BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan...

17
43 BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA UNTUK TATA GUNA LAHAN PERMUKIMAN DAERAH PENELITIAN 4.1. ANALISIS GEOMORFOLOGI 4.1.1 Pola Aliran Sungai dan Tipe Genetik Sungai Interpretasi pola aliran dapat mudah dilakukan dengan pemanfaatan data penginderaan jauh baik citra foto ataupun nonfoto. Terlebih data penginderaan jauh streoskopis (foto udara) dengan menampakkan tiga dimensi yang akan memunculkan hasil yang maksimal. Citra satelit yang paling baik digunakan untuk mengetahui pola aliran adalah citra radar yang menghasilkan kenampakan tiga dimensi yang paling baik. Pola aliran sungai yang berkembang pada daerah penelitian adalah pola dendritik dan sentrifugal-trelis. Pola aliran dendritik ini mempunyai ciri seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengah arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur. Pola ini juga mempunyai kemiringan yang relatif landai. Pada daerah penelitian, pola dendritik ini dapat dijumpai di bagian utara peta. Pola aliran sungai sentrifugal mempunyai ciri aliran dari satu titik menuju ke keliling luar titik tersebut. Disebut juga radial sentrifugal. Pola ini dapat mencirikan suatu bentukan bukit hasil erosional. Kemiringan bukit tersebut relatif sama ke semua arah. Selain itu juga terlihat pola trelis, dimana terdapat banyak sekali anak sungai utama yang mengalir mengikuti jurus lapisan (Thornbury, 1969). Pola ini biasa terdapat pada perbukitan lipatan. Pada daerah ini, pola sentrifugal-trelis dapat dijumpai di tengah peta (Gambar 4.1). Tipe genetik sungai di daerah penelitian ini didominasi oleh tipe subsekuen. Sungai tipe subsekuen adalah sungai yang mengalir mengikuti arah jurus perlapisan batuan pada daerah dengan batuan yang kurang resisten (Davis, 1902; dalam Thornbury 1969). Tipe ini terdapat pada Sungai Cibalandongan, cabang hulu Sungai Cikuya, cabang hulu Sungai Cirendeuy, dan sungai-sungai di Gunung Gantungan dan Canggah.

Transcript of BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan...

Page 1: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

43

BAB IV

ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA UNTUK

TATA GUNA LAHAN PERMUKIMAN DAERAH PENELITIAN

4.1. ANALISIS GEOMORFOLOGI

4.1.1 Pola Aliran Sungai dan Tipe Genetik Sungai

Interpretasi pola aliran dapat mudah dilakukan dengan pemanfaatan data

penginderaan jauh baik citra foto ataupun nonfoto. Terlebih data penginderaan jauh

streoskopis (foto udara) dengan menampakkan tiga dimensi yang akan memunculkan

hasil yang maksimal. Citra satelit yang paling baik digunakan untuk mengetahui pola

aliran adalah citra radar yang menghasilkan kenampakan tiga dimensi yang paling baik.

Pola aliran sungai yang berkembang pada daerah penelitian adalah pola

dendritik dan sentrifugal-trelis. Pola aliran dendritik ini mempunyai ciri seperti

percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengah arah dan sudut yang beragam.

Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur. Pola ini juga

mempunyai kemiringan yang relatif landai. Pada daerah penelitian, pola dendritik ini

dapat dijumpai di bagian utara peta.

Pola aliran sungai sentrifugal mempunyai ciri aliran dari satu titik menuju ke

keliling luar titik tersebut. Disebut juga radial sentrifugal. Pola ini dapat mencirikan

suatu bentukan bukit hasil erosional. Kemiringan bukit tersebut relatif sama ke semua

arah. Selain itu juga terlihat pola trelis, dimana terdapat banyak sekali anak sungai

utama yang mengalir mengikuti jurus lapisan (Thornbury, 1969). Pola ini biasa terdapat

pada perbukitan lipatan. Pada daerah ini, pola sentrifugal-trelis dapat dijumpai di tengah

peta (Gambar 4.1).

