BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Total Plate Count Sampel Air dan...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Total Plate Count Sampel Air dan...
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Total Plate Count Sampel Air dan Kopi
Uji Total Plate Count dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni mikroba
yang ada pada sampel air seduh dan kopi yang akan disajikan ke panelis. Ada 9
sampel yang diuji TPC yaitu sampel air natural merk San Benedetto, air demineral
merk Cleo, air mineral dalam kemasan merk Aqua, air isi ulang, air kran, kopi
tubruk Kapal Api, kopi tubruk Dampit, kopi instan Indocafe, dan kopi instan
Nescafe. Sampel kopi yang diujikan diseduh terlebih dahulu dengan air mendidih
dan diaduk rata sesuai dengan cara penyajian kopi ke panelis. Tiap sampel diuji
hingga pengenceran 10-3 dengan tiga kali ulangan tiap pengenceran.
Perhitungan hasil koloni bakteri mengacu pada SNI 3554:2015 tentang
Cara Uji Air Minum dalam Kemasan. Nilai Z adalah jumlah koloni yang dihitung
pada cawan yang diperoleh dari pengenceran 10-2 dan 10-3. V total adalah jumlah
volume tertentu porsi uji. Sedangkan CFU/ml merupakan hasil bagi nilai Z dengan
V total.
Tabel 4.1 Hasil Uji Total Plate Count
Sampel Z V total CFU/ml
Air San Benedetto 19 0,033 5,8x102
Air Cleo 206 0,033 6,2x103
Air Aqua 59 0,033 1,8x103
Air Kran 316 0,033 9,6x103
Air Isi Ulang 391 0,033 1,2x104
Kopi Kapal Api 380 0,033 1,5x104
Kopi Dampit 289 0,033 8,8x103
Kopi Indocafe 16 0,033 4,8x102
Kopi Nescafe 409 0,033 1,2x104
Hasil uji TPC tertera pada Tabel 4.1. Berdasarkan SNI 6242:2015 tentang
Air Mineral Alami batas cemaran mikroba TPC adalah 1x105 dan SNI 3542:2004
tentang Kopi Bubuk batas cemaran mikroba TPC adalah 1x106. Maka seluruh
sampel yang diujikan sudah sesuai standar cemaran mikroba TPC sehingga aman
untuk dikonsumsi oleh panelis.
24
4.2 Seleksi Panelis
4.2.1 Perekrutan panelis
Perekrutan panelis dilakukan melalui tatap muka langsung dan melalui
siaran di sosial media terhadap seluruh mahasiswa Universitas Brawijaya.
Perekrutan pertama diperoleh 33 mahasiswa dan perekrutan kedua diperoleh 31
mahasiswa yang bersedia menjadi panelis. Keseluruhan mahasiswa yang
bersedia terdiri dari 37 orang laki-laki dan 27 orang perempuan.
4.2.2 Pengisian kuisioner
Calon panelis diminta mengisi kuisioner tentang data diri, konsumsi kopi
dan penilaian tingkat kepentingan terhadap parameter kopi. Dari data kuisioner
diketahui bahwa dari 64 calon panelis tersebut, sebanyak 45 orang suku bangsa
Jawa, 4 orang suku bangsa Sunda, 3 suku bangsa Batak, 1 orang suku bangsa
Betawi, 1 orang suku bangsa Dayak dan 10 orang suku bangsa lainnya. Seluruh
calon panelis memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu pendidikan
terakhir SMA dan sedang menempuh pendidikan S1. Calon panelis memiliki
kesukaan minum kopi yang berbeda, sebanyak 62 orang suka minum kopi dan 2
orang tidak suka minum kopi.
Gambar 4.1 Grafik Jenis Kopi yang Dikonsumsi Calon Panelis
Jenis kopi yang dikonsumsi calon panelis beragam. Ada 23 orang yang
biasa mengonsumsi kopi susu, 22 orang mengonsumsi kopi instan dengan
berbagai rasa, 19 orang mengonsumsi kopi hitam dengan gula dan 6 orang
mengonsumsi kopi hitam tanpa gula. Analisa lebih lanjut menggunakan One
Proportion Test dengan proporsi hipotesis 0,25, menunjukkan hasil nilai P-value
untuk kopi susu adalah 0,059 (>0,05), nilai P-value untuk kopi instan berbagai rasa
adalah 0,111(>0,05) dan nilai P-value untuk kopi hitam dengan gula adalah
0,471(>0,05). Data analisa tersebut menyatakan bahwa tidak ada kopi yang
0
5
10
15
20
25
Kopi hitamtanpa gula
Kopi hitamdengan gula
Kopi instanberbagai
rasa
Kopi susu
25
dominan basa dikonsmsi panelis. Maka benar secara statistik bahwa calon panelis
mengonsumsi jenis kopi yang beragam.
Gambar 4.2 Grafik Intensitas Minum Kopi Per Minggu Calon Panelis
Intensitas minum kopi calon panelis tiap minggu cukup beragam. Sebanyak
20 orang mengonsumsi kopi 3 kali seminggu dan 20 orang lainnya mengonsumsi
4-7 kali seminggu. Ada 10 orang yang mengonsumsi kopi lebih dari 7 kali
seminggu, 9 orang mengonsumsi 1-2 kali dan 5 orang mengonsumsi kurang dari
1 kali seminggu. Analisa lebih lanjut menggunakan One Proportion Test dengan
proporsi hipotesis 0,2, nilai P-value untuk jumlah konsumsi 3 kali dan 4-7 kali
seminggu adalah 0,040 (<0,05). Hasil analisa tersebut menyatakan benar bahwa
20% dari calon panelis mengonsumsi kopi 3 kali seminggu dan benar bahwa 20%
dari calon panelis mengonsumsi kopi 4-7 kali seminggu. Dari hasil uji statistik
tersebut maka benar bahwa calon panelis memiliki intensitas minum kopi per
minggu yang beragam.
Gambar 4.3 Grafik Intensitas Minum Kopi Per Hari Calon Panelis
Calon panelis cenderung minum kopi 2 kali sehari. Sebanyak 40 orang
mengonsumsi kopi 2 kali sehari, 23 orang lain mengonsumsi kopi kurang dari 2
kali seminggu dan hanya 1 orang mengonsumsi kopi 4 kali sehari. Analisa lebih
lanjut menggunakan One Proportion Test dengan proporsi hipotesis 0,25, nilai P-
0
5
10
15
20
25
kurangdari 1 kali
1-2 kali 3 kali 4-7 kali lebih dari7 kali
0
10
20
30
40
50
kurang dari2 kali
2 kali 3 kali 4 kali
26
value untuk jumlah konsumsi 2 kali sehari adalah 0,000 (<0,05). Hasil analisa
tersebut menyatakan benar bahwa calon panelis cenderung minum kopi 2 kali
sehari.
Gambar 4.4 Grafik Tempat Minum Kopi Calon Panelis
Calon panelis cenderung minum kopi di rumah dibandingkan tempat
lainnya. Rumah dipilih sebagai tempat minum kopi calon panelis sebanyak 35 kali,
warung kopi sebanyak 18 kali, kafe sebanyak 17 kali dan restoran sebanyak 2 kali.
Analisa lebih lanjut menggunakan One Proportion Test dengan proporsi hipotesis
0,25, nilai P-value untuk konsumsi kopi di rumah adalah 0,000 (<0,05). Hasil
analisa tersebut menunjukkan benar bahwa calon panelis cenderung minum kopi
di rumah.
Gambar 4.5 Grafik Jumlah Poin Tingkat Kepentingan Tiap Parameter Kopi
Parameter kopi secara umum terdiri dari aroma, rasa, warna, kekentalan
dan komposisi. Data grafik di atas menunjukkan bahwa parameter rasa memiliki
tingkat kepentingan paling tinggi pada secangkir kopi dengan 304 poin, parameter
aroma memiliki 278 poin, parameter komposisi 264 poin, parameter kekentalan
228 poin dan parameter 211 poin. Analisa lebih lanjut menggunakan One
Proportion Test dengan proporsi hipotesis 0,2, nilai P-value untuk parameter rasa,
aroma dan komposisi adalah 0,000 (<0,005). Hasil analisa tersebut menunjukkan
0
10
20
30
40
Rumah Warung kopi Kafe Restoran
0
100
200
300
400
27
bahwa rasa, aroma dan komposisi berbeda nyata dengan parameter yang lain.
Sehingga dapat disimpulkan rasa, aroma dan komposisi merupakan parameter
penting dalam secangkir kopi.
4.2.3 Wawancara
Pada tahap ini calon panelis diberi pertanyaan mengenai kebersediaan
panelis untuk mengikuti seluruh tahapan uji sensoris dari awal hingga akhir
penelitian. Selain itu diberikan pertanyaan mengenai kegemaran minum kopi, jenis
kopi yang biasa di konsumsi secara spesifik, pengetahuan umum tentang kopi,
pengalaman sensoris kopi, alergi, riwayat kesehatan, kebiasaan minum alkohol
dan merokok. Terakhir, panelis dijelaskan gambaran mengenai tahapan uji
sensoris dan peraturan yang akan diikuti.
4.2.4 Uji seleksi sensori
4.2.4.1 Uji pengenalan aroma dan rasa dasar
Calon panelis diuji kemampuan dasar sensori dengan melakukan uji
pengenalan aroma dan rasa dasar. Uji pengenalan aroma dilakukan dengan
empat jenis aroma yang berhubungan dengan aroma kopi yaitu aroma kopi, aroma
karamel, aroma coklat dan aroma moka. Uji pengenalan rasa dasar meliputi empat
rasa dasar yaitu rasa asam, rasa manis, rasa asin dan rasa pahit. Rasa umami
tidak digunakan pada uji seleksi karena tidak ditemukan rasa umami pada kopi
(Dmowski dan Dabrowska, 2014)
Calon panelis dinyatakan lulus uji seleksi sensori jika mampu menjawab
benar minimal 80% dari total pertanyaan (11 jawaban benar). Data hasil uji seleksi
keseluruhan calon panelis dapat dilihat di Lampiran. Dari 64 total calon panelis
yang dinyatakan lolos uji seleksi sensori ada 13 panelis yang terdiri dari 9 orang
laki-laki dan 4 orang perempuan.
Data hasil uji pengenalan aroma dapat dilihat pada Grafik 4.6. Tanda X
pada skor 0 menandakan bahwa panelis tidak dapat mengenali aroma yang
disajikan dan tanda X pada skor 1 menandakan bahwa panelis dapat mengenali
aroma yang disajikan. Hasil grafik menunjukkan bahwa 9 panelis dapat
mendeteksi empat aroma yang diujikan. Namun ada kecenderungan panelis tidak
dapat mengenali aroma kopi seperti yang terlihat pada panelis ID 2, 10 11 dan 13.
Panelis cenderung tidak mengenali sebagai aroma kopi namun mengenali sebagai
aroma moka atau coklat. Hal ini diduga disebabkan karena moka merupakan
28
campuran dari kopi, coklat dan susu sehingga persepsi panelis terhadap aroma
coklat, moka dan kopi saling berkorelasi.
Gambar 4.6 Grafik Individual Plot Data Uji Pengenalan Aroma
Dilihat dari data hasil pengenalan rasa dasar pada Grafik 4.7, sebagian
besar panelis kesulitan mengenali rasa asam konsentrasi 0,01% (b/v) atau 0,1 g/L
yaitu panelis ID 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11. Berdasarkan penelitian Hohl, C.,
et al. (2014), panelis mulai kesulitan mendeteksi adanya rasa asam pada
konsentrasi 0,12 g/L. Namun panelis ID 13 dapat mengenali asam 0,01% (b/v)
namun tidak dapat mengenali rasa asam pada konsentrasi 0,05% (b/v). Hal ini
diduga karena adanya kebingungan panelis dalam memberikan jawaban sehingga
adanya kemungkinan tertukar dalam menulis jawaban pada kode sampel asam.
Beberapa panelis juga sulit mengenali rasa pahit konsentrasi 0,01% (b/v) yaitu
panelis ID 3, 5, 7, 8, 9 dan 12.
