BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP …eprints.ums.ac.id/47764/23/BAB IV.pdf · 4.3.1.Analisa...
Transcript of BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP …eprints.ums.ac.id/47764/23/BAB IV.pdf · 4.3.1.Analisa...
63
BAB IV
ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN
4.1. Gagasan Perancangan
4.1.1.Fungsi Wisma Atlet Penyadang cacat di Surakarta
1. Membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani melalui pembinaan
olahraga.
2. Meningkatkan prestasi olahraga bagi penyandang cacat di Surakarta dan
Indonesia.
3. Memberi perlindungan kepada anggota dan Atlet penyandang cacat.
4. Pembinaan kesejahteraan, keadilan dan kehormatan Atlet penyandang
cacat.
4.1.2.Sasaran dan Lingkung Pelayanan
Gagasan dari perencanaan dan perancangan Wisma Atlet
penyandang cacat di Surakarta adalah sabagai wadah untuk menapung dan
meningkatkan potensi dan prestasi bagi para penyandang cacat dan Atlet
penyandang cacat di Kota Surakarta dan Indonesia.
4.2. Analisa Pemilihan Site
4.2.1.Kriteria Pemilhan Site
Kriteria yang dijadikan pedoman untuk menganalisa pemilihan site adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi Lahan (Land Use)
Kesesuaian fungsi lahan menurut RUTRK Kota Surakara.
2. Ketersedian Lahan
Ketersedian lahan yang baik, cukup luas dan cukup menampung
berbagai ruang dan aktifitas yang menunjang fungsi - fungsi
didalamnya.
3. Ketersediaan Infrastruktur
Site terletak pada daerah yang mempunyai fasilitas sarana dan
prasarana penunjang serta fasilitas kebutuhan pokok yang lain seperti
jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon dan saluran
pembuangan air kotor.
64
4. Pencapaian
Site terletak pada daerah kawasan yang strategis sehingga memudahkan
akses menuju lokasi dari berbagai arah dan mempunyai jalur
transportasi umum.
5. Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang tidak berkontur dan kualitas yang baik sehingga
memudahkan dalam pembangunan.
6. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang baik dan mendukung aktifitas didalam
bangunan.
4.2.2.Altenatif Site
Bedasarkan pertimbangan diatas, maka ditentukan beberapa
Alternaftis Site yang memiliki keleihan dan kekurangan sendiri - sendiri.
Pemilihan Altrnatif Site akan di pergunakan dalam perencanaan dan
perancangan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta.
1. Alternaif 1
Alernatif Site Pertama berada di Jl Sumpah Pemuda, Kadipiro,
Banjarsari, Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut :
a. Terdapat dalam SWP IX, yang merupakan zona Industri dan
Pendidikan.
b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Utara.
c. Topografi tanah Tidak Berkontur
d. Kebisingan Tinggi
e. Pencapai jauh dari fasilitas Olahraga
65
Gambar 4.1: Lokasi Alternaif Site 1
(Sumber : Googlemaps, 2016)
Batasan Lokasi :
Utara : Rusunawa Milier AD
Selatan : Univesitas Slamet Riyadi Surakarta (UNISRI) dan Jl.
Ringroad Solo.
Timur : Pemukiman Penduduk
Barat : Pemukiman Penduduk
2. Altenatif 2
Alernatif Site kedua berada di Jl. Kahuripan Utara, Sumber, Banjarsari,
Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut :
a. Terdapat dalam SWP VII, yang merupakan zona Perumahan.
b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Utara.
c. Topografi tanah Tidak Berkontur
d. Kebisingan Sedang
e. Pencapai jauh dari fasilitas Olahraga
Site
66
Gambar 4.2 : Lokasi Alternaif Site 2
(Sumber : Googlemaps, 2016)
Batasan Lokasi :
Utara : Pemukiman Penduduk dan Persawahan
Selatan : Pemukiman Penduduk dan Persawahan
Timur : Pemukiman Penduduk
Barat : Pemukiman Penduduk
3. Altenatif 3
Alernatif Site ketiga berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari ,
Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut :
a. Terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Pariwisata, Olahraga
dan Perdagangan
b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Barat.
c. Topografi tanah Tidak Berkontur
d. Kebisingan Sedang
e. Pencapai dekat dari fasilitas Olahraga
Site
67
Gambar 4.3: Lokasi Alternaif Site 3
(Sumber : Googlemaps, 2016)
Batasan Lokasi :
Utara : Pemukiman Penduduk
Selatan : Jalur Rel Kereta Api dan Pemukiman Penduduk
Timur : Pemukiman Penduduk
Barat : Pemukiman Penduduk
4.2.3.Penilaian Dalam Pemilihan Site
Penilaian Lokasi yang dipilih sebagai lokasi bangunan Wisma Atlet
penyandang cacat di Surakarta adalah sebagai berikut :
Tabel IV. 1: Skala Prioritas Kriteria Pemilihan Site
No Kriteia Bobot
1 Fungsi Kawasan 4
2 Kondisi Lahan 3
3 Kondisi Tanah 2
4 Kondisi Lingkungan 3
5 Ketersediaan Infrastuktur 4
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
68
Keterangan bobot kriteria :
Sangat mendukung :4
Mendukung :3
Cukup mendukung :2
Kurang mendukung :1
4.2.4.Penentuan Pemilihan Site
Berdasarkan ketiga Alternatif Site di atas yang berada di Area
SWP IX, SWP VII dan SWP IV . Penentuan lokasi site dilakukan dengan
penilaian berdasarkan potensi lokasi dan kriteria - kriteria yang telah
ditentukan. Hasil yang dipilih merupakan potensi site yang lebih
mewadahi dan potensial untuk perencanaan Wisma Atlet penyandang
cacat di Surakarta. Berikut ini adalah tabel penilaian untuk menentukan
lokasi site :
Tabel IV. 2 : Hasil Penilaian Kriteria Pemilihan Site
Krtieria
Alternaif Site 1 Alternatif Site 2 Alternatif Site 3
Skala
Priritas
Range
Hasil
Hasil Skala
Priritas
Range
Hasil
Hasil Skala
Priritas
Range
Hasil
Hasil
Fungsi
Kawasan 4 3 12 4 3 12 4 4 16
Kondisi
Lahan 3 3 9 3 3 9 3 3 9
Kondisi
Tanah 2 4 8 2 4 8 2 4 8
Kondisi
Lingkungan 3 3 9 3 4 12 3 3 9
Ketersediaan
Infrastuktur 4 3 12 4 3 12 4 4 16
Jumlah 50 53 58
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Ketrangan :
Sangat Baik : 4
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
69
Berdasarkan analisa penilaian diatas, maka site yang paling tepat
untk di bangun sebagai Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah
Alternatif Site 3, yang berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari ,
Surakarta, yang terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Olahraga.
