IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU...
Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU...
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari
Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari berlokasi di Komplek Pasar
Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
Selain itu wilayah kerja KSU Tandangsari mencakup pabrik makanan ternak yang
berlokasi di Jalan Pamegarsari No. 57, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten
Sumedang.
Secara geografis, wilayah Tanjungsari rata-rata berada di atas ketinggian
800 meter di atas permukaan laut. Suhu udara di wilayah Tanjungsari rata-rata 20
derajat Celcius dengan kelembaban udara dapat mencapai 80% serta kelembaban
udara sekitar 60 – 65 persen. Secara rata-rata tanah di Kecamatan Tanjungsari
berada di jenis tanah Latosol, sisanya di jenis tanah Grumosol, Andosol dan
Regosol. Wilayah dengan kondisi daerah seperti ini cocok untuk
mengembangkan usaha peternakan sapi perah.
KSU Tandangsari terdiri dari 28 kelompok yang tersebar di daerah
Kabupaten Sumedang. Kelompok peternak sapi perah yang ada di Kabupaten
Sumedang hampir sebagian besar terkonsentrasi di Kecamatan Tanjungsari,
sedangkan sebagian lagi terletak pada Kecamatan Sukasari, Pamulihan,
Cimanggung, Rancakalong dan Situraja. Setiap kelompok memiliki Tempat
Pelayanan Koperasi (TPK) yang menjadi tempat penyetoran susu setiap harinya.
Kelompok Putra Saluyu terletak di Dusun Lebak Bitung dan Kelompok Putra Sari
terletak di Dusun Cipelah. Kedua kelompok ini terletak di Desa Mekar Bakti,
Kecamatan Pamulihan.
2
4.2 Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah peternak anggota KSU di Kelompok
Putra Sari dan Putra Saluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang.
Responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal
tingkat pendidikan dan umur. Menurut Kotler (1997) faktor yang mempengaruhi
preferensi diantaranya pendidikan, umur, penghasilan, dan budaya pembeli.
Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
No. Pendidikan Formal Frekuensi (orang) Presentase (%)
1. SD 32 80
2. SMP 4 10
3. SMA 4 10
Total 40 100
Pada Tabel 4 dapat dilihat tingkat pendidikan formal yang dimiliki
responden bervariasi mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas. Pendidikan formal responden sebagaian besar adalah
SD dengan 32 orang (80%), sedangkan SMP 4 orang (10%), SMA 4 orang (10%).
Umur juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi
konsumen. Umur responden dapat dilihat dari pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur
No. Umur Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1. ≤ 30 2 5
2. 31 – 40 9 22,5
3. 41 – 59 22 55
4. > 59 7 17,5
Total 40 100
Usia cukup menentukan keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan,
baik sifatnya fisik maupun non-fisik. Menurut Amron (2009) dalam Sasmita dan
3
Ketut (2017) pada umumnya, tenaga kerja yang berumur tua mempunyai
kemampuan fisik yang lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja yang berumur
muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat. Berdasarkan Tabel 5 diketahui 33
responden termasuk dalam umur produktif bekerja yaitu 15 sampai dengan 59
tahun (Zainal dan Chris, 1999).
Karakteristik usaha ternak responden menunjukkan bahwa rata – rata
produksi susu per ekor berjumlah 11,82 per liter per hari, angka ini lebih tinggi
dibandingkan rata - rata produksi susu nasional per ekor per hari. Menurut
Sudono, dkk (2003) produksi susu sapi FH di Indonesia rata – rata adalah 10 liter
per ekor per hari.
4.3 Atribut yang Dipertimbangkan
Pada penelitian ini atribut yang dipertimbangkan oleh peternak anggota
KSU Tandangsari sebanyak 8 atribut. Berdasarkan hasil penelitian dengan
wawancara kepada 40 responden, diperoleh proporsi jawaban responden pada
setiap atribut konsentrat KSU Tandangsari. Tingkat Kesukaan Responden
terhadap Konsentrat Mako Super dapat dilihat di Tabel 6 dan dengan terperinci
pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
4
Tabel 6. Tingkat Kesukaan Responden terhadap Konsentrat Mako Super
No. Atribut Konsentrat
Proporsi Jawaban Preferensi
∑ Jawaban
“Ya”
∑ Jawaban
“Tidak” Total
Skor Kategori
Orang % Orang %
1 Harga 39 97,5 1 2,5 114 Cukup suka
2 Tekstur pakan 37 92,5 3 7,5 134 Suka
3 Kemasan pakan 39 97,5 1 0 119 Cukup suka
4 Ketersediaan pakan 40 100 0 0 159 Suka
5 Palatabilitas ternak 38 95 2 5 142 Suka
6 Pengaruh
konsentrat terhadap
kualitas susu
38 95 2 5 151 Suka
7 Pengaruh
konsentrat terhadap
kuantitas susu
38 95 2 5 136 Suka
8 Daya Tahan 40 100 0 0 145 Suka
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui proporsi jawaban “Ya” dan “Tidak”
terhadap atribut konsentrat yang dipertimbangkan dalam membeli konsentrat tidak
terlalu bervariasi karena seluruh atribut tersebut dianggap penting oleh peternak.
