Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara
IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah...
Transcript of IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah...
IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE
4.1. Sejarah perkembangan perikanan
Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak
dulu dimulai dari TPI Marunda, TPI Cilincing, TPI Kalibaru Timur, TPI Kalibaru
Barat, TPI Bintang Mas, TPI Sunda Kelapa, TPI Muara Karang, TPI Kamal Muara.
Pada tahun 1977 dirubah menjadi Muara Angke dengan skala tradisional dan Muara
Baru dengan skala industri. Pada tahun 1998 ditambah lagi TPI Cilincing, TPI
Kalibaru, TPI Kamal Muara.
4.2. Karakteristik
4.2.1. Letak Geografis dan Administratif
Kawasan Muara Angke terletak di bagian utara sebelah barat Propinsi DKI
Jakarta dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kawasan Muara Angke termasuk
dalam wilayah administrasi Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Kota Jakarta
Utara. Daerah perikanan Muara Angke memiliki luas wilayah 771.9 ha.
Batas-batas Kawasan Muara Angke adalah :
- Sebelah barat berbatasan dengan Kali Angke
- Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Pluit Barat
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kali Angke
- Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
Kawasan Muara Angke secara geografis terletak pada 60.06’.50” LS sampai
60.06’56” LS dan 1060.45’.56” BT sampai 1060.46’.28” BT, dengan tinggi rata-rata
0-1 m di atas permukaan air laut. Kawasan Delta Muara Angke diapit oleh 2 anak
sungai, yaitu Kali Angke di sebelah timur dan Kali Adem di sebelah barat. Lahan
seluas 65 ha dimanfaatkan untuk perumahan nelayan (21,26 ha); tambak uji coba
budidaya air payau (9,12 ha); bangunan PPI beserta fasilitas penunjangnya (5 ha);
hutan bakau (8 ha); tempat pengolahan ikan tradisional (5 ha); docking kapal (1,35
ha); lahan kosong (6,7 ha); pasar, bank dan bioskop (1 ha) ) serta terminal (2,57 ha).
36
4.2.2. Geologi dan Topografi
Kawasan Muara Angke mempunyai geomorfologi sebagaimana umumnya
daerah-daerah pantai sepanjang pantai DKI Jakarta yakni sangat dipengaruhi oleh
hasil endapan sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, endapan-endapan
tersebut umumnya membentuk endapan alluvial pantai dengan permukaan tanah datar
dan subur karena dipengaruhi endapan sungai yang mengandung sedimen dan
didalamnya mengandung bahan-bahan organik namun tekstur tanah lunak/tidak solid,
sehingga daya dukung tanah rendah dan proses intrusi air laut tinggi. Kawasan Muara
Angke memiliki kontur permukaan tanah datar, ketinggian dari permukaan laut antara
0 sampai 1 meter, kondisi air permukaan terdiri dari payau, kolam tambak, rawa-
rawa, Kali Angke dan laut.
4.2.3. Hidrologi
Kawasan Muara Angke merupakan delta yang diapit oleh 2 anak sungai yaitu
Kali Angke dan Kali Adem, kondisi airnya tidak baik karena banyak polutan yang
mencemari sungai tersebut sebagaimana kebanyakan sungai-sungai yang berada di
wilayah DKI Jakarta, namun demikian Kali Adem dan Kali Angke masih banyak
digunakan oleh sebagaian masyarakat Muara Angke untuk aktivitas sehari-hari.
4.2.4. Hidrooceonografi
Pasang surut yang terjadi di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke
mengikuti pola pasang surut Perairan Teluk Jakarta yakni mempunyai sifat harian
tunggal yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari. Kisaran terbesar
antara surut tertinggi dan surut terendah adalah 1,2 m ( Dinas Hidro Oseanografi TNI
AL, 1998).
