BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah...

14
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108º 41 - 109Bujur Timur dan 0741- 0750 Lintang Selatan memiliki luas wilayah mencapai 61 km² dengan luas laut dan pantai dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Ciamis dan Kota Madya Banjarsari Sebelah Barat : Kecamatan Parigi Sebelah Timur : Kabupaten Cilacap Sebelah Selatan : Samudera Hindia Secara umum Pangandaran beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim kemarau (musim timur) dan musim penghujan (musim barat) dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembapan udara antara 85-89% dengan suhu 20-30C. Musim timur dan musim barat secara langsung akan mempengaruhi musim penangkapan ikan di perairan Pangandaran. Musim timur terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dimana pada saat musim ini laut tidak berombak besar dan perairan dalam keadaan tenang, sehingga operasi penangkapan ikan di laut tidak terganggu. Musim barat terjadi pada bulan November sampai April, dimana pada saat musim ini banyak sebagian nelayan tidak melakukan operasi penangkapan ikan di laut karena kondisi laut dengan ombak yang besar dan curah hujan yang relatif banyak.

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah...

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108º 41 -

109⁰ Bujur Timur dan 07⁰ 41- 07⁰ 50 Lintang Selatan memiliki luas wilayah

mencapai 61 km² dengan luas laut dan pantai dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Ciamis dan Kota Madya Banjarsari

Sebelah Barat : Kecamatan Parigi

Sebelah Timur : Kabupaten Cilacap

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Secara umum Pangandaran beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim

kemarau (musim timur) dan musim penghujan (musim barat) dengan curah hujan

rata-rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembapan udara antara 85-89% dengan

suhu 20-30⁰C. Musim timur dan musim barat secara langsung akan

mempengaruhi musim penangkapan ikan di perairan Pangandaran. Musim timur

terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dimana pada saat musim ini laut tidak

berombak besar dan perairan dalam keadaan tenang, sehingga operasi

penangkapan ikan di laut tidak terganggu. Musim barat terjadi pada bulan

November sampai April, dimana pada saat musim ini banyak sebagian nelayan

tidak melakukan operasi penangkapan ikan di laut karena kondisi laut dengan

ombak yang besar dan curah hujan yang relatif banyak.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

31

4.2 Profil Penduduk

Pangandaran merupakan Kabupaten yang perkembangan penduduknya

sangat cepat sehingga kepadatan penduduk tidak dapat dihindari, yang tentunya

diikuti dengan kepadatan pemukiman/rumah tinggal penduduk. Penduduk

pangandaran berjumlah 9.169 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 4.617

jiwa dan penduduk perempuan yang berjumlah 4.552 jiwa. Adapun jumlah kepala

keluarga Kabupaten Pangandaran adalah 2.558 kepala keluarga.

Gambar 2. Jumlah Penduduk Pangandaran

Sumber pendapatan penduduk Kabupaten Pangandaran sebagian besar

berasal dari sektor perikanan. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian

sebagai nelayan. Nelayan yang ada di Pangandaran adalah nelayan tradisional.

Jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Pangandaran adalah 1.528 dan penduduk

yang lain bekerja sebagai pegawai dan pemilik hotel, pedagang, jasa pariwisata,

buruh, tani, PNS, dan TNI/POLRI. TPI pangandaran merupakan TPI yang

memiliki jumlah nelayan yang paling banyak apabila dibandingkan dengan TPI

yang lainnya, yaitu sebanyak 1.528 orang. Berikut jumlah nelayan pada setiap TPI

yang berada di Pangandaran dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.

Jumlah Penduduk Laki-Laki

50%

Jumlah Penduduk Perempuan

50%

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

32

Tabel 4. Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap di Pangandaran

Tahun TPI Pangandaran

(Orang)

TPI Bagolo

(Orang)

TPI Ciawi Tali

(Orang)

TPI Majingklak

(Orang)

2012

2011

2010

2009

2008

1.528

1.510

1.580

1.680

1.710

128

130

156

112

110

207

208

220

210

200

207

209

198

204

210

Sumber : UPTD - PPI Pangandaran 2012

Berdasarkan tabel perkembangan jumlah produksi nelayan per TPI yang

tersaji pada Tabel 5, TPI Pangandaran memiliki total produksi yang produktif

dibandingkaan dengan TPI yang lainnya. Pada tahun 2012 TPI Pangandaran

menghasilkan total produksi sebesar 1.147.157,90 Kg atau setara dengan 60

Miliar.