Proporsi jawaban “Ya” responden yang paling tinggi adalah pada atribut
ketersediaan pakan dan daya tahan pakan, dan atribut yang paling rendah adalah
tekstur pakan. Proporsi jawaban “Ya” kemudian digunakan untuk validasi atribut
dengan menggunakan Cochran Q test. Proses perhitungan validasi atribut dengan
menggunakan Cochran Q test dapat dilihat pada Lampiran 2. Atribut yang valid
kemudian digunakan dalam analisis preferensi dan analisis tingkat kepuasan dan
kepentingan tiap atribut dengan menggunakan Importance Perfomance Analysis
(IPA).
Berdasarkan Lampiran 3 dapat dilihat bahwa total skor didapatkan dari
hasil penjumlahan skor kesukaan responden terhadap masing-masing atribut yang
dipertimbangkan. Total ini digunakan untuk pengukuran preferensi peternak
5
anggota KSU Tandangsari pada penggunaan konsentrat Mako Super. Total skor
atribut paling tinggi adalah total skor ketersediaan pakan yaitu 159. Total skor
ketersediaan pakan tinggi karena peternak merasa suka pada atribut ketersediaan
pakan. Total skor yang paling rendah adalah harga dengan skor 114, hal ini
dikarenakan peternak cenderung cukup suka dengan harga konsentrat KSU
Tandangsari.
4.3.1 Harga Pakan
Harga merupakan salah satu atribut yang dipertimbangkan oleh peternak
KSU dalam membeli konsentrat KSU Tandangsari. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa 97,5% responden atau 39 orang mempertimbangkan harga.
Frekuensi tingkat kesukaan responden pada atribut harga pakan dapat dilihat pada
Tabel 7 dan dengan terperinci pada Lampiran 3.
Tabel 7. Frekuensi Tingkat Kesukaan Responden pada Atribut Harga
Tingkat Kesukaan Frekuensi (orang) Presentase (%)
Sangat tidak suka 2 5,0
Tidak suka 17 42,5
Cukup suka 6 15,0
Suka 15 37,5
Sangat suka 0 0
Total 40 100,0
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa sebanyak 15 orang (37,5%) responden
yang suka dengan harga konsentrat tersebut karena mereka menilai harga tersebut
relatif murah. Sebanyak 6 orang (15%) menyatakan cukup suka dengan harga
tersebut. Sebanyak 17 orang (42,5%) dan sebanyak 2 orang (5%) menyatakan
tidak suka dan sangat tidak suka terhadap harga tersebut, karena penerimaan dari
6
hasil penjualan susu yang didapatkan peternak relatif lebih rendah, dan biaya
pakan yang dikeluarkan relatif tinggi.
Menurut Marius (1999) harga merupakan jumlah uang yang harus
konsumen bayarkan untuk mendapatkan suatu produk. Harga pakan konsentrat
Mako Super relatif mahal sehingga peternak menilai tingkat kinerja pakan rendah.
Harga pakan konsentrat Mako Super ialah Rp 2.550,00 per kilogram.
Sebelumnya, peternak menggunakan pakan konsentrat Mako biasa yang dijual
oleh KSU Tandangsari. Peternak menyadari bahwa kualitas pakan konsentrat
Mako Super memang lebih baik. Namun pada saat pergantian pakan dan
harganya naik, harga susu masih tetap stabil. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya penurunan pendapatan peternak walaupun pakan konsentrat Mako
Super dapat meningkatkan produksi dan kualitas susu. Hal ini sesuai dengan
Hasil penelitian Setiawati (2011) pada peternak anggota Koperasi Aneka Usaha
Mitra terhadap penggunaan pakan Cargill, peternak merasakan tidak adanya
keseimbangan antara kualitas pakan Cargill dengan harga susu, hal ini membuat
membuat peternak kurang puas dan merasa dirugikan dengan harga yang
ditetapkan oleh Koperasi Aneka Usaha Mitra.
