bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Menurut Sarwono (2004), tingkat pengetahuan itu lebih bersifat pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif. Tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Gazalba dalam Bakhtiar (2006), pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan

description

kti

Transcript of bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

Page 1: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian

Menurut Sarwono (2004), tingkat pengetahuan itu lebih bersifat

pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif. Tingkat

pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Gazalba dalam Bakhtiar (2006), pengetahuan adalah apa

yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah

hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu

adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan

merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

2.1.1.2 Tingkatan Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan:

1). Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

Page 2: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itutahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Sedangkan kata kerja yang mengukur tentang seseorang tahu tentang apa

yang dipelajari adalah: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

2). Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajarinya.

3). Aplikasi (Application)

Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hokum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lainnya.

Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam penghitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus, pemecahan

masalah (problem solving) dalam pemecahan masalah kesehatan dari

kasus yang diberikan.

Page 3: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

3). Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dilihat dari penggunaan kata kerja, dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

4). Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Atau kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun,

merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

5). Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan

criteria yang ditentukan. Penilaian- penilaian berdasarkan kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

2.1.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh :

1). Pendidikan

Page 4: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur

hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi.

Menurut Notoatmojo, pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wiet Hari, dalam

Notoatmojo menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Menurut

Azhar, pengetahuan akan menimbulkan sikap positif maupun negatif

terhadap suatu objek sikap.

2). Pengalaman

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah

nyata dalam bidang keperawatan.

Page 5: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

Pengalaman merupakan guru yang terbaik, pepatah tersebut bisa

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapan

dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

dalam memecahkan persoalan yang dihadapi masa lalu.

3). Usia

Semakin tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

pengetahuannya. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada

orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran fisik dan mental

(Hanna, 2009).

Menurut Singgih D. Gunarso, makin tua umur seseorang maka

proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi

pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat

ketika berusia belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi juga

mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah

satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa

dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

bertambahnya pengetahuan yang diperoleh. Tetapi pada umur-umur

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau daya

ingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Page 6: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

4). Informasi

Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi

yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa.

Pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan bias didapat dari

beberapa sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan

sekolah, penyuluhan (Oktarina, 2009).

Menurut Wiet Hari dalam Notoatmojo, informasi akan

mememberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun

seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi ia mendapatkan

informasi yang baik dari berbagai media misalnya televise, radio atau

surat kabar. Maka pengetahuannya akan dapat lebih baik.

5). Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh sosial bagi

seseorang di mana dapat mempelajari hal-hal yang buruk tergantung

pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan

memeperoleh pengalaman yang berpengaruh pada caara berfikir

seseorang.

Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik

sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam

berfikir selama jenjang hidupnya.

Page 7: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

6). Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan

biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun

rendah (Notoatmodjo, 2007).

7). Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dan situasi yang

baru. Intelegensi merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil

dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu

modal untuk berfikir dan mengelola informasi secara terarah sehingga

mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa perbedaan intelegensi seseorang akan berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan.

2.1.1.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat – tingkat

tersebut. (Notoatmodjo, 2007)

Page 8: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

2.1.2 Kesehatan Reproduksi

2.1.2.1 Pengertian

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan

sosial secara utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan

dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi.

(Departemen Kesehatan RI dan WHO, 2000). Kesehatan reproduksi

adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak

semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya

(Widyastuti, 2009).

2.1.2.2 Tujuan Kesehatan Reproduksi

1). Tujuan Umum

Meningkatkan kemandirian dalam mengatur fungsi dan proses

reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya sehingga hak-hak

reproduksi dapat terpenuhi.

2). Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan

fungsi reproduksinya.

b. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam

menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak antara kelahiran.

Page 9: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

c. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki terhadap

akibat dari perilakuu seksnya.

d. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang

berkaitan dengan proses reproduksinya.

2.1.2.3 Sasaran Kesehatan Reproduksi

1. Remaja (Pubertas)

a. Memberikan penjelasan masalah kesehatan reproduksi yang

diawali dengan pemberian pendidikan seks.

b. Membantu remaja dalam menghadapi menarche secara fisik,

psikis, sosial dan hygiene sanitasinya.

2. Wanita

a. Wanita Usia Subur (WUS)

- Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita (usia 15-

49 tahun).

- Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan

sepanjang hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat.

b. Pasangan Usia Subur (PUS)

- Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan baik

- Terpenuhinya kebutuhan ber-KB

- Penurunan angka kematian ibu hingga 50%

Page 10: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

- Penurunan proporsi BBLR menjadi < 10%

- Pemberantasan tetanus neonatorum

- Semua individu dan pasangan mendapatkan akses informasi dan

pelayanan pencegahan kehamilan yang terlalu dini, terlalu dekat

jaraknya, terlalu tua, dan telalu banyak.

