BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum …repository.unwira.ac.id/5650/5/BAB IV.pdf ·...
Transcript of BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum …repository.unwira.ac.id/5650/5/BAB IV.pdf ·...
8
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari pulau-pulau dan juga
memiliki penduduk yang beraneka ragam agama, suku, dan bahasa.
Penduduk Nusa Tenggara Timur yang memiliki total jumlah penduduk
sebanyak 5.287.302 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 2.577.953
jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 2.625.561 jiwa. Provinsi Nusa
Tenggara Timur sebelumnya lazim disebut dengan “Flobamora” (Flores,
Sumba, Timor dan Alor). Sebelum kemerdekaan RI, Flobamora bersama
Kepulauan Bali, Lombok dan Sumbawa disebut Kepulauan Sunda Kecil.
Namun setelah proklamasi kemerdekaan , beralih nama menjadi
“Kepulauan Nusa Tenggara”. Sampai dengan 1957 Kepulauan Nusa
Tenggara merupakan daerah Swantara Tingkat I sekaligus (Status yang
sama dengan provinsi sekarang ini). Selanjutnya tahun 1958 berdasarkan
Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958, daerah Swantara Tingkat I Nusa
Tenggara dikembangkan menjadi 3 provinsi yaitu Provinsi Bali, Provinsi
Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan
demikian Provinsi Nusa Tenggara Timur keberadaannya adalah sejak
tahun 1958 sampai sekarang.
Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan ibukota Provinsi Kupang,
terletak di Pulau Timor, tepatnya 8° - 120° Lintang Selatan dan 118° -
125° Bujur Timur. Berdasarkan letak geografisnya, Provinsi Nusa
Tenggara Timur memiliki batas-batas:
9
a. Utara : Laut Flores
b. Selatan : Samudra Hindia
c. Timur : Negara Timor Leste
d. Barat : Provinsi Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan letak geografisnya, Kepulauan Nusa Tenggara Timur
diantara Benua Asia dan Benua Australia serta berada diantara Samudra
Indonesia dan Samudra Hindia. Luas wilayah daratan 4.734.990 ha
tersebar pada 1.192 pulau. Sejak administrasi, sejak tahun 1999 telah
terjadi pemekaran sejumlah kabupaten di NTT seiring dengan tuntutan
otonomi daerah, yaitu:
a. Kabupaten Lembata dimekarkan dari Kabupaten Flores Timur pada 12
Oktober 1999.
b. Kabupaten Rote Ndao dimekarkan dari Kabupaten Kupang pada 10
April 2002.
c. Kabupaten Manggarai Barat dimekarkan dari Kabupaten Manggarai
pada 23 Februari 2003.
d. Kabupaten Sumba Barat Daya dimekarkan dari Kabupaten Sumba
Barat pada 22 januari 2007.
e. Kabupaten Sumba tengah dimekarkan dari Kabupaten Sumba Barat
pada 2 Januari 2007.
f. Kabupaten Manggarai Timur dimekarkan dari Kabupaten Manggarai
pada 14 Agustus 2007.
10
g. Kabupaten Sabu Rai Jua dimekarkan dari Kabupaten Kupang pada 26
November 2008.
h. Kabupaten Malaka diekarkan dari Kabupaten Belu pada 11 Januari
2013.
4.2 Gambaran Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
4.2.1 Kota Kupang
Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur,
terletak di Pulau Timor, tepatnya 10°36’14” - 10°39’58” Lintang Selatan
dan 123°32’23” - 10°37’01” Bujur Timur. Luas wilayah Kota Kupang
165,34 km2 atau sebesar 0,37% dari total luas wilayah Provinsi Nusa
tenggara Timur. Berdasarkan letak geografisnya, Kota Kupang memiliki
batas-batas:
a. Timur : Kabupaten Kupang;
b. Barat : Kabupaten Kupang Barat dan Selat Semao;
c. Utara : Teluk Kupang; dan
d. Selatan : Kabupaten Kupang.
Kota Kupang terdiri dari 6 kecamatan. Kota Kupang menjadi
kotamadya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang
Pembentukkan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang yang Tertuang
dalam Lembaran Negara RI Nomor 2632 Tahun 1996 Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang diresmikan oleh Mendagri Moh.
Yogi SM pada tanggal 25 April 1996. Kota Kupang mempunyai 51 desa
11
atau kelurahan yang terbagi dalam 6 kecamatan. Kota Kupang dipimpin
oleh seorang Wali Kota dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan. Kota
Kupang memiliki perangkat daerah berupa dinas, badan, kantor dan
bagian, yaitu: 18 dinas, 8 badan, 3 kantor dan 8 bagian. Disamping itu, 3
instansi vertikal, yaitu: Kementerian Agama, Badan Pertahanan Nasional
(BPN) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
4.2.2 Kabupaten Kupang
Kabupaten Kupang merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Ibu kota kabupaten berlokasi di Oelamasi, mulai 22
Oktober 2010, setelah sebelumnya berlokasi di Kota Kupang sejak tahun
1958. Kabupaten Kupang memiliki 24 pulau, dimana 3 pulau diantaranya
telah berpenghuni, yaitu:
a. Pulau Timor dengan luas wilayah 4.937,62 km2;
b. Pulau Semau dengan luas wilayah 246,66 km2; dan
c. Pulau Kera dengan luas wilayah 1,5 km2.
Sedangkan, 21 pulau sisanya merupakan pulau-pulau yang tidak
berpenghuni. Kabupaten Kupang terletak diantara 9°19 - 10°57 Lintang
Selatan dan 121°30 - 124°11 Bujur Timur.
Kabupaten Kupang terdiri dari 24 kecamatan, 17 kelurahan dan
160 desa dengan luas ilayah darat yang terdiri dari wilayah administrasi
desa dan kecamatan adalah 5.298,13 km2 dengan panjang garis pantai
sepanjang 442,52 km. secara geografis, Kabupaten Kupang terletak pada
123°16’10.66” BT - 124°13’42.15” - 9°15’11.78” - 10°22”14.25”.
12
Per tanggal 29 Oktober 2009, Kabupaten Kupang, memiliki batas-
batas wilayah sebagai berikut:
a. Utara berbatasan dengan Laut Sawu dan Selat Ombai;
b. Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Laut Timor.
c. Timur berbatasan dengan Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah
Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Ambeno/Timor Leste.
d. Barat berbatasan dengan Kota Kupang, Kabupaten Rote Ndao,
Kabupaten Sabu Raijua dan Laut Sawu.
4.2.3 Kabupaten Timor Tengah Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), secara geografis terletak
pada koordinat 120º4’00”BT - 124º49’01”BT dan 9º28’13”LS -
10º10’26”LS. Kabupaten TTS berbatasan dengan:
a. Utara : Kabupaten Timor Tengah Utara;
b. Selatan : Laut Timor;
c. Timur : Kabupaten Belu; dan
d. Barat : Kabupaten Kupang.
Kabupaten TTS memiliki luas wilayah seluas 3.947 km² atau
394.700 Ha, dimana sekitar 49% dari luas wilayah berada pada ketinggian
0-500 m dari permukaan laut dan selebihnya, yaitu 51% berada pada
ketinggian diatas 500 m dari permukaan laut. Wilayah administratif
Kabupaten TTS terdiri atas 32 kecamatan, 266 desa dan 12 kelurahan.
