BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

29
29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan Kedungmundu, Kecamatan Tembalang. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Penelitian ini telah dilaksanakan Bulan April 2014 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. Responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 76 orang ibu. B. Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan pendapatan ibu di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang bulan April 2014 (n=76) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Pendidikan 1. Rendah 2. Menengah 3. Tinggi 24 47 5 31,6 61,8 6,6 Pekerjaan 1. IRT 2. Wiraswasta 3. Swasta Buruh 61 3 7 5 80,3 3,9 9,2 6,6 Pendapatan 1. < UMR 2. = UMR 3. > UMR 48 20 8 63,2 26,3 10,5 Total 76 100.0

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum penelitian

Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto

Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I,

Kelurahan Kedungmundu, Kecamatan Tembalang. Penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare.

Penelitian ini telah dilaksanakan Bulan April 2014 di Puskesmas

Kedungmundu Semarang. Responden yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 76 orang ibu.

B. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik yang terdiri dari

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan ibu di Wilayah PuskesmasKedungmundu Semarang bulan April 2014 (n=76)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

Pendidikan1. Rendah2. Menengah3. Tinggi

24475

31,661,86,6

Pekerjaan1. IRT2. Wiraswasta3. SwastaBuruh

61375

80,33,99,26,6

Pendapatan1. < UMR2. = UMR3. > UMR

48208

63,226,310,5

Total 76 100.0

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

30

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan mayoritas pendidikan

responden adalah pendidikan menengah yaitu sebanyak 47 orang

(61,8%). Berdasarkan pekerjaan mayoritas ibu tidak bekerja atau IRT

yaitu sebanyak 61 orang (80,3%), dan berdasarkan pendapatan

sebagian besar ibu memiliki pendapatan keluarga < UMR yaitu

sebanyak 48 orang (63,2%).

2. Pengetahuan responden

Tabel 4.2Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan ibu di Wilayah

Puskesmas Kedungmundu Semarang bulan April 2014 (n=76)

Pengetahuan Frekuensi Persentase

CukupBaik

1066

13,286,8

Total 76 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa mayoritas

pengetahuan ibu adalah baik yaitu sebanyak 66 orang (86,8%).

2. Perilaku hidup bersih dan sehat

Tabel 4.3Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku hidup bersih dansehat ibu di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang bulan April

2014 (n=76)

PHBS Frekuensi Persentase

Tidak baikBaik

3046

39,560,5

Total 76 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan mayoritas perilaku

hidup bersih dan sehat adalah baik yaitu sebanyak 46 orang (60,5%).

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

31

3. Higiene sanitasi makanan

Tabel 4.4Distribusi frekuensi responden berdasarkan higiene sanitasi makanan diWilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang bulan April 2014 (n=76)

Higiene sanitasi makanan Frekuensi Persentase

Tidak baikBaik

2551

32,967,1

Total 76 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan mayoritas higiene

sanitasi makanan adalah baik yaitu sebanyak 51 orang (67,1%).

4. Status gizi

Tabel 4.5Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi anak di Wilayah

Puskesmas Kedungmundu Semarang bulan April 2014 (n=76)

Status gizi Frekuensi Persentase

KurangBaik

1561

19,780,3

Total 76 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan mayoritas status gizi

anak adalah baik yaitu sebanyak 61 orang (80,3%).

5. Kejadian diare

Tabel 4.6Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare anak di Wilayah

Puskesmas Kedungmundu Semarang bulan April 2014 (n=76)

Kejadian diare Frekuensi Persentase

DiareTidak diare

5422

71,128,9

Total 76 100.0

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

32

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan mayoritas balita yang

menjadi responden mengalami diare yaitu sebanyak 54 orang (71,1%).

C. Analisa Bivariat

1. Pendidikan dengan kejadian diare

Tabel 4.7Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan dengan

kejadian diare di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang bulanApril 2014 (n=76)

pendidikan

Kejadian Diare

Total pMengalami

diareTidakmengalamidiare

Rendah

Menengah &Tinggi

18(75,0%)

36(69,2%)

6(25,0%)

16(30,8%)

24(100%)

52(100%)

0,787

Jumlah 54(71,1%)

