BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP …eprints.ums.ac.id/47764/23/BAB IV.pdf · 4.3.1.Analisa...

44
63 BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN 4.1. Gagasan Perancangan 4.1.1.Fungsi Wisma Atlet Penyadang cacat di Surakarta 1. Membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani melalui pembinaan olahraga. 2. Meningkatkan prestasi olahraga bagi penyandang cacat di Surakarta dan Indonesia. 3. Memberi perlindungan kepada anggota dan Atlet penyandang cacat. 4. Pembinaan kesejahteraan, keadilan dan kehormatan Atlet penyandang cacat. 4.1.2.Sasaran dan Lingkung Pelayanan Gagasan dari perencanaan dan perancangan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah sabagai wadah untuk menapung dan meningkatkan potensi dan prestasi bagi para penyandang cacat dan Atlet penyandang cacat di Kota Surakarta dan Indonesia. 4.2. Analisa Pemilihan Site 4.2.1.Kriteria Pemilhan Site Kriteria yang dijadikan pedoman untuk menganalisa pemilihan site adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Lahan (Land Use) Kesesuaian fungsi lahan menurut RUTRK Kota Surakara. 2. Ketersedian Lahan Ketersedian lahan yang baik, cukup luas dan cukup menampung berbagai ruang dan aktifitas yang menunjang fungsi - fungsi didalamnya. 3. Ketersediaan Infrastruktur Site terletak pada daerah yang mempunyai fasilitas sarana dan prasarana penunjang serta fasilitas kebutuhan pokok yang lain seperti jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon dan saluran pembuangan air kotor.

Transcript of BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP …eprints.ums.ac.id/47764/23/BAB IV.pdf · 4.3.1.Analisa...

63

BAB IV

ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN

4.1. Gagasan Perancangan

4.1.1.Fungsi Wisma Atlet Penyadang cacat di Surakarta

1. Membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani melalui pembinaan

olahraga.

2. Meningkatkan prestasi olahraga bagi penyandang cacat di Surakarta dan

Indonesia.

3. Memberi perlindungan kepada anggota dan Atlet penyandang cacat.

4. Pembinaan kesejahteraan, keadilan dan kehormatan Atlet penyandang

cacat.

4.1.2.Sasaran dan Lingkung Pelayanan

Gagasan dari perencanaan dan perancangan Wisma Atlet

penyandang cacat di Surakarta adalah sabagai wadah untuk menapung dan

meningkatkan potensi dan prestasi bagi para penyandang cacat dan Atlet

penyandang cacat di Kota Surakarta dan Indonesia.

4.2. Analisa Pemilihan Site

4.2.1.Kriteria Pemilhan Site

Kriteria yang dijadikan pedoman untuk menganalisa pemilihan site adalah

sebagai berikut :

1. Fungsi Lahan (Land Use)

Kesesuaian fungsi lahan menurut RUTRK Kota Surakara.

2. Ketersedian Lahan

Ketersedian lahan yang baik, cukup luas dan cukup menampung

berbagai ruang dan aktifitas yang menunjang fungsi - fungsi

didalamnya.

3. Ketersediaan Infrastruktur

Site terletak pada daerah yang mempunyai fasilitas sarana dan

prasarana penunjang serta fasilitas kebutuhan pokok yang lain seperti

jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon dan saluran

pembuangan air kotor.

64

4. Pencapaian

Site terletak pada daerah kawasan yang strategis sehingga memudahkan

akses menuju lokasi dari berbagai arah dan mempunyai jalur

transportasi umum.

5. Kondisi Tanah

Kondisi tanah yang tidak berkontur dan kualitas yang baik sehingga

memudahkan dalam pembangunan.

6. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang baik dan mendukung aktifitas didalam

bangunan.

4.2.2.Altenatif Site

Bedasarkan pertimbangan diatas, maka ditentukan beberapa

Alternaftis Site yang memiliki keleihan dan kekurangan sendiri - sendiri.

Pemilihan Altrnatif Site akan di pergunakan dalam perencanaan dan

perancangan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta.

1. Alternaif 1

Alernatif Site Pertama berada di Jl Sumpah Pemuda, Kadipiro,

Banjarsari, Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut :

a. Terdapat dalam SWP IX, yang merupakan zona Industri dan

Pendidikan.

b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Utara.

c. Topografi tanah Tidak Berkontur

d. Kebisingan Tinggi

e. Pencapai jauh dari fasilitas Olahraga

65

Gambar 4.1: Lokasi Alternaif Site 1

(Sumber : Googlemaps, 2016)

Batasan Lokasi :

Utara : Rusunawa Milier AD

Selatan : Univesitas Slamet Riyadi Surakarta (UNISRI) dan Jl.

Ringroad Solo.

Timur : Pemukiman Penduduk

Barat : Pemukiman Penduduk

2. Altenatif 2

Alernatif Site kedua berada di Jl. Kahuripan Utara, Sumber, Banjarsari,

Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut :

a. Terdapat dalam SWP VII, yang merupakan zona Perumahan.

b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Utara.

c. Topografi tanah Tidak Berkontur

d. Kebisingan Sedang

e. Pencapai jauh dari fasilitas Olahraga

Site

66

Gambar 4.2 : Lokasi Alternaif Site 2

(Sumber : Googlemaps, 2016)

Batasan Lokasi :

Utara : Pemukiman Penduduk dan Persawahan

Selatan : Pemukiman Penduduk dan Persawahan

Timur : Pemukiman Penduduk

Barat : Pemukiman Penduduk

3. Altenatif 3

Alernatif Site ketiga berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari ,

Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut :

a. Terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Pariwisata, Olahraga

dan Perdagangan

b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Barat.

c. Topografi tanah Tidak Berkontur

d. Kebisingan Sedang

e. Pencapai dekat dari fasilitas Olahraga

Site

67

Gambar 4.3: Lokasi Alternaif Site 3

(Sumber : Googlemaps, 2016)

Batasan Lokasi :

Utara : Pemukiman Penduduk

Selatan : Jalur Rel Kereta Api dan Pemukiman Penduduk

Timur : Pemukiman Penduduk

Barat : Pemukiman Penduduk

4.2.3.Penilaian Dalam Pemilihan Site

Penilaian Lokasi yang dipilih sebagai lokasi bangunan Wisma Atlet

penyandang cacat di Surakarta adalah sebagai berikut :