4.2.5. Klimatologi
Sesuai dengan letak geografinya, keadaan iklim Kota Jakarta secara umum
termasuk kawasan Muara Angke beriklim tropis dengan data curah hujan sepanjang
37
tahun 2000 mencapai 1.913,8 mm, suhu udara di Muara Angke cukup tinggi suhu
maksimum udara berkisar 31,40C pada siang hari dan suhu minimum udara berkisar
25,40C pada malam hari, dengan kelembaban rata-rata 7 knots per jam, sedangkan
arah angin selalu berubah-ubah sesuai musim pada setiap tahunnya.
4.3. Kondisi Mangrove Hutan mangrove Muara Angke adalah bagian dari kawasan hutan mangrove
(bakau) Tegal Alur - Angke Kapuk di pantai utara Jakarta. Pada mulanya kelompok
hutan ini seluas 1.114 ha, namun karena kegiatan pembangunan luasnya menurun
menjadi 327,7 ha. Pembangunan Kawasan Kapuk-Angke digagas oleh Pemerintah
Daerah DKI Jakarta, sesuai arahan RUTR DKI 1965-1985 bertujuan untuk
mengembangkan areal tambak dan “eks-hutan” Angke-Kapuk yang terbengkalai,
untuk perumahan dan fungsi perkotaan lainnya. Keinginan ini mendapat tanggapan
dari kelompok usaha PT. Metropolitan Kencana, sebagaimana tertuang dalam surat
perusahaan tersebut kepada Direktur Jenderal Kehutanan, selaku pihak yang memiliki
kewenangan legal-formal atas kawasan itu Nomor. 652/MK/V/81 tertanggal 22 Mei
1981.
4.3.1. Hutan Lindung Angke Kapuk
Jenis pohon yang mendominasi Hutan Lindung Angke Kapuk adalah api-api
(Avicennia marina) yang tumbuh secara alami, selain itu terdapat Rhizophora
mucronata yang segaja ditanam oleh manusia. Jenis lain yang tumbuh di hutan
lindung tersebut dalam jumlah kecil dan tersebar adalah Excoecaria agallocha (buta-
buta), Thespesia populnea (waru laut), Acacia auriculiformis (akasia) dan Leucaena
glauca (lamtorogung) jenis akasia dan lamtorogung merupakan pohon tanaman
(Dinas Kehutanan DKI Jakarta dan Fahutan IPB, 1996).
Mengenai jenis api-api merupakan jenis dominan yang tumbuh merata diseluruh
areal hutan lindung, maka dapat dikatakan bahwa secara floristik tipe hutan yang
terdapat di hutan lindung tersebut termasuk hutan api-api (Dinas Kehutanan DKI
Jakarta dan Fahutan IPB, 1996).
38
4.3.2. Suaka Margasatwa Muara Angke Jenis pohon yang terdapat di Suaka Margasatwa Muara Angke antara lain jenis
Sonneratia alba (± 100 pohon), Avicennia marina (± 10 pohon), Excoecaria
agallocha (± 5 pohon) dan Rhizophora mucronata. Jenis Rhizophora mucranata
terdapat di dekat muara (berbatasan dengan hutan lindung dengan jumlah yang
cukup banyak, namun banyak yang kering atau mati. Pohon-pohon yang umumnya
terdapat di bagian barat, disekitar saluran air yang memanjang dari Selatan ke Utara.
Pohon bakau, api-api dan bakau mempunyai diameter batang 5 – 30 cm, tinggi 4 – 15
m, sedangkan waru laut lebih kecil yaitu berdiameter 3 –12 cm dan tinggi 3 – 7 m.
Di bagian tengah sampai selatan dari areal tersebut di dominasi oleh enceng
gondok (Eichornia crassipes) yang tumbuh murni, Derris heterophylla (Ki tower)
dan gelagah (Sacharum spontaneum). Gelagah terutama mendominasi di bagian
timur. Di bagian Tenggara didominasi oleh Mimosa pigra. Dibagian Barat
berdekatan dengan jalur pedada (Sonneratia alba) terdapat nipah (Nypa fructicans)
yang cukup banyak pada kelompok vegetasi tersebut banyak ditemukan monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis).
