Makalah for 5 Fix

36
DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 BAB I PENDAHULUAN 2 BAB II LAPORAN KASUS 3 BAB III PEMBAHASAN A. ASPEK HUKUM 4 B. ASPEK ETIKA 8 C. PROSEDUR TINDAKAN MEDIS 10 D. INFORMED CONSENT 11 E. REKAM MEDIS 15 1

description

FORENSSSIIK

Transcript of Makalah for 5 Fix

Page 1: Makalah for 5 Fix

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 2

BAB II LAPORAN KASUS 3

BAB III PEMBAHASAN

A. ASPEK HUKUM 4

B. ASPEK ETIKA 8

C. PROSEDUR TINDAKAN MEDIS 10

D. INFORMED CONSENT 11

E. REKAM MEDIS 15

F. PROSEDUR TERAPI 19

G. DAMPAK HUKUM 21

BAB IV KESIMPULAN 23

DAFTAR PUSTAKA 24

1

Page 2: Makalah for 5 Fix

BAB I

PENDAHULUAN

 Etika menyangkut manusia secara pribadi atau sebagai individu. Etika juga

menyangkut manusia dalam hubungan-hubungan sosial. Dalam konteks sosial, etika secara

khusus penting dalam pelaksanaan profesi karena melalui profesinya manusia mengerjakan

sesuatu terhadap masyarakat atau sesama tertentu yang bisa membawa kebaikan atau

keburukan untuk mereka berdasarkan keahlian dan sebagai tugas.

Sejak permulaan sejarah etika di Yunani kuno dan terutama pada Aristoteles, sudah

ditekankan bahwa etika merupakan cabang satu-satunya filsafat yang bersifat praktis, karena

bicara tentang tingkah laku manusia tentang yang boleh dilakukan atau tidak boleh

dilakukan.1 Kode Etik kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam

Musyawarah Kerja Susila Kedokteran yang dilaksanakan di Jakarta. Bahan rujukan yang

digunakan adalah Kode Etik Kedokteran Internasional yang telah disempurnakan pada tahun

1968 melalui Muktamar ke-22 Ikatan Dokter Sedunia. Kata etik atau etika berasal dari dua

kata bahasa Latin, yaitu kata mores dan ethos. Umumnya sebagai rangkaian mores of

community (kesopanan masyarakat) dan ethos of the people (akhlak manusia). Mengenai etik

kedokteran ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu etik jabatan kedokteran (medical

ethics) dan etik asuhan kedokteran (ethics of the medical care).

Etik jabatan kedokteran menyangkut masalah yang berhubungan dengan sikap para

dokter terhadap sejawat, para pembantunya, serta terhadap masyarakat dan pemerintahan.

Etik asuhan kedokteran, yang merupakan etik kedokteran dalam kehidupan sehari-hari adalah

peraturan tentang sikap dan tindakan seorang dokter terhadap penderita yang menjadi

tanggung jawabnya.2

2

Page 3: Makalah for 5 Fix

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang pasien berusia 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma kolon yang

telah terminal. Pasien masih cukup sadar berpendidikan cukup tinggi. Ia memahami benar

posisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu kedokteran saat ini. Ia juga memiliki

pengalaman pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya di rawat di ICU dengan peralatan

bermacam-macam tampak sangat menderita, dan alat-alat tersebut tampaknya hanya

memperpanjang penderitaannya saja. Oleh karena itu ia meminta kepada dokter apabila dia

mendekati ajalnya agar menerima terapi yang minimal saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan

ICU dll), dan ia ingin mati dengan tenang dan wajar. Namun ia tetap setuju apabila ia

menerima obat-obatan penghilang rasa sakit bila memang dibutuhkan.

