ibu NM capek setelah bekerja, ibu NM tetap menyusui anaknya.
Ibu MR Motivasi ibu MR menyusui adalah ASI lebih bagus dan lebih cepat karena tidak perlu buat susu seperti susu formula yang harus menggunakan air hangat dan air dingin.
Ibu ST Motivasi ibu ST menyusui adalah supaya anaknya pintar dan sehat.
Ibu EN Motivasi ibu EN menyusui adalah supaya anaknya sehat tidak lemah dan cepat besar.
Motivasi ibu-ibu menyusui di desa Polobogo adalah untuk menjaga kesehatan bayinya supaya tidak mudah sakit, meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak, supaya anak cepat bertumbuh dan berkembang. Motivasi tersebut terlihat pada saat ibu-ibu menyusui sedang sakit, mereka masih tetap menyusui bayinya. Selain itu ada beberapa riset partisipan seperti ibu KH yang mengatakan bahwa motivasinya tetap memberikan ASI kepada anaknya karena ASI lebih bagus daripada susu formula dan secara ekonomi juga lebih menguntungkan sebab tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli susu formula. Sedangkan motivasi ibu CH dalam hal menyusui yakni untuk meningkatkan kasih sayang antara ibu dan anak (kontak batin),
152
dan meningkatkan kekebalan tubuh anak supaya anak jarang sakit serta ASI lebih cepat dan instan.
8. Rasa percaya diri dari ibu selama menyusui
Ibu PH Ibu PH terlihat memiliki rasa percaya diri yang cukup baik dalam hal menyusui anaknya dalam keadaan apapun. Hal tersebut didukung dengan pernyataan berikut ini. Menurut ibu PH menyusui itu tidak tahu malu walaupun harus menyusui depan keluarga, atau tetangga yang sedang main kerumahnya karena menurut ibu PH, dia merasa kasian jika anaknya tidak diberi ASI. Tetapi jika orang yang datang ke rumahnya pria, dia menyusuinya dalam kamar tapi kalo perempuan dia tetap menyusui karena menurutnya menyusui di depan sesama perempuan tidak masalah karena sama-sama memiliki payudara.
Ibu KH Ibu KH memiliki rasa percaya diri yang cukup baik dalam hal menyusui anaknya. Menurut ibu KH dia selalu melihat-lihat dulu siapa yang datang ke rumah jika yang datang pria maka ibu KH menyusuinya menunggu sampai tamu tersebut pulang atau membawa anaknya ke kamar atau ke dapur untuk menyusui.
Ibu CH Ibu CH memiliki rasa percaya diri yang cukup baik menyusui anaknya. Hal tersebut di dukung dengan pernyataan dari ibu CH yaitu dia tetap memberikan ASI dengan cara ditutup menggunakan salendang akan tetapi kalau sama keluarga seperti ibunya itu tidak perlu menutup dengan salendang kecuali dengan tamu laki-laki atau sedang keluar rumah ibu CH selalu menutup dengan salendang bila sedang menyusui anaknya.
Ibu SR Ibu SR memiliki rasa percaya diri yang cukup baik. Hal tersebut di dukung dengan pernyataan dari ibu SR yaitu jika ada tamu yang datang ibu SR akan pergi ke belakang untuk menyusui anaknya. Karena setiap diberi empeng anaknya tidak mau menerima. Tetapi dikasih air putih dalam gelas anaknya mau meminumnya.
Ibu MG Ibu MG memiliki rasa percaya diri yang cukup baik dalam hal menyusui anaknya. hal tersebut didukung dengan
153
informasi berikut ini. ibu MG mengatakan saat ada nenek dari anak-anak ibu MG tetap menyusui, karena ibu MG sudah terbiasa menyusui di depan orang kecuali orang-orang yang ibu MG tidak kenal atau ibu MG sedang sedang kepasar baru ibu MG tidak menyusui. Kecuali saat saat anaknya minta ASI baru ibu MG mencari tempat yang sepi untuk menyusui seperti warung, jika tidak kerumah teman untuk menyusui anaknya.
Ibu MT Ibu MT memiliki rasa percaya diri yang baik selama menyusui anaknya. Ibu MT sudah terbiasa menyusui didepan banyak orang. Jadi tidak malu lagi untuk menyusui. contohnya pada waktu ada bapak dusun ibu MT mengatakan dia tetap menyusui. bagi dia tidak masalah karena sudah punya anak.
