BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi...
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal)
Pembelajaran pada prasiklus ini, penulis menggunakan metode Student
Teams Achievmet Division (STAD). Guru mengawali pembelajaran dengan
salam, dan memotivasi siswa, menyampaikan materi. Selama pembelajaran
berlangsung, guru menyampaikan materi sementara siswa mendengarkan, dan
guru sesekali memberikan pertanyaan dengan maksud agar siswa ikut aktif di
dalam pembelajaran. Tetapi guru sangat dominan dan memegang kendali
penuh atas pembelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga alur
pembelajaran banyak dari atas ke bawah atau dengan kata lain informasi
hanya searah yang menyebabkan interaksi antara siswa dengan guru kurang
aktif.
Demikian juga interaksi antar siswa kurang karena dibatasi oleh dominasi
guru. Siswa dalam belajar tidak ada pendampingan dari guru, siswa belajar
sendiri setelah mendapatkan ceramah dari guru. Secara individu siswa belajar
tanpa adanya alat peraga atau contoh penyelesaian soal. Di akhir
pembelajaran guru langsung memberikan tugas kepada siswa.
Pada minggu II tanggal 8 Februari 2012 diadakan tes evaluasi. Hasil tes ini
merupakan hasil belajar dari pembelajaran yang dilakukan secara
konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dan dalam
menyampaikan materi guru menggunakan metode ceramah. Setelah selesai
pembelajaran dilakukan evaluasi hasil belajar yang berupa tes. Dari tes yang
dilaksanakan pada akhir pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa yaitu skor
minimal yang dicapai siswa sebesar 35, skor maksimal 85, rata-rata 53,00.
Dari hasil belajar yang diperoleh terlihat bahwa ketuntasan belajar siswa
hanya dicapai oleh 2 dari 15 siswa 13,32%. Dengan demikian siswa yang
23
belum tuntas mencapai 13 dari 15 siswa (86,58%). Rincian perolehan skor
tersebut disajikan pada tabel 1.2 di halaman berikut.
Berdasarkan observasi hasil belajar siswa kelas III semester II tahun 2012
SD Negeri Besani Kecamatan Blado Kabupaten Batang sebelum dilaksanakan
penelitian pada awal semester II Tahun Pelajaran 2011/2012, banyak siswa
yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran tematik. Hal tersebut mempengaruhi perolehan nilai ulangan siswa.
Setiap tes evaluasi banyak siswa yang perolehan nilainya di bawah KKM. KKM
yang ditetapkan dalam semester II sebesar 75,. Hasil evaluasi sebelum
diadakan tindakan penelitian dapat dijelaskan pada tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 4 .2
Distribusi Skor Tes Berdasarkan
Ketuntasan Pada Kondisi PraSiklus
Nilai Frekuensi Persentase (%) Jml=N * F Ketuntasan
35 1 6,66 35 Belum Tuntas
45 6 39,96 270 Belum Tuntas
55 5 33.3 275 Belum Tuntas
65 1 66.6 65 Belum Tuntas
75 2 13,32 150 Tuntas
85 - - - -
95
Jumlah 15 100 795
Rata-rata 51,00
Berdasarkan tabel 1.2 distribusi skor tes berdasarkan ketuntasan pada
kondisi prasiklus di atas, frekuensi hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan
ketuntasan tercapai oleh 2 dari 15 siswa atau 13,32 %. Angka ini menunjukkan
angka yang rendah, mengingat bahwa siswa yang belum tuntas hampir mencapai
100 % yakni 86,58 %. Begitu pula skor minimal yang dicapai jauh dari skor KKM
yang ditetapkan sebesar 75 yakni 35. Namun skor maksimal yang dicapai paling
24
tinggi yakni 75. Persoalan yang dialami adalah distribusi pencapaian prestasi
belajar yang tidak merata. Hal ini nampak pada banyaknya siswa yang
memperoleh skor 45 dan 55 dan siswa yang mencapai skor 75 hanya ada 1 siswa
saja. Ketidak merataan perolehan skor ini, dimungkinkan sekali karena
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas tidak efektif, sehingga kemampuan
siswa tidak dapat memehami materi yang di berikan guru. Penelitian tindakan ini
dikatakan berhasil apabila 80% berhasil tuntas dan memperoleh nilai 75
Distribusi persentase skor tes berdasarkan ketuntasan dapat dilihat pada tabel 1.3