Tabel 5. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap di Pangandaran

Tahun TPI Pangandaran

(Kg)

TPI Bagolo

(Kg)

TPI Ciawi Tali

(Kg)

TPI Majingklak

(Kg)

2012

2010

2009

2008

1.147.157,90

27.770,8

215.718,05

500.175,40

1.791,71

45,8

324

103.050,06

3.856,05

-

-

675,26

3.368,10

-

-

917

Sumber : UPTD - PPI Pangandaran 2012

Kapasitas transaksi yang berada di TPI Kecamatan Pangandaran

berdasarkan jumlah hasil tangkapan rata-rata perhari seberat 1,147 Ton yang

merupakan jumlah terbesar pada tahun 2012 (Sumber : UPTD - PPI Pangandaran

2012).

Partisipasi pendidikan di Pangandaran dapat digambarkan bedasarkan

jumlah penduduk yang menempuh pendidikan tertentu. Data potensi desa

menunjukkan terdapat 2100 orang yang tidak tamat sekolah, 1091 orang tamat

SD/Sederajat, 191 orang tamat SMP/Sederajat, 129 orang tamat SLTA/Sederajat

dan 40 orang tamat perguruan tinggi selebihnya masih belum terdata di Kantor

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

33

Kecamatan Pangandaran. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di

Desa Pangandaran masih tergolong rendah.

Gambar 3. Tingkat Pendidikan

4.3 Musim Penangkapan Ikan

Musim penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran dipengaruhi oleh 2

(dua) musim, yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi

pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim timur yang berlangsung pada

bulan Mei – Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan-bulan tertentu

yang terdapat di musim barat yang berlangsung pada bulan November – April

(DKP Kabupaten Ciamis, 2012).

Kondisi armada penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran yang

didominasi oleh perahu motor tempel sehingga kegiatan penangkapan ikan sangat

dipengaruhi oleh musim timur dan musim barat. Kegiatan penangkapan ikan

sebagian besar dilakukan pada musim timur. Pada musim barat nelayan hanya

menangkap ikan dalam jumlah yang sedikit bahkan pada waktu-waktu tertentu

tidak mendapatkan ikan sama sekali, hal ini disebabkan gelombang dan angin

yang besar sehingga nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan

penangkapan ikan, bahkan tidak sedikit nelayan yang memilih untuk tidak melaut.

59%

31%

5% 4%

1%

Tidak Tamat Sekolah SD SMP SLTA Perguruan Tinggi

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

34

Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2012), nelayan di Kabupaten Pangandaran

biasa menangkap ikan di perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi, Karapyak,

Nusakambangan dan Cilacap. Jarak yang ditempuh nelayan dari fishing base ke

fishing ground berkisar antara 1 – 5 mil dengan waktu tempuh antara 40 – 60

menit. Nelayan menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman,

kebiasaan nelayan, tanda-tanda yang terdapat di alam serta informasi dari nelayan

lainnya. Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Pangandaran

sangat beragam seperti udang jerbung, lobster, manyung, bawal hitam, bawal

putih, kakap merah, kakap putih, kembung, tongkol, tenggiri, layur, cucut, pari

dan lain-lain (DKP Kabupaten Ciamis, 2012).

4.4 Unit Penangkapan Ikan

4.4.1 Nelayan

Nelayan merupakan pelaku utama dalam proses penangkapan ikan, tetapi

kesejahteraan nelayan sudah mengalami kemajuan pada tingkatan kesejahteraan

salah satunya nelayan yang berada di Pangandaran. Nelayan di Pangandaran

tergolong kedalam nelayan tradisional hanya mengandalkan pengalaman saja

tanpa alat bantu dalam penentuan daerah penangkapan ikan serta penggunaan

kapal yang masih kecil dengan ukuran 1-5 GT.

