BAB IV 1100075 -...

23
107 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP KONSEP DZIKIR DALAM AL QUR’AN SEBAGAI TERAPI PENDERITA PSIKONEUROTIK A. Fungsi Dzikir Sebagai Terapi Psikoneurotik Bab III dari penelitian ini secara garis besar dapat dipahami dzikir dalam perspektif etimologis, berarti mengingat, menyebut, menyadari atau mengambil pelajaran (Bisri,1997: 169). Ingatan manusia berfungsi untuk mencamkan, menyimpan dan memproduksi kesan. Ia membentuk kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi berbagai macam kesan. Ingatan bisa timbul karena ada rangsangan dari dalam atau dari luar diri. Dari ingatan timbullah tanggapan, dan setelah tanggapan ini bergabung dengan potensi yang lain menghasilkan pengertian. Dari sini timbul kepedulian sosial. Dalam moral sosial, menurut Sukanto, ada dua dasar kodrati manusia (Sukanto,1992: 79), Pertama, manusia tidak bisa dipisahkan dengan manusia lain. Kedua, manusia mempunyai kodrati untuk mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Untuk mengembangkan kedua gejala itu, manusia punya kemampuan untuk menjawab reaksi atas seruan nilai-nilai sebagai “nilai”, sehingga ia mampu membangun budayanya berdasarkan refleksi pemikirannya mengenai hakekat benda. Reaksi atas seruan nilai sebagai “nilai” itulah yang perlu dicermati manusia dalam mengembangkan budayanya. Dalam pengembangan budaya ini berlaku metode pikir, kalau

Transcript of BAB IV 1100075 -...

107

BAB IV

ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP KONSEP

DZIKIR DALAM AL QUR’AN SEBAGAI TERAPI PENDERITA

PSIKONEUROTIK

A. Fungsi Dzikir Sebagai Terapi Psikoneurotik

Bab III dari penelitian ini secara garis besar dapat dipahami dzikir

dalam perspektif etimologis, berarti mengingat, menyebut, menyadari atau

mengambil pelajaran (Bisri,1997: 169). Ingatan manusia berfungsi untuk

mencamkan, menyimpan dan memproduksi kesan. Ia membentuk kecakapan

untuk menerima, menyimpan dan memproduksi berbagai macam kesan.

Ingatan bisa timbul karena ada rangsangan dari dalam atau dari luar diri. Dari

ingatan timbullah tanggapan, dan setelah tanggapan ini bergabung dengan

potensi yang lain menghasilkan pengertian. Dari sini timbul kepedulian sosial.

Dalam moral sosial, menurut Sukanto, ada dua dasar kodrati manusia

(Sukanto,1992: 79), Pertama, manusia tidak bisa dipisahkan dengan manusia

lain. Kedua, manusia mempunyai kodrati untuk mempertahankan dan

mengembangkan hidupnya. Untuk mengembangkan kedua gejala itu, manusia

punya kemampuan untuk menjawab reaksi atas seruan nilai-nilai sebagai

“nilai”, sehingga ia mampu membangun budayanya berdasarkan refleksi

pemikirannya mengenai hakekat benda. Reaksi atas seruan nilai sebagai

“nilai” itulah yang perlu dicermati manusia dalam mengembangkan

budayanya. Dalam pengembangan budaya ini berlaku metode pikir, kalau

108

metode pikir ini berjalan tanpa menyertakan metode dzikir (dzikrullah), maka

budaya yang timbul bisa berbau syirikisme jahiliyah. Budaya ini merajalela

sebelum Islam datang. Oleh karena itu metode dzikir harus bisa merefleksikan

cara-cara yang empiris dalam kehidupan, agar kehendak Tuhan tersalur sesuai

qadar-Nya. Dzikir dalam Islam adalah dzikir imanual, yaitu ingatan yang

terhubung dengan Tuhan dan menimbulkan pengalaman transendental yang

seringkali sanggup mengatasi berbagai macam kesulitan, dan sekaligus

mendatangkan ketenangan diri1 (Pasiak, 2002, 214). Menginternalisasi asma

Allah ke dalam hati akan menimbulkan efek yang luas terhadap peningkatan

iman dan daya pikir. Dzikir merupakan anak tangga pengembangan nilai.

Di sisi lain Anshori (2003: 71) menyatakan bahwa aspek internal (baca

: rohaniah) memegang peranan paling penting dalam kehidupan manusia.

Kesehatan rohani akan mempengaruhi kesehatan jasmani (Arifin, 1970: 12).

Seseorang akan dikatakan sehat apabila tidak ada gangguan fisik, psikis

maupun sosialnya. Dalam Islam, term ������������������������������� �� atau men sana

in corpore sano, jiwa yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat. Yang

dimaksud dengan sehat fisik atau sehat jasmani adalah orang yang

berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratories dan radiologis tidak terserang

penyakit atau terjadi kelainan-kelainan. Sebaliknya, pengertian kesehatan

1 Penelitian Herbert Benson menunjukkan bahwa kata-kata dzikir itu dapat menjadi salah

satu frasa focus (kata-kata yang menjadi titik perhatian) dalam proses penyembuhan diri dari kecemasan, ketakutan bahkan dari keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri dada, dan hipertensi. Frasa focus ini jika dikombinasikan dengan respons relaksasi dapat menghambat kerja sistem saraf simpatis yang mengatur kecepatan denyut jantung, nadi, pernapasan dan metabolisme. Ia berfungsi sebagai obat beta bloker (penghambat reseptor beta) dalam kerja saraf simpatis. Pada sisi lain dzikir dapat membuat alur gelombang otak berada pada gelombang alfa ketika seseorang menjadi sangat kreatif dan berdaya gelombang alfa ketika seseorang menjadi sangat kreatif dan berdaya renung tinggi. Perubahan gelombang otak inilah yang terjadi ketika seseorang bertafakkur.

