BAB IV fix 5
-
Upload
sabar-darono-hadi-pranowo -
Category
Business
-
view
6.566 -
download
1
Transcript of BAB IV fix 5
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Hasil Tes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Hasil tes kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai
berikut :
TABEL 4.1. Hasil Tes Kelas Kontrol dan Eksperimen
Kelas kontrol Kelas eksperimen
No Kode siswa Hasil
Pre test
Hasil
Post test Gain Nama
Hasil
Pre test
Hasil
Post test
Gain
1 AN 25 59 34 AZ 38 73 35
2 AS 40 50 10 AM 41 70 29
3 AP 38 68 30 AA 49 70 21
4 AM 36 55 19 A L 15 60 45
5 AMI 37 66 29 BA 36 64 28
6 AA 51 57 6 DM 35 51 16
7 BN 38 68 30 DS 33 51 18
8 CA 41 68 27 ENW 22 70 48
9 DM 33 64 31 HE 50 69 19
10 DCS 36 66 30 IK 44 70 26
11 EN 45 58 13 IB 44 65 21
12 HN 36 54 18 IP 40 69 29
13 HR 44 77 33 IS 40 62 22
14 IR 51 56 5 MM 30 74 44
15 IM 31 55 24 MR 30 75 45
16 IMD 29 47 18 MRZ 24 69 45
17 JA 35 57 22 MI 32 80 48
18 KH 58 64 6 NB 46 52 6
19 LSO 34 55 21 NU 27 51 24
20 MA 44 56 12 PL 37 58 21
21 MR 33 60 27 RM 50 75 25
22 MN 24 55 31 RA 47 70 23
23 NC 35 62 27 RSA 11 70 59
24 NP 44 55 11 RZA 34 79 45
25 NU 24 57 33 SB 35 75 40
61
Tabel 4.1 Sambungan
No Kode siswa Hasil
Pre test
Hasil
Post test Gain Nama
Hasil
Pre test
Hasil
Post test
Gain
26 PS 43 68 25 ST 28 62 34
27 RP 48 73 25 STA 55 57 2
28 RA 45 53 8 SN 21 69 48
29 SH 47 67 20 SR 32 50 18
30 SN 32 54 22 SA 48 79 31
31 SI 33 51 18 SS 33 70 37
32 TF 40 54 14 SI 52 69 17
33 UK 52 74 22 SNF 45 76 31
34 VRA 40 53 13 WY 36 69 33
35 WP 35 45 10 YA 37 60 23
36 YU 60 66 6
Rata-rata 39,36 59,64 36,48 66,66
Standar deviasi 8,69 7,68 10,44 8,61
Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil pre test pada kelas eksperimen
(VIIIC) mempunyai rata-rata 39,36 dan standar deviasinya 8,69, pada kelas
kontrol (VIIIB) mempunyai rata-rata 36,48 dan standar deviasinya 10,44.
Rata-rata post test kelas kontrol (VIIIB) adalah 59,64 dengan standar deviasi
7,68 sedangkan rata-rata kelas eksperimen (VIIIC) adalah 66,66 dengan
standar deviasi 8,61
Selanjutnya dilakukan uji normalitas pada data skor pre test kelas
eksperimen. Diperoleh χ2
hitung sebesar 4,41, sedangkan pada taraf kesalahan
5% dan derajat kebebasan 3 diperoleh χ2
tabel sebesar 7,81 (Lampiran E-3 ). Hal
ini menunjukkan χ2
hitung < χ2
tabel, disimpulkan bahwa data pre test kelas
eksperimen berdistribusi normal (Lampiran B-4).
Pada uji normalitas hasil pre test kelas kontrol diperoleh χ2
hitung sebesar
4,95, sedangkan pada taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan 3 diperoleh
χ2
tabel sebesar 7,81. Hal ini berarti χ2 hitung < χ
2tabel, disimpulkan bahwa data pre
62
test kelas kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas
varians, dari hasil Uji homogenitas diperoleh Fhitung sebesar 1,44, sedangkan
nilai FTabel (35-34) pada taraf kepercayaan 95% (taraf nyata, α = 5%) diperoleh
Ftabel =1,78 (Lampiran E-4), diperoleh Fhitung< FTabel (1,44 <1,78), dapat
disimpulkan kedua data homogen, berarti kedua data ini keragaman yang
sama. Selanjutnya, digunakan uji t-student, dari uji t-student pada data pre test
kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar -3,89
sedangkan t tabel sebesar = 1,67 dengan interval kepercayaan 95% (taraf nyata,
α = 5%), diterima HO jika –tTabel < thitung < tTabel dan Tolak HO jika berharga
lain. Nilai t hitung yang diperoleh tidak berada di antara nilai t tabel maka dapat
disimpulkan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
berbeda signifikan
Data yang dianalisis lebih lanjut adalah selisih post test dan pre test,baik
pada kelas kontrol maupun kelas ekperimen (Tabel 4.1). Uji normalitas data
gain kelas kontrol diperoleh nilai χ2hitung sebesar 11,84, pada taraf kesalahan
5% dan derajat kebebasan 3 diperoleh χ2
tabel sebesar 7,81 (Lampiran B-6). Hal
ini menunjukkan bahwa χ2
hitung > χ2
tabel, maka disimpulkan bahwa data gain
kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Karena salah satu data tidak
berdistribusi normal maka dilakukan uji U-Mann Witney, dari uji ini diperoleh
Zhitung = -3,09, sedangkan berdasarkan tabel pada α = 5% Ho diterima jika
-1,96 ≤ Zhitung ≤ 1,96 dan Ho ditolak jika Zhitung < -1,96 atau Zhitung > 1,96.