3. Lansia

a. Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk

pemeriksaan dan pengobatan penyakit menular seksual minimal 70%

b. Pemberian makanan yang banyak mengandung zat kalsium untuk

mencegah osteoporosis

c. Memberi persiapan secara benar dan pemikiran yang positif dalam

menyongsong masa menopause. (Romauli, 2011).

2.1.2.4 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan

sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari

kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit

menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta semua bentuk

kekerasan dan pemaksaan seksual (FCI, 2000).

Menurut Notoadmodjo (2007), terdapat enam faktor yang

mempengaruhi status kesehatan reproduksi remaja. Faktor-faktor

Page 11: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

tersebut adalah faktor sosial ekonomi dan demografi, budaya dan

lingkungan, psikologis, biologis, teknologi dan institusi pendidikan.

Faktor yang pertama adalah faktor sosial-ekonomi dan

demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan, tingkat

pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan

seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.

Faktor yang kedua adalah factor budaya dan lingkungan, antara lain

adalah praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan

reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi yang

membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses

reproduksi. Faktor yang ketiga adalah faktor psikologis. Keretakan orang

tua akan memberikan dampak pada kehidupan remaja, depresi yang

disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharganya

wanita dimata pria yang membeli kebebasan dengan materi. Faktor yang

keempat adalah faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada

saluran reproduksi. Faktor yang kelima adalah faktor teknologi. Semakin

majunya teknologi dan membaiknya sarana komunikasi mengakibatkan

membanjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi. Faktor

yang keenam adalah faktor institusi pendidikan langsung, yaitu orang tua

dan guru sekolah kurang siap untuk memberikan informasi yang benar

dan tepat waktu. Berbagai kendala diantaranya adalah ketidaktahuan dan

anggapan di sebagian besar masyarakat bahwa pendidikan seks adalah

tabu (Sugiharta, 2004).

Page 12: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

2.1.3 Remaja

2.1.3.1 Pengertian

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal

dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan (Ali, 2009). Remaja adalah anak usia 10-24 tahun

yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan

sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak

dini (Romauli, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai

oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis.

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.

Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.

Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009). Masa

remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu

antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang

masa dewasa muda. Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi

tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut

dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosio ekonomi.

Berdasarkan kematangan psikoseksual dan seksual, remaja akan

melewati tahapan remaja awal ( 11-13 tahun ), remaja pertengahan ( 14-

16 tahun ), dan remaja lanjut ( 17-20 tahun ). Pada tahap remaja lanjut

ini, remaja sudah mengalami perkembangan seperti orang dewasa.

Page 13: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

Mereka mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka mulai

mengembangkannya dalam bentuk pacaran. (Soetjiningsih, 2004).

Remaja adalah suatu masa ketika:

1) Individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif mandiri (Sarwono, 2006).

2.1.3.2 Perubahan Fisik pada Remaja

Menurut Sarwono (2006), urutan perubahan-perubahan fisik sebagai

berikut :

1) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota

badan menjadi panjang). Pinggul pun menjadi berkembang, membesar

dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak di bawah kulit (Widyastuti, 2009).

2) Pertumbuhan payudara, seiring pinggul membesar, maka payudara

juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara

harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar

Page 14: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat (Widyastuti,

2009).

3) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan.

Rambut kemaluan yang tumbuh ini terjadi setelah pinggul dan payudara

mulai berkembang (Widyastuti, 2009).

4) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap

tahunnya.

5) Bulu kemaluan menjadi keriting

6) Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2006).

7) Tumbuh bulu-bulu ketiak

2.1.3.3 Perubahan Psikologi pada Remaja

Tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa,

menarik diri, pemalu dan pemarah (Romauli, 2009). Sensitif atau peka

misalnya mudah menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya bisa tertawa

tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja puteri,

lebih lebih sebelum menstruasi (Widyastuti, 2009).

2.1.4 Pacaran

Berpacaran merupakan wujud dari interaksi sosial yang begitu

kuat sebagai akibat dari pergaulannya dengan teman sebaya maupun

masyarakat luas. Adanya interaksi sosial tersebut dapat memunculkan

Page 15: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

informasi global yang dapat mengancam terwujudnya remaja yang sehat

dan berkualitas (PKBI, 1999).