Berdasarkan topografi wilayah, maka Kabupaten TTS terbagi
dalam dua katagori yaitu wilayah dataran rendah yang dominan berada di
13
wilayah bagian selatan dan wilayah datarn tinggi yang dominan berada di
wilayah tengah dan utara. Perbedaan topografi menurut adanya perbedaan
pendekatan pembangunan khususnya kegiatan pembangunan pertanian.
Untuk wilayah dataran rendah, maka dikembangkan kegiatan ekonomi
berbasis pertanian yang memiliki kesesuaian dengan ketinggian < 500 dpl,
dan kegiatan ekonomi berbasis pertanian di wilayah dataran tinggi untuk
usaha pertanian yang memiliki kesesuaian dengan ketinggian > 500 m dpl
atau usaha yang sesuai diantara dataran rendah dan dataran tinggi.
Berdasarkan ketinggian wilayah mengindikasikan adanya tiga tipologi
wilayah yang masing-masing membutuhkan pendekatan spesifik
khususnya dalam pembangunan ekonomi, prasarana dan pembangunan
sosial berbasis topografi wilayah.
4.2.4 Kabupaten Timor Tengah Utara
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) , secara astronomis terletak
antara 02’48”LS – 37’36” Lintang Selatan dan antara 04’02” BT – 46’00”
Bujur Timur. Kabupaten TTU memiliki daerah daratan dengan luas
2.669,70 km2 atau sekitar 5,6% dari luas daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Sedangkan sebagian wilayah Kabupaten TTU yang berbatasan
dengan Laut Sawu atau lazim dikenal dengan sebutan wilayah pantura
(Pantai Utara) memiliki luas lautan ± 950 dengan panjang garis pantai 50
km.
Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten TTU yakni:
14
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan;
b. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Ambenu/Timor Leste dan
Laut Sawu;
c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kupang dan
Kabupaten Timor Tengah Selatan;
d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Belu.
Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten TTU terdiri dari 24
kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 174 (143 desa dan 31
kelurahan).
4.2.5 Kabupaten Alor
Kabupaten Alor adalah wilayah kepulauan dengan 15 pulau, yaitu
9 pulau yang telah dihuni dan 6 pulau lainnya belum atau tidak
berpenghuni. Luas wilayah daratan 2.864,64 km², luas wilayah perairan
10.773,62 km² dan panjang garis pantai 287,1 km. Secara geografis daerah
ini terletak di bagian utara dan paling timur dari wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur pada 8º6’LS - 8º36’ LS dan 123º48’ BT - 125º48’ BT.
Batas alam Kabupaten Alor, yaitu:
a. Utara : Laut Flores;
b. Selatan : Selat Ombay;
c. Timur : Selat Wetar dan perairan Republik Demokratik Timor Leste;
d. Barat : Selat Alor (Kabupaten Lembata).
15
Pulau Alor merupakan bagian dari Kabupaten Alor, Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), sekitar 260 km dari Kupang (Ibu Kota Provinsi
NTT), 360 km dari Ende (Flores), dan 1600 km sebelah Timur Ibu Kota
Jakarta. Lokasi ini bisa dicapai dengan menggunakan kapal boat dari
Kupang selama sekitar 8 jam atau 55 menit dengan menggunakan pesawat
udara melalui Bandara Mali. Secara geografis kondisi daerah Alor
merupakan daerah dengan pegunungan yang tinggi, dibatasi oleh lembah
juga jurang yang cukup dalam dan sekitar 60 persen wilayahnya
mempunyai tingkat kemiringan di atas 40 persen. Dataran tinggi Alor
merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan pertanian karena
mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi sedangkan daerah lereng lebih
cocok untuk pengembangan sistem terasering.
Alor adalah kelompok terakhir dari pulau-pulau di ujung timur
jauh dalam gugusan Kepulauan Solor-Alor. Jaraknya sekitar 65 kilometer
dari Pulau Timor. Negara Timor Leste dapat dengan mudah dilihat dari
Pantai Kolana, Alor Timur. Kepulauan Alor terdiri dari 15 buah pulau
sebagian dihuni dan tidak dihuni. Pulau berpenghuni terbanyak adalah
Alor, diikuti oleh Pantar, Pura, Ternate, Tereweng, Buaya, Kangge dan
Kepa. Sedangkan dari aspek Geofisika, Kabupaten Alor merupakan daerah
yang rawan gempa bumi karena terletak pada jalur Laut Banda yang
merupakan area pertemuan 3 (tiga) lempeng bumi.
16
4.2.6 Kabupaten Belu
Kabupaten Belu merupakan kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara
Timur yang resmi terbentuk pada tahun 1958, yang terletak kurang lebih
280 km dari ibu kota Provinsi NTT. Ibu kota Kabupaten Belu adalah
Atambua. Kabupaten Belu memiliki luas wilayah sebesar 1284,94 km
yang memiliki populasi penduduk sebanyak 368.081 jiwa pada kepadatan
0,29 jiwa/km. Total penduduk Kabupaten Belu sebanyak 218.669 jiwa
dengan jumlah laki-laki 109.883 jiwa dan perempuan sebanyak 118.786
jiwa. Visi pembangunan Kabupaten Belu yaitu: “Belu Yang Berkualitas,
Mandiri, Demokratis Dan Berbudaya”. Misi pembangunan Kabupaten
Belu merupakan komitmen untuk melaksanakan agenda-agenda utama
pembangunan yang menjadi penentu untuk mencapai keberhasilan
pencapaian visi pembangunan. Ada 4 (empat) misi pembangunan yang
menjadi acuan dalamn penyiapan kerangka kerja dan agenda
pembangunan yaitu:
1. Meningkatkan sumberdaya manusia;
2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah sebagai wilaya
perbatasan dan pengelolaan lingkungan hidup;
3. Meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan;
dan
4. Meningkatkan kinerja birokrasi, penegakan hukum dan kualitas
pelayanan publik.
17
Kabupaten Belu terletak dipaling ujung pulau Timor dan
berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste. Secara geografis
Kabupaten Belu meliputi wilayah dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Ombai;
b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Timur dan Kabupaten
Malaka;
c. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten TTU; dan
d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Negara Timor Leste.
Kabupaten Belu memiliki pelabuhan laut: Atapupu, Bandara: A.A. Bere
Talo dan Pintu Imigrasi terpenting: Montaain, Turiskain, Lakmaras dan
Laktutus.
4.2.7 Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Flores Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tk II dalam
wilayah Daerah-Daerah Tk I Bali, NTB dan NTT. Undang-Undang
tersebut ditetapkan tanggal 20 Desember 1958 sehingga setiap tanggal 20
Desember diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kabupaten Flores Timur.
Luas wilayah Kabupaten Flores Timur adalah 5.983,38 km2
terdiri dari
luas daratan 1.812,85 km2 dan luas perairan sekitar 4.170,53 km
2 sesuai
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur No. 13 tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Flores Timur tahun
2007-2027 yang terdiri dari 19 kecamatan terbagi ke dalam 229 desa dan
21 kelurahan.