Tabel IV. 1: Skala Prioritas Kriteria Pemilihan Site

No Kriteia Bobot

1 Fungsi Kawasan 4

2 Kondisi Lahan 3

3 Kondisi Tanah 2

4 Kondisi Lingkungan 3

5 Ketersediaan Infrastuktur 4

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

68

Keterangan bobot kriteria :

Sangat mendukung :4

Mendukung :3

Cukup mendukung :2

Kurang mendukung :1

4.2.4.Penentuan Pemilihan Site

Berdasarkan ketiga Alternatif Site di atas yang berada di Area

SWP IX, SWP VII dan SWP IV . Penentuan lokasi site dilakukan dengan

penilaian berdasarkan potensi lokasi dan kriteria - kriteria yang telah

ditentukan. Hasil yang dipilih merupakan potensi site yang lebih

mewadahi dan potensial untuk perencanaan Wisma Atlet penyandang

cacat di Surakarta. Berikut ini adalah tabel penilaian untuk menentukan

lokasi site :

Tabel IV. 2 : Hasil Penilaian Kriteria Pemilihan Site

Krtieria

Alternaif Site 1 Alternatif Site 2 Alternatif Site 3

Skala

Priritas

Range

Hasil

Hasil Skala

Priritas

Range

Hasil

Hasil Skala

Priritas

Range

Hasil

Hasil

Fungsi

Kawasan 4 3 12 4 3 12 4 4 16

Kondisi

Lahan 3 3 9 3 3 9 3 3 9

Kondisi

Tanah 2 4 8 2 4 8 2 4 8

Kondisi

Lingkungan 3 3 9 3 4 12 3 3 9

Ketersediaan

Infrastuktur 4 3 12 4 3 12 4 4 16

Jumlah 50 53 58

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Ketrangan :

Sangat Baik : 4

Baik : 3

Cukup : 2

Kurang : 1

69

Berdasarkan analisa penilaian diatas, maka site yang paling tepat

untk di bangun sebagai Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah

Alternatif Site 3, yang berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari ,

Surakarta, yang terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Olahraga.

4.3. Analisa Program dan Kebutuhan Ruang

4.3.1.Analisa Kebutuhan Ruang

Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta didesain untuk para

Atlet - atlet penyandang cacat yang terbagi menjadi 17 (tujuh belas)

cabang olahraga yaitu : 1). Panahan, 2). Atletik, 3). Batminton, 4). Boccia,

5). Balap Sepeda, 6). Sepak Bola dengan 5 pemain, 7). Sepak Bola dengan

7 pemain, 8). Bola Gawang, 9). Judo, 10). Angkat Besi, 11). Bola Voly

(duduk), 12). Ranang, 13). Tenis Meja, 14). Taekwondo, 15). Bola Basket

Kursi Roda,16). Tenis Kusi Roda.

Tabel IV.3 : Analisa Kebutuhan Ruang

Jenis

Kegiatan

Aktifitas Kebutuhan Ruang

Pengelola Administrasi Direktur Parkir

Koordinasi Staf Labby

Menerima Tamu R. Direktur

Menyimpan Data R. Wakil Direktur

Rapat R. Sekertaris

Penyimpanan R. Kepala Bagian

MCK R. Tata Usaha

R. Humas

R. Arsip

R. Rapat

R. Informasi

R. Tamu

Gudang

70

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

Hunian Istirahat R. Tidur Atlet Type 1

Makan R. Tidur Atlet Type 2

Berkumpul R. Tidur Pelatih Type 1

MCK R. Tidur Pelatih Type 2

R. Tidur Tamu Type 1

R. Tidur Tamu Type 2

R. Bersama

Lobby

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

Penunjang Medis R. Fisioterapi

Pertemuan R. Terapi Sensor Integrasi

Membaca R. Radiologi

Penyimpanan Art Galeri

Menunggu Perpustakaan

MCK Masjid

R. Tunggu

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

Olahraga Pelatihan GOR atau Lap. Indoor

Pembelajaran R. Ganti Atlet

Penyimpanan R. Ganti Pelatih

Istirahat R. Kelas

Ganti Tribun

MCK R. Gym

Joging Trek

71

Gudang Peralatan

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

Servis Akomodasi Makan R. Makan

Karyawan Dapur

Petugas Kebersihan Food Court

Transportasi R. Cuci

ME R. Strika

MCK R. Office Boy / Karyawan

R. Cleaning Servis

R. Sopir Bis

R. PLN

R.Genset

R. Pompa

R. Operator CCTV

Gudang Umum

Garasi

Pos Keamanan

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

(Sumber :Analisa Penulis, 2016)

Keterangan :

Type 1 : Ruang atau fasilitas yang di peruntukan untuk pengguna berkursi roda.

Type 2 : Ruang atau fasilitas yang di peruntukan untuk pengguna tidak berkursi

roda atau umum.

4.3.2.Analisa Pola Kegiatan

Dalam proses kegiatan pada Wisma Atlet penyandang cacat di

Surakarta terdapat beberapan koponen unsur kegiatan yaitu :

72

1. Pola Kegiatan Pengelola

Gambar 4. 4 : Analisa Kegiatan Pengelola

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

2. Pola Kegiatan Pelatih dan Atlet penyandang cacat

Gambar 4. 5 : Analisa Kegiatan Pelatih dan Atlet penyandang cacat

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

3. Pola Kegiatan Karyawan

Gambar 4.6 : Analisa Kegiatan Karyawan

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Datang

Parkir

Lobby R. Kerja

Toilet

R. Rapat

R. Arsip

Pulang

Wisma

Latihan Teori

Latihan Praktek

/ Lap.