3

Page 4: Makalah for 5 Fix

BAB III

PEMBAHASAN

A. ASPEK HUKUM

Hak dan Kewajiban dokter-pasien

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 diatur hak dan

kewajiban dokter serta hak dan kewajiban pasien sebagai berikut:

1) Kewajiban Dokter (dalam Pasal 51)

- Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional serta kebutuhan medis pasien

- Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau

kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan sesuatu

pemeriksaan atau pengobatan.

- Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga

setelah pasien itu meninggal

- Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin

ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya

- Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau

kedokteran gigi

2) Hak Dokter (dalam pasal 50)

- Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur operasional

4

Page 5: Makalah for 5 Fix

- Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur

operasional

- Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya

- Menerima imbalan jasa

3) Kewajiban Pasien (dalam pasal 53)

- Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya

- Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter

- Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan

- Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

4) Hak Pasien (dalam pasal 52)

- Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

- Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain

- Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis

- Menolak tindakan medis

- Mendapatkan isi rekam medis 3

Informed Consent

Informed consent diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No

585/MenKes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik pasal 1-15, berikut

dicantumkan salah satu pasalnya :

- Pasal 1

5

Page 6: Makalah for 5 Fix

a. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang

diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai

tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

b. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

berupa diagnostik atau terapeutik.

c. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi

keutuhan jaringan tubuh.

d. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi

spesialis yang bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek

perorangan/bersama.3

Praktik Kedokteran

- Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 45 ayat 3

Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat semua tindakan medis yang akan

dilakukan harus sesuai persetujuan. Dalam hal ini mencakup:

a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

c. Alternatif tindakan lain dan risikonya;

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

- Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52

Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

6

Page 7: Makalah for 5 Fix

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. Menolak tindakan medis; dan

e. Mendapatkan isi rekam medis.

Rekam Medis dan Rahasia Kedokteran

- Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008

Yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen

antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan,

serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

- Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Rekam Medis

Pasal 46

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteranwajib

membuat rekam medis.

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera

dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.

(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan

petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47

(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan

milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi

rekam medis merupakan milik pasien.

7

Page 8: Makalah for 5 Fix

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan

dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana

pelayanan kesehatan.

(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Rahasia Kedokteran Pasal 48

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran

wajib menyimpan rahasia kedokteran.

(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan

Pasien memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka

penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan

perundangundangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan

Peraturan Menteri.3

B. ASPEK ETIKA

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik-buruk atau benar-salahnya suatu

sikap atau perbuatan seseorang/ individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik-

buruk dan benar-salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang

cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang, yaitu

teori deontologi dan teleologi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa, deontologi

mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri

(I Kant), sedangkan teleologi mengajarkan untuk menilai baik-buruk tindakan dengan melihat

hasilnya atau akibatnya (D Hume, J Bentham, JS Mills). Deontologi lebih mendasarkan

8

Page 9: Makalah for 5 Fix

kepada ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkan teleologi lebih ke arah penalaran

(reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat (aliran utilitarian).

Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu

keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberapa rules

dibawahnya. Ke-4 kaidah dasar moral tersebut adalah :

1. Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai "primum non nocere" atau

"above all do no harm".

2. Princip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan

ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan

saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi

buruknya (mudharat);

3. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak

otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian

melahirkan doktrin informed consent;

4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).

Sedangkan rules derivatnya adalah veracity (berbicara benar, jujur dan terbuka),

privacy (menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien) dan

fidelity (loyalitas dan promise keeping).

Pada kasus ini, pasien meminta kepada dokter apabila ia mendekati ajalnya agar

menerima terapi yang minimal saja dan ingin mati dengan tenang dan wajar. Berdasarkan 4

kaidah dasar moral di atas, kita harus menghormati otonomi pasien sesuai dengan prinsip

otonomi pada poin ke-3. Dalam hal ini, juga perlu diperhatikan kompetensi pasien dalam

9

Page 10: Makalah for 5 Fix

mengambil suatu keputusan. Pada skenario didapatkan informasi bahwa pasien masih cukup

sadar dan berpendidikan cukup tinggi, ini berarti pasien dianggap masih cukup kompeten

untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pikiran jernih dan akal sehatnya.

