BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS -...

28
BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS 4.1. Umum Fasilitas pelabuhan peti kemas meliputi bangunan maupun peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari pelabuhan peti kemas baik yang berada di darat maupun di laut. Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini direncanakan seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kawasan industri Galang Batang. Sehingga perhitungan kebutuhan fasilitas sangat dipengaruhi oleh volume arus bongkar muat yang ada di kawasan industri Galang Batang. Volume bongkar muat juga berpengaruh pada jumlah kunjungan kapal yang akan berpengaruh pada kebutuhan fasilitas wilayah laut. Dalam studi ini volume fasilitas pelabuhan peti kemas di kawasan industri Galang Batang ini direncanakan untuk umur rencana jangka pendek selama 5 tahun, jangka menengah selama 10 tahun dan jangka panjang 20 tahun setelah kawasan industri Galang Batang ini beroperasi yaitu dimulai pada tahun 2008. 4.2. Prediksi Volume Bongkar Muat Kawasan industri Galang Batang seluas 640 Ha ini direncanakan terdiri dari tiga jenis industri yaitu industri elektronika, industri perabotan keramik, dan industri pendukung industri perminyakan. Pembagian luas kawasan industri tersebut adalah : 1. Industri elektronik komputer 256 Ha 2. Industri perabotan keramik 192 Ha 3. Industri pendukung industri perminyakan 192 Ha Untuk industri elektronika dan industri perabotan keramik adalah pindahan industri yang berada di Tiongkok. Hal ini disebabkan banyak negara maju yang menggunakan sistem kuota untuk mengatur kegiatan impornya. Tiongkok sebagai negara industri yang sedang berkembang pesat tidak mampu lagi mengatur jumlah produksi ekspornya, sehingga kuota ekspor 72

Transcript of BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS -...

Page 1: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS

4.1. Umum Fasilitas pelabuhan peti kemas meliputi bangunan maupun peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari pelabuhan peti kemas baik yang berada di darat maupun di laut. Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini direncanakan seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kawasan industri Galang Batang. Sehingga perhitungan kebutuhan fasilitas sangat dipengaruhi oleh volume arus bongkar muat yang ada di kawasan industri Galang Batang. Volume bongkar muat juga berpengaruh pada jumlah kunjungan kapal yang akan berpengaruh pada kebutuhan fasilitas wilayah laut. Dalam studi ini volume fasilitas pelabuhan peti kemas di kawasan industri Galang Batang ini direncanakan untuk umur rencana jangka pendek selama 5 tahun, jangka menengah selama 10 tahun dan jangka panjang 20 tahun setelah kawasan industri Galang Batang ini beroperasi yaitu dimulai pada tahun 2008. 4.2. Prediksi Volume Bongkar Muat Kawasan industri Galang Batang seluas 640 Ha ini direncanakan terdiri dari tiga jenis industri yaitu industri elektronika, industri perabotan keramik, dan industri pendukung industri perminyakan. Pembagian luas kawasan industri tersebut adalah :

1. Industri elektronik komputer 256 Ha 2. Industri perabotan keramik 192 Ha 3. Industri pendukung industri perminyakan 192 Ha

Untuk industri elektronika dan industri perabotan keramik adalah pindahan industri yang berada di Tiongkok. Hal ini disebabkan banyak negara maju yang menggunakan sistem kuota untuk mengatur kegiatan impornya. Tiongkok sebagai negara industri yang sedang berkembang pesat tidak mampu lagi mengatur jumlah produksi ekspornya, sehingga kuota ekspor

72

Page 2: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

yang dimilikinya habis. Hal ini menyebabkan tidak semua hasil industri elektronik dan perabotan keramik Tiongkok yang berorientasi ekspor bisa masuk ke negara-negara tersebut. Di sisi lain banyak negara berkembang yang belum mampu memenuhi kuota ekspornya ke negara-negara tersebut termasuk Indonesia. Sehingga memindahkan tempat produksi dari Tiongkok ke Indonesia adalah pilihan yang dilakukan oleh pengusaha Tiongkok untuk mengatasi masalah tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permintaan terhadap hasil industri elektronik dan perabotan keramik masih ada. Sedangkan untuk industri pendukung industri perminyakan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan sumur-sumur minyak di wilayah Indonesia bagian barat. Metode prediksi yang digunakan untuk memprediksi jumlah produksi kawasan industri Galang Batang adalah metode kualitatif. Hal ini disebabkan tidak ada data historis yang bisa dipakai bila menggunakan metode kuantitatif. Memprediksi dengan metode kualitatif adalah prediksi atas dasar perkembangan pangsa pasar yang akan dituju. Cara memprediksi jumlah produksi di kawasan industri Galang Batang ini adalah dengan membandingkan hasil produksi industri serupa yang sudah berjalan di tempat yang lain per satuan luas wilayah produksi. Karena produktifitas dan pangsa pasar tiap jenis industri berbeda, maka prediksi dilakukan per jenis industri yang ada. 1. Industri Elektronik Hasil produksi industri elekronik bertujuan sepenuhnya untuk diekspor. Sehingga seluruh hasil produksi industri elektronik akan melewati pelabuhan peti kemas yang direncanakan. Prediksi jumlah produksi industri elektronik dilakukan berdasarkan hasil industri elekronik yang ada di kawasan industri Semarang dan kawasan industri Jababeka. Dari kedua kawasan industri elektronik tersebut mempunyai produktifitas 6 TEU’s/bulan/hektar. Sehingga jumlah produsi