Karena Zhitung = -3,09 terletak pada daerah penolakan Ho, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Berdasarkan uji U-Mann Witney tersebut dapat disimpulkan
63
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada
materi bahan kimia dalam makanan yang di ajar dengan pembelajaran terpadu
menggunakan startegi peta konsep dengan bantuan media komputer dan yang
diajar menggunakan metode konvesional (Lampiran B-6)
Hasil Post test digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
pada materi pembelajaran dan untuk mengetahui besarnya pengaruh
pengajaran terpadu menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media
komputer terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 4 Pontianak pada
meteri bahan kimia pada makanan yang dihubungkan dengan sistem
pencernaan pada manusia. Siswa dikatakan tuntas dalam belajar IPA apabila
rata-rata hasil belajar siswa lebih besar atau sama dengan SKBM IPA yaitu
sebesar 60. Perubahan rata-rata skor pre test ke post test pada kelas
eksperimen adalah 30,18 dan ketuntasan belajar tercapai 80% (Lampiran B-8),
sedangkan pada kelas kontrol perubahan skor sebesar 20,28 dengan siswa
yang mengalami ketuntasan belajar sebesar 41,67% (Lampiran B-8)
Berdasarkan perhitungan diperoleh effect size sebesar 0,913 (Lampiran
B-7), yang berarti bahwa pengajaran terpadu menggunakan strategi belajar
dengan bantuan media komputer memiliki pengaruh yang tinggi terhadap hasil
belajar siswa kelas VIII SMPN 4 Pontianak pada meteri bahan kimia pada
makanan dan sistem pencernaan pada manusia
2. Analisis Angket Siswa
Untuk mengetahui tanggapan siswa digunakan angket, adapun hasil
angket tersebut disajikan pada tabel 4.2 berikut.
64
Tabel 4.2 Hasil Angket Respon Siswa
No Nama Siswa Jumlah
Skor No Nama Siswa
Jumlah
Skor
1 AZ 5 21 RM 5
2 AM 4 22 RA 5
3 AA 5 23 RSA 4
4 A L 3 24 RZA 5
5 BA 5 25 SB 5
6 DM 5 26 ST 4
7 DS 4 27 STA 5
8 ENW 5 28 SN 5
9 HE 5 29 SR 5
10 IK 5 30 SA 5
11 IB 4 31 SS 4
12 IP 5 32 SI 5
13 IS 4 33 SNF 5
14 MM 5 34 WY 5
15 MR 4 35 YA 5
16 MRZ 4
17 MI 5
18 NB 4
19 NU 3
20 PL 5
Jumlah 162
Dari data diatas diperoleh jumlah skor angket sebesar 162, melalui
analisis persentase diperoleh bahwa respon positif siswa terhadap
pembelajaran tinggi yaitu sebesar 92,5% (Lampiran B-9)
B. Pembahasan Penelitian
1. Kelas Eksperimen
Kemampuan awal siswa diketahui dari analisis hasil pre test. Skor pre
test terendah adalah 11 dan skor tertinggi sebesar 55 dengan skor rata-rata
36,48 (36,48% dari skor total 100). Untuk mengetahui hasil belajar siswa
65
setelah diberikan perlakuan dilihat dari analisis skor post test. Skor post test
terendah 50 dan tertinggi 80 dengan rata-rata 66,66 (66,66% dari skor total
100). Dari hasil perbandingan rata-rata skor pre test dan post test tersebut
diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 30,18. Secara
keseluruhan siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil
belajar setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran menggunakan
strategi peta konsep dengan bantuan media komputer.
Dalam pemberian pre test dari 36 siswa kelas VIIIC, ada satu siswa
yang tidak mengikuti pre test dikarenakan sakit, tetapi saat pemberian post
test siswa tersebut hadir. Karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil
belajar sebelum dan setelah diberikan perlakuan menggunakan strategi peta
konsep dengan bantuan media komputer, maka hanya 35 siswa yang data
pre test dan post testnya dianalisis. Dari hasil post test siswa terdapat 7
siswa (20%) yang tidak mencapai ketuntasan dalam belajar. Berdasarkan
hasil wawancara terhadap ketujuh siswa yang bersangkutan diketahui bahwa
7 siswa tersebut tidak belajar, mereka hanya mengharapkan pembelajaran
dikelas saja tetapi tidak mempelajarinya dirumah. setelah ditelusuri lebih
jauh 3 dari 7 siswa tersebut tidak belajar dikarenakan malamnya kecapaian
setelah membantu orang tuanya dirumah, sedangkan 2 siswa lainnya
mengatakan lupa kalau hari itu ada ulangan sehingga tidak belajar,
sedangkan 1 siswa mengatakan bahwa catatannya hilang. dan 1 siswa yang
lainnya terburu-buru dalam menjawab soal (Lampiran D-7)
66
Pada penelitian ini, kelas eksperimen diajar menggunakan strategi peta
konsep dengan bantuan media komputer. Dalam pembelajaran, guru terlebih
dahulu melakukan apersepsi kemudian mengulas sedikit materi
menggunakan peta konsep dengan bantuan media komputer. Selanjutnya,
guru membagi siswa dalam 8 kelompok belajar, dalam kelompok siswa
diminta guru mengerjakan soal pada lembar kerja siswa (Lampiran A-13)
yang tersedia, yaitu dengan cara mengamati kandungan beberapa produk
makanan dan minuman yang telah disediakan guru. Setelah selesai
perwakilan siswa dari tiap kelompok menuliskan hasil pengamatannya,
sedangkan lembar jawaban LKS dibacakan siswa tersebut. Selanjutnya,
siswa bersama-sama guru membahasnya dan membuat kesimpulan dari
pembelajaran secara keseluruhan
Secara rinci pembelajaran dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada tahap pendahuluan
guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dan motivasi belajar
dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema
bahan kimia dalam makanan, sambil mengajukan pertanyaan guru
menunjukkan sampel makanan ringan (cha-cha) kepada siswa, adapun
pertanyaan yang diajukan sebagai bahan apersepsi dan motivasi sebagai
berikut :
1. Apa beda makanan ringan (cha-cha) yang satu dengan yang lainnya?
Pada pertanyaan ini, hampir semua siswa menjawab ”warnanya”.
2. Mengapa diberi warna yang berbeda-beda?
67
pada pertanyaan ini, ada sebagian siswa yang menjawab “supaya
bagus”, “biar enak”, dan ada sebagian yang menjawab “agar lebih
menarik”
guru memberikan penguatan atas jawaban yang diberikan siswa
3. Apakah kalian pernah memperhatikan komposisi makanan dalam
kemasan makanan dan minuman yang kalian beli?
Pada pertanyaan ini, sebagian besar menjawab ”tidak pernah”,
sedangkan sebagain lagi menjawab pernah
Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, guru meminta siswa
membacakan komposisi pada makanan ringan cha-cha yang terdapat pada
kemasan cha-cha. Setelah selesai, guru menyampaikan tujuan belajar
sekaligus memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik mempelajari
lebih lanjut dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, dengan berkata
”agar kalian mengetahui bahaya atau tidaknya bahan kimia yang terdapat
pada makanan kemasan ini, hari ini kita akan mempelajari bahan kimia
dalam makanan dan efeknya terhadap kesehatan”. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan peneliti diketahui bahwa pada tahap pendahuluan ini siswa
terlihat antusias mengikuti pelajaran yang ditandai dengan aktifnya mereka
saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebagai bahan
apersepsi
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan ulasan materi menggunakan
media komputer, dalam proses ini siswa terlihat antusias dalam
pembelajaran. Hal ini terlihat saat guru mengajukan pertanyaan disela-sela
68
materi siswa antusias mengacungkan tangan berlomba-lomba untuk
menjawab pertanyaan. Penyampaian meteri pelajaran berlangsung selama
35 menit. Selanjutnya guru memasukkan siswa kedalam kelompok belajar
yang sudah guru bentuk sebelum proses belajar, jadi saat pembelajaran guru
hanya menyebutkan anggota kelompoknya. Kelompok yang dibentuk
berjumlah delapan kelompok masing-masing berisi 4-5 siswa,
pengelompokan siswa dilakukan secara heterogen baik dari kemampuan
akademik maupun jenis kelamin berdasarkan hasil ulangan pada matri
pelajaran sbelumnya dan hasil pre test. Kemudian guru memberikan arahan
cara bekerja dan berdiskusi kepada semua kelompok. Selanjutnya, guru
membagikan LKS dan kemasan makanan dan minuman yang akan
diidentifikasi secara berkelompok dalam tiap kelompok. Setiap anggota
kelompok secara bersama-sama dituntut untuk mengidentifikasi zat aditif
serta zat makanan yang terdapat pada kemasan makanan dan minuman
tersebut. Setiap kelompok harus mengerjakan pertanyaan yang terdapat
dalam LKS dan sekaligus membuat suatu kesimpulam pelajaran hari itu
dengan membuat suatu peta konsep (Lampiran D-8). Dalam
pengidentifikasian, jumlah makanan dan minuman yang diamati ada 16
jenis dimana masing-masing kelompok mendapatkan 2 jenis makanan atau
minuman yang berbeda-beda. Makanan dan minuman yang dipilih untuk
diidentifikasi adalah makanan dan minuman yang sering dikonsumsi oleh
siswa baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah
69
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa pada kelompok 3 dan
5 terdapat anggota kelompok yang tidak berperan aktif dalam
kelompoknya. Anggota kedua kelompok ini asik bersenda gurau, ada yang
jalan-jalan, mengganggu kelompok lainnya dengan menanyakan jawaban
kelompok lain, untuk mengatasi hal ini guru memberikan teguran kepada
kelompok tersebut sekaligus menghampirinya untuk memberikan
bimbingan kepada kelompok tersebut agar diskusi berjalan dengan baik
Saat proses diskusi kelompok, terdapat pula kelompok yang saling
kerja sama satu sama lain dalam kelompoknya, kelompok tersebut adalah
kelompok 1, 2, 6, dan 8. Anggota kelompok pada empat kelompok ini
mendapatkan tugas masing-masing, prsoses pembagian kerja didalam
kelompoknya dibagi menjadi dua bagian yaitu 2-3 orang mengidentifikasi
kemasan produk makanan/minuman serta menjawab LKS, sedangkan yang
lainnya membuat peta konsep pembelajaran, ketika sudah selesai mereka
baru mendiskusikanya. Untuk kelompok 4 dan 7, semua anggota
kelompoknya bersama-sama mengidentifikasi bahan kimia dalam kemasan
makanan atau minuman, kemudian membuat peta konsep. Setelah
melakukan diskusi dalam kelompoknya masing-masing, perwakilan setiap
kelompok menuliskan hasil identifikasi produk makanan/minuman
dipapan tulis dan membacakan jawaban pertanyaan di LKS yang
berhubungan dengan identifikasi produk makanan/minuman kemasan
tersebut, sementara kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok
tersebut. Dalam membacakan hasil diskusinya, siswa terlihat terbata-bata
70
dalam membacakannya. Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa
berbicara atau mengungkapkan gagasan mereka di depan kelas, sehingga
mereka malu dan tidak percaya diri apalagi hanya perwakilan kelompok
saja. Kemudian guru membahas bersama-sama siswa hasil diskusi tersebut
Langkah selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan materi seputar tema bahan kimia dalam makanan yang
belum dipahami. Pada kegiatan terakhir, guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran dan memberikan evaluasi
terhadap kinerja siswa dalam diskusi kelompok.
Pada pembelajaran ini sebagian besar siswa sangat antusias dan aktif
pada saat pembelajaran berlangsung, karena mereka merasa tertarik
dengan pembelajaran yang menghubungkan atau memadukan materi dari
dua mata pelajaran serta mempunyai keterhubungan dengan kehidupan
sehari-hari siswa apalagi didukung dengan teknologi komputer. Di
samping itu, adanya situasi pembelajaran yang beda dari biasanya juga
menambah semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Kelas Kontrol
Skor pre test terendah pada kelas kontrol adalah 24 dan skor tertinggi
sebesar 60 dengan skor rata-rata 39,36 (39,36% dari skor total 100). Untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan dilihat dari
analisis skor post test. Skor post test terendah adalah 45 dan tertinggi adalah
77 dengan rata-rata 59,64 (59,64% dari skor total 100). Dari hasil
perbandingan rata-rata skor pre test dan post test tersebut diketahui bahwa
71
terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 20,28. Secara keseluruhan siswa
pada kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar setelah diberikan
perlakuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional
Dalam analisis data, dari 38 siswa kelas VIIIB ada 2 siswa yang
datanya tidak dianalisis karena 2 siswa tersebut tidak mengikuti pre test,
sehingga data yang diolah sebanyak 36 siswa. Dari 36 siswa, terdapat 21
siswa yang tidak tuntas (58,8%). Berdasarkan pengamatan peneliti
ketidaktuntasan ini disebabkan saat pembelajaran siswa tidak aktif, selain
itu siswa kurang memperhatikan saat guru menjelaskan dan ada sebagian
siswa yang tidak mau mencatat penjelasan dan catatan dari guru dipapan
tulis. Untuk mengetahui lebih jelas guru mencari informasi dari siswa yang
menyebabkan nilai siswa tidak tuntas. dari informasi yang diperoleh
diketahui bahwa siswa sukar memahami materi palajaran dan mereka
kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Pada penelitian di kelas kontrol, siswa diajar menggunakan pendekatan
konvensional. Pendekatan konvensional disini adalah pembelajaran yang
biasa dilakukan oleh guru dikelas yaitu pendekatan ceramah. Pada proses
belajar, proses pembelajaran di bagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap
pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan guru menggali
pengetahuan awal siswa (apersepsi) dan motivasi belajar dengan
memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema bahan kimia
dalam makanan, sambil mengajukan pertanyaan guru menunjukkan sampel
72
makanan ringan (cha-cha) kepada siswa, adapun pertanyaan yang diajukan
sebagai bahan apersepsi dan motivasi sebagai berikut :
1. Apa beda makanan ringan cha-cha yang satu dengan yang lainnya?
Pada pertanyaan ini, hampir semua siswa menjawab ”warnanya”.
2. Mengapa diberi warna yang berbeda-beda?
Pada pertanyaan ini, ada sebagian siswa yang menjawab “agar bagus”,
dan ada sebagian yang menjawab “agar lebih menarik”
guru memberikan penguatan atas jawaban yang diberikan siswa
3. Apakah kalian pernah memperhatikan komposisi makanan dalam
kemasan makanan dan minuman yang kalian beli?
Pada pertanyaan ini, sebagian besar menjawab ”tidak pernah”,
sedangkan sebagain lagi menjawab pernah
Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, guru meminta siswa
membacakan komposisi pada makanan ringan cha-cha yang terdapat pada
kemasan makanan ringan cha-cha. Setelah selesai, guru menyampaikan
tujuan belajar sekaligus memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik
mempelajari lebih lanjut, dengan berkata ” agar kalian mengetahui bahaya
atau tidaknya bahan kimia yang terdapat pada makanan kemasan ini, hari ini
kita akan mempelajari bahan kimia dalam makanan dan efeknya terhadap
kesehatan”. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti diketahui
bahwa pada tahap pendahuluan ini siswa terlihat antusias mengikuti
pelajaran yang ditandai dengan aktifnya mereka saat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan guru sebagai bahan apersepsi
73
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi pelajaran dengan cara
mencatatnya dipapan tulis baru kemudian menjelaskannya. Setelah papan
tulis penuh catatan, guru menghapusnya dan memerikan catatan lagi serta
menjelaskannya sampai materi habis, dalam menjelaskan materi pelajaran
guru mengaitkannya dengan bahaya bahan kimia bagi kesehatan manusia,
pada pembelajaran ini siswa terlihat pasif dan guru dominan ceramah
sehingga kegiatan belajar terlihat monoton. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru mencoba menggali informasi dari siswa berupa
pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran namun hanya 1-2 orang siswa
yang menjawab dan sebagaian besar siswa lainnya hanya terdiam, sehingga
guru cenderung memberikan informasi kepada siswa. Saat diberikan
kesempatan bertanya siwa tidak ada yang mau bertanya. Hal ini
menyebabkan guru tidak mengetahui kemampuan siswa dalam memahami
materi pembelajaran yang sudah diberikan. Hal ini jugalah yang
menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik sehingga
hasil yang diperoleh tidak maksimal
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas siswa tampak bahwa
siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang sedang berlangsung, yang
ditandai kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Hal inilah
yang menyebabkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru tidak
maksimal sehingga menyebabkan ketidaktuntasan hasil berlajar siswa
Setelah dilakukan post test, semua siswa kelas kontrol mengalami
peningkatan hasil belajar (Lampiran B-3), namun peningkatan tersebut tidak
74
terlalu besar walaupun dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru
telah melakukan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lampiran A-18). Peningkatan hasil
belajar tidak terlalu besar daapt disebabkan oleh dua faktor yaitu guru dan
siswa. faktor guru dapat berupa cara penyampain materi pelajaran,
sedangkan faktor siswa bisa berupa minat belajar siswa dan kecerdasan
siswa
3. Perbandingan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil pre test, rata-rata skor antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen, hanya selisih 2,87. Hasil pre test ini setelah dianalisis
dengan menggunakan uji t-student diperoleh t hitung sebesar -3,89 sedangkan
t tabel sebesar = 1,67 dengan interval kepercayaan 95% (taraf nyata,α = 5%).
Nilai t hitung yang diperoleh tidak berada di antara nilai t tabel (Lampiran
B-6), maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan, dimana kemampuan kelas
kontrol lebih tinggi (rata-rata 39,361) dibandingkan dengan kelas
eksperimen (rata-rata 36,48)
Setelah kedua kelas tersebut mendapatkan perlakuan sesuai yang
direncanakan yaitu kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan
konvensional (ceramah) dan kelas eksperimen dengan menggunakan strategi
peta konsep dengan bantuan media komputer diperoleh perbedaan rata-rata
hasil post test
eksperimen = 66,66 dan
Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol digambarkan dalam bentuk g
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diketahui bahwa rata
rata perubahan skor
30,18 dan dilihat dari ketuntasan belajar (SKBM sebesar
Sedangkan pada kelas kontrol perubahan skor sebesar 20,
yang mengalami ketuntasan belajar sebesar
bahwa hasil belajar siswa yang diberi pengajaran
strategi peta konsep dengan bantuan media komputer
kimia dalam makanan
peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang
0
20
40
60
80
36,4839,36
66,6659,64
Gambar 4.1 Grafik
dan Post test
Eksperimen dan Kelas Kontrol
post test kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar
eksperimen = 66,66 dan X kontrol = 59,64)
Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas
digambarkan dalam bentuk gambar 4.1 dan 4.2 sebagai
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diketahui bahwa rata
rata perubahan skor pre test dan post test pada kelas eksperimen adalah
an dilihat dari ketuntasan belajar (SKBM sebesar 60) tercapai
Sedangkan pada kelas kontrol perubahan skor sebesar 20,28
yang mengalami ketuntasan belajar sebesar 41,67%. Ini menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa yang diberi pengajaran terpadu menggunakan
strategi peta konsep dengan bantuan media komputer pada materi
kimia dalam makanan di kelas VIII SMPN 4 Pontianak mengalami
peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang
39,36
59,64
Pretest Posttest Gain
30,18
Grafik Nilai Rata-rata Pre test
Post test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gambar 4.2 Grafik
dan Kelas Kontrol
75
20,28
kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 7,02 ( X
Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas
ambar 4.1 dan 4.2 sebagai berikut
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diketahui bahwa rata-
ada kelas eksperimen adalah
0) tercapai 80%.
28 dengan siswa
%. Ini menunjukkan
padu menggunakan
pada materi bahan
Pontianak mengalami
peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang
Gain
Kontrol
Eksperimen
Grafik Gain Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
76
diberikan dengan pengajaran konvensional yaitu sebesar 9,9 (eksperimen
30,18 dan kontrol 20,28). Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil
belajar siswa pada materi bahan kimia pada makanan yang diajarkan dengan
strategi peta konsep dengan bantuan media komputer dan yang diajarkan
dengan pendekatan konvensional, maka digunakan uji statistik U Mann-
Whitney. Berdasarkan uji U-Mann Witney diperoleh Z hitung = -3,09. Karena
Zhitung = -3,09 terletak pada daerah penolakan Ho, maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Berdasarkan uji U-Mann Witney tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan selisih hasil belajar siswa pada
materi bahan kimia dalam makanan yang di ajar dengan pembelajaran
terpadu menggunakan startegi peta konsep dengan bantuan media komputer
dan yang diajar dengan metode konvesional (Lampiran B-6)
Berdasarkan ketuntasan belajar terdapat 7 siswa pada kelas
eksperimen dan 21 siswa pada kelas kontrol yang tidak tuntas, tingginya
ketidaktuntasan pada kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eksperimen
dapat disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan.
Adanya perbedaan perlakuan yang diberikan menimbulkan perbedaan
suasana kegiatan belajar mengajar belajar. Pada kelas eksperimen yang
diajar menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer
lebih menarik dan berbeda dari pembelajaran yang biasanya, sehingga
memberikan suasana dan cara belajar yang baru kepada siswa. Selain itu,
siswa menjadi lebih semangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar.
Sedangkan pada siswa dari kelas kontrol yang diajar menggunakan
77
pembelajaran konvensional, siswa kurang aktif dan tidak semangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun perbedaan kondisi pada kelas
kontrol dengan kelas eksperimen sebagai berikut :
1. Kelas Kontrol
a. Kegiatan belajar tidak interaktif, kegiatan pembelajaran tidak
bervariasi menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak tertarik pada
kegiatan belajar mengajar sehingga siswa tidak termotivasi untuk
mengikuti kegiatan belajar lebih lanjut dan akhirnya hasil belajar
siswa kurang baik.
b. Dalam kegiatan belajar siswa tidak melakukan diskusi kelompok,
tetapi guru ceramah terus dari awal sampai akhir pelajaran sehingga
proses belajar tidak monoton, interaksi antara guru dengan siswa,
serta siswa dengan siswa tidak berimbang
c. Siswa terlihat pasif, terlihat saat guru mengajukan pertayaan
pembelajaran siswa tidak aktif menjawab tetapi menuggu jawaban
dari guru sehingga menjadikan kegiatan belajar mengajar yang
monoton.
d. Pembelajaran hanya sedikit menghubungkan materi pelajaran
dengan kehidupan sehari-hari, dengan demikian siswa hanya sedikit
mengetahui kaitan dan manfaat belajar IPA dengan kehidupan
sehari-hari mereka
e. Dalam pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran, hal
ini menyebabkan siswa kurang tertarik dalam mengiukuti
78
pembelajaran yang akhirnya siswa menjadi bosan, selain itu waktu
yang digunakan lebih lama
2. Kelas Eksperimen
a. Kegiatan belajar mengajar terlihat interaktif, kegitan pembelajaran
bervariasi sehingga siswa tertarik mengikuti kegiatan belajar mengajar
b. Siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelompok dalam kelas, guru tidak
ceramah terus dari awal sampai akhir pelajaran sehingga proses belajar
tidak monoton, terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa
dengan siswa yang lebih berimbang daripada kelas control, dengan
bekerja dalam kelompok siswa juga dapat meningkatkan rasa kerja
sama dan meningkatkan komunikasi antarsiswa
c. Siswa terlihat aktif, terlihat saat guru mengajukan pertayaan
pembelajaran siswa aktif menjawab bahkan berebutan untukmenjawab
pertanyaan yang diajukan
d. Pembelajaran terpadu menggunakan strategi peta konsep
menghubungkan materi atau konsep dari 2 (dua) mata pelajaran yang
berbeda serta menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari,
dengan demikian siswa mengetahui langsung hubungan antara satu
konsep dengan konsep lain serta mengetahui kaitan dan manfaat belajar
IPA dengan kehidupan sehari-hari mereka
e. Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan media komputer,
sehingga mengakibatkab siswa lebih tertarik dalam mengikuti proses
79
belajar mengajar, selain itu waktu yang digunakan lebih sedikit
dibandingkan dengan kelas kontrol
Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa pengajaran
terpadu menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer
ini telah membuat siswa lebih aktif dalam belajar, karena pada pengajaran
dengan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer siswa dapat
menerima konsep materi lebih mudah serta siswa menemukan hal baru
sehingga mereka lebih semangat untuk mengikuti pembelajaran,
penggunaan media komputer membantu memfokuskan siswa dalam
mengikuti pelajaran. Sejalan dengan itu, Levied an Lentz (dalam Busan,
2002) mengungkapkan bahwa media belajar memiliki beberapa fungsi,
salah satunya menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut mengidentifikasi
bahan-bahan kimia yang terkandung didalam makanan dan minuman ringan
yang biasa mereka konsumsi sehari-hari. Setelah itu, siswa menentukan
bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan berdasarkan materi yang sudah
di sampaikan sebelumnya, selanjutnya dibahas bersama-sama siswa dengan
guru. Oleh sebab itu siswa lebih mudah mamahami pelajaran karena langsng
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari hal ini sejalan dengan gambaran
yang dikemukan oleh Dale (dalam Arsyad, 2002) dengan istilah “Dale’s
Cone of Experience (kerucut pengalaman Dale). Dale mengungkapkan
80
bahwa pembelajaran akan lebih bermakna jika dialami siswa langsung,
sehingga hasil belajar siswa akan meningkat
4. Besarnya Pengaruh Pembelajaran Terpadu Menggunakan Strategi
Peta Konsep Dengan Bantuan Media Komputer Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Untuk mengetahui besarnya pengaruh pembelajaran terpadu
menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer
terhadap hasil belajar siswa pada materi bahan kimia pada makanan
dilakukan perhitungan menggunakan Effect size
Harga Effect size (ES) yang diperoleh sebesar 0,913 (Lampiran B-9).
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, harga effect size termasuk dalam
katergori tinggi. Dari tabel luas dibawah kurva normal, harga effect size
sebesar 0,913 bernilai 3182. Hal ini berarti bahwa pengajaran terpadu
menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer
memberikan kontribusi sebesar 31,82% terhadap peningkatan hasil belajar
siswa kelas VIII SMP N 4 Pontianak pada tema bahan kimia dalam
keseharian.
Besarnya Effect size (ES) yang diperoleh menunjukkan bahwa
pengajaran terpadu menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan
media komputer memiliki pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa
kelas VIII SMP N 4 Pontianak pada tema bahan kimia dalam keseharian.
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Supriono yang mengungkapkan
bahwa ”Upaya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
81
menerapkan strategi pembelajaran peta konsep”. Selain itu juga Yusuf
(2006), mengungkapkan bahwa strategi peta konsep dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang dilakukan
perlakuan menggunakan strategi peta konsep tidak terlepas dari keunggulan
yang dimiliki peta konsep,yaitu:
1. Melalui proses pembelajaran menggunakan peta konsep akan
meningkatkan pemahaman konsep yang telah diperoleh (Trianto, 2007)
2. Peta konsep dapat mengembangkan dan membentuk struktur kognitif
siswa (Muhaemin, 2006)
5. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Terpadu Menggunakan Strategi
Peta Konsep Dengan Bantuan Media Komputer `
Dari hasil pengisian angket yang merupakan respon siswa terhadap
pembelajaran dihitung menggunakan skala Guttman. Skala ini memberikan
skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”. Adapun
jumlah respon siswa peritem pernyataan terhadap pembelajaran dikemas
seperti tabel 4.3 berikut
Tabel 4.3 Jumlah Respon Siswa Peritem Pernyataan Terhadap Pembelajaran
Jawaban
No Item
Pernyataan Total
1 2 3 4 5
Ya 35 34 35 29 29 162
Tidak 0 1 0 6 6 13
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat besarnya persentase respon
siswa peritem sebagai berikut :
82
1. Penyataan item pada no 1 “Saya merasa senang dengan pembelajaran
ini”,diperoleh persentase respon sebesar 100% (Lampiran B-9), maka
respon positif siswa tergolong kuat. Selanjutnya dilakukan wawancara
terhadap siswa yang menjawab “ya” pada item 1, sehingga dapat
diketahui penyebab siswa 100% menjawab ya, dari hasil wawancara
diketahui bahwa siswa 100% menjawab “ya” dikarenakan pembelajaran
seperti ini merupakan hal yang baru dilakukan
2. Pernyataan pada item no 2 jumlah siswa yang menjawab “ya” sebanyak
34 orang dan menjawab “tidak” sebanyak 1 orang, maka pernyataan
“Saya merasa pelajaran ini sesuai dengan kepentingan saya karena saya
dapat mengetahui manfaat dan efek dari bahan kimia pada makanan”
tergolong kuat yaitu sebesar 97% (Lampiran B-9), setelah dilakukan
wawancara terhadap 1 siswa yang menjawab “tidak”, diperoleh
informasi bahwa siswa tersebut merasa pembelajaran yang dilakukan
membuatnya menjadi seperti ditakut-takuti untuk membeli makanan
ringan sehingga siswa tersebut tidak mudah makan makanan ringan
karena siswa ini hobi ngemil jajanan jadi tidak sesuai dengan
kepentingannya
3. Pernyataan item no 3 yaitu “Saya senang materi bahan kimia pada
makanan dihubungkan dengan sistem pencernaan pada manusia
sehingga dapat di ketahui efek bahan kimia bagi kesehatan”, dari hasil
wawancara diketahui bahwa siswa 100% menjawab “ya” dikarenakan
pembelajaran seperti ini sangat menarik bagi siswa
83
4. Pernyataan item no 4 “Saya senang dalam proses pembelajaran guru
menggunakan media komputer”, siswa yang menjawab “ya” sebanyak
29 dan yang menjawab “tidak” sebanyak 6 siswa, sehingga respon
siswa terhadap item 4 tergolong kuat yaitu sebesar 83%. Hasil
wawancara terhadap siswa yang menjawab “tidak” pada item no 4 yaitu
“Saya senang dalam proses pembelajaran guru menggunakan media
komputer” dapat ditarik kesimpulan bahwa keenam siswa tidak leluasa
untuk mencatat palajaran yang disampaikan guru.
5. Pernyataan item no 5 “Setelah belajar tentang bahan kimia pada
makanan ini saya akan lebih berhati-hati dalam memilih produk
makanan maupun minuman” masing-masing siswa yang menjawab “ya”
sebanyak 29 dan yang menjawab “tidak” sebanyak 6 siswa sehingga
respon siswa terhadap item 5 tergolong kuat yaitu sebesar 83%.
Berdasarkan wawancara dapat diketahui secara garis besar alasan ke
enam siswa tersebut bahwa semua produk makanan ringan mengandung
bahan kimia jadi walaupun mereka berhati-hati masih memakannya juga
karena sebagai seorang siswa seusia mereka tidak dapat lepas dari
makanan ringan
6. Secara keseluruhan siswa yang menjawab “ya” sebanyak 162 dan yang
menjawab “tidak” sebanyak 13, jadi secara keseluruhan persentase
respon siswa untuk pernyataan positif tergolong kuat yaitu sebesar
92,57% (Lampiran B-9), berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan
84
respon siswa positif kuat sudah dirasakan peneliti saat pembelajaran,
yaitu dari keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung
6. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah masalah aliran
listrik yang tidak tersedia dikelas tempat penelitian sehingga listrik diambil
dari kelas sebelahnya sehingga memakan waktu ±7 menit. Hal ini
menyebabkan kesimpulan yang dibuat siswa berupa peta konsep tidak dapat
dipersentasikan oleh siswa tetapi kesimpulan hanya dilakukan secara
bersama-sama guru dengan siswa. Selain itu, dalam penelitian mengunakan
strategi ini memiliki kelemahan yaitu tidak semua sekolah memiliki
komputer dan projektor terutama bagi sekolah di daerah