4.3.2 Tekstur Pakan
Konsentrat yang memiliki karakteristik fisik yang baik ialah dengan
tekstur yang tidak menggumpal (halus) (Julendra, dkk, 2007). Jumlah peternak
yang mempertimbangkan tekstur pakan 37 orang (92,5%). Frekuensi tingkat
kesukaan responden pada atribut tekstur pakan dapat dilihat pada Tabel 8 dan
terperinci pada Lampiran 3.
7
Tabel 8. Frekuensi Tingkat Kesukaan Responden pada Atribut Tekstur Pakan
Tingkat kesukaan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Sangat tidak suka 0 0
Tidak suka 11 27,5
Cukup suka 7 17,5
Suka 19 47,5
Sangat suka 3 7,5
Total 40 100,0
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa 3 orang (7,5%) menyatakan sangat suka
terhadap atribut tekstur pakan ini karena tektur pakan konsentrat sangat halus dan
tidak terasa kasar pada saat digenggam. Sebanyak 19 orang (47,5%) menyatakan
suka terhadap atribut ini karena tekstur halus (tidak menggumpal). Sebanyak 7
orang (17,5%) menyatakan cukup suka terhadap atribut tekstur pakan ini karena
pakan konsentrat cukup halus. Sebanyak 11 orang (27,5%) menyatakan tidak
suka terhadap atribut tekstur pakan. Hal ini karena peternak berpendapat bahwa
tekstur pakan tidak menentu, yakni kadang teksturnya halus dan terkadang kasar
karena terdapat gabah padi yang tidak halus.
Menurut Ishler, et al. (2009), tahapan persiapan dan pengolahan biji-bijian
atau campuran konsentrat yang tepat merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Metode pengolahan bahan mempengaruhi tingkat pencernaan dalam
rumen. Kerusakan pakan merupakan masalah yang sering dihadapi pada kegiatan
produksi maupun distribusi. Menurut Julendra, dkk. (2007) kerusakan pakan
dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kontaminasi, serangan serangga
dan faktor lingkungan. Selain itu, pakan yang terasa kasar maupun menggumpal
juga dapat disebabkan oleh proses penyampuran pakan yang kurang optimal.
8
4.3.3 Kemasan Pakan
Kemasan pakan menggunakan bahan yang kedap air, tidak toksik dan
tidak mempengaruhi mutu dan daya simpan pakan konsentrat (Standar Nasional
Indonesia, 2009: 5). Jumlah peternak yang mempertimbangkan kemasan pakan
39 orang (97,5%). Frekuensi tingkat kesukaan reponden pada atribut kemasan
pakan dapat dilihat pada Tabel 9 dan dengan terperinci pada Lampiran 3.
Tabel 9. Frekuensi Tingkat Kesukaan Responden pada Atribut Kemasan Pakan
Tingkat kesukaan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Sangat tidak suka 0 0
Tidak suka 19 47,5
Cukup suka 6 15,0
Suka 12 30,0
Sangat suka 3 7,5
Total 40 100,0
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa 3 orang (7,5%) sangat suka terhadap
atribut kemasan pakan karena kemasan pakan yang digunakan tidak mudah rusak
pada saat sampai ke tangan peternak. Sebanyak 12 orang (30%) menyatakan suka
terhadap atribut kemasan pakan karena kemasan pakan tidak mudah rusak dan 6
orang (15%) menyatakan cukup suka terhadap atribut kemasan pakan karena
kemasan pakan tidak mudah dirusak dengan benda tajam. Sebanyak 19 orang
(47,5%) menyatakan tidak suka terhadap terhadap atribut kemasan pakan ini
karena kemasan pakan yang digunakan mudah rusak sebelum sampai ke tangan
peternak, hal ini membuat peternak menjadi rugi.
Kemasan pakan yang biasanya digunakan oleh peternak berbentuk karung
pollard, sehingga pakan tidak mudah robek dan peternak tidak merasa dirugikan.