Isirahat R. Ganti

Selesai

Datang

Parkir

Lobby R. Karyawan

Toilet

Gedung/

Kerja

Istirahat

Pulang

73

4.3.3.Analisa dan Hubungan Ruang

Dasar Pertimbangan

1. Pola Kegiatan pada fasilitas yang ada

2. Kebutuhan Ruang

3. Sifat atau karakter ruang

Parkir

Labby

R. Direktur

R. Wakil Direktur

R. Sekertaris

R. Kepala Bagian

R. Tata Usaha

R. Humas

R. Arsip

R. Rapat

R. Informasi

R. Tamu

Gudang

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

Lobby

R. Tidur Atlet Type 1

R. Tidur Pelatih Type 1

R. Tidur Tamu Type 1

R. Tidur Atlet Type 2

R. Tidur Pelatih Type 2

R. Tidur Tamu Type 2

R. Bersama

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

Hu

nia

n

Pen

gel

ola

74

R. Fisioterapi

R. Terapi Sensor Integrasi

R. Radiologi

Art Galeri

Perpustakaan

Masjid

R. Tunggu

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

GOR atau Lap. Indoor

Ganti Atlet

R. Ganti Pelatih

Tribun

R. Gym

Joging Trek

Gudang Peralatan

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

R. Kelas

R.Makan

Dapur

Food Court

R. Cuci

R. Strika

R. Karyawan

R. Sopir Bis

R. PLN

R.Genset

R. Pompa

R. Operator CCTV

Gudang Umum

Garasi

Pos Keamanan

KM/WC Type 1

KM/WC Type 2

Pen

un

jan

Ola

hra

ga

Ser

vis

75

Keterangan :

Berhubungan Langsung :

Berhubungan Tidak Langsung :

Tidak Berhubungan

:

4.3.4.Analisa Dimensi Ruang

Penghuni Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah Atlet

penyandang cacat, tim pelatih yang terdiri dari pelatih, official dan tim

medis dan tamu. Jumlah Atlet penyandang cacat yang menempati Wisma

Atlet penyandang cacat di Surakarta di peroleh dari jumlah cabang -

cabang olahraga yang telah dibahas pada bagian analisa sebelumnya.

Jumlah cabang olahraga adalah 16 ( enam belas ) cabang, tiap cabang

olahraga terdiri dari 15 ( lima belas ) Atlet single atau individu dan group

atau kelompok dan 4 ( empat ) orang sebagai tim pelatih. Berikut ini

perhitungannya :

Tabel IV.4

Jumlah Atlet penyandang cacat dan tim pelatih

No Cabang Olahraga Atlet Tim pelatih

1 Panahan 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

2 Atletik 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

3 Batminton 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

4 Boccia 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

5 Balap sepeda 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

6 Sepak bola (5 orang) 5 x 15 = 75 org 5 x 3 = 15 org

7 Sepak bola (7 orang) 7 x 15 = 105 org 7 x 3 = 21 org

8 Bola gawang (3 orang) 3 x 15 = 45 org 3 x 3 = 9 org

9 Judo 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

10 Angkat berat 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

11 Bola voli duduk

(6 orang)

6 x 15 = 90 org 6 x 3 = 18 org

76

12 Renang 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

13 Tenis meja 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

14 Taekwondo 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

15 Bola basket kursi roda (

5 orang )

5 x 15 = 75 org 5 x 3 = 15 org

16 Kursi roda 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

Jumlah 555 orang 111 orang

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Dari tabel diatas jumlah atlet penyandang cacat 555 orang, jumlah

tim pelatih 111 orang dan untuk tamu di sediakan kapasitas 50 orang.

Berdasarkan data tersebut jumlah penghuni Wisma Atlet penyandang cacat

di Surakarta berkapasitas 716 orang. Setiap Kamar Tidur berisi 2 (dua)

orang, maka jumlah kamar adalah :

Tabel IV. 5

Jumlah Kamar di Wisma Atlet

No Pengguna Orang Kamar

1 Atlet 155 278

2 Pelatih 111 56

3 Tamu 50 25

Jumlah 716 359

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Pada hunian Wisma Penyandang cacat di Surakarta dibagi menjadi

2 (dua) Type kamar tidur yaitu Type 1 diperuntukkan pengguna berkursi

roda dan Type 2 diperuntukkan pengguna tidak berkursi roda atau umum.

Tabel IV. 6

Pembagian Kamar di Wisma Atlet

Katagori Kamar Atlet Kamar Tim

pelatih

Kamar tamu

Type 1 93 kamar 19 kamar 7 kamar

Type 2 185 kamar 37 kamar 18 kamar

Jumlah 278 kamar ( 1/3 ) 74 kamar ( ¼) 28 kamar ( ¼ )

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

77

Dengan berbagai pertimbangan lingkungan yang telah dibahas

pada bagian analisa sebelumnya, layout kamar ini juga didasari standart

dalam buku Data Arsitek (DA). Ruangan kamar dibuat hanya untuk dua

orang dan tidak lebih. Untuk desain kamar mandinya dibuat dengan dua

ruang, dimana untuk toilet juga area mandi dibuat terpisah.

Gambar 4. 7 : Type kamar 1

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Gambar 4. 8 : Type kamar 2

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

78

4.3.5.Analisa Besaran Ruang

Tabel IV. 7

Analisa Besaran Ruang

1. Pengelola

Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas

(m²)

Flow Total

Labby 50 Orang 1,2 m² N.A.D 60 30 % 78 m²

R. Direktur 1 Orang 27 m² N.A.D 27 30 % 35 m²

R. Wakil Direktur 1 Orang 27 m² N.A.D 27 30 % 35 m²

R. Sekertaris 1 Orang 9 m² N.A.D 9 30 % 12 m²

R. Kepala Bagian 5 Orang 5 m² N.A.D 25 30 % 32,5 m²

R. Tata Usaha 5 Orang 5 m² N.A.D 25 30 % 32,5 m²

R. Humas 5 Orang 5 m² N.A.D 25 30 % 32,5 m²

R. Arsip 7 Orang 4 m² A 28 20 % 33,5 m²

R. Rapat 30 Orang 1,5 m² A 45 30 % 58,5 m²

R. Informasi 5 Orang 1,5 m² A 7,5 20% 9 m²

R. Tamu 15 Orang 1,5 m² N.A.D 23 30 % 30 m²

Gudang 1 Ruang 30 m² A 30 20 % 36 m²

KM/WC Type 1 2 Ruang 4 m² A 12 30 % 15,5 m²

KM/WC Type 2 4 Ruang 3 m² A 12 30 % 15,5 m²

Jumlah 455,5 m²

2. Hunian

Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas (

m²)