berikut ini:
Tabel 1.3
Distribusi Persentase Ketuntasan Belajar
Pada Kondisi Prasiklus
Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )
1. Tuntas dengan skor 75 2 13,32
2. Tidak tuntas dengan skor < 75 13 86,58
Tabel 1.3 tentang distribusi persentase ketuntasan belajar tematik tentang tema pasar
bagi siswa kelas III semester II tahun 2012 SD Negeri Besani Kecamatan Blado
Kabupaten Batang menunjukkan bahwa hasil belajar pada kondisi pra siklus yaitu
kondisi sebelum diberi tindakan yang belum tuntas dengan skor di bawah 75 ada 13
sebesar 86,58 %. Kondisi kelas seperti ini, menunjukkan kegagalan dalam proses
pembelajaran, sehingga seolah-olah pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak
ada artinya sama sekali, sehingga sebenarnya tanpa pembelajaranpun kemampuan
siswa seperti itu. Kondisi tersebut secara lebih jelas ditunjukkan melalui gambar.4.1
tentang perbandingan ketuntasan belajar tematik tentang tema pasar bagi siswa kelas
III semester II tahun 2012 SD Negeri Besani Kecamatan Blado Kabupaten Batang
pada kondisi pra siklus disajikan pada halaman berikut.
Berdasarkan analisis perolehan skor tes pada kondisi pra siklus ini, baik skor
tes tertinggi, skor tes terendah dan rata-rata perolehan hasil evaluasi, maupun masih
25
besarnya siswa yang belum tuntas, maka perlu adanya perbaikan pembelajaran di III
semester II tahun 2012 SD Negeri Besani Kecamatan Blado Kabupaten Batang.
Gambar 2.1
Perbandingan Ketuntasan Belajar tematik Pada Kondisi Pra Siklus
4.2 Diskripsi Pelaksanaan Siklus I
4.2.1 Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang diberikan dalam siklus 1 terdiri dari 3
tahapan yaitu;
1) perencanaan tindakan (planning),
2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan (observation), dan
3) refleksi (reflection).
Pelaksanaan siklus 1 yang tertuang dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dirancang dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
berlangsung 70 menit (dua jam pelajaran) yang dilaksanakan pada tanggal 5
Maret 2012. Dalam tahap perencanaan ini tersusun 1 RPP, 2 lembar kerja
siswa (LKS), butir soal tes formatif I, kisi-kisi soal dan alat-alat pembelajaran
yang mendukung, yang semuanya disajikan dalam lampiran.
Tuntas
Tidak Tuntas
86,58 %
13,32 %
26
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I untuk
mendapatkan perangkat pembelajaran tersebut adalah:
1. Menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2. Guru rnenyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
3. Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien.
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
5. valuasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
seperti yang terlihat pada gambar 2.2 di bawah ini
Gambar 2.2
27
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu:
1. Membuka pelajaran
Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, dengan
diawali mengucapkan salam, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk
siswa, mengatur suasana kelas.
2. Apersepsi
Pada tahap ini guru memberikan bimbingan kepada siswa tentang
metode Student Teams Achievmet Division (STAD) pada tema pasar.
3. Tanya jawab
Pada tahap ini guru memberikan tanya jawab kepada siswa tentang
perkalian cara susun sekaligus guru memberikan contoh dengan
menggunakan media perkalian dan pembagian
4. Pembentukan kelompok
Pada Tahap ini peserta didik diminta belajar secara individual atau
berpasangan (berkelompok). Selanjutnya guru menjelaskan tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam proses
pembelajaran, bisa berupa penyelesaian yang dilakukan dengan
mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan mempelajari suatu topik,
mengerjakan tugas ataupun melakukan aktivitas-aktivitas lain yang dapat
membantu peserta didik dalam memahami suatu topik. Seperti kegiatan
pembelajaran pada gambar berikut ini.