Tipe genetik sungai di daerah penelitian ini didominasi oleh tipe subsekuen.

Sungai tipe subsekuen adalah sungai yang mengalir mengikuti arah jurus perlapisan

batuan pada daerah dengan batuan yang kurang resisten (Davis, 1902; dalam Thornbury

1969). Tipe ini terdapat pada Sungai Cibalandongan, cabang hulu Sungai Cikuya,

cabang hulu Sungai Cirendeuy, dan sungai-sungai di Gunung Gantungan dan Canggah.

Page 2: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

44

Gambar 4.1 Pola aliran sungai dan tipe genetik sungai.

4.1.2 Pola Kelurusan

Pola kelurusan dapat mengindikasikan arah tegasan utama yang bekerja di

daerah penelitian. Dari peta Digital Elevation Model (DEM), dianalisis 120 data

kelurusan bukit dan sungai yang kemudian dibuat diagram rosetnya. Hasilnya adalah

kelurusan dominan pada arah baratlaut-tenggara (Gambar 4.2). Hal ini mengindikasikan

bahwa pernah ada tegasan utama berarah baratdaya-timurlaut yang bekerja di daerah

penelitian.

Keterangan: K : Konsekuen S : Subsekuen O : Obsekuen

Page 3: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

45

Gambar 4.2 (a) Pola dan (b) Diagram Roset Kelurusan Punggungan dan Sungai Daerah

Kertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011)

4.1.3 Satuan Geomorfologi

Berdasarkan klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Brahmantyo dan Bandono, 2006),

daerah penelitian dapat dibagi menjadi lima satuan geomorfologi yaitu: (Lampiran Peta-

II).

4.1.3.1 Satuan Lembah Sinklin Kertasari

Satuan ini mencakup 50% dari luas daerah penelitian, memiliki ketinggian 40 -

150 m di atas permukaan laut. Pada peta geomorfologi, satuan ini diberi warna ungu.

Satuan ini menempati bagian baratlaut, tengah, hingga selatan daerah penelitian yang

dicirikan oleh topografi yang relatif melandai. Satuan ini memiliki relief sedang dengan

kemiringan lapisan antara 8° - 75°. Proses geomorfik yang berkembang pada satuan ini

adalah pelapukan dan erosi lateral sungai.

Satuan geomorfologi ini disusun oleh litologi perselingan batupasir-batulanau

dengan resistensi yang cukup rendah terhadap proses geomorfik sehingga

memungkinkan membentuk relief yang relatif melandai (Foto 4.1).

a

b

Page 4: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

46

Foto 4.1. Satuan Lembah Sinklin Pamedaran bagian selatan (garis kuning) Diambil dari puncak Gunung Canggah ke arah baratdaya

Sungai yang mengalir pada satuan ini umumnya memiliki pola aliran

trelis, dengan anak sungai yang mengalir searah jurus lapisan, yang mengindikasikan

adanya struktur lipatan. Hal itu sesuai dengan pengamatan struktur kedudukan batuan

yang mengindikasikan adanya struktur sinklin dengan sumbu berarah timurlaut-

tenggara.

4.1.3.2 Satuan Perbukitan Sinklin Pamedaran

Satuan Perbukitan Sinklin Pamedaran menempati 20% dari wilayah penelitian.

Berada pada bagian tengah daerah penelitian dengan ketinggian 150 - 359 m di atas

permukaan laut. Pada peta geomorfologi, satuan ini diberi warna krem. Satuan ini

memiliki bentuk morfologi berupa perbukitan dengan ciri kontur rapat. Satuan ini

memiliki kemiringan lereng yang terjal (Foto 4.2). Bagian tengah satuan ini sedikit

membentuk lembah karena pengaruh erosi sungai yang kuat. Erosi kuat ini terjadi

karena daerah tengah tersebut merupakan sumbu sinklin yang memiliki banyak zona

lemah.

Page 5: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

47

Satuan geomorfologi ini disusun oleh batuan breksi volkanik yang sangat rentan

terhadap erosi. Proses yang berkembang pada satuan ini adalah longsoran batuan dan

pelapukan akibat vegetasi.