Panelis ID 4 tidak dapat mengenali rasa asin 0,12% (b/v) dan 0,8% (b/v).
Jika dilihat dari BET asin panelis ID 4 adalah 2,26 g/L dan panelis ID 4 memiliki
kebiasaan merokok. Menurut Delilbasi et al. (2003), ambang batas rasa asin untuk
panelis yang merokok lebih tinggi signifikan dibandingkan ambang batas rasa yang
lain. Sedangkan panelis ID 7 dapat mengenali asin 0,12% (b/v) namun tidak dapat
mengenali rasa asam pada konsentrasi 0,80%.
MokaKopiKaramelCokelat MokaKopiKaramelCokelat
2
1
0
2
1
0
MokaKopiKaramelCokelat
2
1
0
MokaKopiKaramelCokelat
2
1
0
1
Aroma
Sko
r
2 3 4
5 6 7 8
9 10 11 12
13
Panel variable: PAN ID
29
Gambar 4.7 Grafik Individual Plot Data Uji Pengenalan Rasa
4.3 Pelatihan Panelis
4.3.1 Uji ambang mutlak
Uji ambang mutlak perlu dilakukan terhadap panelis untuk mengetahui
profil threshold tiap individu panelis. Profil threshold dapat membantu menjelaskan
respon sensori terhadap uji selanjutnya. Best Estimate Threshold (BET) tiap
individu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor internal seperti genetik dan faktor
eksternal seperti kebiasaan makan dan minum tertentu dan kebiasaan merokok
dapat mempengaruhi kepekaan indera perasa di lidah terhadap rasa tertentu. BET
masing-masing panelis dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Seluruh panelis memiliki BET grup rasa manis 5,00 yang artinya seluruh
panelis dapat mendeteksi adanya rasa manis pada minimal konsentrasi 5% (b/v)
dan cenderung dapat mendeteksi rasa asin pada minimal konsentrasi 0,46%.
Keseluruhan panelis memiliki BET grup rasa asam 0,13 dan rasa pahit 0,19.
Ada beberapa panelis yang memiliki BET yang lebih tinggi dibanding
panelis lain. Panelis ID 4 memilki BET rasa asin 2,26 yang artinya dapat
mendeteksi adanya rasa asin pada minimal konsentrasi 2,26% (b/v) dan BET rasa
asam 0,28 yang artinya dapat mendeteksi adanya rasa asam pada minimal
umam
i 0,0
5%
pahit 0,0
5%
pahit 0,0
1%
man
i s 2
%
man
i s 1%
bl ank
o
asin 0
,8%
asin
0,12
%
asam
0,0
5%
asam
0,0
1%
umam
i 0, 0
5%
pahi t
0,05%
pahi t
0,01%
manis
2%
manis
1%
blanko
asin 0
, 8%
asin 0
, 12%
asam
0, 0
5%
asam
0, 0
1 %
2
1
0
2
1
0
umam
i 0, 0
5%
pahit 0, 0
5%
pahi t
0,01%
manis
2%
mani
s 1%
blanko
asin 0
, 8%
asin 0
, 12%
asam
0,0
5%
asam
0, 0
1 %
2
1
0
umam
i 0,0
5%
pahi t
0,05%
pahit 0,0
1%
man
i s 2%
manis 1
%
blanko
asin
0,8
%
asin 0
,12%
asam
0, 0
5%
asam
0,0
1%
2
1
0
1
Rasa
Sko
r
2 3 4
5 6 7 8
9 10 11 12
13
Panel variable: PAN ID
30
konsentrasi 0,28% (b/v). Panelis ID 7 memiliki BET rasa asam 0,28 dan BET rasa
pahit 1,70 yang artinya dapat mendeteksi adanya rasa pahit pada konsentrasi
minimal 1,7% (b/v).
Tabel 4.2 Tabel Best Estimate Threshold Panelis
PAN ID BET Asin BET Asam BET Manis BET Pahit
1 0,40 0,10 5,00 0,15
2 0,40 0,10 5,00 0,15
3 0,40 0,10 5,00 0,15
4 2,26 0,28 5,00 0,15
5 0,40 0,10 5,00 0,15
6 0,40 0,14 5,00 015
7 0,40 0,28 5,00 1,70
8 0,40 0,14 5,00 0,15
9 0,40 0,14 5,00 0,21
10 0,40 0,10 5,00 0,15
11 0,40 0,14 5,00 0,15
12 0,40 0,10 5,00 0,21
13 0,40 0,14 5,00 0,15
BET Grup 0,46 0,13 5,00 0,19
Keterangan: BET dalam satuan g/L
4.3.2 Pelatihan referensi atribut dan skala garis
Pada tahap ini terjadi perubahan ID panelis karena ada panelis yang tidak
dapat mengikuti diskusi atribut dan skala garis karena ada kesibukan lain dan tidak
dapat menemukan jadwal susulan yang tepat. Maka panelis tersebut tidak dapat
mengikuti tahapan selanjutnya. Perubahan ID panelis untuk tahapan selanjutnya
ada pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perubahan Kode Panelis
Kode panelis awal Kode panelis akhir
1 10 2 1 3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 8 7 9 8
10 tidak lolos tahap selanjutnya 11 9 12 11 13 12
31
Dalam metode QDA, seluruh panelis melakukan diskusi kelompok untuk
menentukan atribut sensori yang akan digunakan untuk uji deskriptif. Diskusi
dilakukan dua kali untuk memperkuat atribut yang dihasilkan. Tiap panelis
memberikan pendapat atribut yang mereka kenali dan definisi atribut pada tiap
kopi yang disajikan. Kopi yang disajikan dalam diskusi ini ada lima jenis yaitu kopi
Dampit, kopi tubruk Kapal Api, kopi instan Indocafe, kopi instan Nescafe Classic
dan kopi ijo Tulungagung. Kopi ijo Tulungagung ikut disajikan karena panelis
terlatih yang ikut serta dalam penelitian ini, juga panelis terlatih pada penelitian
tentang sensori kopi ijo Tulungagung. Sehingga dibutuhkan pengenalan dan
pelatihan atribut sensori kopi ijo Tulungagung.
Tabel 4.4 Tabel Definisi dan Referensi Atribut
Atribut Definisi Referensi
Aroma
Manis Aroma manis karamel Perisa karamel Toffieco (2 tetes) Coklat Aroma coklat seduh Bubuk coklat Van Houten (6% b/v) Sangrai Aroma kopi sangrai Biji kopi Dampit sangrai (5-8 biji) Gosong Aroma singkong bakar Singkong bakar (1 potong diameter ±5 cm) Asam Aroma asam jeruk Perisa jeruk keprok Red Bell (2 tetes)
Rasa
Pahit Rasa pahit Kafein murni P.A (0,03% b/v) Asam Cuka Rasa asam cuka Cuka dapur Dobbel (1% v/v) Asam Sitrat Rasa asam sitrat Asam sitrat murni P.A (0,04% b/v) Asin Rasa asin Garam dapur Refina (0,4% b/v)
Flavor
Singkong Flavor singkong gosong Singkong bakar (1 potong,diameter ±5 cm)
After Taste
Sepat Sensasi sepat di akhir Cranberries HBF International (1 buah) Manis Rasa manis di akhir Gula pasir dapur (0,5% b/v)
Mouth-feel
Kering Sensasi kering kacang Kacang tanah panggang (1 biji) Berminyak Sensasi berminyak Butter Salt Anchor Fonterra (5 ml) Kekentalan Persepsi kental Susu pasteurisasi Diamond (10 ml)
Kemudian panel leader melakukan tabulasi dan di akhir tiap diskusi
disepakati bersama atribut-atribut yang ada di kopi dan definisi masing-masing
atribut. Setelah seluruh atribut disepakati kemudian panel leader menentukan
referensi yang sesuai dengan atribut. Referensi digunakan untuk melatih panelis
agar terbiasa dengan aroma, rasa, flavor dan sensasi tiap atribut. Atribut, definisi
dan referensi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Pada atribut rasa, panelis merasakan ada perbedaan rasa asam pada tiap
kopi yang disajikan. Ada beberapa kopi yang cenderung memiliki rasa asam yang
panelis kenali sebagai rasa asam cuka yang kecut dan beberapa kopi lainnya
32
panelis cenderung mengenali rasa asam yang dominan sebagai rasa asam sitrat
atau seperti rasa asam pada buah-buahan.
Rendah
Tinggi
Gambar 4.8 Skala Garis Tidak Terstruktur
Selain pelatihan referensi atribut, panelis juga mengikuti pelatihan skala
garis tidak terstruktur seperti pada Gambar 4.8. Pelatihan skala garis ini dilakukan
untuk memberikan pengenalan cara menskor intensitas atribut sensori sesuai
dengan persepsi intensitas masing-masing panelis. Skala garis yang digunakan
adalah skala garis tidak terstruktur sepanjang 15 cm dan tambahan garis vertikal
sedalam 1,5 cm masing-masing ditiap ujungnya. Garis vertikal sebelah kiri adalah
batas intensitas terendah dan garis vertikal sebelah kanan adalah batas intensitas
tertinggi.
4.3.3 Pengawasan performa panelis
Panelis melakukan dua kali pelatihan referensi dan intensitas
menggunakan skala garis. Data hasil pelatihan ditabulasi dan diuji secara statistik
dengan uji pearson correlation dan paired T-test. Berdasarkan tabel nilai kritis
pearson correlation coefficient (PCC), batas nilai kritis untuk 12 orang panelis
adalah 0,576 pada P-value <0,05. Berikut hasil nilai PCC dan P-value pada Tabel
4.5.
Nilai P-value paired t-test menunjukkan konsistensi dari keseluruhan
panelis sebagai grup, P-value >0,05 memiliki arti bahwa keseluruhan panelis tidak
memiliki perbedaan dalam memberikan intensitas atribut dari pelatihan pertama
dan kedua. Sedangkan nilai PCC menunjukkan konsistensi dari tiap individu
panelis, nilai PCC >0,576 memiliki arti bahwa tiap individu memberikan penilaian
intensitas atribut sensori yang konsisten pada pelatihan pertama dan kedua.
Dari data hasil uji konsistensi, atribut aroma manis, aroma coklat, aroma
sangrai, aroma gosong, aroma asam, rasa pahit, rasa asin, after taste manis,
mouth-feel berminyak dan kekentalan memiliki nilai PCC <0,576 dan P-value
>0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa atribut-atribut tersebut memiliki penilaian
intesitas yang konsisten secara internal namun tiap panelis menggunakan bagian
33
skala yang berbeda. Sedangkan atribut flavor singkong, after taste sepat dan
mouth-feel kering memiliki nilai PCC >0,576 dan P-value >0,05. Hal ini
mengindikasikan bahwa atribut tersebut memiliki penilaian intensitas yang
konsisten secara internal dan tiap panelis memberikan penilaian yang tidak jauh
berbeda.
Tabel 4.5 Tabel Uji Konsistensi Pelatihan Atribut Panelis
Atribut
PCC, r2 P-value Paired T-Test
Aroma
Manis 0,142 0,211 Coklat 0,573 0,331 Kopi 0,391 0,550 Gosong 0,361 0,289 Asam 0,386 0,426
Rasa
Pahit 0,264 0,590 Asam Sitrat -0,175 0,416 Asam Cuka -0,044 0,464 Asin 0,192 0,951
Flavor
Singkong 0,615* 0,528
After Taste
Sepat 0,588* 0,741 Manis 0,435 0,584
Mouthfeel
Kering 0,881* 0,155 Berminyak 0,363 0,805 Kekentalan 0,501 0,450
Keterangan : Batas nilai kritis (PCC) 12 orang panelis : 0,576 Tanda bintang (*) menunjukkan PCC >0,576
Nilai negatif pada PCC rasa asam cuka dan rasa asam sitrat menunjukkan
bahwa respon panelis terhadap intensitas atribut rasa asam sitrat dan rasa asam
cuka memiliki korelasi yang berlawanan pada pelatihan pertama dengan respon
panelis pada pelatihan kedua. Grafik scatterplot intensitas atribut asam sitrat dan
asam cuka dapat dilihat pada Grafik 4.9 dan Grafik 4.10.