Selain kaidah dasar moral, terdapat tiga masalah utama yang sering dihadapi di dalam

etika profesi kedokteran, yaitu keadilan distributif, keadilan sosial, dan dilema moral. Pada

kasus ini, masalah yang dialami dokter termasuk ke dalam dilema moral, dimana terdapat

dilema antara harus berbuat yang terbaik untuk menyelamatkan jiwa pasien dan menghormati

otonomi pasien. Tetapi perlu diingat pemanjangan hidup pasien tanpa diimbangi kualitas

hidup juga tidak baik. Menghormati otonomi pasien dengan tetap mengutamakan

kenyamanan pasien mungkin merupakan hal yang terbaik.4

C. PROSEDUR TINDAKAN MEDIS

Prosedur tindakan medis adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam tindakan medis.

Hal pertama yang dilakukan adalah pasien harus diperiksa oleh dokter untuk menentukan

penyakit yang diderita. Pada kasus ini yang diperiksa adalah apakah benar pasien ini

menderita kanker kolon stadium terminal. Setelah diagnosis ditegakkan, dokter akan

menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit, penatalaksaan dan prognosis penyakit

tersebut tetapi harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. Informasi

mengenai penatalaksaan haruslah jelas dan detail. Pasien harus mengetahui apa yang akan

terjadi jika ia memilih penatalaksaan tersebut dan apa yang akan terjadi jika ia tidak memilih

penatalaksaan tersebut. Setelah pasien memahami mengenai penyakitnya, pasien boleh

memutuskan penatalaksaan apa yang ia ingin pilih. Pasien memang diberikan hak untuk

memilih penatalaksaan karena mengingat hak otonomi pasien (pasien berhak menentukan

10

Page 11: Makalah for 5 Fix

nasibnya sendiri). Hak ini beraku juga dengan tindakan-tindakan medik yang bertujuan

diagnostik yang bersifat invasif harus mendapat persetujuan dari pasien terlebih dahulu.

Pada kasus ini, pasien menderita kanker kolon stadium terminal. Ini berarti kanker

sudah mengenai organ-organ lain. Dan pasien dengan sadar mengatakan yang ia pilih adalah

perawatan paliatif, yaitu perawatan yang hanya bertujuan untuk mengurangi penderitaan

hidup pasien dan demi kenyamanan pasien. Karena pasien sendiri yang memutuskan, sebagai

dokter harus menghargai hak pasien dan membantu pasien agak merasa lebih nyaman di

akhir hidupnya. 4

D. INFORMED CONSENT

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif

antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang

tidak akan dilakukan terhadap pasien. Tujuan dari informed consent adalah agar pasien

mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan

dilaksanakan. Jika dilihat dari aspek hukum, ini bukanlah perjanjian antara dua pihak,

melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.

Perkembangan terakhir di Indonesia mengenai PTM adalah ditetapkannya Peraturan

Menteri Kesehatan No. 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik

(informed consent).

Informed consent dapat diberikan secara dua bentuk, yaitu:

Expressed atau dinyatakan.

o Dinyatakan secara lisan.

11

Page 12: Makalah for 5 Fix

o Dinyatakan secara tertulis.

Implied atau tidak dinyatakan. Pada hal ini pasien tidak menyatakan baik secara lisan

maupun tertulis, namun melakukan tingkah laku yang menunjukkan jawabannya.

Informed consent memiliki tiga elemen, yaitu:

Threshold elements, yaitu pemberi consent harus seseorang yang kompeten, yang

berkapasitas untuk membuat keputusan medis. Secara hukum, seorang yang dianggap

kompeten adalah seorang yang telah dewasa (usia mencapai 21 tahun atau telah

pernah menikah), sadar, dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah

pengampuan. Keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah apabila seorang

memiliki penyakit mental sedemikian rupa, atau perkembangan mental yang

terbelakang sehingga kemampuan membuat keputusannya terganggu.

