BAB IV fix 5

25
60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Hasil Tes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Hasil tes kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut : TABEL 4.1. Hasil Tes Kelas Kontrol dan Eksperimen Kelas kontrol Kelas eksperimen No Kode siswa Hasil Pre test Hasil Post test Gain Nama Hasil Pre test Hasil Post test Gain 1 AN 25 59 34 AZ 38 73 35 2 AS 40 50 10 AM 41 70 29 3 AP 38 68 30 AA 49 70 21 4 AM 36 55 19 A L 15 60 45 5 AMI 37 66 29 BA 36 64 28 6 AA 51 57 6 DM 35 51 16 7 BN 38 68 30 DS 33 51 18 8 CA 41 68 27 ENW 22 70 48 9 DM 33 64 31 HE 50 69 19 10 DCS 36 66 30 IK 44 70 26 11 EN 45 58 13 IB 44 65 21 12 HN 36 54 18 IP 40 69 29 13 HR 44 77 33 IS 40 62 22 14 IR 51 56 5 MM 30 74 44 15 IM 31 55 24 MR 30 75 45 16 IMD 29 47 18 MRZ 24 69 45 17 JA 35 57 22 MI 32 80 48 18 KH 58 64 6 NB 46 52 6 19 LSO 34 55 21 NU 27 51 24 20 MA 44 56 12 PL 37 58 21 21 MR 33 60 27 RM 50 75 25 22 MN 24 55 31 RA 47 70 23 23 NC 35 62 27 RSA 11 70 59 24 NP 44 55 11 RZA 34 79 45 25 NU 24 57 33 SB 35 75 40

Transcript of BAB IV fix 5

Page 1: BAB IV fix 5

60

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Hasil Tes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil tes kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai

berikut :

TABEL 4.1. Hasil Tes Kelas Kontrol dan Eksperimen

Kelas kontrol Kelas eksperimen

No Kode siswa Hasil

Pre test

Hasil

Post test Gain Nama

Hasil

Pre test

Hasil

Post test

Gain

1 AN 25 59 34 AZ 38 73 35

2 AS 40 50 10 AM 41 70 29

3 AP 38 68 30 AA 49 70 21

4 AM 36 55 19 A L 15 60 45

5 AMI 37 66 29 BA 36 64 28

6 AA 51 57 6 DM 35 51 16

7 BN 38 68 30 DS 33 51 18

8 CA 41 68 27 ENW 22 70 48

9 DM 33 64 31 HE 50 69 19

10 DCS 36 66 30 IK 44 70 26

11 EN 45 58 13 IB 44 65 21

12 HN 36 54 18 IP 40 69 29

13 HR 44 77 33 IS 40 62 22

14 IR 51 56 5 MM 30 74 44

15 IM 31 55 24 MR 30 75 45

16 IMD 29 47 18 MRZ 24 69 45

17 JA 35 57 22 MI 32 80 48

18 KH 58 64 6 NB 46 52 6

19 LSO 34 55 21 NU 27 51 24

20 MA 44 56 12 PL 37 58 21

21 MR 33 60 27 RM 50 75 25

22 MN 24 55 31 RA 47 70 23

23 NC 35 62 27 RSA 11 70 59

24 NP 44 55 11 RZA 34 79 45

25 NU 24 57 33 SB 35 75 40

Page 2: BAB IV fix 5

61

Tabel 4.1 Sambungan

No Kode siswa Hasil

Pre test

Hasil

Post test Gain Nama

Hasil

Pre test

Hasil

Post test

Gain

26 PS 43 68 25 ST 28 62 34

27 RP 48 73 25 STA 55 57 2

28 RA 45 53 8 SN 21 69 48

29 SH 47 67 20 SR 32 50 18

30 SN 32 54 22 SA 48 79 31

31 SI 33 51 18 SS 33 70 37

32 TF 40 54 14 SI 52 69 17

33 UK 52 74 22 SNF 45 76 31

34 VRA 40 53 13 WY 36 69 33

35 WP 35 45 10 YA 37 60 23

36 YU 60 66 6

Rata-rata 39,36 59,64 36,48 66,66

Standar deviasi 8,69 7,68 10,44 8,61

Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil pre test pada kelas eksperimen

(VIIIC) mempunyai rata-rata 39,36 dan standar deviasinya 8,69, pada kelas

kontrol (VIIIB) mempunyai rata-rata 36,48 dan standar deviasinya 10,44.

Rata-rata post test kelas kontrol (VIIIB) adalah 59,64 dengan standar deviasi

7,68 sedangkan rata-rata kelas eksperimen (VIIIC) adalah 66,66 dengan

standar deviasi 8,61

Selanjutnya dilakukan uji normalitas pada data skor pre test kelas

eksperimen. Diperoleh χ2

hitung sebesar 4,41, sedangkan pada taraf kesalahan

5% dan derajat kebebasan 3 diperoleh χ2

tabel sebesar 7,81 (Lampiran E-3 ). Hal

ini menunjukkan χ2

hitung < χ2

tabel, disimpulkan bahwa data pre test kelas

eksperimen berdistribusi normal (Lampiran B-4).