28
Gambar 2.3
Guru membimbing siswa dalam kelompok
Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa mulai
melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru pada fase pertama,
peserta didik dapat bekerjasama tergantung pada pengorganisasian kelas
pada langkah pertama. Pada fase ini guru dapat memberikan jawaban
masalah secara langsung kepada siswa.
5. Penemuan
Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil
pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi
kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan
untuk membantu peserta didik memahami topik yang sedang mereka
pelajari.
Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada
fase kedua dan memperbaiki jika ternyata setelah didiskusikan terdapat
kesalahan. Guru dapat juga mengecek kembali pemahaman siswa dengan
memberikan soal latihan. Siswa dapat juga mengajukan permasalahan
atau pertanyaan jika ada hal-hal yang kurang dipahami dan topik yang
sedang dipelajari.
29
6. Evaluasi berupa tes
Guru melakukan evaluasi belajar yang berupa tes dan observasi. Di
awal pembelajaran penilaian dilakukan dengan memberikan pre tes, pada
proses pembelajaran, penilaian dilakukan melalui observasi dan
wawancara dengan siswa, dan pada akhir pembelajaran penilaian
dilakukan dengan tes
Hasil Observasi
Observasi terhadap tindakan siklus I dilakukan selama proses
pembelajaran dengan tindakan berlangsung, yang dilaksanakan oleh observer.
Observer selama tindakan dilakukan oleh teman sejawat yang mengajar di
kelas III semester II tahun 1202 SD Negeri Besani Kecamatan Blado
Kabupaten Batang. Observer mengikuti keseluruhan proses tindakan.
Hasil observasi yang dilakukan di SD N Besani berupa data kualitatif
yang diperoleh dari hasil observasi dan data kuantitatif dari hasil tes formatif
siswa yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan tindakan siklus I.
Pengamatan terhadap hasil belajar ini dilakukan sendiri oleh peneliti,
sedangkan pengamatan terhadap proses belajar dilakukan oleh teman sejawat
salah satu patner kerja di SD Negeri Besani.
Proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
Student Teams Achievmet Division (STAD).
1. Menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2. Guru rnenyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
3. Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
30
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien.
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
5. valuasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Hasil penilaian mata pelajaran tematik di kelas III semester II tahun
1202 SD Negeri Besani Kecamatan Blado Kabupaten Batang. pada siklus I
disajikan melalui tabel 1.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Distribusi Skor Tes Berdasarkan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I
Nilai Frekuensi Persentase (%) Jml=N * F Ketuntasan
55 4 26,68 220 Belum Tuntas
65 2 13,34 130 Belum Tuntas
75 7 46,69 525 Tuntas
85 2 13,34 170 Tuntas
Jumlah 15 100 1045
- Rata-rata 69.67
Berdasarkan tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata 69,67 yang
telah menunjukkan adanya kenaikan dari skor tes sebelumnya yakni 51,00
dengan tingkat ketuntasan kanya 1 siswa pada prasiklus naik menjadi 9
siswa pada siklus I, kenaikan ini merupakan kenaikan yang berarti dan
bermakna. Artinya tindakan yang berupa kerja kelompok dapat mendorong
siswa pada golongan terbawah naik ketuntasanya. Namun pada skor
31
maksimal skor 85 yaitu hanya di dapat 1 siswa.. Ini artinya pemberian
tindakan belum memiliki dampak yang begitu siknifikan bagi siswa pada
golongan teratas. Meskipun demikian, besarnya persentase ketuntasan
belajar klasikal mengalami kenaikan yang juga tidak signifikan yakni dari
kondisi pra siklus 13,32 % (2 siswa) menjadi 60,00 % (9 siswa) pada
siklus I.
