BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 ·...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 ·...
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi yang berdiri pada
tahun 1925 merupakan salah satu rumah sakit di Semarang yang pengelolaannya
dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang. Rumah sakit ini terletak di
Kecamatan Semarang Tengah, tepatnya di Jl. Dr. Sutomo No.16. RSUP Dr.
Kariadi menempati areal tanah seluas 210.080 m2 yang meliputi bangunan rumah
sakit dan bangunan kelengkapan lainnya termasuk gedung fakultas kedokteran
Universitas Diponegoro. RSUP Dr. Kariadi Semarang merupakan Rumah Sakit
terbesar sekaligus berfungsi sebagai Rumah Sakit rujukan bagi wilayah Jawa
Tengah. Saat ini RSUP Dr. Kariadi adalah Rumah Sakit kelas A.
Secara struktural, RSUP dr. Kariadi merupakan Unit Pelaksana Teknis
di Lingkungan Departemen Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan yang mempunyai tugas
menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara
serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan upaya lain sesuai kebutuhan.
RSUP Dr. Kariadi juga berfungsi sebagai Rumah sakit Pendidikan
maupun penelitian bagi dokter, dokter spesialis,dan sub spesialis dari Fakultas
Kedokteran UNDIP,dan Institusi Pendidikan lain serta tenaga kesehatan lainnya
oleh sebab itu peneliti menggunakan RSUP Dr. Kariadi sebagai tempat penelitian
khususnya dibagian Rekam Medik.
40
B. Hasil
1. Analisis Deskriptif
Analisis data mencakup variabel usia, paritas, jarak kehamilan,
hipertensi, anemia, riwayat perdarahan, riwayat seksio sesarea dengan
kejadian perdarahan pasca persalinan. Diskripsi masing-masing variabel
berdasarkan kejadian perdarahan pasca persalinan tercantum dalam tabel-
tabel di bawah ini.
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 15 tahun sampai 47
tahun dengan rerata 28,70 tahun ± 6,466 tahun. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa rerata usia responden tidak termasuk dalam usia
berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok usia dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Usia Frekuensi Persentase
Usia aman (20-35 th) 82 78,8 Usia terlalu muda (< 20 th) Usia terlalu tua (> 35 th)
9 13
8,7 12,5
Total 104 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh gambaran bahwa mayoritas responden
termasuk dalam usia aman (20-35 tahun) untuk melahirkan yaitu
sebanyak 82 responden (78,8%) dan hanya 9 responden (8,7%) yang
termasuk usia terlalu muda (< 20 tahun) untuk melahirkan.
Distribusi frekuensi kategori usia antara kasus dan kontrol ditunjukkan
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kategori Usia antara Kasus dan Kontrol
Usia Tidak PPP PPP
Frekuensi % Frekuensi %
usia aman (20-35 th) 41 78,8 41 78,8
terlalu muda (< 20 th) 5 9,6 4 7,7
terlalu tua(> 30 th) 6 11,6 7 13,5
Total 52 100,0 52 100,0
41
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada usia aman untuk
melahirkan (20-35 th) yang tidak mengalami perdarahan pasca persalinan
dan yang mengalami perdarahan pasca persalinan sama besarnya yaitu
78,8%.
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
Paritas responden dalam penelitian ini berkisar antara 1 anak sampai 6
anak dengan rerata 2,36 anak ± 1,321 anak. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa rerata pada paritas responden tidak termasuk dalam paritas
berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok paritas
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
Paritas Frekuensi Persentase Primipara 37 35,6 Multiparitas Grande Multipara
65 2
62,5 1,9
Total 104 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar
responden termasuk dalam multiparitas (2-5 anak) sebanyak 65 resonden
(62,5%) dan hanya ada 2 responden (1,9%) yang termasuk grande
multipara (> 5 anak).
Distribusi frekuensi kategori paritas antara kasus dan kontrol dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Paritas antara Kasus dan Kontrol
Paritas
Tidak PPP PPP
Frekuensi % Frekuensi %
Primipara (1 anak) 20 38,5 17 32,7
Multiparitas (2-5 anak) 32 61,5 33 63,5
Grande Multipara (> 5 anak) 0 0,0 2 3,8
Total 52 100,0 52 100,0
42
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 2 responden pada kelompok
kasus dengan paritas lebih dari 5 (grande multipara) semuanya mengalami
perdarahan pasca persalinan.
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan responden dalam penelitian ini berkisar antara 0 tahun
sampai 19 tahun dengan rerata 3,293 tahun ± 3,7731 tahun. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata responden berada pada jarak kehamilan
yang tidak berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jarak
kehamilan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan
Jarak Kehamilan Frekuensi Persentase Tidak berisiko (> 2th) 93 89,4 Berisiko (≤ 2th) 11 10,6 Total 104 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh gambaran bahwa mayoritas reponden
mempunyai jarak kehamilan lebih dari 2 tahun sebanyak 93 responden
(89,42%).