Pakan yang digunakan sebelumnya ialah pakan Mako biasa. Menurut Standar
Nasional Indonesia (2009) dan Keputusan Kementrian Pertanian No. 240/2003
9
mengenai Pedoman Cara Pembuatan Pakan yang Baik, kemasan pakan yang baik
ialah menggunakan bahan yang kedap air, tidak toksik dan tidak mempengaruhi
mutu dan daya simpan pakan konsentrat, wadah atau pembungkus terbuat dari
karung plastik dan harus disimpan secara rapi di tempat yang bersih dan
terlindung dari pencemaran. Namun, KSU Tandangsari belum mampu membuat
kemasan pakan yang sesuai dengan standar SNI. Hal ini membuat peternak
merasa dirugikan karena kemasan pakan yang digunakan selama ini mudah robek
dan mudah menyerap air. Kemasan pakan yang digunakan oleh KSU Tandangsari
ialah karung plastik yang mudah robek sehingga menyulitkan peternak pada saat
proses penerimaan pakan karena rentan robek saat dipindahkan.
4.3.4 Ketersediaan Pakan
Waktu ketersediaan konsentrat menjadi salah satu prioritas peternak
mengingat ketergantungan kualitas dan kuantitas susu yang tinggi terhadap pakan
konsentrat. Ketersediaan pakan ialah pakan yang didistribusikan melalui koperasi
selalu tersedia atau tidak di koperasi (Setiawati, 2011). Jumlah ketersediaan
pakan yang dibutuhkan oleh peternak dikoordinasikan oleh koperasi ke bagian
produksi pakan sehingga pakan dapat selalu ada di koperasi dan dijaga, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah peternak yang mempertimbangkan
ketersediaan pakan 40 orang (100%). Frekuensi tingkat kesukaan responden pada
atribut ketersediaan pakan dapat dilihat pada Tabel 10 dan dirinci pada Lampiran
3.
10
Tabel 10. Frekuensi Tingkat Kesukaan Responden pada Atribut Ketersediaan
Pakan
Tingkat kesukaan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Sangat tidak suka 0 0
Tidak suka 4 10,0
Cukup suka 1 2,5
Suka 27 67,5
Sangat suka 8 20,0
Total 40 100,0
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa 8 orang (20%) menyatakan sangat suka
terhadap atribut ketersediaan pakan karena pada saat pembelian pakan, pakan
yang diproduksi oleh KSU selalu ada dan dapat memenuhi kebutuhan peternak.
Sebanyak 27 orang (67,5%) menyatakansuka karena pada saat pembelian pakan,
pakan selalu ada dan melebihi kebutuhan peternak dan 1 orang (2,5%)
menyatakan cukup suka terhadap atribut ketersediaan pakan karena pada saat
pembelian pakan pakan selalu ada dan mencukupi kebutuhan peternak. Sebanyak
4 orang (10%) menyatakan tidak suka terhadap atribut ketersediaan pakan. Hal
ini dikarenakan beberapa peternak pernah merasa kesulitan dalam
memperolehnya. Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Amrul,
2009) peternak sapi perah merasakan kinerja yang baik pada atribut ketersediaan
pakan, karena peternak merasa konsentrat selalu tersedia pada saat diperlukan.
Hal tersebut juga dirasakan oleh peternak anggota KSU Tandangsari.
Ketersediaan pakan selalu ada karena KSU Tandangsari memproduksi konsentrat
sendiri sehingga selalu disesuaikan dengan kebutuhan peternak anggota.
4.3.5 Palatabilitas Ternak
Palatibilitas (kesukaan) ternak merupakan keinginan dan kesukaan hewan
terhadap suatu pakan (Ridwan, dkk, 2001). Jumlah peternak yang
11
mempertimbangkan palatabilitas ternak 38 orang (95%). Frekuensi tingkat
kesukaan responden pada atribut palatabilitas ternak dalam Tabel 11 dan
terperinci pada Lampiran 3.