Pada atribut asam sitrat, panelis ID 4, 5 dan 11 memberikan skor intensitas
yang jauh berbeda. Pada ulangan pertama panelis ID 4 dan 5 memberikan skor
rendah, namun berbeda jauh pada ulangan kedua memberikan skor tinggi. Panelis
ID 11 memberikan respon yang berbeda, pada ulangan pertama memberikan skor
tinggi, namun berbeda jauh pada ulangan kedua memberikan skor rendah.
34
Gambar 4.9 Grafik Scaterplot Skor Intensitas Panelis Atribut Asam Sitrat
Pada atribut asam cuka, panelis ID 1, 5 dan 11 memberikan skor intensitas
yang jauh berbeda. Pada ulangan pertama panelis ID 1 dan 5 memberikan skor
tinggi, namun berbeda jauh pada ulangan kedua memberikan skor rendah. Panelis
ID 11 memberikan respon yang berbeda, pada ulangan pertama memberikan skor
rendah, kemudian memberikan skor tinggi pada ulangan kedua.
Gambar 4.10 Grafik Scaterplot Skor Intensitas Panelis Atribut Asam Cuka
1211109876543210
10
8
6
4
2
0
Panelis ID
Sko
r In
ten
sita
s
Ulangan 1
Ulangan 2
Keterangan
1211109876543210
12
10
8
6
4
2
0
Panelis ID
Sko
r In
ten
sita
s
Ulangan 1
Ulangan 2
Keterangan
35
4.4 Uji Deskriptif
4.4.1 Konsistensi penilaian deskriptif atribut panelis
Penilaian atribut sensori dilakukan dengan satu kali pengulangan sampel
untuk tiap jenis kopi yang diujikan. Masing-masing panelis akan melakukan
penilaian intensitas atribut sensoris kopi sebanyak 24 sampel uji selama dua kali
pertemuan dengan masing-masing pertemuan disajikan sebanyak 12 sampel uji.
Empat sampel uji ditambahkan untuk melihat konsistensi respon penilaian atribut
dari masing-masing panelis. Uji konsistensi ini dilakukan karena keterbatasan
waktu panelis sehingga pengujian keseluruhan sampel utama (20 sampel) hanya
dapat dilakukan satu kali.
Data hasil penilaian atribut sampel ulangan ditabulasi dan diuji secara
statistik dengan uji pearson correlation dan paired T-test. Hasil nilai PCC dan P-
value paired T-test ada pada Tabel 4.6. Konsistensi panelis dalam memberikan
intensitas atribut saat uji deskriptif cenderung meningkat dari konsistensi saat
pelatihan. Peningkatan performa panelis dalam memberikan intensitas yang
konsisten ditunjukkan dengan hasil PCC dan P-value.
Tabel 4.6 Tabel Uji Konsistensi Deskriptif Atribut Panelis
Atribut
PCC, r2 P-value Paired T-Test
Aroma
Manis 0,683* 0,283 Coklat 0,631* 0,131 Sangrai 0,485 0,854 Gosong 0,757* 0,295 Asam 0,752* 0,625
Rasa
Pahit 0,597* 0,341 Asam Sitrat 0,704* 0,101 Asam Cuka 0,874* 0,118 Asin 0,882* 0,102
Flavor
Singkong 0,772* 0,797
After Taste
Sepat 0,868* 0,728 Manis 0,744* 0,535
Mouthfeel
Kering 0,670* 0,991 Berminyak 0,787* 0,985 Kekentalan 0,706* 0,094
Keterangan : Batas nilai kritis (PCC) 12 orang panelis : 0,576
Tanda bintang (*) menunjukkan PCC >0,576
Selain atribut aroma kopi, seluruh atribut memiliki nilai PCC >0,576 dan P-
value >0,05. Nilai PCC untuk atribut aroma kopi <0,576 yang memiliki arti bahwa
36
ada beberapa individu yang belum konsisten dalam memberikan intensitas
sensori. Berbeda dengan saat pelatihan, keseluruhan panelis memberikan respon
yang konsisten dan penilaian intensitas yang tidak jauh berbeda terhadap
keseluruhan atribut selain atribut aroma kopi. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan panelis dalam memberikan penilaian intensitas atribut mengalami
peningkatan.
4.4.2 Deskriptif atribut sensori kopi
Data respon panelis terhadap intensitas tiap atribut sensori ditabulasi dan
diuji secara statistik menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA) General
Linear Model (GLM) dengan uji lanjut Fisher pada tiap atribut yang memiliki P-
value <0,05. Tiap respon atribut sensori diujikan dengan melihat pengaruh dari
perbedaan jenis kopi, perbedaan jenis air dan perbedaan interaksi antara kopi
dengan air. Rerata intensitas tiap atribut sensori berdasarkan jenis kopi dapat
dilihat pada Gambar 4.11 dan berdasarkan jenis air dapat dilihat pada Gambar
4.12.
Gambar 4.11 Spider Chart Intensitas Rata-rata Atribut Sensori Berdasarkan Jenis Kopi
Data hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan jenis kopi
berpengaruh nyata terhadap atribut aroma manis, aroma coklat, aroma sangrai,
0
1
2
3
4
5
6
7
Aroma Manis(SE±0.284)
Aroma Coklat(SE±0.253)
Aroma Sangrai(SE±0.271)
Aroma Gosong(SE±0.207)
Aroma Asam (SE±0.159)
Rasa Pahit (SE±0.310)
Rasa Asam Cuka(SE±0.266)Rasa Asam Sitrat
(SE±0.254)Rasa Asin (SE±0.160)
Flavor Singkong(SE±0.196)
Aftrer taste Sepat(SE±0.262)
After taste Manis(SE±0.100)
Mouth-feel Kering(SE±0.300)
Mouth-feel Berminyak(SE±0.195)
Mouth-feel Kental(SE±0.202)
Kapal Api Dampit Nescafe Indocafe
37
aroma jeruk, rasa pahit, rasa asam cuka, rasa asam sitrat, rasa asin, flavor
singkong, after taste sepat, mouth-feel kering, mouth-feel berminyak dan mouth-
feel kental. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap atribut aroma asam dan after
taste manis.
Kopi tubruk Kapal Api memiliki respon rerata intensitas paling tinggi untuk
atribut aroma coklat (3,65209), rasa pahit (6,00028), flavor singkong (3,45673),
dan mouth-feel kering (3,74250). Kopi Dampit memiliki respon rerata intensitas
paling tinggi hanya untuk atribut aroma sangrai (6,06148). Kopi instan Nescafe
memilki respon rerata intensitas paling tinggi untuk atribut flavor sepat (4,59896)
dan mouth-feel berminyak (3,02690). Sedangkan kopi instan Indocafe memiliki
respon rerata intensitas paling tinggi untuk atribut aroma manis (5,49345), aroma
asam (2,82744), rasa asam cuka (4,58160), rasa asam sitrat (3,71210), rasa asin
(3,06537) dan mouth-feel kental (4,37850).
Gambar 4.12 Spider Chart Intensitas Rata-rata Atribut Sensori Berdasarkan Jenis Air
Perbedaan jenis air tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh atribut kopi.
Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.8 bahwa rerata intensitas atribut tiap jenis air tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dengan P-value <0,05. Kopi yang diseduh
dengan jenis air yang berbeda cenderung memiliki intensitas atribut yang sama.
0
1
2
3
4
5
6
Aroma Manis(SE±0.319)
Aroma Coklat(SE±0.284)
Aroma Sangrai(SE±0.305)
Aroma Gosong(SE±0.233)
Aroma Asam (SE±0.179)
Rasa Pahit (SE±0.349)
Rasa Asam Cuka(SE±0.299)
Rasa Asam Sitrat(SE±0.285)
Rasa Asin (SE±0.180)
Flavor Singkong(SE±0.221)
After taste Sepat(SE±0.295)
After taste Manis(SE±0.113)
Mouth-feel Kering(SE±0.338)
Mouth-feel Berminyak(SE±0.219)
Mouth-feelKental(SE±0.276)
San Benedetto Aqua Cleo Isi Ulang Kran
38
Adapun jika dilakukan uji Fisher pada Tabel 4.7, perbedaan jenis air memiliki
notasi huruf yang sama pada tiap atribut.
Tabel 4.7 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Air Terhadap Seluruh Atribut
Atribut San Benedetto Aqua Cleo Isi Ulang Kran
Aroma Manis 4,44118a 4,40051
a 4,59998
a 4,49746
a 4,44722
a
Aroma Coklat 3,45598a 3,27048
a 3,09850
a 3,05620
a 3,07894
a
Aroma Sangrai 4,92630a 5,14478
a 5,07340
a 4,96275
a 5,16763
a
Aroma Gosong 2,13559a 2,15032
a 1,99626
a 2,17677
a 2,18071
a
Aroma Asam 1,26088a 1,24531
a 1,10738
a 1,22862
a 1,40252
a
Rasa Pahit 4,72055a 5,02679
a 4,76289
a 4,93326
a 5,04638
a
Rasa Asam Cuka 2,50955a 2,64482
a 2,60211
a 2,93772
a 2,33774
a
Rasa Asam Sitrat 2,51041a 2,28897
a 2,60131
a 2,36124
a 2,37483
a
Rasa Asin 1,55945a 1,60886
a 1,76895
a 1,75635
a 1,47464
a
Flavor Singkong 2,46657a 2,32255
a 2,35327
a 2,24505
a 2,53627
a
After taste Sepat 3,28247a 3,30712
a 3,17481
a 3,34568
a 2,91843
a
After taste Manis 0,74003a 0,60259
a 0,80330
a 0,88208
a 0,80614
a
Mouth-feel Kering 3,42162a 3,11997
a 3,08048
a 3,00994
a 3,04245
a
Mouth-feel Berminyak 2,78198a 2,70755
a 2,50831
a 2,71156
a 2,73628
a
Mouth-feel Kental 3,76050a 3,96641
a 3,97333
a 3,64402
a 3,97333
a
Keterangan: notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Namun, uji statistik dengan melihat perbedaan interaksi antara kopi dan air
memberikan pengaruh nyata terhadap beberapa atribut. Interaksi antara kopi dan
air berpengaruh nyata terhadap atribut sensori rasa asam sitrat, flavor singkong
dan mouth-feel kental. Adapun hasil P-value ANOVA GLM dapat dilihat di Tabel
4.8.
Tabel 4.8 Hasil P-value ANOVA GLM Atribut Sensori
Atribut Kopi Air Kopi dan Air
Aroma Manis 0,000* 0,971 0,210
Aroma Coklat 0,008* 0,584 0,077
Aroma Sangrai 0,000* 0,912 0,519
Aroma Gosong 0,470 0,929 0,787
Aroma Asam 0,000* 0,598 0,726
Rasa Pahit 0,000* 0,834 0,217
Rasa Asam Cuka 0,000* 0,369 0,628
Rasa Asam Sitrat 0,000* 0,814 0,022*
Rasa Asin 0,000* 0,410 0,675
Flavor Singkong 0,000* 0,700 0,033*
39
Atribut Kopi Air Kopi dan Air
After taste Sepat 0,000* 0,616 0,315
After taste Manis 0,410 0,148 0,769
Mouth-feel Kering 0,000* 0,751 0,688
Mouth-feel Berminyak 0,000* 0,756 0,135
Mouth-feel Kental 0,000* 0,404 0,012*
Keterangan : tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
4.4.3 Respon panelis terhadap atribut sensori yang berbeda nyata
Perbedaan jenis kopi berpengaruh nyata terhadap atribut dibawah ini.
Atribut yang beda nyata diartikan bahwa pada atribut tersebut panelis dapat
merasakan perbedaan intensitas atribut dari perbedaan jenis kopi. Pengaruh nyata
dilihat berdasarkan uji ANOVA GLM kemudian dilakukan uji lanjut Fisher untuk
melihat jenis kopi yang dominan mempengaruhi respon panelis pada tiap atribut.