4.3. Analisa Program dan Kebutuhan Ruang
4.3.1.Analisa Kebutuhan Ruang
Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta didesain untuk para
Atlet - atlet penyandang cacat yang terbagi menjadi 17 (tujuh belas)
cabang olahraga yaitu : 1). Panahan, 2). Atletik, 3). Batminton, 4). Boccia,
5). Balap Sepeda, 6). Sepak Bola dengan 5 pemain, 7). Sepak Bola dengan
7 pemain, 8). Bola Gawang, 9). Judo, 10). Angkat Besi, 11). Bola Voly
(duduk), 12). Ranang, 13). Tenis Meja, 14). Taekwondo, 15). Bola Basket
Kursi Roda,16). Tenis Kusi Roda.
Tabel IV.3 : Analisa Kebutuhan Ruang
Jenis
Kegiatan
Aktifitas Kebutuhan Ruang
Pengelola Administrasi Direktur Parkir
Koordinasi Staf Labby
Menerima Tamu R. Direktur
Menyimpan Data R. Wakil Direktur
Rapat R. Sekertaris
Penyimpanan R. Kepala Bagian
MCK R. Tata Usaha
R. Humas
R. Arsip
R. Rapat
R. Informasi
R. Tamu
Gudang
70
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
Hunian Istirahat R. Tidur Atlet Type 1
Makan R. Tidur Atlet Type 2
Berkumpul R. Tidur Pelatih Type 1
MCK R. Tidur Pelatih Type 2
R. Tidur Tamu Type 1
R. Tidur Tamu Type 2
R. Bersama
Lobby
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
Penunjang Medis R. Fisioterapi
Pertemuan R. Terapi Sensor Integrasi
Membaca R. Radiologi
Penyimpanan Art Galeri
Menunggu Perpustakaan
MCK Masjid
R. Tunggu
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
Olahraga Pelatihan GOR atau Lap. Indoor
Pembelajaran R. Ganti Atlet
Penyimpanan R. Ganti Pelatih
Istirahat R. Kelas
Ganti Tribun
MCK R. Gym
Joging Trek
71
Gudang Peralatan
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
Servis Akomodasi Makan R. Makan
Karyawan Dapur
Petugas Kebersihan Food Court
Transportasi R. Cuci
ME R. Strika
MCK R. Office Boy / Karyawan
R. Cleaning Servis
R. Sopir Bis
R. PLN
R.Genset
R. Pompa
R. Operator CCTV
Gudang Umum
Garasi
Pos Keamanan
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
(Sumber :Analisa Penulis, 2016)
Keterangan :
Type 1 : Ruang atau fasilitas yang di peruntukan untuk pengguna berkursi roda.
Type 2 : Ruang atau fasilitas yang di peruntukan untuk pengguna tidak berkursi
roda atau umum.
4.3.2.Analisa Pola Kegiatan
Dalam proses kegiatan pada Wisma Atlet penyandang cacat di
Surakarta terdapat beberapan koponen unsur kegiatan yaitu :
72
1. Pola Kegiatan Pengelola
Gambar 4. 4 : Analisa Kegiatan Pengelola
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
2. Pola Kegiatan Pelatih dan Atlet penyandang cacat
Gambar 4. 5 : Analisa Kegiatan Pelatih dan Atlet penyandang cacat
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
3. Pola Kegiatan Karyawan
Gambar 4.6 : Analisa Kegiatan Karyawan
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Datang
Parkir
Lobby R. Kerja
Toilet
R. Rapat
R. Arsip
Pulang
Wisma
Latihan Teori
Latihan Praktek
/ Lap.
Isirahat R. Ganti
Selesai
Datang
Parkir
Lobby R. Karyawan
Toilet
Gedung/
Kerja
Istirahat
Pulang
73
4.3.3.Analisa dan Hubungan Ruang
Dasar Pertimbangan
1. Pola Kegiatan pada fasilitas yang ada
2. Kebutuhan Ruang
3. Sifat atau karakter ruang
Parkir
Labby
R. Direktur
R. Wakil Direktur
R. Sekertaris
R. Kepala Bagian
R. Tata Usaha
R. Humas
R. Arsip
R. Rapat
R. Informasi
R. Tamu
Gudang
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
Lobby
R. Tidur Atlet Type 1
R. Tidur Pelatih Type 1
R. Tidur Tamu Type 1
R. Tidur Atlet Type 2
R. Tidur Pelatih Type 2
R. Tidur Tamu Type 2
R. Bersama
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
Hu
nia
n
Pen
gel
ola
74
R. Fisioterapi
R. Terapi Sensor Integrasi
R. Radiologi
Art Galeri
Perpustakaan
Masjid
R. Tunggu
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
GOR atau Lap. Indoor
Ganti Atlet
R. Ganti Pelatih
Tribun
R. Gym
Joging Trek
Gudang Peralatan
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
R. Kelas
R.Makan
Dapur
Food Court
R. Cuci
R. Strika
R. Karyawan
R. Sopir Bis
R. PLN
R.Genset
R. Pompa
R. Operator CCTV
Gudang Umum
Garasi
Pos Keamanan
KM/WC Type 1
KM/WC Type 2
Pen
un
jan
Ola
hra
ga
Ser
vis
75
Keterangan :
Berhubungan Langsung :
Berhubungan Tidak Langsung :
Tidak Berhubungan
:
4.3.4.Analisa Dimensi Ruang
Penghuni Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah Atlet
penyandang cacat, tim pelatih yang terdiri dari pelatih, official dan tim
medis dan tamu. Jumlah Atlet penyandang cacat yang menempati Wisma
Atlet penyandang cacat di Surakarta di peroleh dari jumlah cabang -
cabang olahraga yang telah dibahas pada bagian analisa sebelumnya.