Distribusi frekuensi jarak kehamilan antara kasus dan kontrol ditunjukkan
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan antara Kasus dan Kontrol
Jarak Kehamilan
Tidak PPP PPP
Frekuensi % Frekuensi %
Jarak 3-19 th 27 51,9 24 46,2
Jarak 0 th 21 40,4 21 40,4
Jarak 1-1,5 th 0 0,0 2 3,8
Jarak 1,6-2 th 4 7,7 5 9,6
Total 52 100,0 52 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa terdapat 2 responden pada
kelompok kasus yang mempunyai jarak kehamilan 1-1,5 tahun seluruhnya
mengalami perdarahan pasca persalinan.
43
d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah
Tekanan darah responden dalam penelitian ini berkisar antara 90/60
mmHg sampai 220/110 mmHg dengan rerata 122,33 mmHg ± 19,283
pada sistole sedangkan rerata pada diastole menunjukkan angka 77,07
mmHg ± 10,717. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden
mempunyai tekanan darah dalam batas normal. Distribusi frekuensi
berdasarkan tekanan darah responden dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan
Tabel 4.8.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah (Sistole)
Tekanan Darah Sistole Frekuensi Persentase
Normal (< 120 mmHg) 36 34,6 Prehipertensi (120-139 mmHg) Tahap 1 hipertensi (140-159 mmHg) Tahap 2 hipertensi (≥160 mmHg)
53 7 8
51,0 6,7 7,7
Total 104 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar
responden mempunyai tekanan darah sistole prehipertensi (120-139
mmHg) sebanyak 53 responden (51%) dan hanya 7 responden (6,7%)
yang termasuk dalam tekanan darah sistole tahap 1 hipertensi (140-159
mmHg).
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah (Diastole)
Tekanan Darah Diastole Frekuensi Persentase
Normal (< 80 mmHg) 52 50,0 Prehipertensi (80-89 mmHg) Tahap 1 hipertensi (90-99 mmHg) Tahap 2 hipertensi (≥100 mmHg)
36 6 10
34,6 5,8 9,6
Total 104 100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar
responden mempunyai tekanan darah diastole normal (< 80 mmHg) dan
44
hanya 6 responden (5,8%) yang termasuk dalam tekanan darah diastole
tahap 1 hipertensi (90-99 mmHg).
Kategori tekanan darah sistole responden antara kasus dan kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4.9 dan tekanan darah sistole antara kasus dan kontrol
dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.9 Kategori Sistole antara Kasus dan Kontrol
Tekanan Darah Sistole
Tidak PPP PPP
Frekuensi % Frekuensi %
Normal (< 120 mmHg) 17 32,7 19 36,5
Prehipertensi (120-139 mmHg) 29 55,8 24 46,2
Tahap 1 hipertensi (140-159 mmHg 4 7,7 3 5,8
Tahap 2 hipertensi (≥160 mmHg) 2 3,8 6 11,5
Total 52 100,0 52 100,0
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada sebagian besar responden pada
kelompok kontrol dan kelompok kasus memiliki tekanan sistole 120-139
mmHg (Prehipertensi).
Tabel 4.10 Kategori Diastole antara Kasus dan Kontrol
Tekanan Darah Diastole
Tidak PPP PPP
Frekuensi % Frekuensi %
Normal (< 80 mmHg) 23 44,2 29 55,8
Prehipertensi (80-89 mmHg) 23 44,2 13 25,0
Tahap 1 hipertensi (90-99 mmHg 2 3,8 4 7,7
Tahap 2 hipertensi (≥100 mmHg) 4 7,7 6 11,5
Total 52 100,0 52 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
dengan perdarahan pasca persalinan memiliki tekanan darah diastole
normal (< 80 mmHg).
e. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Haemoglobin
Kadar haemoglobin (Hb) responden dalam penelitian ini berkisar antara
4,72 gr% sampai 15,60 gr% dengan rerata 11,0414 gr% ± 1,80769 gr%.
45
Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden mempunyai nilai
Kadar Hb normal. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar Hb
dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Hb
Kadar Hb Frekuensi Persentase Tidak Anemia (≥ 11 gr%) 61 58,7 Anemia Ringan (10-10,9 gr%) Anemia Sedang (7-9,9 gr%) Anemia Berat (< 7 gr%)
17 24 2
16,3 23,1 1,9
Total 104 100,0
Berdasarkan Tabel 4.11 menggambarkan bawah sebagian besar
responden tidak mengalami anemia sebanyak 61 responden (58,65%) dan
hanya 2 responden (1,9%) yang mengalami anemia berat.
Kategori kadar Hb antara kasus (tidak perdarahan pasca persalinan) dan
kontrol (perdarahan pasca persalinan) dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Kategori Hb antara Kasus dan Kontrol
Kadar Hb
Tidak PPP PPP
Frekuensi % Frekuensi %
Tidak Anemia (≥ 11 gr%) 39 75,0 22 42,3
Anemia Ringan (10-10,9 gr%) 9 17,3 8 15,4
Anemia Sedang (7-9,9 gr%) 4 7,7 20 38,5
Anemia Berat (< 7 gr%) 0 0,0 2 3,8
Total 52 100,0 52 100,0
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol mayoritas
responden tidak menderita anemia sebesar 39 (75%) dan pada kelompok
kasus menunjukkan bahwa terdapat 2 responden dengan anemia berat
semuanya mengalami perdarahan pasca persalinan.
f. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Perdarahan
Riwayat perdarahan pasca persalinan antara kasus dan kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4.13
46
Tabel 4.13 Riwayat PPP antara Kasus dan Kontrol
Riwayat PPP
Tidak PPP PPP
Frekuensi % Frekuensi %
Tidak 52 100,0 50 96,2
Ya 0 0,0 2 3,8
Total 52 100,0 52 100,0
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 2 responden yang
mempunyai riwayat perdarahan pasca persalinan seluruhnya mengalami
perdarahan pasca persalinan.