73

Page 3: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

untuk industri elektronik di kawasan industri Galang Batang diperkirakan sebesar : Elektronik = 6 TEU’s/bulan/Ha X 12 bulan X 256Ha = 18.432 TEU’s/tahun ≈ 18.450 TEU’s/tahun Hasil prediksi yang dipakai adalah nilai setelah dibulatkan untuk menjaga kemungkinan selisih yang besar dengan kenyataan di lapangan nanti. Hal ini disebabkan perhitungan yang dipakai dalam prediksi ini masih kasar. Perkembangan pengoperasian luasan kawasan industri elektronik tersebut diperkirakan sebesar 10% per tahun sehingga luasan 256 Ha tersebut akan beroperasi maksimal setelah berjalan 10 tahun dari pertama industri tersebut beroperasi. Perkiraan yang diambil adalah perkiraan pesimis untuk menjaga kemungkinan penjualan lahan yang tidak berjalan sesuai rencana. Sehingga angka 18.450 peti kemas/tahun diprediksi akan tercapai pada tahun kesepuluh setelah mulai berproduksi. Setelah tahun kesepuluh perkembangan jumlah produksi industri elektronik diprediksi berdasarkan perkembangan ekonomi dunia. Hal ini dikarenakan permintaan barang-barang elektronik berbanding lurus dengan perkembangan ekonomi pangsa pasarnya. Karena berorientasi pada ekspor maka perkembangan ekonomi yang dipakai adalah perkembangan ekonomi dunia. Menurut www.worldbank.com. Angka perkembangan ekonomi rata-rata global tahun 2006 sekitar 6-8 % per tahun. Maka dalam memprediksi jumlah produksi industri elektronik di kawasan industri Galang Batang angka pertumbuhan yang dipakai adalah 7 % pertahun. 2. Industri Perabotan Keramik

Dalam industri ini yang dimaksud dengan perabotan keramik adalah perabot kamar mandi yang berbahan baku keramik. Semua perabot keramik tersebut juga bertujuan sepenuhnya untuk diekspor. Sehingga seluruh hasil produksi industri perabotan keramik akan melewati pelabuhan peti kemas yang direncanakan. Jumlah produktifitas industri perabotan

74

Page 4: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

keramik tersebut diperkirakan sama dengan jumlah produktifitas industri keramik yang ada di Batam yaitu 6 TEU’s/bulan/hektar. Sehingga jumlah produsi untuk industri keramik di kawasan industri Galang Batang diperkirakan sebesar : Keramik = 6 TEU’s/bulan/Ha X 12 bulan X 192 Ha = 13.824 TEU’s/tahun ≈ 13.800 TEU’s/tahun Seperti halnya industri elektronik, Hasil prediksi yang dipakai adalah nilai setelah dibulatkan untuk menjaga kemungkinan selisih yang besar dengan kenyataan di lapangan nanti. Hal ini disebabkan perhitungan yang dipakai dalam prediksi ini masih kasar. Perkembangan pengopersian luasan kawasan industri elektronik tersebut sebesar 10% per tahun sehingga luasan 192 Ha tersebut akan beroperasi maksimal setelah berjalan 10 tahun dari pertama industri tersebut beroperasi. Perkiraan tersebut adalah perkiraan pesimis untuk menjaga kemungkinan penjualan lahan yang tidak berjalan sesuai rencana. Sehingga angka 13.800 TEU’s diprediksi akan tercapai pada tahun kesepuluh setelah mulai berproduksi. Setelah tahun kesepuluh perkembangan jumlah produksi industri perabotan keramik diprediksi berdasarkan perkembangan jumlah penduduk dunia. Hal ini dikarenakan permintaan perabot kamar mandi berbanding lurus dengan perkembangan penduduk. Karena tujuannya untuk diekspor maka perkembangan ekonomi yang dipakai adalah perkembangan penduduk dunia. Menurut www.prb.com. badan survey internasional, pertumbuhan penduduk di dunia antara tahun 2000 sampai tahun 2030 adalah 1,9 %. Angka tersebut bisa dipakai karena dikeluarkan oleh badan survey internasional yang bonafit. 3. Industri Pendukung Industri Perminyakan Industri pendukung industri perminyakan adalah industri yang menghasilkan material yang digunakan dalam pengeboran sumur minyak. Hasil produksi industri pendukung industri perminyakan antara lain semen, bentonit, dll. Target pasar

75

Page 5: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

industri ini adalah pertambangan minyak yang ada di Indonesia bagian barat meliputi Sumatera dan Kalimantan Barat. Untuk Indonesia bagian timur material pendukung industri perminyakan sudah dipenuhi oleh industri pendukung industri perminyakan yang ada di Lamongan. Jumlah kebutuhan material pendukung industri perminyakan tergantung pada jumlah sumur minyak yang ada. Dari data yang diperoleh dari www.pertamina.com, satu sumur minyak membutuhkan 21.000 ton material tersebut per tahun. Dari situs Departemen Penyelenggara Migas www.bpmigas.com, didapatkan data bahwa kandungan minyak yang ada di Indonesia adalah 8,3 milyar barel. Sebagian besar dari kandungan tersebut terdapat di Indonesia bagian barat, sehingga diperkirakan lebih dari 4,5 milyar barel akan di eksplorasi di Indonesia bagian barat dalam kurun waktu mendatang. Dari situs itu juga diperoleh data jumlah sumur yang di bor selama tahun 2002-2004 seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1. Pengeboran Minyak Bumi Selama 2002-2004 Pengeboran Sumur Minyak Baru (sumur)