109

mental atau psikis menurut Zakiah Daradjad ada empat macam : Pertama,

kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa

(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). Kedua, Kesehatan

mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,

dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana dia hidup. Ketiga,

kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk

mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan

yang ada semaksimal mungkin, sehinggga membawa kepada kebahagiaan diri

dan orang lain; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit Jiwa.

Keempat, Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-

sungguh antara fungsi jiwa, serta mempunyai kesangggupan untuk

menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif

kebahagiaan dan kemampuan dirinya (Daradjat, 2001: 11-13).

Dari definisi di atas, telah mencakup pula tentang kesehatan sosial

(poin kedua dan ketiga). Karena jelas, bahwa manusia sebagai makhluk sosial

tidak bisa dilepaskan dari lingkungan di mana ia berada. Ia membutuhkan

sandang, pangan dan papan sebagai kebutuhan fisik, serta kebutuhan rasa

kasih sayang, penghargaan orang lain serta kebutuhan akan sahabat yang

merupakan kebutuhan sosial yang paling mendasar, akan tetapi kalau ditinjau

dari al-Qur’an, orang yang sehat adalah orang yang di samping definisi di atas,

“sepanjang tidak dikatakan sakit oleh Tuhan”. Yang dimaksud di sini adalah

110

orang munafik2, kafir.3. Sebagaimana tersebut diatas dalam Q. S. Al Baqarah,

2 : 10, serta ayat sebelum dan sesudahnya :

������������������������������������������ !�"�# ��������$��

Artinya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Tingkah laku orang semacam yang disinyalir al-Qur’an inilah yang

sebenarnya menderita gangguan mental (rohaniah). Penderita gangguan

mental (mental disorder) pada akhir-akhir ini sering terjadi, seiring dengan

perubahan sosial yang begitu cepat.��Akibat teknologi yang berkembang pesat,

disertai kemajuan di segala bidang, menjadikan problema-problema yang

dihadapi masyarakat semakin kompleks4 (Mubarok, 2002: 165). Seperti,

banyaknya persaingan (kompetisi) yang tidak sehat, perlombaan dalam hidup

2. Munafik berasal dari kata “nafaqo” yang berati melahirkan sesuatu yang berlawanan

dengan hati nuraninya. Dengan pengertian syara’, munafik adalah oaring yang lahirnya menyatakan beriman, padahal hatinya kufur.

a. sifat oaring munafik - tidak berpendirian tetap dan jelas (4: 143), (57: 14) - Tidak dapat dipercaya (9: 75-79), (59: 11-12) - Bohong dan dusta (2: 8-10), (24: 47-50) - Amal ibadahnya riya’ atau ingin dipuji (8: 49), (4: 142) - Mencari keuntungan pribadi (4: 141) - Suka bergaul dengan orang yang memusuhi Islam (4: 13 - 135)

b. Tamsil bagi oaring munafik - Laksana menyalakan lampu tapi tidak meneranginya (2: 17) - Seperti oarng tuli, buta (2: 18 –20) seperti pada saat hujan lebat yang gelap

gulita disertai guntur dan kilat. -

3. Kepribadian oaring kafir digambarkan al-Quran dalam beberapa bentuk, yaitu: . kelompok fasikin. Sifatnya:

- berpaling dan menyembuyikan kebenaran.(61: 5), (2: 26-27) - Mereka tidak mau mengamalkan kebenaran. (5: 47-50) - Mereka menukar dan menjual hukum/ ayat allah (3: 187-188)

4 Menurutnya sebagai akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan maka manusia modern mengidap penyakit kejiwaan antara lain berupa kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku meyimpang dan psikosomatis. Lihat Ahmad Mubarok Relevasi Tasawuf dengan problem kejiwaan manusia modern. Dlam Ahmad Najid Burhani Manusia Modern Mendambakan allah: Renungan Tasawuf Positif Bandung : Mizan media utama, 2002,hlm.165

111

yang bertentangan, karena semakin banyaknya kebutuhan dan keinginan yang

harus dipenuhi, sehingga semakin sukar orang mencapai ketenangan hidup,

akan tetapi, sebenarnya ketenangan hidup itu tidaklah tergantung kepada

faktor-faktor dari luar negeri. Seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, budaya

dan sebagainya, melainkan lebih tergantung kepada cara dan sikap dalam

menghadapi faktor-faktor tersebut. Orang yang sehat mentalnya, meskipun

menghadapai goncangan ekonomi yang tidak stabil, akan tetap tenang dan

tidak lekas putus asa, pesimis atau apatis. Sebaliknya, bagi orang yang

terganggu kesehatan mentalnya, akan memengaruhi keseluruhan hidupnya.

Pengaruh itu meliputi perasaan, pikiran atau kecerdasan, kelakuan dan

kesehatan badan (Daradjat, 2001: 16).

