Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

18
BAB II PEMBAHASAN 2.1. ORGANISASI MATERI ESENSIAL ATAU KURIKULUM 2.1.1. Pemilihan dan Penentuan Isi Materi Esensial atau Kurikulum Isi materi esensial atau kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan. Para perencana kurikulum sering kali mengalami berbagai kesulitan dalam menyusun dan merencakan isi kurikulum yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebabnya, masyarakat senantiasa terus berubah dan berkembang, sehingga banyak bermunculan masalah kehidupan baru yang perlu dipecahkan. Selain itu, muncul pula berbagai macam perbedaan dan perubahan minat, kebutuhan, dan masalah yang dihadapi anak-anak atau remaja. Berbagai perubahan dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, dan yang lainnya, ikut pula mempengaruhi penentuan isi kurikulum. Untuk mencegah kebingungan atas ketidakpastian di kalangan para perencana kurikulum dalam hal penentuan isi kurikulum, beberapa ahli kurikulum menganggap perlu adanya sejumlah kriteria yang digunakan sebagai pedoman, patokan, dan ukuran isi kurikulum tersebut. Sebagai contoh, Caswell dan Campbell telah merumuskan kriteria berikut: 1. Kegunaan isi kurikulum dalam menafsirkan, memahami, dan menilai kehidupan yang kontemporer; 2. Kegunaan isi kurikulum dalam memuaskan minat dan kebutuhan para siswa; 3. Nilai isi kurikulum dalam mengembangkan kemampuan, sikap, dan sebagainya, yang dipandang bermanfaat dalam kehidupan orang dewasa; 4. Isi kurikulum hendaknya signifikan bagi bidang mata pelajaran tertentu. Meskipun di atas tela dirumuskan kriteria penentuan isi kurikulum, tampaknya Romine merasa bahwa kriteria tersebut masih belum lengkap dan terperinci. Dikaji dari sudut pandang yang lebih luas, sesungguhnya penentuan kriteria tersebut

description

Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

Transcript of Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

Page 1: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. ORGANISASI MATERI ESENSIAL ATAU KURIKULUM2.1.1. Pemilihan dan Penentuan Isi Materi Esensial atau Kurikulum

Isi materi esensial atau kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan. Para perencana kurikulum sering kali mengalami berbagai kesulitan dalam menyusun dan merencakan isi kurikulum yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebabnya, masyarakat senantiasa terus berubah dan berkembang, sehingga banyak bermunculan masalah kehidupan baru yang perlu dipecahkan. Selain itu, muncul pula berbagai macam perbedaan dan perubahan minat, kebutuhan, dan masalah yang dihadapi anak-anak atau remaja. Berbagai perubahan dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, dan yang lainnya, ikut pula mempengaruhi penentuan isi kurikulum.

Untuk mencegah kebingungan atas ketidakpastian di kalangan para perencana kurikulum dalam hal penentuan isi kurikulum, beberapa ahli kurikulum menganggap perlu adanya sejumlah kriteria yang digunakan sebagai pedoman, patokan, dan ukuran isi kurikulum tersebut. Sebagai contoh, Caswell dan Campbell telah merumuskan kriteria berikut:1. Kegunaan isi kurikulum dalam menafsirkan, memahami, dan menilai

kehidupan yang kontemporer;2. Kegunaan isi kurikulum dalam memuaskan minat dan kebutuhan para

siswa;3. Nilai isi kurikulum dalam mengembangkan kemampuan, sikap, dan

sebagainya, yang dipandang bermanfaat dalam kehidupan orang dewasa; 4. Isi kurikulum hendaknya signifikan bagi bidang mata pelajaran tertentu.