Mendasarkan pada tabel 1.4 tersebut di atas, maka distribusi hasil belajar
tematik bagi siswa kelas III semester II SD Negeri Besani Kecamatan Blado
Kabupaten Batang terutama untuk pelajaran tematik tema pasar pencapaian
ketuntasan belajar siswa yang hanya sebanyak 9 siswa dengan persentase
60,00 % sedangkan tingkat ketidak tuntasan hasil belajar yang di peroleh
siswa masih cukup tinggi yaitu sebesar 40 % dengan 6 siswa dengan
prediksi awal yang hanya 9-10 % saja. Kondisi ini menunjukkan peningkatan
hasil belajar yang belum sepenuhnya dikatakan berhasil dengan KKM 75,
sehingga tindakan yang diberikan perlu mendapat perhatian. Ketuntasan
belajar ini juga dapat ditunjukkkan melalui tabel 1,5 berikut ini.
Tabel 4.5
Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika Pada Siklus I
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar yang diukur dengan KKM
diatas atau sama dengan 75, dicapai oleh 9 siswa atau 60,00 % dan ada 6
siswa lainnya atau sebesar 40,00 % dari seluruh siswa yang ada belum
mencapai ketuntasan dalam belajar tematik tema pasar. Gambar ketuntasan
belajar ini juga dapat ditunjukkan dalam diagram lingkaran seperti gambar
4.4 di halaman berikut ini. Pada gambar 4.8. menunjukkan betapa besarnya
siswa yang belum tuntas dalam belajarnya.
Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )
1. Tuntas dengan skor ≥75 9 60,00
2. Tidak tuntas dengan skor < 75 6 40,00
32
4.2.3 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan
belajar yang belum signifikan atau belum sesuai dengan yang diharapkan.
Ada beberapa penyebab kenaikan hasil belajar yang sangat rendah, antara
lain:
1. Guru terlalu cepat menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak
dapat melaksanakan tugas dengan baik.
2. Guru kurang mengorganisasi kelas, siswa belajar secara berpasangan
tanpa ada bimbingan.
3. Guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5. Kurang efektifnya diskusi antara siswa dan guru.
Kekurangan-kekurangan tersebut diperbaiki dalam siklus II. yakni:
1. Guru harus dapat mengorganisasi kelas dengan baik.
2. Kegiatan belajar siswa ada pendampingan dari guru
3. Guru memberikan penjelasan dengan baik
4. Guru membimbing siswa secara idividu
5. Guru menggunakan alat peraga, memberikan penguatan dalam
pembelajaran
6. Guru memberikan pengarahan dengan berdiskusi dengan siswa
7. Guru memberikan penghargaan dalam pembelajaran.
Refleksi hasil belajar berdasarkan tes menunjukkan hasil yang
tidak menggembirakan, masih tingginya prosentase yang tidak tuntas
(40,00 %). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi dan perhatian siswa kurang
optimal pada materi pembelajaran perkalian dengan cara susun.
33
Gambar 2.4
Ketuntasan Belajar Tematik Pada Siklus I
4.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus II
4.3.1 Perencanaan Tindakan
Siklus II terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung 70 menit (dua
jam pelajaran) yang dilaksanakan pada tanggal 26 sampai dengan 30 Maret
2012. Perencanaan yang dilakukan seperti pada perencanaan siklus I, namun
untuk merencanakan bentuk kegiatan dalam pemberian tindakan mendasarkan
pada hasil refleksi siklus I.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Dalam pelaksanaan tindakan ini, siswa menyelesaikan materi belajar sesuai
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dengan bimbingan individu yang
dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
Tuntas
Belum Tuntas
60,00 %
40,00 %
34
1. Membuka Pelajaran
Dalam mengorganisasi kelas, Guru memulai pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdo’a, mengabsen siswa, mengatur tempat
duduk siswa, dan mengatur suasana kelas.
2. Apersepsi
Pada tahap ini guru memberikan bimbingan individu kepada siswa
tentang sampel yang dipasang di depan kelas untuk di pahami dengan
menggunakan metode Student Teams Achievmet Division (STAD) tema
pasar.