18
Menurut letak geografis, eilayah administratif Kabupaten Flores
Timur berbatasan langsung dengan wilayah administratif:
a. Utara : Laut Flores
b. Selatan : Laut Sawu
c. Barat : Kabupaten Sikka
d. Timur : Kabupaten Lembata
Kabupaten Flores Timur memiliki visi “Flores Timur Sejahtera dalam
Bingkai Desa Membangun Kota Merata” dan misi, antara lain:
1. Selamatkan Orang Muda Flores Timur;
2. Selamatkan Infrastruktur Flores Timur;
3. Selamatkan Tanaman Rakyat Flores Timur;
4. Selamatkan Laut Flores; dan
5. Reformasi Birokrasi.
4.2.8 Kabupaten Sikka
Kabupaten Sikka berada disebelah timur Pulau Flores dari Propinsi
Nusa Tenggara Timur dan Kota Maumere merupakan ibukota kabupaten
Sikka. Kabupaten Sikka terdiri dari 11 kecamatan yaitu Kecamatan Paga,
Kecamatan Mego, Kecamatan Lela, Kecamatan Nita, Kecamatan
Maumere, Kecamatan Palue, Kecamatan Alok, Kecamatan Kewapante,
Kecamatan Bola, Kecamatan Waigete dan Kecamatan Talibura.
Kabupaten Sikka memiliki luas wilayah mencapai 1.731,91 km2,
dengan wilayah adiministratif yang berbatasan dengan :
1. Sebelah utara : Laut Flores;
19
2. Sebelah timur : Kabupaten Flores Timur;
3. Sebelah selatan : Laut Sawu; dan
4. Sebelah barat : Kabupaten Ende.
4.2.9 Kabupaten Ende
Kabupaten Ende, memiliki astronomis pada 8°26’24,71” LS –
8°54’25,46” LS dan 121°23’40,44” BT – 122°1’33,3” BT. Wilayah
Kabupaten Ende Ini Termasuk Juga Dalam Deretan Jalur Gunung Berapi,
Sebut Saja Gunung Berapi Iya Yang Memiliki Ketinggian 637 Mdpl, Di
mana Letusan Terakhirnya Terjadi Pada Tahun 1969. Masih Ada Juga
Gunung Berapi Mutubusa Yang Memiliki Ketinggian 1.690 Mdpl, Di
mana Terakhir Kalinya Tercatat Memuntahkan Lahar Panas Pada Tahun
1938.
Kabupaten Ende, memiliki batas wilayah administratif:
a. Utara : Laut Flores;
b. Selatan : Laut Sawu;
c. Barat : Kabupaten Ngada; dan
d. Timur : Kabupaten Sikka.
4.2.10 Kabupaten Ngada
Kabupaten Ngada, sebelum terjadinya pemekaran, memiliki batas
geografis 8° - 9° LS dan 120° 45° BT -121° 5° BT. Kabupaten Ngada
memiliki batas wilayah, yaitu:
a. Utara : Laut Flores;
b. Selatan : Laut Sawu;
20
c. Timur : Kabupaten Ende; dan
d. Barat : Kabupaten Manggarai.
Kabupaten Ngada memiliki luas daratan 3.037,88 km2, luas perairan
689.988 ha dan panjang pantai 219 km dengan rincian sebagai berikut:
luas perairan pantai utara 3.443,25 km2 dengan panjang pantai 105 km,
luas perairan pantai selatan 3.456,25 km dengan panjang pantai 144 km.
setalah terjadi pemekaran batas geografis kabupaten Ngada adalah
8o20’24.28 “ LS - 8
o57’28.39” LS dan 120
o48
’29.26” BT - 121
o11’8.57”
BT dengan batas wilayah administratif, sebagai berikut:
a. Utara : Laut Flores;
b. Selatan : Laut Sawu;
c. Timur : Kabupaten Nagekeo; dan
d. Barat : Kabupaten Manggarai Timur.
Kabupaten Ngada memiliki Luas daratan 1.776,72 Km², luas perairan
708,64 Km² dan panjang pantai 102,318 Km dengan rincian sebagai
berikut: luas perairan pantai Utara 381,58 Km2 dengan panjang pantai
58,168 Km, luas perairan pantai Selatan 327,06 Km2 dengan panjang
pantai 44,15 Km.
Kondisi topografi Kabupaten Ngada sebelum pemekaran bervariasi
mulai dari dataran datar, bergelobang, berbukit sampai pegunungan, hal ini
terlihat klasifikasi lereng yang mendominasi yaitu 16%-25% mencapai
86.901 Ha (28,61%) dan lereng 26%-40% mencapai 72.719 Ha (23,94%)
dari total luas wilayah Kabupaten Ngada secara keseluruhan. Sedangkan
21
luas areal lereng lainnya (0-3%, 4-8%, 9-15%, 40-60% dan > 60%) berada
di bawah kisaran 13 % dari total luas kabupaten. Sedangkan setelah terjadi
pemekaran kondisi topografi Kabupaten Ngada pada umumnya berbukit
dan tingkat kemiringan lahan yang relatif tinggi, dengan komposisi
kemiringan 0 – 15 derajat seluas 45.02 % ; kemiringan 16 – 20 derajat
seluas 40.64 %; dan kemiringan diatas 20 derajat seluas 14.34 %. Kondisi
topografi perbukitan dan pegunungan ini pada umumnya merupakan
daerah-daerah yang rawan terhadap terjadinya bencana alam seperti tanah
longsor terutama di wilayah Kabupaten Ngada bagian Selatan.
4.2.11 Kabupaten Nagekeo
Kabupaten Nagekeo terletak di antara 8026’00” – 8064’40”
Lintang Selatan dan 12106’20” – 121032’00” Bujur Timur. Bagian utara
berbatasan dengan Laut Flores, bagian selatan berbatasan dengan Laut
Sawu, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Ende dan bagian barat
berbatasan dengan Kabupaten Ngada. Kabupaten Nagekeo terdiri dari 7
kecamatan, 84 desa dan 16 kelurahan, dengan luas wilayah 1.416,96 Km2
dan dihuni oleh 129.956 jiwa pada tahun 2009. Pada tahun 2009 ini
kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Aesesa dengan luas
wilayahnya mencapai 432,29 Km2. Atau 30,51 persen dari keseluruhan
luas wilayah Kabupaten Nagekeo. Kecamatan yang luas wilayahnya paling
kecil adalah Kecamatan Keo Tengah dengan luas wilayah 65,62 km2 atau
4,63 persen dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Nagekeo.
22
Kabupaten Nagekeo adalah sebuah kabupaten di Provinsi NTT,
yang berada di Pulau Flores yang diresmikan pada 22 Mei 2007 oleh
Pejabat Mendagri Widodo A. S. dan Drs. Elias Djo ditunjuk sebagai
pejabat bupati. Pusat pemerintahan Kabupaten Nagekeo berlokasi
di Mbay. Luas wilayah 1.386 km2 persegi dan berpenduduk 110.147 jiwa.
Wilayah ini merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Ngada.
4.2.12 Kabupaten Manggarai
Kabupaten Manggarai berada di Pulau Flores, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Kabupaten Manggarai memiliki Ibu Kota Kabupaten,
yaitu Ruteng. Luas wilayahnya adalah 7.136,4 km², dengan jumlah
penduduk 382.422 jiwa (2016).
Kabupaten Manggarai memiliki batas wilayah administratif, yaitu:
a. Utara : Laut Flores;
b. Selatan : Laut Sawu;
c. Barat : Kabupaten Manggarai Barat; dan
d. Timur : Kabupaten Manggarai Timur.