Meskipun di atas tela dirumuskan kriteria penentuan isi kurikulum, tampaknya Romine merasa bahwa kriteria tersebut masih belum lengkap dan terperinci. Dikaji dari sudut pandang yang lebih luas, sesungguhnya penentuan kriteria tersebut hendaknya bertitik tolak dari aspek tujuan pendidikan, proses pendidikan, dan keadaaan para siswi sendiri. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dirumuskanlah sejumlah kriteria berikut:1. Kriteria yang berhubungan dengan tujuan pendidikan

a. Apakah isi kurikulum yang direncakanan tersebut signifikan, valid, dan berguna dalam menafsirkan, memahami, dan menilai kehidupan yang kontemporer;

b. Apakah isi kurikulum yang direncanakan tersebut berhubungan dengan masalah-masalah kehidupan;

c. Apakah isi kurikulum terserbut akan memajukan perkembangan dan pertumbuhan yang seimbang pada anak-anak, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan (sikap, kemampuan, kebiasaan, dan sebagainya); dan

d. Apakah isi kurikulum yang diajukan tersebut memang penting, dalam artian memberikan sumbangan yang berharga pada berbagai peran kurikulum (konservatif, evaluatif, kreatif, dan sebagainya) serta bermakna bagi pengalaman manusia.

2. Kriteria yang berhubungan dengan sifat para siswa, yaitu apakah isi kurikulum tersebut berguna dalam memuaskan minat dan keingintahuan siswa.

Page 2: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

2.1.2. Bentuk Organisasi Materi Esensial atau KurikulumDalam studi tentang kurikulum, dikenal beberapa bentuk organisasi

kurikulum. Bentuk organisasi kurikulum tersebut memiliki ciri tersendiri, dan nampaknya mengalami proses pengembangan secara berurutan, sejalan dengan berbagai penemuan baru dalam ilmu kurikulum. Beberapa bentuk organisasi kurikulum tersebut di antaranya adalah kurikulum mata pelajaran, kurikulum dengan mata pelajaran berkolerasi, kurikulum bidang studi, kurikulum terintegrasi, dan kurikulum inti.

1. Kurikulum Mata PelajaranKurikulum mata pelajaran (isolated subject atau subjectmatter

curriculum) ini digolongkan sebagai bentuk kurikulum yang masih tradisional. Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Terdiri atas sejumlah pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri;

b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan dalam waktu tertentu;

c. Hanya bertujuan pada penugasan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya;

d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi para siswa;

e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertikbangkan kebutuhan, masalah, dan tuntutan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang;

f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa;

g. Guru berperan paling aktif, dengan pelaksanaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa;

h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam penetapan atau perencanaan kurikulum secara kooperatif.

Ciri-ciri diatas memperlihatkan dengan jelas berbagai kelemahan yang terdapat dalam bentuk kurikulum ini. Oleh karena itu, muncul usaha untuk memperbaikinya dengan mengajukan bentuk kurikulum yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keadaan siswa.

2. Kurikulum dengan Mata Pelajaran BerkolerasiUntuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan di antara

berbagai mata pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran tersebut disusun dalam pola korelasi, sehingga lebih mudah dipahami oleh para siswa. Inilah yang dinamakan dengan kurikuluum dengan mata pelajaran berkolerasi. Bentuk korelasi ini terdiri atas dua pola, yaitu korelasi informal dan formal.

Dalam bentuk korelasi informal, seorang guru mata pelajaran meminta agar guru mata pelajaran lainnya mengorelasikan pelajaran yang akan diberikannya dengan bahan yang telah diberikan oleh guru pertama. Sebagai contoh, guru sejarah akan mengajarkan sejarah perang Diponegoro. Kemudian guru geografi agar membahas tentang daerah geografis terjadinya perang Diponegoro tersebut. Selanjutnya, guru bahasa indonesia diminta agar

Page 3: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

memberikan pelajaran bercerita tentang suasana masyarakat sewaktu terjadinya perang tersebut.

Agak berbeda dengan korelasi sebelumnya, dalam korelasi formal beberapa guru bersama-sama merencanakan untuk mengorelasikan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Caranya, para guru yang bersangkutan terlebih dahulu menentukkan suatu topik atau masalah. Contohnya, para guru menentukkan topik ‘keluarga’. Kemudian, guru bahasa indonesia memberikan cerita yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, guru seni musik mengajarkan nyanyian pengantar tidur, guru ekonomi memberikan cara pembuatan anggaran belanja dalam keluarga. Begitu seterusnya, sehingga para guru mata pelajaran lainnya dapat memberikan sumbangan terhadap pembahasan topik tersebut. Jadi, ciri-ciri kurikulum ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya;b. Sudah dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan

permasalahan kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan;

c. Sudah dimulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas;

d. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak menghadapi kesulitan;

e. Meski guru masih memegang peran aktif, namun aktivitas siswa sudah mulai berkembang.