Riwayat perdarahan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
riwayat perdarahan responden dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Perdarahan
Riwayat Perdarahan Frekuensi Persentase Tidak 102 98,1 Ya 2 1,9 Total 104 100,0
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak
mempunyai riwayat perdarahan pasca persalinan sebanyak 102 responden
(98,1%).
g. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat SC
Riwayat perdarahan pasca persalinan antara kasus dan kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Riwayat SC antara Kasus dan Kontrol
Riwayat SC
Tidak PPP PPP
Frekuensi % Frekuensi %
Tidak 51 98,1 48 92,3
Ya 1 1,9 4 7,7
Total 52 100,0 52 100,0
47
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol hanya terdapat 1
responden yang memiliki riwayat SC dan pada kelompok kasus terdapat 4
responden yang memiliki riwayat SC.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat SC responden pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat SC
Riwayat SC Frekuensi Persentase Tidak 99 95,2 Ya 5 4,8 Total 104 100,0
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak
mempunyai riwayat seksio sesarea sebanyak 99 responden (95,19%).
2. Analisis Bivariat
Analisis hubungan faktor risiko dengan kejadian BBLR mencakup
variabel paritas, usia, jarak kehamilan, distensi uterus, hipertensi, anemia,
riwayat perdarahan, riwayat seksio sesarea dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan. Hubungan masing-masing variabel tercantum dalam tabel-tabel di
bawah ini :
a. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan paritas responden yang
terdiri dari primipara, multiparitas dan grande multipara dapat dilihat pada
Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Kejadian PPP Berdasarkan Paritas Responden
No Paritas
PPP Total
Tidak Ya
n % n % n %
1 Primipara 20 54,1 17 45,9 37 100,0
2 Multiparitas 32 49,2 33 50,8 65 100,0
3 Grande Multipara 0 0,0 2 100,0 2 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
48
Bedasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa 2 responden yang memiliki
paritas lebih dari 5 (grande multiparitas) seluruhnya mengalami perdarahan
pasca persalinan, pada multiparitas (2-5 anak) 33 dari 65 responden
(50,8%) mengalami perdarahan pasca persalinan.
Analisis hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan pada variabel paritas yang sudah dikategorikan menjadi paritas
tidak berisiko dan paritas berisiko dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Hubungan antara Paritas dengan Kejadian PPP
No Paritas
PPP Total
ρ OR Tidak Ya
n % n % n %
1 Tidak Berisiko (≤ 3 anak)
48 60,8 31 39,2 79 100,0
0,000 8,129
2,547-25,949 2 Berisiko (> 3 anak)
4 16,0 21 84,0 25 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Hasil analisis hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan
pascapersalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 31 dari 79 (79%) responden
dengan paritas tidak berisiko (≤ 3 anak) mengalami perdarahan pasca
persalinan, sedangkan diantara responden dengan paritas berisiko (> 3
anak) yaitu 21 dari 25 (84%) mengalami perdarahan pasca persalinan.
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil dari α
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
paritas dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 8,129 artinya : responden yang termasuk dalam
paritas berisiko mempunyai peluang 8,129 kali mengalami perdarahan
pascapersalinan.
b. Hubungan antara Usia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan usia respondendapat
dilihat pada Tabel 4.19.
49
Tabel 4.19 Kejadian PPP Berdasarkan Usia Responden
No Usia
PPP Total
Tidak Ya
n % n % n %
1 Usia Aman (20-35 th) 41 50,0 41 50,0 82 100,0
2 Usia Terlalu Muda (<20th) 5 55,6 4 44,4 9 100,0
3 Usia Terlalu Tua (> 35 th) 6 46,2 7 53,8 13 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Bedasarkan Tabel 4.19 menunjukkan bahwa 7 dari 13 responden (53,8%)
dengan usia terlalu tua (> 35 tahun) mengalami perdarahan pasca
persalinan dan pada usia aman untuk melahirkan (20-35 tahun) separuhnya
mengalami perdarahan pasca persalinan.
Analisis hubungan antara usia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan
yang telah dikategorikan menjadi usia tidak berisiko dan berisiko dapat
dilihat pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Hubungan antara Usia dengan Kejadian PPP
No Usia
PPP Total
ρ OR Tidak Ya
n % n % n %
1 Tidak Berisiko (20th-35th)
41 50,0 41 50,0 82 100,0
1,000 1,000
0,390-2,563 2 Berisiko (<20th dan > 35 th)
11 50,0 11 50,0 22 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Hasil analisis hubungan antara usia dengan kejadian perdarahan
pascapersalinan sebagian (50%) responden tidak termasuk dalam usia
berisiko mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Chi
Square diperoleh nilai p = 1,000 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan
kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai
50
OR = 1,000 yang artinya : usia bukan merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan pasca persalinan .
c. Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Perdarahan Pascapersalinan
Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan jarak kehamilan dapat
dilihat pada Tabel 4.21. jarak persalinan dibagi menjadi jarak kehamilan
lebih dari 3 tahun, responden yang baru pertama kali melahirkan (0 tahun),
jarak kehamilan 1-1,5 tahun dan jarak kehamilan lebih dari 1,5-2 tahun.