2228.9%

76100.0%

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh bahwa sebagian besar

responden berpendidikan Menengah dan tinggi. Pada responden yang

berpendidikan menengah dan tinggi sebagian besar balitanya

mengalami diare. Setelah dilakukan uji chi-square dengan taraf

signifikan 5% (0,05) diperoleh bahwa p value = 0,787 yang berarti p

value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan

kejadian diare pada balita di Wilayah Kelurahan Kedungmundu

Semarang.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

33

2. Pekerjaan dengan kejadian diare

Tabel 4.8Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu dengan

kejadian diare di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang bulanApril 2014 (n=76)

pekerjaan

Kejadian Diare

Total pMengalami

diareTidakmengalamidiare

Tidak bekerja

Bekerja

42(68,9%)

12(80,0%)

19(31,1%)

3(20,0%)

61(100%)

15(100%)

0,532

Jumlah 54(71,1%)

22(28,9%)

76(100%)

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh bahwa sebagian besar

responden tidak bekerja. Pada responden tidak bekerja sebagian besar

balitanya mengalami diare (68,9%). Setelah dilakukan uji chi-square

dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh bahwa p value = 0,532

yang berarti p value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pekerjaaan

ibu dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Puskesmas

Kedungmundu Semarang.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

34

3. Pendapatan dengan kejadian diare

Tabel 4.9Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendapatan ibu dengan

kejadian diare di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang bulanApril 2014 (n=76)

pendapatan

Kejadian Diare

Total pMengalami

diareTidakmengalamidiare

< UMR

= UMR

> UMR

35(72,9%)

14(70,0%)

5(62,5%)

13(27,1%)

6(30,0%)

3(37,5%)

48(100%)

20(100%)

8(100%)

0,828

Jumlah 54(71,1%)

22 (289%)76

(100%)

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh bahwa sebagian besar

responden pendapatan responden adalah kurang dari UMR. Pada

responden yang pendapatannya kurang dari UMR sebagian besar

balitanya mengalami diare (72,9%). Setelah dilakukan uji chi-square

dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh bahwa p value = 0,828

yang berarti p value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara

pendapatan ibu dengan kejadian diare pada balita di Wilayah

Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

35

4. Pengetahuan dengan kejadian diare

Tabel 4.10Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan ibu dengan

kejadian diare di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang bulanApril 2014 (n=76)

pengetahuan

Kejadian Diare

Total pMengalami

diareTidakmengalamidiare

Cukup

Baik

9(90,0%)

45(68,2%)

1(10,0%)

21(31,8%)

10(100%)

66(100%)

0,265

Jumlah 54(71,1%)

2228.9%

76(100%)

Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh bahwa sebagian besar

responden pengetahuannya adalah baik. Pada responden yang

pengetahuannya baik sebagaian besar balitanya mengalami diare

(68,2%). Setelah dilakukan uji chi-square dengan taraf signifikan 5%

(0,05) diperoleh bahwa p value = 0,265 yang berarti p value > 0,05

maka tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare

pada balita di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

5. Perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare

Tabel 4.11Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku hidup bersih dan

sehat dengan kejadian diare di Wilayah Puskesmas KedungmunduSemarang bulan April 2014 (n=76)

PHBS

Kejadian Diare

Total pMengalami

diareTidakmengalamidiare

Tidak baik

Baik

27(90,0%)

27(58,7%)

3(10.0%)

19(41.3%)

30(100%)

46(100%)

0,004

Jumlah 54(71,1%)

22(28,9%)

76(100%)

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

36

Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh bahwa sebagian besar

perilaku hidup bersih dan sehat responden adalah baik. Pada responden

yang perilaku hidup bersih dan sehat yang baik sebagaian besar

balitanya mengalami diare (58,7%). Setelah dilakukan uji chi-square

dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh bahwa p value = 0,004

yang berarti p value < 0,05 maka ada hubungan antara perilaku hidup

bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di Wilayah

Puskesmas Kedungmundu Semarang.

6. Higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare

Tabel 4.12Distribusi frekuensi responden berdasarkan higiene sanitasi makanan

dengan kejadian diare di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarangbulan April 2014 (n=76)

higienesanitasi

makanan

Kejadian Diare

Total pMengalami

diareTidakmengalamidiare

Tidak baik

Baik

24(96,0%

30(58,8%)

1(4,0%)

21(41,2%)

25(100%)

51(100%)

0,001

Jumlah 54(71,1%)

22(28,9%)

76(100%)

Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh bahwa sebagian besar

higiene sanitasi makanan responden adalah baik. Pada responden yang

higiene sanitasi makanan yang baik sebagaian besar balitanya

mengalami diare (58,8%). Setelah dilakukan uji chi-square dengan

taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh bahwa p value = 0,001 yang

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

37

berarti p value < 0,05 maka ada hubungan antara higiene sanitasi

makanan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Puskesmas

Kedungmundu Semarang.