3. Tanya jawab
Pada tahap ini guru memberikan pertanyan kepada siswa tentang
gambar yang mereka lihat sekaligus guru memberikan contoh/media yang
serupa dengan hasil belajar yang akan di capai. Terlihat pada gambar 4.9
di halaman berikut ini.
4. Pembentukan kelompok
Pada tahap ini peserta didik diminta belajar secara berpasangan
(berkelompok) terlebih dahulu. Selanjutnya guru menjelaskan tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam proses
pembelajaran, bisa berupa penyelesaian yang dilakukan dengan
mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan mempelajari suatu topik,
mengerjakan tugas ataupun melakukan aktivitas-aktivitas lain yang dapat
membantu peserta didik dalam memahami gambar yang di di sajikan.
Dalam hal ini, Gambar 2.5 menunjukkan aktivitas kelompok mengerjakan
soal latihan yang guru berikan.
35
Gambar 2.5
Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru
Setelah di bimbing secara individu siswa di beri kesempatan untuk
menjelaskan tentang maksud gambar yang mereka lihat, seperti terlihat
pada gambar 2.6 di bawah ini.
Gambar 2.6
36
Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk
melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru, siswa bekerjasama
sesuai dengan pengorganisasian kelas yang merupakan langka-langkah
yang di rencanakan. Pada fase ini guru dapat memberikan jawaban
masalah secara langsung kepada siswa.
5. Penemuan
Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil
penemuannyaa kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi
kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan
untuk membantu peserta didik memahami tema yang sedang mereka
pelajari. Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada
fase selanjutnya dan memperbaiki jika ternyata setelah didiskusikan
terdapat kesalahan.
Guru mengecek kembali pemahaman siswa secara individu dengan
memberikan beberapa soal latihan yang telah di persiapkan, Siswa dapat
juga mengajukan permasalahan atau pertanyaan jika ada hal-hal yang
kurang dipahami dan tema yang sedang dipelajari. Penjelasan aktivitas ini
secara lebih rinci disajikan melalui gambar 2.7 di halaman berikutnya.
Gambar 2.7
Guru Mengecek Hasil Pengerjaan Siswa pada Siklus II
37
6. Evaluasi berupa tes
Guru melakukan evaluasi belajar yang berupa tes, observasi dan
wawancara. Di awal pembelajaran penilaian dilakukan dengan memberikan
pre tes, pada proses pembelajaran, penilaian dilakukan melalui observasi
dan wawancara dengan siswa, dan pada akhir pembelajaran penilaian
dilakukan dengan tes
Hasil Observasi
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada Siklus I yang dilakukan di SD
Negeri Besani, menunjukan bahwa kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlihat
signifikan. Perbaikan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam siklus II yakni
dimulai dengan Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, siswa
diminta belajar secara individual, Dalam hal ini guru melakukan pendampingan
ke tiap siswa seperti yang terlihat pada gambar 2.8 berikut ini.
Gambar 2.8
Guru Mendampingi Siswa penyampaian tanggapan leh salah satu siswa
38
Selanjutnya guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
siswa yang berupa penyelesaian soal latihan. Untuk menyelesaikan soal
latihan, guru mengarahkan pendapat siswa, kemudian siswa mempelajari suatu
topik dan mengerjakan tugas yang ada melalui topik itu. Apabila siswa tidak
memahami topik tersebut, guru membantu menjelaskannya.
Siswa mulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama. Guru
memberikan jawaban masalah secara langsung kepada siswa. Penjelasan
guru nampak pada gambar 2.9 di bawah ini.
Gambar 2.9
Guru Memberi Penjelasan Kepada Siswa
Satu-persatu siswa diminta untuk menjelaskan gambar kepada teman-
teman sekelas, siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Guru
mengajukan beberapa pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami
maksud gambar yang sedang mereka pelajari. Siswa diminta memperhatikan
kembali hasil penjelasan dan memperbaiki. Guru mengecek kembali
pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan. Guru melakukan penilaian
belajar kepada siswa yang bekerja dalam kelompok seperti yang terlihat pada
gambar 3.0 di halaman berikutnya.