4.4.2 Armada penangkapan

Armada penangkapan terdiri dari kapal alat tangkap dan ABK dengan

adanya armada penangkapan ini dapat membantu para pelaku kegiatan perikanan

dalam memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Statistik Perikanan

Kabupaten Ciamis tahun 2012 menunjukan bahwa tidak ada kenaikan jumlah

armada penangkapan yang signifikan terjadi di Kabupaten Pangandaran. Kenaikan

terjadi pada tahun 2007 karena adanya bantuan penambahan armada penangkapan

setelah pasca tsunami.

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

35

4.4.3 Alat tangkap

Alat tangkap merupakan suatu alat yang dapat membantu dalam proses

pengkapan hasil tangkapan. Alat tangkap dan pengoprasiannya yang berada di

Pangandaran masih tergolong tradisional. Berdasarkan data statistik Perikanan

Kabupaten Ciamis Tahun 2012 diperoleh kenaikan jumlah alat tangkap terjadi

pada tahun 2007 dengan jumlah alat tangkap 3460 dan pada tahun 2008 sampai

dengan 2011 cenderung tetap tidak ada penambahan jumlah alat tangkap (Statistik

Perikanan Kabupaten Ciamis tahun 2012).

4.5 Sarana dan Prasarana Penangkapan Ikan

Faktor pendukung perkembangan perikanan dan kelautan di Kabupaten

Pangandaran adalah adanya sarana dan prasarana yang lengkap dan digunakan

secara

maksimal. Salah satu faktor pendukung dalam perikanan dan kelautan di

Kabupaten Pangandaran adalah TPI Pangandaran.

4.5.1 KUD Minasari

KUD Minasari didirikan pada tanggal 2 Januari 1962 dengan nama KPL

(Koperasi Perikanan Laut). Dalam perkembangannya KUD ini mengalami tiga

kali perubahan nama, maka pada tanggal 2 November 2000 berubah nama

menjadi Koperasi Unit Desa (KUD) Minasari. Dalam pelaksanaan KUD ini

diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, Nelayan, Kantor koperasi,

dan intansi yang terkait Kabupaten Ciamis. Aktivitas KUD Minasari tidak hanya

bertumpu pada aktivitas perikanan laut, tetapi juga membantu dalam hal

pelayanan nelayan seperti usaha simpan pinjam.

KUD Minasari sebagai pengelola TPI Pangandaran memiliki peranan

sebagai juru tawar, juru karcis, kasir, dan keamanan. Atas jasa tersebut KUD

Minasari mendapatkan pemasukan dari pemotongan atau retribusi sebesar 1,2%

dari setiap nelayan yang melakukan lelang.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

36

Sumber : Dokumentasi Penelitian 2013

Gambar 4. Gedung KUD Minasari Pangandaran

4.5.2 TPI Pangandaran

TPI Pangandaran didirikan pada tahun 1973 oleh pemerintah Jawa Barat

melalui Dinas Perikanan, TPI ini bertujuan untuk membantu pengembangan usaha

perikanan tangkap di Pangandaran khusunya dalam pengaturan tata niaga. Dengan

adanya TPI memudahkan nelayan untuk menjualkan hasil tangkapannya.

Berdasarkan SK Pemda TK. II Kabupaten Ciamis No. 503. 3047/1993 maka

mulai tanggal 1 Oktober 1987 TPI Pangandaran dikelola oleh KUD Minasari,

yang bertindak sebagai penyelenggara pelelangan dan Dinas Kelautan dan

Perikanan sebagai penanggung jawab TPI Pangandaran. Sesuai peraturan daerah

Gubernur Jawa Barat No 15 tahun1984, pemerintah daerah melalui TPI menarik

retribusi lelang sebesar 1,2%.