Pada uji normalitas hasil pre test kelas kontrol diperoleh χ2

hitung sebesar

4,95, sedangkan pada taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan 3 diperoleh

χ2

tabel sebesar 7,81. Hal ini berarti χ2 hitung < χ

2tabel, disimpulkan bahwa data pre

Page 3: BAB IV fix 5

62

test kelas kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas

varians, dari hasil Uji homogenitas diperoleh Fhitung sebesar 1,44, sedangkan

nilai FTabel (35-34) pada taraf kepercayaan 95% (taraf nyata, α = 5%) diperoleh

Ftabel =1,78 (Lampiran E-4), diperoleh Fhitung< FTabel (1,44 <1,78), dapat

disimpulkan kedua data homogen, berarti kedua data ini keragaman yang

sama. Selanjutnya, digunakan uji t-student, dari uji t-student pada data pre test

kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar -3,89

sedangkan t tabel sebesar = 1,67 dengan interval kepercayaan 95% (taraf nyata,

α = 5%), diterima HO jika –tTabel < thitung < tTabel dan Tolak HO jika berharga

lain. Nilai t hitung yang diperoleh tidak berada di antara nilai t tabel maka dapat

disimpulkan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

berbeda signifikan

Data yang dianalisis lebih lanjut adalah selisih post test dan pre test,baik

pada kelas kontrol maupun kelas ekperimen (Tabel 4.1). Uji normalitas data

gain kelas kontrol diperoleh nilai χ2hitung sebesar 11,84, pada taraf kesalahan

5% dan derajat kebebasan 3 diperoleh χ2

tabel sebesar 7,81 (Lampiran B-6). Hal

ini menunjukkan bahwa χ2

hitung > χ2

tabel, maka disimpulkan bahwa data gain

kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Karena salah satu data tidak

berdistribusi normal maka dilakukan uji U-Mann Witney, dari uji ini diperoleh

Zhitung = -3,09, sedangkan berdasarkan tabel pada α = 5% Ho diterima jika

-1,96 ≤ Zhitung ≤ 1,96 dan Ho ditolak jika Zhitung < -1,96 atau Zhitung > 1,96.

Karena Zhitung = -3,09 terletak pada daerah penolakan Ho, maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Berdasarkan uji U-Mann Witney tersebut dapat disimpulkan

Page 4: BAB IV fix 5

63

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada

materi bahan kimia dalam makanan yang di ajar dengan pembelajaran terpadu

menggunakan startegi peta konsep dengan bantuan media komputer dan yang

diajar menggunakan metode konvesional (Lampiran B-6)

Hasil Post test digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa

pada materi pembelajaran dan untuk mengetahui besarnya pengaruh

pengajaran terpadu menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media

komputer terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 4 Pontianak pada

meteri bahan kimia pada makanan yang dihubungkan dengan sistem

pencernaan pada manusia. Siswa dikatakan tuntas dalam belajar IPA apabila

rata-rata hasil belajar siswa lebih besar atau sama dengan SKBM IPA yaitu

sebesar 60. Perubahan rata-rata skor pre test ke post test pada kelas

eksperimen adalah 30,18 dan ketuntasan belajar tercapai 80% (Lampiran B-8),

sedangkan pada kelas kontrol perubahan skor sebesar 20,28 dengan siswa

yang mengalami ketuntasan belajar sebesar 41,67% (Lampiran B-8)

Berdasarkan perhitungan diperoleh effect size sebesar 0,913 (Lampiran

B-7), yang berarti bahwa pengajaran terpadu menggunakan strategi belajar

dengan bantuan media komputer memiliki pengaruh yang tinggi terhadap hasil

belajar siswa kelas VIII SMPN 4 Pontianak pada meteri bahan kimia pada

makanan dan sistem pencernaan pada manusia

2. Analisis Angket Siswa

Untuk mengetahui tanggapan siswa digunakan angket, adapun hasil

angket tersebut disajikan pada tabel 4.2 berikut.

Page 5: BAB IV fix 5

64

Tabel 4.2 Hasil Angket Respon Siswa

No Nama Siswa Jumlah

Skor No Nama Siswa

Jumlah

Skor

1 AZ 5 21 RM 5

2 AM 4 22 RA 5

3 AA 5 23 RSA 4

4 A L 3 24 RZA 5

5 BA 5 25 SB 5

6 DM 5 26 ST 4

7 DS 4 27 STA 5

8 ENW 5 28 SN 5

9 HE 5 29 SR 5

10 IK 5 30 SA 5

11 IB 4 31 SS 4

12 IP 5 32 SI 5

13 IS 4 33 SNF 5

14 MM 5 34 WY 5

15 MR 4 35 YA 5

16 MRZ 4

17 MI 5

18 NB 4

19 NU 3

20 PL 5

Jumlah 162

Dari data diatas diperoleh jumlah skor angket sebesar 162, melalui

analisis persentase diperoleh bahwa respon positif siswa terhadap

pembelajaran tinggi yaitu sebesar 92,5% (Lampiran B-9)

B. Pembahasan Penelitian

1. Kelas Eksperimen

Kemampuan awal siswa diketahui dari analisis hasil pre test. Skor pre

test terendah adalah 11 dan skor tertinggi sebesar 55 dengan skor rata-rata

36,48 (36,48% dari skor total 100). Untuk mengetahui hasil belajar siswa

Page 6: BAB IV fix 5

65

setelah diberikan perlakuan dilihat dari analisis skor post test. Skor post test

terendah 50 dan tertinggi 80 dengan rata-rata 66,66 (66,66% dari skor total

100). Dari hasil perbandingan rata-rata skor pre test dan post test tersebut

diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 30,18. Secara

keseluruhan siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil

belajar setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran menggunakan

strategi peta konsep dengan bantuan media komputer.