Pacaran dapat diartikan sebagai hubungan antara dua individu

yang membuat kesepakatan bersama yang terdiri dari komitmen,

intimacy, dan passion, hubungan pacaran merupakan dasar dari

perjalanan menuju jenjang pernikahan (Stenberg,2003). Tujuan dari

pacaran itu sendiri adalah untuk menemukan dan mencari pasangan yang

benar-benar tepat untuk dirinya dan kelak akan menjadi pasangan

hidupnya (Dusek,2001).

Satu hal yang sangat penting dari kehidupan emosional para remaja

adalah kemampuannya untuk memberikan kasih sayagnya pada orang

lain, di samping kemampuannya untuk menerima kasih sayang tersebut

dari orang lain. Hal yang dramatis terjadi apabila mereka jatuh cinta

terhadap lawan jenisnya dan mereka yakin bahwa itu adalah “cinta

sejati”. (Hamalik, 2005)

Sebagian besar remaja dipastikan akan mengalami fase dimana

mereka akan membina hubungan cinta dengan lawan jenisnya. Beberapa

orang bahkan akan mengalami hubungan pacaran lebih dari satu kali.

Berkencan bagi remaja ialah suatu konteks di mana harapan-

harapan peran yang berkaitan dengan gender meningkat. Laki-laki

merasakan untuk tampil secara “maskulin” dan perempuan merasakan

tekanan untuk tampil secara “feminin”. Kaum laki-laki mengikuti suatu

Page 16: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

skenario berkencan yang proaktif, kaum perempuan mengikuti suatu

skenario reaktif. Skenario proaktif laki-laki mencakup; memprakarsai

kencan (meminta dan merencanakannya), mengendalikan bidang umum

(mengendarai dan membuka pintu), dan memprakarsai interaksi seksual

(melakukan kontak fisik, merayu, dan mencium). Skenario reaktif

perempuan berfokus pada bidang pribadi (memperhatikan penampilan,

menikmati kencan), berpartisipasi dalam struktur kencan yang diberikan

oleh kaum laki-laki (dijemput, dibukakan pintu) dan menanggapi

gerakan seksual kaum laki-laki. Perbedaan-perbedaan gender ini member

kaum laki-laki kekuasaan yang lebih besar pada suatu relasi. (Santrock,

2002).

2.1.5 Kekerasan Dalam Pacaran

2.1.5.1 Pengertian

Menurut Iyus Yosep ( 2009 ) perilaku kekerasan atau agresi

adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan

perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak secara fisik.

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik

terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan ( Nita Fitria, 2009 ).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secra fisik maupun psikologis.

(Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, 2009).

Page 17: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa perilaku kekerasan adalah suatu tindakan  kekerasan atau kata-

kata kasar yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan

potensi untuk merusak secara fisik maupun psikologis yang dapat

membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Kekerasan

dalam pacaran adalah segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur

pemaksaan, tekanan, perusakan, dan pelecehan fisik maupun psikologis

yang terjadi dalam hubungan percintaan (Dianawati, 2010). Kekerasan

dalam pacaran (KDP) merupakan salah satu kekerasan yang terjadi saat

salah satu pihak merasa tersinggung, tersakiti, ataupun terpaksa

melakukan sesuatu ketika berada dalam hubungan berpacaran.

Kekerasan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kekerasan dalam

rumah tangga, yang membedakan hanya karena belum terikat dalam

status perkawinan. (Fakih, 2004).

2.1.5.2 Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran

1). Kekerasan fisik, berupa tindakan seperti pemukulan, penyiksaan dan

lain sebagainya yang menimbulkan deraan fisik bagi perempuan yang

menjadi korban, contohnya memukul, menampar, mencekik,

menendang, dan sebagainya.

2). Kekerasan psikologis, yaitu suatu tindakan penyiksaan secara

verbalseperti menghina, berteriak, menyumpah, mengancam,

melecehkan, berkata kasar dan kotor yang mengakibatkan menurunnya

Page 18: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk

bertindak dan tidak berdaya.

3). Kekerasan seksual, tindakan agresi seksual seperti melakukan

tindakan yang mengarah ke ajakan atau desakan seksual seperti

menyentuh, mencium, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan

korban dan lain sebagainya.

4). Kekerasan finansial, seperti mengambil barang korban, memaksa

pemenuhan kebutuhan finansial dan sebagainya.