PPI Pangandaran saat ini memiliki 2 gedung TPI yaitu TPI lama yang

berlokasi di cukup strategis dengan tempat pendaratan ikan dan kantor KUD serta

dekat dengan kawasan pemukiman nelayan, pengolah ikan serta pedagang. TPI

Baru berlokasi berdekatan dengan PPI Pangandaran. Nelayan biasa menyebut TPI

lama dengan nama TPI 1 dan dan TPI baru sebagai TPI 2. Peneliti melakukan

penelitian di TPI 1. Aktifitas di TPI lama baru dioperasikan kembali sekitar 1

tahun yang lalu, dimana sebelumnya TPI ini berhenti beroperasi. Saat ini TPI

beroperasi setiap hari mulai dari pagi hingga siang hari, adapun pembeli atau

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

37

bakul yang datang ke TPI Pangandaran berasal dari daerah Kota Banjar, daerah

Pangandaran sekitarnya. Pembeli tersebut umumnya menjual kembali ikan-ikan

untuk dijual ke pasar dan ada juga yang menjadi pengelola rumah makan.

Sumber : Dokumentasi Penelitian 2013

Gambar 5. Gedung TPI 1

4.6 Hubungan Keberadaan TPI Pangandaran Terhadap Kesejahteraan

Nelayan

Berikut dipaparkan hasil pengolahan data penelitian mengenai analisis

korelasi untuk mengetahui hubungan keberadaan TPI Pangandaran terhadap

kesejahteraan masyarakat nelayan Pangandaran. Kesejahteraan nelayan (Y)

merupakan variabel terikat yang akan dianalisis dengan keberadaan fasilitas TPI

dengan indikator sebagai berikut :

1. Keberadaan fasilitas TPI (X1).

2. Fungsi fasilitas TPI (X2).

3. Standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga dan

memperhatikan masalah yang terjadi pada saat pelelangan (X3).

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

38

4. Standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila

nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan (X4).

5. Standar kemampuan yang dimiliki petugas TPI dalam menyelesaikan

masalah nelayan (X5).

6. Standar kemampuan petugas TPI dalam memperbaiki situasi tidak terduga

di TPI (X6).

7. Kualitas ikan yang nelayan jual (X7).

8. Nilai jual ikan yang diharapkan nelayan (X8).

9. Perkiraan nilai jual ikan yang oleh nelayan atau bakul (X9).

Analisis data korelasi antara variabel Y (Kesejahteraan) dan variabel X

(Keberadaan TPI) dianalisis mengunakan software SPSS v.20 yang dapat

mempermudah dalam menganalisis hubungan korelasi. Berikut hasil analisis data

menggunakan SPSS V.20 pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Korelasi Keberadaan TPI Terhadap Kesejahteraan Nelayan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

Y Korelasi 0,43 0,172 0,060 0,93 0,024 0,154 0,001 0,93 0,187

signifikasi 0,019 0,042 0,043 0,05 0,036 0,019 0,049 0,05 0,028

Sumber : SPSS v.20 Diolah Kembali

Pada Tabel 6 hasil korelasi yang menunjukan nilai tertinggi yaitu korelasi

antara variabel kesejahteraan (Y) dan standar pelayanan yang diberikan petugas

TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan

(X4) serta korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan nilai jual ikan yang

diharapkan nelayan (X8). Hasil korelasi yang menunjukan nilai terendah yaitu

korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan kualitas ikan yang nelayan jual (X7).

Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan standar pelayanan yang

diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah

pada saat pelelangan (X4) memiliki nilai korelasi 0,93 yang dapat dikategorikan

memiliki hubungan yang sangat tinggi dan berdasarkan uji signifikan hasil

menunjukan nilai 0,019 yang berarti asosiasi kedua variabel adalah signifikan.

Pelayanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja yang menciptakan

manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

39

diri atau atas nama penerima. Sehingga pelayanan itu sendiri memiliki nilai

tersendiri bagi pelanggan dalam hubungannya dengan menciptakan nilai-nilai

pelanggan. UU RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pada Pasal 41 ayat 1

menjelaskan “Dalam rangka pengembangan perikanan, Pemerintah membangun

dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi, antara lain sebagai tempat

labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi

ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan

data tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat

nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan operaional kapal perikanan”.

Sehingga standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila

nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan yang merupakan salah satu

unsur dari fungsi tempat pemasaran dan distribusi ikan. Fungsi tempat pemasaran

dan distribusi bertujuan agar tujuan dari pelelangan itu sendiri tercapai yang salah

satunya yaitu sebagai sarana peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat

nelayan. Fauzi dan Anna dalam M. Puansalaing tahun 2012 mengatakan bahwa

“Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan,

tidak dapat lepas dari pendekatan pengelolaan sistem dinamik, karena

bagaimanapun, sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang dinamis.