Dalam pemberian pre test dari 36 siswa kelas VIIIC, ada satu siswa

yang tidak mengikuti pre test dikarenakan sakit, tetapi saat pemberian post

test siswa tersebut hadir. Karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil

belajar sebelum dan setelah diberikan perlakuan menggunakan strategi peta

konsep dengan bantuan media komputer, maka hanya 35 siswa yang data

pre test dan post testnya dianalisis. Dari hasil post test siswa terdapat 7

siswa (20%) yang tidak mencapai ketuntasan dalam belajar. Berdasarkan

hasil wawancara terhadap ketujuh siswa yang bersangkutan diketahui bahwa

7 siswa tersebut tidak belajar, mereka hanya mengharapkan pembelajaran

dikelas saja tetapi tidak mempelajarinya dirumah. setelah ditelusuri lebih

jauh 3 dari 7 siswa tersebut tidak belajar dikarenakan malamnya kecapaian

setelah membantu orang tuanya dirumah, sedangkan 2 siswa lainnya

mengatakan lupa kalau hari itu ada ulangan sehingga tidak belajar,

sedangkan 1 siswa mengatakan bahwa catatannya hilang. dan 1 siswa yang

lainnya terburu-buru dalam menjawab soal (Lampiran D-7)

Page 7: BAB IV fix 5

66

Pada penelitian ini, kelas eksperimen diajar menggunakan strategi peta

konsep dengan bantuan media komputer. Dalam pembelajaran, guru terlebih

dahulu melakukan apersepsi kemudian mengulas sedikit materi

menggunakan peta konsep dengan bantuan media komputer. Selanjutnya,

guru membagi siswa dalam 8 kelompok belajar, dalam kelompok siswa

diminta guru mengerjakan soal pada lembar kerja siswa (Lampiran A-13)

yang tersedia, yaitu dengan cara mengamati kandungan beberapa produk

makanan dan minuman yang telah disediakan guru. Setelah selesai

perwakilan siswa dari tiap kelompok menuliskan hasil pengamatannya,

sedangkan lembar jawaban LKS dibacakan siswa tersebut. Selanjutnya,

siswa bersama-sama guru membahasnya dan membuat kesimpulan dari

pembelajaran secara keseluruhan

Secara rinci pembelajaran dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada tahap pendahuluan

guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dan motivasi belajar

dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema

bahan kimia dalam makanan, sambil mengajukan pertanyaan guru

menunjukkan sampel makanan ringan (cha-cha) kepada siswa, adapun

pertanyaan yang diajukan sebagai bahan apersepsi dan motivasi sebagai

berikut :

1. Apa beda makanan ringan (cha-cha) yang satu dengan yang lainnya?

Pada pertanyaan ini, hampir semua siswa menjawab ”warnanya”.

2. Mengapa diberi warna yang berbeda-beda?

Page 8: BAB IV fix 5

67

pada pertanyaan ini, ada sebagian siswa yang menjawab “supaya

bagus”, “biar enak”, dan ada sebagian yang menjawab “agar lebih

menarik”

guru memberikan penguatan atas jawaban yang diberikan siswa

3. Apakah kalian pernah memperhatikan komposisi makanan dalam

kemasan makanan dan minuman yang kalian beli?

Pada pertanyaan ini, sebagian besar menjawab ”tidak pernah”,

sedangkan sebagain lagi menjawab pernah

Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, guru meminta siswa

membacakan komposisi pada makanan ringan cha-cha yang terdapat pada

kemasan cha-cha. Setelah selesai, guru menyampaikan tujuan belajar

sekaligus memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik mempelajari

lebih lanjut dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, dengan berkata

”agar kalian mengetahui bahaya atau tidaknya bahan kimia yang terdapat

pada makanan kemasan ini, hari ini kita akan mempelajari bahan kimia

dalam makanan dan efeknya terhadap kesehatan”. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan peneliti diketahui bahwa pada tahap pendahuluan ini siswa

terlihat antusias mengikuti pelajaran yang ditandai dengan aktifnya mereka

saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebagai bahan

apersepsi

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan ulasan materi menggunakan