Tahun Target Realisasi

2002 1.358 912 2003 1.034 869 2004 1.254 978

Sumber : www.bpmigas.com. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun di Indonesia dilakukan pengeboran sumur minyak baru kurang lebih sebanyak 900 sumur. Karena sebagian besar kandungan minyak berada di Indonesia bagian barat maka jumlah sumur yang ada di Indonesia bagian barat lebih banyak dari pada di wilayah Indonesia timur. Di perkiran di wilayah Indonesia bagian barat terdapat pengoboran 500 sumur per tahun. Hal ini menujukkan permintaan hasil industri ini masih banyak. Hasil prediksi nanti juga harus disesuaikan dengan kapasitas produksinya sesuai dengan luas kawasan industri yang

76

Page 6: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

ada. Berdasarkan jumlah produksi yang sama di Lamongan, produktivitas industri pendukung industri perminyakan adalah 64.000 ton/tahun/hektar. Kawasan industri ini mempunyai luasan 192 hektar, sehingga jumlah produksi maksimum yang dihasilkan adalah 12,3 juta ton/tahun atau sekitar 12 juta ton/tahun. Sesuai hitungan sebelumnya hasil produksi 12 juta ton/tahun tersebut mampu memenuhi kebutuhan material pengisi sumur minyak sekitar 580 sumur. Dilihat dari sudut kapasitas produksi dan jumlah permintaan yang ada, maka diperkirakan dalam waktu 2 tahun kawasan industri ini sudah akan terpakai sepenuhnya. Tetapi untuk menjaga kemungkinan penjualan lahan yang tidak berjalan sesuai rencana maka perkiraan yang dipakai adalah perkiraan pesimis yaitu 10 tahun. Sehingga 12 juta ton/tahun diprediksi akan tercapai pada tahun kesepuluh setelah mulai berproduksi. Jumlah produksi industri pendukung industri perminyakan yang didistribusikan dengan peti kemas hanya 20% sedangkan yang 80% didistribusikan dengan sistem general cargo. Sehingga jumlah produksi yang diperhitungkan dalam studi ini hanya yang menggunakan jasa pelabuhan peti kemas yaitu 20%. Hasil produksi industri pendukung industri perminyakan mempunyai satuan ton sehingga apabila menggunakan peti kemas satuan tersebut harus dikonversikan ke satuan TEU. TEU adalah satuan volume satu peti kemas yang berukuran panjang 20 ft, lebar 8 ft, dan tinggi 8 ft dan mempunyai berat maksimal 18 ton. Hasil produksi industri ini mempunyai berat jenis 2600 kg/m3 sehingga apabila satu kontainer penuh berisi hasil produksi tersebut akan mempunyai berat lebih dari 18 ton. Sehingga satu TEU’s hanya berisi 18 ton material pendukung industri perminyakan. Hasil prediksi produksi kawasan industri Galang Batang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

77

Page 7: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Tabel 4. 2. Prediksi Hasil Produksi Kawasan Industri Galang Batang

Industri Elektronika

Industri Keramik Industri

Perminyakan Total

Thn Lahan (Ha)

Produksi (TEU’s)

Lahan (Ha)

Produksi (TEU’s)

Lahan (Ha)

Produksi (TEU’s)

Lahan (Ha)

Produksi (TEU’s)

1 26 1.850 19 1.400 19 13.300 64 16.550

2 51 3.700 38 2.750 38 26.600 127 33.050

3 77 5.550 58 4.150 58 39.900 193 49.600

4 102 7.400 77 5.550 77 53.200 256 66.150

5 128 9.200 96 6.900 96 66.500 320 82.600

6 154 11.050 115 8.300 115 79.800 384 99.150

7 180 12.900 134 9.700 134 93.100 448 115.700

8 205 14.750 154 11.050 154 106.400 513 132.200

9 230 16.600 173 12.450 173 119.700 576 148.750

10 256 18.450 192 13.800 192 133.000 640 165.250

11 256 19.700 192 14.100 192 133.000 640 166.800

12 256 21.100 192 14.350 192 133.000 640 168.450

13 256 22.600 192 14.650 192 133.000 640 170.250

14 256 24.150 192 14.900 192 133.000 640 172.050

15 256 25.850 192 15.200 192 133.000 640 174.050

16 256 27.650 192 15.500 192 133.000 640 176.150

17 256 29.600 192 15.800 192 133.000 640 178.400

18 256 31.650 192 16.050 192 133.000 640 180.700

19 256 33.900 192 16.400 192 133.000 640 183.300

20 256 36.250 192 16.700 192 133.000 640 185.950

Sumber : Perhitungan Volume bongkar muat dihitung berdasarkan hasil produksi kawasan industri Galang Batang ditambah dengan impor bahan baku produksinya. Hasil produksi tersebut dihitung sebagai arus muat. Pada industri serupa rata-rata volume bahan baku yang diperlukan adalah 70% dari volume hasil produksi. Volume bahan baku yang harus diimpor diperkirakan 30% dari volume bahan baku yang dibutuhkan. Volume bahan baku impor tersebut yang dihitung sebagai arus bongkar.