Tabel 11. Frekuensi Tingkat Kesukaan Responden pada Atribut Palatabilitas
Ternak
Tingkat Kesukaan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Sangat tidak suka 1 2,5
Tidak suka 7 17,5
Cukup suka 6 15,0
Suka 21 52,5
Sangat suka 5 12,5
Total 40 100,0
Pada Tabel 11 dilihat bahwa 5 orang (12,5%) menyatakan sangat suka
terhadap atribut palatabilitas ternak dan sebanyak 21 orang (52,5%) menyatakan
suka karena menurut pengamatan peternak, ternak menyukai pakan konsentrat
Mako Super. Hal tersebut dapat dilihat dari pakan yang selalu habis. Sebanyak 6
orang (15%) menyatakan cukup suka terhadap atribut palatabilitas ternak karena
ternak cukup menyukai pakan konsentrat tersebut. Sebanyak 7 orang (17,5%) dan
1 orang (2,5%) menyatakan tidak suka dan sangat tidak suka terhadap atribut
palatabilitas ternak. Hal ini dikarenakan pakan konsentrat yang diberikan pada
ternak terkadang tidak habis dan diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah pakan konsentrat yang cepat mengeras dan menggumpal. Menurut Siregar
(2007) menyatakan jika konsentrat yang diberikan itu berkualitas terlalu rendah
ataupun bahan-bahannya terdiri dari bahan-bahan yang kurang palatable (kurang
disukai), maka akan terjadi sisa dan kalau hal ini terjadi produksi akan menurun.
Namun peternak KSU Tandangsari biasanya menambahkan ampas tahu dan kulit
12
singkong karena peternak beranggapan bahwa penambahan ampas tahu dan kulit
singkong dapat menambahkan nafsu makan sapi perah.
4.3.6 Pengaruh Konsentrat terhadap Kualitas Susu
Kualitas susu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha budidaya
sapi perah. Peningkatan kualitas susu dapat dilihat atau diperhatikan melalui
warna, rasa, aroma dan berat jenis susu yang dihasilkan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas susu ialah konsentrat. Jumlah peternak yang
mempertimbangkan pengaruh konsentrat terhadap kualitas susu 38 orang (95%).
Frekuensi tingkat kesukaan responden terhadap atribut pengaruh konsentrat pada
kualitas susu dapat dilihat pada Tabel 12 dan dengan terperinci pada Lampiran 3.
Tabel 12. Frekuensi Tingkat Kesukaan Responden pada Atribut Pengaruh
Konsentrat terhadap Kualitas Susu
Tingkat kesukaan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Sangat tidak suka 0 0
Tidak suka 4 10,0
Cukup suka 6 15,0
Suka 25 62,5
Sangat suka 5 12,5
Total 40 100,0
Pada Tabel 12 diketahui bahwa sebanyak 5 orang (12,5) menyatakan bahwa
sangat suka terhadap atribut pengaruh konsentrat terhadap kualitas susu karena
warna, rasa, aroma dan berat jenis susu telah sesuai dengan SNI. Sebanyak 25
orang (62,5%) menyatakan suka terhadap atribut pengaruh konsentrat terhadap
kualitas susu karena warna, rasa, aroma, dan berat jenis susu normal; dan
sebanyak 6 orang (15%) menyatakan cukup suka terhadap atribut pengaruh
13
konsentrat terhadap kualitas susu karena warna, rasa, aroma dan berat jenis susu
adalah cukup normal. Sebanyak 4 orang (10%) menyatakan tidak suka terhadap
atribut pengaruh konsentrat terhadap kualitas susu. Hal ini tejadi karena kualitas
susu yang diterima peternak tidak ada perubahan baik warna, rasa, aroma, dan
berat jenis susu dibandingkan dengan pakan yang sebelumnya. Hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Amrul (2009) pada peternak KUD Giri Tani di
Kabupaten Bogor, peternak sapi perah juga merasakan kinerja yang kurang baik
pada atribut pengaruh konsentrat terhadap kualitas pakan. Hal tersebut karena
peternak KUD Giri Tani juga tidak merasakan adanya pengaruh kualitas pada
susu. Penggunaan konsentrat terhadap kualitas susu mendorong peternak unutk
meningkatkan kualitas secara langsung. Koperasi harus membuat diferensiasi
harga untuk memotivasi peternak agar dapat meningkatkan kualitas susu.
4.3.7 Pengaruh Konsentrat terhadap Kuantitas Susu
Kuantitas susu merupakan pernyataan mengenai ada tidaknya peningkatan
volume air susu sapi perah setelah menggunakan pakan konsentrat. Menurut
Toharmat (2008) dalam Fajri (2017) kuantitas dan kualitas air susu dapat
diperbaiki dan dipertahankan melalui memaksimalkan konsumsi pakan,
pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan ternak, pemberian energi pakan
(karbohidrat dan lemak, protein,serat, mineral dan vitamin) dan memonitor
komposisi pakan melalui analisis hijauan dan konsentrat secara rutin. Jumlah
peternak yang mempertimbangkan pengaruh konsentrat terhadap kuantitas susu
38 orang (95%). Frekuensi tingkat kesukaan responden terhadap atribut pengaruh
konsentrat terhadap kuantitas susu dapat dilihat pada Tabel 13 dan dengan
terperinci pada Lampiran 3.