Jumlah cabang olahraga adalah 16 ( enam belas ) cabang, tiap cabang
olahraga terdiri dari 15 ( lima belas ) Atlet single atau individu dan group
atau kelompok dan 4 ( empat ) orang sebagai tim pelatih. Berikut ini
perhitungannya :
Tabel IV.4
Jumlah Atlet penyandang cacat dan tim pelatih
No Cabang Olahraga Atlet Tim pelatih
1 Panahan 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
2 Atletik 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
3 Batminton 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
4 Boccia 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
5 Balap sepeda 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
6 Sepak bola (5 orang) 5 x 15 = 75 org 5 x 3 = 15 org
7 Sepak bola (7 orang) 7 x 15 = 105 org 7 x 3 = 21 org
8 Bola gawang (3 orang) 3 x 15 = 45 org 3 x 3 = 9 org
9 Judo 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
10 Angkat berat 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
11 Bola voli duduk
(6 orang)
6 x 15 = 90 org 6 x 3 = 18 org
76
12 Renang 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
13 Tenis meja 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
14 Taekwondo 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
15 Bola basket kursi roda (
5 orang )
5 x 15 = 75 org 5 x 3 = 15 org
16 Kursi roda 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org
Jumlah 555 orang 111 orang
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Dari tabel diatas jumlah atlet penyandang cacat 555 orang, jumlah
tim pelatih 111 orang dan untuk tamu di sediakan kapasitas 50 orang.
Berdasarkan data tersebut jumlah penghuni Wisma Atlet penyandang cacat
di Surakarta berkapasitas 716 orang. Setiap Kamar Tidur berisi 2 (dua)
orang, maka jumlah kamar adalah :
Tabel IV. 5
Jumlah Kamar di Wisma Atlet
No Pengguna Orang Kamar
1 Atlet 155 278
2 Pelatih 111 56
3 Tamu 50 25
Jumlah 716 359
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Pada hunian Wisma Penyandang cacat di Surakarta dibagi menjadi
2 (dua) Type kamar tidur yaitu Type 1 diperuntukkan pengguna berkursi
roda dan Type 2 diperuntukkan pengguna tidak berkursi roda atau umum.
Tabel IV. 6
Pembagian Kamar di Wisma Atlet
Katagori Kamar Atlet Kamar Tim
pelatih
Kamar tamu
Type 1 93 kamar 19 kamar 7 kamar
Type 2 185 kamar 37 kamar 18 kamar
Jumlah 278 kamar ( 1/3 ) 74 kamar ( ¼) 28 kamar ( ¼ )
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
77
Dengan berbagai pertimbangan lingkungan yang telah dibahas
pada bagian analisa sebelumnya, layout kamar ini juga didasari standart
dalam buku Data Arsitek (DA). Ruangan kamar dibuat hanya untuk dua
orang dan tidak lebih. Untuk desain kamar mandinya dibuat dengan dua
ruang, dimana untuk toilet juga area mandi dibuat terpisah.
Gambar 4. 7 : Type kamar 1
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Gambar 4. 8 : Type kamar 2
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
78
4.3.5.Analisa Besaran Ruang
Tabel IV. 7
Analisa Besaran Ruang
1. Pengelola
Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas
(m²)
Flow Total
Labby 50 Orang 1,2 m² N.A.D 60 30 % 78 m²
R. Direktur 1 Orang 27 m² N.A.D 27 30 % 35 m²
R. Wakil Direktur 1 Orang 27 m² N.A.D 27 30 % 35 m²
R. Sekertaris 1 Orang 9 m² N.A.D 9 30 % 12 m²
R. Kepala Bagian 5 Orang 5 m² N.A.D 25 30 % 32,5 m²
R. Tata Usaha 5 Orang 5 m² N.A.D 25 30 % 32,5 m²
R. Humas 5 Orang 5 m² N.A.D 25 30 % 32,5 m²
R. Arsip 7 Orang 4 m² A 28 20 % 33,5 m²
R. Rapat 30 Orang 1,5 m² A 45 30 % 58,5 m²
R. Informasi 5 Orang 1,5 m² A 7,5 20% 9 m²
R. Tamu 15 Orang 1,5 m² N.A.D 23 30 % 30 m²
Gudang 1 Ruang 30 m² A 30 20 % 36 m²
KM/WC Type 1 2 Ruang 4 m² A 12 30 % 15,5 m²
KM/WC Type 2 4 Ruang 3 m² A 12 30 % 15,5 m²
Jumlah 455,5 m²
2. Hunian
Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas (
m²)
Flow Total
R. Tidur Type 1 93 Ruang 55 m² A 5.115 30 % 6.649,5
m²
R. Tidur Type 2 185
Ruang
36 m² A 6.660 30 % 8.658 m²
R. Tidur Pelatih
Type 1
19 Ruang 55 m² A 1.045 30 % 1.358,5
m²
79
R. Tidur Pelatih
Type 2
37 Rung 36m² A 1.332 30 % 1.731,5
m²
R. Tidur Tamu
Type 1
7 Ruang 55 m² A 385 30 % 500,5 m²
R. Tidur Tamu
Type 2
18 Ruang 36 m² A 648 30 % 642,5 m²
R. Bersama 666
Orang
1 m² A 666 30 % 866 m²
Lobby 200
Orang
1,2 m² N.A.D 240 30 % 312 m²
KM/WC Type 1 28 Ruang 4 m² A 112 30 % 146 m²
KM/WC Type 2 56 Ruang 3 m² A 174 30 % 226 m²
Jumlah 21.090,5
m²
3. Penunjang
Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas
(m²)
Flow Total
R. Fisioterapi 2 Orang 20 m² KEMEN
KES RI
40 30 % 52 m²
R. Terapi Sensor
Integrasi
2 Orang 20 m² KEMEN
KES RI
40 30 % 52 m²
R. Radiologi 2 Orang 20 m² KEMEN
KES RI
40 30 % 52 m²
Musium 100
Orang
2 m² A 200 30 % 260 m²
Perpustakaan 200
Orang
2,32 m² N.A.D 464 30 % 603 m²
Masjid 750
Orang
1,2 m² N.A.D 900 30 % 1.170 m²
R. Tunggu 10 Orang 1,5 m² N.A.D 15 30 % 20 m²
KM/WC Type 1 10 Ruang 4 m² A 40 30 % 52 m²
KM/WC Type 2 20 Ruang 3 m² A 60 30 % 78 m²
Jumlah 2.339 m²
80
4. Olahraga
Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas
(m²)
Flow Total
GOR atau Lap.