Foto 4.2. Satuan Perbukitan Sinklin Pamedaran (garis kuning) Diambil dari arah jalan raya Kertasari mengarah ke timur.

Sungai yang mengalir pada satuan ini memiliki pola aliran sentrifugal-trelis yang

mengindikasikan bentukan bukit erosional dan pengaruh struktur lipatan.

4.1.3.3 Satuan Dataran Denudasional Kertasari

Satuan geomorfologi ini (Foto 4.3) mencakup 25% dari luas daerah penelitian,

berada pada ketinggian sekitar 40 – 100 m di atas permukaan laut. Pada peta

geomorfologi, satuan ini diberi warna biru muda yang menempati wilayah utara peta.

Satuan ini dicirikan oleh dataran yang sedikit bergelombang dengan persen lereng rata-

rata 10% dan pola kontur yang cukup renggang.

Satuan geomorfologi ini disusun oleh batulempung yang memiliki resistensi

rendah terhadap proses erosi. Bentukan bukit-bukit kecil diperkirakan karena pengaruh

adanya konkresi karbonat yang membuat litologi lebih resisten. Proses geomorfik yang

berkembang pada satuan ini adalah pelapukan, longsoran, dan erosi lateral sungai.

Page 6: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

48

Foto 4.3. Satuan Dataran Denudasional Kertasari (garis kuning) Diambil dari Gunung Gantungan, mengarah ke utara.

4.1.3.4 Satuan Dataran Aluvial Kertasari

Satuan geomorfologi ini meliputi 5% dari keseluruhan luas daerah penelitian,

dan berada pada ketinggian 5 – 40 meter di atas permukaan laut. Pada peta

geomorfologi, wilayah ini diberi warna abu-abu dan menempati bagian barat daya,

timur, dan utara peta. Satuan ini secara umum dicirikan oleh dataran yang landai. (Foto

4.4). Proses geomorfik yg berkembang adalah erosi lateral serta sedimentasi sungai.

Foto 4.4 Satuan Dataran Aluvial Kertasari Diambil dari Gunung Canggah mengarah ke baratdaya

Satuan geomorfologi ini disusun oleh aneka jenis batuan dengan ukuran

lempung hingga bongkah yang belum terkonsolidasi, berupa batuan beku dan batuan

sedimen yang dihasilkan dari hasil erosi hulu sungai.

Page 7: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

49

4.1.4 Tahapan Geomorfik Daerah penelitian termasuk ke dalam tahapan geomorfik dewasa karena terdapat

inverted topography (Thornbury, 1969) yaitu perbukitan sinklin. Massa batuan pada

bagian lembah telah habis tererosi. Proses erosi seperti ini memakan waktu yang lama,

oleh karena itu daerah penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam tahapan geomorfik

dewasa.

Tahapan geomorfik daerah penelitian tidak dideduksi dari bentukan

lembah/sungai karena deduksi itu hanya berlaku untuk cakupan regional (Thornbury,

1969).

4.2 APLIKASI UNTUK TATA GUNA LAHAN PERMUKIMAN Lahan atau tanah merupakan sumberdaya fisik wilayah utama yang sangat

penting untuk diperhatikan dalam perencanaan tata guna lahan. Perencanaan tata guna

lahan sangat diperlukan karena jumlah lahan terbatas dan merupakan sumberdaya yang

hampir tidak terbaharui, sedangkan jumlah manusia yang memerlukan lahan terus

bertambah. Selain itu, penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya

dapat menyebabkan kerusakan lahan.

Evaluasi lahan diperlukan karena sifat lahan beragam, sehingga perlu

dikelompokkan ke dalam satuan-satuan yang lebih seragam. Keragaman ini

memengaruhi jenis-jenis penggunaan lahan yang sesuai untuk masing-masing satuan

lahan. Keragaman ini bersifat sistematik sehingga dapat dipetakan. Kesesuaian lahan

untuk penggunaan tertentu dapat dievaluasi dengan ketepatan tinggi bila data yang

diperlukan untuk evaluasi cukup tersedia dan berkualitas baik. (Hardjowigeno dan

Widiatmaka, 2006).