media komputer, dalam proses ini siswa terlihat antusias dalam

pembelajaran. Hal ini terlihat saat guru mengajukan pertanyaan disela-sela

Page 9: BAB IV fix 5

68

materi siswa antusias mengacungkan tangan berlomba-lomba untuk

menjawab pertanyaan. Penyampaian meteri pelajaran berlangsung selama

35 menit. Selanjutnya guru memasukkan siswa kedalam kelompok belajar

yang sudah guru bentuk sebelum proses belajar, jadi saat pembelajaran guru

hanya menyebutkan anggota kelompoknya. Kelompok yang dibentuk

berjumlah delapan kelompok masing-masing berisi 4-5 siswa,

pengelompokan siswa dilakukan secara heterogen baik dari kemampuan

akademik maupun jenis kelamin berdasarkan hasil ulangan pada matri

pelajaran sbelumnya dan hasil pre test. Kemudian guru memberikan arahan

cara bekerja dan berdiskusi kepada semua kelompok. Selanjutnya, guru

membagikan LKS dan kemasan makanan dan minuman yang akan

diidentifikasi secara berkelompok dalam tiap kelompok. Setiap anggota

kelompok secara bersama-sama dituntut untuk mengidentifikasi zat aditif

serta zat makanan yang terdapat pada kemasan makanan dan minuman

tersebut. Setiap kelompok harus mengerjakan pertanyaan yang terdapat

dalam LKS dan sekaligus membuat suatu kesimpulam pelajaran hari itu

dengan membuat suatu peta konsep (Lampiran D-8). Dalam

pengidentifikasian, jumlah makanan dan minuman yang diamati ada 16

jenis dimana masing-masing kelompok mendapatkan 2 jenis makanan atau

minuman yang berbeda-beda. Makanan dan minuman yang dipilih untuk

diidentifikasi adalah makanan dan minuman yang sering dikonsumsi oleh

siswa baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah

Page 10: BAB IV fix 5

69

Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa pada kelompok 3 dan

5 terdapat anggota kelompok yang tidak berperan aktif dalam

kelompoknya. Anggota kedua kelompok ini asik bersenda gurau, ada yang

jalan-jalan, mengganggu kelompok lainnya dengan menanyakan jawaban

kelompok lain, untuk mengatasi hal ini guru memberikan teguran kepada

kelompok tersebut sekaligus menghampirinya untuk memberikan

bimbingan kepada kelompok tersebut agar diskusi berjalan dengan baik

Saat proses diskusi kelompok, terdapat pula kelompok yang saling

kerja sama satu sama lain dalam kelompoknya, kelompok tersebut adalah

kelompok 1, 2, 6, dan 8. Anggota kelompok pada empat kelompok ini

mendapatkan tugas masing-masing, prsoses pembagian kerja didalam

kelompoknya dibagi menjadi dua bagian yaitu 2-3 orang mengidentifikasi

kemasan produk makanan/minuman serta menjawab LKS, sedangkan yang

lainnya membuat peta konsep pembelajaran, ketika sudah selesai mereka

baru mendiskusikanya. Untuk kelompok 4 dan 7, semua anggota

kelompoknya bersama-sama mengidentifikasi bahan kimia dalam kemasan

makanan atau minuman, kemudian membuat peta konsep. Setelah

melakukan diskusi dalam kelompoknya masing-masing, perwakilan setiap

kelompok menuliskan hasil identifikasi produk makanan/minuman

dipapan tulis dan membacakan jawaban pertanyaan di LKS yang

berhubungan dengan identifikasi produk makanan/minuman kemasan

tersebut, sementara kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok

tersebut. Dalam membacakan hasil diskusinya, siswa terlihat terbata-bata

Page 11: BAB IV fix 5

70

dalam membacakannya. Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa

berbicara atau mengungkapkan gagasan mereka di depan kelas, sehingga

mereka malu dan tidak percaya diri apalagi hanya perwakilan kelompok

saja. Kemudian guru membahas bersama-sama siswa hasil diskusi tersebut

Langkah selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menanyakan materi seputar tema bahan kimia dalam makanan yang

belum dipahami. Pada kegiatan terakhir, guru membimbing siswa dalam

membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran dan memberikan evaluasi

terhadap kinerja siswa dalam diskusi kelompok.

Pada pembelajaran ini sebagian besar siswa sangat antusias dan aktif

pada saat pembelajaran berlangsung, karena mereka merasa tertarik

dengan pembelajaran yang menghubungkan atau memadukan materi dari

dua mata pelajaran serta mempunyai keterhubungan dengan kehidupan

sehari-hari siswa apalagi didukung dengan teknologi komputer. Di

samping itu, adanya situasi pembelajaran yang beda dari biasanya juga

menambah semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Kelas Kontrol

Skor pre test terendah pada kelas kontrol adalah 24 dan skor tertinggi

sebesar 60 dengan skor rata-rata 39,36 (39,36% dari skor total 100). Untuk

mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan dilihat dari

analisis skor post test. Skor post test terendah adalah 45 dan tertinggi adalah

77 dengan rata-rata 59,64 (59,64% dari skor total 100). Dari hasil

perbandingan rata-rata skor pre test dan post test tersebut diketahui bahwa

Page 12: BAB IV fix 5

71

terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 20,28. Secara keseluruhan siswa

