BAB I,II,III

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan 1

description

makalah

Transcript of BAB I,II,III

Page 1: BAB I,II,III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat

yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang

memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat

atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui

sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek

sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada

umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu

kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah

kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau

pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan

tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini

dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah

terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan

bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau

dengan menambal defek dengan sepotong dakron.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari penyakit ASD ?

2. Apa etiologi dari penyakit ASD ?

3. Bagaimana patofisiologi penyakit ASD ?

4. Apa manifestasi klinis dari penyakit ASD ?

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk penyakit ASD ?

6. Apa saja komplikasi penyakit ASD ?

7. Bagaimana terapi untuk penyakit ASD ?

1

Page 2: BAB I,II,III

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mampu memahami definisi dari penyakit ASD

2. Mampu mngetahui etiologi dari penyakit ASD

3. Dapat mengetahui patofisiologi penyakit ASD

4. Mampu mengetahui manifestasi klinis penyakit ASD

5. Mampu mengerti untuk pemeriksaan penunjang penyakit ASD

6. Mampu mengetahui komplikasi penyakit ASD

7. Mampu mengetahui terapi penyakit ASD

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika yang dilakukan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Menentukan tema

2. Mencari bahan

3. Menyusun

4. Mengolah data

5. Menarik kesimpulan

2

Page 3: BAB I,II,III

BAB II

KONSEP TEORI

2.1 PENGERTIAN

Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat

yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang

memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat

atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui

sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek

sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada

umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu

kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah

kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau

pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan

tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini

dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah

terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan

bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau

dengan menambal defek dengan sepotong dakron.

Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, yaitu

1. Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum, mungkin

disertai kelainan katup mitral.

2. Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.

3. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium

Kanan.

3

Page 4: BAB I,II,III

2.2 ETIOLOGI

Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor

yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.

Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Faktor Prenatal

a. Ibu menderita infeksi Rubella.

b. Ibu alkoholisme

c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.

d. Ibu menderita IDDM.

e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

2. Faktor genetic

a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB.

b. Ayah atau ibu menderita PJB.

c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down.

d. Lahir dengan kelainan bawaan lain.

2.3 PATOFISIOLOGI

Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek

sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan

kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium

kanan 5 mmHg).

Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan,

arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka

volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang

melalui aorta.

Dengan bertambahnya volume cairan darah pada ventrikel kanan dan arteri

pulmonalis, maka tekanan pada alat-alat tersebut naik. Dengan adanya kenaikan

tekanan maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan

4

Page 5: BAB I,II,III

tekanan sekitar 15-25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu

bising sistolik (jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis

relative katup pulmonal).

Pada valvula trikuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga

terjadi stenosis relative katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik.

Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis,

maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmonalis dan

akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi

kejadian ini paa ASD terjadinya sangat lambat. ASD I sebagian sama dengan

ASD II. Hanya apabila ada defek pada katup mitral atau katup trikuspidalis,

sehingga darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium

kiri dan atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada

ASD II.]

2.4 MANIFESTASI KLINIS

a. Adanya Dispnea.

b. Kecenderungan infeksi pada jalan nafas.

c. Palpitasi.

d. Kardiomegali.

e. Atrium dan Ventrikel kanan membesar.

f. Diastolik meningkat.

g. Sistolik rendah.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Foto Ronsen Dada.

b. Elektrokardiografi.

c. Kateterisasi Jantung.

d. Ekokardiogram.

e. Radiologi.

5

Page 6: BAB I,II,III

2.6 KOMPLIKASI

a. Hipertensi Pulmonal.

b. Endokarditis.

c. Gagal Jantung.