Information elements, terdiri dari dua bagian, yaitu disclosure (pengungkapan) dan

understanding (pemahaman). Informasi dapat dinilai “baik” untuk diberikan kepada

pasien dapat dilihat dari tiga standar, yaitu:

o Standar Praktek Profesi, bahwa kewajiban memberikan informasi dan criteria

keadekuatan informasi ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam

komunitas tenaga medis.

o Standar Subjektif, bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang

dianut oleh pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus

memadai pasien tersebut dalam membuat keputusan.

o Standar pada Reasonable Person, merupakan hasil kompromi dari kedua

standar sebelumnya, yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan

telah memenuhi kebutuhan orang awam.

12

Page 13: Makalah for 5 Fix

Consent elements, terdiri dari dua bagian, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)

dan authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan,

misrepresentasi ataupun paksaan.

Informed consent tidak berlaku pada beberapa keadaan, sebagai berikut:

Keadaan darurat medis.

Ancaman terhadap kesehatan masyarakat.

Pelepasan hak memberikan consent (waiver).

Clinical privilege.

Pasien yang tidak kompeten memberikan consent.

Pada keadaan contextual circumstances, yaitu contohnya pada seorang yang dianggap

sudah pikun, memiliki mental lemah untuk menerima kenyataan, dan dalam keadaan terminal

sering mempengaruhi pola perolehan informed consent. Selain itu, pengaruh budaya

Indonesia atau budaya Timur juga sangat terasa, karena dalam budaya ini cenderung terjadi

penyerahan kuasa kepada pendapat umum di kelompoknya. Umumnya, keputusan medis

dipahami sebagai proses dalam keluarga, sehingga persetujuan tindakan medis umumnya

diberikan oleh keluarga dekat pasien oleh karena pasien cenderung untuk menyerahkan

permasalahan medisnya kepada keluarga terdekatnya. Hal ini juga terlihat pada rahasia

kedokteran.4

HAL-HAL YANG DIINFORMASIKAN

Hasil Pemeriksaan

Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Apabila infomasi sudah diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan pasien.

13

Page 14: Makalah for 5 Fix

 Risiko

Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya antisipasi

yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut.

 Alternatif

Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi.

Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari

beberapa pilihan tersebut.

 Rujukan/ konsultasi

Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa kemampuan

dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada pasien-pasien

tertentu. Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia merasa tidak mampu

melaksanakan terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter

lain yang dapat menangani pasien tersebut lebih baik darinya.

 Prognosis

            Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan,

biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak

mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa

yang terjadi dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang

dapat diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian dari

informed consent. 4

14

Page 15: Makalah for 5 Fix

Komunikasi antara dokter kepada keluarga pasien juga merupakan hal yang sangat

penting. Keluarga perlu diberitahu mengenai :

Jaminan kenyamanan pasien

Informasi mengenai kondisi pasien

Informasi mengenai kematian yang mungkin datang

E. REKAM MEDIS

Dalam pelayanan kedokteran/kesehatan, terutama yang dilakukan para dokter baik di

rumah sakit maupun praktik pribadi, peran pencatatan rekam medis (RM) sangat penting dan

sangat melekat dengan kegiatan pelayanan tersebut. Dengan demikian, ada ungkapan bahwa

rekam medis adalah orang ketiga pada saat dokter menerima pasien. Hal tersebut dapat

dipahami karena catatan demikian akan berguna untuk merekam keadaan pasien, hasil

pemeriksaan serta tindakan pengobatan yang diberikan pada waktu itu. Catatan atau rekaman

itu menjadi sangat berguna untuk mengingatkan kembali dokter tentang keadaan, hasil

pemeriksaan, dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien datang kembali untuk berobat

ulang setelah beberapa hari, beberapa bulan, bahkan setelah beberapa tahun kemudian.