Indoor
A 1.458 30 % 1.896 m²
R. Ganti Atlet 225
Orang
0,5 m² A 112,5 20 % 135 m²
R. Ganti Pelatih 45 Orang 0,5 m² A 22,5 20 % 27 m²
Tribun A 500 650 m²
Gudang Peralatan 4 36 m² A 144 20 % 173 m²
KM/WC Type 1 20 Ruang 4 m² A 80 30 % 104 m²
KM/WC Type 2 40 Ruang 3 m² A 120 30 % 156 m²
R. Shower 100
Orang
1 m² A 100 20 % 120 m²
R. Kelas 10 Ruang 56 m² A 560 20 % 672 m²
Gym / Fitnes 200
Orang
0,9 m² N.A.D 180 30 % 234 m²
Jumlah 4.162 m²
5. Servis
Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas
(m²)
Flow Total
R.Makan 716
Orang
0.6 m² A 430 30 % 559 m²
Dapur 1 Ruang 64 m² A 64 30 % 83 m²
Food Court 1 Ruang 50 m² A 50 20 % 60 m²
R. Cuci 1 Ruang 50 m² A 50 30 % 65 m²
R. Strika 1 Ruang 45 m² A 45 30 % 58 m²
R. Karyawan 1 Ruang 64 m² A 64 30 % 83 m²
R. Sopir Bis 1 Ruang 16 m² A 21 30 % 21 m²
R. PLN 1 Ruang 30 m² N.A.D 30 20 % 36 m²
R.Genset 1 Ruang 54 m² N.A.D 54 20 % 65 m²
81
R. Pompa 1 Ruang 50 m² N.A.D 50 20 % 60 m²
R. Operator
CCTV
1 Ruang 12 m² A 12 20 % 15 m²
Gudang Umum 1 Ruang 36 m² A 36 20 % 43 m²
Garasi 5 Bus 21 m² A 105 20 % 126 m²
Pos Keamanan 1 Ruang 15 m² A 15 20 % 18 m²
KM/WC Tye 1 1 Ruang 4 m² A 4 30 % 5 m²
KM/WC Type 2 3 Ruang 3 m² A 9 30 % 12 m²
Jumlah 1.289 m²
6. Non Bangunan
Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas
(m²)
Flow Total
Joging Trek A 840 30 % 1.092 m²
Parkir Mobil 50 Mobil 7 m² A 350 30 % 455 m²
Parkir Motor 100
Motor
1,7 m² N.A.D 170 30 % 221 m²
Jumlah 1.768 m²
Keterangan :
N.A.D : Neufert, Arsitek Data
A : Asumsi
KEMENTRIAN RI
Rekapitulasi Besaran Ruang
No Kegiatan Jumlah ( m² )
1 Pengelola 455,5 m²
2 Hunian 21.090,5 m²
3 Penunjang 2.339 m²
4 Olahraga 4.162 m²
6 Servis 1.289 m²
82
7 Non Bangunan 1.768 m²
Jumlah 31.104 m²
Dari perhitungan besaran ruang di atas maka di dapat data sebagai berikut :
BC : 50 %
Luas Site : 20.930 m²/ 2 ha
Luas total bangunan : 31.104 m²
Site yang bisa dibangun ( KLB ) : 0,5 x 20.930 m²
: 10.465 m²
Jumlah lantai : 4.162 m² / 10.465 m²
: 2, 9 Lantai = 3 Lantai
Sisa Site untuk RTH : 20.930 m² - 10.465 m²
: 10.465 m²
4.4. Analisa dan Konsep Site
4.5.1.Kondisi Site
Site berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari , Surakarta, yang
terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Olahraga. Site berada di
dekat fasilitas Olahraga yaitu Stadiun Manahan Surakarta.
Gambar 4.9 : Situasi Site
(Sumber : Goggelmaps, 2016)
Berdasarkan data yang diperoleh penulis, site yang terpilih
memiliki Luas : 20.930m² atau 2 ha. Batas -batasan site sebagai berikut :
Utara : Pemukiman Penduduk
Selatan : Jalur Rel Kereta Api dan Pemukiman Penduduk
83
Timur : Pemukiman Penduduk
Barat : Pemukiman Penduduk
Gambar 4.10 : Luas Site
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
4.5.2.Analisa dan Konsep Pencapaian
1. Tujuan
Utuk menentukan letak pintu masuk utama (Main Entrance) dan untuk
Pintu kegiatan service (Slide Entrance).
2. Dasar Pertimbangan
a. Pintu masuk utama (Main Entrance)
1) Mudah di kenal, jangkau dan di capai pengunjung.
2) Menghadap langsung ke arah jalan utama agar mempermudah
sirkulasi kendaraan masuk site dan mudah di capai dari jalur
kendaraan umum atau jalur umum.
3) Menyesuaikan dengan arah pergerakan lalu lintas.
b.Pintu kegiatan service (Slide Entrance).
1) Kegiatan yang terjadi tidak mengganggu pintu masuk utama (Main
Entrance).
2) Letak pintu kegiatan service (Slide Entrance) tidak harus berada di
jalur utama karena fungsinya sebagai sirkulasi service.
3) Tidak menyebabkan kemacetan dalam Site.
65 m
48 m
98 m
100 m
230 m
110 m
84
4) Jalur pedestrian
5) Jalur harus terhubung langsung dari jalan utama hingga menuju
bangunan dan aman dari gangguan kendaraan.