7. Status gizi dengan kejadian diare

Tabel 4.13Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi dengan kejadian

diare di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang bulan April2014 (n=76)

Status gizi

Kejadian Diare

Total pMengalami

diareTidakmengalamidiare

Kurang

Baik

14(93,3%)

40(65,6%)

1(6,7%)

21(34,4%)

15(100%)

61(100%)

0,053

Jumlah 54(71,1%)

22(28,9%)

76(100%)

Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh bahwa sebagian besar status

gizi anak responden adalah baik. Pada responden yang status gizi

anaknya baik sebagaian besar balitanya mengalami diare (65,6%).

Setelah dilakukan uji chi-square dengan taraf signifikan 5% (0,05)

diperoleh bahwa p value = 0,053 yang berarti p value > 0,05 maka

tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian diare pada balita

di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

38

D. Analisis multivariat

Tabel 4.14Tabel regresi logistik hubungan antara PHBS, higiene sanitasi makanan

dan status gizi dengan kejadian diare di Wilayah PuskesmasKedungmundu Semarang bulan April 2014 (n=76)

No Variabel P OR(CI 95%)

Lower Upper

1 PHBS 0,041 0,224 0,053 0,941

2 Higiene sanitasi

makanan

0,010 0,062 0,007 0,518

3 Status gizi 0,072 0,133 0,015 1,196

Hasil dari uji chi square diketahui terdapat tiga variabel yang di

uji regresi logistic yaitu PHBS, higiene sanitasi makanan dan status

gizi. Hasil analisis uji regression logistic menggunakan metode

backward stepwise. Metode ini mengunakan satu langkah untuk

sampai pada hasil akhir. Pada step terakhir terdapat 2 variabel yaitu

PHBS, higiene sanitasi makanan memiliki nilai sig < 0,05 sehingga

variabel PHBS dan higiene sanitasi makanan yang menjadi prediktor

utama dalam penelitian ini.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

40

E. Pembahasan hasil

1. Pendidikan Ibu

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar pendidikan ibu

yang menjadi responden adalah pendidikan menengah yaitu sebanyak 47

orang (61,8%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang menjadi responden

penelitian ini telah menempuh pendididikan yang cukup baik yaitu

setngkat SLTA atau sederajat. Seseorang yang memiliki pendidikan lebih

baik dan lebih tinggi maka akan membuat seseorang lebih kritis dalam

berfikir dan mengambil keputusan. Orang yang memiliki pendidikan lebih

tinggi akan memiliki keluwesan dalam menerima setiap informasi dan

dapat memilah secara lebih baik mana yang salah dan mana yang benar,

termasuk meningkatkan pengetahuannya berkaitan dengan kesehatan

terutama kesehatan anak agar dapat terhindar dari penyakit diare.

Green dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor predesposisi untuk terbentuknya tingkat

pengetahuan. Hal ini berarti bahwa karena pendidikan seseorang akan

berpengaruh dalam memberikan respon yang datang dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap

informasi yang datang dan akan berfikir sejauhmana keuntungan yang

mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut (Sukmadinata, 2003).

2. Pekerjaan

Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas ibu tidak bekerja atau

hanya sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 61 orang (80,3%).

40

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

41

Ibu yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga memiliki

waktu yang lebih banyak untuk mengurus anak dengan baik. Ibu dapat

memberikan perhatian dan kasih sayangnya terhadap anak termasuk dalam

memantau pertumbuhan dan perkembangannya.

Balita sangat memerlukan pengawasan dari ibu untuk menjaga dan

merawat balita dari hal-hal yang tidak diinginkan terutama berhubungan

dengan kesehatannya. Ibu yang bekerja di luar rumah akan menemui

kesulitan untuk membagi waktu dengan baik dalam menjaga balitanya,

oleh karena itu ibu yang bekerja aka membutuhkan pengasuh balita. Jika

pengasuh ini dapat bertanggung jawab dengan baik dalam menjaga balita

maka akan dapat meminimalisir kejadian diare pada balita.

3. Pendapatan

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar ibu memiliki

pendapatan keluarga < UMR yaitu sebanyak 48 orang (63,2%).

Pendapatan yang rendah ini akan mempengaruhi kualitas asupan makanan

yang dikonsumsi oleh keluarga terutama kepada balita. Kualitas makanan

yang buruk akan memudahkan balita terserang penyakit termasuk penyakit

diare.

Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan

yang baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik fasilitas dan

cara hidup mereka yang terjaga akan semakin baik (Berg, 2006).

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas

fasilitas kesehatan di suatu keluarga. Demikian ada hubungan yang erat

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

42

antara pendapatan dan kejadian diare yang didorong adanya pengaruh

yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkatkan, perbaikan

sarana atau fasilitas kesehatan serta masalah keluarga lainnya, yang

berkaitan dengan kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat

pertumbuhan pendapatan.

Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, di

mana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada

fasilitasnya yang diberikan (Notoatmodjo, 2007). Apabila tingkat

pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka khususnya di dalam

rumahnya akan terjamin. Pada ibu yang mempunyai pendapatan kurang

akan lambat dalam penanganan diare karena ketiadaan biaya berobat ke

petugas kesehatan yang akibatnya dapat terjadi diare yang lebih parah.

4. Pengetahuan

Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas pengetahuan ibu

adalah baik yaitu sebanyak 86,8%. Hal ini menunjukkan bahwa responden

memahami tentang penyakit diare, baik tentang penyebab maupun cara

penanganannya terutama pada pertolongan pertama pada penderitan diare.

Pengetahuan yang baik ini tercermin dari hasil jawaban pada

kuesioner tentang pernyataan anak yang sedang diare dapat

mengakibatkan dehidrasi semua responden menjawab denan benar.

Pernyataan tentang diare adalah penyakit buang air besar yang lembek

lebih dari 3 kali dalam sehari diketahui sebanyak 98,7% responden

menjawab denan benar dan penyataan tentang salah satu sumber penyebab

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

43

diare adalah sumber air yang tidak bersih ditemukan sebanyak 98,7%

responden menjawab denan benar.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang dirasakan oleh panca

indera responden akibat dari penyerapan informasi berbagai sumber

seperti penyuluhan, tayangan televisi, buku maupun paparan informasi

dari media masa seperti majalah kesehatan dan sebagainya (Notoatmodjo,

2007).

5. Perilaku hidup bersih dan sehat

Hasil penelitian mendapatkan bahwa mayoritas perilaku hidup bersih

dan sehat adalah baik yaitu sebanyak 60,5%. Perilaku hidup bersih dan

sehat yang baik ini menunjukkan bahwa responden telah berperilaku dan

bergaya hidup secara bersih dan sehat dalam kehidupannya sehari-hari.

Perilaku hidup bersih dan sehat yang baik pada responden ini banyak

ditemukan pada pernyataan tentang Ibu dan Balita selalu menggunting

kuku ketika sudah terlihat panjang ditemukan semua responden

melakukannya, pernyataan tentang Ibu selalu mencuci tangan sebelum

menyuapi Balita ditemukan sebanyak 98,7% responden melakukannya dan

pernyataan ibu selalu menggunakan jamban ketika buang Air Besar (BAB)

ditemukan sebanyak 97,4% responden melakukannya.

6. Higiene sanitasi makanan

Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas higiene sanitasi

makanan adalah baik yaitu sebanyak 67,1%. Hasil ini menunjukkan bahwa

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

44

responden penelitian sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan

makanan yang dikonsumsi.

Higiene sanitasi makanan yang baik ini tercermin dari pernyataan

sumber air minum untuk konsumsi sehari-hari adalah dari air bersih yang

layak minum yang ditemukan semua responden melakukannya, pernyataan

tentang mkanan yang disajikan diletakkan di meja makan yang bersih yang

didapatkan semua responden melakukannya dan penyataan tentang

menyimpan makanan ditempat yang bersih didapatkan semua responden

melakukannya.

7. Hubungan pendidikan dengan kejadian diare

Hasil penelitian menemukan bahwa responden yang berpendidikan

menengah dan tinggi sebagaian besar balitanya mengalami diare. Setelah

dilakukan uji chi-square dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh

bahwa p value = 0,787 yang berarti p value > 0,05 maka tidak ada

hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita di

Wilayah Kelurahan Kedungmundu Semarang.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kasman (2004) yang mendapatkan bahwa ada hubungan pendidikan ibu

dengan kejadian diare. Pendidikan ibu berpengaruh terhadap kejadian

diare pada balita. Pendidikan yang lebih tinggi akan mempengaruhi cara

pandang ibu dalam pengasuhan anak termasuk dalam pencegahan diare.

Penelitian lain dilakukan oleh Irianto, dkk. (2004) yang menemukan

bahwa pendidikan ibu juga berpengaruh terhadap kejadian diare.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

45

Perbedaan penelitian Irianto, dkk (2004) dengan penelitian ini terletak

pada jumlah subjek penelitian yang sangat besar yaitu 12.689 sampel serta

pada penelitian Irianto dkk, hanya meneliti sosio demografi dan

lingkungan. Penelitian Irianto juga membandingkan antara responden dari

desa dan responden dari kota.

Hasil penelitian ini tidak menemukan hubungan antara pendidikan

ibu dengan kejadian diare karena pendidikan ibu baik yang rendah maupun

yang menengah dan tinggi sebagian besar anak balitanya menderita diare.

Oleh karena itu tinggi atau rendahnya pendidikan tidak dapat

mempengaruhi kejadian diare pada balita. Kondisi dan daya tahan anak

serta perilaku kesehatan yang diterapkan setiap hari yang ditunjang dengan

kebersihan lingkungan lebih mempengaruhi terjadinya diare pada balita.

2. Hubungan pekerjaan dengan kejadian diare

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar responden tidak

bekerja. Pada responden tidak bekerja sebagian besar balitanya mengalami

diare (68,9%). Setelah dilakukan uji chi-square dengan taraf signifikan 5%

(0,05) diperoleh bahwa p value = 0,532 yang berarti p value > 0,05 maka

tidak ada hubungan antara pekerjaaan ibu dengan kejadian diare pada

balita di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hardi, Masni dan

Rahma (2012) yang menemukan bahwa pekerjaan ibu tidak berhubungan

dengan kejadian diare pada anak. Hal ini terjadi karena jenis pekerjaan

yang dilakukan oleh ibu tidak mengganggu dalam menjaga kesehatan

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

46

anak. Ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja akan tetap

memperhatikan kesehatan anak terutama berkaitan dengan kebersihan dan

asupan makanan yang harus diberikan kepada anak.

Pekerjaan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi ibu yang

bekerja dan ibu yang tidak bekerja. Hasil penelitian menemukan bahwa

pada ibu yang bekerja maupun yang tidak bekerja sebagian besar anak

balitanya menderita diare. Ibu yang bekerja tentunya sangat sulit untuk

mengasuh anaknya sendiri sehingga tugas pengasuhan didelegasikan

kepada orang lain yang apabila kurang memahami tentang kesehatan anak

maka akan berperilaku salah dalam menjaga dan mengasuh anak. Ibu yang

tidak bekerja yang dalam hal ini sebagai ibu rumah tangga biasanya

mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri, jika dibarengi dengan

mengasuh anak terkadang juga kurang dapat memberikan pengawasan

yang baik kepada anak sehingga anak juga rawan terserang diare.

3. Hubungan pendapatan dengan kejadian diare

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar responden

pendapatan responden adalah kurang dari UMR. Pada responden yang

pendapatannya kurang dari UMR sebagaian besar balitanya mengalami

diare (72,9%). Setelah dilakukan uji chi-square dengan taraf signifikan 5%

(0,05) diperoleh bahwa p value = 0,828 yang berarti p value > 0,05 maka

tidak ada hubungan antara pendapatan ibu dengan kejadian diare pada

balita di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

47

Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan

yang baik. Dimana semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik

fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin baik.

Pendapatan merupakan factor yang menentukan kualitas dan kuantitas

fasilitas kesehatan disuatu keluarga. Walaupaun demikian ada hubungan

yang erat antara pendapatan dan kejadian diare yang didorong adanya

pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkatkan, maka

perbaikan sarana atau fasilitas kesehatan serta masalah keluarga lainnya,

yang berkaitan dengan kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat

pertumbuhan pendapatan. Namun demikian dalam penelitian ini

ditemukan tidak adanya hubungan antara pendapatan dengan kejadian

diare, hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare pada responden

penelitian lebih dikarenakan oleh faktor perilaku kesehatan dan kesehatan

lingkungan sendiri.

4. Hubungan pengetahuan dengan kejadian diare

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar responden

pengetahuannya adalah baik. Pada responden yang pengetahuannya baik

sebagaian besar balitanya mengalami diare (68,2%). Setelah dilakukan uji

chi-square dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh bahwa p value =

0,265 yang berarti p value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara

pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Puskesmas

Kedungmundu Semarang.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

48

Dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang diare, seorang ibu

cenderung kesulitan untuk melindungi dan mencegah balitanya dari

penularan diare. Pengetahuan yang rendah ini menyebabkan masyarakat

mempnyai pandangan tersendiri dan berbeda terhadap penyakit diare.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahman Hardi, Masni

dan Rahma (2012) yang menemukan bahwa pengetahuan berhubungan

dengan kejadian diare pada balita. Penelitian yang dilakukan oleh Ali

(2010) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang diare

terhadap kejadian diare pada anak balita di Desa Sewulan Kecamatan

Dagangan Kabupaten Madiun menemukan bahwa pengetahuan

berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Perbedaan penelitian Ali

(2010) dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel bebas yang

digunakan yaitu hanya pengetahuan, sementara dalam penelitian ini selain

pengetahuan juga dibandingkan dengan variabel lain dalam analisis

multivariat.

5. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar perilaku hidup

bersih dan sehat responden adalah baik. Pada responden yang perilaku

hidup bersih dan sehat yang baik sebagaian besar balitanya mengalami

diare (58,7%). Setelah dilakukan uji chi-square dengan taraf signifikan 5%

(0,05) diperoleh bahwa p value = 0,004 yang berarti p value < 0,05 maka

ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare

pada balita di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

49

Perilaku sanitasi hygiene merupakan faktor penting terhadap

kejadian diare. Perilaku ini dapat berupa kebiasaan mencuci tangan,

menjaga kebersihan masakan, menjaga kebersihan dalam mengelola

masakan dan menjaga kebersihan lingkungan. Penelitian yang dilakukan

oleh Darmawan, dkk. (2008) menemukan bahwa perilaku sanitasi hygiene

merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Perbedaan

penelitian Darmawan (2008) dengan penelitian ini adalah terletak pada

metode penelitian dimana penelitian Darmawan, dkk. menggunakan

metode penelitian studi deskriptif sementara dalam penelitian ini

menggunakan metode analitik

6. Hubungan higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar higiene sanitasi

makanan responden adalah baik. Pada responden yang higiene sanitasi

makanan yang baik sebagaian besar balitanya mengalami diare (58,8%).

Setelah dilakukan uji chi-square dengan taraf signifikan 5% (0,05)

diperoleh bahwa p value = 0,001 yang berarti p value < 0,05 maka ada

hubungan antara higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare pada

balita di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Higiene sanitasi makanan berkaitan dengan segala sesuatu dengan

proses penyajian makanan mulai dari kebersihan makanan itu sendiri

hingga peralatan-peralatan yang digunakan untuk menyajikan makanan itu

sendiri. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wardhani (2012) yang menemukan bahwa higiene sanitasi makanan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

50

berhubungan dengan kejadian diare. Higiene sanitasi makanan terdiri dari

kebersihan peralatan makan, sumber air, dan jenis makanan sendiri.

7. Hubungan status gizi dengan kejadian diare

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar status gizi anak

responden adalah baik. Pada responden yang status gizi anaknya baik

sebagaian besar balitanya mengalami diare (65,6%). Setelah dilakukan uji

chi-square dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh bahwa p value =

0,053 yang berarti p value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara status

gizi dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Puskesmas

Kedungmundu Semarang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wardani (2012) yang

menemukan bahwa status gizi tidak berhubungan dengan kejadian diare

pada anak. Status gizi baik merupakan faktor protektif terhadap kejadian

sering diare. Hal ini dimungkinkan karena kejadian diare tidak hanya

dipengaruhi status gizi tetapi juga faktor lain. Faktor lain tersebut antara

lain kekurangan ASI Eksklusif sehingga anak-anak sudah terpapar pada

penggantian air susu ibu dan makanan tambahan yang kemungkinan

pengolahan dan penyajiannya kurang higienis

8. Analisis regresi logistik faktor-faktor penyebab kejadian diare pada anak

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada dua variabel mempunyai

pengaruh terhadap kejadian diare pada balita, dan keduanya dominan,

yaitu PHBS dan higiene sanitasi makanan. Perilaku sanitasi hygiene

merupakan faktor penting terhadap kejadian diare. Perilaku ini dapat

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

51

berupa kebiasaan mencuci tangan, menjaga kebersihan masakan, menjaga

kebersihan dalam mengelola masakan dan menjaga kebersihan

lingkungan. Hasil penelitian menemukan bahwa hasil analisis uji chi-

diperoleh p value = 0,004 yang berarti ada hubungan antara perilaku

PHBS dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Puskesmas

Kedungmundu Semarang. Hasil penelitian dengan menggunakan Chi

Square juga menemukan bahawa hubungan antara higiene sanitasi

makanan dengan kejadian diare didapatkan p value = 0,001 yang berarti

ada hubungan antara higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare di

Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Penelitian yang dilakukan oleh Darmawan, dkk. (2008) menemukan

bahwa perilaku sanitasi hygiene merupakan faktor yang mempengaruhi

kejadian diare. Perbedaan penelitian Darmawan (2008) dengan penelitian

ini adalah terletak pada metode penelitian dimana penelitian Darmawan,

dkk. menggunakan metode penelitian studi deskriptif sementara dalam

penelitian ini menggunakan metode analitik.

Penelitian lain dilakukan oleh Kasman (2004) yang menemukan

bahwa sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kejadian diare.

Perbedaan penelitian Kasman (2004) dengan penelitian ini terletak pada

variabel sanitasi hygiene, sementara dalam penelitian ini lebih

menekankan pada perilaku sanitasi hygiene yang dilakukan oleh ibu dalam

mencegah kejadian diare.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

52

Hasil penelitian analisis faktor yang menjadi prediktor kejadian diare

pada balita di Puskesmas Kedungmundu Semarang dapat menambah

pengetahuan pada ibu-ibu terutama yang memiliki anak balita dan dapat

mengantisipasi dalam mencegah kejadian diare menimpa anak balitanya.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

permasalahan diare sekaligus upaya pencegahannya terhadap anak balita

di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Terdapat banyak faktor yang dapat dilakukan untuk mencegah

kejadian diare pada balita sehingga menurunkan angka kejadian diare pada

anak balita yang sangat rentan. Faktor tersebut meliputi faktor langsung

yang terdiri dari perilaku sanitasi hygiene dan kondisi lingkungan serta

faktor tidak langsung seperti pengetahuan, pendidikan, umur, pendapatan

dan sebagainya (Pudjiadi,2005; Notoatmodjo, 2003).

Penerapan hidup bersih dan sehat serta higiene sanitasi makanan

menjadi faktor utama karena pada dasarnya kejadian diare tidak terlepas

dari kehidupan bersih dan sehat termasuk menjaga kebersihan dan

kesehatan makanan yang diterapkan dalam suatu keluarga. Penerapan pola

hidup sehat dapat mencegah timbulnya berbagai bakteri dan virus

penyebab penyakit termasuk penyakit diare (Ngastiyah, 2005).

Pencegahan dan penanganan pada diare yang baik membutuhkan

ketepatan yaitu penerapan perilaku yang baik oleh ibu. Perilaku

pencegahan dan penanganan dapat terlaksana dengan baik jika seorang ibu

memiliki pengetahuan yang baik. Pengetahuan menjadi faktor dominan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

53

dalam berperilaku. Semakin baik pengetahuan seseorang maka akan

mempengaruhi setiap perilaku yang dilaksanakan.

Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa dalam berperilaku atau

dalam bertindak seseorang akan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu

predisposisi, enabling dan reinforcing. Faktor predisposisi yang menjadi

pencetus utama adalah pengetahuan, sikap, norma, nilai kemasyarakatan

dan sebagainya. Sementara pengetahuan sendiri dapat terbentuk jika

dipengaruhi oleh bebera faktor termasuk pendidikan yang didapatkan.

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan salah satunya

adalah pendidikan. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan formal

maupun non formal. Pendidikan non formal bisa dapatkan dari adanya

penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan terkait.

Penidikan responden penelitian ini yang sebagian besar adalah pendidikan

dasar yaitu sebanyak 53,5% dimungkinkan menjadi salah satu penyebab

rendahnya pengetahuan responden tentang kebersihan diri dan kebersihan

lingkungan yang dapat mempengaruhi kejadian diare.

Pengetahuan yang dimiliki oleh responden penelitian akhirnya juga

berimplikasi terhadap sikap yang dimiliki, dimana pengetahuan dan sikap

seseorang biasanya memang berjalan beriringan. Seseorang yang

pengetahuanya tinggi akan diikuti dengan sikapnya yang positif, demikian

pula sebaliknya jika pengetahuannya rendah juga diikuti dengan sikapnya

yang negatif. Sikap responden penelitian ini juga dapat dipengaruhi oleh

pengalaman masa lalu dimana kondisi lingkungan yang ditempati selama

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

54

ini dianggap tidak bermasalah maka kondisi kebersihan lingkungan

menjadi tidak terlalu diperhatikan.