Kegiatan penanaman untuk merehabilitasi kawasan ini telah banyak dilakukan
baik oleh instansi pemerintah, LSM (LPP Mangrove) dan swasta. Kegiatan ini telah
banyak merubah kondisi vegetasi yang terdapat di kawasan ini. Jenis yang banyak
ditanam di dalam kawasan ini adalah Sonneratia caseolaris.
4.4. Fasilitas dan Kegiatan di Muara Angke
4.4.1. Bangunan Tempat Tinggal
Bangunan rumah tempat tinggal dapat dibagi menjadi bangunan permanen,
semi permanen dan sementara. Jumlah rumah di Kecamatan Penjaringan pada tahun
2007 sebanyak 49.288 bangunan dengan perincian sebagai berikut : bangunan
permanen sebanyak 39.022, semi permanen 7.743 dan sementara 2.523.
39
4.4.2. Kawasan Perikanan
Untuk menunjang operasional kawasan pelabuhan perikanan dan pangkalan
pendaratan ikan telah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang seperti
yang terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Fasilitas di Pelabuhan Muara Angke No. Jenis Fasilitas Kapasitas Keterangan
I. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
II.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15.
III.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
FASILITAS POKOK Lahan Dermaga Tanggung pemecah gelombang Kolam Pelabuhan Tiang pengikat kapal / bholar Fender kayu FASILITAS FUNGSIONAL TPI dan kantor lama TPI dan kantor baru Tempat pengepakan ikan Kios gudang kantor Pasar grosir Pasar pengecer Kios ikan bakar (Pujaseri) Work shop Mirasih Gudang alat-alat perikanan Kisdam / kolam penampungan Bengkel alat kapal tradisional Cold storage SPBU dwi fungsi Dock tradisional INSTANSI DAN KELEMBAGAAN. UPT Dinas Perhubungan Syahbandar KPLP HNSI Koperasi Perikanan Pos Polisi KP3 Bank DKI Terminal Bis Pasar Inpres Pos Kesehatan
65 Ha
403 m’ 1.700 m’
63.993 m2
122 buah 450 m’
1.420 m2 2.212 m2
30 Unit 40 Unit
870 Lapak 150 Unit 24 Unit
8 Unit 1 Unit
12 Unit 1 Unit 5 Unit 1 Unit 1 Unit
5 Unit
1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 2 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
40
Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001
4.4.3. Fasilitas Tempat Pendaratan Ikan (TPI)
Kegiatan di pendaratan ikan terdiri atas kegiatan untuk memuat, mendaratkan,
menyimpan, melelang dan pengawetan ikan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan
dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas penunjang seperti yang tercantum pada
Tabel 5
Tabel 5. Fasilitas yang ada di TPI Muara Angke
No. Jenis Fasilitas Volume 1 Jetty kayu 2.250 m3
2 Turap 600 m3
3 Alur Pelabuhan 850 4 Fender 100 m2
5 Tiang pengikat kapal 1.000 m3
6 Kantor UPT PKPI 63.993 m2
7 Jalan 450 m2
8 Tangki air 88 buah2
9 Saluran air 1.420 m2
10 Instalasi listrik 48 m2
11 Kantor UPT PKPI 200 m2
12 Jalan/pengkapalan 2.946 m2
13 SPBU 1 unit14 Tangki air 2 unit15 Saluran air 1.753 m2
16 Instalasi listrik 1Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001
4.4.4. Fasilitas Perbaikan Kapal / Docking
Fasilitas perbaikan kapal di Muara Angke seluas 803 m2. Namun demikian,
docking kapal ini hanya diperuntukkan bagi kapal-kapal ikan yang mempunyai bobot
mati kurang dari 30 GT, sedangkan bagi kapal perikanan yang memiliki bobot mati
melebihi 30 GT dilakukan di pelabuhan Muara Baru. Fasilitas docking di Muara
Angke dapat dilihat pada Tabel 5. Frekuensi kapal yang melakukan docking rata-rata
720-960 kapal pertahun, pada saat ini terdapat 5 unit dock, sedangkan tenaga kerja
yang dapat diserap rata-rata per unit docking 20-30 orang, selain itu fasilitas docking
41
dilengkapi dengan tempat perbaikan alat penangkapan, ruang perbaikan mesin kapal,
tempat persediaan suku cadang, ruang pelatihan dan kamar tidur untuk peserta
pelatihan nelayan.