Flow Total

R. Tidur Type 1 93 Ruang 55 m² A 5.115 30 % 6.649,5

R. Tidur Type 2 185

Ruang

36 m² A 6.660 30 % 8.658 m²

R. Tidur Pelatih

Type 1

19 Ruang 55 m² A 1.045 30 % 1.358,5

79

R. Tidur Pelatih

Type 2

37 Rung 36m² A 1.332 30 % 1.731,5

R. Tidur Tamu

Type 1

7 Ruang 55 m² A 385 30 % 500,5 m²

R. Tidur Tamu

Type 2

18 Ruang 36 m² A 648 30 % 642,5 m²

R. Bersama 666

Orang

1 m² A 666 30 % 866 m²

Lobby 200

Orang

1,2 m² N.A.D 240 30 % 312 m²

KM/WC Type 1 28 Ruang 4 m² A 112 30 % 146 m²

KM/WC Type 2 56 Ruang 3 m² A 174 30 % 226 m²

Jumlah 21.090,5

3. Penunjang

Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas

(m²)

Flow Total

R. Fisioterapi 2 Orang 20 m² KEMEN

KES RI

40 30 % 52 m²

R. Terapi Sensor

Integrasi

2 Orang 20 m² KEMEN

KES RI

40 30 % 52 m²

R. Radiologi 2 Orang 20 m² KEMEN

KES RI

40 30 % 52 m²

Musium 100

Orang

2 m² A 200 30 % 260 m²

Perpustakaan 200

Orang

2,32 m² N.A.D 464 30 % 603 m²

Masjid 750

Orang

1,2 m² N.A.D 900 30 % 1.170 m²

R. Tunggu 10 Orang 1,5 m² N.A.D 15 30 % 20 m²

KM/WC Type 1 10 Ruang 4 m² A 40 30 % 52 m²

KM/WC Type 2 20 Ruang 3 m² A 60 30 % 78 m²

Jumlah 2.339 m²

80

4. Olahraga

Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas

(m²)

Flow Total

GOR atau Lap.

Indoor

A 1.458 30 % 1.896 m²

R. Ganti Atlet 225

Orang

0,5 m² A 112,5 20 % 135 m²

R. Ganti Pelatih 45 Orang 0,5 m² A 22,5 20 % 27 m²

Tribun A 500 650 m²

Gudang Peralatan 4 36 m² A 144 20 % 173 m²

KM/WC Type 1 20 Ruang 4 m² A 80 30 % 104 m²

KM/WC Type 2 40 Ruang 3 m² A 120 30 % 156 m²

R. Shower 100

Orang

1 m² A 100 20 % 120 m²

R. Kelas 10 Ruang 56 m² A 560 20 % 672 m²

Gym / Fitnes 200

Orang

0,9 m² N.A.D 180 30 % 234 m²

Jumlah 4.162 m²

5. Servis

Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas

(m²)

Flow Total

R.Makan 716

Orang

0.6 m² A 430 30 % 559 m²

Dapur 1 Ruang 64 m² A 64 30 % 83 m²

Food Court 1 Ruang 50 m² A 50 20 % 60 m²

R. Cuci 1 Ruang 50 m² A 50 30 % 65 m²

R. Strika 1 Ruang 45 m² A 45 30 % 58 m²

R. Karyawan 1 Ruang 64 m² A 64 30 % 83 m²

R. Sopir Bis 1 Ruang 16 m² A 21 30 % 21 m²

R. PLN 1 Ruang 30 m² N.A.D 30 20 % 36 m²

R.Genset 1 Ruang 54 m² N.A.D 54 20 % 65 m²

81

R. Pompa 1 Ruang 50 m² N.A.D 50 20 % 60 m²

R. Operator

CCTV

1 Ruang 12 m² A 12 20 % 15 m²

Gudang Umum 1 Ruang 36 m² A 36 20 % 43 m²

Garasi 5 Bus 21 m² A 105 20 % 126 m²

Pos Keamanan 1 Ruang 15 m² A 15 20 % 18 m²

KM/WC Tye 1 1 Ruang 4 m² A 4 30 % 5 m²

KM/WC Type 2 3 Ruang 3 m² A 9 30 % 12 m²

Jumlah 1.289 m²

6. Non Bangunan

Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas

(m²)

Flow Total

Joging Trek A 840 30 % 1.092 m²

Parkir Mobil 50 Mobil 7 m² A 350 30 % 455 m²

Parkir Motor 100

Motor

1,7 m² N.A.D 170 30 % 221 m²

Jumlah 1.768 m²

Keterangan :

N.A.D : Neufert, Arsitek Data

A : Asumsi

KEMENTRIAN RI

Rekapitulasi Besaran Ruang

No Kegiatan Jumlah ( m² )

1 Pengelola 455,5 m²

2 Hunian 21.090,5 m²

3 Penunjang 2.339 m²

4 Olahraga 4.162 m²

6 Servis 1.289 m²

82

7 Non Bangunan 1.768 m²

Jumlah 31.104 m²

Dari perhitungan besaran ruang di atas maka di dapat data sebagai berikut :

BC : 50 %

Luas Site : 20.930 m²/ 2 ha

Luas total bangunan : 31.104 m²

Site yang bisa dibangun ( KLB ) : 0,5 x 20.930 m²

: 10.465 m²

Jumlah lantai : 4.162 m² / 10.465 m²

: 2, 9 Lantai = 3 Lantai

Sisa Site untuk RTH : 20.930 m² - 10.465 m²

: 10.465 m²

4.4. Analisa dan Konsep Site

4.5.1.Kondisi Site

Site berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari , Surakarta, yang

terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Olahraga. Site berada di

dekat fasilitas Olahraga yaitu Stadiun Manahan Surakarta.

Gambar 4.9 : Situasi Site

(Sumber : Goggelmaps, 2016)

Berdasarkan data yang diperoleh penulis, site yang terpilih

memiliki Luas : 20.930m² atau 2 ha. Batas -batasan site sebagai berikut :

Utara : Pemukiman Penduduk

Selatan : Jalur Rel Kereta Api dan Pemukiman Penduduk

83

Timur : Pemukiman Penduduk

Barat : Pemukiman Penduduk

Gambar 4.10 : Luas Site

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4.5.2.Analisa dan Konsep Pencapaian

1. Tujuan

Utuk menentukan letak pintu masuk utama (Main Entrance) dan untuk

Pintu kegiatan service (Slide Entrance).

2. Dasar Pertimbangan

a. Pintu masuk utama (Main Entrance)

1) Mudah di kenal, jangkau dan di capai pengunjung.

2) Menghadap langsung ke arah jalan utama agar mempermudah

sirkulasi kendaraan masuk site dan mudah di capai dari jalur

kendaraan umum atau jalur umum.