78

Page 8: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Pendistribusian produksi tersebut diasumsikan 50% menggunakan kontainer 20 ft (1 TEU) dan 50% menggunakan 40 ft (2 TEU). Kapasitas kontainer 40 ft sama dengan dua kali kapasitas kontainer 20 ft sehingga jumlah kontainer 40 ft setengah dari kontainer 20 ft. Prediksi volume bongkar muat dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3. Prediksi Volume Bongkar Muat Muat Bongkar

Thn ke - Total

(TEU’s) 20"

(1 TEU) 40"

(2 TEU) Total

(TEU’s) 20"

(1 TEU) 40"

(2 TEU)

Total

1 16.550 8.275 4.138 3.500 1.750 875 20.050

2 33.050 16.525 8.263 7.000 3.500 1.750 40.050

3 49.600 24.800 12.400 10.400 5.200 2.600 60.000

4 66.150 33.075 16.538 13.900 6.950 3.475 80.050

5 82.600 41.300 20.650 17.350 8.675 4.338 99.950

6 99.150 49.575 24.788 20.800 10.400 5.200 119.950

7 115.700 57.850 28.925 24.300 12.150 6.075 140.000

8 132.200 66.100 33.050 27.750 13.875 6.938 159.950

9 148.750 74.375 37.188 31.250 15.625 7.813 180.000

10 165.250 82.625 41.313 34.700 17.350 8.675 199.950

11 166.800 83.400 41.700 35.050 17.525 8.763 201.850

12 168.450 84.225 42.113 35.400 17.700 8.850 203.850

13 170.250 85.125 42.563 35.750 17.875 8.938 206.000

14 172.050 86.025 43.013 36.150 18.075 9.038 208.200

15 174.050 87.025 43.513 36.550 18.275 9.138 210.600

16 176.150 88.075 44.038 37.000 18.500 9.250 213.150

17 178.400 89.200 44.600 37.450 18.725 9.363 215.850

18 180.700 90.350 45.175 37.950 18.975 9.488 218.650

19 183.300 91.650 45.825 38.500 19.250 9.625 221.800

20 185.950 92.975 46.488 39.050 19.525 9.763 225.000

Sumber : Perhitungan

79

Page 9: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

4.3. Prediksi Arus Kunjungan Kapal Dalam pengoperasian kapal peti kemas biasanya saat berkunjung di suatu pelabuhan tidak hanya melakukan satu kegiatan bongkar atau muat saja, tetapi melakukan keduanya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan berat kapal dan menutupi biaya operasional kapal. Dalam prediksi muatan diketahui bahwa volume muat lebih besar dari pada volume bongkar, sehingga diasumsikan BOR kunjungan kapal untuk muat 60% dan untuk bongkar adalah 20%. Mengingat letak pelabuhan peti kemas yang sangat dekat dengan pelabuhan peti kemas Singapura dan Batam, maka diprediksi kapal yang akan beroperasi di pelabuhan ini nantinya adalah kapal peti kemas generasi keempat. Kapal peti kemas generasi keempat mempunyai karakteristik sebagai berikut : Kapasitas = 4000 – 4500 TEU’s DWT = 58.000 LOA = 290 – 310 m Draft = 11,5 – 12 m

Kunjungan kapal muat =%60apalKapasitasK

karMuatVolumeBong

Kunjungan kapal bongkar =%20apalKapasitasK

karBongkarVolumeBong

Karena kapal yang melakukan bongkar dan kapal yang melakukan muat adalah kapal yang sama, maka jumlah kunjungan kapal diambil jumlah kunjungan yang terbesar yaitu jumlah kunjungan kapal muat. Hasil prediksi kunjungan kapal seperti pada Tabel 4.4.

80

Page 10: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Tabel 4. 4. Prediksi Kunjungan Kapal Muat Bongkar

Tahun ke- Volume

(TEU’s) Jumlah Kapal

Volume (TEU’s)

Jumlah Kapal

Jumlah Kapal

1 16.550 7 3.500 4 7

2 33.050 14 7.000 9 14

3 49.600 21 10.400 13 21

4 66.150 28 13.900 17 28

5 82.600 34 17.350 22 34

6 99.150 41 20.800 26 41

7 115.700 48 24.300 30 48

8 132.200 55 27.750 35 55

9 148.750 62 31.250 39 62

10 165.250 69 34.700 43 69

11 166.800 70 35.050 44 70

12 168.450 70 35.400 44 70

13 170.250 71 35.750 45 71

14 172.050 72 36.150 45 72

15 174.050 73 36.550 46 73

16 176.150 73 37.000 46 73

17 178.400 74 37.450 47 74

18 180.700 75 37.950 47 75

19 183.300 76 38.500 48 76

20 185.950 77 39.050 49 77

Sumber : Perhitungan 4.4. Prosedur Penanganan Kapal dan Muatan

Prosedur penanganan kapal dan muatan perlu dibuat agar fasilitas pelabuhan yang direncanakan seefisien mungkin dan sesuai dengan kebutuhan yang harus terpenuhi. Prosedur ini dimulai dengan kapal datang untuk bongkar sampai kapal pergi setelah melakukan muat.