1. Aroma Manis
Salah satu atribut yang dominan terdapat pada kopi instan Indocafe adalah
aroma manis. Aroma manis pada penelitian ini berkorelasi dengan aroma manis
seperti karamel. Mengutip dari laman web resmi Indocafe (2014), kopi instan
Indocafe sendiri terbuat dari biji kopi Arabika khas Mandheling Sumatera. Biji kopi
Arabika mengandung senyawa furaneol yang dapat menyebabkan aroma manis
karamel pada kopi (Blank et al., 1991). Selain itu struktur enoloxo pada biji kopi
Arabika yang larut dalam air akan terekstraksi ketika kopi diseduh menambah
aroma manis karamel (Hodge, 1967). Sedangkan kopi Dampit yang berjenis biji
Robusta, memiliki kandungan senyawa golongan furaneol jumlahnya lebih sedikit
dan lebih banyak senyawa 2-3 diethyl-5methyl pyrazine, 3,5-dimethyl-2ethyl
pyrazine, 4-ethyl guaiacol, dan 4-vinilquaicol yang memberikan aroma roasty-
earthy dan spicy (Blank et al., 1991).
Tabel 4.9 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Atribut Aroma Manis
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Aroma Manis 0,000* Indocafe 72 5,49345 A
Nescafe 72 4,81812 B
Kapal Api 72 4,17544 C
Dampit 72 3,39859 D
0,003* Instan 144 5,15972 A Tubruk 144 4,16944 B
0,053 Arabika 72 5,03125 A Robusta 216 4,29792 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
40
Hasil Uji Fisher dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tiap kopi memiliki perbedaan
intensitas yang sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil grouping tiap kopi
yang memiliki notasi yang berbeda. Notasi yang berbeda antara kopi satu dengan
yang lain menyatakan bahwa masing-masing kopi memiliki perbedaan yang
signifikan. Aroma manis dominan terdapat pada kopi Indocafe dengan rerata
intensitas 5,49345. Sedangkan aroma manis paling tidak dominan ada pada kopi
Dampit dengan rerata intensitas 3,39859. Dilihat dari jenis kopi instan dan kopi
tubruk, kopi instan memiliki intensitas aroma manis lebih tinggi signifikan
dibandingkan kopi tubruk.
2. Aroma Coklat
Ada berbagai senyawa yang menimbulkan aroma coklat antara lain
cyclobutanol, octanoic acid, dan tetramethylpyrazine (Misnawi dan Ariza, 2011).
Senyawa tetramethylpyrazine adalah golongan senyawa pyrazine yang terbentuk
saat adanya pemanasan pada makanan sehingga terjadi reaksi Maillard. Senyawa
pyrazine dapat terbentuk pada suhu 120-150 oC namun beberapa juga dapat
terbentuk pada suhu 70 oC. Aroma coklat timbul akibat adanya senyawa pyrazine,
5-etil-2,3-dimetil pada kopi (Flament dan Thomas, 2002).
Tabel 4.10 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Aroma Coklat
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Aroma Coklat 0,008* Kapal Api 72 3,65209 A
Nescafe 72 3,27554 A B
Dampit 72 3,03100 B
Indocafe 72 2,80945 B
0,886 Tubruk 144 3,12986 A Instan 144 3,07708 A
0,241 Robusta 216 3,35278 A Arabika 72 2,85417 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Hasil Uji Fisher dapat dilihat pada Tabel 4.10. Atribut aroma coklat paling
dominan terdapat pada kopi Kapal Api dan paling tidak dominan pada kopi
Indocafe. Kedua jenis kopi ini juga memiliki perbedaan intensitas yang signifikan.
Hal ini dapat dilihat dari rerata kopi Kapal Api yang paling tinggi dan rerata Indocafe
yang paling rendah dari keempat rerata kopi serta keduanya memiliki notasi huruf
41
yang berbeda. Namun aroma coklat pada kopi Dampit dan Indocafe tidak memiliki
perbedaan yang signifikan karena kedua kopi memiliki notasi huruf yang sama.
3. Aroma Sangrai
Aroma sangrai merupakan atribut aroma yang khas terdapat pada kopi.
Aroma sangrai muncul karena kandungan kimia kafeol dan senyawa-senyawa
komponen pembentuk aroma kopi, seperti aseton, furfural, asam formiat dan asam
asetat yang terdapat dalam biji kopi. Biji kopi disangrai dengan suhu tinggi dan
komponen gula pada biji kopi tersebut akan mengalami proses karamelisasi yang
akan menimbulkan aroma yang biasa disebut aroma sangrai. Aroma sangrai pada
tiap kopi berbeda-beda tergantung dari kandungan kimia biji kopi, proses sangrai
(Oliveira, 2009) dan teknik penyeduhan kopi (Febryana, 2016). Berikut hasil uji
Fisher dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Aroma sangrai memiliki rerata paling tinggi dibanding dengan rerata atribut
aroma yang lain. Aroma sangrai dominan tercium dengan intensitas tinggi pada
kopi Dampit dengan rerata 6,06148. Adapun kopi Kapal Api dan Nescafe memiliki
notasi huruf yang sama. Notasi huruf yang sama untuk kedua jenis kopi memiliki
arti bahwa kedua jenis kopi tersebut tidak memiliki perbedaan aroma sangrai yang
signifikan. Sedangkan kopi Indocafe memiliki intensitas aroma sangrai paling
rendah dengan rerata 3,15388 dan berbeda signifikan dengan jenis kopi yang lain.
Tabel 4.11 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Aroma Sangrai Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Aroma Kopi 0,000* Dampit 72 6,06148 A
Kapal Api 72 5,63467 A B
Nescafe 72 5,36986 B
Indocafe 72 3,15388 C
0,000* Robusta 216 5,59028 A Arabika 72 3,35139 B
0,273 Tubruk 144 4,67639 A Instan 144 4,26528 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Jika dilihat dari jenis biji kopi, kopi jenis Robusta memiliki rerata intensitas
aroma sangrai lebih tinggi signifikan dari jenis Arabika. Namun, berbanding terbalik
dengan penelitian Kreuml, et al. (2013) bahwa kopi jenis Arabika memiliki
intensitas aroma sangrai lebih tinggi signifikan dari kopi jenis Robusta. Aroma kopi
jenis Robusta memiliki banyak kandungan senyawa 2-3 diethyl-5methyl pyrazine,
42
3,5-dimethyl-2ethyl pyrazine, 4-ethyl guaiacol, dan 4-vinilquaicol yang
memberikan aroma roasty-earthy dan spicy (Blank et al., 1991).
4. Aroma Asam
Aroma asam muncul sebagai salah satu atribut aroma yang terdapat pada
penelitian dengan referensi aroma asam jeruk. Aroma asam jeruk atau citrus-like
ada pada kopi sebagai senyawa limonene (Flament dan Thomas, 2002). Senyawa
limonene merupakan salah satu senyawa yang di isolasi dari fraksi terpene dan
merupakan komponen yang sama dengan ekstraksi minyak dari kulit jeruk.
Senyawa ini bersifat volatil yang dapat mempengaruhi aroma dan rasa namun
sensitif pada suhu tinggi saat pemanasan, cahaya, udara dan reagen kimia. Hasil
Uji Fisher dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Intensitas aroma asam cenderung memiliki rerata intensitas rendah. Hal ini
terjadi karena senyawa terpene sangat mudah rusak pada proses penyangraian
kopi (Clarke dan Macrae, 1988). Intensitas aroma asam terendah terdapat pada
kopi Kapal Api dengan rerata 0,39134 dan intensitas aroma asam tertinggi ada
pada kopi Indocafe dengan rerata 2,82744.
Tabel 4.12 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Aroma Asam
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Aroma Asam 0,000* Indocafe 72 2,82744 A
Nescafe 72 1,32193 B
Dampit 72 0,45507 C
Kapal Api 72 0,39134 C
0,000* Instan 144 2,07083 A Tubruk 144 1,16181 B
0,000* Arabika 72 2,35660 A Robusta 216 0,87064 B
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Kopi Indocafe, Nescafe dan Dampit memiliki intensitas aroma asam yang
cenderung berbeda signifikan. Namun intensitas aroma asam pada kopi Dampit
dan Kapal Api cenderung tidak berbeda. Dilihat berdasarkan jenis tubruk dan
instan, kopi instan memiliki intensitas aroma asam yang lebih tinggi signifikan
dibanding kopi tubruk. Sedangkan berdasarkan jenis kopi Arabika dan Robusta,
jenis kopi Arabika lebih tinggi signifikan dibanding jenis kopi Robusta.
43
5. Rasa Pahit
Rasa pahit salah satu atribut berbeda nyata yang memiliki rerata intensitas
paling tinggi. Senyawa kafein pada kopi yang menyebabkan rasa pahit. Namun,
senyawa kafein hanya memberikan kontribusi 10-30% rasa pahit pada kopi
(Macrae, 1985). Komponen senyawa lain yang berperan dalam memberikan rasa
pahit antara lain trigonelline dan senyawa polifenol seperti asam klorogenat dan
melanoidin atau senyawa polimerik. Senyawa yang menimbulkan rasa pahit juga
dapat terbentuk saat penyangraian pada senyawa protein. Saat kopi hasil roasting
diseduh dengan air panas akan muncul senyawa diketopiperazines (Clarke dan
Vitzthum, 2001). Senyawa ini juga ada pada bir dan diketahui sebagai senyawa
yang menimbulkan rasa pahit (Gautschi dan Schmid, 1997).
Hasil Uji Fisher dapat dilihat pada Tabel 4.13. Rasa pahit cukup dominan
dibandingkan dengan atribut rasa yang lain. Rasa pahit dominan terdapat pada
kopi Kapal Api dengan rerata tertinggi 6,00028 dan berbeda signifikan dengan
intensitas rasa pahit jenis kopi yang lain. Kopi Indocafe cenderung tidak memiliki
perbedaan signifikan terhadap rasa pahit dengan kopi Nescafe dan kopi Dampit.
Tabel 4.13 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Rasa Pahit
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Rasa Pahit 0,000* Kapal Api 72 6.00028 A
Nescafe 72 4.84102 B
Indocafe 72 4.58774 B C
Dampit 72 4.16285 C
0,568 Tubruk 144 5,01667 A Instan 144 4,75625 A
0,702 Robusta 216 4,98715 A Arabika 72 4,78576 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Hal ini ditunjukkan dengan notasi huruf B pada kopi Nescafe, juga ada pada
kopi Indocafe dan notasi huruf C pada kopi Dampit, juga ada pada kopi Indocafe.
Namun rasa pahit pada kopi Nescafe berbeda signifikan dengan rasa pahit pada
kopi Dampit.
6. Rasa Asam Cuka
Penelitian ini memiliki atribut rasa asam yang mengacu pada dua referensi
yang berbeda yaitu, asam sitrat dan asam cuka. Rasa asam pada kopi muncul
karena adanya senyawa asam organik seperti asam asetat, asam formit, asam
malat, asam sitrat dan asam laktat (Kurt dan Speer, 1999). Adapun rata-rata pH
44
pada kopi cenderung bervariasi antara 4,8 sampai 6,3. Keasaman pada kopi akan
meningkat (asam format, asam asetat, asam glikolik dan asam laktat) pada saat
penyangraian cepat pada suhu tinggi akibat terdegradasinya sukrosa, polisakarida
dan senyawa lain (Toci et al., 2009; Clarke, 1985).
Hasil Uji Fisher pada Tabel 4.14 menunjukkan rasa asam cuka dominan
terdapat pada kopi Indocafe dengan rerata tertinggi 4,58160. Intensitas rasa asam
cuka pada tiap jenis kopi berbeda signifikan. Hal ini dapat diliat dari notasi huruf
tiap jenis kopi yang berbeda. Adapun rasa asam cuka pada kopi Kapal Api memiliki
intensitas yang paling rendah dengan rerata 0,38875 dibanding jenis yang lain.