Pengaruh gangguan kesehatan mental terhadap perasaan meliputi rasa

cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu (bimbang)

dan sebagainya. Gangguan terhadap pikiran, seperti sering lupa, tidak

mengkonsentrasikan pikiran tentang sesuatu yang penting, kemampuan

berfikir menurun, sehingga solah-olah ia tidak cerdas, pikirannya tidak dapat

digunakan dan sebagainya. Sementara itu, gangguan terhadap kelakuan sangat

beragam bentuknya. Seperti tindak kriminal agresif (menyerang), destruktif

(merusak), dan sebagainya. Bagi kalangan pemuda atau remaja, kelakuan-

kelakuan yang demikian itu sering diistilahkan dengan kenakalan remaja atau

juvenile delinquency. Mengenai penyebabnya, Soerjono Soekanto berpendapat

bahwa :

Keinginan-keinginan pribadi yang tidak terpenuhi mungkin akan menimbulkan keinginan-keinginan untuk menyimpang dari norma-

112

norma yang berlaku, oleh karena norma-norma tersebut kurang mampu untuk memberikan peluang-peluang bagi tercapainya keinginan-keinginan pribadi, maka kemungkinan akan menyebabkan tingkah laku yang menyimpang atau yang dinamakan deviant behavior (Sukanto, 1982: 16).

Adapun gangguan mental terhadap kesehatan badan sering disebut

dengan psikosomatik, yaitu penyakit pada tubuh yang disebabkan oleh mental.

Para ahli jiwa telah banyak meneliti gangguan-gangguan mental atau jiwa,

yang secara keseluruhan dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan,

Pertama, mereka yang diserang oleh gangguan mental karena pembawaan,

sehingga si penderita sangat menyulitkan, merugikan diri sendiri serta

lingkungannya (Kartono, 1980: 75-76). Golongan ini sering dinamakan

psikopat. Kedua, psikosa, yaitu gangguan kejiwaan karena berbagai sebab,

sehingga integrasi seseorang rusak sama sekali. Akibatnya kepribadian

seseorang menjadi terganggu dan selanjutnya tidak mampu menyesuaikan diri

dan memahami problem. Di antara sebabnya, karena keracunan akibat

minuman keras, obat-obatan atau narkotika akibat penyakit yang kotor (sipilis,

gonorhoe), dan lain-lain, sehingga terjadi kerusakan pada anggota tubuh

seperti otak, sentral saraf atau kehilangan kemampuan berbagai kelenjar,

saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan tugasnya. Ketiga,

psikoneurosa (neurosa) atau perpecahan pribadi (self devision). Ini disebabkan

oleh karena alam sadar (atau ego) menggantungkan nasibnya pada alam moral

(super ego), sedang alam bawah sadar (ID) berusaha minta pemuasan.

Keadaan yang demikian itu yang menjadikan adanya konflik. Konflik apabila

tidak segera diatasi akan menjadi krisis psikis, sehingga pribadi seseorang

113

terbawa ke dalam alam neurosa. Zakiyah Daradjat membedakan antara

neurosa dengan psikosa :

Orang yang kena neurosa, masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psychosa tidak. Di samping itu, orang yang kena neurosa kepribadiannya tidak jauh dari realitas, dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. Sedangkan bagi orang yang kena psychosa, kepribadiannya dari segala segi (tanggapan, perasaan atau emosi dan dorongan-dorongannya), sangat terganggu, tidak adanya integritas dan ia jauh dari alam kenyataan (Daradjat, 2001: 33-35). Mengobati penyakit yang disebabkan karena gangguan mental, para

ahli biasanya menggunakan tehnik-tehnik tertentu untruk mencari sebab-sebab

gangguan tersebut. Misalnya tehnik hipnotis, sugesti, psikoanalisa dan lain-

lain. Selain itu ada pula yang menggunakan cara self sugesti tanpa bantuan

orang lain. Ahmad Syafi’i Mufid dengan mengikuti teori Al Ghazali

memberikan alternatif bagaimana mengobati diri sendiri dari gangguan

kejiawaan.

Pertama kali yang harus dilakukan adalah muhasabah. Yang dimaksud dengan muhasabah adalah meneliti perbuatan tingkah lakunya sendiri sehari-hari yang menjadi sebab dan sumber kecemasan. Yang kedua, setelah mengadakan muhasabah, penderita harus muraqabah. Artinya melakukan perkerjaan apa saja yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Muraqabah disini juga dapat berarti penyerahan diri kepada Allah, atas segala kuasa-Nya (menerima kodrat dan irodat-Nya). Muraqabah juga bisa berarti tobat kepada Allah”5 (Ansori, 2003: 61).

Jika diteliti lebih jauh mengenai timbulnya gangguan kejiwaan,

sesungguhnya berpangkal pada ketidaksadaran diri, bahwa dirinya itu tidak

5 Al Ghazali pernah menderita gangguan kejiwaan akibat konflik yang muncul dalam

pikirannya, yakni ketika ia diangkat menjadi guru besar Islam pada Universitas Nidzamiyah tahun 484 H. disamping itu ia juga menjabat sebagai staf ahli perdana menteri. Pergolakan bathin itu disebabkan karena ia dihadapkan pada dua pilihan, antara kedudukan dan kemewahan yang diterimanya dengan ajaran sufi yang ditekuninya. Para dokter pada waktu itu tidak mampu memahami penyakitnya, akhirnya ia berusaha mengobati sendiri penyakitnya dengan jalan muhasabah dan muraqabah pada Allah, dan ternyata berhasil.

114

mampu mengejar apa yang dicita-citakan. Mereka tetap memforsir segala

potensi akal budinya sehingga kelelahan. Menurut anggapannya, segala

keinginan jika diusahakan dengan pengerahan segenap potensi tenaga dan

pikiran mesti akan tercapai. Tidak disadari bahwa kemampuan manusia itu

terbatas dan ada kelemahan, sehingga jika kegagalan menimpanya, terjadilah

shock, stress, depresi, frustasi dan pelbagai macam kekalutan mental lainnya.