Ibu NM Ibu NM memiliki rasa percaya diri yang baik selama menyusui anaknya. Menurut ibu NM, di kampungnya sudah biasa untuk menyusui, jadi biasa saja dan tetap menyusui walaupun ada tamu kecuali dengan orang yang tidak dikenal dan ibu NM pergi ke acara bisa ibu NM menyusui anaknya dengan menutupnya menggunakan salendang.
Ibu MR Ibu MR memiliki rasa percaya diri yang cukup baik selama menyusui anak. Menurut ibu MR, pertama kali dia menyusui anaknya ibu MR merasa malu, dan ibu MR biasa menyusui anaknya didalam kamar, namun sekarang itu sudah jadi biasa. Kecuali bila diluar rumah seperti acara pernikahan maka saat menyusui anaknya ibu MR menggunakan salendang tau menyusui anaknya dulu sebelum pergi keacara pernikahan tersebut supaya tidak menyusui lagi di sana.
Ibu ST Ibu ST memiliki rasa percaya diri yang cukup baik. Hal tersebut di dukung dengan pernyataan dari ibu ST yaitu Ibu ST mengatakan saat ke Posyandu dia merasa malu menyusui anaknya oleh sebab itu dia dibekali dengan dot.
Ibu EN Ibu EN memiliki ras apercaya diri yang cukup baik. Hal tersebut di dukung dengan pernyataan dari ibu EN yaitu pertama kali menyusui dia merasa ragu-ragu karena belum pernah menyusui sebelumnya, selain itu dia merasa risih, geli dan malu apabila dilihat orang sedang
154
menyusui. Tetapi sekarang menurut ibu EN, dia sudah tidak malu lagi karena sudah terbiasa menyusui anaknya.
Di desa Polobogo, ibu-ibu menyusui memiliki rasa percaya diri yang cukup baik dalam pemberian ASI. Hal tersebut terlihat dari sikap mereka yang tetap menyusui walaupun sedang ada tamu, baik dengan cara pergi ke kamar tidur atau ke dapur untuk menyusui.
9. Dukungan keluarga
Ibu PH Menurut ibu PH keluarganya sangat mendukung untuk memberi ASI. Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga. Pertama, mertuanya selalu menyarankan untuk lebih memberikan ASI daripada susu formula kemudian keluarga selalu menyarankan ibu PH untuk membeli jamu serta sayur dari daun papaya agar ASInya lancar. Kedua, suami ibu PH selalu memberi uang Rp 25.000,00. Dengan uang tersebut suami ibu PH meminta ibu PH membeli sayur dengan Rp 20.000,00 dan Rp 5000,00 untuk membeli jamu herbal melancarkan ASI.
Ibu KH Keluarga ibu KH sangat mendukung ibu KH menyusui anaknya. Bentuk dukungan dari keluarga ibu KH yaitu dengan meminta ibu KH berhenti bekerja dan fokus menyusui anak.
Ibu CH Ibu CH mengetahui pentingnya pemberian ASI dari keluarga oleh karena itu menurut ibu CH keluarga sangat mendukungnya.
Ibu SR Menurut orang tua ibu SR menyusui merupakan tradisi dari keluarga secara turum temurun karena di desa hanya mengetahui menyusui saja. Bidannya juga menganjurkan ibu SR untuk menyusui sebab ASI lebih banyak manfaatnya. Bentuk dukungan dari keluarga ibu SR yaitu menyarankan ibu SR untuk lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan telur supaya ASI lancar. Sedangkan suaminya menurut saja apa yang ibu SR lakukan kepada anaknya terutama dalam hal memberi ASI.
Ibu MG Bentuk dukungan suami dan keluarga ibu MG adalah
155
mengikut apa yang ibu MG lakukan kepada anaknya yang penting anaknya sehat.
Ibu MT Menurut ibu MT, orangtuanya dan orangtua suami sangat mendukung ibu MT dalam hal memberikan ASI hal itu dilakukan supaya cucunya sehat. Begitupula dengan saudara-saudara ibu MT, mereka semua sangat mendukung ibu MT, contohnya ibu MR ditanyain apakah sudah memberi ASI, dan harus banyak makan sayur biar ASInya keluar banyak. Begitu pula dengan suaminya, bahkan sewaktu melahirkan anak pertama di Malaysia suami ibu MT diingatkan oleh dokter yang menangani kelahiran anak pertama yaitu untuk memberitahu ibu MT harus memberikan ASI karena jika ketahuan memberi susu formula akan dimarahi oleh dokternya. Begitu pula dengan bidan desa di Sodong sama bidannya diberitahu bahwa menyusui sangat penting dan ibu MT pun juga melihat dari KMS.
Ibu NM Menurut ibu NM, keluarganya mendukung saja dalam hal menyusui karena di kampung rata-rata ibu-ibunya menyusui semua, oleh sebab itu semua tetap menyusui. Untuk suami ibu NM sendiri sedang sakit. Jadi dalam hal mengontrol anak kebanyakan di ibu NM.
Ibu MR Menurut ibu MR, keluarganya sangat mendukung ibu MR menyusui hal itu supaya anaknya sehat dan pintar. Begitu juga dengan suaminya sangat mendukung. Walaupun tidak bicara secara langsung seperti perempuan. Bila anaknya menangis anaknya langsung diberi ke ibu MR dan ibu MR pun langsung menyusui.
Ibu ST Bentuk dukungan dari keluarga ibu ST adalah menyarankan ibu ST untuk ikut latihan di bu bidan supaya tahu cara menjaga anak dan pada waktu melahirkan tidak sakit. Jika anak ibu ST menangis, keluarga akan menanyakan apakah adeknya sudah menyusui jika belum keluarga menyarankan untuk memberi ASI. Bentuk dukungan dari suami ibu ST adalah suami ibu ST selalu menanyakan apakah susu anak anak, jika tidak maka dia akan memberikan uang membeli susu anak.
Ibu EN Bentuk dukungan dari keluarga ibu EN adalah ibu EN dirumah khusus menjaga anak saja, pekerjaan seperti
156
masak dikerjakan oleh ibunya. Begitu pula dengan suami ibu EN yang selalu mengingatkan ibu EN untuk pergi ke Posyandu.
Masing-masing keluarga baik itu orangtua maupun suami dari riset partisipan mendukung ibu menyusui dengan caranya masing-masing. Pertama, mertua ibu PH menyarankan ibu PH untuk mengkonsumi sayuran, seperti daun papaya. Sedangkan bentuk dukungan dari suami adalah dengan memberikan ibu PH uang Rp 25.000 dengan uang tersebut suami ibu PH meminta ibu PH membeli sayuran dan jamu untuk melancarkan ASI. Kedua, keluarga ibu KH meminta ibu KH berhenti bekerja dan fokus menyusui anak. Ketiga, Ibu CH mendapatkan informasi mengenai pentingnya pemberian ASI dari keluarga. Sehingga menurut ibu CH keluarga sangat mendukungnya untuk menyusui. Keempat, keluarga ibu SR menyarankan ibu SR untuk lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan telur supaya ASI lancar. Sedangkan suaminya mengikuti apa saja yang ibu SR lakukan kepada anaknya terutama dalam hal memberi ASI. Kelima, keluarga ibu MG mengikut apa yang ibu MG lakukan kepada anaknya yang penting anaknya sehat. Keenam, keluarga ibu MT selalu bertanya mengenai sudah atau belum anak ibu MT diberi ASI, menyarankan ibu MT untuk mengkonsumsi sayuran lebih banyak untuk meningkatkan produksi ASI. Ketujuh, keluarga ibu NM mendukung ibu NM menyusui karena di kampung rata-rata ibu-ibunya menyusui semua, oleh sebab itu semua tetap menyusui. Untuk suami ibu NM sendiri sedang sakit. jadi dalam hal mengontrol anak kebanyakan di ibu NM. Kedelapan, keluarga ibu MR juga mendukung ibu MR menyusui. Begitupula dengan suami ibu MR yang langsung menyerahkan anaknya ke ibu MR untuk di susui bila anak ibu MR menangis. Kesembilan, keluarga ibu ST menyarankan ibu ST untuk ikut latihan di bu bidan supaya tahu cara menjaga anak dan pada waktu melahirkan tidak sakit. Jika anak ibu ST menangis, keluarga akan menanyakan apakah adeknya sudah menyusui jika belum keluarga menyarankan untuk memberi ASI. Bentuk dukungan dari suami ibu ST adalah suami ibu ST selalu menanyakan apakah susu anak anak, jika tidak maka dia akan memberikan uang membeli susu anak. Kesepuluh, keluarga ibu EN meminta ibu EN fokus menjaga anak saja, pekerjaan seperti masak dikerjakan oleh ibunya. Begitu pula dengan suami ibu EN yang selalu mengingatkan ibu EN untuk
157
pergi ke Posyandu.