3. Analisa
Site berada di Jalan Gremet yang merupakan jalan perkampungan yang
relative sempit jalannya dan Jalan Utama yang terdekat dari site berada
di sebelah Selatan Site yaitu jalan Sam Ratulangi yang memiliki jalur
yang lebar dan sebelah Utara site adalah jalan perkampungan yang
memiliki jalur yang sempit.
Gambar 4.11 : Analisa Pencapaian
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
4. Konsep
Berdasarkan analisa sirkulasi di sekitar Site maka, pintu masuk utama
(Main Entrance) dan pintu kegiatan service (Slide Entrance) berada di
sebelah Barat Site. Perletakan pintu masuk utama (Main Entrance)
berada di sisi sebelah Selatan untuk mempermudah pencapaian dari jalur
utama dan pintu kegiatan service (Slide Entrance) berada disisi sebelah
utara .
SE
ME
85
4.5.3.Analisa dan Konsep Sirkulasi
1. Tujuan
Untuk Menentuakan arah jalan bagi kendaraan bermotor, mobil, sepeda
dan pejalan kaki agar mempermudah pencapaian ke bangunan.
2. Dasar Pertimbangan
a. Membedakan jalur sirkulasi pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan.
b.Sirkulasi di dlam kawasan harus lancar supaya tidak terjadi
penumpukan kendaraan.
c. Memberi alur sirkulasi yang jelas pada pengunjung.
d.Perencanaan dengan pembagian zona - zona agar tidak terjadinya cross
circulation.
3. Analisa
Jalur sirkulasi pada Site berada di sebelah Barat yaitu Jalan Gremet
merupakan jalan perkampungan. Jalan Gremet mengarah ke Utara dan
Selatan.
Gambar 4.12 : Analisa Sirkulasi
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
4. Konsep
Penataan sirkulasi pada Site sangat penting untuk mempermudah untuk
mencapai bangunan yang dituju. Setiap kegiatan maupun kendaraan
yang masuk dan keluar harus mempunyai alur sirkulasi masing - masing,
agar tidak mengganggu aktifitas yang ada. Sirkulasi untuk pejalan kaki
SIRKULASI
BANGUNAN
86
harus di perhatikan agar para pejalan memiliki rasa aman dan nyaman,
sehingga terhindar dari gangguan kendaraan yang masuk maupun keluar.
4.5.4.Analisa dan Konsep View dan Orientasi Bangunan
1. Tujuan
Untuk menentukan Orientasi bangunan agar di dapat View yang optimal,
sehingga dapat menjadikan bangunan menjadi daya tarik para
pengunjung dan pengguna jalan.
2. Dasar pertimbangan
a. Mempunyai arah hadap jalan utama.
b.Beroirentasi pada daerah yang berintensitas keramaian tinggi.
c. Arah datang pengguna baik kendaraan maupun pejalan kaki.
3. Analisa
Berdasarkan lokasi Site terhadap lingkungan sekitar, Orientasi bangunan
di arahkan ke Jalan Gremet.
Gambar 4.13 : Analisa View dan Orientasi Bangunan
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
4. Konsep
a. Orientasi bangunan di arahkan ke Jalan Gremet sebagai jalan utama.
b.Lokasi Site yang berada di pemukiman padat penduduk akan di jadikan
View keluar Site pada bangunan yang mengarah ke segala arah.
Gedung Jalan
87
4.5.5.Analisa dan Konsep Kebisingan
1. Tujuan
Untuk menentukan Zonifikasi pada Site secara tepa dan mereduksi
kebisingan yang berasal dari luar Site dengan tujuan mendapatkan
kenyamanan di dalam bangunan.
2. Dasar Pertimbangan
a. Sumber bunyi yang berasal dari luar Site
b.Kondisi arus kendaraan dan potensi jalan.
c. Tingkat kebisingan di sekitar tampak.
3. Analisa
Sumber kebisingan yang tertinggi dari sebelah Selatan Site yaitu
sirkulasi jalan utama dan jalur Rel Kereta Api.
Gambar 4.14 : Analisa Kebisingan
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
4. Konsep
a. Penggunaan pagar pembatas, vegetasi dan pohon dapat berfungsi
sebagai filter dan penghalang sumber kebisingan.
b.Dengan sistem Zonifikasi pada fasilitas dan bangunan yang
membutuhkan ketenangan di letakkan pada zona terjauh dari sumber
kebisingan.
Tenang
Sedang
Bising
Sumber Kebisingan
88
4.5.6.Analisa dan Konsep Matahari
1. Tujuan
Untuk memanfaatkan sinar matahari secara optimal di manfaatkan
sebagai pencahayaan ruang dan untuk mengurangi energi listrik.
2. Dasar pertimbangan
a. Arah dating sinar matahari
b.Penentuan zona panas sinar matahari.
c. Pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami.
d.Perletakan tempat parker
3. Analisa
Sinar matahari berasal dari arah Timur ke Barat.
Gambar 4.15 : Analisa Matahari
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Gambar 4.16 : Analisa Penghalang Matahari
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
89
4. Konsep
a. Penggunaan Sun Shading atau teritisan sebagai penghalang sinar
matahari yang masuk ke dalam bangunan.
b. Mengoptimalkan bukaan atau jendela agar pencahayaan ruanga
tercukupi.
c. Penggunaan vegetasi sebagai filter dan pemantul terhadap sinar
matahari dan memberikan kesejukan.
4.5.7.Analisa dan Konsep Angin
1. Tujuan
Untuk penghawaan alami dan mengurangi kelembapan udara di dalam
ruangan.
2. Dasar pertimbangan
a. Pengurangan polusi udara mengurang kelembapan ruangan.
b. Kondisi angin di Indonesia yang beriklim tropis biasanya kecepatan
angin rendah.
3. Analisa
Daerah sekitar Site yang merupakan pemukiman penduduk dan pepohonan
yang sedikit di sekitar menyebabkan kondisi angin memiliki kecepatan
rendah dan cenderung lembab.
Gambar 4.17 : Analisa Angin
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Arah Angin
90
4. Konsep
a. Penggunaan vegetasi untuk mengurangi polusi udara dan mengurangi
kelembapan.
b. Memaksimalkan penghawaan alami tanpa mengurangi kenyamanan
dalam ruang atau bangunan.
c. Penggunaan vegetasi sebagai upaya membelokkan arah angin dan
memberikan kesejukan dan kenyamanan bangunan di sekitar.