Tabel 4.14 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Rasa Asam Cuka
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Rasa Asam Cuka
0,000* Indocafe 72 4,58160 A
Nescafe 72 4,02260 B
Dampit 72 1,43760 C
Kapal Api 72 0,38375 D
0,000* Instan 144 4,30208 A Tubruk 144 1,20347 B
0,168 Arabika 72 3,03125 A Robusta 216 2,47431 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Dilihat dari jenis kopi tubruk dan instan, terdapat perbedaan yang
signifikan. Kopi instan memiliki rasa asam cuka yang cenderung lebih tinggi
dibandingkan kopi tubruk. Juga diketahui diawal bahwa kopi instan Indocafe
berasal dari seduhan kopi jenis Arabika. Hal ini selaras dengan Schormuller et al.,
(1961) yang menyatakan bahwa kopi instan yang berasal dari biji kopi jenis Arabika
dengan penyangraian medium memberikan kadar asam lebih tinggi pada kopi
dibandingkan dengan biji kopi jenis Robusta dengan penyangraian dark.
7. Rasa Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan salah satu senyawa asam non volatil yang
berpengaruh besar terhadap flavor pada biji kopi. Kandungan asam sitrat pada
kopi sangat dipengaruhi proses penyangraian. Semakin tinggi suhu penyangraian
maka asam sitrat pada kopi akan semakin banyak hilang. Pengurangan asam
sitrat dapat mencapai 33%-56% tergantung dari suhu akhir penyangraian. Pada
suhu akhir penyangraian 400oC, kandungan asam sitrat dapat turun sampai sekitar
90 mg/100 biji kopi (Lentner dan Deatharage, 1958). Proses penggilingan,
45
penyeduhan dan lama penyeduhan juga mempengaruhi kandungan asam sitrat
pada kopi. Kandungan asam sitrat paling tinggi terdapat pada kopi dengan proses
penggilingan fine grind dan diseduh pada suhu 940C selama 5 menit dengan
konsentrasi sebesar 461 mg/L (ICO, 1991).
Hasil Uji Fisher dapat dilihat pada Tabel 4.15. Kopi Indocafe memiliki
intensitas rasa asam sitrat yang cenderung dominan dibanding jenis kopi yang lain.
Namun intensitas rasa asam sitrat pada kopi Indocafe tidak berbeda signifikan
dengan kopi Nescafe. Hal ini dapat dilihat dari notasi huruf kedua jenis kopi
tersebut sama. Namun jika dilihat dari jenis kopi Kapal Api dan Dampit memiliki
urutan rerata intensitas yang berbeda signifikan untuk atribut asam cuka dan asam
sitrat. Kopi Kapal Api cenderung memiliki rasa asam sitrat lebih tinggi signifikan
dibandingkan kopi Dampit. Sedangkan kopi Dampit cenderung memiliki rasa asam
cuka lebih tinggi signifikan dibandingkan kopi Kapal Api yang dapat dilihat pada
Tabel 4.14.
Tabel 4.15 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Rasa Asam Sitrat
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Rasa Asam Sitrat
0,000* Indocafe 72 3,71210 A
Nescafe 72 3,69497 A
Kapal Api 72 1,50441 B
Dampit 72 0,79794 C
0,000* Instan 144 3,70486 A Tubruk 144 1,18889 B
0,916 Arabika 72 2,47257 A Robusta 216 2,42118 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Dilihat berdasarkan jenis kopi instan dan kopi tubruk, kopi instan memiliki
kandungan asam sitrat signifikan lebih tinggi dibandingkan kopi tubruk. Hal ini tidak
jauh berbeda dengan hasil uji Fisher pada atribut asam cuka. Jika dibandingkan
dengan hasil uji pH pada Tabel 4.29, pH kopi jenis instan sebelum dikonsumsi
cenderung memiliki pH lebih rendah yaitu antara 4,8 sampai 5,0 dibandingkan kopi
jenis tubruk yang memiliki pH antara 5,8 sampai 6,1.
Kandungan asam pada kopi instan akan sedikit meningkat saat proses
penyangraian menuju ekstraksi, namun akan tetap sama pada hasil akhir karena
kandungan asam akan hilang pada proses pengeringan. Kopi instan kering untuk
penyajian 2 g/150 ml memiliki beberapa kandungan asam antara lain 2,20% asam
sitrat, 0,95% asam asetat, 0,5% asam malat dan 0,45% asam laktat (Schormuller
46
et al., 1961). Diduga ukuran partikel kopi instan yang lebih kecil maka semakin
luas permukaan bubuk kopi yang bereaksi dengan air seduh. Sehingga selain
bubuk kopi larut seluruhnya juga dapat mengekstrak lebih banyak asam pada kopi
instan dibandingkan kopi tubruk yang memiliki ukuran partikel lebih besar.
8. Rasa Asin
Rasa asin cenderung bukan atribut yang biasa terdeteksi pada kopi. Pada
umumnya, rasa asin pada konsentrasi tertentu dapat menurunkan rasa asam dan
meningkatkan rasa manis sukrosa. Rasa asam pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan rasa asin garam, sedangkan gula pada konsentrasi tertentu
memberikan efek yang sebaliknya (Fabian dan Blum, 1943). Pilgrim, F. J. (1961)
menyatakan bahwa produksi rasa asam dapat meningkatkan rasa manis sukrosa
dan pahit kafein. Tingginya kandungan asam pada kopi memungkinkan rasa asin
cenderung tidak terdeteksi pada kopi.
Hasil Uji Fisher rasa asin dapat dilihat pada Tabel 4.16. Atribut rasa asin
cenderung tidak dominan dibandingkan dengan atribut rasa yang lain. Rasa asin
paling dominan terdapat pada kopi Indocafe dengan rerata 3,06537 dan berbeda
signifikan dengan jenis kopi yang lain.
Tabel 4.16 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Rasa Asin
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Rasa Asin 0,000* Indocafe 72 3,06537 A
Nescafe 72 2,51584 B
Kapal Api 72 0,47712 C
Dampit 72 0,47626 C
0,000* Instan 144 2,79444 A Tubruk 144 0,76771 B
0,081 Arabika 72 2,08941 A Robusta 216 1,47274 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Kopi Kapal Api dan kopi Dampit tidak memiliki perbedaan signifikan dan
intensitas rasa asin yang cenderung sangat sedikit dengan rerata berurutan
0,47712 dan 0,47626. Sedangkan kopi Nescafe memiliki intensitas rasa asin yang
berbeda signifikan dengan jenis kopi yang lain. Dilihat dari perbedaan kopi instan
dan kopi tubruk, kopi instan cenderung memiliki intensitas rasa asin yang lebih
tinggi signifikan dibandingkan dengan kopi tubruk. Prakash et al., (2005)
47
menyatakan bahwa rasa asin terdeteksi paling rendah dari atribut yang lain pada
kopi jenis Robusta.
9. Flavor Singkong
Meskipun flavor singkong muncul dari atribut sensori kopi ijo Tulungagung,
atribut ini ada pada jenis kopi yang lain. Flavor singkong pada penelitian ini
berkorelasi dengan flavor gosong pada kopi. Flavor gosong berasal dari senyawa
pyrazine yang juga menyebabkan aroma panggang pada makanan dan rasa
panggang pada kopi. Konsentrasi senyawa pyrazine akan meningkat secara linier
dengan waktu dan lama penyangraian kopi, namun akan menurun saat melewati
titik maksimum penyangraian (Ku Madihah et al., 2013).
Intensitas flavor singkong gosong dapat dilihat pada Tabel 4.17. Flavor
singkong cenderung dominan ada pada kopi Kapal Api dengan rerata intensitas
3,45673 dan berbeda signifikan dengan jenis kopi yang lain. Namun ketiga jenis
kopi lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan intensitas yang signifikan. Hal
ini dapat dilihat dari notasi huruf kopi Dampit, kopi Nescafe dan kopi Indocafe
memiliki notasi huruf yang sama. Jenis kopi berdasarkan tubruk dan instan
memiliki perbedaan yang signifikan. Kopi tubruk memiliki intensitas lebih tinggi
daripada kopi instan.
Tabel 4.17 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Flavor Singkong
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Flavor Singkong
0,000* Kapal Api 72 3,45673 A
Dampit 72 2,14752 B
Nescafe 72 2,01147 B
Indocafe 72 1,92325 B
0,018* Tubruk 144 2,76736 A Instan 144 1,93958 B
0,854 Robusta 216 2,39028 A Arabika 72 2,31667 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
10. After taste Sepat
Atribut sensori yang muncul setelah mengonsumsi kopi yang memiliki
perbedaan yang signifikan adalah after-taste sepat. After-taste sepat muncul
akibat adanya senyawa polifenol yang akan bereaksi dengan protein pada saliva
atau protein tertentu pada reseptor rasa memproduksi sensasi sepat (Baxter et al.,
1997). Salah satu senyawa polifenol yang terdapat pada kopi adalah senyawa
48
tanin. Senyawa tanin pada biji kopi sebelum dan sesudah disangrai berurutan yaitu
6,6 mg/gram berat biji dan 18 mg/gram berat biji (Savolainen, 1992). Adanya
kandungan sukrosa akan menurunkan sensasi kering dan pahit dari asam tanin
(Lyman dan Green, 1990), namun tidak memberikan efek yang signifikan terhadap
sensasi sepat (Valentova et al., 2001).
Berdasarkan hasil Uji Fisher atribut mouth-feel sepat pada Tabel 4.18. Tiap
jenis kopi memiliki intensitas sepat yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari notasi
huruf tiap jenis kopi yang berbeda. Kopi Nescafe memiliki intensitas sepat paling
tinggi dibanding kopi lain dengan rerata 4,59896. Sedangkan kopi Dampit memiliki
intensitas sepat paling rendah. Dilihat dari jenis kopi instan dan tubruk, kopi instan
memiliki sensasi sepat lebih tinggi signifikan dibanding kopi tubruk.
Tabel 4.18 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap After taste Sepat
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
After taste Sepat
0,000* Nescafe 72 4,59896 A
Indocafe 72 3,64605 B
Kapal Api 72 2,61650 C
Dampit 72 1,96129 D
0,000* Instan 144 4,11875 A Tubruk 144 1,84236 B
0,097 Robusta 216 3,42292 A Arabika 72 2,53819 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
11. Mouth-feel Kering
Mouth-feel kering adalah sensasi kering yang dirasakan pada mulut yang
berasosisasi dengan sepat akibat mengonsumsi buah-buahan, kacang, teh, wine
ataupun kopi. Penelitian ini menggunakan kacang panggang sebagai referensi
yang mendeskripsikan sensasi kering pada kopi. Namun hingga saat ini,
perbedaan sensasi kering dan sensasi sepat pada suatu produk makanan dan
minuman masih sulit untuk didefinisikan. Bajec, M. R. (2008) menyatakan bahwa
pada konsentrasi minimum, sensasi kering, puckering, dan roughing merupakan
definisi dari sepat.
Berdasarkan hasil Uji Fisher pada Tabel 4.19, kopi Kapal Api memiliki
intensitas mouth-feel kering yang paling tinggi namun tidak berbeda signifikan
dengan kopi Nescafe. Sedangkan kopi Dampit memiliki intensitas mouth-feel
kering paling rendah dari jenis kopi yang lain. Notasi huruf yang sama juga
menunjukkan bahwa kopi Dampit dan kopi Nescafe tidak memiliki perbedaan
atribut mouth-feel kering yang signifikan. Begitu juga kopi Kapal Api dan Nescafe
49
memiliki notasi huruf yang sama. Adapun jika dilihat berdasarkan jenis kopi instan
dan tubruk ataupun jenis Arabika dan Robusta tidak memiliki perbedaan yang
signifikan terhadap atribut mouth-feel kering.