Tabel 6. Fasilitas docking kapal di Muara Angke
No Nama Docking Kapal Unit Luas (m2) 1 UPMB (Unit Penyuluhan Modernisasi Bertahap) 2 4500
2 Fan Marine Shipyard 1 4500
3 PT. Kara Teknik Utama 2 4500
Sumber: UPT-UPBM Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, 2001
4.4.5. Fasilitas Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional
Fasilitas untuk kegiatan pengolahan ikan mempunyai luas 5 ha, tempat ini
berupa bangunan untuk tempat istirahat dan unit pengolahan yang berukuran 5 x 20
m sebanyak 196 unit. Tempat pengolahan ikan tersebut, selain untuk kegiatan
mengolah ikan juga berfungsi sebagai tempat tinggal pekerja, gudang dan penjualan
ikan. Tempat pengolahan ikan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana
penunjang kegiatan. PHPT Muara Angke mempunyai lahan seluas 5 ha. Di atas lahan
tersebut dibangun 203 unit tempat pengolahan ikan. Setiap unit terdiri dari rumah
kerja berlantai 2 berukuran 5 x 6 meter persegi dan tempat penjemuran ikan seluas 75
m2. Peruntukan rumah kerja lantai bawah untuk kegiatan pengolahan, sedangkan
lantai atas untuk istirahat para pekerja. Kepada para pemakai fasilitas tersebut
dikenakan sewa sebesar Rp. 40.000,- per bulan.
Selain pengolahan ikan dengan bentuk pengeringan, pembuatan terasi, di
PHPT juga dilakukan penyamakan kulit ikan pari untuk diolah menjadi kerajinan
tangan berupa tas, dompet dan lain-lain untuk diekspor ke negara-negara Taiwan,
Jepang dan Philipina. jenis olahan ikan yang ada di PHPT seperti yang tercantum
dalam Tabel 7.
42
Tabel 7. Jenis olahan ikan
No. Jenis Olahan Jumlah Unit Keterangan 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengolah ikan asin
Pengolah ikan pindang
Pengolah terasi
Pengolah kerupuk kulit pari
Penyamakan kulit pari
Pengolah limbah ikan
189
1
2
5
3
3
Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001
4.4.6. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Tempat pelelangan ikan mempunyai nilai strategis dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan nelayan. Di TPI tersebut Pemerintah Propinsi DKI Jakarta memberikan
pelayanan lelang, sehingga diharapkan harga yang terjadi dalam proses lelang
tersebut merupakan harga optimal yang dapat diperoleh nelayan.
Tempat pelelangan ikan dalam satu hari melayani sekitar 15 kapal dan ± 45
perahu yang membongkar hasil tangkapannya. Produksi hasil tangkapan nelayan
tergantung pada faktor cuaca, musim, dan jumlah kapal yang membongkar hasil
tangkapannya di TPI. Sebagai gambaran produksi ikan yang masuk ke DKI Jakarta
dalam satu hari rata-rata mencapai 100 – 125 ton dengan rincian sebagai berikut :
43
Tabel 8. Daerah penangkapan ikan
No. Daerah Penangkapan / Asal Ikan hasil tangkapan / pasokan (%) I. II.