pada kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar setelah diberikan

perlakuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional

Dalam analisis data, dari 38 siswa kelas VIIIB ada 2 siswa yang

datanya tidak dianalisis karena 2 siswa tersebut tidak mengikuti pre test,

sehingga data yang diolah sebanyak 36 siswa. Dari 36 siswa, terdapat 21

siswa yang tidak tuntas (58,8%). Berdasarkan pengamatan peneliti

ketidaktuntasan ini disebabkan saat pembelajaran siswa tidak aktif, selain

itu siswa kurang memperhatikan saat guru menjelaskan dan ada sebagian

siswa yang tidak mau mencatat penjelasan dan catatan dari guru dipapan

tulis. Untuk mengetahui lebih jelas guru mencari informasi dari siswa yang

menyebabkan nilai siswa tidak tuntas. dari informasi yang diperoleh

diketahui bahwa siswa sukar memahami materi palajaran dan mereka

kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

Pada penelitian di kelas kontrol, siswa diajar menggunakan pendekatan

konvensional. Pendekatan konvensional disini adalah pembelajaran yang

biasa dilakukan oleh guru dikelas yaitu pendekatan ceramah. Pada proses

belajar, proses pembelajaran di bagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap

pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan guru menggali

pengetahuan awal siswa (apersepsi) dan motivasi belajar dengan

memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema bahan kimia

dalam makanan, sambil mengajukan pertanyaan guru menunjukkan sampel

Page 13: BAB IV fix 5

72

makanan ringan (cha-cha) kepada siswa, adapun pertanyaan yang diajukan

sebagai bahan apersepsi dan motivasi sebagai berikut :

1. Apa beda makanan ringan cha-cha yang satu dengan yang lainnya?

Pada pertanyaan ini, hampir semua siswa menjawab ”warnanya”.

2. Mengapa diberi warna yang berbeda-beda?

Pada pertanyaan ini, ada sebagian siswa yang menjawab “agar bagus”,

dan ada sebagian yang menjawab “agar lebih menarik”

guru memberikan penguatan atas jawaban yang diberikan siswa

3. Apakah kalian pernah memperhatikan komposisi makanan dalam

kemasan makanan dan minuman yang kalian beli?

Pada pertanyaan ini, sebagian besar menjawab ”tidak pernah”,

sedangkan sebagain lagi menjawab pernah

Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, guru meminta siswa

membacakan komposisi pada makanan ringan cha-cha yang terdapat pada

kemasan makanan ringan cha-cha. Setelah selesai, guru menyampaikan

tujuan belajar sekaligus memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik

mempelajari lebih lanjut, dengan berkata ” agar kalian mengetahui bahaya

atau tidaknya bahan kimia yang terdapat pada makanan kemasan ini, hari ini

kita akan mempelajari bahan kimia dalam makanan dan efeknya terhadap

kesehatan”. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti diketahui

bahwa pada tahap pendahuluan ini siswa terlihat antusias mengikuti

pelajaran yang ditandai dengan aktifnya mereka saat menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan guru sebagai bahan apersepsi

Page 14: BAB IV fix 5

73

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi pelajaran dengan cara

mencatatnya dipapan tulis baru kemudian menjelaskannya. Setelah papan

tulis penuh catatan, guru menghapusnya dan memerikan catatan lagi serta

menjelaskannya sampai materi habis, dalam menjelaskan materi pelajaran

guru mengaitkannya dengan bahaya bahan kimia bagi kesehatan manusia,

pada pembelajaran ini siswa terlihat pasif dan guru dominan ceramah

sehingga kegiatan belajar terlihat monoton. Dalam pelaksanaan

pembelajaran, guru mencoba menggali informasi dari siswa berupa

pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran namun hanya 1-2 orang siswa

yang menjawab dan sebagaian besar siswa lainnya hanya terdiam, sehingga

guru cenderung memberikan informasi kepada siswa. Saat diberikan

kesempatan bertanya siwa tidak ada yang mau bertanya. Hal ini

menyebabkan guru tidak mengetahui kemampuan siswa dalam memahami

materi pembelajaran yang sudah diberikan. Hal ini jugalah yang

menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik sehingga

hasil yang diperoleh tidak maksimal

Dari hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas siswa tampak bahwa

siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang sedang berlangsung, yang

ditandai kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Hal inilah

yang menyebabkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru tidak

maksimal sehingga menyebabkan ketidaktuntasan hasil berlajar siswa

Setelah dilakukan post test, semua siswa kelas kontrol mengalami

peningkatan hasil belajar (Lampiran B-3), namun peningkatan tersebut tidak

Page 15: BAB IV fix 5

74

terlalu besar walaupun dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru

telah melakukan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lampiran A-18). Peningkatan hasil

belajar tidak terlalu besar daapt disebabkan oleh dua faktor yaitu guru dan

siswa. faktor guru dapat berupa cara penyampain materi pelajaran,

sedangkan faktor siswa bisa berupa minat belajar siswa dan kecerdasan

siswa

3. Perbandingan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil pre test, rata-rata skor antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen, hanya selisih 2,87. Hasil pre test ini setelah dianalisis

dengan menggunakan uji t-student diperoleh t hitung sebesar -3,89 sedangkan

t tabel sebesar = 1,67 dengan interval kepercayaan 95% (taraf nyata,α = 5%).