14
Tabel 13. Frekuensi Tingkat Kesukaan Responden pada Atribut Pengaruh
Konsentrat terhadap Kuantitas Susu
Tingkat kesukaan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Sangat tidak suka 0 0
Tidak suka 9 22,5
Cukup suka 9 22,5
Suka 19 47,5
Sangat suka 3 7,5
Total 40 100,0
Pada Tabel 13 diketahui bahwa sebanyak 3 orang (7,5%) menyatakan
bahwa sangat suka terhadap atribut pengaruh konsentrat terhadap kuantitas susu
karena penggunaan konsentrat sangat berpengaruh positif terhadap kuantitas susu
atau jumlah susu yang dihasilkan oleh ternak. Sebanyak 19 orang (47,5%)
menyatakan suka terhadap atribut pengaruh konsentrat terhadap kuantitas susu
karena penggunaan konsentrat berpengaruh positif terhadap kuantitas susu atau
jumlah susu yang dihasilkan oleh ternak. Sebanyak 9 orang (22,5%) dan
sebanyak 9 orang (22,5%) menyatakan cukup suka dan tidak suka terhadap atribut
pengaruh konsentrat terhadap kuantitas susu. Hal ini dikarenakan penggunaan
konsentrat KSU Tandangsari cenderung berpengaruh sedikit terhadap kuantitas
susu atau jumlah susu yang dihasilkan ternak. Jumlah susu yang dihasilkan
terkadang tidak mencapai hasil yang maksimal karena peternak merasa kandungan
yang terdapat pada pakan Mako Super tidak sesuai dengan harapan peternak.
Kandungan nutrisi yang terdapat pada pakan Mako Super KSU Tandangsari dan
menurut Balai Penelitian Ternak (2009) adalah sebagai berikut:
15
Tabel 14. Kandungan Nutrisi Pakan Mako Super dan Konsentrat menurut Balai
Penelitian Ternak (2009)
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kandungan
nutrisi Konsentrat Mako Super yang belum memenuhi kandungan nutrisi yang di
tetapkan oleh Balitnak. Beberapa kandungan nutrisi tersebut kemudian
berpengaruh terhadap kuantitas susu yang dihasilkan.
4.3.8 Daya Tahan Pakan
Daya tahan pakan merupakan ketahanan mutu dan kualitas konsentrat
selama disimpan. Konsentrat merupakan produk yang tidak tahan lama, sehingga
daya tahan pakan merupakan aspek penting dalam usaha budidaya sapi perah.
Jumlah peternak yang mempertimbangkan atribut daya tahan sebanyak 40 orang
(100%). Frekuensi Tingkat Kesukaan responden pada atribut daya tahan dapat
dilihat pada Tabel 15 dan terperinci pada Lampiran 3.
Tabel 15. Frekuensi Tingkat Kesukaan Responden pada Atribut Daya Tahan
Tingkat kesukaan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Sangat tidak suka 0 0
Tidak suka 8 20,0
Cukup suka 4 10,0
Suka 23 57,5
Sangat suka 5 12,5
Total 40 100,0
Kandungan Nutrisi Mako Super Balai Penelitian Ternak
Bahan Kering 83 – 86% -
Protein Kasar 15 – 16% <18%
Abu 10 – 14% 10%
Serat Kasar 15 – 18% 11%
Lemak Kasar 6 – 8% 6%
TDN 66 – 70% 75%
Kadar air - 12% Ca - 0,9 – 1,2%
P - 0,6 – 0,8%
16
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa 5 orang (12,5%) menyatakan sangat
suka terhadap atribut daya tahan karena daya tahan pakan lebih dari 7 hari.
Sebanyak 23 orang (57,5%) menyatakan suka terhadap atribut daya tahan karena
daya tahan pakan sampai dengan 7 hari dan sebanyak 4 orang (10%) menyatakan
cukup suka terhadap atribut daya tahan karena daya tahan tidak sampai dengan 7
hari. Sebanyak 8 orang (20%) menyatakan tidak suka terhadap atribut daya tahan.