3) Menyesuaikan dengan arah pergerakan lalu lintas.

b.Pintu kegiatan service (Slide Entrance).

1) Kegiatan yang terjadi tidak mengganggu pintu masuk utama (Main

Entrance).

2) Letak pintu kegiatan service (Slide Entrance) tidak harus berada di

jalur utama karena fungsinya sebagai sirkulasi service.

3) Tidak menyebabkan kemacetan dalam Site.

65 m

48 m

98 m

100 m

230 m

110 m

84

4) Jalur pedestrian

5) Jalur harus terhubung langsung dari jalan utama hingga menuju

bangunan dan aman dari gangguan kendaraan.

3. Analisa

Site berada di Jalan Gremet yang merupakan jalan perkampungan yang

relative sempit jalannya dan Jalan Utama yang terdekat dari site berada

di sebelah Selatan Site yaitu jalan Sam Ratulangi yang memiliki jalur

yang lebar dan sebelah Utara site adalah jalan perkampungan yang

memiliki jalur yang sempit.

Gambar 4.11 : Analisa Pencapaian

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4. Konsep

Berdasarkan analisa sirkulasi di sekitar Site maka, pintu masuk utama

(Main Entrance) dan pintu kegiatan service (Slide Entrance) berada di

sebelah Barat Site. Perletakan pintu masuk utama (Main Entrance)

berada di sisi sebelah Selatan untuk mempermudah pencapaian dari jalur

utama dan pintu kegiatan service (Slide Entrance) berada disisi sebelah

utara .

SE

ME

85

4.5.3.Analisa dan Konsep Sirkulasi

1. Tujuan

Untuk Menentuakan arah jalan bagi kendaraan bermotor, mobil, sepeda

dan pejalan kaki agar mempermudah pencapaian ke bangunan.

2. Dasar Pertimbangan

a. Membedakan jalur sirkulasi pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan.

b.Sirkulasi di dlam kawasan harus lancar supaya tidak terjadi

penumpukan kendaraan.

c. Memberi alur sirkulasi yang jelas pada pengunjung.

d.Perencanaan dengan pembagian zona - zona agar tidak terjadinya cross

circulation.

3. Analisa

Jalur sirkulasi pada Site berada di sebelah Barat yaitu Jalan Gremet

merupakan jalan perkampungan. Jalan Gremet mengarah ke Utara dan

Selatan.

Gambar 4.12 : Analisa Sirkulasi

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4. Konsep

Penataan sirkulasi pada Site sangat penting untuk mempermudah untuk

mencapai bangunan yang dituju. Setiap kegiatan maupun kendaraan

yang masuk dan keluar harus mempunyai alur sirkulasi masing - masing,

agar tidak mengganggu aktifitas yang ada. Sirkulasi untuk pejalan kaki

SIRKULASI

BANGUNAN

86

harus di perhatikan agar para pejalan memiliki rasa aman dan nyaman,

sehingga terhindar dari gangguan kendaraan yang masuk maupun keluar.

4.5.4.Analisa dan Konsep View dan Orientasi Bangunan

1. Tujuan

Untuk menentukan Orientasi bangunan agar di dapat View yang optimal,

sehingga dapat menjadikan bangunan menjadi daya tarik para

pengunjung dan pengguna jalan.

2. Dasar pertimbangan

a. Mempunyai arah hadap jalan utama.

b.Beroirentasi pada daerah yang berintensitas keramaian tinggi.

c. Arah datang pengguna baik kendaraan maupun pejalan kaki.

3. Analisa

Berdasarkan lokasi Site terhadap lingkungan sekitar, Orientasi bangunan

di arahkan ke Jalan Gremet.

Gambar 4.13 : Analisa View dan Orientasi Bangunan

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4. Konsep

a. Orientasi bangunan di arahkan ke Jalan Gremet sebagai jalan utama.

b.Lokasi Site yang berada di pemukiman padat penduduk akan di jadikan

View keluar Site pada bangunan yang mengarah ke segala arah.

Gedung Jalan

87

4.5.5.Analisa dan Konsep Kebisingan

1. Tujuan

Untuk menentukan Zonifikasi pada Site secara tepa dan mereduksi

kebisingan yang berasal dari luar Site dengan tujuan mendapatkan

kenyamanan di dalam bangunan.

2. Dasar Pertimbangan

a. Sumber bunyi yang berasal dari luar Site

b.Kondisi arus kendaraan dan potensi jalan.

c. Tingkat kebisingan di sekitar tampak.

3. Analisa

Sumber kebisingan yang tertinggi dari sebelah Selatan Site yaitu

sirkulasi jalan utama dan jalur Rel Kereta Api.

Gambar 4.14 : Analisa Kebisingan

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4. Konsep

a. Penggunaan pagar pembatas, vegetasi dan pohon dapat berfungsi

sebagai filter dan penghalang sumber kebisingan.

b.Dengan sistem Zonifikasi pada fasilitas dan bangunan yang

membutuhkan ketenangan di letakkan pada zona terjauh dari sumber

kebisingan.

Tenang

Sedang

Bising

Sumber Kebisingan

88

4.5.6.Analisa dan Konsep Matahari

1. Tujuan

Untuk memanfaatkan sinar matahari secara optimal di manfaatkan

sebagai pencahayaan ruang dan untuk mengurangi energi listrik.

2. Dasar pertimbangan

a. Arah dating sinar matahari

b.Penentuan zona panas sinar matahari.

c. Pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami.

d.Perletakan tempat parker

3. Analisa

Sinar matahari berasal dari arah Timur ke Barat.

Gambar 4.15 : Analisa Matahari

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Gambar 4.16 : Analisa Penghalang Matahari

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

89

4. Konsep

a. Penggunaan Sun Shading atau teritisan sebagai penghalang sinar

matahari yang masuk ke dalam bangunan.

b. Mengoptimalkan bukaan atau jendela agar pencahayaan ruanga

tercukupi.

c. Penggunaan vegetasi sebagai filter dan pemantul terhadap sinar

matahari dan memberikan kesejukan.

4.5.7.Analisa dan Konsep Angin

1. Tujuan

Untuk penghawaan alami dan mengurangi kelembapan udara di dalam

ruangan.

2. Dasar pertimbangan

a. Pengurangan polusi udara mengurang kelembapan ruangan.

b. Kondisi angin di Indonesia yang beriklim tropis biasanya kecepatan

angin rendah.