Dengan adanya rekam medis, ia bisa mengingat atau mengenali keadaan pasien saat diperiksa

sehingga lebih mudah melanjutkan strategi pengobatan dan perawatannya. Namun, kini

makin dipahami bahwa peran rekam medis tidak terbatas pada asumsi yang dikemukakan di

atas, tetapi jauh lebih luas. Oleh karena itu, para tenaga kesehatan masa kini harus memahami

dengan baik hal-hal yang berkaitan dengan rekam medis.

Kewajiban dokter untuk membuat rekam medis dalam pelayanan kesehatan dipertegas

dalam UUPK seperti terdapat pada pasal 46: (1). Setiap dokter atau dokter gigi dalam

menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. (2) Rekam medis sebagaimana

15

Page 16: Makalah for 5 Fix

dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan

kesehatan. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas

yang memberikan pelayanan atau tindakan. Selanjutnya dalam pasal 79 diingatkan tentang

sanksi hukum yang cukup berat, yaitu denda paling banyak Rp.50.000.000,- bila dokter

terbukti sengaja tidak membuat rekam medis.

Adapun beberapa definisi dari rekam medis, yaitu antara lain:

1. Menurut Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1898

Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitsa

pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang

diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

2. Menurut Permenkes No.269/Menkes/Per/2008

Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen mengenai

identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang

telah diberikan kepada pasien.

3. IDI

Rekam Medis adalah rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktifitas

pelayanan yang diberikan oleh pemberi medis pelayanan kepada seorang pasien.

Isi Rekam Medis

Di rumah sakit didapat dua jenis RM, yaitu:

• RM untuk pasien rawat jalan

• RM untuk pasien rawat inap

Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat, RM memiliki informasi pasien,

antara lain:

16

Page 17: Makalah for 5 Fix

a. Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa)

b. Riwayat penyakit (anamnesis) tentang :

• keluhan utama

• riwayat sekarang

• riwayat penyakit yang pernah diderita

• riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan

c. Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, scanning,

MRI, dan lain lain.

d. Diagnosis dan/atau diagnosis banding

e. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang

berwenang.

Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan yang terdapat dalam rawat jalan,

dengan tambahan :

• Persetujuan tindakan medik

• Catatan konsultasi

• Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya

• Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan

• Resume akhir dan evaluasi pengobatan.

Secara umum kegunaan RM adalah:

1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil

bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien. Dengan membaca

RM, dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam merawat pasien (misalnya,

pada pasien rawat bersama atau dalam konsultasi) dapat mengetahui penyakit,

17

Page 18: Makalah for 5 Fix

perkembangan penyakit, terapi yang diberikan, dan lain-lain tanpa harus berjumpa satu

sama lain. Ini tentu merupa-kan sarana komunikasi yang efisien.

2. Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada

pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi sesama dokter ditulis agar

rencana pengobatan dan perawatan dapat dilaksanakan.

3. Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan

selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit. Bila suatu waktu diperlukan bukti

bahwa pasien pernah dirawat atau jenis pelayanan yang diberikan serta perkembangan

penyakit selama dirawat, tentu data dari RM dapat mengungkapkan dengan jelas.

4. Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada

pasien. Baik buruknya pelayanan yang diberikan tercermin dari catatan yang ditulis atau

data yang didapati dalam RM. Hal ini tentu dapat dipakai sebagai bahan studi ataupun

evaluasi dari pelayanan yang diberikan.

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga

kesehatan lainnya. Bila timbul permasalahan (tuntutan) dari pasien kepada dokter

maupun rumah sakit, data dan keterangan yang diambil dari RM tentu dapat diterima

semua pihak. Di sinilah akan terungkap aspek hukum dari RM tersebut. Bila catatan dan

data terisi lengkap, RM akan menolong semua yang terlibat. Sebaliknya, bila catatan

yang ada hanya sekedarnya saja, apalagi kosong pasti akan merugikan dokter dan rumah

sakit. Penjelasan yang bagaimanapun baiknya tanpa bukti tertulis, pasti sulit dipercaya.