Tabel 4.19 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Mouth-feel Kering
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Mouth-feel Kering
0.000* Kapal Api 72 3.74250 A
Nescafe 72 3.64016 A
Indocafe 72 2.76360 B
Dampit 72 2.42968 B
0,972 Instan 144 3,19653 A Tubruk 144 2,65694 A
0,557 Robusta 216 3,35660 A Arabika 72 2,49687 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
12. Mouth-feel Berminyak
Lemak merupakan salah satu komponen terbesar pada biji kopi. Fraksi
lemak pada kopi tersusun dari kurang lebih 75% triasilgliserol, 1% asam lemak
bebas, sterol (2,2% tidak teresterifikasi dan 3,2% teresterifikasi asam lemak) dan
0,05% tokoferol (Farah, 2012). Namun banyak jenis sterol dan esternya serta
tokoferol tidak terdapat pada kopi yang sudah diseduh. Asam lemak tersebut rusak
pada proses penyangraian dan sangat sedikit terdapat pada kopi yang diseduh
(Stegen, 1979).
Tabel 4.20 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Mouth-feel Berminyak
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Mouth-feel Berminyak
0.000* Nescafe 72 3.02609 A
Indocafe 72 3.00130 A
Dampit 72 2.40130 B
Kapal Api 72 2.32785 B
0,005* Instan 144 3,00903 A Tubruk 144 2,33542 B
0,980 Robusta 216 3,35660 A Arabika 72 2,49687 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Hasil Uji Fisher dapat dilihat pada Tabel 4.20. Kopi Nescafe memiliki
intensitas mouth-feel berminyak cukup dominan dengan rerata 3,02609 dan tidak
berbeda signifikan dengan kopi Indocafe. Intensitas mouth-feel berminyak
terendah ada pada kopi Kapal Api dengan rerata 2.32785. Notasi huruf yang sama
menunjukkan intensitas mouth-feel berminyak pada kopi Dampit tidak berbeda
50
signifikan dengan kopi Kapal Api. Dilihat berdasarkan jenis kopi instan dan tubruk,
jenis instan menghasilkan mouth-feel minyak lebih tinggi signifikan dibandingkan
jenis tubruk.
13. Mouth-feel Kental
Mouth-feel kental adalah atribut sensori yang didefinisikan sebagai
ketebalan pada flavor, konsistensi ketebalan dari sebuah cairan pada produk
minuman (USAID, 2005). Sensasi kental pada produk minuman bergantung pada
karakteristik bahan baku dan rasio kopi dengan air (ICONTEC, 2011). Sensasi
kental kopi dapat dikaitkan dengan densitas dan viskositas pada kopi yang disebut
dengan body. Body dapat didefinisikan sebagai kepekatan kopi yang dirasakan
permukaan lidah di dalam mulut (Febryana, 2016).
Hasil Uji Fisher atribut mouth-feel kental dapat dilihat pada Tabel 4.21. Kopi
Dampit memiliki intensitas mouth-feel kental paling rendah dibanding ketiga jenis
kopi yang lain dengan rerata intensitas 2,34869. Dilihat dari notasi huruf A untuk
kopi Indocafe, Nescafe dan Kapal Api memiliki rerata intensitas yang cenderung
tidak berbeda signifikan. Sedangkan kopi Dampit cenderung berbeda signifikan
dibanding dengan tiga jenis kopi yang lain.
Tabel 4.21 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Kopi Terhadap Mouth-feel Kental
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi N Rerata Grouping
Mouth-feel Kental
0,000* Indocafe 72 4,37850 A
Nescafe 72 4,28377 A
Kapal Api 72 4,11124 A
Dampit 72 2,34869 B
0,001* Instan 144 4,33750 A Tubruk 144 3,25931 B
0,814 Arabika 72 3,84146 A Robusta 216 3,75535 A
Keterangan: tanda bintang (*) menunjukkan berbeda nyata
Dilihat dari perbedaan jenis instan dan tubruk, kopi instan memiliki
intensitas sensasi kental lebih tinggi signifikan dibandingkan dengan kopi tubruk.
Adanya kandungan galaktomanan dan arabinogalaktan pada kopi dapat
meningkatkan sensasi kental pada kopi yang diseduh (Farah, 2012). Belum ada
penelitian yang membuktikan bahwa kopi instan memiliki kandungan polisakarida
lebih tinggi dibanding kopi tubruk. Namun, Nunes et al., (2002) menyatakan bahwa
51
kandungan kopi Arabika mengandung galaktomanan lebih tinggi (62-80%)
daripada jenis Robusta (44-67%).
4.4.4 Analisis PCA (Principal Component Analysis) Terhadap Uji Deskriptif
Pengaruh respon panelis, jenis kelamin, rentang usia, jenis kopi yang
dikonsumsi dan intensitas minum kopi terhadap uji deksriptif kopi dapat dilihat dari
hasil Principal Component Analysis (PCA). PCA merupakan uji statistik untuk
mengekstrak informasi penting dari jumlah data yang banyak menjadi beberapa
komponen data secara linear dalam bentuk koordinat baru tanpa mengurangi
karakteristik data asli secara signifikan (Miranda, et al., 2008). Hasil uji PCA grafik
Loading Plot dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Data terbagi menjadi dua komponen yaitu PC1 dan PC2. Masing-masing
komponen secara berurutan memberikan pengaruh sebesar 36,9% dan 14,4%
dengan total keduanya yaitu 51,3%. Jumlah pengaruh dari kedua komponen
tersebut cenderung masih rendah. Hal ini menunjukkan masih ada pengaruh
eksternal lain yang tidak terkontrol berpengaruh terhadap hasil uji deskriptif kopi.
Faktor pada PC1 yaitu panelis, jenis kelamin, jenis kopi yang dikonsumsi,
rentang usia dan intensitas minum kopi memiliki pengaruh yang cenderung besar
terhadap hasil uji deksriptif kopi. Sedangkan faktor pada PC2 yaitu jenis air dan
jenis kopi memiliki pengaruh yang cenderung kecil terhadap hasil uji deskriptif kopi.
Maka dapat disimpulkan bahwa panelis, jenis kelamin, jenis kopi yang dikonsumsi,
rentang usia dan intensitas minum kopi merupakan faktor major dan jenis kopi dan
jenis air merupakan faktor minor dalam mempengaruhi hasil uji deskriptif kopi.
52
Gambar 4.13 Grafik Loading Plot PCA
Selain itu, faktor panelis memiliki korelasi positif yang kuat dengan faktor
jenis kelamin sedangkan faktor kopi memiliki korelasi positif yang kuat dengan
faktor air. Hal ini menunjukkan bahwa faktor panelis dan jenis kelamin memiliki
pengaruh yang sama terhadap uji deskriptif kopi. Namun di sisi lain, faktor panelis
memiliki korelasi negatif dengan faktor intensitas minum kopi dan rentang usia.
Korelasi negatif memiliki arti bahwa faktor intensitas minum kopi dan rentang usia
memiliki pengaruh yang berbanding terbalik dengan pengaruh faktor panelis
terhadap uji deksriptif kopi.
4.5 Kandungan Mineral Air Seduh Kopi
Ada lima jenis air yang digunakan untuk menyeduh bubuk kopi yaitu air
natural merk San Benedetto, air minum merk Aqua, air demineral merk Cleo, air
minum isi ulang dan air kran. Tiap jenis air diuji kandungan mineral Ca, Mg dan
Na. Kandungan mineral tiap jenis air perlu diketahui sebagai acuan bila ada
pengaruh perbedaan jenis air seduh terhadap sensori kopi. Uji kandungan mineral
dilakukan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). AAS merupakan
metode analisis unsur secara kuantitatif berdasarkan penyerapan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et al.,
2000). Kandungan mineral Ca, Mg dan Na tiap jenis air dapat dilihat pada Tabel
4.21.
0.500.250.00-0.25-0.50
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-0.2
PC1 (36,9%)
PC
2 (
14,4
%)
Jenis kopi yang dikonsumsi
Intensitas minum kopi
Rentang Usia
Jenis Kelamin
Air
Kopi
Panelis
53
Tabel 4.22 Hasil Uji AAS Mineral Ca Mg dan Na
Jenis Air Ca
(mg/L) Mg
(mg/L) Na
(mg/L) CaCO3
(mg/L)
San Benedetto 6.71 1.18 26.44 21.61
Aqua 6.35 1.02 67.55 20.05
Cleo 0.03 - 12.05 -
Isi Ulang 6.46 1.01 60.19 20.30
Kran 6.85 1.18 167.55 21.95
Kandungan mineral Ca dan Mg pada air San Benedetto, Aqua, isi ulang
dan kran tidak jauh berbeda. Namun air Cleo memiliki kandungan mineral Ca yang
sangat rendah yaitu 0,03 mg/L. Sedangkan kandungan mineral Mg pada air Cleo
tidak terdeteksi limit atau dibawah konsentrasi absorbansi blanko kurva standar.
Hal ini menunjukkan perbedaan kandungan Mg yang cukup jauh antara air Cleo
dengan keempat jenis air yang lain. Sedangkan kandungan mineral Na pada tiap
jenis air berbeda. Air kran memiliki kandungan Na paling tinggi yaitu 167,55 mg/L
dan kandungan Na paling rendah terdapat pada air Cleo yaitu 12.05 mg/L. Namun
air Aqua dan isi ulang memiliki kandungan Na yang tidak berbeda jauh berturut-
turut yaitu 67,55 mg/L dan 60,19 mg/L.
Total kesadahan tiap jenis air dapat dihitung berdasarkan kandungan Ca
dan Mg menggunakan rumus turunan dari berat ekuivalen Ca, Mg dan CaCO3.
Rumus hitung kesadahan sebagai berikut :
CaCO3 = (2,497 x kadar Ca) + (4,118 x kadar Mg)
Sehingga diperoleh total kesadahan (CaCO3) tiap jenis air yang ada pada Tabel
4.22.
Total kesadahan air San Benedetto dan air kran tidak berbeda jauh
berturut-turut yaitu 21,61 mg/L dan 21,95 mg/L. Begitu juga total kesadahan air
Aqua dan air isi ulang juga tidak berbeda jauh berturut-turut yaitu 20,05 mg/L dan
20,30 mg/L. Sedangkan total kesadahan air Cleo tidak dapat dihitung karena
kandungan Mg tidak terdeteksi limit atau dibawah konsentrasi absorbansi blanko
kurva standar.
Total kadar kesadahan pada seluruh jenis air seduh memiliki nilai dibawah
standar minimum air yang disarankan untuk digunakan sebagai air seduh kopi.
Menurut Wellinger et al. (2015) pada SCAE, batas total kadar kesadahan atau
CaCO3 yang terkandung dalam air untuk ekstraksi kopi yang baik adalah terendah
50 ppm. Kandungan kesadahan dan mineral yang rendah dapat menyebabkan
54
ekstraksi asam, kafein, eugenol dan senyawa-senyawa lain pada kopi tidak
maksimal.
4.5.1 Interaksi Kopi dengan Air Terhadap Atribut Sensori Kopi
Ada beberapa atribut yang memiliki perbedaan yang signifikan (P-value
<0,05) berdasarkan interaksi kopi dengan air. Data hasil intensitas atribut tersebut
diolah lebih lanjut dengan uji Fisher untuk melihat grouping tiap interaksi kopi
dengan air.
1. Rasa Asam Sitrat
Atribut rasa asam sitrat adalah salah satu atribut yang dominan terdapat
pada kopi Indocafe. Kopi Indocafe memiliki perbedaan intensitas rasa asam sitrat
yang signifikan dengan kopi Dampit dan kopi Kapal Api namun tidak berbeda
signifikan dengan kopi Nescafe.