Hal ini karena beberapa peternak pernah memperoleh pakan yang lembab sebelum
10 hari, sehingga banyak ternak yang tidak menghabiskan pakan konsentratnya
dan banyak pakan konsentrat yang terbuang. Menurut penelitian terdahulu
Setiawati (2011) yang dilakukan pada peternak anggota di Koperasi Mitra Usaha
terhadap penggunaan pakan Cargill, atribut daya tahan pakan dianggap penting
karena menurut peternak dengan daya tahan pakan yang baik, kualitas pakan
dapat terjaga. Terbukti daya tahan pakan Cargill selama 15 hari kualitas pakan
masih baik, tidak menggumpal dan tidak busuk.
4.4 Analisis Tingkat Kepuasan dan Kepentingan Atribut Konsentrat
Mako Super
Analisis tingkat kepuasan dan kepentingan atribut dan kepentingan atribut
konsentrat KSU Tandangsari diukur dengan menggunakan Importance
Performance Analysis (IPA). Atribut yang diukur sebanyak 8 atribut diantaranya,
harga, tekstur pakan, kemasan pakan, ketersediaan pakan, palatabilitas ternak,
pengaruh konsentrat terhadap kualitas susu, pengaruh konsentrat terhadap
kuantitas susu dan daya tahan. Hasil perhitungan dengan menggunakan
Importance Performance Analysis (IPA) dapat dilihat pada Tabel 16 berikut dan
terperinci pada Lampiran 3 dan Lampiran 6.
17
Tabel 16. Hasil Perhitungan Penilaian Kepuasan dan Penilaian Kepentingan pada
Atribut Konsentrat Mako Super
No. Atribut Penilaian
Kepuasan
Penilaian
Kepentingan ̅ ̅
1 Harga 114 176 2,85 4,40
2 Tekstur pakan 134 170 3,35 4,25
3 Kemasan pakan 119 173 2,98 4,33
4 Ketersediaan pakan 159 175 3,98 4,38
5 Palatabilitas ternak 142 178 3,55 4,45
6 Pengaruh konsentrat terhadap
kualitas susu 151 172 3,78 4,30
7 Pengaruh konsentrat terhadap
kuantitas susu 136 174 3,40 4,35
8 Daya tahan 145 178 3,63 4,45
Atribut ( ̿ ̿) 3,44 4,36
18
Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam diagram kartesius.
Ilustrasi 3. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Kepuasan
Pakan Mako Super Keterangan:
1. Harga
2. Tekstur pakan
3. Kemasan pakan
4. Ketersediaan pakan
5. Palatabilitas ternak
6. Pengaruh konsentrat terhadap kualitas
susu
7. Pengaruh konsentrat terhadap kuantitas
susu
8. Daya tahan
Atribut pada kuadran I yang terdapat dalam diagram kartesius dianggap
penting oleh peternak karena atribut berada pada tingkat tinggi namun tingkat
kinerja masih rendah. Atribut yang terdapat pada kuadran I ialah harga.
Atribut harga dinilai sangat penting oleh peternak anggota KSU
Tandangsari karena biaya produksi yang dikeluarkan cukup tinggi sehingga
keuntungan yang didapat peternak tergantung pada biaya pakan yang dikeluarkan.
Biaya produksi paling tinggi yang dikeluarkan oleh peternak ialah biaya pakan
konsentrat. Hal tersebut karena menurut pendapat peternak, apabila ternak sapi
perah tidak diberikan pakan konsentrat maka produksi susu akan sangat turun.
Peternak merasa tidak puas dengan atribut harga konsentrat karena harga terlalu
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
𝒙
𝒚
𝒙 ̿
�̿�
50
tinggi, sebaiknya KSU Tandangsari menyesuaikan harga dengan kualitas pakan
agar peternak tidak merasa dirugikan dengan harga pakan yang tinggi namun
kualitas rendah.
Kuadran II menunjukkan atribut yang dirasakan penting oleh peternak dan
telah sesuai dengan harapan peternak dan harus dipertahankan. Atribut yang
berada pada kuadran ini adalah palatabilitas ternak, daya tahan dan ketersediaan
pakan.
Atribut palatabilitas ternak dianggap penting oleh peternak karena
palatabilitas ternak sangat berkaitan dalam memenuhi kebutuhan nutrien ternak
dan berproduksi. Peternak merasa puas dengan palatabilitas ternak karena ternak
selalu menghabiskan pakan konsentrat sehingga penggunaan konsentrat dapat
sesuai dengan kebutuhan ternak. Untuk atribut ini harus tetap dipertahankan
karena apabila ternak menyukai pakan yang diberikan, tidak akan ada pakan yang
terbuang dan tidak menimbulkan kerugian bagi peternak sapi perah.