Penanganan kapal dimulai dari kedatangan kapal yang membutuhkan area penjangkaran, alur masuk, kolam pelabuhan

81

Page 11: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

serta dermaga yang sesuai dengan ukuran kapal. Selanjutnya di dermaga kapal melakukan kegiatan bongkar peti kemas. Dari dermaga peti kemas diangkut ke lapangan penumpukan, gudang, atau langsung dikirim kepada alamat pemiliknya. Ketika peti kemas meninggalkan pelabuhan harus melalui jembatan timbang dahulu untuk melakukan pengecekan.

Sedangkan penanganan muatan dimulai dari peti kemas masuk ke kawasan pelabuhan melalui gate. Kemudian peti kemas masuk kawasan pelabuhan melewati jembatan timbang untuk melakukan pengkontrolan terhadap kondisi peti kemas. Selanjutnya dapat menuju ke gudang atau langsung menuju lapangan penumpukan sesuai dengan jenis pengiriman peti kemas yang dipakai. Peti kemas dikelompokkan sesuai perusahaan dan sesuai jadwal keberangkatan muatan. Dari lapangan penumpukan dan gudang jika sudah waktunya naik ke atas kapal, maka peti kemas diangkut ke dermaga. Di dermaga peti kemas dinaikkan keatas kapal. Urutan penanganan peti kemas yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Kapal

Dermaga

Gudang (10%)

Jembatan Timbang

Gate

Lapangan Penumpukan (90%)

= Arus Bongkar = Arus Muat

Gambar 4. 1. Arus penanganan muatan

82

Page 12: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Dalam penentuan fasilitas pelabuhan langkah pertama yang dilakukan adalah penentuan sistem opersional yang dipakai. Sistem operasional sangat memepengaruhi jenis peralatan, penataan layout pelabuhan, dan biaya operasional pelabuhan. Jenis sistem operasional dan analisa kelebihan dan kekurangannya terdapat pada Tabel 4.5.

Tabel 4. 5. Perbandingan Performansi Peralatan

Sumber : Diktat Pelabuhan, 2004

No Jenis peralatan Kerugian dan keuntungan Harganya dan perawatannya mahal Pergerakan alat berbahaya karena jarak pandang

pengemudi kurang Beban roda besar berpengaruh pada perkerasan jalan

1

Straddle carrier system

Tidak membutuhkan areal yang luas Peti kemas dapat ditumpuk hingga 5 stack Bisa untuk transportasi vertikal maupun horizontal Membutuhkan areal yang lebih luas dari point 1 Penumpukan maksimum 3 stack Beban roda tinggi Pergerakan lambat dan berbahaya

2

Forklift truck system Cocok untuk peti kemas kosong dan terminal kurang

ramai Lebih murah dari pada pint 1 Bisa untuk transportasi vertikal maupun horizontal Kurang fleksibel khususnya jenis Rail mounted Harganya sangat mahal cocok untuk terminal yang

ramai Beban roda tinggi Hanya bisa untuk transportasi vertikal

3

Transtainer system

Areal yang dibutuhkan sempit Peti kemas bisa ditumpuk hingga 7 stack Pengambilan peti kemas otomatis, mudah, dan lebih

aman. Harga alat sangat mahal , cocok untuk terminal yang

ramai Membutuhkan operator yang terlatih berbagai jenis

alat

4 System campuran kombinasi

berbagai alat Operasional dilakukan secara efisien dan cepat

83

Page 13: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Dari prediksi muatan diketahui bahwa volume bongkar

muat yang ada di terminal peti kemas ini cukup ramai. Sehingga membutuhkan alat yang berkapasitas besar dan mampu menumpuk peti kemas lebih banyak. Karena padatnya kegiatan di dalam terminal ini maka dibutuhkan alat yang mudah dan aman dalam pengoperasiannya. Dari analisa diatas didapatkan bahwa penanganan peti kemas di pelabuhan ini cocok menggunakan sistem campuran dengan kombinasi jenis peralatan sebagai berikut :

1. Pemakaian portainer di dermaga 2. Pemakai truk untuk menghubungkan dermaga dengan

lapangan penumpukan 3. Pemakaian Rubber Tire Gantry Crane (RTGC) di

lapangan penumpukan. 4.5. Kebutuhan Fasilitas Perencanaan fasilitas berdasarkan prosedur penanganan kapal dan muatan yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Fasilitas pelabuhan peti kemas meliputi fasilitas laut dan fasilitas darat baik berupa bangunan maupun peralatan. Terdapat dua jenis fasilitas yang ada di pelabuhan peti kemas yaitu fasilitas laut dan fasilitas darat.

4.5.1. Fasilitas Laut 1. Areal Penjangkaran

Penentuan luas areal penjangkaran dipengaruhi oleh kondisi dasar laut dan kecepatan angin. Kondisi dasar laut di sekitar lokasi pelabuhan baik dan kecepatan angin yang ada relatif kecil, sehingga rumus yang dipakai untuk menghitung luas areal penjangkaran untuk satu buah kapal adalah :

r = LOA + 6 d + 30 m = 310 + (6 x 12) + 30 m = 418 m ≈ 420 m

84

Page 14: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Kebutuhan luas areal penjangkaran disesuaikan dengan jumlah kapal yang akan menggunakan areal penjangkaran. Jumlah kapal yang akan memakai areal penjangkaran diasumsikan sama dengan jumlah kapal yang berkunjung selama satu minggu. Luasan tersebut juga harus dikalikan suatu faktor untuk menjaga kemungkinan adanya waktu-waktu sibuk yaitu dikalikan 2.

Prediksi jumlah kapal pada tahun ke-20 adalah 77 kapal/tahun atau 1,5 kapal/minggu. Sehingga jumlah area penjangkaran yang dibutuhkan adalah 1,5 x 2 = 3 buah dengan diameter masing-masing area 420 m. Area penjangkaran diletakan sebelum alur masuk tanpa menggangu kapal yang akan menuju alur masuk maupun keluar alur masuk.

2. Alur Masuk

Alur masuk berawal dari mulut pelabuhan hingga kapal mulai berputar. Perencanaan terhadap alur masuk meliputi :

a. Kedalaman = 1,15 x d = 1,15 x 12 = 13,8 ≈ 14 m

b. Lebar alur = 1 x LOA = 1 x 310

= 310 m c. Panjang = 10 x LOA

= 10 x 310 = 3100 m 3. Kolam Putar

Kolam putar berada diujung alur masuk atau dapat diletakkan di sepanjang alur masuk bila alurnya panjang. Areal ini berbentuk lingkaran dengan diameter Db. Besarnya Db dipengaruhi cara kapal bermanuver perlu kapal pemandu apa tidak. Mengingat keadaan pantai sekitar lokasi yang

85

Page 15: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

mempunyai banyak pulau kecil maka dalam bermanuver kapal perlu bantuan kapal pemandu. Kedalaman perairan dapat disamakan dengan kedalaman alur masuk.

Db = 3 x LOA = 3 x 310 = 930 m

4. Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah area berada di depan

dermaga. Luasan ini perlu ditentukan bila kedalaman perairan perlu dikeruk dan untuk menentukan jarak antara dermaga yang saling berhadapan. Ukuran kolam pelabuhan direncanakan sebagai berikut :

a. Panjang = 1,8 x LOA = 1,8 x 310 = 558 ≈ 560 m

b. Lebar = 4B + 50 m, untuk dermaga berhadapan = (4x50) + 50 = 250 m

5. Sarana Bantu Navigasi (SBN)

Sarana bantu navigasi berupa tanda untuk membantu kapal yang akan mendekati pelabuhan. SBN terdiri dari menara suar dan pelampung suar dengan dilengkapi lampu dan tanda visual. Untuk perairan pelabuhan peti kemas ini direncanakan penenempatan SBN sebagai berikut :

Menara suar sebanyak 1 unit dengan spesifikasi tinggi 10 meter untuk terlihat sejauh 22 km dan struktur terbuat dati rangka baja

Pelampung suar berlampu sebanyak 2 unit dengan diameter 2 meter dipasang pada kedalaman sekitar -20 mLWS. Lampu harus dapat dilihat dari jarak minimal 20 km.

Bentuk SBN yang akan dipasang seperti pada Gambar 4.2.

86

Page 16: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Gambar 4. 2. Sarana Bantu Navigasi

4.5.2. Fasilitas Darat 1. Dermaga

Dermaga adalah tempat kapal bertambat untuk melakukan bongkar muat. Perencanaan dermaga meliputi jumlah dermaga, panjang dermaga, lebar dermaga, dan elevasi dermaga, serta jumlah portainer yang digunakan. Jumlah Dermaga

Metode yang dipakai dalam mencari jumlah dermaga adalah dengan cara sederhana yaitu : Jumlah dermaga = Volume arus muatan

Kapasitas dermaga x BOR Satu portainer di Indonesia mempunyai produktifias 20 peti kemas per jam. Satu dermaga direncanakan dilayani oleh 2 portainer. Kapasitas dermaga harus dikalikan dengan faktor reduksi. Faktor reduksi yang dipakai adalah 0,7. Sehingga kapasitas satu dermaga adalah :

Kapasitas = 2 x 20 x 24 x 300 x 0,7 = 201.600 TEU’s / tahun

87

Page 17: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Dengan sistem coba-coba menyesuaikan antara jumlah dermaga dan BOR maka didapatkan nilai BOR sebesar 50%. Sehingga jumlah demaga yang dibutuhkan adalah :

Jumlah dermaga = %50600.201

000.225

= 2,13 ≈ 2 buah dermaga

Panjang Dermaga Perhitungan panjang dermaga dipengaruhi sistem bertambat kapal. Untuk pelabuhan peti kemas umunya menggunakan sistem bertambat berderet Panjang dermaga yang dibutuhkan untuk sistem ini adalah :

Lp = n x LOA + (n-1) x 15 + 50

n =300

178 = 0,6 ≈ 1

Lp = 1 x 310 + (1-1) x 15 + 50 = 360 m

Lebar Dermaga Lebar dermaga adalah jumlah dari 2 kali jarak tepi, jarak kaki crane dan jarak manuver truk sehingga lebar dermaga, sehingga lebar dermaga adalah :

Lebar dermaga = (2 x 2,5) + 15 + 19 = 39 m ≈ 40 m Elevasi Dermaga

Elevasi dermaga ditentukan dengan menambahakan elevasi pasang tertinggi dan tinggi jagaan. Pada analisa data pasang surut didapatkan elevasi muka air laut tertinggi adalah 1,9 mLWS. Menurut Standard Design Criteria for Port in Indonesia tinggi jagaan pelabuhan adalah 0,5 sampai dengan 1,5 meter. Sehingga elevasi dermaga :

88

Page 18: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Elevasi dermaga = +1,9 mLWS + 1 m = +2,9 MLWS

Jumlah Portainer Portainer adalah alat yang diletakkan di dermaga berfungsi untuk memindahkan peti kemas dari kapal ke truk maupun sebaliknya. Setiap dermaga membutuhkan 2 unit sehingga dibutuhkan 4 unit portainer untuk melayani 2 dermaga. Gambar portainer dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4. 3. Portainer

2. Lapangan Penumpukan

Lapangan penumpukan adalah tempat penyimpanan sementara peti kemas sebelum dimuat maupun yang sudah dibongkar. Jumlah muatan yang menggunakan fasilitas lapangan penumpukan direncanakan 90% dari volume bongkar muat, sedangkan sisanya menggunakan fasilitas CFS. Perencanaan lapangan penumpukan meliputi :

a. Bentuk Lapangan Penumpukan

89

Page 19: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Dalam pembuatan layout lapangan penumpukan, langkah pertama yang dilakukan adalah pengaturan letak peti kemas dan RTGC. Pengaturan ini dipengaruhi bentang RTGC yang dipakai. Pada pelabuhan peti kemas ini direncanakan menggunakan RTGC dengan tiap barisnya mencakup enam ground slot dan satu jalur truk. Pengaturan letak peti kemas dan RTGC seperti Gambar 4.4.

JALUR TRUCK

1

6

5

4

3

2

6.50 m

1

6,50 m

1

2

3

4

5

2

3

4

5

1,55

22,71 m

6 x 2,44 + 5 x 0,4=16,64 m

25,51 m

sisi terluar RTGC

JALUR RTGC

6

1 Baris / Row

6

4.52

sisi terluar RTGC

JALUR RTGC

Nomer 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 = ground slot kontainer dalam 1 baris

Gambar 4. 4. Pengaturan peti kemas dan RTGC Satu jalur bersih dari satu sisi ke sisi lain RTGC adalah 25,51 m. Jalur truk di dalam bentangan RTGC hanya untuk loading dari lapangan penumpukan ke atas truk dan sebaliknya unloading dari atas truk ke lapangan penumpukan. Sehingga dibutuhkan jalur truk diluar bentangan RTGC yang digunakan untuk keluar masuk truk dari bentangan bawah RTGC. Tata letak jalur truk dseperti pada Gambar 4.5.

90

Page 20: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

91

Jalur truk di dalam RTGC

Jalur truk di dalam RTGC

Jalur truk di dalam RTGC

Jalur anatara 2 RTGC disisi yang tidak ada jalur truknya (2-4) m

Jalur truk di diluar TRGCminimal 4 m

Bentang 1 TRGC

Bentang 1 TRGC

Bentang 1 TRGC

Gambar 4. 5. Jalur Truk

b. Luas Lapangan Penumpukan

Langkah pertama menentukan luas lapangan penumpukan adalah menentukan kapasitas ground slot dalam menampung peti kemas setiap tahunnya. Dari kapasitas ground slot tersebut kita mendapatkan jumlah ground slot yang dibutuhkan untuk satu tahun. Groundslot tersebut dikelompokkan menjadi baris-baris dengan jumlah 6 groundslot dalam satu baris. Baris-baris tersebut dikelompokkan menjadi satu blok untuk dilayani satu RTGC. Untuk jangka pendek direncanakan dalam satu blok terdapat 50 baris, sedangkan untuk jangka panjang direncanakan dalam satu blok terdapat 25 baris. Hal ini dilakukan untuk RTGC dapat bekerja secara efektif mengingat jumlah peti kemas yang dilayani masih sedikit pada jangka pendek, sedangkan untuk jangka menengah dan panjang sudah banyak. Perhitungan kebutuhan lapangan penumpukan dianalisa pada Tabel 4.6.

Page 21: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Tabel 4. 6. Analisa Kebutuhan Lapangan penumpukan

Sumber : Perhitungan

92

Page 22: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Setelah ditemukan jumlah blok yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah pengaturan blok. Dalam pengaturan blok terdapat dua alternatif layout yaitu pengaturan blok searah dermaga dan tegak lurus dermaga.

1. Pengaturan blok searah dengan dermaga

Pengaturan blok searah dengan dermaga mempunyai gambaran layout seperti pada Gambar 4.6.

12 m 162,5 m

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

1 Ground Slot

12 m

25,5 m

4 m

4 m

4 m

3 m

3 m

25,5 m

25,5 m

25,5 m

25,5 m

12 m

25,5 m

12 m 12 m162,5 m

Gambar 4. 6. Layout dengan Pengaturan Blok Searah

Dermaga

Analisa dari pengaturan blok diatas adalah : - Truk dari lapangan penumpukan yang akan menuju

dermaga atau sebaliknya tidak perlu menempuh seluruh lebar lapangan penumpukan.

- Bila lapangan penumpukan diperluas maka RTGC masih bisa dimaksimalkan.

2. Pengaturan blok tegak lurus dengan dermaga.

Pengaturan blok tegak lurus dengan dermaga mempunyai gambaran layout seperti pada Gambar 4.7.

Page 23: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

162,5 m

12 m

12 m

3 3 44 25,525,525,525,525,5

1 Ground Slot

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

12425,512

12 m

25 Baris

25 Baris

162,5 m

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

25 Baris

Gambar 4. 7. Layout dengan Pengaturan Blok Tegak Lurus

Dermaga

Analisa dari pengaturan blok diatas adalah : - Truk dari lapangan penumpukan yang akan menuju

dermaga atau sebaliknya harus menempuh seluruh panjang lapangan penumpukan.

- Bila lapangan penumpukan diperluas maka RTGC tidak bisa lagi dimaksimalkan.

Dari analisa diatas maka layout lapangan penumpukan yang dipilih adalah lapangan penumpukan dengan pengaturan blok searah dermaga. Gambar RTGC dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Page 24: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Gambar 4. 8. RTGC

3. Container Freight Station (CFS)

Volume bongkar muatan yang masuk kedalam CFS adalah 10 % dari total volume bongkar muatan yang ditangani. Prosentase tersebut berdasarkan analisa statistika pelabuhan peti kemas yang ada di Indonesia. Prosentase yang kecil tersebut juga disebabkan karena pemakai pelabuhan peti kemas ini adalah pabrik-pabrik besar sehingga umumnya menggunakan sistem pengiriman FCL. Volume bongkar muatan yang menggunakan CFS pada tahun ke-20 adalah 22.500 TEU’s. Perhitungan luas gudang dihitung dengan rumus :

mih

tTffO

300

21

Dimana : O = luas area yang perlukan (m2) f1 = perbandingan luas bersih dan kotor = 1,5 f2 = area barang rusak dan berserakan = 1,2 T = tonase yang masuk melalui gudang dalam

setahun (ton/hari) t = waktu timbunan rata-rata (hari) mi = prosentase pemakaian dalam setahun

Page 25: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

h = tinggi timbunan rata-rata ( m ) ρ = berat jenis barang rata-rata = 1,2 t/m3

Sehingga kebutuhan fasilitas gudang yang diperlukan adalah :

2,16,03002

5500.222,15,1

O

= 468.75 m2 ≈ 500 m2 Peralatan yang dipakai untuk bongkar muat di gudang adalah forklift seperti pada Gambar 4.9.

Gambar 4. 9. Forklift 4. Areal Parkir

Penentuan luas areal parkir berdasarkan jumlah truk yang mengangkut muatan pada satu hari pada tahun tersebut. Penentuan jumlah truk berdasarkan kapasitas yang mampu diberikan satu truk per hari. Kapasitas truk tergantung pada waktu yang dihabiskan dalam satu siklus perjalanannya.

Penentuan lama siklus perjalanan truk di pelabuhan peti kemas dihitung berdasarkan Tugas Akhir dengan judul ”Analisa Operasional Fasilitas Bongkar Muat Peti Kemas di UPPK II Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya” yang disusun

Page 26: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

oleh Asrul Irawan, 2000. Siklus perjalan truk di pelabuhan peti kemas adalah : - aktifitas truk di dermaga dengan cran = 4’ 10” - aktifitas waktu berjalan ke lapangan penumpukan= 7’ 22” - aktifitas di lapangan penumpukan = 9’ 06” - aktifitas kembali ke dermaga = 5’ 14” Jadi total waktu yang dibutuhkan truk untuk satu siklus perjalanan yang menempuh jarak 6540 m di Terminal Peti Kemas Surabaya adalah 22’ 36”. Namun pelabuhan peti kemas di kawasan industri Galang Batang ini mempunyai jarak yang lebih panjang yaitu 7820 m. Sehingga perhitungan lamanya siklus truk di pelabuhan peti kemas di kawasan industri Galang Batang ini adalah :

Siklus truk di pelabuhan = "36'226540

7820

= 27’01” Perhitungan kapasitas truk per hari harus dikalikan

koefisien 0,7 untuk menjaga kemungkinan kapasitasnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga kapasitas truk per harinya adalah :

Kapasitas truk per hari = 7,024"01'27

'60

= 37,31 ≈ 37 TEU’s/hari Karena adanya hari libur maka perhitungan kebutuhan truk untuk pengoperasian di pelabuhan peti kemas ini dikalikan koefisien 0,7.

Jumlah truk = YORKapasitas

harisJumlahTEU

/'

= 7,037

617

= 23,8 ≈ 24 truk

Jumlah truk tersebut dapat memenuhi kebutuhan pelabuhan peti kemas dengan catatan truk tersebut harus selalu ada di pelabuhan selama 24 jam. Kebutuhan parkir untuk satu truk adalah 20 m2. Sehingga pelabuhan peti kemas

Page 27: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

di kawasan industri Galang Batang ini membutuhkan lahan parkir seluas 480 m2. Gambar truk yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4. 10. Truk Kontainer

5. Jembatan Timbang

Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang berat peti kemas yang akan masuk maupun keluar dari pelabuhan peti kemas. Alat ini juga dibutuhkan untuk memberikan kepastian catatan berat muatan yang lewat sehingga tidak ada sengketa antara pemilik barang dan manajemen pelabuhan. Kapasitas alat ini harus mampu menimbang berat truk dan muatannya. Kapasitas jembatan timbang yang disyaratkan adalah 40 ton. Di pelabuhan peti kemas ini dibutuhkan 2 unit jembatan timbang untuk muatan yang masuk ke pelabuhan dan keluar dari pelabuhan.

Volume fasilitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat di kawasan industri Galang Batang untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Page 28: BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7252-3102100016-bab4.pdf · Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini ... produksi.

Tabel 4. 7. Volume Kebutuhan Failitas Pelabuhan Peti Kemas

* = tanpa perhitungan empiris