10. Pekerjaan ibu
Ibu PH Dalam hal pekerjaan ibu PH mengatakan pekerjaan sehari jadi seminggu. Hal tersebut dikarenakan ibu PH selalu mengutamakan kebutuhan anaknya seperti mengutamakan menyusui anaknya walaupun sedang hendak menyelesaikan pekerjaan rumah atau aktivitas lainnya
Ibu KH Ibu KH mengatakan dia berhenti bekerja dan fokus mengurus anak dengan alasan kasian jika ibu KH meninggalkan anaknya.
Ibu CH Dalam hal pekerjaan ibu CH selalu menyempatkan waktu luang untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Jadi sewaktu anak belum bangun tidur maka ibu CH dengan cepat menyelesaikan pekerjaan rumah.
Ibu SR Ibu SR menyikapi profesinya sebagai ibu rumah tangga dengan tetap mengutamakan ASI. Walaupun sebenarnya ibu SR menginginkan anaknya mengkonsumsi susu formula dengan alasan ibu SR hendak mencari pekerjaan dan susu formula dapat membantu jika ibu SR tidak ada di rumah.
Ibu MG Ibu MG menyikapi profesinya sebagai ibu rumah tangga dengan tetap mengutamakan menyusui anaknya. Contohnya sambil bekerja seperti masak, menyapu dia sambil menyusui anaknya.
Ibu MT Menurut ibu MT, pekerjaan sehari-harinya menemani anaknya (Menyusui dengan posisi berbaring sambil menyusui anaknya). Setelah anaknya menyusui ibu MT baru mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
Ibu NM Ibu NM menyikapi kehidupannya dengan profesi ganda yakni sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah keluarga. Walaupun demikian ibu NM tetap mengutamakan menyusui anaknya. Sehingga terkadang pekerjaannya jadi terhambat.
Ibu MR Menurut ibu MR, dia lebih mementingkan menyusui anaknya ketimbang pekerjaannya. Sebab ibu MR di rumah dibantu oleh keluarganya.
Ibu ST Ibu ST mengatakan dia biasa sebelum menyelesaikan
158
pekerjaan rumah seperti memasak buat suami sebelum berangkat kerja atau memandikan anaknya, ibu ST selalu menyusui anaknya terlebih dahulu baru melanjutkan pekerjaan. Oleh sebab itu pekerjaannya jadi terlambat.
Ibu EN Menurut ibu EN, pekerjaannya di rumah hanya mengurus anak saja, apabila sedang tidak sibuk ibu EN membantu ibunya memasak.
Ibu-ibu menyusui di desa Polobogo lebih mengutamakan menyusui anaknya terlebih dahulu daripada pekerjaan. Oleh karena itu ibu-ibu menyusui di desa Polobogo banyak mengeluhkan pekerjaan jadi terhambat karena harus menyusui anak.
159
4.5 PEMBAHASAN
Untuk menjawab tujuan penelitian perilaku ibu menyusui
dalam pemberian ASI di desa Polobogo dengan dua dusun sebagai
tempat fokus penelitian yang mewakili desa Polobogo, peneliti
menggunakan beberapa teori dalam hal pembahasan. Riset
partisipan penelitian terdiri dari 10 orang ibu menyusui. Dari hasil
penelitian terhadap sepuluh ibu menyusui yang tersebar di dusun
Polobogo dan Sodong didapatkan hasil mengenai perilaku dalam
hal menyusui yang berbeda-beda.