Atribut daya tahan konsentrat dianggap penting oleh peternak, karena
berpengaruh pada kualitas konsentrat. Peternak merasa puas karena pakan
konsentrat tidak mudah rusak selama masa penyimpanan. Peternak membeli
pakan konsentrat satu karung (70 kilogram) per ekor untuk jangka waktu 10 hari.
Menurut peternak, dalam jangka waktu 10 hari tersebut tidak pernah mengalami
kerusakan apabila tidak ada kelalaian dari peternak, seperti pakan terkena air
sehingga membuat pakan cepat busuk. Atribut ini harus dipertahankan karena
peternak telah merasa puas dengan daya tahan konsentrat.
Atribut ketersediaan pakan dianggap penting oleh peternak, karena
ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
ternak. Menurut peternak, apabila ternak sapi perah tidak diberikan konsentrat
51
akan berdampak pada kuantitas susu yang langsung menurun. Pentingnya
konsentrat dalam kebutuhan pokok sapi perah membuat peternak merasa cukup
puas karena setiap kali peternak ingin membeli pakan konsentrat Mako Super,
pakan konsentrat selalu tersedia di koperasi.Hal ini harus tetap dipertahankan
untuk menjaga kepuasan sehingga peternak tidak beralih menggunakan pakan
yang lain.
Atribut pada kuadran III diagram kartesius dianggap kinerjanya kurang
penting dan kurang memuaskan sehingga belum perlu dilakukan perbaikan.
Atribut yang ada pada kuadran III adalah tekstur pakan, kemasan pakan dan
pengaruh konsentrat terhadap kuantitas susu.
Peternak merasa kurang puas terhadap atribut tekstur pakan karena
terkadang terdapat pakan yang menggumpal namun dianggap kurang penting bagi
peternak, sehingga tidak diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan. Secara umum,
tekstur pakan ialah halus. Jika ingin dilakukan perbaikan terhadap tekstur pakan,
sebaiknya KSU memperhatikan proses pencampuran pakan dan apabila pakan
yang dihasilkan masih terasa kasar perlu dilakukan penggilingan agar pakan lebih
halus.
Atribut kemasan pakan dianggap kurang memuaskan karena peternak
merasa karung yang digunakan oleh KSU Tandangsari termasuk ke dalam karung
yang mudah robek. Namun peternak tidak terlalu mempertimbangkan kemasan
pakan dalam membeli pakan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan, namun hal
tersebut tidak terlalu diprioritaskan. Jika ingin dilakukan perbaikan, sebaiknya
KSU lebih memperhatikan bahan pembuatan karung pakan agar karung pakan
yang dihasilkan tidak mudah rusak sampai ke tangan peternak.
52
Atribut pengaruh konsentrat terhadap kualitas susu dianggap kurang
penting dan kurang puas bagi peternak. Peternak merasa tidak ada perubahan
yang signifikan terhadap kuantitas susu pada saat menggunakan pakan konsentrat
Mako Super. Oleh karena itu perbaikan untuk kuantitas susu tidak terlalu
diprioritaskan. Jika ingin dilakukan perbaikan, sebaiknya KSU menambahkan
kandungan protein dalam pakan.
Atribut pada kuadran IV diagram kartesius dianggap kurang penting dan
kinerjanya dianggap berlebihan. Peternak tidak mengharapkan lebih pada atribut
ini, namun kinerjanya memuaskan. Atribut yang ada pada kuadran ini ialah
pengaruh konsentrat terhadap kualitas susu. Atribut ini dinilai baik oleh peternak
karena rata-rata peternak merasa puas terhadap peningkatan kualitas susu namun
dianggap kurang penting karena peternak merasa bahwa susu yang dihasilkan dari
usahanya diterima dengan baik oleh koperasi sebagai penggunaan konsentrat
dianggap cukup. Bila penggunaan konsentrat ditambah maka akan meningkatkan
jumlah biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Atribut ini memerlukan
penyuluhan, sosialisasi, atau edukasi untuk menumbuhkan pengetahuan peternak
mengenai pentingnya kualitas susu sapi perah. Hal tersebut ditujukan agar
peternak lebih memperhatikan kualitas susu yang dihasilkan.