6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan

pendidikan. Setiap penelitian yang melibatkan data klinik pasien hanya dapat diper-

gunakan bila telah direncanakan terlebih dahulu. Oleh karena itu, RM di rumah sakit

pendidikan biasanya tersusun lebih rinci karena sering digunakan untuk bahan penelitian.

18

Page 19: Makalah for 5 Fix

7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien. Bila

pasien mau dipulangkan, bagian administrasi keuangan cukup melihat RM, dan segala

biaya yang harus dibayar pasien/keluarga dapat ditentukan.

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan

pertanggungjawaban dan laporan.

Data dan infomasi yang didapat dari RM sebagai bahan dokumentasi, bila diperlukan

dapat digunakan sebagai dasar untuk pertanggungjawaban atau laporan kepada pihak yang

memerlukan masa mendatang.4,5

F. PROSEDUR TERAPI

Berdasarkan permintaan dan keinginan pasien untuk mendapatkan terapi yang

minimal, maka terapi yang diberikan bersifat paliatif. Tujuan dari terapi paliatif bukan untuk

menyembuhkan pasien melainkan untuk mengurangi penderitaan pasien, menimbulkan

kenyamanan, mempersiapkan psikologis dan spiritual pasien, dan memberikan support pada

keluarganya.

Prinsip-prinsip perawatan paliatif itu sendiri yaitu menghargai setiap kehidupan;

menganggap kematian sebagai proses yang normal; tidak mempercepat atau menunda

kematian; menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan; menghilangkan nyeri

dan keluhan lain yang mengganggu; mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual

dalam perawatan pasien dan keluarga; menghindari tindakan medis yang sia-sia; memberikan

dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir

hayat; memberikan dukungan pada keluarga dalam masa dukacita. Perawatan paliatif dapat

dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan homecare, daycare, dan respite care (layanan

yang bersifatpsikologis).

19

Page 20: Makalah for 5 Fix

Home Care

Home care dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita, terutama

yang karena alasan-alasan tertentu tidak dapat datang ke rumah sakit. Kunjungan

dilakukan oleh tim yang terdiri atas dokter paliatif, psikiater, perawat, dan relawan, untuk

memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami penderita kanker

dan keluarganya, bukan hanya menyangkut masalah medis/biologis, tetapi juga masalah

psikis, sosial, dan spiritual. Perawatan paliatif membolehkan pasien di rawat di rumah

didampingi keluarga tercinta. Saat di rawat di rumah, pasien biasanya akan merasa lebih

nyaman dan bisa membantu meringankan beban dan pikiran sehingga lebih siap

menghadapi penyakitnya.

Day Care

Day care merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak memerlukan rawat inap,

misalnya perawatan luka, kemoterapi, dsb.

Respite Care

Respite Care merupakan layanan yang bersifat psikologis. Di sini penderita maupun

keluarganya dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan

penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, atau sekedar bersantai dan beristirahat.

Bisa juga menitipkan penderita kanker (selama jam kerja), jika pendamping atau

keluarga yang merawatnya ada keperluan lain.

Pengobatan yang diberikan pada pasien ini bersifat simptomatik seperti analgesik

contohnya morfin untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengurangi penderitaan, cairan IV

untuk hidrasi, pemberian komponen darah jika terjadi perdarahan. Selain itu, nutrisi pasien

20

Page 21: Makalah for 5 Fix

juga perlu diperhatikan, jika masih memungkinkan, nutrisi diberikan per oral, namun jika

tidak memungkinkan, dapat diberikan parenteral atau enteral. Selain itu, dapat diberikan

tanda DNR (do not resuscitate)/ AND (allow natural death) - hanya tindakan untuk

kenyamanan, pada status pasien.5

G. DAMPAK HUKUM

Dampak hukum yang muncul dapat dilihat dari kewajiban dan hak yang dimiliki oleh

dokter serta hubungannya dengan pasien saat seorang dokter mengambil keputusan.