3. Analisa

Daerah sekitar Site yang merupakan pemukiman penduduk dan pepohonan

yang sedikit di sekitar menyebabkan kondisi angin memiliki kecepatan

rendah dan cenderung lembab.

Gambar 4.17 : Analisa Angin

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Arah Angin

90

4. Konsep

a. Penggunaan vegetasi untuk mengurangi polusi udara dan mengurangi

kelembapan.

b. Memaksimalkan penghawaan alami tanpa mengurangi kenyamanan

dalam ruang atau bangunan.

c. Penggunaan vegetasi sebagai upaya membelokkan arah angin dan

memberikan kesejukan dan kenyamanan bangunan di sekitar.

4.5.8.Analisa dan Konsep Penzoningaan

1. Tujuan

Untuk perencanaan dan perancangan bangunan yang bersifat publik, semi

publik, privasi dan Servis. Analisa berdasarkan kebutuhan, kegiatan dan

aktifitas yang dilakukan di dalam bangunan.

2. Dasar Pertimbangan

a. Menetukan penzoningan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan.

b. Bangunan yang memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi berada di

area paling jauh dari area kebisingan.

3. Analisa

Aktifitas sekitar Site sedang karena berada di daerah pemukiman, Site jauh

dari jalan utama atau pusat kebisingan.

Gambar 4.18 : Analisa Penzoningan

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Privasi

Semi

Publik

Publik

Servis

91

4. Konsep

a. Pemisahan antara zona publik, semi publik dan privasi ke dalam bentuk

penzoningan vertikal dan horizontal.

b. Zona publik diletakkan di dekat jalan raya dan pintu masuk karena zona

publik merupakan zona yang berhubungan dengan orang banyak

(Publik) maka harus mudah di capai.

c. Zona semi publik diletakkan di area bagian dalam karena zona ini tidak

berhubungan langsung dengan zona publik

d. Zona privasi di letakkan jauh dari jalan utama untuk menghindari

kebisingan agar tercapai kenyamanan dan ketenangan pengguna dan

tidak semua orang bisa masuk zona privasi.

e. Servis diletakkan pada area yang dekat dengan semua kegiatan site

untuk mempermudah pelayanan.

4.5. Analisa dan Konsep Masa

4.5.1.Analisa Bentuk Dasar Masa

Atlet membutuhkan hunian yang baik agar dapat beristirahat

dengan nyaman dan mebutuhkan fasilitas Olahraga yang baik agar dapat

berlatih dengan optimal. Perancangan Wisma Atlet Diabel di Surakarta

terdiri dari beberapa masa bangunan yang memiliki fungsi sendiri –

sendiri.

1. Dasar Pertimbangan

a. Bentuk Masa yang menyesuaikan dengan pendekatan Arsitektur

Fungsional.

b. Bentuk Masa yang mempunyai Fleksibilitas dalam Pengolahan.

c. Bentuk Masa yang Efisien dalam penggunaan Lahan atau Site.

2. Bentuk Dasar

Segiempat

Segiempat yang berarti netral, solid, massif, kemurnian dan

rasionalitas. Persegi Panjang dapat dianggap sebagai variasi bentuk Segi

Empat dengan penyimpangan penambahan panjang atau lebar. Seperti

Segitiga, Segiempat merupakan bidang yang stabil pada semua sisinya dan

92

dinamis bila berdiri pada salah satu sisinya. Bentuk masa bangunan yang

akan diterapkan pada Wisma Atlet penyanang cacat Surakarta adalah

bentuk Segi empat dan untuk kedepannya akan di kembangkan lebih

lanjut. Pemilihan Segi empat didasarkan karena untuk mempermudah

pengguna atau para Atlet yang berkebuthan khusus sepeti penyandang

tuna neta, agar dalam mobilitas dan sikulasi mudah mengenali kondisi

bangunan pada area Wisma dan memaksimalkan efisiensi ruang. Bentuk

segi empat akan diterapkan pada perancanga hunian,seris bagi para atlet.

Berikut ini adalah tampilan bangunan yang nantinya akan digunakan

sebagai referensi dalam mendesain bangunan.

Gambar 4. 19 : Konsep Bentuk Dasar Bangunan

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Gambar 4.20:Konsep Hunian Wisma Atlet penyandan cacat

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

93

Gambar 4.21 : Contoh Interior Bangunan Lap. Olahraga Indoor

(Sumber : www.rio2016.com/en/venues/riocentro-pavilion-4, 2016 )

Dalam penerapan konsep Arsitektur Fungsional pada Wisma Atlet

penyandang cacat di Surakarta yang memiliki ciri mewujudkan bangunan

yang bersih dan murni tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang,

kotak, balok, dan kubus maka,pada bangunan yang ada di Wisma Atlet

tidak ada ornament atau motif pada setiap bangunan. Keindahan pada

Wisma Atlet timbul semata - mata oleh adanya fungsi dari elemen -

elemen bangunan dan bangunan terbentuk oleh bagian - bagiannya apakah

dinding, jendela, pintu, atap dan lain - lain tersusun dalam komposisi dari

unsur - unsur yang semuanya mempunyai fungsi

4.5.2.Analisa Pola Tata Masa

Dasar Pertimbangan

a. Menciptakan bangunan yang ada di dalam site tercipta hubungan yang

selaras, mudah dan nyaman bagi pengguna.

b. Pola sirkulasi dan pencapaian yang tidak membingungkan agar

mempermudah para penyandang cacat.

c. Hubungan aktifitas dengan fungsi kegiatan.

Bentuk pola tata masa bangunan Wisma Atlet peyandang cacat di

Surakarta yang akan di ciptakan menggunakan bentuk pola radial. Bentuk

radial terdiri dari atas bentuk - bentuk linier yang berkembang dari suatu

unsur inti terpusat kearah luar menuju jari - jari. Bentuk ini mengambarkan

aspek - aspek pusat dan linier menjadi suatu komposisi. Posisinya yang

terpusat dapat di pertegas dengan suatu bentuk visual dominant atau dapat

94

digabungkan dan menjadi bagian ari lengan-lengan radailnya. Inti tersebut

dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun sebagai pusat fungsional

seluruh organisasi.

Gambar 4.22 : Pola Tata Masa Radal

(Sumber : Analisa Penuls, 2016)

Sedangkan Sirkulasi yang akan di terepan pada perancangan

Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah pola sirkulasi linier.