Pentingnya kesadaran diri dalam menghadapi pelbagai macam tantangan

hidup ini, telah diakui peranannya oleh Murtadzo Mutohari, seorang ulama’

Iran dengan pendapatnya :

Kesadardirian yang mampu meningkatkan seseorang akan jati dirinya, yang mampu menghilangkan kealpaan, yang mampu membarakan jiwa seseorang, dan yang mampu membuat seseorang mampu menanggung derita, bukanlah produk filsafat. Ilmu dan falsafah dunia menciptakan sifat alpa dan menyebabkan seseorang kehilangan wawasan terhadap dirinya. Itulah sebabnya ada banyak filosof yang tidak sadar akan dirinya, sementara sebaliknya banyak orang buta huruf justru sadar akan dirinya.

Salah satu fungsi kesadardirian akan segala kelebihan dan

kekurangannya, orang akan sampai kepada Tuhan. Ia akan merasakan betapa

kecilnya diri ini dihadapan Yang Maha Kuasa, sehingga semua aktifitas

pikiran maupun perbuatan akan senantiasa digantungkan kepada-Nya. Hal

yang demikian inilah yuag senantiasa disinggung oleh Nabi Muhammad saw

dalam sebuah term ����%�&� '���(�� %�)�� '���*�, barangsiapa mengenal dirinya

sendiri, maka dia akan mengenal Tuhannya.

Memang, jika dilihat kebanyakan orang-orang yang terkena kekalutan

mental (mental disorder), karena mereka jauh dari norma-norma religius.

Sebaliknya, orang senantiasa ingat kepada Tuhannya (dzikir) akan mampu

115

mengontrol dan mengendalikan segala pikiran, emosi dan perbutannya,

sehingga apabila tidak bisa meraih apa yang diinginkan tidak akan terganggu

jiwanya, maka, apabila dilihat secara psikologis “dzakirin (orang yang

berdzikir) adalah orang yang tejauh dari ambivalen (kegoncangan jiwa) akibat

derita ataupun kecukupan”. Apabila faedah dzikir dikaitkan dengan teori

kepribadian Sigmund Freud, maka terbuktilah bahwa orang yang tidak pernah

dzikir atau tidak selalu ingat kepada Allah, semua gerak dan irama hidupnya

selalu dalam pengaruh ID (DasEs). Ego (Das Ich) manusia akan senantiasa

mengikuti pengaruh alam bawah sadar (ID) tadi.

Dalam hal yang demikian, pengaruh super ego (alam moral tidak

berperan sama sekali). Salah satu contoh, karena lapar, perut menuntut untuk

diberi makan. Otak memerintahkan tangan untuk mengambil makanan,

mulutpun siap mengunyah apa saja yang masuk. Di sini tidak perlu kesadaran

apakah makanan itu halal atau haram, melanggar hak orang lain atau tidak.

Semua itu sama saja bagi ego manusia. Di sinilah pentingnya dzikir dalam

membentuk kepribadian manusia, dengan senantiasa berdzikir kepada Allah,

super ego akan selalu mendapat “makanan”. Super ego akan berfungsi sebagai

alat kontrol bagi perilaku manusia secara baik. Dengan dzikir manusia akan

sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah laku individu dan sosialnya.

Mereka akan mampu menerima kenyatan yang ada, dan dapat meletakkan

hakekat kemanusiaan yang betul-betul insani.

Akan tetapi, bagi sementara orang, ketika dihadapkan kepada

problema-problema berat yang mengakibatkan timbulnya frustasi kekalutan

116

mental, stress, shock dan lain-lain, justru mencari pelarian (escape) kepada

hal-hal yang dapat melupakan untuk sementara. Seperti perjudian, mabuk,

narkotika, pelacuran dan sebagainya. Di saat lain, ketika semua pelampiasan

telah berlalu, ia kembali menghadapi pelbagai persoalan yang mengelisahkan.

Menurut anggapan mereka, dengan melakukan perbuatan-perbutan di atas tadi

semua problema akan terlupakan, setidaknya untuk sementara waktu.

Sebaliknya, bagi orang yang semangat beragamanya tinggi, ia akan

selalu berusaha mengadukan semua persoalanya kepada Tuhan, dengan

melalui shalat, do’a dan dzikir, sebagaimana telah disinyalir oleh al-Qur’an

bahwa mencari pelarian dengan perjudian dan minuman keras itu, justru tidak

akan menyelesaikan persoalan, malahan akan semakin menjauhkan diri dari

Tuhan.

����(+�������������,����-�./0����1��( ��� ��2���3$��������4�5���(��������

����62���6������17+���*�������8�*�

Artinya : “Sesungguhnya syetan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum khamr dan berjudi itu), dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Q.S. Al Maidah ayat 91.

Apa yang dikatakan al-Qur’an tadi, merupakan penyebab orang

melupakan Tuhan, bahkan lupa kepada dirinya sendiri, sehingga melibatkan

diri pada dunia fantasi yang hanya dapat diperoleh melalui minuman keras dan

narkotika. Salah satu terapi lupa yang timbul akibat kelalaian kepada azab

adalah dengan ingat terus menerus kepada-Nya, nikmat dan karunianya, tanda-

tanda kekuasaan-Nya, pada ciptaan-Nya dan sebagainya. Dengan kata lain,

117

berdzikir secara konstan dan kontinyu, mulazamatu fi al dzikr. Tehnik terapi

ini tampak jelas dalam Q.S Al Kahfi ayat 24 :

�9�����8��:�&���8��

Artinya : “Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa “.