Sumberdaya perikanan adalah aset yang dapat bertambah dan berkurang. baik

secara alamiah maupun karena intervensi manusia. Seluruh dinamika alam dan

intervensi ini mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap

kondisi sumberdaya perikanan tersebut sepanjang waktu”. Berdasarkan data

faktual di Tempat penelitian bahwa kesejahteraan dan standar pelayanan yang

diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah

pada saat pelelangan akan saling berhubungan karena nelayan akan selalu

mendapatkan kesulitan pada saat pelelangan oleh karena itu petugas TPI harus

memiliki sifat yang tanggap terhadap semua yang terjadi di TPI karena apabila

petugas TPI memiliki sikap tangap maka pendapatan nelayan pun akan semakin

meningkat hal ini disebabkan karena nelayan dan petuagas TPI akan saling

berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

40

Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan kualitas ikan (X7) memiliki

nilai korelasi 0,001 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan cukup lemah

dan berdasarkan uji signifikan hasil menunjukan nilai 0,049 yang berarti asosiasi

kedua variabel adalah signifikan. Berdasarkan data faktual yang terjadi di Tempat

penelitian bahwa kesejahteraan dan kualitas ikan akan saling berhubungan

walaupun nilai korelasi yang dihasilkan adalah 0,001 karena kesejahteraan

nelayan akan berhubungan dengan nilai jual ikan sedangkan agar didapatkan nilai

jual ikan tinggi maka kualitas barang/ikan yang dipasarkan harus memiliki

kualitas yang baik dengan kata lain kesejahteraan berhuhungan secara tidak

langsung dengan kualitas ikan yang dilelangkan. Nilai korelasi yang rendah untuk

hubungan ini diperkiraan karena kesalahan pada pengisian kuisioner oleh nelayan

atau human eror. Dalam penilaian kualitas suatu produk sangat tergantung dari

informasi yang melekat pada produk tersebut dan juga tergantung dari seberapa

besar informasi tersebut dipahami oleh setiap individu. Informasi-informasi

tersebut dapat berupa intrinsik dan ekstrinsik (Schiffman & Kanuk,2000).

Informasi intrinsik adalah informasi yang berasal dari dalam produk itu sendiri,

sebagai contoh untuk suatu produk perikanan tangkap adalah daging ikan kenyal,

mata jernih, insang berwarna merah terang, sisik tidak mudah lepas, tidak ada luka

di kulit ikan, dan bau ikan segar adalah faktor intrinsik yang dominan dalam

menilai kualitas produk perikanan tangkap. Sedangkan faktor ekstrinsik menjadi

pertimbangan dalam penilaian apabila individu belum mempunyai pengalaman

nyata tentang produk tersebut. Sehingga diperlukan parameter-parameter lainnya

yang melekat pada fisik produk perikanan tangkap. Parameter- parameter tersebut

dapat berbentuk harga, jenis dan nama produsen. Besaran harga sebagai salah satu

faktor ekstrinsik dalam persepsi konsumen dapat mencerminkan kualitas produk

itu sendiri.

Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan nilai jual ikan yang

diharapkan nelayan (X8) memiliki nilai korelasi 0,93 yang dapat dikategorikan

memiliki hubungan yang sangat tinggi dan berdasarkan uji signifikan hasil

menunjukan nilai 0,005 yang berarti asosiasi kedua variabel adalah signifikan.

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

41

untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Seseorang selalu

menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan

memperoleh laba yang maksimal sehingga segala bentuk dana produksi yang

dikeluarkan dapat tertutupi dengan keuntungan harga jual dan seseorang tersebut

mendapatkan kelebihan dari selisih harga jual dengan biaya produksi, selisihnya

tersebut akan meningkatkan kesejahteraan produsen dalam hal ini adalah nelayan.

Data faktual yang terjadi di Tempat penelitian bahwa kesejahteraan dan nilai jual

ikan akan saling berhubungan karena kesejahteraan nelayan akan berhubungan

dengan nilai jual ikan. Nelayan yang menjual ikan ke TPI mengharapkan nilai jual

yang sangat tinggi agar semua kebutuhan hidupnya terpenuhi oleh nelayan.