39
Gambar 3.0
Aktivitas siswa dalam kerja kelompok
4.3.3 Refleksi Siklus II
Hasil penilaian mata pelajaran matematika dari hasil belajar siswa
kelas III semester II tahun 2012 di SD Negeri Besani Kecamatan Blado
Kabupaten Batang melalui tabel 1.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Distribusi Skor Tes Berdasarkan Ketuntasan Belajar Pada Siklus II
Nilai Frekuensi Persentase
(%)
Jml=N *
F Ketuntasan
75 1 6,66 75 Tuntas
85 8 53,28 680 Tuntas
95 6 39,96 570 Tuntas
Jumlah 15 99,9 1325
Rata-rata 88,34
Berdasarkan tabel 1.6 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang 88,34
telah menunjukkan adanya kenaikan sebesar 28,34 dari skor tes pada siklus
1 dan kenaikan sebesar 75,34 dari prasiklu. Dengan skor minimal yang
mengalami kenaikan jumlah siswa yang memperoleh skor di atas atau sama
40
dengan rata rata adalah 2 siswa pada pra siklus dengan perolehan rata-rata
nilai adalah 51,00 sedangkan pada siklus I mengalami kenaikan yaitu
menjadi 9 siswa dengan nilai rata-rata siswa mencapai 69,67, dan pada
siklus ke-II jumlah siswa yang mendapat nilai lebih atau sama dengan KKL
adalah 14 siswa dengan nilai rata-rata 88,34 dengan presentase 93,38 %
banding 6,62 % untuk siswa yang tidak tuntas.Artinya tindakan yang berupa
pendekatan individu dapat mendorong siswa pada golongan terbawah naik
skornya. Pada skor maksimal mengalami kenaikan juga yaitu dari skor 85
menjadi 95. Ini artinya pemberian tindakan memberikan dampak yang
sangat berarti bagi siswa pada golongan teratas dengan kenaikan yang
cukup memuaskan.
Mendasarkan pada tabel 41.6 tersebut di atas, maka distribusi hasil belajar
tematik bagi siswa kelas III semester II tahun 2012 SD Negeri Besani
Kecamatan Blado Kabupaten Batang terutama untuk tema pasar yang
mencapai persentase terbesar (93,38 %) adalah pada skor maksimal dan
dinyatakan telah tuntas, sedangkan persentase terkecil sebesar 6,62 %
dicapai pada batas skor KKM 75 yang dinyatakan tuntas. Kondisi ini
menunjukkan peningkatan hasil belajar yang sangat bermakna. Ketuntasan
belajar telah hampir mencapai mencapai 100 % dengan distribusi skor
35,45,55,65,75,85 dan 95. Sayang, skor maksimal 100 belum dapat dicapai.
Kondisi ini dapat dipahami, mengingat ada beberapa anak yang memiliki IQ
di bawah rata-rata, sehingga skor maksimal belum didapat. Distribusi
Persentase Ketuntasan Belajar pada Kondisi siklus II dapat dilihat pada
tabel 4.7 dan diagram pada gambar 3.1 di bawah ini.
41
Tabel 4.7
Distribusi Persentase Ketuntasan Belajar
Pada Kondisi Prasiklus
Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )
1. Tuntas dengan skor 75 14 93,38
2. Tidak tuntas dengan skor <
75 2 6,62
Gambar 3.1
Ketuntasan Belajar Tematik Pada Siklus II
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan observasi dan hasil evaluasi yang diperoleh dari proses
perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan, terbukti menunjukkan ada perubahan
belajar siswa yang signifikan dari perkembangan siswa dengan adanya upaya dan
desain serta model pembelajaran yang diupayakan pada setiap siklusnya. Hasil
observasi menunjukkan, guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas,
peserta didik diminta belajar secara individual atau berpasangan (berkelompok), guru
Tuntas
Belum Tntas
6,62 %
93,38 %
42
sudah menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan peserta didik
dalam proses pembelajaran, guru mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan
mempelajari suatu topik, Siswa sudah memulai melaksanakan aktivitas yang telah
ditentukan guru, peserta didik aktif bekerjasama atau individu, guru memberikan
jawaban masalah secara langsung kepada siswa, beberapa siswa diminta untuk
menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas,
siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Guru mengajukan pertanyaan untuk
membantu peserta didik memahami topik yang sedang mereka pelajari. Siswa diminta
memperhatikan kembali hasil pekerjaannya dan memperbaiki, guru mengecek
kembali pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan. Siswa mengajukan
permasalahan atau pertanyaan, guru menilai atau melakukan evaluasi belajar,
Sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tematik tema pasar.
Perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dari keadaan prasiklus, siklus I
dan siklus II disajikan dalam tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8
Perbandingan Distribusi Skor Antara Keadaan
Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No Skor Prasiklus Siklus I Siklus II
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1 35 1 6,66 - - - -
2 45 6 39,96 - - - -
3 55 5 33.3 4 26,68 - -
4 65 1 66.6 2 13,34 - -
5 75 2 13,32 7 46,69 1 6,66
6 85 - - 2 13,34 8 53,28
7 95
- - 6 39,96
Jumlah 15 100 15 100 15 100
Rata-rata 51,00 69.67 88,34
Ketuntasan 2 13,34 9 60,00 14 93,38
43
Adapun perbandingan skor hasil belajar minimal yang dialami oleh masing-
masing siklus dapat ditunjukkan melalui gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2
Perbandingan presentase skor Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Besarnya presentase skor maksimal pada prasiklus dan siklus I sebesar
85. Pada keadaan ini tidak mengalami kenaikan. Pada siklus II mengalami kenaikan
10 menjadi 95. Tabel 1.8 di atas yang menunjukkan perbandingan distribusi skor
antara keadaan prasiklus, siklus I dan siklus II juga dapat disajikan lebih jelas lagi
melalui gambar 3.3 yakni perbandingan rata-rata skor hasil belajar yang dialami oleh
masing-masing siklus pada halaman berikutnya.
Series10
20
40
60
80
100
Prasiklus Siklus I Siklus II
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
44
Gambar 3.3
Gambar Perbandingan Ratarata per Siklus
Gambar 6.8 menunjukkan dengan jelas, perkembangan kenaikan perolehan
skor kenaian siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II. Dalam gambar terlihat pada
kondisi prasiklus, skor yang diperoleh oleh jumlah siswa adalah pada skor 2 Kondisi
ini berbeda dengan kondisi siklus 1 yang menunjukkan kecenderungan semakin
tinggi skor diperoleh yaitu 9 siswa mencapainya. Berbeda dengan kondisi siklus II
yang distribusi pencapaian skor siswa yakni siswa mencapai 14 siswa yang
memperoleh skor diatas atau samadengan KKL yaitu 75.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
Prasiklus Siklus I Siklus II
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
45
Gambar 3.4
Diagram Perbandingan Distribusi Skor Kenaikan Perolehan Siswa Pada
Keadaan Prasiklus, Siklus I dan Siklus II.
Gambar 6.9 perbandingan persentase ke tidak tuntasan belajar pada prasiklus,
siklus I dan siklus II pada prasiklus presentase ketidak adalah 86,67 %, pata
tahap siklus 1 yang memperoleh adalah 60,00 %, sengkan pada siklus II jumlah
presentase mengalami peningkatan yang sangat memuaskan yaitu dengan
Presentase hanya 6,62 %.
Gambar 3.5
Perbandingan persentase ke tidak tuntasan belajar pada prasiklus, siklus I dan
siklus II
Dengan demikian dari diperolehya data-data diatas peneliti dapat menyimpulkan,
bahwa dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat tercipta karena
adanya kerja sama yang seimbang antara guru dengan siswa, teman sejawat, dan
lingkungan peneliti dinyatakan berhasil.
0
5
10
15
Prasiklus Siklus ISiklus II
Series1
020406080
100
Series3
Series2
Series1