4.5.8.Analisa dan Konsep Penzoningaan
1. Tujuan
Untuk perencanaan dan perancangan bangunan yang bersifat publik, semi
publik, privasi dan Servis. Analisa berdasarkan kebutuhan, kegiatan dan
aktifitas yang dilakukan di dalam bangunan.
2. Dasar Pertimbangan
a. Menetukan penzoningan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan.
b. Bangunan yang memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi berada di
area paling jauh dari area kebisingan.
3. Analisa
Aktifitas sekitar Site sedang karena berada di daerah pemukiman, Site jauh
dari jalan utama atau pusat kebisingan.
Gambar 4.18 : Analisa Penzoningan
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Privasi
Semi
Publik
Publik
Servis
91
4. Konsep
a. Pemisahan antara zona publik, semi publik dan privasi ke dalam bentuk
penzoningan vertikal dan horizontal.
b. Zona publik diletakkan di dekat jalan raya dan pintu masuk karena zona
publik merupakan zona yang berhubungan dengan orang banyak
(Publik) maka harus mudah di capai.
c. Zona semi publik diletakkan di area bagian dalam karena zona ini tidak
berhubungan langsung dengan zona publik
d. Zona privasi di letakkan jauh dari jalan utama untuk menghindari
kebisingan agar tercapai kenyamanan dan ketenangan pengguna dan
tidak semua orang bisa masuk zona privasi.
e. Servis diletakkan pada area yang dekat dengan semua kegiatan site
untuk mempermudah pelayanan.
4.5. Analisa dan Konsep Masa
4.5.1.Analisa Bentuk Dasar Masa
Atlet membutuhkan hunian yang baik agar dapat beristirahat
dengan nyaman dan mebutuhkan fasilitas Olahraga yang baik agar dapat
berlatih dengan optimal. Perancangan Wisma Atlet Diabel di Surakarta
terdiri dari beberapa masa bangunan yang memiliki fungsi sendiri –
sendiri.
1. Dasar Pertimbangan
a. Bentuk Masa yang menyesuaikan dengan pendekatan Arsitektur
Fungsional.
b. Bentuk Masa yang mempunyai Fleksibilitas dalam Pengolahan.
c. Bentuk Masa yang Efisien dalam penggunaan Lahan atau Site.
2. Bentuk Dasar
Segiempat
Segiempat yang berarti netral, solid, massif, kemurnian dan
rasionalitas. Persegi Panjang dapat dianggap sebagai variasi bentuk Segi
Empat dengan penyimpangan penambahan panjang atau lebar. Seperti
Segitiga, Segiempat merupakan bidang yang stabil pada semua sisinya dan
92
dinamis bila berdiri pada salah satu sisinya. Bentuk masa bangunan yang
akan diterapkan pada Wisma Atlet penyanang cacat Surakarta adalah
bentuk Segi empat dan untuk kedepannya akan di kembangkan lebih
lanjut. Pemilihan Segi empat didasarkan karena untuk mempermudah
pengguna atau para Atlet yang berkebuthan khusus sepeti penyandang
tuna neta, agar dalam mobilitas dan sikulasi mudah mengenali kondisi
bangunan pada area Wisma dan memaksimalkan efisiensi ruang. Bentuk
segi empat akan diterapkan pada perancanga hunian,seris bagi para atlet.
Berikut ini adalah tampilan bangunan yang nantinya akan digunakan
sebagai referensi dalam mendesain bangunan.
Gambar 4. 19 : Konsep Bentuk Dasar Bangunan
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Gambar 4.20:Konsep Hunian Wisma Atlet penyandan cacat
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
93
Gambar 4.21 : Contoh Interior Bangunan Lap. Olahraga Indoor
(Sumber : www.rio2016.com/en/venues/riocentro-pavilion-4, 2016 )
Dalam penerapan konsep Arsitektur Fungsional pada Wisma Atlet
penyandang cacat di Surakarta yang memiliki ciri mewujudkan bangunan
yang bersih dan murni tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang,
kotak, balok, dan kubus maka,pada bangunan yang ada di Wisma Atlet
tidak ada ornament atau motif pada setiap bangunan. Keindahan pada
Wisma Atlet timbul semata - mata oleh adanya fungsi dari elemen -
elemen bangunan dan bangunan terbentuk oleh bagian - bagiannya apakah
dinding, jendela, pintu, atap dan lain - lain tersusun dalam komposisi dari
unsur - unsur yang semuanya mempunyai fungsi
4.5.2.Analisa Pola Tata Masa
Dasar Pertimbangan
a. Menciptakan bangunan yang ada di dalam site tercipta hubungan yang
selaras, mudah dan nyaman bagi pengguna.
b. Pola sirkulasi dan pencapaian yang tidak membingungkan agar
mempermudah para penyandang cacat.
c. Hubungan aktifitas dengan fungsi kegiatan.
Bentuk pola tata masa bangunan Wisma Atlet peyandang cacat di
Surakarta yang akan di ciptakan menggunakan bentuk pola radial. Bentuk
radial terdiri dari atas bentuk - bentuk linier yang berkembang dari suatu
unsur inti terpusat kearah luar menuju jari - jari. Bentuk ini mengambarkan
aspek - aspek pusat dan linier menjadi suatu komposisi. Posisinya yang
terpusat dapat di pertegas dengan suatu bentuk visual dominant atau dapat
94
digabungkan dan menjadi bagian ari lengan-lengan radailnya. Inti tersebut
dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun sebagai pusat fungsional
seluruh organisasi.
Gambar 4.22 : Pola Tata Masa Radal
(Sumber : Analisa Penuls, 2016)
Sedangkan Sirkulasi yang akan di terepan pada perancangan
Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah pola sirkulasi linier.
Pola ini untuk memudahkan pencapaian ke ruang - ruangan. Jenis Koridor
yang akan digunakan adalah koridor di tengah bangunan (double loaded),
dengan pertimbangan agar dapat menampung ruangan lebih banyak dan
pegguaan lahan menjad lebih efisien.