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2012) perilaku
dibedakan dalam tiga bagian yaitu pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Teori tersebut juga dialami oleh kesepuluh riset partisipan
di dusun Polobogo dan dusun Sodong. Menurut Bloom dalam
Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa pengetahuan yang
diperoleh manusia merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Menurut tingkatan pengetahuan teori Bloom, dapat dijabarkan
sebagai berikut mengetahui, memahami, mengaplikasikannya,
menganalisis dan mengevalusi. Tingkatan tersebut berguna untuk
mengukur seberapa besar pengetahuan riset partisipan tentang ASI
baik itu manfaat menyusui, dampak bila tidak menyusui, hambatan
yang dialami selama menyusui, posisi yang efektif selama
menyusui, frekuensi menyusui dan waktu menyusui. Hal tersebut
160
akan mempengaruhi perilaku mereka karena pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang utama yang membentuk perilaku.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 10 ibu menyusui
berikut ini dijabarkan sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu
menyusui. Kesepuluh ibu-ibu menyusui berada ditingkatan
pengetahuan seperti dalam teori Bloom (2012), oleh karena ibu-ibu
menyusui di desa Polobogo memperoleh pengetahuannya dari
pengalaman-pengalaman mereka dalam hal menyusui, seperti
membaca buku KMS, bidan desa, pengalaman menyusui anak
pertama, dan mengamati ibu-ibu menyusui lainnya, sehingga
mereka tahu tentang manfaat menyusui, dampak bila tidak
menyusui, hambatan yang dialami selama menyusui, posisi yang
efektif selama menyusui, frekuensi menyusui dan waktu menyusui,
dan mampu menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan menyusui
secara benar sesuai dengan pengalaman yang didapatkan, lalu
mampu menggunakan pengalaman mereka pada saat mereka
menyusui, dan mampu menjabarkan apa yang berhubungan
dengan ASI dan menyusui melalui pengalaman, dan kemudian
mampu menghubungkan segala sesuatu tentang ASI dan
menyusui, serta mampu menilai segala sesuatu yang dia dapatkan
yang berhubungan dengan ASI dan menyusui apakah itu baik, tepat
dilakukan pada kondisi tertentu dan segala kondisi.
161
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2012) mengatakan
bahwa sikap adalah suatu reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap tidak dapat
dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Berdasarkan tingkatan menurut Allport ada 4
yaitu menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab.
Untuk mengukur sikap dari kesepuluh ibu menyusui, penulis akan
menggunakan teori tingkat sikap menurut Allport tersebut.
Kesepuluh ibu-ibu menyusui di desa Polobogo berada pada
tingkatan sikap menurut Allport, oleh karena mereka berada pada
tingkatan sikap “Menerima, merespon, menghargai dan
bertanggungjawab” hal tersebut dapat dilihat dari kesepuluh ibu
menyusui, yakni ibu PH, ibu KH, ibu CJH, ibu SR, ibu MG, ibu MT,
ibu NM, ibu MR, ibu ST, dan ibu EN yang mampu menerima segala
stimulus yang diberikan anaknya pada saat hendak menyusui.
Kemudian ibu-ibu menyusui tersebut dapat merespon stimulus anak
tersebut dengan menyusuinya pada saat kondisi apapun. Misalnya
pada kondisi sedang sakit, bekerja, atau sedang ada tamu yang
berkunjung kerumah. Hal tersebut karena mereka mau anaknya
tumbuh kembangnya baik sehingga dia berusaha mencari tahu
segala sesuatu yang berhubungan dengan cara mengatasi
hambatan yang dia alami selama menyusui kepada keluarganya
(suami dan orangtua) sebagai bentuk penghargaannya kepada
162
anaknya dan rasa tanggung jawabnya sebagai ibu, walaupun
pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga cukup membuatnya repot
dan capek. Namun dari kesepuluh ibu menyusui tersebut 3 ibu
menyusui lainnya memiliki bentuk responnya berbeda karena 3 ibu
menyusui tersebut memiliki motivasi yang rendah. Adapun yang
dimaksud dengan motivasi yang rendah ditunjukkan dengan sikap
ibu menyusui yang kurang memprioritaskan kegiatan menyusui
pada kondisi dan situasi tertentu, seperti memberikan susu formula
pada usia anak mereka 2 bulan dengan alasan menahan lapar dan
menambah gizi dari anak mereka dan dengan alasan menyusui
hanya untuk menghemat pengeluaran keluarga mereka.
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2012), untuk
mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata (tindakan) diperlukan
faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Tindakan
memiliki beberapa tingkatan yaitu respon terpimpin, mekanisme
dan adopsi. Kesepuluh ibu-ibu menyusui di desa Polobogo berada
pada tingkatan tindakan seperti Bloom. Walaupun dari segi
tindakan mereka tidak mempunyai teknik menyusui baik itu posisi,
frekuensi, dan waktu menyusui sesuai dengan anjuran dari medis
tetapi mereka dapat menyusui anak mereka berdasarkan
pengalaman yang mereka dapati dan mengaplikasikannya sesuai
dengan kenyamanan ibu dan anak serta mereka hanya melakukan
tindakan menyusui berdasarkan kebiasaan.