Tabel 4.23 Hasil Uji Fisher Interaksi Kopi dan Air Terhadap Atribut Asam Sitrat
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi Air N Rerata Grouping
Rasa Asam Sitrat
0.022 Indocafe Cleo 14 4,67771 A
Indocafe Kran 12 4,25000 A B
Nescafe Isi Ulang 14 4,12105 A B
Nescafe San Benedetto 14 3,97290 A B
Nescafe Aqua 14 3,74829 A B
Nescafe Cleo 13 3,60522 A B
Indocafe San Benedetto 13 3,42342 B C
Indocafe Isi Ulang 17 3,21847 B C D
Nescafe Kran 17 3,02741 C D E
Indocafe Aqua 16 2,99088 C D E
Kapal Api San Benedetto 14 2,38407 D E F
Kapal Api Aqua 13 1,35607 E F
Kapal Api Cleo 16 1,34918 E F
Kapal Api Isi Ulang 15 1,32745 F
Dampit Kran 12 1,11667 F
Kapal Api Kran 14 1,10526 F
Dampit Aqua 15 1,06067 F
Dampit Isi Ulang 13 0,77798 F
Dampit Cleo 17 0,77315 F
Dampit San Benedetto 15 0,26123 F
Hasil uji Fisher interaksi kopi dan air dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Berdasarkan hasil grouping, interaksi kopi Indocafe dengan air Cleo memiliki
rerata intensitas tertinggi yaitu 4,67771. Notasi huruf A pada interaksi kopi
Indocafe dengan air Cleo memiliki perbedaan yang signifikan dibanding dengan
yang lain. Adapun kopi indocafe dengan air kran dan kopi nescafe dengan air isi
55
ulang, San Benedetto, Aqua dan Cleo dengan notasi huruf A menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan signifikan dengan interaksi kopi Indocafe dengan air Cleo.
Hasil uji Fisher dengan notasi huruf yang sama menunjukkan bahwa
perbedaan jenis air terhadap satu jenis kopi cenderung tidak berpengaruh
signifikan terhadap intensitas rasa asam sitrat. Sedangkan dilihat dari perbedaan
notasi huruf menunjukkan perbedaan intensitas rasa asam sitrat cenderung
dipengaruhi oleh perbedaan jenis kopi.
Hal ini dapat dilihat dari pembagian notasi huruf A dan B pada kopi Nescafe
dengan air San Benedetto, kran, isi ulang dan Aqua, notasi huruf E dan F pada
kopi Kapal Api dengan lima jenis air dan notasi huruf F pada kopi Dampit dengan
lima jenis air. Namun dari keseluruhan interaksi hanya interaksi kopi Nescafe
dengan air kran yang berbeda signifikan dari interaksi kopi Nescafe dengan empat
jenis air yang lain. Sedangkan interaksi kopi Dampit, Kapal Api dan Indocafe
dengan tiap jenis air memiliki notasi huruf yang bersinggungan sehingga tidak
berbeda signifikan.
Dilihat dari interaksi air dengan jenis kopi instan dan interaksi air dengan
jenis tubruk, interaksi air dengan kopi jenis instan cenderung memiliki rerata
intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan interaksi air dengan kopi jenis tubruk.
Namun perbedaan jenis air pada tiap jenis kopi tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Selaras dengan hasil uji pH pada Tabel 4.29, pH kopi jenis instan yang
diseduh dengan berbagai jenis air sebelum dikonsumsi cenderung memiliki pH
lebih rendah yaitu antara 4,8 sampai 5,0 dibandingkan kopi jenis tubruk yang
diseduh dengan berbagai jenis air memiliki pH antara 5,8 sampai 6,1.
2. Flavor Singkong
Atribut flavor singkong adalah salah satu atribut yang dominan terdapat
pada kopi Kapal Api. Kopi Kapal Api memiliki perbedaan intensitas flavor singkong
yang signifikan dengan tiga jenis kopi yang lain. Hasil uji Fisher interaksi kopi dan
air dapat dilihat pada Tabel 4.24.
Berdasarkan hasil grouping, interaksi kopi Kapal Api dengan air San
Benedetto memiliki rerata intensitas tertinggi yaitu 3,95465. Interaksi kopi Kapal
Api dengan air San Benedetto, Aqua, dan kran tidak memiliki perbedaan signifikan.
Namun interaksi-interaksi ini memiliki perbedaan signifikan dengan interaksi kopi
Kapal Api dengan air Cleo karena tidak memiliki notasi huruf yang sama.
56
Tabel 4.24 Hasil Uji Fisher Interaksi Kopi dan Air Terhadap Flavor Singkong
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi Air N Rerata Grouping
Flavor Singkong
0.033 Kapal Api San Benedetto 14 3,95465 A
Kapal Api Aqua 13 3,82258 A
Kapal Api Kran 14 3,77530 A
Kapal Api Isi Ulang 15 3,15992 A B
Dampit Cleo 17 2,67410 B C
Kapal Api Cleo 16 2,57119 B C
Dampit Kran 12 2,28333 B C D
Nescafe San Benedetto 14 2,26784 C D
Nescafe Isi Ulang 14 2,19618 C D E
Indocafe Cleo 14 2,16150 C D E
Nescafe Kran 17 2,16144 C D E
Dampit Aqua 15 2,10981 C D E
Nescafe Cleo 13 2,00629 C D E
Indocafe Aqua 16 1,93220 C D E
Indocafe Kran 12 1,92500 C D E
Dampit Isi Ulang 13 1,90658 C D E
Indocafe San Benedetto 13 1,88001 C D E
Dampit San Benedetto 15 1,76380 D E
Indocafe Isi Ulang 17 1,71752 E
Nescafe Aqua 14 1,42561 E
Perbedaan jenis air dalam berinteraksi dengan satu jenis kopi cenderung
tidak berpengaruh signifikan terhadap flavor singkong. Hal ini dapat dilihat dari
pembagian notasi huruf A pada interaksi kopi Kapal Api dengan air San Benedetto,
Aqua, kran dan isi ulang. Begitu juga, pembagian notasi huruf C dan D pada
interaksi kopi Nescafe dengan air San Benedetto, Cleo, isi ulang dan kran serta
interaksi kopi Indocafe dengan air San Benedetto, Cleo, Aqua dan isi ulang.
3. Mouth-feel Kental
Mouth-feel kental adalah salah satu atribut lainnya yang dominan pada kopi
Indocafe. Kopi Indocafe memiliki intensitas mouth-feel kental yang berbeda
signifikan dibanding dengan tiga jenis kopi yang lain. Hasil uji Fisher interaksi kopi
dan air dapat dilihat pada Tabel 4.25.
Berdasarkan hasil grouping, interaksi antar kopi Indocafe dengan Cleo
memiliki intensitas mouth-feel kental paling tinggi yaitu 5,00918 dan bernotasi
huruf A. Notasi huruf A juga ada pada interaksi Indocafe dengan air kran, Nescafe
dengan lima jenis air dan Kapal Api dengan air San Benedetto, isi ulang dan Aqua
yang menunjukkan interaksi-interaksi tersebut tidak berbeda signifikan. Namun
terdapat perbedaan notasi huruf pada jenis kopi Indocafe yang berinteraksi
dengan air isi ulang, San Benedetto dan Aqua yaitu B dan C. Hal ini menunjukkan
57
bahwa interaksi kopi Indocafe dengan beberapa jenis air yang berbeda memiliki
intensitas mouth-feel kental yang berbeda.
Tabel 4.25 Hasil Uji Fisher Interaksi Kopi dan Air Terhadap Mouth-feel Kental
Atribut P-value Uji Fisher
Kopi Air N Rerata Grouping
Mouth-feel
Kental
0.012 Indocafe Cleo 14 5.00918 A
Indocafe Kran 12 4.87500 A B
Nescafe Aqua 14 4.70180 A B C
Kapal Api San Benedetto 14 4.65054 A B C
Kapal Api Isi Ulang 15 4.33549 A B C D
Nescafe Kran 17 4.28686 A B C D
Kapal Api Aqua 13 4.27702 A B C D
Nescafe Cleo 13 4.16735 A B C D
Nescafe Isi Ulang 14 4.13293 A B C D
Nescafe San Benedetto 14 4.12991 A B C D
Indocafe Isi Ulang 17 4.08340 B C D
Indocafe San Benedetto 13 4.02516 B C D
Indocafe Aqua 16 3.89978 C D
Kapal Api Kran 14 3.82112 C D E
Kapal Api Cleo 16 3.47204 D E F
Dampit Kran 12 2.90000 E F G
Dampit Aqua 15 2.59984 F G H
Dampit San Benedetto 15 2.27693 G H
Dampit Isi Ulang 13 2.01481 G H
Dampit Cleo 17 1.95187 H
Perbedaan signifikan juga terlihat pada interaksi kopi Kapal Api dengan air
kran dan Cleo yang memiliki notasi huruf C dan D, sedangkan interaksi kopi Kapal
Api dengan air San Benedetto, Aqua dan isi ulang memiliki notasi huruf A, B dan
C.
Namun disisi lain, perbedaan jenis air terhadap kopi Nescafe dan kopi
Dampit cenderung tidak berpengaruh signifikan terhadap intensitas mouth-feel
kental. Interaksi kopi Nescafe dengan lima jenis air memiliki notasi huruf yang
sama yaitu A, B dan C sedangkan interaksi kopi Dampit dengan air kran, Aqua,
San Benedetto dan isi ulang memiliki notasi huruf yang sama yaitu G.
4.7 Korelasi Produksi Saliva Terhadap Atribut Mouth-feel Kental Kopi
Produksi saliva memegang peranan penting dalam merasakan atribut
sensori mouth-feel yang dapat memecah dan merasakan tekstur makanan dan
persepsi rasa. Stimuli sekresi saliva dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang
dikonsumsi (Davies, et al., 2009). Sifat saliva juga dipengaruhi berbagai faktor
antara lain stres (Nakagawa, Mizuma, & Inui, 1996) hormon (Kamran & Moghissi,
2002), asupan kafein (Briedis et al., 1980), riwayat kesehatan (Bots et al., 2005),
58
rasa lapar (Hodgson & Greene, 1980) dan depresi (Costa et al., 1980). Saliva
sendiri mengandung banyak komponen yang dapat berpotensi sebagai cairan
yang dapat didiagnosis untuk berbagai penyakit dan kondisi (Mukhopadhyay,
2006).
Jumlah produksi saliva panelis diukur dengan menghitung selisih berat kopi
sesudah dan sebelum dikonsumsi oleh panelis. Tiap panelis mengonsumsi 20
sampel kopi hasil kombinasi dari 4 jenis kopi dan 5 jenis air. Hasil grouping dengan
uji lanjut Fisher berdasarkan jenis kopi dapat dilihat pada Tabel 4.26.
Tabel 4.26 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Jenis Kopi Terhadap Produksi Saliva
P-value Kopi N Rerata Grouping
0,057 Kapal Api 60 0,807167 A Indocafe 60 0,534167 A B Dampit 60 0,520333 A B Nescafe 60 0,358167 B
Nilai rerata yang positif menunjukkan bahwa berat kopi cenderung
bertambah setelah dikonsumsi oleh panelis. Selisih berat saliva pada kopi Kapal
Api paling besar dengan rerata 0,807167 namun tidak berbeda nyata dengan
selisih berat saliva pada kopi Indocafe dan Dampit. Sedangkan kopi Nescafe
memiliki selisih berat saliva paling kecil dengan rerata 0,358167 dan berbeda
signifikan dengan selisih berat saliva kopi Kapal Api. Dari hasil data ini dapat
diartikan bahwa panelis memproduksi saliva paling banyak saat mengonsumsi
kopi Kapal Api dan paling sedikit memproduksi saliva saat mengonsumsi kopi
Nescafe.
Hasil grouping dengan uji lanjut Fisher berdasarkan jenis air dapat dilihat
pada Tabel 4.27. Air San Benedetto memiliki rerata selisih berat saliva terbesar
yaitu 0,96 namun tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan selisih
berat saliva air isi ulang. Selisih berat saliva air Aqua dan kran tidak berbeda
signifikan satu sama lain, namun berbeda signifikan dengan selisih berat saliva air
San Benedetto dan air Cleo.
Tabel 4.27 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Jenis Air Terhadap Produksi Saliva
P-value Air N Rerata Grouping
0,000 San Benedetto 48 0,960000 A Isi Ulang 48 0,665000 A B Aqua 48 0,577292 B Kran 48 0,474167 B Cleo 48 0,098333 C
59
Air Cleo memberikan pengaruh produksi saliva paling kecil dengan rerata
yaitu 0,098333 dan berbeda nyata terhadap selisih berat saliva jenis air lainnya.