Nilai t hitung yang diperoleh tidak berada di antara nilai t tabel (Lampiran

B-6), maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan, dimana kemampuan kelas

kontrol lebih tinggi (rata-rata 39,361) dibandingkan dengan kelas

eksperimen (rata-rata 36,48)

Setelah kedua kelas tersebut mendapatkan perlakuan sesuai yang

direncanakan yaitu kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan

konvensional (ceramah) dan kelas eksperimen dengan menggunakan strategi

peta konsep dengan bantuan media komputer diperoleh perbedaan rata-rata

Page 16: BAB IV fix 5

hasil post test

eksperimen = 66,66 dan

Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol digambarkan dalam bentuk g

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diketahui bahwa rata

rata perubahan skor

30,18 dan dilihat dari ketuntasan belajar (SKBM sebesar

Sedangkan pada kelas kontrol perubahan skor sebesar 20,

yang mengalami ketuntasan belajar sebesar

bahwa hasil belajar siswa yang diberi pengajaran

strategi peta konsep dengan bantuan media komputer

kimia dalam makanan

peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang

0

20

40

60

80

36,4839,36

66,6659,64

Gambar 4.1 Grafik

dan Post test

Eksperimen dan Kelas Kontrol

post test kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar

eksperimen = 66,66 dan X kontrol = 59,64)

Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas

digambarkan dalam bentuk gambar 4.1 dan 4.2 sebagai

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diketahui bahwa rata

rata perubahan skor pre test dan post test pada kelas eksperimen adalah

an dilihat dari ketuntasan belajar (SKBM sebesar 60) tercapai

Sedangkan pada kelas kontrol perubahan skor sebesar 20,28

yang mengalami ketuntasan belajar sebesar 41,67%. Ini menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa yang diberi pengajaran terpadu menggunakan

strategi peta konsep dengan bantuan media komputer pada materi

kimia dalam makanan di kelas VIII SMPN 4 Pontianak mengalami

peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang

39,36

59,64

Pretest Posttest Gain

30,18

Grafik Nilai Rata-rata Pre test

Post test Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Gambar 4.2 Grafik

dan Kelas Kontrol

75

20,28

kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 7,02 ( X

Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas

ambar 4.1 dan 4.2 sebagai berikut

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diketahui bahwa rata-

ada kelas eksperimen adalah

0) tercapai 80%.

28 dengan siswa

%. Ini menunjukkan

padu menggunakan

pada materi bahan

Pontianak mengalami

peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang

Gain

Kontrol

Eksperimen

Grafik Gain Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Page 17: BAB IV fix 5

76

diberikan dengan pengajaran konvensional yaitu sebesar 9,9 (eksperimen

30,18 dan kontrol 20,28). Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil

belajar siswa pada materi bahan kimia pada makanan yang diajarkan dengan

strategi peta konsep dengan bantuan media komputer dan yang diajarkan

dengan pendekatan konvensional, maka digunakan uji statistik U Mann-

Whitney. Berdasarkan uji U-Mann Witney diperoleh Z hitung = -3,09. Karena

Zhitung = -3,09 terletak pada daerah penolakan Ho, maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Berdasarkan uji U-Mann Witney tersebut dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan selisih hasil belajar siswa pada

materi bahan kimia dalam makanan yang di ajar dengan pembelajaran

terpadu menggunakan startegi peta konsep dengan bantuan media komputer

dan yang diajar dengan metode konvesional (Lampiran B-6)

Berdasarkan ketuntasan belajar terdapat 7 siswa pada kelas

eksperimen dan 21 siswa pada kelas kontrol yang tidak tuntas, tingginya

ketidaktuntasan pada kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eksperimen

dapat disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan.

Adanya perbedaan perlakuan yang diberikan menimbulkan perbedaan

suasana kegiatan belajar mengajar belajar. Pada kelas eksperimen yang

diajar menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer

lebih menarik dan berbeda dari pembelajaran yang biasanya, sehingga

memberikan suasana dan cara belajar yang baru kepada siswa. Selain itu,

siswa menjadi lebih semangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar.

Sedangkan pada siswa dari kelas kontrol yang diajar menggunakan

Page 18: BAB IV fix 5

77

pembelajaran konvensional, siswa kurang aktif dan tidak semangat dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun perbedaan kondisi pada kelas

kontrol dengan kelas eksperimen sebagai berikut :

1. Kelas Kontrol

a. Kegiatan belajar tidak interaktif, kegiatan pembelajaran tidak

bervariasi menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak tertarik pada

kegiatan belajar mengajar sehingga siswa tidak termotivasi untuk

mengikuti kegiatan belajar lebih lanjut dan akhirnya hasil belajar

siswa kurang baik.

b. Dalam kegiatan belajar siswa tidak melakukan diskusi kelompok,

tetapi guru ceramah terus dari awal sampai akhir pelajaran sehingga

proses belajar tidak monoton, interaksi antara guru dengan siswa,

serta siswa dengan siswa tidak berimbang

c. Siswa terlihat pasif, terlihat saat guru mengajukan pertayaan

pembelajaran siswa tidak aktif menjawab tetapi menuggu jawaban

dari guru sehingga menjadikan kegiatan belajar mengajar yang

monoton.