Tabel 4.21 Kejadian PPP Berdasarkan Jarak Kehamilan Responden
No Jarak Kehamilan
PPP Total
Tidak Ya
n % n % n %
1 > 3 th 27 52,9 24 47,1 51 100,0
2 0 th 21 50,0 21 50,0 42 100,0
2 1-1,5 th 0 0,0 2 100,0 2 100,0
3 ˃ 1,5 – 2 th 4 44,4 5 55,6 9 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa responden yang memiliki jarak kehamilan
1-1,5 tahun antara anak yang akan dilahirkan dengan anak sebelumnya
seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan dan perdarahan pasca
persalinan terjadi sebesar 55,6% pada responden yang memiliki jarak
kehamilan lebih dari 1,5-2 tahun.
Analisis hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan
pasca persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian PPP
No Jarak Kehamilan
PPP Total
ρ OR Tidak Ya
n % n % n %
1 Tidak Berisiko (> 2 th) 27 52,9 24 47,1 51 100,0
0,508 1,969
0,512-7,563 2
Berisiko (≤ 2 th)
4 36,4 7 63,6 11 100,0
Total 31 50,0 31 50,0 62 100,0
51
Hasil analisis hubungan antara jarak kehamilan pada multiparitas dan
grande multipara dengan kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh
bahwa ada sebanyak 24 dari 51 (47,1%) responden termasuk dalam
kategori tidak berisiko (jarak kehamilan > 2 tahun) mengalami perdarahan
pasca persalinan, sedangkan diantara responden yang berisiko (jarak
kehamilan ≤ dari 2 tahun) yaitu 7 dari 11 (63,6%) responden mengalami
perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p
= 0,508 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian
perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,969
artinya : responden mempunyai jarak kehamilan ≤ 2 tahun mempunyai
peluang 1,969 kali mengalami perdarahan pasca persalinan.
d. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan tekanan darah
responden yang dibagi menjadi 4 klasifikasi tekanan darah orang dewasa
yang dibagi menjadi tekanan darah normal, prehipertensi, tahap 1
hipertensi dan tahap 2 hipertensi dapat dilihat pada Tabel 4.23 (Kejadian
PPP berdasarkan tekanan darah sistole responden) dan Tabel 4.24
(Kejadian PPP berdasarkan tekanan darah diastole responden).
Tabel 4.23 Kejadian PPP Berdasarkan Sistole Responden
No Tekanan Darah
PPP Total
Tidak Ya
n % n % n %
1 Normal (< 120 mmHg) 17 47,2 19 52,8 36 100,0
2 Prehipertensi (120-139 mmHg) 29 54,7 24 45,3 53 100,0
3 Tahap 1 Hipertensi (140-159 mmHg) 4 57,1 3 42,9 7 100,0
4 Tahap 2 Hiperetensi (≥ 160 mmHg) 2 25,0 6 75,0 8 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
52
Berdasarkan Tabel 4.23 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
tekanan darah sistole ≥ 160 mmHg (Tahap 2 hipertensi) 6 dari 8 (75%)
responden mengalami perdarahan pasca persalinan.
Tabel 4. 24 Kejadian PPP Berdasarkan Diastole Responden
No Tekanan Darah
PPP Total
Tidak Ya
n % n % n %
1 Normal (< 80 mmHg) 23 44,2 29 55,8 52 100,0
2 Prehipertensi (80-89 mmHg) 23 63,9 13 36,1 36 100,0
3 Tahap 1 Hipertensi (90-99 mmHg) 2 33,3 4 66,7 6 100,0
4 Tahap 2 Hiperetensi (≥ 100 mmHg) 4 40,0 6 60,0 10 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Tabel 4.24 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tekanan darah
diastole 90-99 mmHg (tahap 1 hipertensi) 4 dari 6 (66,7%) responden
mengalami perdarahan pasca persalinan.
Analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan setelah dikategorikan menjadi tidak hipertensi dan hipertensi
dapat dilihat pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25 Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian PPP
No Tekanan Darah
PPP Total
ρ OR Tidak Ya
n % n % n %
1 Tidak Hipertensi (< 140/90 mmHg)
46 51,7 43 48,3 89 100,0
0,577 1,605
0,527-4,886 2 Hipertensi (≥ 140/90 mmHg)
6 40,0 9 60,0 15 100,0
Total 52 50 52 50 104 100,0
Hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan
pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 43 dari 89 (48,3%)
responden yang tidak hipertensi mengalami perdarahan pasca persalinan.
Sedangkan diantara responden yang mengalami hipertensi yaitu 9 dari 15
53
(50%) responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji
statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,577 (lebih besar dari α 0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 1,605 artinya : responden yang mengalami
hipertensi mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan pasca
persalinan.
e. Hubungan antara Anemia dengan Perdarahan Pasca Persalinan
Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan kadar Hb dapat dilihat
pada Tabel 4.26.
Tabel 4.26 Kejadian PPP Berdasarkan Kadar Hb Responden
No Kadar Hb
PPP Total
Tidak Ya
n % n % n %
1 Tidak Anemia (≥ 11 gr%) 39 63,9 22 36,1 61 100,0
2 Anemia Ringan (10-10,9 gr%) 9 52,9 8 47,1 17 100,0
3 Anemia Sedang (7-9,9 gr%) 4 33,3 20 83,3 24 100,0
4 Anemia Berat (< 7 gr%) 0 100,0 2 100,0 2 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa 2 responden dengan anemia berat
seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan dan perdarahan pasca
persalinan terjadi pada 20 dari 24 (83,3%) responden dengan kadar Hb 7-
9,9 gr% (anemia sedang).
Analisis hubungan antara kadar Hb (anemia) dengan kejadian perdarahan
pasca persalinan setelah dikategorikan tidak anemia (≥ 11 gr%) dan anemia
(< 7 gr%) dapat dilihat pada Tabel 4.27.
54
Tabel 4.27 Hubungan antara Anemia dengan Kejadian PPP
No Kadar Hb
PPP Total
ρ OR Tidak Ya
n % n % n %
1 Tidak Anemia (≥ 11 gr%)
39 63,9 22 36,1 61 100,0
0,001 4,091
1,776-9,426 2 Anemia (< 11 gr%)
13 30,2 30 69,8 43 100,0
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Hasil analisis hubungan anemia dengan kejadian perdarahan
pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 22 dari 61 (36,1%)
responden yang tidak anemia mengalami perdarahan pasca persalinan,
sedangkan diantara responden yang anemia yaitu 30 dari 43 (69,8%)
responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai p = 0,001 (lebih kecil dari α 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan
kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai
OR = 4,091 artinya : responden anemia mempunyai peluang 4,091 kali
mengalami perdarahan pasca persalinan.
f. Hubungan antara Riwayat Perdarahan dengan Perdarahan Pasca Persalinan
Analisis hubungan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan
pasca persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28 Hubungan antara Riwayat Perdarahan dengan Kejadian PPP
No Riwayat
Perdarahan
PPP Total
ρ OR Tidak Ya
n % n % n %
1 Tidak 52 51 50 49 102 100
0,495 0,490
0,402-0,597 2 Ya 0 0 2 100 2 100
Total 52 50 52 50 104 100
Hasil analisis hubungan antara riwayat perdarahan dengan
kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 50
55
dari 102 (49%) responden yang tidak memiliki riwayat perdarahan
mengalami perdarahan pasca persalinan dan 2 responden (100%) yang
memiliki riwayat perdarahan seluruhnya mengalami perdarahan pasca
persalinan. Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,495 (lebih
besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,490 artinya :
riwayat perdarahan merupakan faktor protektif dari faktor risiko
perdarahan pasca persalinan.
g. Hubungan antara Riwayat Seksio Sesarea dengan Perdarahan Pasca
Persalinan
Analisis hubungan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29 Hubungan antara Riwayat SC dengan Kejadian PPP
No Riwayat SC
PPP Total
ρ OR Tidak Ya
n % n % n %
1 Tidak 51 51,5 48 48,5 99 100
0,363 4,250
0,459-39,385 2 Ya 1 20 4 80 5 100
Total 52 50 52 50 104 100
Hasil analisis hubungan antara riwayat SC dengan kejadian
perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 48 dari 99
(48,5%) responden yang tidak mempunyai riwayat SC mengalami
perdarahan pasca persalinan, sedangkan diantara responden yang
mempunyai riwayat SC yaitu 4 dari 5 (80%) responden mengalami
perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai
p = 0,363 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara riwayat SC dengan kejadian
perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,250
56
artinya : responden dengan riwayat SC mempunyai peluang 4,250 kali
mengalami perdarahan pasca persalinan.
3. Analisis Multivariat
Berdasarkan hasil uji bivariat terdapat 2 variabel yang memiliki
hubungan signifikan dengan perdarahan pasca persalinan, variabel tersebut
adalah paritas dan anemia yang kemudian akan dianalisis secara multivariat.
Analisis multivariat ditujukan untuk mengestimasi hubungan antara paritas
dan anemia terhadap kejadian perdarahan pasca persalinan. Analisis yang
digunakan adalah regresi logistik multivariat dengan tingkat kepercayaan
95% (95% CI).
a. Regresi logistik multivariat hubungan paritas dan anemia dengan
perdarahan pasca persalinan
1) Pemilihan variabel kandidat
Pemilihan covariat yang akan diikutsertakan dalam analisa
multivariat melalui seleksi pada analisis bivariat dengan uji regresi
logistik sederhana. Kandidat ditentukan berdasarkan variabel yang
memiliki nilai p < 0,25. Setelah dilakukan uji regresi logistik
sederhana diperoleh variabel yang memenuhi syarat nilai p < 0,25
yaitu variabel paritas dan variabel anemia setelah diuji regresi
logistik multivariat hasil dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.30 Hasil pemilihan variabel kandidat yang akan diikutkan
dalam analisis multivariat
No Variabel Wald p keterangan 1. Paritas 12,520 0,000 (+) 2. Anemia 10,943 0,001 (+)
Keterangan :
(-) Variabel yang tidak diikutsertakan dalam analisis multivariat
(+) Variabel yang diikutsertakan dalam analisis multivariat
57
2) Analisis hubungan antara variabel (collinearity)
Analisis ini digunakan untuk menilai kemungkinan adanya
hubungan collinearity antara variabel independen. Jika terdapat nilai
Correlation Coefficient (r) > 0,8 artinya terdapat variabel independen
berhubungan koliner dengan variabel independen lainnya, maka
variabel tidak masuk kandidat model dalam analisis multivariat.