Daerah penelitian sangat berpotensi untuk menjadi pusat permukiman karena

letaknya dekat (±2 km) dengan waduk Malahayu yang sedang dikembangkan menjadi

obyek wisata. Untuk itu diperlukan evaluasi lahan untuk permukiman agar

pembangunan permukiman ke depannya dapat lebih optimal.

Evaluasi tata guna lahan untuk kawasan permukiman daerah penelitian dapat

dilakukan dengan analisis geomorfologi yang diolah lebih lanjut dengan sistem

Page 8: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

50

informasi geografis. Data-data yang diperlukan adalah data spasial dari litologi,

geomorfologi, kemiringan lahan, kebasahan lahan, dan tutupan lahan.

4.2.1 Aplikasi Metode Proses Hirarki Analitik

Kelima data spasial tersebut di atas menjadi lima parameter tersendiri yang akan

ditumpang-susun dengan perhitungan nilai bobot (weighted overlay). Metode

pembobotan yang digunakan adalah metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Metode

PHA ini digunakan untuk menentukan bobot dan nilai maksimum untuk jumlah semua

parameter yang diperoleh dari penilaian perbandingan antarparameter. Perbandingan ini

disusun dalam matriks perbandingan atau matriks pairwise comparison.

Penilaian matriks didasarkan oleh tingkat keberpengaruhan suatu nilai dalam

penentuan tata guna lahan. Tidak ditemukan referensi mengenai penggunaan

parameter-parameter sejenis untuk evaluasi lahan permukiman dengan metode ini. Oleh

karena itu, penentuan nilai pada analisis ini didasarkan oleh pengamatan penulis akan

tingkatan signifikansi pengaruh masing-masing parameter terhadap penggunaan lahan

permukiman. Makin besar biaya yang diperlukan untuk merekayasa lahan akibat

kekurangan yang diakibatkan oleh suatu parameter, makin tinggi nilai parameter

tersebut. Sebagai contoh, parameter slope memiliki nilai tertinggi karena rekayasa

pondasi rumah pada lahan miring memakan biaya besar. Belum lagi resiko terkena

bencana longsor.

Tabel 4.1. Matriks Perbandingan antarparameter Evaluasi Lahan

Setelah dihitung nilai pada matriks perbandingan, keseluruhan nilai dijumlahkan

perkolom parameter. Total perkolom ini akan digunakan sebagai pembagi dari nilai-

nilai pada matriks perbandingan, yang kemudian akan disusun pada matriks berikutnya

Page 9: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

51

yaitu matriks normalisasi. Tabel 4.2 memperlihatkan matriks normalisasi yang

digunakan dalam penelitian ini.

Nilai-nilai yang telah dinormalisasi ini kemudian dijumlahkan dan dirata-ratakan

perbaris parameternya. Nilai inilah yang dinamakan bobot prioritas, yang merupakan

kunci dari metode PHA ini. Bobot prioritas ini nantinya digunakan dalam metode

weighted overlay kelima jenis data spasial.

Tabel 4.2 Matriks Normalisasi Parameter Evaluasi Lahan

Konsistensi perbandingan antar matriks diuji dengan melakukan pengujian rasio

konsistensi. Pengujian ini dimulai dengan mengetahui princial eigen value maksimum.

Hal tersebut didapatkan dengan prinsip perkalian matriks, yaitu baris dikali kolom.

Hasil perkalian tersebut akan menghasilkan matriks nilai eigen. Tahap selanjutnya

adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan pembagian antara matriks

nilai eigen dengan tiap elemen matriks bobot prioritas pada baris yang sama. Matriks

principal eigen yang telah didapat berupa matriks n baris dan 1 kolom yang selanjutnya

matriks tersebut dirata-ratakan. Nilai rata-rata ini merupakan principal eigen value

maksimum (λmaks). Berikut ini adalah perhitungan principal eigen value maksimum

(Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Matriks Principal Eugen Value