4.2.13 Kabupaten Manggarai Timur
Kabupaten Manggarai Timur merupakan kabupaten pemekaran
dari Kabupaten Manggarai, pada tanggal 17 Juli 2007. Luas wilayahnya
2.643,41 km2; memiliki 9 Kecamatan, 17 Kelurahan dan 159 Desa. Jumlah
penduduk Kabupaten Manggarai Timur adalah 289.148 jiwa (2013). Pusat
pemerintahannya berada di Kecamatan Borong. Kabupaten Manggarai
memiliki batas wilayah administratif, yaitu:
23
a. Utara : Laut Flores;
b. Selatan : Laut Sawu;
c. Barat : Kabupaten Manggarai; dan
d. Timur : Kabupaten Ngada.
Secara geografis, Kabupaten Manggarai Timur terletak antara
08°14’LS - 09°00LS dan 120°20’BT - 120°55’°BT.Pola topografi ini
sedikit banyak mempengaruhi bentuk tata guna lahan yang ada. Daerah
Timur Sepanjang jalan Lintas Flores yang relatif kemiringan lahannya
agak rendah dipergunakan sebagai kawasan pemukiman.selain itu dilokasi
ini juga dimanfaatkan warga untuk daerah persawahan dan peternakan.
Lahan dengan tingkat lekukan tinggi rendah yang berada di Utara,dan
sebagian selatan merupakan daerah hutan lindung dan perkebunan milik
rakyat yang ditanami kopi,kemiri,kakao/coklat,dan vanili.
4.2.14 Kabupaten Manggarai Barat
Kabupaten Manggarai Barat adalah kabupaten hasil pemekaran
dari Kabupaten Manggarai berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun
2013. Wilayahnya meliputi, daratan Pulau Flores bagian barat dan
beberapa pulau kecil disekitarnya, diantaranya adalah Pulau Komodo,
Pulau Rinca, Pulau Seraya Besar, Pulau Seraya Kecil, Pulau Bidadari dan
Pulau Longos. Luas wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah 9.450
km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 2.947,50 km
2 dan wilayah
lautan 7.502,97 km2.
24
Ide pemekaran wilayah Kabupaten Manggarai Barat sudah ada
sejak tahun 1950-an. Ide ini dimunculkan pertama kali oleh Bapak
Lambertus Kape, tokoh Manggarai asal Kempo Kecamatan Sano
Nggoang yang pernah duduk sebagai anggota Konstituante di Jakarta.
Pada tahun 1963 aspirasi untuk memekarkan Kabupaten
Manggarai dengan membentuk Kabupaten Manggarai Barat mulai
diperjuangkan secara formal melalui lembaga politik
partai Katolik Subkomisariat Manggarai. Pada tahun 1982 Manggarai
Barat diberikan status Wilayah Kerja Pembantu Bupati Manggarai Bagian
Barat dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 821.26-1355
tanggal 11 november 1982.
Melalui proses pengkajian yang matang dengan memperhatikan
potensi dan luas wilayah serta kebutuhan untuk pendekatan pelayanan
kepada masyarakat maka melalui Sidang Paripurna DPR RI tanggal 27
Januari 2003 aspirasi dan keinginan masyarakat Manggarai
Barat mencapai puncaknya dengan disahkannya Undang-undang Nomor 8
tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Manggarai Barat maka
Kabupaten Manggarai Barat resmi terbentuk.
4.2.15 Kabupaten Sumba Barat
Kabupaten Sumba Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di
Provinsi NTT dengan ibu kota kabupaten di Kota Waikabubak. Kabupaten
Sumba Barat pernah mengalami pemerkaran wilayah menjadi Kabupaten
Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Tengah pada tahun 2007.
25
Kabupaten Sumba Barat terletak di Pulau Sumba bagian barat, yang
memiliki letak geografis pada 119°6’43,61” - 119°32’5,87” Bujur Timur
dan 9°22’24,27” - 9°47’50,14” Lintang Selatan. dengan luas wilayah
737,42 km2.
Kabupaten Sumba Barat memiliki batas wilayah:
a. Utara : Laut Sawu;
b. Selatan : Samudra Hindia;
c. Barat : Kabupaten Sumba Barat Daya; dan
d. Timur : Kabupaten Sumba Tengah.
4.2.16 Kabupaten Sumba Timur
Kabupaten Sumba Timur dahulu berada pada keresidenan Timor.
Kabupetan Sumba Timur meliputi 60% dari wilayah yang ada di Pulau
Sumba. Kabupaten Sumba Timur memiliki batas-batas wilayah:
a. Utara : Selat Sumba;
b. Selatan : Samudra Hindia;
c. Barat : Kabupaten Sumba Tengah; dan
d. Timur : Laut Sumba.
Kabupaten Sumba Timur juga meliputi 4 pulau kecil di selatan, yakni:
Pulau Salura, Pulau Mengkudu, Pulau Kotak dan Pulau Nusa.
4.2.17 Kabupaten Sumba Tengah
Kabupaten Sumba Tengah memiliki ibu kota kabupaten di Kota
Waibakul. Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari
Kabupaten Sumba Barat pada 22 Mei 2007. Kabupaten Sumba Tengah
26
terletak di Pulau Sumba bagian barat. Secara geografis, kabupaten Sumba
Tengah terletak pada 119°24’56,26” - 120°50’55,29” Bujur Timur dan
9°20’38,31” - 9°50’38,86” Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.868,74
km2.
Kabupaten Sumba Tengah memilki batas wilayah:
a. Utara : Laut Ssawu;
b. Selatan : Samudra Hindia;
c. Barat : Kabupaten Sumba Barat; dan
d. Timur : Kabupaten Sumba Timur.
4.2.18 Kabupaten Sumba Barat Daya
Kabupaten Sumba Barat Daya adalah kabupaten hasil pemekaran
dari Kabupaten Sumba Barat, dan dibentuk berdasarkan UU. No. 16 tahun
2007. Peresmian dilakukan oleh Pejabat Mendagri Widodo A.S. pada
tanggal 22 Mei 2007. Kabupaten Sumba Barat Daya adalah salah satu
kabupaten/kota baru yangdimekarkan pada tahun 2006, setalah DPR
menyetujui Rancangan Undang-Undang pada tanggal 8 Desember 2006.
4.2.19 Kabupaten Lembata
Kabupaten Lembata terletak pada sebuah pulau gugusan
Kepulauan Solor yang terletak di antara Kabupaten Flores Timur dan
Kabupaten Alor. Kabupaten Lembata memiliki batas-batas sebagai
berikut:
a. Utara : Laut Flores;
b. Selatan : Laut Sawu;
27
c. Barat : Selat Boleng dan Selat Lamakera; dan
d. Timur : Selat Alor.
Secara astronomis, Kabupaten Lembata terletak pada posisi 8°10' - 8°11'
LS dan 123°12' - 123°57' BT.
4.2.20 Kabupaten Rote Ndao
Kabupaten Rote Ndao memilki ibu kota kabupaten yang terletak di
Baa. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.280,10 km2. Kabupaten Rote
Ndao pada awalnya memiliki 6 kecamatan, namun telah mengalami
pemekaran menjadi 8 kecamatan dan pada tahun 2012 terjadi pemekaran
wilayah sehingga bertambah menjadi 10 kecamatan, dengan rincian
sebagai berikut:
1. Landu Leko;
2. Lobalain;
3. Ndao Nuse;
4. Rote Timur;
5. Pantai Baru;
6. Rote Tengah;
7. Rote Selatan;
8. Rote Barat Daya;
9. Rote Barat Laut; dan
10. Rote Barat.
28
Secara geografis Kabupaten Rote Ndao terletak pada 10°25' - 11°00'
Lintang Selatan dan 121°49' - 123°26' Bujur Timur. Kabupaten Rote Ndao
memiliki batas wilayah, yakni:
a. Utara : Laut Sawu;
b. Selatan : Samudra Hindia;
c. Barat : Laut Sawu dan Samudra Hindia; dan
d. Timur : Laut Timor.