d. Pembelajaran hanya sedikit menghubungkan materi pelajaran

dengan kehidupan sehari-hari, dengan demikian siswa hanya sedikit

mengetahui kaitan dan manfaat belajar IPA dengan kehidupan

sehari-hari mereka

e. Dalam pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran, hal

ini menyebabkan siswa kurang tertarik dalam mengiukuti

Page 19: BAB IV fix 5

78

pembelajaran yang akhirnya siswa menjadi bosan, selain itu waktu

yang digunakan lebih lama

2. Kelas Eksperimen

a. Kegiatan belajar mengajar terlihat interaktif, kegitan pembelajaran

bervariasi sehingga siswa tertarik mengikuti kegiatan belajar mengajar

b. Siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelompok dalam kelas, guru tidak

ceramah terus dari awal sampai akhir pelajaran sehingga proses belajar

tidak monoton, terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa

dengan siswa yang lebih berimbang daripada kelas control, dengan

bekerja dalam kelompok siswa juga dapat meningkatkan rasa kerja

sama dan meningkatkan komunikasi antarsiswa

c. Siswa terlihat aktif, terlihat saat guru mengajukan pertayaan

pembelajaran siswa aktif menjawab bahkan berebutan untukmenjawab

pertanyaan yang diajukan

d. Pembelajaran terpadu menggunakan strategi peta konsep

menghubungkan materi atau konsep dari 2 (dua) mata pelajaran yang

berbeda serta menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari,

dengan demikian siswa mengetahui langsung hubungan antara satu

konsep dengan konsep lain serta mengetahui kaitan dan manfaat belajar

IPA dengan kehidupan sehari-hari mereka

e. Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan media komputer,

sehingga mengakibatkab siswa lebih tertarik dalam mengikuti proses

Page 20: BAB IV fix 5

79

belajar mengajar, selain itu waktu yang digunakan lebih sedikit

dibandingkan dengan kelas kontrol

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa pengajaran

terpadu menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer

ini telah membuat siswa lebih aktif dalam belajar, karena pada pengajaran

dengan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer siswa dapat

menerima konsep materi lebih mudah serta siswa menemukan hal baru

sehingga mereka lebih semangat untuk mengikuti pembelajaran,

penggunaan media komputer membantu memfokuskan siswa dalam

mengikuti pelajaran. Sejalan dengan itu, Levied an Lentz (dalam Busan,

2002) mengungkapkan bahwa media belajar memiliki beberapa fungsi,

salah satunya menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut mengidentifikasi

bahan-bahan kimia yang terkandung didalam makanan dan minuman ringan

yang biasa mereka konsumsi sehari-hari. Setelah itu, siswa menentukan

bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan berdasarkan materi yang sudah

di sampaikan sebelumnya, selanjutnya dibahas bersama-sama siswa dengan

guru. Oleh sebab itu siswa lebih mudah mamahami pelajaran karena langsng

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari hal ini sejalan dengan gambaran

yang dikemukan oleh Dale (dalam Arsyad, 2002) dengan istilah “Dale’s

Cone of Experience (kerucut pengalaman Dale). Dale mengungkapkan

Page 21: BAB IV fix 5

80

bahwa pembelajaran akan lebih bermakna jika dialami siswa langsung,

sehingga hasil belajar siswa akan meningkat

4. Besarnya Pengaruh Pembelajaran Terpadu Menggunakan Strategi

Peta Konsep Dengan Bantuan Media Komputer Terhadap Hasil

Belajar Siswa

Untuk mengetahui besarnya pengaruh pembelajaran terpadu

menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer

terhadap hasil belajar siswa pada materi bahan kimia pada makanan

dilakukan perhitungan menggunakan Effect size

Harga Effect size (ES) yang diperoleh sebesar 0,913 (Lampiran B-9).

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, harga effect size termasuk dalam

katergori tinggi. Dari tabel luas dibawah kurva normal, harga effect size

sebesar 0,913 bernilai 3182. Hal ini berarti bahwa pengajaran terpadu

menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan media komputer

memberikan kontribusi sebesar 31,82% terhadap peningkatan hasil belajar

siswa kelas VIII SMP N 4 Pontianak pada tema bahan kimia dalam

keseharian.

Besarnya Effect size (ES) yang diperoleh menunjukkan bahwa

pengajaran terpadu menggunakan strategi peta konsep dengan bantuan

media komputer memiliki pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa

kelas VIII SMP N 4 Pontianak pada tema bahan kimia dalam keseharian.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Supriono yang mengungkapkan

bahwa ”Upaya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan

Page 22: BAB IV fix 5

81

menerapkan strategi pembelajaran peta konsep”. Selain itu juga Yusuf

(2006), mengungkapkan bahwa strategi peta konsep dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang dilakukan

perlakuan menggunakan strategi peta konsep tidak terlepas dari keunggulan

yang dimiliki peta konsep,yaitu:

1. Melalui proses pembelajaran menggunakan peta konsep akan

meningkatkan pemahaman konsep yang telah diperoleh (Trianto, 2007)