5.1.3.3 Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Perempuan

Sistem patriarki yang kemudian mendasari pola-pola hubungan

gender dalam masyarakat mengontrol bidang-bidang kehidupan

perempuan. Nilai-nilai dan norma yang mendefinisikan perempuan lebih

rendah dari laki-laki, menyebabkan laki-laki mempunyai kontrol

terhadap perempuan dapat ditemukan di setiap lingkungan pergaulan

yaitu dalam keluarga, pergaulan sosial, agama, hukum, pendidikan,

pekerjaan dan lain-lain. Sehingga perempuan sering tidak dapat

menyebutkan posisi yang tidak menguntungkan dari dirinya terhadap

laki-laki, karena sudah menjadi ideology dalam hidupnya (Sulaeman,

2011).

Salah satu hal yang menjadi isu dalam perspektif jender yakni

mengenai kekerasan. Kekerasan adalah penyerangan ( invasi ) terhadap

fisik maupun integritas mental psikologis laki-laki dan perempuan yang

Page 19: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

disebabkan oleh anggapan jender atau acap kali disebut dengan gender

related violence, kekerasan terjadi baik dalam ranah publik

(pemerkosaan dan pelecehan seksual ) maupun dalam kehidupan pribadi

seperti hubungan pacaran. Sebagian besar hubungan cinta remaja

rmemiliki titik lemah di dalam masalah keseimbangan, kesetaraan dalam

berpendapat, bersikap dan berbuat. Ketika dominasi terjadi tanpa ada

perlawanan, cepat atau lambat akan muncul kondisi yang disebut dating

violence, kekerasan dan pelanggaran etika fisik maupun psikis dalam

hubungan pacaran. (Sony Set, 2009).

2.2 Kerangka Pemikiran

Banyak orang yang peduli tentang kekerasan yang terjadi di dalam

rumah tangga namun masih sedikit sekali yang peduli pada kekerasan yang

terjadi pada remaja terutama kekerasan yang terjadi dalam hubungan

pacaran, hal ini didasarkan pada anggapan masyarakat bahwa dalam

berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan karena pada masa ini hanya

diwarnai oleh hal-hal yang indah dimana setiap hari hanya merasakan kata-

kata manis dan tingkah laku yang dilakukan oleh sang pacar. Hal tersebut

dapat dipahami sebagai salah satu bentuk ketidaktahuan akibat kurangnya

informasi.

Kekerasan dalam berpacaran menurut Harry Kurniawan adalah

segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur pemaksaan, tekanan,

perusakan dan pelecehan fisik maupun psikologis yang terjadi dalam

hubungan pacaran (Idham, 2007). Sasaran kekerasan fisik misalnya

Page 20: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

pemukulan terhadap tubuh, belaian atau jamahan terhadap tubuh yang tidak

dikehendaki dan memaksa atau merayu untuk berhubungan seksual

sedangkan kekerasan psikologis berkaitan dengan kebohongan, ancaman,

tekanan dan cacian baik lewat perkataan maupun perbuatan yang berakibat

pada minimalisasi kemampuan mental dan otak.

Kekerasan dalam berpacaran tidak hanya dialami oleh perempuan

saja tetapi juga dialami oleh laki-laki namun dalam sepengetahuan

masyarakat perempuan lebih banyak menjadi korban kekerasan

dibandingkan dengan laki-laki, hal ini didasarkan karena adanya

ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang umumnya

dianut oleh masyarakat luas.

Penguasaan tersebut pun terjadi dalam hubungan pacaran dimana

seseorang yang sudah mempunyai pacar biasanya akan menganggap bahwa

pacarnya tersebut hanya miliknya sehingga tidak ada seorang pun yang bisa

mendekatinya, perasaan memiliki yang berlebihan tersebut kerap kali

menimbulkan kekerasan. Hal ini senada dengan pendapat Fromm (2005)

yang mengemukakan bahwa cinta yang ada selama ini selalu berbalut erat

dengan kuasa dan pengaturan yang mengaburkan definisi dari cinta itu

sendiri, cinta bukan lagi sebuah pengorbanan tetapi tuntutan yang apabila

tidak dipenuhi maka akan berujung pada kekerasan.

Pada masyarakat sekarang cinta didasarkan pada modus memiliki

atau menjadi. Seseorang yang mencintai atas dasar ingin memiliki pada

mulanya akan mati-matian menutupi segala keburukan dan kekurangan

yang ada dalam dirinya, namun setelah sang pujaan hati dimiliki sedikit

Page 21: bab II gambaran pengetahuan remaja putri ttg kekerasan dalam pacaran

demi sedikit hal-hal yang negatif yang ada dalam dirinya akan terungkap.

Di sisi lain, cinta dengan modus memiliki hanya akan memunculkan

kesewenang-wenangan, kekuasaan, pemaksaan dan kediktatoran.