3. Kurikulum Bidang StudiSebagian ahli berpandangan bahwa kurikulum bidang studi ini termasuk

kedalam jenis kurikulum berkorelasi. Pandangan ini ada benarnya, karena bidang studi sudah merupakan perpaduan atau fusi sejumlah mata pelajaran sejenis, yang memiliki ciri-ciri yang sama. Batas-batas mata pelajaran yang telah berpadu tersebut sesungguhnya sudah tidak terlihat lagi.

Ciri-ciri umum dari kurikulum bidang studi adalah sebagai berikut :a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran yang didalamnya

terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama;

b. Pelajaran bertitik tolak dari subjek inti, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan;

c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruksional yang telah digariskan;

d. Sistem penyampaiannya bersifat terpadu;e. Guru berperan selaku guru bidang studi;f. Minat, masalah, serta kebutuhan siswa dan masyarakat

dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum walaupun masih dalam batas-batas tertentu;

g. Dikenal berbagai jenis bidang studi seperti matematika, ipa, ips, ppkn , dan sebagainya.

4. Kurikulum TerintegrasiDalam kurikulum terintegrasi atau terpadu ini, batas-batas diantara semua

mata pelajaran sudah tidak dapat dilihat lagi, karena semua mata pelajaran sudah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit. Jadi, semua mata pelajaran telah terpadu sebagai satu kesatuan yang bulat.

Page 4: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini adalah sebagai berikut:a. Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi;b. Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau organismik;c. Berdasarkan landasan sosiologis dan sosial kultur;d. Berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan atau

pertumbuhan siswa;e. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran

tetapi lebih luas. Bahkan, mata pelajaran atau bidang studi baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah;

f. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik unit pengalaman atau unit pelajaran;

g. Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Bahkan, peran murid lebih menonjolo dalam kegiatan belajar, dan guru bertindak selaku pembimbing.

Kendatipun bentuk kurikulum ini banyak sekali mengalami kemajuan dibandingkan bentuk kurikulum sebelumnya, namun dengan berbagai alasan sampai sekarang penggunaannya masih terbatas.

5. Kurikulum IntiDalam studi kurikulum akan kita temukan berbagai pengertian tentang apa

yang dimaksud dengan istilah kurikulum inti (core curriculum atau core program) ini.

Pada umumnya, kurikulum inti memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1. Ciri-ciri pokok (essential characteristics)

a. Core pelajaran meliputi pengalaman-pengalaman yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan semua siswa;

b. Core program berkenaan dengan pendidikan umum (general education) untuk memperoleh bermacam-macam hasil (tujuan pendidikan);

c. Berbagai kegiatan dan pengalaman core disusun dan diajarkan dalam bentuk kesatuan, tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah; dan

d. Core program diselenggarakan dalam jangka waktu yang lebih lama

2. Ciri-ciri umuma. Penetapan atau perencanaan oleh guru-guru secara kooperatif;b. Pengalaman-pengalaman belajar disusun dalam unit-unit yang luas

dan komprehensif berdasarkan tantangan, minat, kebutuhan, dan masalah dari kalangan siswa dan masyarakat sekitarnya;

c. Core pelajaran menggunakan proses demokratis;d. Banyak dari core program yang dikaitkan dengan bimbingan dan

pengajaran. Dalam hal ini, guru mempunyai tanggung jawab bimbingan terhadap the core class;

e. Core program secara lebih luas menggunakan sumber pengajaran yang luas, dan prosedur pengajaran yang lebih fleksibel dan variatif;

f. Penggunaan teknik problem solving dalam core program;g. Guru dan murid saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik,

sehingga memudahkan pemberian pelayanan terhadap perbedaan individual;

Page 5: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

h. Peniliaian dilakukan dengan bermacam bentuk serta dikerjakan secara kontinu dan menyeluruh;

i. Pengalaman-pengalaman belajar bersifat fungsional serta melibatkan banyak kegiatan dan tanggung jawab terhadap para siswa; dan

j. Core program didominasi oleh usaha yang bertujuan untuk memperbaiki pengajaran.