2. Peta konsep dapat mengembangkan dan membentuk struktur kognitif

siswa (Muhaemin, 2006)

5. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Terpadu Menggunakan Strategi

Peta Konsep Dengan Bantuan Media Komputer `

Dari hasil pengisian angket yang merupakan respon siswa terhadap

pembelajaran dihitung menggunakan skala Guttman. Skala ini memberikan

skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”. Adapun

jumlah respon siswa peritem pernyataan terhadap pembelajaran dikemas

seperti tabel 4.3 berikut

Tabel 4.3 Jumlah Respon Siswa Peritem Pernyataan Terhadap Pembelajaran

Jawaban

No Item

Pernyataan Total

1 2 3 4 5

Ya 35 34 35 29 29 162

Tidak 0 1 0 6 6 13

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat besarnya persentase respon

siswa peritem sebagai berikut :

Page 23: BAB IV fix 5

82

1. Penyataan item pada no 1 “Saya merasa senang dengan pembelajaran

ini”,diperoleh persentase respon sebesar 100% (Lampiran B-9), maka

respon positif siswa tergolong kuat. Selanjutnya dilakukan wawancara

terhadap siswa yang menjawab “ya” pada item 1, sehingga dapat

diketahui penyebab siswa 100% menjawab ya, dari hasil wawancara

diketahui bahwa siswa 100% menjawab “ya” dikarenakan pembelajaran

seperti ini merupakan hal yang baru dilakukan

2. Pernyataan pada item no 2 jumlah siswa yang menjawab “ya” sebanyak

34 orang dan menjawab “tidak” sebanyak 1 orang, maka pernyataan

“Saya merasa pelajaran ini sesuai dengan kepentingan saya karena saya

dapat mengetahui manfaat dan efek dari bahan kimia pada makanan”

tergolong kuat yaitu sebesar 97% (Lampiran B-9), setelah dilakukan

wawancara terhadap 1 siswa yang menjawab “tidak”, diperoleh

informasi bahwa siswa tersebut merasa pembelajaran yang dilakukan

membuatnya menjadi seperti ditakut-takuti untuk membeli makanan

ringan sehingga siswa tersebut tidak mudah makan makanan ringan

karena siswa ini hobi ngemil jajanan jadi tidak sesuai dengan

kepentingannya

3. Pernyataan item no 3 yaitu “Saya senang materi bahan kimia pada

makanan dihubungkan dengan sistem pencernaan pada manusia

sehingga dapat di ketahui efek bahan kimia bagi kesehatan”, dari hasil

wawancara diketahui bahwa siswa 100% menjawab “ya” dikarenakan

pembelajaran seperti ini sangat menarik bagi siswa

Page 24: BAB IV fix 5

83

4. Pernyataan item no 4 “Saya senang dalam proses pembelajaran guru

menggunakan media komputer”, siswa yang menjawab “ya” sebanyak

29 dan yang menjawab “tidak” sebanyak 6 siswa, sehingga respon

siswa terhadap item 4 tergolong kuat yaitu sebesar 83%. Hasil

wawancara terhadap siswa yang menjawab “tidak” pada item no 4 yaitu

“Saya senang dalam proses pembelajaran guru menggunakan media

komputer” dapat ditarik kesimpulan bahwa keenam siswa tidak leluasa

untuk mencatat palajaran yang disampaikan guru.

5. Pernyataan item no 5 “Setelah belajar tentang bahan kimia pada

makanan ini saya akan lebih berhati-hati dalam memilih produk

makanan maupun minuman” masing-masing siswa yang menjawab “ya”

sebanyak 29 dan yang menjawab “tidak” sebanyak 6 siswa sehingga

respon siswa terhadap item 5 tergolong kuat yaitu sebesar 83%.

Berdasarkan wawancara dapat diketahui secara garis besar alasan ke

enam siswa tersebut bahwa semua produk makanan ringan mengandung

bahan kimia jadi walaupun mereka berhati-hati masih memakannya juga

karena sebagai seorang siswa seusia mereka tidak dapat lepas dari

makanan ringan

6. Secara keseluruhan siswa yang menjawab “ya” sebanyak 162 dan yang

menjawab “tidak” sebanyak 13, jadi secara keseluruhan persentase

respon siswa untuk pernyataan positif tergolong kuat yaitu sebesar

92,57% (Lampiran B-9), berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan

Page 25: BAB IV fix 5

84

respon siswa positif kuat sudah dirasakan peneliti saat pembelajaran,

yaitu dari keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung

6. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah masalah aliran

listrik yang tidak tersedia dikelas tempat penelitian sehingga listrik diambil

dari kelas sebelahnya sehingga memakan waktu ±7 menit. Hal ini

menyebabkan kesimpulan yang dibuat siswa berupa peta konsep tidak dapat

dipersentasikan oleh siswa tetapi kesimpulan hanya dilakukan secara

bersama-sama guru dengan siswa. Selain itu, dalam penelitian mengunakan

strategi ini memiliki kelemahan yaitu tidak semua sekolah memiliki

komputer dan projektor terutama bagi sekolah di daerah