Daerah Penangkapan a. Perairan Bangka Belitung b. Perairan Sumatera c. Selat Karimata d. Laut Jawa e. Perairan Kalimantan Barat f. Kepulauan Natuna g. Teluk Jakarta dan Kawawang h. Karimun Jawa
Daerah Pengirim / Pemasok ikan
a. Tuban b. Pekalongan c. Tegal d. Cilacap e. Labuan f. Bandung g. Bogor h. Lampung i. Indramayu j. Rengas Dengklok k. Serang l. Ciasem m. Pemalang n. Surabaya o. Rembang p. Juwana q. Binuangan r. Eretan
s. Losari
8,65 10,35 13,41 11,60
5,65 2,82 0,75 1,41
1,71 4,77 3,67 0,59 1,18 6,73 0,59 2,08 8,79 0,11 0,14 0,48 0,42 9,01 1,24 0,25 2,26 1,47 0,35
54,10
45,90
Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001
4.4.7. Cold Storage
Ikan merupakan suatu produk yang cepat sekali mengalami pembusukan
apabila tidak ditangani secara baik. Kegiatan penanganan ikan semestinya dilakukan
sejak penangkapan, baik dengan cara pendinginan, pembekuan maupun
penggaraman. Untuk penanganan setelah dilakukan pembongkaran ikan, di kawasan
Muara Angke pada tahun 2003 pada luas lahan 3.000 m2 dibangun 1 unit cold
storage oleh investor asing ( PT. AGB Tuna ) dengan kapasitas 1.000 ton.
44
Pasokan ikan berasal dari nelayan Muara Angke, Pelabuhan Ratu dan Muncar.
Jenis ikan yang disimpan/didinginkan/dibekukan adalah layur, cumi, bawal, dan
tenggiri dengan besar biaya sewa penitipan Rp. 15,- per kg / hari.
4.4.8. Tempat Pengecer Ikan
Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan
ikan dalam jumlah kecil, di PPI Muara Angke telah dibangun fasilitas pedagang
pengecer. Luas pasar 1.260 m2 dengan jumlah 150 lapak, sedangkan jumlah
pedagang pengecer 148 orang.
4.4.9. Unit Pengepakan Ikan
Dalam rangka memenuhi permintaan pasar ekspor, dikawasan PPI Muara
Angke dibangun 33 unit pengepakan ikan, dengan produksi rata-rata setiap bulan 75
ton. Negara tujuan ekspor Singapura, Malaysia dan Hongkong, dengan jenis ikan
kakap, tenggiri, udang dan bawal. Luas masing-masing unit pengepakan antara 50 –
110 m2, terdiri dari bangunan bertingkat dan non tingkat.
4.4.10. Pujaseri Masmurni
Pujaseri Masmurni dibangun pada tahun 1996 bertujuan untuk menciptakan
peluang pasar produk hasil perikanan khususnya jenis-jenis ikan yang lazim
dikonsumsi dalam bentuk baker. Selain hal tersebut diharapkan agar semakin tumbuh
kegemaran masyarakat untuk makan ikan dan menjadikan ikan sebagai lauk /
konsumsi sehari-hari. Jumlah kios pujaseri 24 unit dengan ukuran 5 x 17 m2. Sesuai
dengan Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 1999 setiap pemakaian fasilitas pujaseri
dikenakan biaya sewa sebesar Rp. 6.000,- perbulan / meter persegi.
45
4.4.11. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dwi Fungsi
Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar bagi para nelayan, pada tahun 1997
telah dibangun 1 unit SPBU dwifungsi pada lahan seluas 2,212 m2. SPBU tersebut
melayani kebutuhan bahan baker baik untuk kapal nelayan maupun kendaraan umum.
4.4.12. Tambak Ujicoba Air Payau
Tambak ujicoba air payau Muara Angke memiliki lahan seluas 9,12 ha dengan
jumlah tambak sebanyak 26 unit. Pada lahan tersebut dilakukan kegiatan ujicoba atau
kaji terap budidaya perikanan di air payau. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah
bandeng dan mujair. Saat ini produktivitas tambak ujicoba kurang baik, hal ini
diakibatkan oleh rendahnya kualitas air baik air tawar maupun air laut yang masuk ke
tambak. Selain dipergunakan untuk ujicoba, saat ini tambak tersebut dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai sarana rekreasi pemancingan.