Dari hasil data ini memberikan arti bahwa panelis memproduksi saliva paling
banyak terhadap kopi yang diseduh dengan air San Benedetto dan paling sedikit
terhadap kopi yang diseduh dengan air Cleo.
Berdasarkan data hasil grouping pada Tabel 4.28, interaksi kopi Kapal Api
dengan air isi ulang memiliki rerata selisih berat saliva paling besar yaitu 1,39833.
Sedangkan interaksi kopi Dampit dengan air Cleo, interaksi kopi Kapal Api dengan
Cleo, dan interaksi kopi Nescafe dan air isi ulang memiliki rerata selisih berat saliva
bernilai negatif yaitu -0,54333. Hasil rerata bernilai negatif memberikan arti bahwa
berat kopi setelah dikonsumsi lebih rendah daripada berat kopi sebelum
dikonsumsi.
Tabel 4.28 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Interaksi Kopi dan Air Terhadap Produksi Saliva
Hal ini dapat terjadi karena ada kopi yang tertelan dan produksi saliva
sangat kecil. Disimpulkan bahwa produksi saliva paling banyak pada saat panelis
mengonsumsi kopi Kapal Api dengan air seduh San Benedetto dan produksi saliva
paling rendah pada saat panelis mengonsumsi kopi Dampit dengan air Cleo.
Perbedaan jenis air yang berinteraksi dengan kopi Kapal Api dan Dampit
cenderung berpengaruh terhadap selisih berat saliva. Dilihat dari data rerata
interaksi kopi Kapal Api dengan air isi ulang dan San Benedetto serta interaksi kopi
Dampit dengan jenis air yang sama memiliki rerata selisih berat saliva yang tinggi
P-value Kopi Air N Rerata Grouping
0,000 Kapal Api Isi Ulang 12 1,39833 A Kapal Api San Benedetto 12 1,27917 A B Dampit San Benedetto 12 1,22417 A B C Dampit Isi Ulang 12 1,04417 A B C D Kapal Api Kran 12 1,03167 A B C D Indocafe San Benedetto 12 0,88417 A B C D Nescafe Cleo 12 0,70000 A B C D E Nescafe Aqua 12 0,68583 A B C D E Kapal Api Aqua 12 0,62750 B C D E Indocafe Cleo 12 0,53750 C D E F Dampit Aqua 12 0,52917 C D E F Indocafe Aqua 12 0,46667 D E F Nescafe San Benedetto 12 0,45250 D E F Indocafe Isi Ulang 12 0,40250 D E F G Indocafe Kran 12 0,38000 D E F G Dampit Kran 12 0,34750 D E F G Nescafe Kran 12 0,13750 E F G H Nescafe Isi Ulang 12 -0,18500 F G H Kapal Api Cleo 12 -0,30083 G H Dampit Cleo 12 -0,54333 H
60
dibanding dengan interaksi kedua kopi dengan jenis air lainnya. Sedangkan
interaksi kopi Kapal Api dan Dampit dengan air Cleo menghasilkan rerata selisih
berat saliva bernilai negatif dibanding dengan jenis air lainnya berturut-turut yaitu
-0,30083 dan -0,54333. Berbeda dengan kopi Kapal Api dan Dampit, interaksi kopi
Nescafe dan Indocafe dengan air Cleo menghasilkan rerata selisih berat saliva
cenderung besar berturut-turut yaitu 0,7000 dan 0,5375. Begitu juga sebaliknya,
interaksi kopi Nescafe dan Indocafe dengan air isi ulang dan kran menghasilkan
rerata selisih berat saliva cenderung kecil.
Berdasarkan rerata intensitas mouth-feel kental pada Tabel 4.21
menunjukkan bahwa kopi jenis instan (Indocafe dan Nescafe) memiliki intensitas
yang tinggi sedangkan kopi jenis tubruk (Kapal Api dan Dampit) memiliki intensitas
yang rendah. Sedangkan air Cleo merupakan air demineralisasi yang memiliki
kandungan mineral Ca, Mg dan Na paling rendah yang dapat dilihat pada Tabel
4.22. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara air demineralisasi yang
berinteraksi dengan kopi jenis tubruk atau instan terhadap produksi saliva dan
persepsi mouth-feel kental.
4.7 Korelasi Perubahan pH Terhadap Atribut Mouth-feel Kental Kopi
Hasil pH kopi sebelum dan sesudah konsumsi dengan tiap jenis air seduh
dapat dilihat pada Tabel 4.29. pH awal kopi Kapal Api dan Dampit menggunakan
tiap jenis air yang sama tidak memiliki perbedaan. Sedangkan pH kopi Indocafe
ada perbedaan 0,1 lebih rendah diseduh dengan air Aqua, Cleo, isi ulang dan kran
daripada pH kopi Nescafe diseduh dengan air yang sama. Berhubungan dengan
hasil uji Fisher pada intensitas atribut asam sitrat dan asam cuka bahwa kopi
Indocafe memiliki rerata intensitas paling tinggi dibanding kopi yang lain.
Berdasarkan hasil pH kopi sesudah konsumsi, kopi Kapal Api dengan air
San Benedetto dan kran memiliki nilai pH 6,3. Sedangkan kopi Kapal Api dengan
air Aqua dan isi ulang memiliki nilai pH 6,2 dan kopi Kapal Api dengan air Cleo
memiliki nilai pH 5,9. Tidak jauh berbeda dengan nilai pH kopi Kapal Api, kopi
Dampit dengan air San Benedetto, isi ulang dan kran memiliki nilai pH 6,2.
Sedangkan kopi Dampit dengan air Aqua dan memiliki nilai pH lebih rendah
berturut-turut yaitu 6 dan 5,8. Kopi Indocafe dan Nescafe memiliki nilai pH sesudah
konsumsi yang sama untuk kelima jenis air berturut-turut yaitu 5,1 dan 5.
61
Tabel 4.29 pH Kopi Sebelum dan Sesudah Konsumsi
Kopi San Benedetto Aqua Cleo Isi ulang Kran
Sebelum konsumsi
Kapal Api 5,8 5,9 5,7 5,9 6,1 Dampit 5,8 5,9 5,7 5,9 6,1 Indocafe 4,9 4,9 4,8 4,9 4,9 Nescafe 4,9 5 4,9 5 5
Sesudah konsumsi (Spit out)
Kapal Api 6,3 6,2 5,9 6,2 6,3 Dampit 6,2 6 5,8 6,2 6,2 Indocafe 5 5 5 5 5 Nescafe 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1
Keterangan: pH sesudah adalah rerata pH kopi sesudah konsumsi dari 12 panelis
Tiap panelis mengonsumsi 20 sampel kopi hasil kombinasi dari 4 jenis kopi
dan 5 jenis air. Hasil grouping dengan uji lanjut Fisher berdasarkan jenis kopi dapat
dilihat pada Tabel 4.30. Nilai rerata yang positif menunjukkan bahwa pH akhir kopi
cenderung meningkat setelah dikonsumsi oleh panelis. Kopi Kapal Api memiliki
selisih pH yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan jenis kopi yang lain.
Notasi huruf A pada kopi Kapal Api menunjukkan berbeda signifikan dengan ketiga
jenis kopi yang lain.
Tabel 4.30 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Jenis Kopi Terhadap Perubahan pH
P-value Kopi N Rerata Grouping
0,000 Kapal Api 60 0,291667 A Dampit 60 0,193333 B Indocafe 60 0,141667 B Nescafe 60 0,141667 B
Sedangkan notasi huruf B pada kopi Dampit, Indocafe dan Nescafe
menyatakan bahwa ketiga kopi tersebut tidak memiliki berbeda yang signifikan.
Kopi Indocafe dan Nescafe memiliki rerata perubahan pH yang sama yaitu
0,141667 yang memiliki arti bahwa pH saliva panelis saat mengonsumsi kopi
Indocafe dan Nescafe memberikan perubahan pH yang sama.
Berhubungan dengan produksi saliva menunjukkan bahwa kopi Kapal Api
juga menghasilkan saliva yang paling banyak dibandingkan dengan jenis kopi
yang lain. Sedangkan kopi Nescafe menghasilkan saliva paling rendah
dibandingkan dengan jenis kopi yang lain. Maka kemungkinan adanya korelasi
bahwa semakin besar produksi saliva panelis pada sampel kopi maka semakin
besar perubahan pH yang terjadi pada sampel kopi tersebut dan sebaliknya.
62
Tabel 4.31 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Jenis Air Terhadap Perubahan pH P-value Air N Rerata Grouping
0,000 San Benedetto 48 0,310417 A Cleo 48 0,183333 B Isi Ulang 48 0,172917 B Aqua 48 0,154167 B Kran 48 0,139583 B
Perubahan pH berdasarkan jenis air dapat dilihat pada Tabel 4.31. Rerata
perubahan pH tertinggi ada pada air San Benedetto yaitu 0,310417. Notasi huruf
A menunjukkan bahwa pengaruh air San Benedetto terhadap perubahan pH kopi
berbeda signifikan terhadap jenis air yang lain. Sedangkan rerata perubahan pH
terkecil ada pada air Kran yaitu 0,139683. Namun notasi B yang ada pada air Cleo,
isi ulang, Aqua dan kran menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara ketiga jenis air tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan pH
terbesar ada pada kopi yang diseduh dengan air San Benedetto dan perubahan
pH terkecil ada pada kopi yang diseduh dengan air kran.
Tabel 4.32 Hasil Uji Fisher Berdasarkan Interaksi Kopi dan Air Terhadap Perubahan pH
Berdasarkan data hasil grouping yang ada pada Tabel 4.32, interaksi kopi
Kapal Api dengan air San Benedetto memiliki nilai rerata perubahan pH paling
besar yaitu 0,466667. Notasi huruf A pada kopi Kapal Api dan Dampit dengan air
San Benedetto menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.
Sedangkan interaksi kopi Dampit dengan air kran memiliki nilai rerata perubahan
pH paling kecil yaitu 0,066667. Maka dapat disimpulkan bahwa interaksi kopi
P-value Kopi Air N Rerata Grouping
0,049 Kapal Api San Benedetto 12 0,466667 A Dampit San Benedetto 12 0,383333 A B Kapal Api Aqua 12 0,283333 B C Kapal Api Isi Ulang 12 0,283333 B C Nescafe San Benedetto 12 0,250000 B C D Kapal Api Kran 12 0,216667 C D E Dampit Isi Ulang 12 0,216667 C D E Indocafe Cleo 12 0,208333 C D E Kapal Api Cleo 12 0,208333 C D E Nescafe Cleo 12 0,166667 C D E F Indocafe Kran 12 0,158333 C D E F Dampit Aqua 12 0,150000 C D E F Dampit Cleo 12 0,150000 C D E F Indocafe San Benedetto 12 0,141667 D E F Nescafe Kran 12 0,116667 D E F Indocafe Isi Ulang 12 0,108333 E F Nescafe Aqua 12 0,091667 E F Indocafe Aqua 12 0,091667 E F Nescafe Isi Ulang 12 0,083333 E F Dampit Kran 12 0,066667 F
63
Kapal Api dengan air San Benedetto memiliki perubahan pH kopi paling besar dan
interaksi kopi Dampit dengan air kran memiliki perubahan pH kopi paling kecil.
Interaksi kopi Nescafe dan Indocafe dengan air Aqua dan isi ulang
cenderung memiliki perubahan pH yang rendah dibanding interaksi kopi Nescafe
dan Indocafe yang lain. Notasi huruf E dan F untuk interaksi kopi Nescafe dan
Indocafe dengan air Aqua dan isi ulang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan.
Davies, et al. (2009) menyatakan bahwa viskoelastisitas dan laju stimuli
sekresi saliva tinggi pada konsumsi minuman yang memiliki asam tinggi atau pH
rendah. Hal ini sesuai dengan kopi Indocafe yang memiliki pH terendah, juga
memiliki intensitas mouth-feel kental paling tinggi. Namun, perubahan pH pada
kopi tidak memiliki korelasi dengan tinggi rendahnya intensitas mouth-feel kental.