Sehingga fungsi TPI diharapkan agar berjalan dengan baik agar kesejahteraan

nelayan meningkat. Fungsi TPI yaitu : memperlancar pelaksanaan peyelenggaraan

lelang, mengusahakan stabilitas harga ikan, meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan nelayan beserta keluarganya, meningkatkan pendapatan asli daerah,

dan sebagai media komunikasi dan informasi antara nelayan dan lembaga

ekonominya.

4.7 Analisis Kesejahteraan Nelayan

Kesejehteraan nelayan dianalisis dengan menggunakan kuisioner

kesejahteraan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak Menteri Tenaga Kerja 2005.

Secara keseluruhan hasil skor kuisioner seluruh responden dapat dilihat pada

Lampiran 5. Hasil kuisioner menunjukan bahwa :

1. Tingkat kesejahteraan sangat layak/tinggi sebanyak 2 responden.

2. Tingkat kesejahteraan layak sebanyak 96 responden.

3. Tingkat kesejahteraan tidak layak sebanyak 5 responden.

Secara persentase kesejahteraan nelayan dapat digambarkan pada diagram

pie pada gambar 4. Tingkat kesejahteraan dengan persentase tinggi terdapat pada

tingkat kesejahteraan layak yaitu sebesar 93%, tingkat kesejahteraan tinggi

memiliki persentase sebesar 2% dan tingkat kesejahteraan tidak layak memiliki

persentasi 5%.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

42

Gambar 6. Kesejahteraan Nelayan

kesejahteraan nelayan Pangandaran memiliki nilai rata-rata 109,21 yang

berarti kesejahteraan nelayan Pangandaran memiliki kesejahteraan yang layak.

Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil

maupun sprituil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman

lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan

usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya

bagi keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia

dan Pancasila. Kesejahteraan layak adalah kesejahteraan dimana seseorang atau

sekelompok orang yang dapat memenuhi kebutuhan primer dan skunder dengan

ditambah sedikit kebutuhan tersier. Berdasarkan jumlah pendapatan nelayan

Pangandaran rata-rata bahwa nelayan Pangandaran memiliki pendapatan rata-rata

sebesar 1,6 juta rupiah, apabila dikurangi dengan jumlah pengeluaran rata-rata

sebesar 1,3 maka pendapatan rata-rata bersih sebesar 300 ribu rupiah.

Menurut tingkat pendapatan nelayan Pangandaran yang berdasarkan kepada

UMR Kabupaten ciamis bahwa nelayan Pangandaran yang peneliti wawancara

memilik pendapatan perbulan rata-rata sebesar 1,6 juta rupiah yang berarti bahwa

pendapatan nelayan Pangandaran menunjukan angka diatas UMR Kabupaten

Ciamis sebesar 854 ribu rupiah.

2%

5%

93%

Kesejahteraan Tinggi Kesejahteraan tidak Layak Kesejahteraan Layak

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090052_4_5462.pdf · 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

43

Kesejahteraan nelayan Pangandaran berdasarkan hasil rata-rata skor

kuisioner kesejahteraan bernilai 109,29 yang berarti kesejahteraan layak.

Berdasarkan hasil korelasional peneliti antar kesejahteraan dan keberadaan TPI

bahwa korelasi antara keduanya bersifat searah sehingga tingkat kesejahteraan

nelayan akan berhubungan erat dengan keberadaan TPI. Kesejahteraan nelayan

pangandaran berdasarkan korelasi peneliti akan berhubungan erat dengan faktor

lainnya selain keberadaan TPI yaitu : fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang

diberikan petugas TPI dalam menjaga dan memperhatikan masalah yang terjadi

pada saat pelelangan, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara

spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan, standar

kemampuan yang dimiliki petugas TPI dalam menyelesaikan masalah nelayan,

standar kemampuan petugas TPI dalam memperbaiki situasi tidak terduga di TPI,

kualitas ikan yang nelayan jual, nilai jual ikan yang diharapkan menurut nelayan

dan perkiraan nilai jual ikan oleh nelayan atau bakul.