Gambar 4.23 : Pola Linier pada Hunian
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
4.5.3.Analisa Zoning Bangunan
Bangunan Wisma atlet penyandang cacat di Surakarta memiliki
desain bangunan dengan sirkulasi di dalamnya yang mudah dalam hal
pencapaian ke tujuan, fungsi ruang yang sesuai, kebutuhan ruang yang
terpenuhi dan juga sirkulasi itu sendiri.
95
Berikut ini adalah fungsi ruang per lantai :
Basement : Parkir, ME, ruang karyawan, gudang dan laundry.
Ground Floor : Lobby, ruang pengelola, ruang penunjang dan ruang
servis.
Lantai 1 : Ruang penunjang, ruang servis dan hunian tamu.
Lantai 2 : Hunian untuk pelatih dan official (terbagi 2 bagian pria
dan wanita).
Lantai 3 : Hunian untuk atlet wanita dan atlet cacat mental.
Lantai 4 - 7 : Hunian untuk atlet.
Gambar 4.24 : Zoning Vertikal Tapak
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
4.6. Analisa Konsep Aksesibilitas
4.6.1.Ukuran Dasar Ruang
Penerapan ukuran dasar ruang gerak pada desain ruang bagi
penyandang cacat meliputi, jangkauan minimal pengguna kursi roda dan
pemakai kruk.
a. Ruang gerak pemakai kruk
Hunian Atlet
Hunian Pelatih
Fasilitas
96
A.Jangkauan Ke Samping B. Jangkauan Ke Depan
Gambar 4.25 : Ruang Gerak Bagi Pemakai Kruk
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)
b.Ruang Gerak kursi roda
Gambar 4.26 : Ruang Gerak Kursai Roda
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)
4.6.2.Jalur Pedestrian dan jalur pemandu
Penempatan jalur pemandu dan jalur pedestrian pada luar
bangunan sebagai jalur penghubung antar bangunan dan jalur pemandu di
dalam bangunan sebagai pemandu bagi tuna netra dalam beraktifitas
secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk
bergerak aman,mudah, nyaman dan tanpa hambatan.
97
Gambar 4.28 : Susunan Ubin Pemandu (Guiding Blocks) Pada Belokan
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)
4.6.3.Parkir
Menyediakan area pakir khusus bagi penyandang cacat pada
basement agar mempermudah penyandang cacat.
Gambar 4.29 : Rute Aksesibilitas Dari Parkir
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006
Gambar 4. 27 : Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.30/PRT/M/2006)
98
4.6.4.Lif
Penyediaan lif khusus pada bangunan untuk pengguna kursi roda
atau penyandang cacat.
Gambar 4.30 : Perspektif Lif
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006
4.6.5.Pintu
Desain pintu pada Wisma atlet penyandang cacat di Surakarta di
sesuakan dengan standar aksesibilitas.
Gambar 4.31 : Ruang Bebas Pintu 1 Daun
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006
4.6.6.Toilet dan wastafel
Penempatan Toilet dan wastafel pada semua bangunan.
99
Gambar 4.32 : Tinggi Perletakan Kloset
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)
Gambar 4.33 : Tipikal pemasangan wastafel
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)
4.7. Analisis Struktur dan Konstruksi
Sistem struktur bangunan mempunyai fungsi utama sebagai penyalur
beban ke tanah dan penahan bangunan, serta berfungsi untuk melindungi
bangunan dan ruangan di dalamnya terhadap iklim, bahaya, dan gangguan
yang ditimbulkan oleh alam. Sistem struktur pada bangunan Wisma Atlet
penyandang cacat di Surakarta yang utama terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Sub Struktur
Sistem struktur yang terletak di bawah permukaan lantai dengan
fungsi menerima gaya atau beban yang didapatkan dari sistem struktur
yang berada di atasnya. Pemilihan pondasi didasarkan pada beberapa hal
berikut:
a. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup,
beban mati dan beban - beban lainnya serta beban-beban yang
diakibatkan gaya - gaya eksternal.
b. Jenis tanah dan daya dukung tanah.
100
Wisma Atlet Difabel di Surakarta menggunakan sistem bangunan
tinggi dengan tinggi 3 lantai dan bentang lebar, dengan melihat ketinggian
bangunan dan bentang lebar bangunan maka penggunaan yang tepat untuk
bangunan tersebut adalah menggunakan sistem pondasi tiang pancang,
dengan menggunakan sistem ini maka ketahanan bangunan terhadap beban
yang berat bisa diatasi, namun untuk bangunan yang tingginya tidak lebih
dari 3 lantai menggunakan pondasi foot plate dimana pondasi ini yang
paling baik untuk bangunan dengan beban yang tidak terlalu berat.
Gambar 4.34 :. Bentuk Pondasi Tiang Pancang
Sumber : Buku Konstruksi Bangunan (2014)
Untuk bangunan yang kurang dari 4 lantai, maka masih bisa
menggunakan alternative lain selain pondasi tiang pancang yakni sistem
pondasi foot plat. Pondasi ini untuk mengurangi biaya akan pondasi tiang
pancang, dan sistem ini lebih ramah linkungan karena tidak merusak
kondisi pertanahan dan tidak menyebabkan gangguan pada bangunan lain
disekitarannya.
Gambar 4.35 : Tatanan Pondasi Foot Plat
Sumber : Buku Konstruksi Bangunan (2014)
101
2. Super Struktur
Sistem struktur yang berkaitan dengan struktur - struktur bangunan
yang berada di atas permukaan lantai. Struktur tersebut membentuk suatu
kerangka yang di dalamnya berisi sirkulasi dan arah beban yang terjadi
pada bangunan dari struktur paling atas yaitu atap menuju ke struktur yang
paling bawah yaitu pondasi.
Untuk pemilihan struktur pada Wisma Atlet penyandang cacat di
Surakarta menggunakan sistem struktur rigid frame dimana sistem ini
yang paling cocok untuk kestabilan ruang. Struktur rangka kaku
merupakan struktur dibetuk dengan peletakan elemen kaku horizontal
(balok) di atas elemen kaku vertikal (kolom). Elemen horizontal (balok)
sering disebut elemen lentur, yakni memikul beban yang bekerja secara
tranversal dari panjangnya dan menyalurkan beban tersebut ke elemen
vertical (kolom) yang menumpunya. Kolom dibebani beban secara aksial
oleh balok, kemudian menyalurkan beban tersebut ke tanah. Kolom yang
memikul balok tidak melentur ataupun melendut karena kolom pada
umumnya hanya mengalami gaya aksial tekan.