4.2.21 Kabupaten Sabu Raijua
Kabupaten Sabu Raijua diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri
Indonesia, Mardiyanto pada 29 Oktober 2008 sebagai hasil pemekaran dari
Kabupaten Kupang. Kabupaten Sabu Raijua merupakan Daerah Otonom
yang baru terbentuk Tahun 2008 berdasarkan Undang - undang Nomor 52
Tahun 2008 tanggal 26 Nopember 2008, yaitu pemekaran dari Kabupaten
Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur di mana Kabupaten Sabu Raijua
merupakan Kabupaten yang ke-21 di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Wilayah Kabupaten Sabu Raijua dibagi menjadi 6 kecamatan,
yaitu:
1. Hawu Mehara;
2. Raijua;
3. Sabu Barat;
4. Sabu Liae;
5. Sabu Tengah; dan
6. Sabu Timur.
29
Kabupaten Sabu Raijua memiliki batas-batas wilayah, antara lain:
a. Utara : Laut Sawu;
b. Selatan : Samudra hindia;
c. Barat : Laut Sawu; dan
d. Timur : Laut Sawu.
4.2.22 Kabupaten Malaka
Kabupaten Malaka memiliki ibu kota kabupaten yang terletak di
Betun, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Belu yang disahkan
dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR
RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Kabupaten
Malaka langsung berbatasan dengan Negara Timor Leste.
Secara geografis, Kabupaten Malaka terletak pada 9°18'7.19" -
9°47'26.68" Lintang Selatan dan 124°38'32.17" - 125°5'21.38" Bujur
Timur. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Timor Leste. Kabupaten
Malaka berjarak kira-kira 232 km dari Kota Kupang kea rah barat.
Kabupaten Malaka memiliki batas-batas wilayah, antara lain:
a. Utara : Kabupaten Belu;
b. Selatan : Laut Timor;
c. Barat : Kabupaten TTU dan Kabupaten TTS; dan
d. Timur : Timor Leste dan Laut Timor.
30
4.3 Profil Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada Badan Pendapatan Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah (BPPKAD) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun visi
dan misi Kantor BPPKAD, yaitu:
4.3.1 Visi BPPKAD
Terwujudnya pengelolaan keuangan daerah, pendapatan daerah dan
aset daerah yang berkualitas, transparan, partisipatif dan akuntabel.
4.3.2 Misi BPPKAD
1. Menjadi penggerak dala menyediakan saran-saran yang
berwawasan tentang pengelolaan Keuangan Daerah kedepan.
2. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia (SDM) aparat dan pelaksana pengelola keuangan
daerah pemungut pajak retribusi dan pengelola aset daerah
kedepan.
3. Memantapkan tata kelola keuangan daerah, sistem pemungutan
pajak, retribusi dan aset daerah dalam budaya kinerja.
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan Pendapatan,
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah.
5. Membangun sistem informasi manajemen pelayanan keuangan
daerah, pajak, retribusi dan aset daerah yang terintegrasi secara
cepat, tepat, mudah, adil dan tuntas
31
4.4 Tugas dan Fungsi Pokok Kantor
1. Tugas pokok Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
adalah membantu Gubernur melaksanakan fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah yang menjadi kewenangan daerah.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagimana dimaksud dala ayat (1), Badan
Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah menyelenggarakan
fungsi penyusunan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelola
keuangan dan aset daerah menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang pendapatan,
pengelola keuangan dan aset daerah.
2. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan
teknis di bidang pendapatan, pengelola keuangan dan aset daerah.
3. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan
pemerintah daerah di bidang pendapatan, pengelola keuangan dan
aset daerah.
4. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
32
4.5 Struktur Organisasi Kantor BPPKAD
Susunan struktur organisasi Kantor BPPKAD, sebagai berikut:
1. Kepala Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
2. Sekretariat
3. Kepala Bidang Pajak
4. Kepala Bidang Retribusi
5. Kepala Bidang Anggaran
6. Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan
7. Kepala Bidang Pembinaan Keuangan Kabupaten/Kota
8. Kepala Bidang Pengelolaan Aset Daerah
9. Kepala Bidang Perbendaharaan
(Gambar struktur organisasi terlampir pada halaman berikut)
54
4.6 Uraian Tugas Jabatan Struktural
Adapun tugas dan fungsi pokok dari masing-masing bagian pada
BPPKAD Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu:
4.6.1 Kepala BPPKAD
a. Rumusan Tugas
Mengkoordinasikan penyusunan, perumusan dan pelaksanaan
kebijakan pengelolaan keuangan daerah meliputi pembinaan
administrasi keuangan kabupaten/kota, anggaran, perbendaharaan,
verifikasi, akuntansi dan pelaporan berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
b. Uraian Tugas
1. Menyusun Rencana Strategis (RENSTRA) Badan berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kebijakan Daerah serta
masukan dari komponen masyarakat untuk peningkatan
pelayanan anggaran yang berorientasi pada kepentingan publik;
2. Menyusun rencana kinerja tahunan Badan berdasarkan
Perencanaan Strategis (RENSTRA) Badan dan masukan dari
komponen masyarakat untuk digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan tugas;
3. Menetapkan pencapaian standar pelayanan minimal untuk urusan
wajib secara tepat pada Penetapan Kinerja (PK) Badan;
4. Membagi tugas dan memberikan petunjuk kepada bawahan baik
secara lisan maupun tertulis sesuai dengan permasalahan dan
bidang tugasnya masing-masing agar tercapai hasil kerja yang
optimal.
5. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kerja untuk
menemukan kesalahan-kesalahan guna penyempurnaan lebih
lanjut;
6. Menyelia pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang telah ditetapkan agar realisasinya tepat waktu dan tepat
sasaran;
7. Melakukan koordinasi penyusunan Rancangan Anggaran
Penanganan Urusan Pemerintah Provinsi bersama Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) guna penyusunan KUA dan PPAS
berdasarkan RKPD dan RPJMD sebagai bahan penyusunan
RAPBD;
8. Mengkoordinir penyusunan Rancangan Perda tentang APBD dan
Perubahan APBD serta Peraturan Gubernur tentang Penjabaran
APBD dan Penjabaran Perubahan APBD berdasarkan KUA dan
PPAS untuk dibahas dan ditetapkan sebagai Perda dan Pergub;
9. Mengkoordinir penyampaian Nota Keuangan dan Pengantar Nota
Keuangan APBD dan Perubahan APBD berdasarkan RAPBD
untuk disampaikan kepada DPRD;
10. Mengkoordinir Tanggapan Pemerintah terhadap Pemandangan
Umum Fraksi atas Nota Keuangan dan Pengantar Nota Keuangan
APBD dan Perubahan APBD berdasarkan RAPBD untuk
disampaikan kepada DPRD;
11. Mengkoordinir penyusunan Rancangan Perda APBD dan
Rancangan Pergub tentang Penjabaran APBD berdasarkan hasil
persetujuan bersama antara Pemerintah dengan DPRD untuk
mendapat persetujuan dari Departemen Dalam Negeri;
12. Mengkoordinir penyempurnaan Ranperda dan Ranpergub
berdasarkan hasil evaluasi Departemen Dalam Negeri untuk
ditetapkan menjadi Perda dan Pergub;
13. Mengkoordinir penyelesaian Perda dan Pergub tentang APBD
dan penjabaran APBD yang dijadikan sebagai dasar pelaksanaan
anggaran tahunan;
14. Menandatangani DPA SKPD yang telah disusun berdasarkan
penjabaran APBD untuk dijadikan dasar pelaksanaan anggaran
pada SKPD;
15. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD berdasarkan
ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk meningkatkan
kualitas pengelolaan keuangan daerah berbaisis kinerja;
16. Menandatangani Surat Penyediaan Dana (SPD) berdasarkan DPA
sebagai dasar bagi SKPD dalam rangka penerbitan SPP dan SPM;
17. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD) dalam hal
pengesahan DPA/DPPA SKPD, melakukan pengendalian dan
pelaksanaan APBD, memberikan petunjuk teknis pelaksanaan
sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah, penetapan Surat
Penyediaan Dana (SPD) berdasarkan ketentuan peraturan yang
berlaku untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang
efektif dan efisien;
18. Mengendalikan penerbitan Surat Perintah Pencairann Dana
(SP2D) dan penyediaan anggaran belanja berdasarkan ketentuan
yang berlaku untuk mencapai hasil kerja yang optimal;
19. Mengendalikan pemberian bantuan subsidi, hibah, bantuan sosial,
pembiayaan, bantuan keuangan dan belanja bagi hasil pajak
sesuai petunjuk teknis dan ketentuan peraturan yang berlaku agar
pemberian bantuan tepat sasaran;
20. Melaksanakan pelaksanaan pinjaman atas nama pemerintah
daerah berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk
meningkatkan pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan
efisien;
21. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah
berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk
meningkatkan transpirasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah;
22. Mengkoordinir penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dan
Rancangan Peraturan Gubernur tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
23. Menyajikan informasi keuangan daerah berdasarkan data dan
informasi yang akurat untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah;
24. Melaksanakan kebijakan dan pedoman penyusunan neraca barang
daerah berdasarkan data informasi pengelolaan barang yang
akurat untuk meningkatkan transparasi dan akuntabilitas
pengelolaan barang daerah;
25. Meneliti dan mengusulkan pejabat pengelola keuangan daerah
berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam rangka optimalisasi
pengelolaan keuangan daerah;
26. Meneliti dan mengusulkan pejabat pengelola dana dekonsentrasi
dan tugas pembantuan berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam
rangka tertib administrasi pengelolaan dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan;
27. Meneliti dan menandatangani laporan realisasi keuangan
anggaran berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk bahan
penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi;
28. Memantau dan mengkoordinasikan pelaksanaan anggaran,
perubahan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD provinsi
bersama instansi ter
29. kait agar pengelolaan keuangan daerah lebih efektif dan
efisien.Mengkaji dan memproses penandatanganan naskah
laporan pertanggungjawaban keuangan, pemerintah provinsi
berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk bahan penyusunan
laporan keuangan;
30. Melakukan pembinaan dan evaluasi terhadap RAPBD/APBD dan
pertanggungjawaban Kabupaten/Kota berdasarkan ketentuan yang
berlaku untuk menjamin sinkronisasi pengelolaan keuangan
antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
31. Meneliti dan memaraf Keputusan Gubernur Kepala Daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan, perubahan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota
berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk menghindari
kekeliruan dan kesalahan;
32. Melakukan pembinaan keuangan kepada aparatur/pengelola
administrasi dengan melalui sosialisasi, asistensi, bimbingan, dan
pelatihan teknis meningkatkan kualitas aparatur/pengelola
keuangan berbasis kinerja;
33. Mengkoordinasikan pengusulan program dan kegiatan provinsi
untuk didanai dari DAK serta koordinasi usulan DAK
Kabupaten/Kota berdasarkan data dan informasi yang akurat agar
terwujud sinkronisasi pendanaan;
34. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan badan berdasarkan
rencana kerja untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan serta
permasalahannya guna menyusun alternatif pemecahan masalah.
4.6.2 Sekretaris
a. Rumusan Tugas
Merencanakan operasional, mengendalikan dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan meliputi program, data dan evaluasi, keuangan,
kepegawaian dan umum berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
berlaku agar terwujudnya pelayanan administratif yang cepat, tepat
dan lancar.
b. Uraian Tugas
1. Merencanakan langkah-langkah operasional Sekretariat
berdasarkan rencana kerja dan hasil evaluasi tahun sebelumnya
serta sumber data yang ada untuk digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan tugas;
2. Membagi tugas, memberi petunjuk dan memeriksa hasil kerja
bawahan agar tercapai efektifitas pelaksanaan tugas;
3. Mengkoordinir penyusunan rencana program/kegiatan
berdasarkan masukan data dari bidang di lingkungan badan agar
tersedia program kerja yang partisipatif;
4. Mengkoordinir penyusunan laporan pelaksanaan Budaya
Kerja, Pengawasan Melekat, Akuntabilitas Kinerja
Pemerintahan, LKPJ, LPPD, Laporan Keuangan, Laporan Kinerja
Daerah dan pelaporan kinerja lainnya sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku untuk digunakan sebagai bahan
pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja;
5. Mengendalikan pelaksanaan layanan administrasi umum kepada
semua unsur yang ada pada Badan Pengelola Keuangan & Aset
Daerah Provinsi NTT agar tercipta pelayanan administrasi yang
cepat, tepat dan lancar;
6. Mengendalikan pengelolaan kegiatan kesekretariatan meliputi
program, data dan evaluasi, keuangan, kepegawaian dan umum
agar pelaksanaan tugas badan berjalan dengan baik dan lancar;
7. Melaksanakan pembinaan disiplin terhadap bawahan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku agar terciptanya
PNS yang handal, profesional dan bermoral;
8. Mengevaluasi pelaksanaan tugas kesekretariatan meliputi
program, data dan evaluasi, keuangan, kepegawaian dan
umum melalui rapat, diskusi dan sesuai hasil yang telah
dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan dan mencari
solusinya;
9. Melakukan koordinasi tugas dengan instansi dan pihak terkait
agar terjalin kerjasama yang baik;
10. Menyampaikan laporan bulanan dan tahunan Badan Pengelola
Keuangan & Aset Daerah Provinsi NTT serta laporan hasil
pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan sumber data yang
ada dan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan agar
dipergunakan sebagai bahan masukan atasan;
11. Mengkoordinir dokumentasi produk-produk hukum di Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi NTT;
12. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
baik secara lisan maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya
untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
4.6.3 Bidang Pajak
a. Rumusan Tugas
Merencanakan operasional, mengendalikan dan mengevaluasi
kegiatan pajak meliputi penetapan pajak, penatausahaan dan verifikasi
pajak serta pemindahbukuan dan pertimbangan keberatan berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk peningkatan pendapatan
daerah.
b. Uraian Tugas
1. Merencanakan langkah – langkah operasional bidang pajak
berdasarkan rencana kerja Badan dan hasil evaluasi sebelumnya
serta sumber data yang ada untuk digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan tugas;
2. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan dengan
memberi arahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan
permasalahan dan bidang tugasnya masing – masing agar tercapai
efektivitas pelaksanaan tugas;
3. Menyelia pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang telah ditetapkan agar pelaksanaannya tepat waktu dan tepat
sasaran;
4. Melaksanakan pembinaan pembukuan penerimaan pajak daerah
berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang – undangan yang
berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
5. Melakukan pembinaan dan penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria di bidang perpajakan serta penatausahaan pajak
daerah berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang –
undangan yang berlaku untuk tertib administrasi.