Sanitasi hygiene atau kebersihan lingkungan yang tidak diperhatikan

tersebut ternyata saat ini menjadi salah satu penyebab utama terhadap

kejadian diare terutama pada balita dimana balita merupakan salah satu

kelompok umur yang sangat rentan terhadap serangan berbagai penyakit

menular termasuk diare.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan hasil analisis

hubungan faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita

mendapatkan bahwa hanya variabel PHBS dan higiene sanitasi makanan

yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian diare. Berdasarkan

hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik juga menemukan

bahwa kedua variabel tersebut di atas yang menjadi prediktor terhadap

kejadian diare pada balita.

F. Kendala Penelitian

Adapun kendala dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Proses pengumpulan data peneliti menemukan kendala dimana banyak

responden yang awalnya menolak keikutsertaannya sebagai responden

karena takut berimplikasi terhadap keluarganya, namuan setelah peneliti

berikan penjelasan bahwa penelitian ini tidak berpengaruh apapun dan

nama responden dirahasiakan akhirnya mereka bersedia.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

55

2. Pada penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dimana desain

ini memiliki kelemahan yaitu tidak memiliki kemampuan untuk

menjelaskan dinamika perubahan kondisi dari populasi yang diamatinya

dalam periode waktu yang berbeda. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya

menggunakan metode yang lain.

3. Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang masih

perlu diperbaiki pada penelitian selanjutnya yaitu pada pengambilan data

hanya berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diberikan kepada ibu

sementara cross check dan observasi tidak dilakukan sehingga

dikhawatirkan responden kurang memahami maksud dari kuesioner.

Keseluruhan data penelitian juga hanya didasarkan pada kuesioner saja

sehingga tidak didapatkan hasil penelitian yang lebih detail sehingga

peneliti selanjutnya perlu melakukan observasi dan wawancara

mendalam untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

56

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mayoritas pendidikan responden adalah pendidikan menengah yaitu

sebanyak 47 orang (61,8%).

2. Mayoritas ibu tidak bekerja atau IRT yaitu sebanyak 61 orang (80,3%).

3. Sebagian besar ibu memiliki pendapatan keluarga < UMR yaitu

sebanyak 48 orang (63,2%).

4. Mayoritas pengetahuan ibu adalah baik yaitu sebanyak 66 orang

(86,8%).

5. Mayoritas perilaku hidup bersih dan sehat adalah baik yaitu sebanyak 46

orang (60,5%).

6. Mayoritas higiene sanitasi makanan adalah baik yaitu sebanyak 51 orang

(67,1%).

7. Mayoritas status gizi anak adalah baik yaitu sebanyak 61 orang (80,3%).

8. Mayoritas balita yang menjadi responden mengalami diare yaitu

sebanyak 54 orang (71,1%).

9. Tidak terdapat hubungan pendidikan dengan kejadian diare di Wilayah

Puskesmas Kedungmundu Semarang.

10. Tidak terdapat hubungan penegtahuan dengan kejadian diare di Wilayah

Puskesmas Kedungmundu Semarang.

11. Terdapat hubungan PHBS dengan kejadian diare di Wilayah Puskesmas

Kedungmundu Semarang

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

57

12. Terdapat hubungan higiene sanitas makanan dengan kejadian diare di

Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.

13. Tidak terdapat hubungan status gizi dengan kejadian diare di Wilayah

Puskesmas Kedungmundu Semarang.

14. Hasil uji regresi logistik hanya variabel PHBS dan higiene sanitasi

makanan yang berpengaruh terhadap kejadian diare dan variabel higiene

sanitasi makanan menjadi variabel yang memiliki pengaruh paling besar

B. Saran

1. Bagi Ibu Balita

Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi ibu-ibu yang memiliki anak

balita agar dapat memperhatikan semua faktor yang dapat menjadi

penyebab terjadinya diare terutama faktor yang paling dominan yaitu

PHBS dan higiene sanitasi makanan dengan menghindari dan

mencegahnya, karena pada dasarnya mencegah lebih baik daripada

mengobati.

2. Bagi peneliti lain

Pada penelitian selanjutnya untuk mengukur variabel PHBS dan higiene

sanitasi makanan dapat dilakukan observasi sehingga hasilnya lebih

akurat.

3. Bagi institusi kesehatan

Institusi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan penyulihan diare

terutama di tingkat posyandu, mengingat pada tingkat ini dapat

menjangkau masyarakat yang luas.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-rahmiliyaf... · value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ... adalah

58

4. Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat memperhatikan kebersihan dan kesehatan

lingkungannya dengan baik, karena lingkungan yang buruk dapat

menjadi penyebab timbulnya sumber penyakit termasuk diare.