Setelah dilakukan uji collinearitas, ternyata tidak terdapat hubungan
antar variabel paritas dan variabel anemia dengan nilai r = -0,015
lebih kecil dari r = 0,8.
3) Penilaian interaksi
Pada tahapan ini dilakukan uji regresi logistik multivariat
dengan variabel utama (perdarahan pasca persalinan) dan covariat
(variabel anemia dan paritas). Jika nilai p variabel interaksi antar
variabel tidak signifikan (p > 0,05) maka dikeluarkan dari model.
Dari hasil uji variabel anemia diperoleh p-value 0,000 dan pada
variabel paritas diperoleh p-value 0,000, nilai dari masing-masing
variabel lebih besar dari 0,05 sehingga signifikan dan diikutsertakan
dalam model. Interaksi paritas dan anemia memiliki p-value = 0,441
(p > 0,05) sehingga model tanpa variabel interaksi.
4) Regresi Logistik Multivariat
Hasil uji regresi logistik multivariat pada kandidat variabel yang
terpilih dapat dilihat pada Tabel 4.29.
Tabel 4.31 Uji Regresi Logistik Multivariat B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
kat_Hb 1.717 .478 12.897 1 .000 5.567
kat_paritas 2.415 .636 14.415 1 .000 11.195
Constant -1.220 .343 12.634 1 .000 .295
a. Variable(s) entered on step 1: kat_Hb, kat_paritas.
58
Berdasarkan tabel 4.29 dapat dilihat bahwa hasil analisis
regresi logistik pada variabel anemia diperoleh p-value = 0,000 (p-
value lebih kecil dari α 0,05) maka kesimpulannya ada hubungan
antara anemia dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji juga
diperoleh OR 5,567 yang artinya responden dengan anemia
mempunyai peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar
5,567 kali dibandingkan dengan responden yang tidak anemia.
Variabel anemia mempunyai nilai B sebesar 1,717 dan Wald 12,897.
Hasil analisis regresi logistik pada variabel paritas
diperoleh p-value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05), maka
kesimpulannya ada hubungan antara paritas dengan perdarahan pasca
persalinan. Dari hasil tabel juga diperoleh OR 11,195 yang artinya
responden dengan paritas berisiko (> 3 anak) mempunyai peluang.
terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 11,195 kali
dibandingkan dengan responden dengan paritas tidak berisiko (≤ 3
anak). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor paritas inilah yang
paling mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan. Variabel
paritas mempunyai nilai B 2,415 dan Wald 14.415.
Logit perdarahan pasca persalinan berdasarkan Tabel 4.29 yaitu :
Logit (PPP) = -1,220 + 2,415 kat_paritas + 1,717 kat_Hb artinya jika
responden mempunyai paritas berisiko dan anemia maka responden
memiliki peluang 2,912 untuk terjadinya perdarahan pasca
persalinan.
Berdasarkan rumus P (Z) = 1 maka
1 + e-(β0+β1Kat_paritas+β2Kat_anemia)
dapat disimpulkan bahwa:
a) Jika responden tidak anemia dan tidak memiliki paritas yang
berisiko maka responden memiliki peluang terjadinya perdarahan
pasca persalinan sebesar 22,79%.
59
b) Jika responden anemia dan tidak memiliki paritas berisiko maka
responden memiliki peluang terjadinya perdarahan pasca
persalinan sebesar 64,49%.
c) Jika responden tidak anemia tetapi responden termasuk dalam
paritas berisiko maka responden memiliki peluang terjadinya
perdarahan pasca persalinan sebesar 76,76%.
d) Jika responden anemia dan termasuk dalam paritas berisiko maka
responden memiliki peluang terjadinya perdarahan pasca
persalinan sebesar 94,84%.
C. Pembahasan
1. Hubungan Anemia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,001 (lebih kecil
dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara anemia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR = 4,091 artinya : responden anemia
mempunyai peluang 4,091 kali mengalami perdarahan pasca persalinan.
Kejadian perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan
kadar Hb responden menunjukkan hasil bahwa responden dengan kadar Hb
< 7 gr% (anemia berat) seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan
dan perdarahan pasca persalinan terjadi pada responden dengan kadar Hb 7-
9,9 gr% (anemia sedang) sebanyak 83,3%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
di RSUD Rokan Hulu pada tahun 2010 yang menunjukkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara kadar Hb dengan kejadian pasca persalinan
primer.21 Ibu anemia memiliki risiko 2,9 kali lebih besar terhadap kejadian
perdarahan pasca persalinan.15 Penelitian yang dilakukan di Tanzania pada
tahun 2008 juga menunjukkan hasil bahwa keparahan anemia pada ibu
sangat berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah saat melahirkan
60
dan anemia secara signifikan menyebabkan kehilangan darah yang lebih
besar dibandingkan ibu yang tidak anemia.16
Hal ini dikarenakan kondisi kurangnya sel darah merah yang
ditandai dengan rendahnya kadar Hb, membuat proses oksigenasi ke rahim
atau janin jadi tidak lancar. Padahal kadar Hb inilah yang menentukan
jumlah oksigen yang diangkut oleh darah. Pada ibu hamil yang anemia
dengan Hb di bawah 10 risiko terjadi perdarahan akibat hipotoni ataupun
atonia besar sekali, sekitar 20-25 persen.18
Anemia juga berkaitan dengan debilitas yang merupakan
penyebab langsung atonia uterus.13 Hal ini dikarenakan anemia dapat
melemahkan kekuatan otot rahim sehingga anemia berkontribusi terhadap
perdarahan pasca persalinan.16 Hal yang sama diungkapkan oleh Sarwono
bahwa pengaruh anemia kehamilan pada masa nifas adalah perdarahan
postpartum karena atonia uteri.7
2. Hubungan Paritas dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil
dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR = 8,129 artinya : responden yang termasuk
dalam paritas berisiko mempunyai peluang 8,129 kali mengalami perdarahan
pascapersalinan. Kejadian perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi
berdasarkan paritas responden menunjukkan hasil bahwa responden dengan
paritas lebih dari 5 (grandemultipara) seluruhnya mengalami perdarahan
pasca persalinan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Babinszki, dkk
(1999) melaporkan insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada
wanita dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4
atau lebih.17 Lebih tinggi paritas, lebih tinggi pula kematian maternalnya,
salah satunya diakibat oleh perdarahan pasca persalinan.7 Hal ini
61
dikarenakan ibu yang pernah melahirkan sebanyak lima kali atau lebih,
mengalami peningkatan risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan
dikarenakan pada setiap kehamilan, jaringan fibrosa menggantikan serat otot
di dalam uterus, hal ini akan menurunkan kontraktilitas uterus dan pembuluh
darah menjadi lebih sulit dikompresi.13 Paritas tinggi juga akan
mempengaruhi keadaan uterus ibu, karena semakin sering ibu melahirkan
dapat mempengaruhi kekuatan kontraksi rahim, sehingga menyebabkan
terjadinya perdarahan pasca persalinan.14
3. Hubungan Usia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 1,000 (lebih besar
dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara usia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari
hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,000 artinya : usia bukan merupakan
faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
RSUD Majene pada tahun 2013 juga menunjukkan hasil bahwa umur < 20
tahun dan > 35 tahun memiliki risiko 3,1 kali besar dibandingkan dengan ibu
yang berusia 20-35 tahun.15Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan di Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung
pada Tahun 2009 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia
dengan kejadian perdarahan pasca persalinan.26 Hal ini dikarenakan rata-rata
usia responden dalam penelitian ini adalah 28,70 tahun, usia tersebut tidak
termasuk dalam usia berisko terjadinya perdarahan pasca persalinan dan
dapat dikatakan bahwa ibu dengan usia tersebut sudah matang dalam faktor
fisik (fungsi rahim) dan mental untuk menghadapi persalinan dan mengambil
perannya sebagai seorang ibu.14 Kejadian perdarahan pasca persalinan di
RSUP Dr. Kariadi berdasarkan usia responden menunjukkan hasil bahwa
62
responden dengan usia lebih dari 35 tahun (terlalu tua) mengalami
perdarahan pasca persalinan sebesar 53,8%.
4. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Pasca
Persalinan
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,508 (lebih besar
dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,969 artinya :
responden mempunyai jarak kehamilan ≤ 2 tahun mempunyai peluang 1,969
kali mengalami perdarahan pasca persalinan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
Rumah Bersalin Kasih Ibu Pekalongan pada tahun 2004 menunjukkan hasil
bahwa ada hubungan jarak lahir (jarak < 2 tahun) dengan perdarahan pasca
persalinan dan memiliki risiko 2,82 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu
yang memiliki jarak lahir > 2 tahun.29Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan di RSUD dr. H. Soewondo pada tahun 2004 yang
menunjukkan hasil bahwa jarak persalinan tidak mempunyai hubungan
bermakna dengan kejadian perdarahan pasca persalinan.30
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak ada hubungan yang
signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan namun jarak kehamilan yang berisiko mempunyai peluang 1,867
kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal ini dikarenakan rata-rata
jarak kehamilan responden tidak termasuk dalam jarak kehamilan yang
berisiko yaitu 3,293 tahun. Jarak kehamilan 36 tahun atau 3 tahun merupakan
jarak kehamilan yang optimal karena rahim ibu sudah dalam keadaan pulih
kembali.14 Walaupun jarak kehamilan tidak menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan tetapi kejadian
63
perdarahan pasca persalinan 100% terjadi pada responden yang memiliki
jarak kehamilan 1-1,5 tahun.
5. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,577 (lebih besar
dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,605 artinya : responden yang
mengalami hipertensi mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan
pasca persalinan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung pada Tahun
2009 menunjukkan hasil bahwa hipertensi (preeklampsia atau eklampsia)
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan.26Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD
Sukadana Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2010-2011 yang
menunjukkan hasil bahwa hipertensi (pre eklampsia atau eklampsia) tidak
terbukti bermakna dengan perdarahan pasca persalinan.19 Walaupun
penelitian yang dilakukan peneliti tidak ada hubungan yang signifikan antara
hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan namum hipertensi
mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal
ini disebabkan karena rata-rata responden penelitian tidak menderita
hipertensi dengan rerata sistole 122,33 mmHg dan diastole 77,07 mmHg,
sehingga kecil kemungkinan gangguan pembekuan darah terjadi. Kejadian
perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi menunjukkan bahwa
responden dengan tekanan darah sistole ≥ 160 mmHg (tahap 2 hipertensi)
mengalami perdarahan pasca persalinan sebesar 75% dan perdarahan pasca
persalinan terjadi pada responden dengan tekanan darah diastole 90-99
mmHg (tahap 1 hipertensi) sebanyak 66,7%.
64
6. Hubungan Riwayat Perdarahan dengan Kejadian Perdarahan Pasca
Persalinan
Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,495 (lebih
besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca
persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,490 artinya :
riwayat perdarahan merupakan faktor protektif dari faktor risiko perdarahan
pasca persalinan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di di
RSUD Majene tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa ibu yang memiliki
riwayat persalinan buruk memiliki risiko 3,1 kali lebih besar untuk
mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan ibu yang tidak
memiliki riwayat persalinan buruk.15 Hasil yang sama menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara riwayat perdarahan pasca persalinan dengan
kejadian perdarahan pasca persalinan di RSIA Bunda Arif Purwokerto tahun
2011.28Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD
Dr. Syaiful Anwar Malang pada tahun 2011 menunjukkan hasil bahwa
riwayat persalinan buruk tidak mempengaruhi kejadian perdarahan pasca
persalinan.31
Penelitian yang dilakukan tidak ada hubungan yang signifikan
antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan dan
riwayat perdarahan hanya merupakan faktor protektif tetapi dari hasil
penelitian didapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai riwayat
perdarahan seluruhnya (100%) mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal
ini dikarenakan riwayat perdarahan pasca persalinan memiliki risiko untuk
kambuh kembali pada kehamilan berikutnya.13
65
7. Hubungan Riwayat Seksio Sesarea dengan Kejadian Perdarahan Pasca
Persalinan
Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,363 (lebih
besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca persalinan,
tetapi dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,250 artinya : responden
dengan riwayat SC mempunyai peluang 4,250 kali lebih besar mengalami
perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan responden yang tidak
memiliki riwayat SC.
Penelitian tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa
ada hubungan antara riwayat seksio sesarea dengan kejadian perdarahan
perdarahan pasca persalinan.32 Walaupun penelitian yang dilakukan peneliti
tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat SC dengan kejadian
perdarahan pasca persalinan namum riwayat SC mempunyai peluang 4,250
kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Perdarahan pasca persalinan
khususnya yang dikarenakan retensio plasenta (plasenta akreta, inkreta dan
perkreta) terjadi pada seperempat pasien yang pernah menjalani seksio
sesarea.18Hal ini juga dikarena mayoritas responden di RSUP Dr. Kariadi
tidak mempunyai riwayat SC sebanyak 99 responden (95,19%) dan sebanyak
(80%) yang mempunyai riwayat SC mengalami perdarahan pasca persalinan.
8. Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Kejadian Perdarahan Pasca
Persalinan
Hasil analisis regresi logistik pada variabel anemia diperoleh p-
value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05) maka kesimpulannya ada
hubungan antara anemia dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji
juga diperoleh OR 5,567 yang artinya responden dengan anemia mempunyai
peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 5,567 kali
66
dibandingkan dengan responden yang tidak anemia. Pada variabel anemia
hasil uji multivariat nilai OR meningkat bila dibandingkan dengan nilai OR
pada uji bivariat (OR multivariat 5,567 sedangkan OR bivariat 4,091).
Hasil analisis regresi logistik pada variabel paritas diperoleh p-
value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05), maka kesimpulannya ada
hubungan antara paritas dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji
juga diperoleh nilai OR 11,195) yang artinya responden dengan paritas
berisiko (> 3 anak) mempunyai peluang. terjadinya perdarahan pasca
persalinan sebesar 11,195 kali dibandingkan dengan responden dengan
paritas tidak berisiko (≤ 3 anak). Pada variabel paritas hasil uji multivariat
nilai OR meningkat bila dibandingkan dengan nilai OR pada uji bivariat (OR
multivariat 11,195 sedangkan OR bivariat 8,129). Dari hasil uji multivariat
maka dapat disimpulkan bahwa faktor paritas inilah yang paling
mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan karena memiliki nilai
OR tertinggi bila dibandingkan dengan variabel anemia.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini meneliti tentang perdarahan pasca persalinan yang
sebenarnya masih bersifat umum karena perdarahan pasca persalinan bukan
merupakan suatu diagnosa sehingga diagnosa perdarahan pasca persalinan
yang peneliti gunakan dibatasi pada diagnosa atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta atau plasenta restan, laserasi jalan lahir, hematoma dan
pembekuan darah. Jadi masih ada diagnosa lain yang dapat menyebabkan
perdarahan pasca masih belum diikutsertakan dalam penelitian ini.