B. Implementasi Konsep Dzikir dalam al-Qur’an Sebagai Terapi Mental

Penderita Psikoneurotik

Kemajuan sains dan teknologi telah membawa manusia kepada

kehidupan fisik-material yang menguntungkan. Dengan adanya revolusi

industri pada awal abad ini, yang jauh menjadi dekat, yang berat menjadi

ringan, yang sukar menjadi mudah. Pendeknya, kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi telah memberikan sumbangan yang besar dalam mengurangi

beban kerja otot manusia. Lalu dewasa ini, iptek telah mampu pula

mengurangi beban otak manusia dengan munculnya revolusi komunikasi atau

informasi. Dengan penemuan-penemuan baru yang senantiasa berlanjut itu

manusia semakin merasa percaya diri untuk mengatasi problem kehidupannya,

akan tetapi, dibalik kecanggihan sains dan teknologi itu, manusia merasa

semakin teralienasi dari kehidupannya sendiri6 (Nasir, 1997: 40). Kecanggihan

teknologi yang ada memang telah membawa berbagai kemudahan dalam hal

6 Kehidupan perkotaan sebagai basis kehidupan modern juga semakin keras dan saling

memangsa, sehingga memunculkan berbagai macam penyakit keterasingan (alienasi).Ada alienasi ekologis, manusia secara mudah merusak dan dengan penuh kerakusan tanpa peduli dengan kelangsungan hidup di masa depan bagi semua orang. Ada pula alienasi etologis, bahwa sementara orang-orang di negeri ini mulai mengingkari hakekat dirinya, hanya karena memperebutkan materi dan mobilitas kehidupan. Muncul pula gejala alienasi masyarakat yang menunjukkan keretakan dan kerusakan dalam hubungan antar manusia dan antar kelompok, sehingga lahir disintegrasi sosial. Selain itu terdapat juga gejala alienasi kesadaran yang ditandai oleh hilangnya keseimbangan kemanusiaan karena meletakkan rasio atau akal pikiran sebagai satu-satunya penentu kehidupan yang menafikan rasa dan akal budi.

118

fisik-material pada level tertentu di kalangan masyarakat, tetapi tidak serta

merta dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan, kedamaian,

ketenteraman, dan cinta kasih justru yang terjadi adalah sebaliknya, membuat

manusia teralienasi (merasa terasing) dalam hidupnya, teralienasi dari Tuhan,

teralienasi dari lingkungan sosial, atau mungkin teralienasi dari kedua-duanya

yang menurut Jalaludin Rachmat diluskiskan sebagai “ironi modernitas”7

(Rahmat, 1986: 176). Tidak hanya itu, pada tahap tertentu, seseorang bisa

merasa pula terancam hidupnya.

Sebenarnya, manusia bukan semata-mata fisik-material, tetapi di balik

itu ia memiliki dimensi lain, yang dipandang sebagai hakekat manusia, yakni

dimensi rohaniah (spiritual). Dimensi fisik-material dan dimensi mental-

spiritual saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu,

manusia tidak mungkin mampu menjalani hidup tanpa membekali kedua

unsur yang ada pada dirinya itu. Rohaniah manusia yang menopang kehidupan

jasmaniahnya tidak boleh diabaikan didalam kehidupan. Kalau dimensi fisik

dapat hidup dan merasa senang dengan makanan yang bersifat material, maka

rohaniah manusia akan hidup dan merasa tenteram dengan makanan yang

bersifat spiritual. Iman dan keyakinan adalah makanan rohaniah manusia.

7 Ironi modernitas dalam bahasa Jalaluddin Rachmat, dilukiskan sebagai penampilan cita-

cita diri “chimeramonstery” yaitu suatu sosok pribadi bertubuh manusia dan binatang sekaligus. Hal ini dalam perspektif psikologi disebut sebagai kepribadian yang terpecah. Yang akhir-akhir ini semakin nyata dalam prilaku kemasyarakatan sebagai contoh kita mendengung-dengungkan keluhuran nilai-nilai ketimuran seperti keramahan, halus budi, gotong royong dan lain sebagainya, tetapi pada saat yang sama bermunculan wajah-wajah busuk di realitas kehidupan masyarakat. Kekerasan dan kebrutalan muncul dalam berbagai bentuk di lingkungan keluarga. Maupun dalam masyarakat luas. Perkosaan yang cenderung merebak dan menodai harkat martabat perempuan. Sampai banyak korban anak-anak di bawah umur. Perkelahian pelajar dan kebrutalan kaum remaja menjadi rutinitas. Kasus-kasus narkotika, bunuh diri, kerusakan moral, pelacuran, perselingkuhan, dan frustasi. Belum dihitung orang-orang kota besar yang dilanda kebosanan dan kepenatan hidup lalu mencari “surga buatan”, sebagai aktivitas sesaat.

119

Iman dan keyakinan mengambil institusi dalam bentuk dzikir dan shalat.

Dzikir dan shalatlah yang akan memuaskan dahaga batin manusia.

Dengan demikian, dzikir mempunyai makna yang penting bagi

kehidupan setiap insan. Oleh sebab itu sebenarnya tidak hanya menyangkut

spiritual manusia, tetapi juga menyangkut fisik-biologis dan psikis (jiwa)nya8.

Kendati begitu, kalbu (roh, spiritual) manusia dipandang sebagai unsur

pertama yang mendapat pengaruh makna dzikir, karena aktifitas dzikir itu

sendiri bertitik awal dari kalbu manusia.