Bidang pajak mempunyai 3(tiga) sub bagian yaitu:
1. Sub Bagian Penetapan Pajak
Sub bagian penetapan pajak mempunyai tugas merencanakan dan
melaksanakan kegiatan penetapan pajak melalui penetapan nilai
jual kendaraan bermotor, penetapan target penerimaan pajak
daerah dan alokasi bagi hasil pajak daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan untuk peningkatan
penerimaan PAD.
2. Sub Bagian Penatausahan dan Verifikasi Pajak
Sub bagian penatausahaan dan verifikasi pajak mempunyai tugas
merencanakan dan melaksanakan kegiatan penatausahaan dan
verifikasi pajak melalui penatausahaan dan pembukuan
penerimaan pajak daerah, mengevaluasi penerimaan dan
memverifikasi bukti – bukti pungutan pajak daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan untuk peningkatan
penerimaan PAD.
3. Sub bagian Pemindahbukuan dan Pertimbangan Keberatan
Sub bagian pemindahbukuan dan Pertimbangan Keberatan
mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pemindahbukuan dan pertimbangan keberatan melalui restitusi,
pemindahbukuan dan pemberian rekomendasi terhadap
permohonan keberatan pajak daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan untuk ketepatan penetapan dan
peningkatan penerimaan PAD.
4.6.4 Bidang Retribusi, Penerimaan Lain-lain dan Dana Perimbangan
a. Rumusan Tugas
Merencanakan operasional, mengendalikan dan mengevaluasi
kegiatan retribusi, penerimaan lain – lain dan dana perimbangan serta
bagi hasil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
untuk peningkatan penerimaan PAD.
b. Uraian Tugas
1. Merencanakan langkah – langkah operasional bidang retribusi,
penerimaan lain – lain dan dana perimbangan berdasarkan
rencana kerja Badan dan kegiatan tahun sebelumnya dan sumber
data yang ada untuk digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan;
2. Menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
retribusi, penerimaan lain – lain dan dana perimbangan dan bagi
hasil agar pelaksanaan tugas berjalan dengan baik dan lanca;.
3. Mengusahakan sumber – sumber pendapatan baru berdasarkan
potensi yang tersedia guna peningkatan PAD;
4. Melaksanakan verifikasi bukti pungutan retribusi daerah
berdasarkan bukti pungutan yang digunakan sesuai nomorator
agar tertibnya penggunaan bukti pungutan;
5. Melaksanakan kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik
secara lisan maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk
kelancaran pelaksanaan tugas.
Bidang Retribusi, Penerimaan lain –lain dan Dana perimbangan
mempunyai 3 (tiga) sub bagian yaitu:
1. Sub bagian Penerimaan Lain – lain
Sub bagian penerimaan lain – lain mempunyai tugas
merencanakan dan melaksanakan kegiatan penerimaan lain – lain
melalui koordinasi teknis pemungutan penerimaan lain – lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
2. Sub bagian Dana Perimbangan Dan Bagi Hasil
Sub bagian dana perimbangan dan bagi hasil mempunyai tugas
merencanakan dan melaksanakan kegiatan dana perimbangan dan
bagi hasil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan untuk tertib administrasi.
3. Sub bagian Retribusi
Sub bagian retribusi mempunyai tugas merencanakan dan
melaksankan kegiatan retribusi melalui retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
4.6.5 Bidang Anggaran
a. Rumusan Tugas
Merencanakan operasional, mengendalikan dan mengevaluasi
kegiatan penyusunan anggaran bidang pemerintahan dan kesra,
penyusunan anggaran bidang perekonomian dan pembangunan serta
penyusunan anggaran bidang administrasi umum berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang berlaku agar tersedianya anggaran yang
berbasis kinerja.
b. Uraian Tugas
1. Merencanakan langkah – langkah operasional bidang anggaran
berdasarkan rencana kerja Badan dan kegiatan tahun sebelumnya
dan sumber data yang ada untuk digunakan sebagai pedoman
dalam melaksanakan kegiatan.
2. Memeriksa hasil bawahan berdasarkan rencana kerja untuk
menemukan kesalahan – kesalahan guna penyempurnaan lebih
lanjut.
3. Memberikan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penyusunan anggaran pendapatan daerah, anggaran belanja
daerah, anggaran pembiayaan, standar biaya, dana cadangan, dan
investasi pemerintah daerah.
4. Mengoreksi atas anggaran kas SKPD sesuai DPA – SKPD
sebagai pedoman OPD dalam pengajuan permintaan pembayaran.
5. Menyusun konsep kebijakan keseimbangan fiskal antar
kabupaten/kota sebagai dasar penetapan fiskal daerah.
Bidang Anggaran mempunyai 3(tiga) sub bidang yaitu:
1. Sub Bidang Penyusunan Anggaran bidang Perekonomian dan
Pembangunan
Sub bidang penyusunan anggaran bidang perekonomian dan
pembangunan mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan
kegiatan penyusunan anggaran bidang perekonomian dan
pembangunan berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku
agar tersedianya anggaran berbasis kinerja.
2. Sub bidang Penyusunan Anggaran bidang Administrasi Umum
Sub bidang penyusunan anggaran bidang administrasi umum
mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan
penyusunan anggaran bidang administrasi umum berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang berlaku agar tersedianya Anggaran
berbasis kinerja.
3. Sub bidang Penyusunan Anggaran bidang Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat
Sub bidang penyusunan anggaran bidang pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat mempunyai tugas merencanakan dan
melaksanakan kegiatan penyusunan anggaran bidang anggaran
pemerintahan dan kesejahteraan rakyat berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang berlaku agar tersedianya anggaran berbasis kinerja.
4.6.6 Bidang Akuntansi dan Pelaporan
a. Rumusan Tugas
Merencanakan operasional, mengendalikan, dan mengevaluasi
kegiatan perbendaharaan meliputi akuntansi pendapatan, piutang dan
penerimaan pembiayaan, akuntansi belanja, asset hutang dan
pengeluaran pembiayaan serta akuntansi penyusunan laporan
keuangan berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk
memenuhi prinsip tranparasi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan
daerah.
b. Uraian Tugas
1. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kerja untuk
menemukan kesalahan – kesalahan guna penyempurnaan lebih
lanjut.
2. Melaksanakan kebijakan di bidang akuntansi pendapatan, piutang
dan penerimaan pembiayaan, akuntansi belanja aset, hutang dan
pengeluaran pembiayaan dan pelaporan keuangan pemerintah
daerah.
3. Menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
akuntansi pendapatan, piutang dan penerimaan pembiayaan,
akuntansi belanja aset, hutang dan pengeluaran pembiayaan dan
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Bidang Akuntansi dan Pelaporan mempunyai 3 (tiga) sub bidang
antara lain:
a. Sub bidang Akuntansi Pendapatan, Piutang dan Penerimaan
Pembiayaan
Sub bidang akuntansi pendapatan, piutang dan penerimaan
pembiayaan mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan
kegiatan akuntansi pendapatan, piutang dan penerimaan
pembiayaan berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku
agar tertib administrasi keuangan daerah.
b. Sub bidang Akuntansi Belanja, Aset, Hutang dan Pengeluaran
Pembiayaan
Sub bidang akuntansi belanja, aset, hutang dan pengeluaran
pembiayaan mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan
kegiatan akuntansi belanja, aset, hutang dan pengeluaran
pembiayaan berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku
agar tertib administrasi keuangan daerah.
c. Sub bidang Akuntansi Penyusunan Laporan Keuangan
Sub bidang akuntansi penyusunan laporan keuangan mempunyai
tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan akuntansi
penyusunan laporan keuangan berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang berlaku untuk bahan pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah.
4.6.7 Bidang Pembinaan Keuangan Kabupaten/Kota
a. Rumusan Tugas
Merencanakan operasional, mengendalikan dan mengevaluasi
kegiatan perbendaharaan meliputi pembinaan dan evaluasi wilayah I,
pembinaan dan evaluasi wilayah II, serta pembinaan dan evaluasi
wilayah III.
b. Uraian Tugas
1. Memberi petunjuk kepada bawahan terkait tugas yang akan
dikerjakan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku agar
dapat bekerja secara terarah, efektif, dan efisien.
2. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kerja untuk
menemukan kesalahan – kesalahan guna penyempurnaan lebih
lanjut.
3. Meneliti dan menyusun pedoman, standar, norma, kriteria
pembinaan dan petunjuk dan rekomendasi teknis pembinaan
keuangan kabupaten/kota berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Bidang Pembinaan Keuangan kabupaten/kota mempunyai 3 (tiga) sub
bidang yaitu:
1. Sub bidang Pembinaan dan Evaluasi Wilayah I
Sub bidang pembinaan dan evaluasi wilayah I mempunyai tugas
merencanakan dan melaksankan kegiatan pembinaan dan evaluasi
wilayah I meliputi wilayah Flores berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang berlaku agar tercapai keserasian pengelolaan
keuangan antara pemerintah pusat provinsi dan kabupaten/kota.
2. Sub bidang Pembinaan dan Evaluasi Wilayah II
Sub bidang pembinaan dan evaluasi wilayah II mempunyai tugas
merencanakan dan melaksankan kegiatan pembinaan dan evaluasi
wilayah II meliputi wilayah Sumba, Lembata, Alor, dan Sabu Rai
Jua berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku agar
tercapai keserasian pengelolaan keuangan antara pemerintah pusat
provinsi dan kabupaten/kota.
3. Sub bidang Pembinaan dan Evaluasi Wilayah III
Sub bidang pembinaan dan evaluasi wilayah III mempunyai tugas
merencanakan dan melaksankan kegiatan pembinaan dan evaluasi
wilayah III meliputi wilayah Timor dan Rote Ndao berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang berlaku agar tercapai keserasian
pengelolaan keuangan antara pemerintah pusat provinsi dan
kabupaten/kota.
4.6.8 Bidang Pengelolaan Aset Daerah
a. Rumusan Tugas
Merencanakan operasional, mengendalikan dan mengevaluasi
kegiatan pengelolaan aset daerah meliputi analisa kebutuhan dan
penatausahaan aset, pemanfaatan, pemindahtanganan, dan
penghapusan aset serta pengamanan dan penyelesaian sengketa aset
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku agar tugas
penyelenggaraan pemrintah dapat berjalan dengan baik.
b. Uraian Tugas
1. Merencanakan langkah-langkah operasional bidang pengelolaan
aset daerah berdasarkan rencana kerja badan dan kegiatan tahun
sebelumnya dan sumber data yang ada untuk digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan.
2. Memberi petunjuk kepada bawahan terkait tugas yang akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku
agar dapat bekerja secara terarah, efektif dan efisien.
3. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kerja untuk
menemukan kesalahan-kesalahan guna penyempurnaan lebih
lanjut.
Bidang pengelolaan Aset Daerah mempunyai 3 (tiga) sub bidang
yaitu:
1. Sub Bidang Analisa Kebutuhan Dan Penatausahaan Aset
Sub Bidang Analisa Kebutuhan Dan Penatausahaan Aset
mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan
analisa kebutuhan dan penatausahaan aset berdasarkan ketentuan
dan prosedur yang berlaku agar terpenuhninya kebutuhan barang
untuk menunjang pelaksanaan tugas satuan kerja perangkat
daerah.
2. Sub Bidang Pemanfaatan, Pemindatanganan Dan Penghapusan
Aset
Sub Bidang Pemanfaatan, Pemindatanganan Dan Penghapusan
Aset mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pemanfaatan, pemindatanganan dan penghapusan aset
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang untuk penertiban aset
daerah.
3. Sub Bidang Pengamanan Dan Penyelesaian Sengketa Aset
Sub Bidang Pengamanan Dan Penyelesaian Sengketa Aset
mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pengamanan dan penyelesaian sengketa aset berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang berlaku agar terpenuhinya tertib
pengelolaan barang milik daerah.
4.6.9 Bidang Perbendaharaan
a. Rumusan Tugas
Merencanakan operasional, mengendalikan dan mengevaluasi
kegiatan perbendaharaan meliputi pembayaran bidang pemerintahan,
kesra dan administrasi umum, pembayaran bidang perekonomian dan
pembangunan serta pengelolaan kas dan pembinaan bendahara
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku agar tersedia dana
bagi pembiayaan program dan kegiatan.
b. Uraian Tugas
1. Merencanakan langkah-langkah operasional bidang
perbendaharaan berdasarkan rencana kerja badan kegiatan tahun
sebelumnya dan sumber data yang ada untuk digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan.
2. Memberi petunjuk kepada bawahan terkait tugas yang dikerjakan
sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku agar dapat
bekerja secara terarah, efektif dan efisien.
3. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kerja untuk
menemukan kesalahan-kesalahan guna penyempurnaan lebih
lanjut.
Bidang Perbendaharaan mempunyai 3 (tiga) sub bidang yaitu:
1. Sub Bidang Pembayaran Bidang Pemerintahan, Kesejahtraan
Rakyat Dan Administrasi Umum
Sub Bidang Pembayaran Bidang Pemerintahan, Kesejahtraan
Rakyat Dan Administrasi Umum mempunyai tugas merencanakan
dan melaksanakan kegiatan pembayaran bidang pemerintahan,
kesejahtraan rakyat dan administrasi umum berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang berlaku agar tersedia dana
pembiayaan program dan kegiatan bidang pemerintahan,
kesejahtraan rakyat dan administrasi umum.
2. Sub Bidang Pembayaran Bidang Perekonomian Dan
Pembangunan
Sub bidang pembayaran bidang perekonomian dan pembangunan
mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembayaran bidang perkonomian dan pembangunan berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang berlaku agar tersedia dana
pembiayaan program dan kegiatan bidang perekonomian dan
pembangunan.
3. Sub Bidang Pengelolaan Kas Dan Pembinaan Bendahara
Sub bidang pengelolaan kas dan pembinaan bendahara
mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pengelolaan kas dan pembinaan bendahara meliputi
penatausahaan penerimaan dan pengeluaran,
mengadministrasikan SP2D setelah divalidasi oleh bank
operasional dan mengkoordinasikan dengan bank lainya serta
melakukan pembinaan terhadap bendahara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan