BAB IV 1100075 -...
Transcript of BAB IV 1100075 -...
107
BAB IV
ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP KONSEP
DZIKIR DALAM AL QUR’AN SEBAGAI TERAPI PENDERITA
PSIKONEUROTIK
A. Fungsi Dzikir Sebagai Terapi Psikoneurotik
Bab III dari penelitian ini secara garis besar dapat dipahami dzikir
dalam perspektif etimologis, berarti mengingat, menyebut, menyadari atau
mengambil pelajaran (Bisri,1997: 169). Ingatan manusia berfungsi untuk
mencamkan, menyimpan dan memproduksi kesan. Ia membentuk kecakapan
untuk menerima, menyimpan dan memproduksi berbagai macam kesan.
Ingatan bisa timbul karena ada rangsangan dari dalam atau dari luar diri. Dari
ingatan timbullah tanggapan, dan setelah tanggapan ini bergabung dengan
potensi yang lain menghasilkan pengertian. Dari sini timbul kepedulian sosial.
Dalam moral sosial, menurut Sukanto, ada dua dasar kodrati manusia
(Sukanto,1992: 79), Pertama, manusia tidak bisa dipisahkan dengan manusia
lain. Kedua, manusia mempunyai kodrati untuk mempertahankan dan
mengembangkan hidupnya. Untuk mengembangkan kedua gejala itu, manusia
punya kemampuan untuk menjawab reaksi atas seruan nilai-nilai sebagai
“nilai”, sehingga ia mampu membangun budayanya berdasarkan refleksi
pemikirannya mengenai hakekat benda. Reaksi atas seruan nilai sebagai
“nilai” itulah yang perlu dicermati manusia dalam mengembangkan
budayanya. Dalam pengembangan budaya ini berlaku metode pikir, kalau
108
metode pikir ini berjalan tanpa menyertakan metode dzikir (dzikrullah), maka
budaya yang timbul bisa berbau syirikisme jahiliyah. Budaya ini merajalela
sebelum Islam datang. Oleh karena itu metode dzikir harus bisa merefleksikan
cara-cara yang empiris dalam kehidupan, agar kehendak Tuhan tersalur sesuai
qadar-Nya. Dzikir dalam Islam adalah dzikir imanual, yaitu ingatan yang
terhubung dengan Tuhan dan menimbulkan pengalaman transendental yang
seringkali sanggup mengatasi berbagai macam kesulitan, dan sekaligus
mendatangkan ketenangan diri1 (Pasiak, 2002, 214). Menginternalisasi asma
Allah ke dalam hati akan menimbulkan efek yang luas terhadap peningkatan
iman dan daya pikir. Dzikir merupakan anak tangga pengembangan nilai.
Di sisi lain Anshori (2003: 71) menyatakan bahwa aspek internal (baca
: rohaniah) memegang peranan paling penting dalam kehidupan manusia.
Kesehatan rohani akan mempengaruhi kesehatan jasmani (Arifin, 1970: 12).
Seseorang akan dikatakan sehat apabila tidak ada gangguan fisik, psikis
maupun sosialnya. Dalam Islam, term ������������������������������� �� atau men sana
in corpore sano, jiwa yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat. Yang
dimaksud dengan sehat fisik atau sehat jasmani adalah orang yang
berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratories dan radiologis tidak terserang
penyakit atau terjadi kelainan-kelainan. Sebaliknya, pengertian kesehatan
1 Penelitian Herbert Benson menunjukkan bahwa kata-kata dzikir itu dapat menjadi salah
satu frasa focus (kata-kata yang menjadi titik perhatian) dalam proses penyembuhan diri dari kecemasan, ketakutan bahkan dari keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri dada, dan hipertensi. Frasa focus ini jika dikombinasikan dengan respons relaksasi dapat menghambat kerja sistem saraf simpatis yang mengatur kecepatan denyut jantung, nadi, pernapasan dan metabolisme. Ia berfungsi sebagai obat beta bloker (penghambat reseptor beta) dalam kerja saraf simpatis. Pada sisi lain dzikir dapat membuat alur gelombang otak berada pada gelombang alfa ketika seseorang menjadi sangat kreatif dan berdaya gelombang alfa ketika seseorang menjadi sangat kreatif dan berdaya renung tinggi. Perubahan gelombang otak inilah yang terjadi ketika seseorang bertafakkur.
109
mental atau psikis menurut Zakiah Daradjad ada empat macam : Pertama,
kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). Kedua, Kesehatan
mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,
dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana dia hidup. Ketiga,
kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan
yang ada semaksimal mungkin, sehinggga membawa kepada kebahagiaan diri
dan orang lain; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit Jiwa.
Keempat, Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi jiwa, serta mempunyai kesangggupan untuk
menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya (Daradjat, 2001: 11-13).
Dari definisi di atas, telah mencakup pula tentang kesehatan sosial
(poin kedua dan ketiga). Karena jelas, bahwa manusia sebagai makhluk sosial
tidak bisa dilepaskan dari lingkungan di mana ia berada. Ia membutuhkan
sandang, pangan dan papan sebagai kebutuhan fisik, serta kebutuhan rasa
kasih sayang, penghargaan orang lain serta kebutuhan akan sahabat yang
merupakan kebutuhan sosial yang paling mendasar, akan tetapi kalau ditinjau
dari al-Qur’an, orang yang sehat adalah orang yang di samping definisi di atas,
“sepanjang tidak dikatakan sakit oleh Tuhan”. Yang dimaksud di sini adalah
110
orang munafik2, kafir.3. Sebagaimana tersebut diatas dalam Q. S. Al Baqarah,
2 : 10, serta ayat sebelum dan sesudahnya :
������������������������������������������ !�"�# ��������$��
Artinya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
Tingkah laku orang semacam yang disinyalir al-Qur’an inilah yang
sebenarnya menderita gangguan mental (rohaniah). Penderita gangguan
mental (mental disorder) pada akhir-akhir ini sering terjadi, seiring dengan
perubahan sosial yang begitu cepat.��Akibat teknologi yang berkembang pesat,
disertai kemajuan di segala bidang, menjadikan problema-problema yang
dihadapi masyarakat semakin kompleks4 (Mubarok, 2002: 165). Seperti,
banyaknya persaingan (kompetisi) yang tidak sehat, perlombaan dalam hidup
2. Munafik berasal dari kata “nafaqo” yang berati melahirkan sesuatu yang berlawanan
dengan hati nuraninya. Dengan pengertian syara’, munafik adalah oaring yang lahirnya menyatakan beriman, padahal hatinya kufur.
a. sifat oaring munafik - tidak berpendirian tetap dan jelas (4: 143), (57: 14) - Tidak dapat dipercaya (9: 75-79), (59: 11-12) - Bohong dan dusta (2: 8-10), (24: 47-50) - Amal ibadahnya riya’ atau ingin dipuji (8: 49), (4: 142) - Mencari keuntungan pribadi (4: 141) - Suka bergaul dengan orang yang memusuhi Islam (4: 13 - 135)
b. Tamsil bagi oaring munafik - Laksana menyalakan lampu tapi tidak meneranginya (2: 17) - Seperti oarng tuli, buta (2: 18 –20) seperti pada saat hujan lebat yang gelap
gulita disertai guntur dan kilat. -
3. Kepribadian oaring kafir digambarkan al-Quran dalam beberapa bentuk, yaitu: . kelompok fasikin. Sifatnya:
- berpaling dan menyembuyikan kebenaran.(61: 5), (2: 26-27) - Mereka tidak mau mengamalkan kebenaran. (5: 47-50) - Mereka menukar dan menjual hukum/ ayat allah (3: 187-188)
4 Menurutnya sebagai akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan maka manusia modern mengidap penyakit kejiwaan antara lain berupa kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku meyimpang dan psikosomatis. Lihat Ahmad Mubarok Relevasi Tasawuf dengan problem kejiwaan manusia modern. Dlam Ahmad Najid Burhani Manusia Modern Mendambakan allah: Renungan Tasawuf Positif Bandung : Mizan media utama, 2002,hlm.165
111
yang bertentangan, karena semakin banyaknya kebutuhan dan keinginan yang
harus dipenuhi, sehingga semakin sukar orang mencapai ketenangan hidup,
akan tetapi, sebenarnya ketenangan hidup itu tidaklah tergantung kepada
faktor-faktor dari luar negeri. Seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, budaya
dan sebagainya, melainkan lebih tergantung kepada cara dan sikap dalam
menghadapi faktor-faktor tersebut. Orang yang sehat mentalnya, meskipun
menghadapai goncangan ekonomi yang tidak stabil, akan tetap tenang dan
tidak lekas putus asa, pesimis atau apatis. Sebaliknya, bagi orang yang
terganggu kesehatan mentalnya, akan memengaruhi keseluruhan hidupnya.
Pengaruh itu meliputi perasaan, pikiran atau kecerdasan, kelakuan dan
kesehatan badan (Daradjat, 2001: 16).
Pengaruh gangguan kesehatan mental terhadap perasaan meliputi rasa
cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu (bimbang)
dan sebagainya. Gangguan terhadap pikiran, seperti sering lupa, tidak
mengkonsentrasikan pikiran tentang sesuatu yang penting, kemampuan
berfikir menurun, sehingga solah-olah ia tidak cerdas, pikirannya tidak dapat
digunakan dan sebagainya. Sementara itu, gangguan terhadap kelakuan sangat
beragam bentuknya. Seperti tindak kriminal agresif (menyerang), destruktif
(merusak), dan sebagainya. Bagi kalangan pemuda atau remaja, kelakuan-
kelakuan yang demikian itu sering diistilahkan dengan kenakalan remaja atau
juvenile delinquency. Mengenai penyebabnya, Soerjono Soekanto berpendapat
bahwa :
Keinginan-keinginan pribadi yang tidak terpenuhi mungkin akan menimbulkan keinginan-keinginan untuk menyimpang dari norma-
112
norma yang berlaku, oleh karena norma-norma tersebut kurang mampu untuk memberikan peluang-peluang bagi tercapainya keinginan-keinginan pribadi, maka kemungkinan akan menyebabkan tingkah laku yang menyimpang atau yang dinamakan deviant behavior (Sukanto, 1982: 16).
Adapun gangguan mental terhadap kesehatan badan sering disebut
dengan psikosomatik, yaitu penyakit pada tubuh yang disebabkan oleh mental.
Para ahli jiwa telah banyak meneliti gangguan-gangguan mental atau jiwa,
yang secara keseluruhan dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan,
Pertama, mereka yang diserang oleh gangguan mental karena pembawaan,
sehingga si penderita sangat menyulitkan, merugikan diri sendiri serta
lingkungannya (Kartono, 1980: 75-76). Golongan ini sering dinamakan
psikopat. Kedua, psikosa, yaitu gangguan kejiwaan karena berbagai sebab,
sehingga integrasi seseorang rusak sama sekali. Akibatnya kepribadian
seseorang menjadi terganggu dan selanjutnya tidak mampu menyesuaikan diri
dan memahami problem. Di antara sebabnya, karena keracunan akibat
minuman keras, obat-obatan atau narkotika akibat penyakit yang kotor (sipilis,
gonorhoe), dan lain-lain, sehingga terjadi kerusakan pada anggota tubuh
seperti otak, sentral saraf atau kehilangan kemampuan berbagai kelenjar,
saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan tugasnya. Ketiga,
psikoneurosa (neurosa) atau perpecahan pribadi (self devision). Ini disebabkan
oleh karena alam sadar (atau ego) menggantungkan nasibnya pada alam moral
(super ego), sedang alam bawah sadar (ID) berusaha minta pemuasan.
Keadaan yang demikian itu yang menjadikan adanya konflik. Konflik apabila
tidak segera diatasi akan menjadi krisis psikis, sehingga pribadi seseorang
113
terbawa ke dalam alam neurosa. Zakiyah Daradjat membedakan antara
neurosa dengan psikosa :
Orang yang kena neurosa, masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psychosa tidak. Di samping itu, orang yang kena neurosa kepribadiannya tidak jauh dari realitas, dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. Sedangkan bagi orang yang kena psychosa, kepribadiannya dari segala segi (tanggapan, perasaan atau emosi dan dorongan-dorongannya), sangat terganggu, tidak adanya integritas dan ia jauh dari alam kenyataan (Daradjat, 2001: 33-35). Mengobati penyakit yang disebabkan karena gangguan mental, para
ahli biasanya menggunakan tehnik-tehnik tertentu untruk mencari sebab-sebab
gangguan tersebut. Misalnya tehnik hipnotis, sugesti, psikoanalisa dan lain-
lain. Selain itu ada pula yang menggunakan cara self sugesti tanpa bantuan
orang lain. Ahmad Syafi’i Mufid dengan mengikuti teori Al Ghazali
memberikan alternatif bagaimana mengobati diri sendiri dari gangguan
kejiawaan.
Pertama kali yang harus dilakukan adalah muhasabah. Yang dimaksud dengan muhasabah adalah meneliti perbuatan tingkah lakunya sendiri sehari-hari yang menjadi sebab dan sumber kecemasan. Yang kedua, setelah mengadakan muhasabah, penderita harus muraqabah. Artinya melakukan perkerjaan apa saja yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Muraqabah disini juga dapat berarti penyerahan diri kepada Allah, atas segala kuasa-Nya (menerima kodrat dan irodat-Nya). Muraqabah juga bisa berarti tobat kepada Allah”5 (Ansori, 2003: 61).
Jika diteliti lebih jauh mengenai timbulnya gangguan kejiwaan,
sesungguhnya berpangkal pada ketidaksadaran diri, bahwa dirinya itu tidak
5 Al Ghazali pernah menderita gangguan kejiwaan akibat konflik yang muncul dalam
pikirannya, yakni ketika ia diangkat menjadi guru besar Islam pada Universitas Nidzamiyah tahun 484 H. disamping itu ia juga menjabat sebagai staf ahli perdana menteri. Pergolakan bathin itu disebabkan karena ia dihadapkan pada dua pilihan, antara kedudukan dan kemewahan yang diterimanya dengan ajaran sufi yang ditekuninya. Para dokter pada waktu itu tidak mampu memahami penyakitnya, akhirnya ia berusaha mengobati sendiri penyakitnya dengan jalan muhasabah dan muraqabah pada Allah, dan ternyata berhasil.
114
mampu mengejar apa yang dicita-citakan. Mereka tetap memforsir segala
potensi akal budinya sehingga kelelahan. Menurut anggapannya, segala
keinginan jika diusahakan dengan pengerahan segenap potensi tenaga dan
pikiran mesti akan tercapai. Tidak disadari bahwa kemampuan manusia itu
terbatas dan ada kelemahan, sehingga jika kegagalan menimpanya, terjadilah
shock, stress, depresi, frustasi dan pelbagai macam kekalutan mental lainnya.
Pentingnya kesadaran diri dalam menghadapi pelbagai macam tantangan
hidup ini, telah diakui peranannya oleh Murtadzo Mutohari, seorang ulama’
Iran dengan pendapatnya :
Kesadardirian yang mampu meningkatkan seseorang akan jati dirinya, yang mampu menghilangkan kealpaan, yang mampu membarakan jiwa seseorang, dan yang mampu membuat seseorang mampu menanggung derita, bukanlah produk filsafat. Ilmu dan falsafah dunia menciptakan sifat alpa dan menyebabkan seseorang kehilangan wawasan terhadap dirinya. Itulah sebabnya ada banyak filosof yang tidak sadar akan dirinya, sementara sebaliknya banyak orang buta huruf justru sadar akan dirinya.
Salah satu fungsi kesadardirian akan segala kelebihan dan
kekurangannya, orang akan sampai kepada Tuhan. Ia akan merasakan betapa
kecilnya diri ini dihadapan Yang Maha Kuasa, sehingga semua aktifitas
pikiran maupun perbuatan akan senantiasa digantungkan kepada-Nya. Hal
yang demikian inilah yuag senantiasa disinggung oleh Nabi Muhammad saw
dalam sebuah term ����%�&� '���(�� %�)�� '���*�, barangsiapa mengenal dirinya
sendiri, maka dia akan mengenal Tuhannya.
Memang, jika dilihat kebanyakan orang-orang yang terkena kekalutan
mental (mental disorder), karena mereka jauh dari norma-norma religius.
Sebaliknya, orang senantiasa ingat kepada Tuhannya (dzikir) akan mampu
115
mengontrol dan mengendalikan segala pikiran, emosi dan perbutannya,
sehingga apabila tidak bisa meraih apa yang diinginkan tidak akan terganggu
jiwanya, maka, apabila dilihat secara psikologis “dzakirin (orang yang
berdzikir) adalah orang yang tejauh dari ambivalen (kegoncangan jiwa) akibat
derita ataupun kecukupan”. Apabila faedah dzikir dikaitkan dengan teori
kepribadian Sigmund Freud, maka terbuktilah bahwa orang yang tidak pernah
dzikir atau tidak selalu ingat kepada Allah, semua gerak dan irama hidupnya
selalu dalam pengaruh ID (DasEs). Ego (Das Ich) manusia akan senantiasa
mengikuti pengaruh alam bawah sadar (ID) tadi.
Dalam hal yang demikian, pengaruh super ego (alam moral tidak
berperan sama sekali). Salah satu contoh, karena lapar, perut menuntut untuk
diberi makan. Otak memerintahkan tangan untuk mengambil makanan,
mulutpun siap mengunyah apa saja yang masuk. Di sini tidak perlu kesadaran
apakah makanan itu halal atau haram, melanggar hak orang lain atau tidak.
Semua itu sama saja bagi ego manusia. Di sinilah pentingnya dzikir dalam
membentuk kepribadian manusia, dengan senantiasa berdzikir kepada Allah,
super ego akan selalu mendapat “makanan”. Super ego akan berfungsi sebagai
alat kontrol bagi perilaku manusia secara baik. Dengan dzikir manusia akan
sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah laku individu dan sosialnya.
Mereka akan mampu menerima kenyatan yang ada, dan dapat meletakkan
hakekat kemanusiaan yang betul-betul insani.
Akan tetapi, bagi sementara orang, ketika dihadapkan kepada
problema-problema berat yang mengakibatkan timbulnya frustasi kekalutan
116
mental, stress, shock dan lain-lain, justru mencari pelarian (escape) kepada
hal-hal yang dapat melupakan untuk sementara. Seperti perjudian, mabuk,
narkotika, pelacuran dan sebagainya. Di saat lain, ketika semua pelampiasan
telah berlalu, ia kembali menghadapi pelbagai persoalan yang mengelisahkan.
Menurut anggapan mereka, dengan melakukan perbuatan-perbutan di atas tadi
semua problema akan terlupakan, setidaknya untuk sementara waktu.
Sebaliknya, bagi orang yang semangat beragamanya tinggi, ia akan
selalu berusaha mengadukan semua persoalanya kepada Tuhan, dengan
melalui shalat, do’a dan dzikir, sebagaimana telah disinyalir oleh al-Qur’an
bahwa mencari pelarian dengan perjudian dan minuman keras itu, justru tidak
akan menyelesaikan persoalan, malahan akan semakin menjauhkan diri dari
Tuhan.
����(+�������������,����-�./0����1��( ��� ��2���3$��������4�5���(��������
����62���6������17+���*�������8�*�
Artinya : “Sesungguhnya syetan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum khamr dan berjudi itu), dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Q.S. Al Maidah ayat 91.
Apa yang dikatakan al-Qur’an tadi, merupakan penyebab orang
melupakan Tuhan, bahkan lupa kepada dirinya sendiri, sehingga melibatkan
diri pada dunia fantasi yang hanya dapat diperoleh melalui minuman keras dan
narkotika. Salah satu terapi lupa yang timbul akibat kelalaian kepada azab
adalah dengan ingat terus menerus kepada-Nya, nikmat dan karunianya, tanda-
tanda kekuasaan-Nya, pada ciptaan-Nya dan sebagainya. Dengan kata lain,
117
berdzikir secara konstan dan kontinyu, mulazamatu fi al dzikr. Tehnik terapi
ini tampak jelas dalam Q.S Al Kahfi ayat 24 :
�9�����8��:�&���8��
Artinya : “Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa “.
B. Implementasi Konsep Dzikir dalam al-Qur’an Sebagai Terapi Mental
Penderita Psikoneurotik
Kemajuan sains dan teknologi telah membawa manusia kepada
kehidupan fisik-material yang menguntungkan. Dengan adanya revolusi
industri pada awal abad ini, yang jauh menjadi dekat, yang berat menjadi
ringan, yang sukar menjadi mudah. Pendeknya, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi telah memberikan sumbangan yang besar dalam mengurangi
beban kerja otot manusia. Lalu dewasa ini, iptek telah mampu pula
mengurangi beban otak manusia dengan munculnya revolusi komunikasi atau
informasi. Dengan penemuan-penemuan baru yang senantiasa berlanjut itu
manusia semakin merasa percaya diri untuk mengatasi problem kehidupannya,
akan tetapi, dibalik kecanggihan sains dan teknologi itu, manusia merasa
semakin teralienasi dari kehidupannya sendiri6 (Nasir, 1997: 40). Kecanggihan
teknologi yang ada memang telah membawa berbagai kemudahan dalam hal
6 Kehidupan perkotaan sebagai basis kehidupan modern juga semakin keras dan saling
memangsa, sehingga memunculkan berbagai macam penyakit keterasingan (alienasi).Ada alienasi ekologis, manusia secara mudah merusak dan dengan penuh kerakusan tanpa peduli dengan kelangsungan hidup di masa depan bagi semua orang. Ada pula alienasi etologis, bahwa sementara orang-orang di negeri ini mulai mengingkari hakekat dirinya, hanya karena memperebutkan materi dan mobilitas kehidupan. Muncul pula gejala alienasi masyarakat yang menunjukkan keretakan dan kerusakan dalam hubungan antar manusia dan antar kelompok, sehingga lahir disintegrasi sosial. Selain itu terdapat juga gejala alienasi kesadaran yang ditandai oleh hilangnya keseimbangan kemanusiaan karena meletakkan rasio atau akal pikiran sebagai satu-satunya penentu kehidupan yang menafikan rasa dan akal budi.
118
fisik-material pada level tertentu di kalangan masyarakat, tetapi tidak serta
merta dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan, kedamaian,
ketenteraman, dan cinta kasih justru yang terjadi adalah sebaliknya, membuat
manusia teralienasi (merasa terasing) dalam hidupnya, teralienasi dari Tuhan,
teralienasi dari lingkungan sosial, atau mungkin teralienasi dari kedua-duanya
yang menurut Jalaludin Rachmat diluskiskan sebagai “ironi modernitas”7
(Rahmat, 1986: 176). Tidak hanya itu, pada tahap tertentu, seseorang bisa
merasa pula terancam hidupnya.
Sebenarnya, manusia bukan semata-mata fisik-material, tetapi di balik
itu ia memiliki dimensi lain, yang dipandang sebagai hakekat manusia, yakni
dimensi rohaniah (spiritual). Dimensi fisik-material dan dimensi mental-
spiritual saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu,
manusia tidak mungkin mampu menjalani hidup tanpa membekali kedua
unsur yang ada pada dirinya itu. Rohaniah manusia yang menopang kehidupan
jasmaniahnya tidak boleh diabaikan didalam kehidupan. Kalau dimensi fisik
dapat hidup dan merasa senang dengan makanan yang bersifat material, maka
rohaniah manusia akan hidup dan merasa tenteram dengan makanan yang
bersifat spiritual. Iman dan keyakinan adalah makanan rohaniah manusia.
7 Ironi modernitas dalam bahasa Jalaluddin Rachmat, dilukiskan sebagai penampilan cita-
cita diri “chimeramonstery” yaitu suatu sosok pribadi bertubuh manusia dan binatang sekaligus. Hal ini dalam perspektif psikologi disebut sebagai kepribadian yang terpecah. Yang akhir-akhir ini semakin nyata dalam prilaku kemasyarakatan sebagai contoh kita mendengung-dengungkan keluhuran nilai-nilai ketimuran seperti keramahan, halus budi, gotong royong dan lain sebagainya, tetapi pada saat yang sama bermunculan wajah-wajah busuk di realitas kehidupan masyarakat. Kekerasan dan kebrutalan muncul dalam berbagai bentuk di lingkungan keluarga. Maupun dalam masyarakat luas. Perkosaan yang cenderung merebak dan menodai harkat martabat perempuan. Sampai banyak korban anak-anak di bawah umur. Perkelahian pelajar dan kebrutalan kaum remaja menjadi rutinitas. Kasus-kasus narkotika, bunuh diri, kerusakan moral, pelacuran, perselingkuhan, dan frustasi. Belum dihitung orang-orang kota besar yang dilanda kebosanan dan kepenatan hidup lalu mencari “surga buatan”, sebagai aktivitas sesaat.
119
Iman dan keyakinan mengambil institusi dalam bentuk dzikir dan shalat.
Dzikir dan shalatlah yang akan memuaskan dahaga batin manusia.
Dengan demikian, dzikir mempunyai makna yang penting bagi
kehidupan setiap insan. Oleh sebab itu sebenarnya tidak hanya menyangkut
spiritual manusia, tetapi juga menyangkut fisik-biologis dan psikis (jiwa)nya8.
Kendati begitu, kalbu (roh, spiritual) manusia dipandang sebagai unsur
pertama yang mendapat pengaruh makna dzikir, karena aktifitas dzikir itu
sendiri bertitik awal dari kalbu manusia.
Menurut Yunasril Ali, para psikiater mengakui bahwa kondisi jiwa
manusia mempunyai pengaruh terhadap fisiknya. Oleh sebab itu, tidak sedikit
penyakit yang diderita manusia berpengaruh dari kondisi kejiwaannya
terhadap tubuhnya yang biasa disebut penyakit psikosomatik. Dengan
demikian, untuk menghilangkan penderitaan demikian tidak lain adalah
dengan menghilangkan sumber penyakit, yakni keadaan jiwa si penderita yang
gelisah, cemas, murung dan sebagainya akan tetapi, kondisi psikis demikian
tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan kondisi spiritual manusia (Ali,
2002: 152). Oleh sebab itu, untuk memberikan kesembuhan kepada seseorang
penderita penyakit yang bersumber dari kondisi psikis yang labil perlu
dilakukan penyehatan atas kondisi spiritualnya melalui diagnosa iman dan
8. Berbicara tentang jiwa sangatlah rumit, oleh karena ada beberapa istilah yang
digunakan, yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan begitu saja. Beberapa istilah itu adalah ruh, akal, nafsu, dan hati. Adapun keadaan jiwa/ruh manusia sejak ditiupkan kepada tubuhnya sampai pada akhir nanti dijelaskan dalam al-Qur’an :
- allah meniupkan ruh ciptaan-Nya kepad tubuh manusia ketika masih dalam kandungan (32: 7-9)
- allah mengambil kesaksian terhadap jiwa tersebut tentang keesaan Allah (7: 172-174) - pada hari kiamat jiwa manusia akan mengetahui apa yang diperbuatnya ketika di dunia.
(81: 14), (82: 5), (3: 185), (3: 25)
120
aktifitas dzikir dan do’a. Allah berfirman : “Hai manusia, sesungguhnya telah
datang pengajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”. (Q.S. Yunus (10) : 57. Ayat ini mengisyaratkan bahwa penyakit
spiritual dapat disembuhkan dengan ajaran Ilahi yang mengandung pedoman
hidup yang lengkap. Apabila hal demikian dijalani secara baik dan benar, lalu
diiringi dengan dzikir yang khusyu’, maka manusia akan terhindar dari
kegundahan pikiran, kecemasan, putus asa dan sebagainya. Allah berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan kalbu mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah kalbu menjadi
tenteram”. (Q.S. al Ra’d (19) : 28).
Dari diakripsi di atas apabila diperluas lagi pengertiannya, dzikir
meliputi juga do’a dan sembahyang (shalat). Karena didalamnya unsur “ingat”
terasa dominan sekali. Dengan demikian, terlalu sempitlah jika mengartikan
dzikir melulu pada wacana mewiridkan bacaan-bacaan, sambil duduk berjam-
jam. Akan tetapi, antara dzikir, do’a dan sembahyang, merupakan satu
pengertian bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhannya, kendatipun
dengan corak dan tata cara tersendiri. Tata cara sembahyang akan berbeda
dengan berdo’a atau berdzikir; namun dapat pula dirangkaikan ketiganya.
Misalnya, seusai orang melakukan shalat, disunnahkan untuk berdzikir
dan berdo’a. dzikir sehabis shalat ini sepanjang ajaran Rasulullah Saw adalah
membaca tasbih,9 tahmid,10 takbir,11 dengan bilangan tertentu, serta ditambah
9 Tasbih, ucapan mensucikan Allah berupa bacaan subhanallah.
121
dengan istighfar, tahlil 12 dan do’a-do’a.13 Selain itu, bahwa pengertian shalat
sama dengan dzikir, diperoleh dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id
al-Khudry, yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :
�*����������06��� ����*�6 �&��;������+������*��%� ��������<�����8=�
�������>�
Artinya : “Apabila seseorang membangunkan keluarganya (isterinya) pada malam hari, lalu mereka melaksanakan shalat dua raka’at secara berjama’ah, maka mereka akan dicatat oleh Allah termasuk golongan orang-orang yang berdzikir”.14
Dari hadits ini dapat dipahami, bahwa shalatpun merupakan salah satu
bentuk dzikir kepada Allah. Bahkan selanjutnya harus diikuti dengan dzikir
yang lain pula. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’, 4 : 103 :
�����2�������!� $������$��������8��17+����6�.$��8-�?2���-���@ABCD
Artinya : “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring”.
Namun demikian, dari sekian banyak jenis dzikir, yang paling utama
adalah ucapan la ilaha illa Allah. Ini didasarkan pada hadits Nabi Saw :
>�2�E����.�� ���������.�����F��%��F
Artinya : “La Ilaha Illa Allah adalah dzikir yang paling utama dan ia merupakan kebaikan yang tertinggi”.
10 Tahmid, ucapan untuk memuji Allah berupa bacaan alhamdulillah 11 Takbir, ucapan untuk menyatakan kemahabesaran Allah berupa bacaan Allahu Akbar 12 Tahlil, disebut juga lafadz Nafi isbat atau kalimat tauhid berupa bacaan La Ilaha Illa
Allah.
122
Beban-beban duniawi yang senantiasa datang silih berganti akan dapat
melemahkan daya tampung kalbu, sehingga pada suatu waktu daya kalbu akan
terkuras habis. Apabila daya kalbu melemah, maka berbagai penyakit
batinpun akan datang. Lebih dari itu, apabila daya kalbu habis, maka manusia
akan kehilangan nilai hidup sama sekali. Untuk mengantisipasi segala
kemungkinan demikian, mukmin dianjurkan memperbanyak dzikir. Dzikirlah
yang dapat dijadikan sebagai makanan kalbu insan. Nabi bersabda : “Nasib
malang tidak akan menimpa orang yang menyebut, Allah, Allah!”. (H.R.
Muslim dari Annas Ibnu Malik) (Ali, 2002: 153).
Dalam kehidupan modern dewasa ini, orang sering merasa lelah karena
beratnya beban berupa label-label atau topeng-topeng keduniaan yang selama
ini dijadikan identitas, yang sementara waktu dapat memuaskan ego, tetapi
topeng-topeng duniawi itu hanya memberikan kepuasan kontemporer, yang
berujung pada kekecewaan. Karena kekosongan yang diisi materi duniawi itu
hanyalah kekosongan luar dan bukan bersifat permanen. Padahal, kebutuhan
hakiki manusia bukan pada penampilan lahiriyah, tetapi pada bathiniyah.
Setiap manusia mendambakan cinta kasih, ingin mencurahkan cinta, dan
selalu rindu untuk berdampingan dengan Tuhan Maha Pengasih. Itulah sifat
dasar manusia. Ia akan merasa bahagia, tenteram dan damai apabila dahaga
batin itu dapat terpenuhi. Hanya orang yang merasakan hubungan yang intim
dalam dzikr Allah-lah yang dapat merasakan ketenangan dan kestabilan hidup.
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu
agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah yang
123
seharusnya selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Musnamar,1992:3). Konseling
Islam dalam hal ini sangat penting karena konseling Islam itu pada akhirnya
bertujuan untuk tercapainya kebahagiaan dunia akhirat.
Bimbingan konseling Islam dapat membantu individu mewujudkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya, artinya mewujudkan diri sesuai dengan
hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras
perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi dan kedudukannya
sebagai mahluk Allah (mahluk religius) mahluk individu, mahluk sosial dan
sebagai mahluk yang berbudaya. Bimbingan dan konseling Islam dapat
membantu individu mencegah timbulnya masalah, baik di dalam individu
(konflik intra personal) inter personal, intra group, inter grup maupun inter
organisasi. Bantuan pencegahan masalah ini merupakan salah satu fungsi
bimbingan dan dapat dilakukan dengan berdzikir.
Berbicara hakekat manusia maka tidak terlepas dari pembahasan
substansi manusia. Dalam Islam substansi manusia mempunyai tiga aspek
yaitu: aspek jismiah, nafsiah, rohaniah. Aspek jismiah mempunyai demensi
jism (badan) dan seluruh organ-organ fisik lainnya, sementara aspek nafsiah
memiliki demensi al nafsu, al aql dan al qulb. Sedangkan aspek rohani
memiliki demensi al ruh dan al fitrah. Jika konsep dijadikan dasar untuk
menelaah konsep dasar psikologi barat, maka dapat dijadikan bahwa psikologi
barat berada dalam dua aspek, jasmani dan nafsiah, sementara aspek rohaniah
tidak terjangaku dalam psikologi barat.
124
Substansi manusia ini melahirkan lima kecerdasan yaitu:
1). Kecerdasan intelektual, (intuitif) yaitu kecerdasan dengan penerimaan dan
pembenaran pengetahuan yang bersifat intuitif illahiyah. Seperti wahyu dan
ilham atau firasat. Adanya sifat intuitif illahiyah ini sebagai pembeda dengan
kecerdasan intelektual yang ditimbulkan oleh akal pikiran yang bersifat
rasional insaniah.
2).Kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan pengendalian
nafsu-nafsu impulsif dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang
untuk bertindak secara hati-hati, waspada, tenang, sabar, dan tabah ketika
mendapat musibah, dan berterima kasih ketika mendapat kenikmatan.
3). Kecerdasan moral, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan hubungan
kepada sesama manusia dan alam semesta. Kecerdasan ini mengarahkan
seseorang untuk bertindak dengan baik, sehingga orang lain merasa senang
dan gembira kepadanya tanpa rasa sakit, iri hati, dengki, dendam dan
angkuh.
4). Kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kualitas
batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih
manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin
belum tersentuh oleh akal pikiran manusia.
5). Kecerdasan beragama, menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (tt:330)
yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kualitas beragama dan bertuhan.
Kecerdasan ini mengarahkan pada seseorang untuk berprilaku secara benar
yang puncaknya menghasilkan ketaqwaan secara mendalam.
125
Dari sinilah terapi dzikir dapat menciptakan dan menumbuhkan lima
kecerdasan potensi manusia, yang pada akhirnya dari kecerdasan-kecerdasan
itu berpuncak pada suatu titik tertinggi yaitu Tuhan. M. Utsman Najati
(2002:217) mengungkapkan bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah
akan menghilangkan kegelisahan, merangsang ketenangan dari kegundahan
dan menyingkap kedamaian dari kecemasan.
Bimbingan konselig Islam tidak hanya dilakukan oleh individu yang
terkena masalah, melainkan juga individu yang masih juga dalam tataran
sehat.
Pemberian bantuan layanan konseling hendaknya dilakukan oleh orang
yang berkemampuan tinggi dalam melaksanakan komunikasi dengan klien dan
menjadi suri tauladan dalam tingkah laku serta bersikap melindungi klien
dalam kesulitan-kesulitan yang ada (Sugiri, 2003: 75).
Menurut pemahaman penulis, pembimbing yang dalam hal ini konselor
haruslah mampu menginterprestasikan apa yang diungkapkan klien, sehingga
mampu berempati terhadap apa yang dirasakan dan dilakukan serta
memberikan alternatif pemecahan yang tepat kepada klien, dan tidak hanya
berorientasi terhadap penyelesaian masalah, melainkan dapat membentengi
diri dari timbulnya permasalahan secara mandiri. Selanjutnya, untuk
memberikan bimbingan diperlukan seseorang yang mempunyai karisma,
keunikan, dan memahami kondisi psikis. Mereka itu adalah agamawan, guru
pendidik maupun orang tua.
126
Berkaitan dengan optimalisasi fungsi bimbingan konseling Islam dalam
menangani permasalahan yang berkaitan dengan seseorang, maka penulis akan
mencoba melihat bagaimana hubungan antara optimalisasi fungsi bimbingan
konseling Islam dengan permasalahan yang dihadapi seseorang, yang dalam
hal ini berkaitan dengan kesehatan mental seseorang.
Fungsi bimbingan konseling Islam menurut Fakih meliputi empat fungsi,
yaitu: preventif, kuratif, preservatif, dan development. Dalam kerangka fungsi
preventif, yang memiliki arti membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah adalah dengan cara pemberian bantuan meliputi
pengembangan strategi dan program-program pengaktualisasian diri bagi
seorang klien. Pengembangan program-program dan strategi-strategi ini dapat
digunakan sebagai sarana mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko yang
tidak perlu terjadi.
Berkaitan dengan penelitian yang diangkat, maka penulis menekankan
bahwa dzikir harus tetap dipertahankan untuk mencapai mental yang sehat, hal
ini dimaksudkan untuk memberikan arahan maupun pijakan kepada individu
dalam upaya penemuan integritas dirinya. Upaya penemuan integritas diri
dapat dilakukan oleh diri sendiri ataupun dengan bantuan orang lain, yang
dalam hal ini adalah orang tua maupun guru pendidik dan agamawan. Mereka
bisa bertindak sebagai konselor dalam membantu seseorang menemukan
identitas diri dan integritas dirinya.
127
Fungsi kuratif atau pengentasan. Fungsi kuratif diartikan membantu
individu memecahkan masalah yang dihadapinya. Gangguan psikoneurotik
pada umumnya merupakan masalah yang sering dihadapi seseorang.
Dzikir perlu dikembangkan dan dipupuk secara optimal. Dzikir yang
dilakukan secara kontinyu dapat membangkitkan rasa percaya diri dan dapat
menentramkan hati yang gelisah.
Fungsi preservatif. Fungsi ini bertujuan untuk membantu individu
menjaga situasi dan kondisi semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi
baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. Dalam hal ini berorientasi
pada pemahaman individu mengenai keadaan dirinya, baik kelebihan atau
kekurangan situasi dan kondisi yang dialaminya saat ini.
Oleh karena itu fungsi preservatif sangat dibutuhkan dalam mambantu
individu memahami keadaan yang dihadapi, memahami sumber masalah dan
individu akan mampu secara mandiri menghadapi masalah yang dihadapinya.
Dengan melakukan dzikir dengan bersunguh-sungguh maka akan
menimbulkan rasa dekat kepada Allah, selain itu dapat memahami diri sendiri,
baik kelebihan atau kekurangan serta situasi dan kondisi yang sedang
dialaminya. Sehingga individu dapat mamperbaiki dirinya yang kurang baik
menjadi lebih baik.
Fungsi development, merupakan fungsi bimbingan konseling Islam yang
terfokus pada upaya pemberian bantuan berupa pemeliharaan dan
pengembangan situasi dan kondisi yang baik agar tetap menjadi baik atau
128
bahkan menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah.
Dengan melakukan dzikir secara kontinyu, maka emosional dan spiritual
kita akan tumbuh dan berkembang sehingga kita dapat memperbaiki dan
mengembangkan apa yang ada pada diri kita barupa potensi-potensi dan
kemampuan-kemampuan yang kita miliki.
Fungsi bimbingan konseling pengembangan, berorientasi pada upaya
pengembangan fitrah manusia, yaitu sebagai makhluk Tuhan, individu, sosial/
kesusilaan, dan berbudaya.
Sebagai makhluk beragama, individu harus taat kepada Allah, beribadah
dan sujud kepadanya. Sebagai makhluk sosial mempunyai pengertian bahwa
mereka hidup di dunia ini pastilah memerlukan bantuan dari orang lain.
Sebagai makhluk berbudaya mereka dituntut untuk dapat
mengembangkanm cipta, rasa, dan karsanya dalam memanfaatkan alam
semesta dengan sebaik-baiknya. Manusia yang hidup dalam tataran kehidupan
yang berorientasi pada kehidupan teknologi umumnya juga mengarah pada
berbagai penyimpangan fitrah tersebut. Dalam kondisi penyimpangan
terhadap nilai dan fitrah keberagamaan tersebut upaya bimbingan konseling
Islam sangat dibutuhkan terutama dalam pengembangan fitrah kemanusiaan
dan keberagamaannya, sehingga dengan upaya pengembangan dan
pemahaman kembali atas fitrah manusia. Mereka mampu mencapai
kebahagiaan yang diidam-idamkan, yakni kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
129
Akhirnya dari uraian di atas dapat dicermati bahwa layanan
bimbingan konseling Islam dengan optimalisasi keempat fungsi yaitu
preventif, kuratif, preservatif, developmental atau edukatif mempunyai
peranan penting dalam upaya pengembangan kesehatan jiwa penderita
psikoneurotik, terutama fungsi developmental atau pengembangan. Maka
disinilah fungsi dzikir bisa dijadikan sebagai salah satu metode bimbingan
konseling Islam.