1 3 5 5 7 0,468370591 2,651817

0,33333 1 3 5 7 0,279332453 1,608746

0,2 0,33333 1 0,33333 3 X 0,086078347 = 0,44022

0,2 0,2 3 1 3 0,124236703 0,657958

0,14286 0,14286 0,33333 0,33333 1 0,041981907 0,218903

Page 10: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

52

2,651817 : 0,468370591 = 5,661791325

1,608746 : 0,279332453 = 5,759253212

0,44022 : 0,086078347 = 5,11417689

0,657958 : 0,124236703 = 5,296003982

0,218903 : 0,041981907 = 5,214224296

Ʃ = 27,04544971

λmaks = 27,04544971 : 5 = 5,409089941

Tahap selanjutnya adalah penentuan indeks konsistensi dengan menggunakan

rumus λmaks – n/n-1. Dengan didapatkannya indeks konsistensi maka akan didapat juga

rasio konsistensi yang merupakan pembagian indeks konsistensi dengan Random

Indeks. Untuk jumlah parameter yang digunakan 5 buah, maka nilai RI adalah 1,12.

Indeks Konsistensi = λmaks – n/n – 1

= 5,409089941 – 5/5 – 1

= 0,102272485

Rasio Konsistensi = Indeks Konsistensi/Random Index

= 0,102272485/1,12

= 0,091314719 hasil cukup konsisten

Hasil pengujian rasio konsistensi mendapatkan nilai 0,091314719 yang

mempresentasikan nilai yang konsisten dari suatu matriks perbandingan. Menurut Saaty

(1988) nilai rasio konsistensi dapat dikatakan konsisten jika memliliki nilai kurang dari

0,1. Dengan demikian nilai rasio konsistensi penelitian dapat dikatakan memiliki nilai

yang cukup konsisten dan nilai dari bobot prioritas setiap parameter dapat

dipertanggungjawabkan.

4.2.2 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pengolahan data spasial menggunakan sistem informasi geografis sudah lazim

dilakukan pada perencanan tata guna lahan. Pada penelitian ini, SIG digunakan untuk

pengolahan data spasial mulai dari awal hingga penggabungan kelima data tersebut.

Perangkat lunak yang digunakan antara lain Global Mapper 10, Er Mapper 7.0, dan

ArcGIS 9.3.

Page 11: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

53

Data spasial litologi dan geomorfologi diwakili oleh peta geologi (Lampiran

Peta-III) dan peta geomorfologi (Lampiran Peta-II). Kedua peta ini disusun berdasarkan

pengamatan langsung di lapangan dan juga pengamatan peta topografi dan peta Digital

Elevation Model. Peta kemiringan lahan (Gambar 4.3) dimodifikasi dari peta DEM. Dua

peta lainnya yaitu peta kebasahan lahan (Gambar 4.4) dan tutupan lahan (Gambar 4.5)

dibuat dari modifikasi citra satelit Landsat ETM+ 8 band dari USGS (2003) dengan

band 3 dan 4 sebagai data olahan. Citra yang beratribut 8 band diolah dengan

menggunakan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Pengolahan

data dengan metode NDVI menggunakan perangkat lunak Er Mapper. Metode NDVI

memakai data olahan band 4 dari satelit Landsat ETM+ yang memiliki kemampuan

mendeteksi survei biomassa dan delineasi tubuh air, sedangkan band 3 memiliki

kemampuan aplikasi membedakan tingkat absorbs klorofil pada vegetasi (Saputra,

2010).

4.2.3 Pengolahan Data

4.2.3.1 Litologi

Litologi daerah penelitian terdiri dari perselingan batupasir-batulanau, breksi

volkanik, dan batulempung. Untuk evaluasi lahan permukiman, urutan nilai litologi dari

yang terbaik adalah perselingan batupasir-batulanau, breksi volkanik, dan batulempung.

Litologi perselingan batupasir-batulanau merupakan litologi yang dapat menghasilkan

zona akifer yang optimal. Litologi breksi andesit pun banyak dipakai sebagai bahan

fondasi bangunan. Sedangkan batulempung dikenal luas sebagai material yang kurang

baik untuk fondasi bangunan karena volumenya dapat mengembang jika basah, hal ini

sesuai dengan pernyataan Hardiyatmo (2002) tentang mineral lempung montmorilonit

dan ilit.