Dalam menjalankan kewajibannya, seorang dokter wajib menjaga rahasia kedokteran

sesuai dengan pasal 322 KUHP dan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966. Pasal 322

mengatur siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan

atau pencahariannya, baik sekarang atau dahulu, bila membuka rahasia akan di penjara paling

lama 9 bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah, sedangkan PP No. 10 tahun

1966 berisi tentang definisi rahasia kedokteran dan siapa saja yang diwajibkan menyimpan

rahasia tersebut.

Namun, profesi dokter juga perlu mendapatkan jaminan perlindungan hukum dalam

rangka memberikan kepastian dalam melakukan upaya kesehatan kepada pasien, peraturan

perundang-undangan yang memberikan dasar perlindungan hukum bagi dokter, yaitu :1

1. Pasal 50 UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran yaitu dokter

memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur operasional

2. Pasal 27 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yaitu bahwa tenaga kesehatan

berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan profesinya

21

Page 22: Makalah for 5 Fix

3. Pasal 24 PP No 32 tahun 1996 yaitu perlindungan hukum diberikan kepada tenaga

kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga

kesehatan.

Tindakan medik terhadap pasien diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No

585/MenKes/Per/XI/1989 tentang persetujuan tindakan medik. Dampak hukum yang

mungkin timbul dari keputusan dokter diantaranya jika dokter melakukan tindakan medis

tanpa pemberitahuan dan penjelasan kepada pasien terlebih dahulu/tanpa informed consent

maka dokter dapat dikenakan dengan pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dan jika dengan

sengaja tidak membuat rekam medis maka akan dipidana sesuai pasal 79 UU Praktik

Kedokteran. 6

22

Page 23: Makalah for 5 Fix

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan, sebagai dokter yang bermatabat tidak hanya berpegang pada keilmuan

saja tetapi harus mempunyai etika dalam memutuskan suatu tindakan. Seorang dokter harus

memahami kaidah etika profesi kedokterannya serta harus mengetahui apa hak dan

kewajibannya. Seorang dokter juga harus paham hak dan kewajiban pasien, seperti pada

kasus ini jika pasien tersebut hanya meminta pengobatan yang minimal, dokter tidak boleh

melarangnya namun sebelumnya dokter tersebut wajib memberikan segala informasi

mengenai penyakit pasien baik terapi alternative maupun resikonya. Jika dokter dapat

mengambil keputusan medis dan keputusan etis dengan baik dan cermat maka hubungan

pasien dan dokter akan tercipta sesuai apa yang diharapkan. Selain itu, pada kasus kali ini

prosedur terapi untuk pasien ini dapat berupa home care, day care dan repetitive care namun

dengan seizin pasien yang dapat sesuai dengan rekam medis dan tertulis dalam informed

consent serta berjalan sesuai dengan perundang – undangan negara ataupun kode etik

kedokteran.

23

Page 24: Makalah for 5 Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Bertens K. Etika Biomedis. Yogyakarta: Kanisius; 2011, p. 27-36

2. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Yayasan bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; 2001. p.6-7

3. Wiradharma D. Etika Profesi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.

2008. p. 36-8, 80-84

4. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta:

Pustaka Dwipar; 2007. p. 79-8

5. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses

Penyelidikan. Jakarta: Sagung Seto. 2011. p. 243-55

6. Nuryanto A, Harun, Wardiono K. 2012. Model Perlindungan Hukum Profesi Dokter.

Available at: http://jurisprudence-journal.org/2012/06/model-perlindungan-hukum-

profesi-dokter/. Accessed on April 15th 2013.

24