Gambar 4.36 : Rangka Kaku
Sumber : Buku Konstruksi Bangunan (2014)
3. Upper Struktur
Sistem struktur penutup, struktur yang berada di atassuper struktur
atau bisa dikatakan struktur atap. Untuk struktur atap pada Wisma Atlet
penyandang cacat di Surakarta menggunakan gabungan antara struktur
atap datar (atap dak), struktur atap pelana, limasan dengan sistem rangka
kuda-kuda baja ringan atau dengan menggunakan sistem bentang lebar.
102
4.8.Analisa dan Konsep Utilitas
1. Instalasi Air Bersih
Sumber Air bersih yang di gunakan pada bangunan berasal dari 2
(dua) Sumber, yaitu berasal dari PDAM dan Air Sumur. Tujuan dari
penggunaan 2 (dua) Sumber air adalah untuk meminimalisir terjadinya
kekurangan Air untuk suplai dan kegiatan di bangunan. Sistem
pendistribusian air bersih pada bangunan sendiri menggunakan sistem pipa
rangkap. Sistem ini merupakan system pendistribusian air sesuai dengan
fungsi dan kebutuhan sehingga tekanan air akan sama, merata dan cepat.
Gambar 4.37 : Instalasi Air Bersih
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
2. Instalasi Air Kotor
Air Kotor atau air buangaan pada bangunan di bedakan menjadi 3 jenis :
Black Water : Buangan atau Air dari kloset
Grey Water : Air dari Kamar mandi, dapur dan air cucian
Air Hujan : Air dari atap dan halaman yang berasal dari air hujan
Sistem Pembuangan Air Kotor :
PDAM
Air
Su
mur
Pompa
Ground
Water
Tank
Pompa Roft Tank Pendistribusian
Limbah Tinja Septictank Sumur Resapan
ROOF TANK
POMPA
GROUND TANK
PDAM
103
Gambar 4.38 : Instalasi Air Kotor
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Keterangan :
Sapitictank adalah bak untuk menampung air limbah atau kotoran yang
berasal dari Kloset.
Sumur resapan adalah lubang yang dibuat untuk menampung air yang
sudah disaring dan di resapkan ke dalam tanah.
Gutter adalah saluran yang di gunakan untuk menyalurkan air hujan
untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi
lingkungan dan kesehatan.
Penangkap Lemak adalah bak yang di buat untuk menangkap atau
memisahkan cairan minyak dan padat sebelum memasuki system
pembuangan air limbah selanjutnya.
Bak Kontrol adalah bak kecil yang di buat untuk pengontrol setiap saat
jika saluran air tersumbat atau terjadi gangguan.
Penyaring adalah bak yang di buat untuk menyaring air kotor sebelum
melalui tahap pembuangan.
KM/WC Penyaring Bak Kontrol Riol Kota Bak Kontrol
Dapur Bak Kontrol Penangkap Lemak
Penyaring Bak Kontrol Riol Kota
Air Hujan Gutter Riol Kota
Taman
104
Riol Kota adalah jaringan saluran air kotor kota.
3. Instalasi Listrik
Liatrik adalah istalasi yang mempunyai peran penting dalam
perencanaan dan perancangan bangunan. Listrik adalah sumber energi yang
sangat vital, apabila jaringan listrik pada bangunan tidak berfungsi akan
mempengaruhi banyak hal pada semua aktifitas dan kegiatan pada bangunan
itu sendiri. Sistem Instalasi Listrik pada bangunan sebagai berikut :
Gambar 4.39 : Instalasi Listrik
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)
Keterangan :
PLN adalah sumber energi listrik .
Trafo adalah penurun tegangan dari PLN menuju ke panel dan di
sesuaikan dengan kebutuahan.
Panel adalah pengatur listrik pada suatu wilayah.
Genset adalah mesin penghasil energi listrik yang digunakan untuk
menggantikan pasokan listrik yang padam untuk jangka waktu
sementara.
4. Pemadam Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran pada banguan sendiri terdiri dari
beberapa sistem, anatara lain :
a. Fire Hydrant System
Fire Hydrant system atau pemadam sistem hydrant adalah suatu sistem
pemadam kebakaran yang di operasikan secara manual oleh tenaga
manusia dengan menggunakan media air sebagai alat pemadam api.
Prinsip kerja dari sistem hydrant pada gedung bertingkat tinggi adalah
ketika hydrant valve pada box hydrant di buka maka pompa akan
PLN Trafo Panel Pendistribusian
Genset
105
mengalirkan air ke seluruh instalasi pipa hydrant dalam gedung menuju
ke titik valve terbuka.
Gambar 4.40: Fire Hydrant System
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_hydrant,2016)
b. Fire Fighting Sistem Sprinkler
Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head
sprinkler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.
Sistem ada 2 macam, yaitu:
1) Wet Riser System adalah seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air
bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif
tetap.
2) Dry riser system adalah seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air
bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis
jika instalasi fire alar memerintahkannya.
Gambar 4.41 : Fire Fighting Sistem Sprinkler
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_sprinkler_system, 2016 )
Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser,
seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu
dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Apabila tekanan dalam pompa
menurun, maka secara otomatis jockey pump akan bekerja untuk
menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun atau
ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik akan
106
bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila
pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan
diesel secara otomatis akan bekerja.
c. Portable Fire Extinguisher
Merupakan alat pemadam api yang mudah dapat dibawa (dipindah),
mudah dibawa maksudnya adalah mudah dijinjing ataupun mudah
didorong bagi yang menggunakan roda, Daya pemadaman sangat
terbatas sehingga fungsinya hanya sebagai pemadaman api awal saja..
Serta penempatannya haruslah mudah dijangkau dan ditemukan. Untuk
posisi penempatan alat pemadam portabel ini haruslah pada setiap 200
m²
Gambar 4.42 : Portable Fire Extinguisher
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_extinguisher, 2016 )