4.2.3.2 Geomorfologi

Satuan geomorfologi daerah penelitian telah dijelaskan pada subbab

sebelumnya. Urutan nilai terbaik berdasarkan relief topografi dan tingkat erosinya.

Lembah Sinklin Pamedaran diberi nilai tertinggi karena relief topografinya halus hingga

sedang, dengan tingkat erosi yang paling rendah. Dilanjutkan dengan Satuan Dataran

Denudasional Kertasari yang memiliki relief topografi yang juga halus hingga sedang,

Page 12: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

54

namun di satuan ini terlihat banyak sekali longsoran yang rapuh. Dilanjutkan dengan

Satuan Perbukitan Sinklin Pamedaran yang memiliki relief topografi terjal, juga banyak

ditemukan longsoran tebing dengan bongkahan yang dinilai membahayakan. Terakhir

ialah Satuan Dataran Aluvial Kertasari yang diberi nilai terendah karena rawan terkena

limpasan banjir dari sungai dan tingkat erosi lateralnya yang signifikan.

4.2.3.3 Kemiringan Lereng

Peta ini (Gambar 4.3) dibuat berdasarkan pengelasan persen lereng Zuidam

(1983). Persen lereng di daerah penelitian berkisar dari 0% hingga 140%. Untuk

evaluasi lahan permukiman, semakin kecil nilai persen lereng semakin baik nilainya.

Hal ini sesuai dengan persyaratan fisik kawasan perdesaan yaitu terletak pada lahan

yang bermorfologi datar-landai dengan kemiringan lahan 0-8% tanpa rekayasa teknis

(Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 2004).

Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Daerah Kertasari dan Sekitarnya

Page 13: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

55

4.2.3.4 Kebasahan Lahan

Tingkat kebasahan lahan daerah penelitian terbagi dalam 5 zona yaitu zona

mengalir, merembes, basah, lembab, dan kering (Gambar 4.4). Kawasan permukiman

yang ideal tentunya harus dekat dengan sumber air, namun juga tidak tepat berada di

zona mengalir atau merembes. Untuk itu, urutan zona dari nilai terbaik adalah zona

lembab, zona basah, zona merembes, zona kering, dan zona mengalir.

4.2.3.5 Tutupan Lahan

Tingkat tutupan lahan daerah penelitian terbagi dalam 4 zona yaitu zona lahan

rapat, lahan sedang, lahan jarang, dan lahan gundul (Gambar 4.5). Berdasarkan

penjelasan Pasal 13 ayat (5) PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah,

Gambar 4.4 Peta Kebasahan Lahan Daerah Kertasari dan Sekitarnya

Page 14: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

56

Gambar 4.5 Peta Tutupan Lahan Daerah Kertasari dan Sekitarnya

pedoman teknis penggunaan tanah bertujuan untuk menciptakan penggunaan dan

pemanfaatan tanah yang lestari, optimal, serasi dan seimbang di wilayah pedesaan.

Untuk itu, kawasan permukiman sebisa mungkin tidak mengganggu lahan dengan

tutupan yang rapat. Selain itu, biaya pembangunan juga akan semakin mahal. Oleh

karena itu, zona lahan rapat diberi nilai terburuk dan zona lahan gundul diberi nilai

terbaik.

4.2.4 Peta Rekomendasi Tata Guna Lahan Permukiman

Kelima peta tersebut di atas kemudian ditumpang-susun dengan pembobotan

nilai yang telah dihitung berdasarkan metode PHA. Perangkat lunak yang digunakan

adalah ArcGIS 9.3. Hasil dari tumpang-susun berbobot ini adalah Peta Rekomendasi

Tata Guna Lahan Permukiman (Gambar 4.6 dan Lampiran Peta-IV).

Terdapat 4 zona hasil evaluasi tata guna lahan permukiman di daerah penelitian,

yaitu Zona Sangat Layak, Zona Layak, Zona Kurang Layak, dan Zona Tidak Layak

(karena kerapatan kontur ketinggian yang berwarna hitam, Zona Tidak Layak yang

berwarna merah tidak begitu terlihat.). Zona Sangat Layak meliputi 40% daerah

Page 15: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

57

penelitian, tersebar di utara dan timur daerah penelitian. Kelemahan beberapa zona ini

ialah litologi batulempung. Disarankan untuk menguatkan tanah dengan campuran

batugamping gerusan (Al-Khashab dan Al-Hayalee, 2008) atau melakukan kompaksi

permukaan (Bergado, dkk, 1996).

Zona Layak meliputi 30% daerah penelitian, tersebar di tengah daerah penelitian

dengan relief sedang. Kelemahannya adalah persen lereng yang dapat mencapai 30%.

Disarankan untuk melakukan sistem pemotongan tanah (cut and fill) atau menggunakan

pondasi berstruktur tangga (Frick dan Setiawan, 2001).

Zona Kurang Layak meliputi 25% daerah penelitian, tersebar di baratlaut,

tengah, dan utara daerah penelitian. Pada kenyataannya di lapangan, ada bagian zona ini

yang merupakan kawasan permukiman walau persen lerengnya mencapai 30%. Hal ini

disebabkan oleh faktor kedekatannya dengan jalan utama dan juga merupakan kawasan

terdekat dengan obyek wisata waduk Malahayu. Selain itu, daerah tersebut terdiri dari

litologi breksi volkanik yang cukup kuat sebagai pondasi bangunan. Disarankan hal-hal

yang sama seperti pada Zona Layak. Daerah yang jauh dari obyek wisata baiknya

dijadikan kawasan budidiya seperti perkebunan jati.

Zona Tidak Layak meliputi 5% daerah penelitian, tersebar di tengah daerah

penelitian pada puncak gunung dengan relief yang sangat terjal. Daerah ini memang

selayaknya menjadi kawasan hutan lindung untuk menjaga keseimbangan dan

kelestarian alam juga menyokong kehidupan masyarakat sekitar. Contohnya, untuk

mencegah longsor, mempertahankan kualitas udara, dan menjaga asupan sumber daya

airtanah.

Page 16: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

58

Gambar 4.6 Peta Rekomendasi Tata Guna Lahan Permukiman Daerah

Kertasari dan Sekitarnya

4.2.5 Validasi Lapangan

Foto 4.5 dan 4.6 memperlihatkan validasi lapangan untuk klasifikasi Zona

Rekomendasi Tata Guna Lahan Permukiman di bagian baratdaya daerah penelitian.

Foto ini memberi gambaran akan fungsi lahan nyata di lapangan. Zona Tidak Layak

memang bukan digunakan sebagai kawasan permukiman, melainkan untuk hutan

lindung. Hutan lindung berfungsi untuk menjaga kelestarian alam guna menyokong

kehidupan masyarakat sekitar.

Zona Kurang Layak juga bukan digunakan untuk kawasan permukiman,

melainkan untuk perkebunan jati dan sawah terasering. Zona Layak dan Sangat Layak

di Foto 4.5 digunakan sebagai persawahan. Zona Sangat Layak dan Zona Layak di Foto

4.6 digunakan sebagai kawasan permukiman yaitu Desa Kertasari.

Zona Sangat Layak

Zona Layak

Zona Kurang Layak

Zona Tidak Layak

Page 17: BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA · PDF fileKertasari dan Sekitarnya (menggunakan software Dips versi 5.1, 2011) ... adalah menentukan principal eigen dengan cara melakukan

59

Foto 4.5 Validasi Lapangan: Klasifikasi Zona Rekomendasi Tata Guna Lahan

Permukiman. Diambil dari S. Cibalandongan ke arah timurlaut.

Foto 4.6 Validasi Lapangan: Klasifikasi Zona Rekomendasi Tata Guna Lahan

Permukiman. Diambil dari G. Canggah ke arah baratdaya.

Zona Tidak Layak

Zona Kurang Layak

Zona Layak dan Sangat

Layak

Zona Layak dan Sangat Layak

Desa Kertasari