Menurut Yunasril Ali, para psikiater mengakui bahwa kondisi jiwa

manusia mempunyai pengaruh terhadap fisiknya. Oleh sebab itu, tidak sedikit

penyakit yang diderita manusia berpengaruh dari kondisi kejiwaannya

terhadap tubuhnya yang biasa disebut penyakit psikosomatik. Dengan

demikian, untuk menghilangkan penderitaan demikian tidak lain adalah

dengan menghilangkan sumber penyakit, yakni keadaan jiwa si penderita yang

gelisah, cemas, murung dan sebagainya akan tetapi, kondisi psikis demikian

tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan kondisi spiritual manusia (Ali,

2002: 152). Oleh sebab itu, untuk memberikan kesembuhan kepada seseorang

penderita penyakit yang bersumber dari kondisi psikis yang labil perlu

dilakukan penyehatan atas kondisi spiritualnya melalui diagnosa iman dan

8. Berbicara tentang jiwa sangatlah rumit, oleh karena ada beberapa istilah yang

digunakan, yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan begitu saja. Beberapa istilah itu adalah ruh, akal, nafsu, dan hati. Adapun keadaan jiwa/ruh manusia sejak ditiupkan kepada tubuhnya sampai pada akhir nanti dijelaskan dalam al-Qur’an :

- allah meniupkan ruh ciptaan-Nya kepad tubuh manusia ketika masih dalam kandungan (32: 7-9)

- allah mengambil kesaksian terhadap jiwa tersebut tentang keesaan Allah (7: 172-174) - pada hari kiamat jiwa manusia akan mengetahui apa yang diperbuatnya ketika di dunia.

(81: 14), (82: 5), (3: 185), (3: 25)

120

aktifitas dzikir dan do’a. Allah berfirman : “Hai manusia, sesungguhnya telah

datang pengajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit

(yang berada) dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

beriman”. (Q.S. Yunus (10) : 57. Ayat ini mengisyaratkan bahwa penyakit

spiritual dapat disembuhkan dengan ajaran Ilahi yang mengandung pedoman

hidup yang lengkap. Apabila hal demikian dijalani secara baik dan benar, lalu

diiringi dengan dzikir yang khusyu’, maka manusia akan terhindar dari

kegundahan pikiran, kecemasan, putus asa dan sebagainya. Allah berfirman :

“Orang-orang yang beriman dan kalbu mereka menjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah kalbu menjadi

tenteram”. (Q.S. al Ra’d (19) : 28).

Dari diakripsi di atas apabila diperluas lagi pengertiannya, dzikir

meliputi juga do’a dan sembahyang (shalat). Karena didalamnya unsur “ingat”

terasa dominan sekali. Dengan demikian, terlalu sempitlah jika mengartikan

dzikir melulu pada wacana mewiridkan bacaan-bacaan, sambil duduk berjam-

jam. Akan tetapi, antara dzikir, do’a dan sembahyang, merupakan satu

pengertian bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhannya, kendatipun

dengan corak dan tata cara tersendiri. Tata cara sembahyang akan berbeda

dengan berdo’a atau berdzikir; namun dapat pula dirangkaikan ketiganya.

Misalnya, seusai orang melakukan shalat, disunnahkan untuk berdzikir

dan berdo’a. dzikir sehabis shalat ini sepanjang ajaran Rasulullah Saw adalah

membaca tasbih,9 tahmid,10 takbir,11 dengan bilangan tertentu, serta ditambah

9 Tasbih, ucapan mensucikan Allah berupa bacaan subhanallah.

121

dengan istighfar, tahlil 12 dan do’a-do’a.13 Selain itu, bahwa pengertian shalat

sama dengan dzikir, diperoleh dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id

al-Khudry, yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :

�*����������06��� ����*�6 �&��;������+������*��%� ��������<�����8=�

�������>�

Artinya : “Apabila seseorang membangunkan keluarganya (isterinya) pada malam hari, lalu mereka melaksanakan shalat dua raka’at secara berjama’ah, maka mereka akan dicatat oleh Allah termasuk golongan orang-orang yang berdzikir”.14

Dari hadits ini dapat dipahami, bahwa shalatpun merupakan salah satu

bentuk dzikir kepada Allah. Bahkan selanjutnya harus diikuti dengan dzikir

yang lain pula. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’, 4 : 103 :

�����2�������!� $������$��������8��17+����6�.$��8-�?2���-���@ABCD

Artinya : “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring”.

Namun demikian, dari sekian banyak jenis dzikir, yang paling utama

adalah ucapan la ilaha illa Allah. Ini didasarkan pada hadits Nabi Saw :

>�2�E����.�� ���������.�����F��%��F

Artinya : “La Ilaha Illa Allah adalah dzikir yang paling utama dan ia merupakan kebaikan yang tertinggi”.

10 Tahmid, ucapan untuk memuji Allah berupa bacaan alhamdulillah 11 Takbir, ucapan untuk menyatakan kemahabesaran Allah berupa bacaan Allahu Akbar 12 Tahlil, disebut juga lafadz Nafi isbat atau kalimat tauhid berupa bacaan La Ilaha Illa

Allah.

122

Beban-beban duniawi yang senantiasa datang silih berganti akan dapat

melemahkan daya tampung kalbu, sehingga pada suatu waktu daya kalbu akan

terkuras habis. Apabila daya kalbu melemah, maka berbagai penyakit

batinpun akan datang. Lebih dari itu, apabila daya kalbu habis, maka manusia

akan kehilangan nilai hidup sama sekali. Untuk mengantisipasi segala

kemungkinan demikian, mukmin dianjurkan memperbanyak dzikir. Dzikirlah

yang dapat dijadikan sebagai makanan kalbu insan. Nabi bersabda : “Nasib

malang tidak akan menimpa orang yang menyebut, Allah, Allah!”. (H.R.