Pola ini untuk memudahkan pencapaian ke ruang - ruangan. Jenis Koridor

yang akan digunakan adalah koridor di tengah bangunan (double loaded),

dengan pertimbangan agar dapat menampung ruangan lebih banyak dan

pegguaan lahan menjad lebih efisien.

Gambar 4.23 : Pola Linier pada Hunian

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4.5.3.Analisa Zoning Bangunan

Bangunan Wisma atlet penyandang cacat di Surakarta memiliki

desain bangunan dengan sirkulasi di dalamnya yang mudah dalam hal

pencapaian ke tujuan, fungsi ruang yang sesuai, kebutuhan ruang yang

terpenuhi dan juga sirkulasi itu sendiri.

95

Berikut ini adalah fungsi ruang per lantai :

Basement : Parkir, ME, ruang karyawan, gudang dan laundry.

Ground Floor : Lobby, ruang pengelola, ruang penunjang dan ruang

servis.

Lantai 1 : Ruang penunjang, ruang servis dan hunian tamu.

Lantai 2 : Hunian untuk pelatih dan official (terbagi 2 bagian pria

dan wanita).

Lantai 3 : Hunian untuk atlet wanita dan atlet cacat mental.

Lantai 4 - 7 : Hunian untuk atlet.

Gambar 4.24 : Zoning Vertikal Tapak

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4.6. Analisa Konsep Aksesibilitas

4.6.1.Ukuran Dasar Ruang

Penerapan ukuran dasar ruang gerak pada desain ruang bagi

penyandang cacat meliputi, jangkauan minimal pengguna kursi roda dan

pemakai kruk.

a. Ruang gerak pemakai kruk

Hunian Atlet

Hunian Pelatih

Fasilitas

96

A.Jangkauan Ke Samping B. Jangkauan Ke Depan

Gambar 4.25 : Ruang Gerak Bagi Pemakai Kruk

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

b.Ruang Gerak kursi roda

Gambar 4.26 : Ruang Gerak Kursai Roda

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

4.6.2.Jalur Pedestrian dan jalur pemandu

Penempatan jalur pemandu dan jalur pedestrian pada luar

bangunan sebagai jalur penghubung antar bangunan dan jalur pemandu di

dalam bangunan sebagai pemandu bagi tuna netra dalam beraktifitas

secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk

bergerak aman,mudah, nyaman dan tanpa hambatan.

97

Gambar 4.28 : Susunan Ubin Pemandu (Guiding Blocks) Pada Belokan

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

4.6.3.Parkir

Menyediakan area pakir khusus bagi penyandang cacat pada

basement agar mempermudah penyandang cacat.

Gambar 4.29 : Rute Aksesibilitas Dari Parkir

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006

Gambar 4. 27 : Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.30/PRT/M/2006)

98

4.6.4.Lif

Penyediaan lif khusus pada bangunan untuk pengguna kursi roda

atau penyandang cacat.

Gambar 4.30 : Perspektif Lif

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006

4.6.5.Pintu

Desain pintu pada Wisma atlet penyandang cacat di Surakarta di

sesuakan dengan standar aksesibilitas.

Gambar 4.31 : Ruang Bebas Pintu 1 Daun

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006

4.6.6.Toilet dan wastafel

Penempatan Toilet dan wastafel pada semua bangunan.

99

Gambar 4.32 : Tinggi Perletakan Kloset

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

Gambar 4.33 : Tipikal pemasangan wastafel

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

4.7. Analisis Struktur dan Konstruksi

Sistem struktur bangunan mempunyai fungsi utama sebagai penyalur

beban ke tanah dan penahan bangunan, serta berfungsi untuk melindungi

bangunan dan ruangan di dalamnya terhadap iklim, bahaya, dan gangguan

yang ditimbulkan oleh alam. Sistem struktur pada bangunan Wisma Atlet

penyandang cacat di Surakarta yang utama terdiri atas tiga bagian, yaitu :

1. Sub Struktur

Sistem struktur yang terletak di bawah permukaan lantai dengan

fungsi menerima gaya atau beban yang didapatkan dari sistem struktur

yang berada di atasnya. Pemilihan pondasi didasarkan pada beberapa hal

berikut:

a. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup,

beban mati dan beban - beban lainnya serta beban-beban yang

diakibatkan gaya - gaya eksternal.

b. Jenis tanah dan daya dukung tanah.

100

Wisma Atlet Difabel di Surakarta menggunakan sistem bangunan

tinggi dengan tinggi 3 lantai dan bentang lebar, dengan melihat ketinggian

bangunan dan bentang lebar bangunan maka penggunaan yang tepat untuk

bangunan tersebut adalah menggunakan sistem pondasi tiang pancang,

dengan menggunakan sistem ini maka ketahanan bangunan terhadap beban

yang berat bisa diatasi, namun untuk bangunan yang tingginya tidak lebih

dari 3 lantai menggunakan pondasi foot plate dimana pondasi ini yang

paling baik untuk bangunan dengan beban yang tidak terlalu berat.

Gambar 4.34 :. Bentuk Pondasi Tiang Pancang

Sumber : Buku Konstruksi Bangunan (2014)

Untuk bangunan yang kurang dari 4 lantai, maka masih bisa

menggunakan alternative lain selain pondasi tiang pancang yakni sistem

pondasi foot plat. Pondasi ini untuk mengurangi biaya akan pondasi tiang

pancang, dan sistem ini lebih ramah linkungan karena tidak merusak

kondisi pertanahan dan tidak menyebabkan gangguan pada bangunan lain

disekitarannya.

Gambar 4.35 : Tatanan Pondasi Foot Plat

Sumber : Buku Konstruksi Bangunan (2014)

101

2. Super Struktur

Sistem struktur yang berkaitan dengan struktur - struktur bangunan

yang berada di atas permukaan lantai. Struktur tersebut membentuk suatu

kerangka yang di dalamnya berisi sirkulasi dan arah beban yang terjadi

pada bangunan dari struktur paling atas yaitu atap menuju ke struktur yang

paling bawah yaitu pondasi.