4.4. Fasilitas Perekonomian
Pemerintah bekerjasama dengan instansi-instansi berusaha keras untuk
mendukung segala kegiatan perekonomian di Pelabuhan Muara Angke. Adapun
fasilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Fasilitas perekonomian di kelurahan penjaringan Kelurahan Inpres Ling. Jml
Pdg.K-5 Swalayan Mall Waserda Bank Industri
Kamal Muara Kapuk Muara Penjagalan Pluit Penjaringan
-
1
1
3 -
1 1 1 - 3
51 -
146
168
436
-
1 -
5
1
- - -
1 -
- 1 2 - 2
2 4 4 5 3
182
248
89
53
170
Sumber : Badan Pusat Statistik, Kecamatan Penjaringan Dalam Angka, 2004
46
4.5. Kependudukan
Penduduk adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah dan
waktu tertentu serta merupakan hasil proses demografi yaitu mortalitas, fertilitas dan
migrasi. Karakteristik antara ketiga komponen tersebut dalam mempengaruhi keadaan
biologis, ekonomi dan sosial masyarakat tersebut (Rusli, 1982).
Berdasarkan hasil survey tahun 2007, penduduk Kecamatan Penjaringan
sebanyak 184.603 jiwa dengan jumlah KK adalah 54.829. luas wilayah 35,49 km2
dan dengan penduduk 5.202 jiwa/km2, dengan perincian laki-laki 95.256 jiwa atau
51,60 persen dan penduduk perempuan 89.347 atau 48,40 persen.
Dari 5 kelurahan yang ada di Kecamatan Penjaringan, kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kelurahan Penjagalan yaitu sebesar 17.630 jiwa/km2. sedangkan
tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di Kelurahan Kamal Muara yaitu
sebesar 609 jiwa/km2.
Jumlah penduduk Kecamatan Penjaringan pada tahun 2007, jika dirinci
menurut kewarganegaraannya, terdapat sebanyak 184.443 jiwa warga negara
Indonesia dan 160 jiwa warga negara asing.
4.6. Suku Bangsa (Etnis) dan Tingkat Pendidikan
Penduduk yang berdomisili di Wilayah Muara Angke merupakan masyarakat
yang heterogen karena berasal dari berbagai daerah, yaitu daerah Sulawesi Selatan
Indramayu, Cirebon, Cilacap dan Banten. Para pendatang ini biasanya hidup
berkelompok-kelompok sesuai dengan daerah asalnya dan membentuk suatu karakter
dan perilaku sosial budaya yang khas, antara lain :
a. Kental dalam budaya kehidupan secara berkelompok dan saling membantu di
dalam kelompoknya masing-masing.
b. Patuh dan taat pada peraturan-peraturan kelompok kedaerahannya serta patuh
terhadap kaum tetua yang dianggap sebagai tokoh masyarakat
47
c. Kurang peduli terhdap kelompok penduduk lain yang berasal dari daerah yang
berbeda.
Akibat adanya sikap dan prilaku sosial budaya yang khas diatas secara tidak
langsung telah mempengaruhi terhadap sikap dan prilaku sosial masyarakat terhadap
pola kehidupan masyarakat sehari-hari. Tingkat pendidikan penduduk di Kampung
Nelayan Muara Angke masih tergolong rendah. Mayoritas pendidikannya adalah
tamatan SD sebesar 50%, tamatan SLTP sebesar 28% dan tamatan SLTA sebesar
14%. Selain itu masih ada sebagaian penduduk yang tidak tamat SD sebesar 8 %
( Pemda DKI, 2000).
4.7. Agama
Sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
terdapat 5 agama yang diakui keberadaannyan oleh pemerintah yaitu Islam, Katolik,
Kristen, Hindu dan Budha.
Agama yang dianut sebagian besar penduduk di Kecamatan Penjaringan
adalah Islam sebanyak 151.193 jiwa, Katolik sebanyak 9.386 jiwa, Kristen sebanyak
7.455, Hindu sebanyak 427 jiwa, dan Budha sebanyak 12.380 jiwa.