Muslim dari Annas Ibnu Malik) (Ali, 2002: 153).

Dalam kehidupan modern dewasa ini, orang sering merasa lelah karena

beratnya beban berupa label-label atau topeng-topeng keduniaan yang selama

ini dijadikan identitas, yang sementara waktu dapat memuaskan ego, tetapi

topeng-topeng duniawi itu hanya memberikan kepuasan kontemporer, yang

berujung pada kekecewaan. Karena kekosongan yang diisi materi duniawi itu

hanyalah kekosongan luar dan bukan bersifat permanen. Padahal, kebutuhan

hakiki manusia bukan pada penampilan lahiriyah, tetapi pada bathiniyah.

Setiap manusia mendambakan cinta kasih, ingin mencurahkan cinta, dan

selalu rindu untuk berdampingan dengan Tuhan Maha Pengasih. Itulah sifat

dasar manusia. Ia akan merasa bahagia, tenteram dan damai apabila dahaga

batin itu dapat terpenuhi. Hanya orang yang merasakan hubungan yang intim

dalam dzikr Allah-lah yang dapat merasakan ketenangan dan kestabilan hidup.

Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu

agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah yang

123

seharusnya selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat

mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Musnamar,1992:3). Konseling

Islam dalam hal ini sangat penting karena konseling Islam itu pada akhirnya

bertujuan untuk tercapainya kebahagiaan dunia akhirat.

Bimbingan konseling Islam dapat membantu individu mewujudkan

dirinya sebagai manusia seutuhnya, artinya mewujudkan diri sesuai dengan

hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras

perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi dan kedudukannya

sebagai mahluk Allah (mahluk religius) mahluk individu, mahluk sosial dan

sebagai mahluk yang berbudaya. Bimbingan dan konseling Islam dapat

membantu individu mencegah timbulnya masalah, baik di dalam individu

(konflik intra personal) inter personal, intra group, inter grup maupun inter

organisasi. Bantuan pencegahan masalah ini merupakan salah satu fungsi

bimbingan dan dapat dilakukan dengan berdzikir.

Berbicara hakekat manusia maka tidak terlepas dari pembahasan

substansi manusia. Dalam Islam substansi manusia mempunyai tiga aspek

yaitu: aspek jismiah, nafsiah, rohaniah. Aspek jismiah mempunyai demensi

jism (badan) dan seluruh organ-organ fisik lainnya, sementara aspek nafsiah

memiliki demensi al nafsu, al aql dan al qulb. Sedangkan aspek rohani

memiliki demensi al ruh dan al fitrah. Jika konsep dijadikan dasar untuk

menelaah konsep dasar psikologi barat, maka dapat dijadikan bahwa psikologi

barat berada dalam dua aspek, jasmani dan nafsiah, sementara aspek rohaniah

tidak terjangaku dalam psikologi barat.

124

Substansi manusia ini melahirkan lima kecerdasan yaitu:

1). Kecerdasan intelektual, (intuitif) yaitu kecerdasan dengan penerimaan dan

pembenaran pengetahuan yang bersifat intuitif illahiyah. Seperti wahyu dan

ilham atau firasat. Adanya sifat intuitif illahiyah ini sebagai pembeda dengan

kecerdasan intelektual yang ditimbulkan oleh akal pikiran yang bersifat

rasional insaniah.

2).Kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan pengendalian

nafsu-nafsu impulsif dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang

untuk bertindak secara hati-hati, waspada, tenang, sabar, dan tabah ketika

mendapat musibah, dan berterima kasih ketika mendapat kenikmatan.

3). Kecerdasan moral, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan hubungan

kepada sesama manusia dan alam semesta. Kecerdasan ini mengarahkan

seseorang untuk bertindak dengan baik, sehingga orang lain merasa senang

dan gembira kepadanya tanpa rasa sakit, iri hati, dengki, dendam dan

angkuh.

4). Kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kualitas

batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih

manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin

belum tersentuh oleh akal pikiran manusia.

5). Kecerdasan beragama, menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (tt:330)

yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kualitas beragama dan bertuhan.

Kecerdasan ini mengarahkan pada seseorang untuk berprilaku secara benar

yang puncaknya menghasilkan ketaqwaan secara mendalam.

125

Dari sinilah terapi dzikir dapat menciptakan dan menumbuhkan lima

kecerdasan potensi manusia, yang pada akhirnya dari kecerdasan-kecerdasan

itu berpuncak pada suatu titik tertinggi yaitu Tuhan. M. Utsman Najati

(2002:217) mengungkapkan bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah

akan menghilangkan kegelisahan, merangsang ketenangan dari kegundahan

dan menyingkap kedamaian dari kecemasan.

Bimbingan konselig Islam tidak hanya dilakukan oleh individu yang

terkena masalah, melainkan juga individu yang masih juga dalam tataran

sehat.

Pemberian bantuan layanan konseling hendaknya dilakukan oleh orang

yang berkemampuan tinggi dalam melaksanakan komunikasi dengan klien dan

menjadi suri tauladan dalam tingkah laku serta bersikap melindungi klien

dalam kesulitan-kesulitan yang ada (Sugiri, 2003: 75).