Untuk pemilihan struktur pada Wisma Atlet penyandang cacat di

Surakarta menggunakan sistem struktur rigid frame dimana sistem ini

yang paling cocok untuk kestabilan ruang. Struktur rangka kaku

merupakan struktur dibetuk dengan peletakan elemen kaku horizontal

(balok) di atas elemen kaku vertikal (kolom). Elemen horizontal (balok)

sering disebut elemen lentur, yakni memikul beban yang bekerja secara

tranversal dari panjangnya dan menyalurkan beban tersebut ke elemen

vertical (kolom) yang menumpunya. Kolom dibebani beban secara aksial

oleh balok, kemudian menyalurkan beban tersebut ke tanah. Kolom yang

memikul balok tidak melentur ataupun melendut karena kolom pada

umumnya hanya mengalami gaya aksial tekan.

Gambar 4.36 : Rangka Kaku

Sumber : Buku Konstruksi Bangunan (2014)

3. Upper Struktur

Sistem struktur penutup, struktur yang berada di atassuper struktur

atau bisa dikatakan struktur atap. Untuk struktur atap pada Wisma Atlet

penyandang cacat di Surakarta menggunakan gabungan antara struktur

atap datar (atap dak), struktur atap pelana, limasan dengan sistem rangka

kuda-kuda baja ringan atau dengan menggunakan sistem bentang lebar.

102

4.8.Analisa dan Konsep Utilitas

1. Instalasi Air Bersih

Sumber Air bersih yang di gunakan pada bangunan berasal dari 2

(dua) Sumber, yaitu berasal dari PDAM dan Air Sumur. Tujuan dari

penggunaan 2 (dua) Sumber air adalah untuk meminimalisir terjadinya

kekurangan Air untuk suplai dan kegiatan di bangunan. Sistem

pendistribusian air bersih pada bangunan sendiri menggunakan sistem pipa

rangkap. Sistem ini merupakan system pendistribusian air sesuai dengan

fungsi dan kebutuhan sehingga tekanan air akan sama, merata dan cepat.

Gambar 4.37 : Instalasi Air Bersih

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

2. Instalasi Air Kotor

Air Kotor atau air buangaan pada bangunan di bedakan menjadi 3 jenis :

Black Water : Buangan atau Air dari kloset

Grey Water : Air dari Kamar mandi, dapur dan air cucian

Air Hujan : Air dari atap dan halaman yang berasal dari air hujan

Sistem Pembuangan Air Kotor :

PDAM

Air

Su

mur

Pompa

Ground

Water

Tank

Pompa Roft Tank Pendistribusian

Limbah Tinja Septictank Sumur Resapan

ROOF TANK

POMPA

GROUND TANK

PDAM

103

Gambar 4.38 : Instalasi Air Kotor

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Keterangan :

Sapitictank adalah bak untuk menampung air limbah atau kotoran yang

berasal dari Kloset.

Sumur resapan adalah lubang yang dibuat untuk menampung air yang

sudah disaring dan di resapkan ke dalam tanah.

Gutter adalah saluran yang di gunakan untuk menyalurkan air hujan

untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi

lingkungan dan kesehatan.

Penangkap Lemak adalah bak yang di buat untuk menangkap atau

memisahkan cairan minyak dan padat sebelum memasuki system

pembuangan air limbah selanjutnya.

Bak Kontrol adalah bak kecil yang di buat untuk pengontrol setiap saat

jika saluran air tersumbat atau terjadi gangguan.

Penyaring adalah bak yang di buat untuk menyaring air kotor sebelum

melalui tahap pembuangan.

KM/WC Penyaring Bak Kontrol Riol Kota Bak Kontrol

Dapur Bak Kontrol Penangkap Lemak

Penyaring Bak Kontrol Riol Kota

Air Hujan Gutter Riol Kota

Taman

104

Riol Kota adalah jaringan saluran air kotor kota.

3. Instalasi Listrik

Liatrik adalah istalasi yang mempunyai peran penting dalam

perencanaan dan perancangan bangunan. Listrik adalah sumber energi yang

sangat vital, apabila jaringan listrik pada bangunan tidak berfungsi akan

mempengaruhi banyak hal pada semua aktifitas dan kegiatan pada bangunan

itu sendiri. Sistem Instalasi Listrik pada bangunan sebagai berikut :

Gambar 4.39 : Instalasi Listrik

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Keterangan :

PLN adalah sumber energi listrik .

Trafo adalah penurun tegangan dari PLN menuju ke panel dan di

sesuaikan dengan kebutuahan.

Panel adalah pengatur listrik pada suatu wilayah.

Genset adalah mesin penghasil energi listrik yang digunakan untuk

menggantikan pasokan listrik yang padam untuk jangka waktu

sementara.

4. Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran pada banguan sendiri terdiri dari

beberapa sistem, anatara lain :

a. Fire Hydrant System

Fire Hydrant system atau pemadam sistem hydrant adalah suatu sistem

pemadam kebakaran yang di operasikan secara manual oleh tenaga

manusia dengan menggunakan media air sebagai alat pemadam api.

Prinsip kerja dari sistem hydrant pada gedung bertingkat tinggi adalah

ketika hydrant valve pada box hydrant di buka maka pompa akan

PLN Trafo Panel Pendistribusian

Genset

105

mengalirkan air ke seluruh instalasi pipa hydrant dalam gedung menuju

ke titik valve terbuka.

Gambar 4.40: Fire Hydrant System

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_hydrant,2016)

b. Fire Fighting Sistem Sprinkler

Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head

sprinkler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.

Sistem ada 2 macam, yaitu:

1) Wet Riser System adalah seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air

bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif

tetap.

2) Dry riser system adalah seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air

bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis

jika instalasi fire alar memerintahkannya.

Gambar 4.41 : Fire Fighting Sistem Sprinkler

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_sprinkler_system, 2016 )

Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser,

seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu

dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Apabila tekanan dalam pompa

menurun, maka secara otomatis jockey pump akan bekerja untuk

menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun atau

ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik akan

106

bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila

pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan

diesel secara otomatis akan bekerja.

c. Portable Fire Extinguisher

Merupakan alat pemadam api yang mudah dapat dibawa (dipindah),

mudah dibawa maksudnya adalah mudah dijinjing ataupun mudah

didorong bagi yang menggunakan roda, Daya pemadaman sangat

terbatas sehingga fungsinya hanya sebagai pemadaman api awal saja..

Serta penempatannya haruslah mudah dijangkau dan ditemukan. Untuk

posisi penempatan alat pemadam portabel ini haruslah pada setiap 200

Gambar 4.42 : Portable Fire Extinguisher

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_extinguisher, 2016 )