2.1.3. Prosedur Pengorganisasian Materi Esensial atau KurikulumPemilihan dan pengorganisasian adalah dua hal yang sulit dipisahkan satu

dengan yang lainnya, karena keduanya merupakan suatu rangkaian penyusunan kerangka kurikulum. Kaitan keduanya yaitu dalam usaha penentuan ruang lingkup kurikulum, reorganisasi kurikulum, serta pemilihan materi dan pengalaman kurikuler.

Dalam pemilihan dan reorganisasi isi kurikulum ini, diperlukan suatu prosedur (tata kerja) tertentu yang meliputi procedur employee, prosedur buku pelajaran, prosedur survei pendapat, prosedur studi kesalahan-kesalahan, prosedur mempelajari kurikulum lainnya, prosedur analisisi kegiatan orang dewasa, prosedur fungsi-fungsi sosial, serta prosedur minat dan kebutuhan para remaja.

1. Prosedur EmployeeProsedur employee ini bersifat sangat umum. Dalam prosedur ini, peran

guru sangat penting, karena pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum ditentukan berdasarkan penguasaan isi kurikulum tersebut di kalangan guru, baik secara perorangan maupun kelompok. Lagi pula, harus dipertimbangkan faktor kepercayaan guru terhadap materi tersebut, dalam manfaatnya bagi para siswa. Dalam kenyatannya prosedur ini diterapkan juga ke dalam prosedur lainnya.

2. Prosedur Buku PelajaranDalam prosedur buku pelajaran (the textbook procedure) ini, pemilihan isi

kurikulum didasarkan pada materi yang terkandung di dalam sejumlah buku pelajaran yang telah dipilih oleh sebuah panitia tertentu. Hal ini diasumsikan karena buku-buku tersebut ditulis dan disusun oleh seorang ahli dalam bidang tertentu. Sebagai tambahan pula, buku tersebut disusun berdasarkan kebutuham, minat, dan sesuai dengan latar belakang para siswa.

Oleh karena pada umumnya buku telah disusun secara sistematis dan logis, maka hal ini akan mempermudah guru dalam menjalankan tugasnya, membantu murid dalam memperlajari pelajaran tersebut, serta memberikan rasa aman pada orang tua. Memang, harus diakui terdapat beberapa kelemahan, seperti buku pelajaran yang tidak disusun sesuai dengan perbedaan individu siswa, dan materi yang sudah tidak sesuali lagi dengan keadaan zaman. Terlebih, jika sistem penyampaian buku tersebut kurang menarik, maka akan membosankan anak dalam mempelajarinya. Meskipun demikian, jika untuk suatu bidang studi telah tersedia buku yang lengkap, keseluruhan kurikulum dari bidang studi tersebut sesungguhnya dapat disusun secara lengkap.

3. Prosedur Survei PendapatDalam prosedur survei pendapat (the survey of opinions procedure) ini,

pemilihan, pengorganisasian, atau reorganisasi isi kurikulum dilakukan dengan mengadakan survei atau penelitian terhadap pendapat berbagai pihak. Dengan survei ini, akan terkumpul banyak informasi berupa masalah-masalah sosial

Page 6: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

yang dijadikan sebagai bahan untuk dipelajari atau dipecahkan oleh anak-anak di sekolah. Cara yang ditempu adalah dengan mengadakan angket atau wawancara terhadap berbagai kelompok masyarakat, seperti para ahli, termasuk guru, spesialis dalam pendidikan profesional, pemimpin dan tokoh masyarakat, masyarakat umum, dan para siswa. Hasil dari survei inilah yang kemudian dijadikan isi kurikulum sekolah.