Menurut pemahaman penulis, pembimbing yang dalam hal ini konselor

haruslah mampu menginterprestasikan apa yang diungkapkan klien, sehingga

mampu berempati terhadap apa yang dirasakan dan dilakukan serta

memberikan alternatif pemecahan yang tepat kepada klien, dan tidak hanya

berorientasi terhadap penyelesaian masalah, melainkan dapat membentengi

diri dari timbulnya permasalahan secara mandiri. Selanjutnya, untuk

memberikan bimbingan diperlukan seseorang yang mempunyai karisma,

keunikan, dan memahami kondisi psikis. Mereka itu adalah agamawan, guru

pendidik maupun orang tua.

126

Berkaitan dengan optimalisasi fungsi bimbingan konseling Islam dalam

menangani permasalahan yang berkaitan dengan seseorang, maka penulis akan

mencoba melihat bagaimana hubungan antara optimalisasi fungsi bimbingan

konseling Islam dengan permasalahan yang dihadapi seseorang, yang dalam

hal ini berkaitan dengan kesehatan mental seseorang.

Fungsi bimbingan konseling Islam menurut Fakih meliputi empat fungsi,

yaitu: preventif, kuratif, preservatif, dan development. Dalam kerangka fungsi

preventif, yang memiliki arti membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah adalah dengan cara pemberian bantuan meliputi

pengembangan strategi dan program-program pengaktualisasian diri bagi

seorang klien. Pengembangan program-program dan strategi-strategi ini dapat

digunakan sebagai sarana mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko yang

tidak perlu terjadi.

Berkaitan dengan penelitian yang diangkat, maka penulis menekankan

bahwa dzikir harus tetap dipertahankan untuk mencapai mental yang sehat, hal

ini dimaksudkan untuk memberikan arahan maupun pijakan kepada individu

dalam upaya penemuan integritas dirinya. Upaya penemuan integritas diri

dapat dilakukan oleh diri sendiri ataupun dengan bantuan orang lain, yang

dalam hal ini adalah orang tua maupun guru pendidik dan agamawan. Mereka

bisa bertindak sebagai konselor dalam membantu seseorang menemukan

identitas diri dan integritas dirinya.

127

Fungsi kuratif atau pengentasan. Fungsi kuratif diartikan membantu

individu memecahkan masalah yang dihadapinya. Gangguan psikoneurotik

pada umumnya merupakan masalah yang sering dihadapi seseorang.

Dzikir perlu dikembangkan dan dipupuk secara optimal. Dzikir yang

dilakukan secara kontinyu dapat membangkitkan rasa percaya diri dan dapat

menentramkan hati yang gelisah.

Fungsi preservatif. Fungsi ini bertujuan untuk membantu individu

menjaga situasi dan kondisi semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi

baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. Dalam hal ini berorientasi

pada pemahaman individu mengenai keadaan dirinya, baik kelebihan atau

kekurangan situasi dan kondisi yang dialaminya saat ini.

Oleh karena itu fungsi preservatif sangat dibutuhkan dalam mambantu

individu memahami keadaan yang dihadapi, memahami sumber masalah dan

individu akan mampu secara mandiri menghadapi masalah yang dihadapinya.

Dengan melakukan dzikir dengan bersunguh-sungguh maka akan

menimbulkan rasa dekat kepada Allah, selain itu dapat memahami diri sendiri,

baik kelebihan atau kekurangan serta situasi dan kondisi yang sedang

dialaminya. Sehingga individu dapat mamperbaiki dirinya yang kurang baik

menjadi lebih baik.

Fungsi development, merupakan fungsi bimbingan konseling Islam yang

terfokus pada upaya pemberian bantuan berupa pemeliharaan dan

pengembangan situasi dan kondisi yang baik agar tetap menjadi baik atau

128

bahkan menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab

munculnya masalah.

Dengan melakukan dzikir secara kontinyu, maka emosional dan spiritual

kita akan tumbuh dan berkembang sehingga kita dapat memperbaiki dan

mengembangkan apa yang ada pada diri kita barupa potensi-potensi dan

kemampuan-kemampuan yang kita miliki.

Fungsi bimbingan konseling pengembangan, berorientasi pada upaya

pengembangan fitrah manusia, yaitu sebagai makhluk Tuhan, individu, sosial/

kesusilaan, dan berbudaya.

Sebagai makhluk beragama, individu harus taat kepada Allah, beribadah

dan sujud kepadanya. Sebagai makhluk sosial mempunyai pengertian bahwa

mereka hidup di dunia ini pastilah memerlukan bantuan dari orang lain.

Sebagai makhluk berbudaya mereka dituntut untuk dapat

mengembangkanm cipta, rasa, dan karsanya dalam memanfaatkan alam

semesta dengan sebaik-baiknya. Manusia yang hidup dalam tataran kehidupan

yang berorientasi pada kehidupan teknologi umumnya juga mengarah pada

berbagai penyimpangan fitrah tersebut. Dalam kondisi penyimpangan

terhadap nilai dan fitrah keberagamaan tersebut upaya bimbingan konseling

Islam sangat dibutuhkan terutama dalam pengembangan fitrah kemanusiaan

dan keberagamaannya, sehingga dengan upaya pengembangan dan

pemahaman kembali atas fitrah manusia. Mereka mampu mencapai

kebahagiaan yang diidam-idamkan, yakni kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat.

129

Akhirnya dari uraian di atas dapat dicermati bahwa layanan

bimbingan konseling Islam dengan optimalisasi keempat fungsi yaitu

preventif, kuratif, preservatif, developmental atau edukatif mempunyai

peranan penting dalam upaya pengembangan kesehatan jiwa penderita

psikoneurotik, terutama fungsi developmental atau pengembangan. Maka

disinilah fungsi dzikir bisa dijadikan sebagai salah satu metode bimbingan

konseling Islam.