4. Prosedur Studi KesalahanProsedur studi kesalahan (the study of errors procedure) ini dilaksanakan

dengan mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan, dan kelemahan dari pengalaman kurikuler, misalnya dengan memerhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku yang diperoleh melalui kurikulum tersebut. Setelah kelemahan dan kesalahan yang terjadi diketahui, dilakukan perbaikan dengan materi kurikulum yang baru. Perbaikan kurikulum tidak bersifat menyeluruh, melakinkan hanya sebagian saja.

Sebagai contoh, dalam bidang studi IPS, ketika diketahui beberapa kelompok atau suku kurang mempunyai hubungan yang baik, maka dengan memperbaiki kembali serangkaian pengalaman kurikuler yang diperlukan, diharapkan akan terjadi hubungan saling mengerti dan kerjasama yang baik.

5. Prosedur Mempelajari Kurikulum LainnyaProsedur mempelajari kurikulum lainnya (the study of other curriculum

procedure) ini dapar disamakan dengan metode “tambal sulam”. Dengan mempelajari kurikulum sekolah lain, guru atu sekolah dapat menerapkan dan menentukkan isi kurikulum untuk sekolahnya, sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Sudah tentu, bahan yang diambil adalah bahan yang berharga dan bermanfaat, serta sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah yang bersangkutan. Apabila hal ini diabaikan, kurikulum tersebut tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam hal ini sikap kritis dan adaptif sangatlah diperlukan. Meskipun demikian, cara yang terbaaik adalah penyususnan kurikulum yang bersumber dari kebutuhan setempat, yang benar-benar relevan dengan kondisi serta situasi tempat tersebut. Selain itu, dalam pemakaian kurikulum sekolah lain ini juga diperlukan adanya evaluasi dan modifikasi, serta penelaahan secara mendalam dan kritis, sambil melihat permasalahan yang mungkin akan muncul dan cara pemecahannya.

6. Prosedur Analisis Kegiatan Orang DewasaMelalui prosedur analisis kegiatan orang dewasa (the analysis of adult

activities procedure) ini, terlebih dahulu diadakan studi terhadap berbagai kegiatan dalam kehidupan. Hal ini bertujuan untuk menemukan sejumlah kegiatan yang diperkirakan berguna dipelajari para siswa sekolah. Pada umumny, berbagai kegiatan yang dianalisis tersebut adala kegiatan yang berkenaan dengan pekerjaan dan atau jabatan yang dilakukan orang dewasa. Selanjutnya, diadakan identifikasi terhadap keterampilan dari setiap jenis atau klasifikasi kegiatan, sehingga dapat disusun suatu program pengalaman kurikuler untuk diajarkan di sekolah.

Tentu saja, analisis yang dilakukan haruslah bersifat rasional, objektif, dan kritis, sehingga diharapkan kegiatan-kegiatan tersebut benar-benar cocok dengan tingkat kematangan, latar belakang, dan kesiapan para siswa. Pada akhirnya, selain bermanfaat bagi siswa, hasil analisis tersebut dapat jug adikerjakan oleh mereka. Berikut adalah beberapa contoh analisis tersebut:

Page 7: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

Kegiatan bahasa dan interkomunikasi sosial; Kegiatan kesehatan; Kegiatan sebagai warga negara; Kegiatan sosial umum; Kegiatan pemanfaatan waktu dan rekreasi; Kegiatan dalam rangka kesehatan mental; Kegiatan keagamaan; Kegiatan sebagai orangtua; dan Kegiatan nonvocational.7. Prosedur Fungsi-Fungsi SosialProsedur fungsi-fungsi sosial (the social functions procedure) ini

berkaitan dengan prosedur analisis kegiatan seperti yang telah diuraikan sebelumnya, hanya mempunyai pandangan yang agak lebih luas. Masyarakat dewasa melakukan banyak sekali fungsi sosial dalam kehidupannya sehari-hari. Fungsi-fungsi tersebut bermacam-macam, dan pada dasarnya berada dalam daerah kehidupan tertentu yang tidak terlepas dari situasi kehidupan secara total. Oleh karena itu, fungsi-fungsi yang telah ditemukan melalui survei, studi literatur, atau riset tersebut, kemudian diklasifikasikan menjadi sejumlah “areas of living”. Studi itu sendiri dilakukan terhadap berbagai kondisi sosial, politis, ekonomi, dan pengaruh-pengaruh lainnya.

Beberapa pendapat tentang areas of living tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Pendapat Douglass:a. Citizenship;b. Home living;c. Leisure life;d. Vocational efficiency;e. Physical and mental health; dan f. Continued learning.

2. Pendapat Stratemenyer:a. Home;b. Community;c. Leisure time;d. Work;e. Spiritual activities.

Berbagai pendapat di atas perlu kita kenal, untuk dijadikan bahan perbandingan. Penelitian juga perlu dilakukan, untuk melihat apakah areas of living masyarakat kita sama dengan berbagai pendapat di atas. Pasti terdapat perbedaannya, dan dengan sendirinya perlu diperhatikan pula dalam penyusunan kurikulum sekolah di negara kita.

8. Prosedur Minat dan Kebutuhan RemajaScope prosedur minat dan kebutuan para remaja (the youth interest and

needs procedure) dengan prosedur fungsi-fungsi sosial ditentukan berdasarkan berbagai fungsi kehidupan orang dewasa, yang kemudian diklasifikasikan menjadi “areas of persistent life problems”. Adapun sequence atau urutannya didasarkan pada latar belakang, kematangan, minat dan kebutuhan para siswa secara kronologis dan logis.

Prosedur minat dan kebutuhan para remaja ini juga melibatkan persistent problems, tapi scope dan urutannya didasarkan pada para siswa itu sendiri dan

Page 8: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

berkenaan pula dengan fungsi personal dan sosial, di samping sebagai persiapan menempuh kehidupan dewasa.

Jadi, jelaslah bahwa prosedur ini tidak bersifat individualistis, melainkan berdasarkan interaksi antara individu anak (remaja) dan lingkungannya. Melalui interaksi tersebut, akan muncul berbagai macam minat dan kebutuhan, yang senantiasa sejalan dengan perkembangan para remaja tersebut.

Secara teoritis, patut dikutip pendapat Doane yang telah mengklasifikasikan kebutuhan remaja menjadi lima belas jenis major areas sebagai berikut.

1. Vocational choice and placement;2. Philosopy of life and mental hygiene;3. Getting along with people;4. Morals;5. Plan for marriage and recreation;6. Finances;7. Relationship with the opposite sex;8. Health;9. Sex and reproduction;10. Religion;11. Relationships with family;12. Social competence;13. Conceptional subject matter areas; 14. Other areas of interest.Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pemulihan,

pengorganisasian, dan reorganisasi kurikulum, sesungguhnya tidak mungkin hanya menggunakan salah satu prosedur saja, karena ternyata di antara satu sama lain saling berkaitan. Telebih, karena pada akhirnya sasaran yang terpenting adalah perkembangan para siswa di dalam masyarakatnya, maka semua prosedur tersebut dapat dikembangkan sekaligus sambil melihat beberapa aspek yang dianggap perlu mendapat penekanan tertentu, yang semuanya mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan.

2.1.4. Implikasi Penyusunan dan Perbaikan KurikulumDengan mempelajari dasar organisatoris ini, paling tidak dapat diperoleh

sejumlah petunjuk atau guiding principles yang besar manfaatnya dalam penyusunan dan perbaikan kurikulum. Implikasinya adalah sebagai berikut:

1. Para penyusun kurikulum perlu mempelajari secara seksama dan mendalam tentang dasar-dasar pembinaan dan pengembangan kurikulum. Kemudian, menarik sejumlah ukuran yang dapat diterapkan dalam pemilihan, penyusunan, atau penilaian isi dan organisasi kurikulum.

2. Kendati semua prosedur yang telah dikemukakan sebelumnya masing0masing mengandung sisi positif dan negatif, namun para perencana kurikulum sebaiknya memusatkan dirinya dengan bertitik tolak dari prosedur fungsi-fungsi sosial serta prosedur minat dan kebutuhan, yang jika diperlukan dapat dilengkapi dengan prosedur-prosedur lainnya.

3. Apabila struktur kurikulum berdasarkan pada kebutuhan dan masalh seperti yang telah diuraikan dalam areas of living, lebih banyak pelajaran dan kegiatan yang dapat disusun dalam kurikulum, dibandingkan jika kurikulum tersebut diorganisasi atas berbagai mata

Page 9: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

pelajaran. Konsekuensinya, pendekatan metode penyampaian yang digunakan sudah tentu harus mengalami modernisasi.

4. Agar kurikulum dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi siswa dalam mempersiapkan diri untuk hidup di dalam masyarakat, maka prinsip fleksibilitas, relevansi, adaptasi, serta efektivitas program perlu dikembangkan. Selain itu, diperlukan bimbingan dan penyuluhan secara efektif, sehingga hasil maksimal dapat tercapai.

5. Aspek-aspek kurikulum perlu ditelaah dan direncanakan kembali, selain dengan berusaha memperbanyak penggunaan sumber materi yang lebih memadai

6. Dalam pemilihan dan penyusunan kurikulum, hendaknya diikutsertakan berbagai pihak yang berwenang dan berkepentingan melalui prosedur yang demokratis dan kooperatif, di antaranya para guru, supervisor, administrator, dan kika perlu para pimpinan organisasi siswa, di samping toko masyarakat luar dan para konsultan.

2.2. PENETAPAN MATERI ESENSIAL ATAU KURIKULUM 2.2.1. Pengertian Penetapan Materi Esensial atau Kurikulum

Penetapan atau perencanaan kurikulum adalah proses komprehensif, ketika tujuan (ends) dan alat (means) belajar diidentifikasikan sebagai suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan mebuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelahaan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut. Tanpa penetapan melalui penetapan atau perencanaan kurikulum, sistematika berbagai pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan.

2.2.2. Prinsip-prinsip Penetapan Materi EsensialSemua jenis penetapan atau perencanaan kurikulum terjadi pada semua

tingkat pendidikan dan disesuaikan dengan tingkatan kelas. Secara umum, sebuah penetapan kurikulum yang realistis disusun berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

Prinsip 1Penetapan kurikulum berkenaan dengan pengalaman-pengalaman para siswa.

Prinsip 2Penetapan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan tentang konten dan proses.

Prinsip 3Penetapan kurikulum mengandung keputusan-keputusan tentang berbagai isu dan topik.

Prinsip 4Penetapan kurikulum melibatkan banyak kelompok.

Prinsip 5Penetapan kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan (level).

Prinsip 6Penetapan kurikulum adalah sebuah proses yang berkelanjutan.

Page 10: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

2.2.2. Karakteristik Penetapan atau Perencanaan KurikulumDalam penetapan atau perencanaan kurikulum, terdapat beberapa aspek

yang harus diperhatikan. Aspek-aspek yang menjadi karakteristik penetapan atau perencanaan kurikulum tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penetapan atau perencanaan kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas tentang berbagai hal yang menjadikan kehidupan menjadi lebih, karakteristik masyarakat sekarang dan masa depan, serta kebutuhan dasar manusia;

2. Penetapan atau perencanaan kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang komprehensif, yang mempertimbangkan dan mengoordinasi unsur esensial belajar-mengajar efektif;

3. Penetapan atau perencanaan kurikulum harus bersifat reaktif dan antipasif. Pendidikan harus responsif terhadap kebutuhan individual siswa, untuk membantu siswa tersebut menuju kehidupan yang kondusif;

4. Tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi rentang yang luas akan kebutuhan dan minat yang berkenaan dengan individu dan masyarakat;

5. Rumusan berbagai tujuan pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasi konkrit, agar dapat digunakan dalam pengembangan rencana kurikulum yang spesifik. Jika tidak, persepsi yang muncul kurang jelas dan kontradiktif;

6. Masyarakat luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk mengetahui berbagai hal yang ditunjukkan bagi anak-anak mereka melalui perumusan tujuan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, para pendidiklah yang berkewajiban untuk memberiktahukannya;

7. Dengan keahlian profesional mereka, pendidik berhak dan bertanggung jawab mengidentifikasikan program sekolah yang akan membimbing siswa ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Masyarakat boleh saja memberikan saran, namun keputusan akhir ada pada pendidik;

8. Penetapan atau perencanaan dan pengembangan kurikulum paling efektif jika dikerjakan secara bersama-sama. Hal ini dikarenakan beragamnya unsur-unsur kurikulum, yang menuntut tentang keahlian secara luas;

9. Penetapan atau perencanaan kurikulum harus memuar artikulasi program sekolah dan siswa pada setiap jenjang dan tingkatan sekolah dan siswa pada setiap jenjang dan tingkatan sekolah. Berkaitan dengan hal ini, kurikulum harus terdiri atas integrasi berbagai pengalaman yang relevan;

10. Program sekolah harus dirancang untuk megkombinasikan semua unsur dalam kurikulum kerangka kerja pendidikann;

11. Masing-masing sekolah mengembangkan dan memperhalus suatu struktur organisasi yang memfasilitasi studi masalah-masalah kurikulum dan mensponsori kegiatan perbaikan kurikulum;

12. Perlunya penelitian tindakan dan evaluasi, untuk menyediakan revitalisasi rencana dan program kurikulum;

13. Partisipasi kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan perencanaan kurikulum, terutama keterlibatan masyarakat dan para siswa dalam perencanaan situasi belajar-mengajar yang spesifik;

Page 11: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

14. Dalam penetapan dan perencanaan kurikulum, harus diadakan evaluasi secara kontinu terhadap semua aspek pembuatan keputusan kurikulum, yang juga meliputi analisis terhadap proses dan konten kegiatan kurikulum;

15. Berbagai jenjang sekolah, hendaknya merespon dan mengakomodasi perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan siswa. Untuk itu, perlu direfleksikan organisasi dan prosedur secara bervariasi.

2.2.3. Komponen-Komponen dalam Penetapan Materi EsensialSecara umum, dalam penetapan materi esensial harus dipertimbangakan

kebutuhan masyarakat, karakteristik pembelajar, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan (Taba dalam Saylor, et al, 1981). Siswa dengan karakteristik tersebut memiliki dua kemungkinan, meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan langsung terjun ke dunia kerja serta masyarakat. Maka komponen-komponen penetapan materi esensial adalah sebagai berikut:

1. TujuanPerumusan tujuan belajar diperlukan untuk meningkatkan

kemapuan siswa sebagai anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penyelenggara sekolah berpedoman pada tujuan pendidikan nasional. Sumber dari tujuan ini adalah seumber empiris, sumber filosofis, sumber mata pelajaran, konsep kurikulum, analisis situasional, dan tekanan pendidikan.

2. KontenKonten atau isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan

pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan mata pelajaran.

Isi kurikulum adalah mata pelajaran pada proses belajar-mengajar, seperti pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan mata pelajaran.

3. Aktivitas BelajarAktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas

yang diberikan pada pembelajar dalam situasi belajar-mengajar. Aktivitas ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai.

4. SumberSumber atau resources yang dapat digunakan untuk mencapai

tujuan pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:- Buku dan bahan tercetak,- Perangkat lunak komputer,- Film dan kaset video,- Kaset,- Televisi dan proyektor,- CD ROM interaktif, dan masih banyak lagi.

5. EvaluasiEvaluasi atau penilaian dilakukan secara bertahap,

berkesinambungan, dan bersifat terbuka. Dari evaluasi ini dapat diperoleh keterangan mengenai kegiatan dan kemajuan belajar siswa, dan pelaksanaan kurikulum oleh guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Page 12: Bab Ii_pembahasan_tugas Sbm_yunus & Putri

2.2.3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi esensialAda beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi

esensial agar materi tersebut dapat seutuhnya berguna bagi peserta didik, yaitu:1. Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran2. Menganalisis pembelajaran3. Menganalisis karakteristik peserta didik4. Merumuskan tujuan pembelajaran5. Mengembangkan instrumen penilaian6. Mengembangkan strategi pembelajaran7. Mengembangkan bahan pembelajaran8. Mengevaluasi pembelajaran.