2.7 TERAPI

a. Terapi Bedah.

a) Operasi bedah jantung terbuka.

b. Terapi Non Bedah.

a) Pemasangan ASO ( Amplatzer Septal Occluder ).

b) Kriteria penderita ASD yang akan dilakukan pemasangan ASO :

c) ASD sekundum.

d) Diameter kurang atau sama dengan 34 mm.

e) Flow ratio lebih atau sama dengan 1,5 atau terdapat tanda-tanda beban

volume pada ventrikel kanan.

f) Mempunyai rim minimal 5 mm dari sinus koronarius, katup atrio-

ventrikulasr, katup aorta dan vena pulmonalis kanan.

g) Defek tunggal dan tanpa kelainan jantung lainnya yang memerlukan

intervensi bedah.

h) Muara vena pulmonalis normal ke atrium kiri.

i) Hipertensi pulmonal dengan resistensi vaskuler paru ( Pulmonary Artery

Resistence Index = PARU ).

j) Bila ada gejala jantung, fungsi ventrikel (EF) harus lebih dari 30%.

6

Page 7: BAB I,II,III

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASD

(Atrium Septum Defect)

3.1 PENGKAJIAN

1.  Identitas pasien, meliputi:

Nama              : untuk membedakan pasien satu dengan pasien yang lain

karena banyak orang yang namanya sama

Umur              : pada usia anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut dapat

terserang

Jenis kelamin  : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin

Alamat            :  untuk mengetahui lingkungan dan tempat tinggal pasien,  

berhubungan dengan   penyakitnya

Pekerjaan        : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan

Pendidikan     :  bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim

memdapakan pengetahuan tentang ASD (Atrium Septum

Defek), maka akan menganggap remeh penyakit ini, dan

dapat  sembuh dengan cara cukup  beristirahat.

Suku/bangsa   : untuk mengetahui darimana asal dan letak geografis

tempat tinggal pasien

2. Keluhan Utama 

Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung

dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi

biasanya terjadi sesak nafas, cemas ,suhu tubuh meningkat, lemas ,jantung

berdebar – debar.

7

Page 8: BAB I,II,III

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak  dan jantung

berdebar-debar tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang

terjadi.

b. Riwayat kesehatan lalu

1. Prenatal History

Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi

virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan

obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.

2. Intra natal

Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.

3. Riwayat Neonatus

a) Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea

b) Anak rewel dan kesakitan

c) Tumbuh kembang anak terhambat

d) Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali

e) Sosial ekonomi keluarga yang rendah.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

a) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang

mengalami kelainan defek jantun.

b) Penyakit keturunan atau diwariskan

c) Penyakit congenital atau bawaan

4. Pemeriksaan Fisik

1. TTV (Tanda-tanda vital)

a. Tekanan Darah (TD) :Meningkat

b. Nadi (N) :Takikardi

8

Page 9: BAB I,II,III

c. Suhu Tubuh (S) :38.7 ˚C

d. Respirasi (RR) :dispnea pada saat istirahat atau pada

saat  aktivitas

2. Pemeriksaan fisik menggunakan Head To Toe

a. Kepala : rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak ada tumor,

rambut warna hitam sedikit ada uban, tidak ada nyeri tekan , tidak

ada lesi.

b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

c. Mata : simetris, konjungtiva anemis, fungsi penglihatan

sedikit buram

d. Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada keluhan dan

kelainan pada hidung

e. Telinga :bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran

f. Mulut :bibir tampak kering, gigi bersih, tidak ada perdarahan

dan pembengkakan pada gusi

g. Payudara :tidak ada pembengkakan di kelenjar mammae

h. Dada :

a) Jantung:

1. Inspeksi :bentuk asimetris, irama nafas tidak

teratur

2. Palpasi :teraba adanya bising pada ics II atau III

kiri

3. Perkusi :suara jantung pekak, suara paru sonor

4. Auskultasi :bunyi paru vasikuler, terdapat bunyi

jantung tambahan

b) Abdomen :

1. Inspeksi :bentuk simetris, datar

9

Page 10: BAB I,II,III

2. Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan abdomen

3. Perkusi :timpani

4. Auskultasi :batas normal 5-12x/menit

5. Genetalia :tidak terpasang kateter

c) Ekstremitas :

1. Ekstremitas atas : terpasang infus RL pada tangan kiri,

tidak terdapat oedem

2. Ektremitas bawah :tidak terdapat luka, tidak terjadi

kelumpuhan, terdapat oedem pada pergelangan kaki.

5. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

b. foto thorak

c. ECG

d. ECHO

6. Pola fungsi kesehatan

a. Pola Aktivitas dan latihan

1. Keletihan/kelelahan

2. Dispnea

3. Perubahan tanda vital

4. Perubahan status ment

5. Takipnea

6. Kehilangan tonus otot

b. Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan

1. Riwayat hipertensi

2. Endokarditis

3. Penyakit katup jantung.

c. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

10

Page 11: BAB I,II,III

1. Ansietas, khawatir, takut

2. Stress yang b/d penyakit

d. Pola nutrisi dan metabolik

1. Anoreksia

2. Pembengkakan ekstremitas bawah/edema

e. Pola persepsi dan konsep diri

1. Kelemahan

2. Pening

f. Pola peran dan hubungan dengan sesama

1. Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga.

3.2 ANALISA DATA

No Waktu Analisis data Etiologi Masalah Ttd

1 DS:

Klien mengatakan jantung

berdebar –debar

DO:

Takikardi,hipotensi,pucat,bunyi

jantung melemah.

Defek struktur

jantung

Resiko

tinggi

penurunan

curah

jantung

2 DS:

Klien mengeluh cepat lelah saat

aktifitas,sesak nafas

DO:

Klien tampak lemas dan pucat

RR : 26x/menit

Gangguanpola

nafas

Intoleransi

aktivitas

11

Page 12: BAB I,II,III

3 DS:Klien mengeluh panas(suhu

badannya tinggi)

DO:Peningkatan suhu tubuh.

TD 100/60mmHg

N 70x/menit

Suhu 38,70C

Status fisik

yang lemah

Risiko

tinggi

infeksi

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d defek struktur jantung

2. Intoleransi aktivitas b.d gangguan pola nafas

3. Resiko tinggi infeksi b.d status fisik yang lemah

3.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN

Tgl Dx Tujuan Intervensi Rasional Ttd

1 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24jam

diharapkan penurunan

curah jantung dapat

diminimalkan

Dengan KH :

K : Klien dapat

mengetahui penyebab

dan gejala dari

penyakitnya

A:

Klien tampak nyaman

O:

Observasi TTV

klien secara

teratur

N:

Anjurkan klien

untuk beraktifitas

E:

Jelaskan kepada

klien tentang cara

penanganan

penyakit secara

sederhana

      Memonitoring

adanya perubahan

sirkulasi jantung

sedini mungkin dan

adanya takikardi –

disritmia sebagai

kompensasi

meningkatkan

curah jantung

      Pucat

menunjukkan

adanya penurunan

perfusi perifer

12

Page 13: BAB I,II,III

P:

Klien mampu

beraktifitas dengan

normal

P:

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan,klien tidak

mengalami gangguan

dalam melakukan

aktifitasnya

C:

Kolaborasi

dengan tenaga

kesehatan lainnya

untuk pemberian

obat diuretik

terhadap tidak

adekuatnya curah

jantung.Sianosis

terjadi sebagai

akibat adanya

obstruksi aliran

darah pada

ventrikel

      Stres emosi

menghasilkan

vasokonstriksi

yang meningkatkan

TD dan

meningkatkan kerja

jantung

      Meningkatkan

sediaan oksigen

untuk fungsi

miokard dan

mencegah hipoksia

3 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24jam

diharapkan infeksi

teratasi

Dengan KH :

K : Klien dapat

O :

Observasi  tanda

vital, perhatikan

demam,

menggigil,

berkeringat,

perubahan mental

         mengetahui

perubahan kondisi

klien

         mencegah

terjadinya resiko

         agar tidak

terjadi infeksi

13

Page 14: BAB I,II,III

mengetahui penyebab

adanya resiko tinggi

infeksi

A:

Klien mampu

menunjukkan cara

mengurangi status fisik

yang lemah

P:

Klien mampu mengatasi

resiko infeksi

P:Z

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan, tidak ada

infeksi / inflamasi,

meningkatkan status

fisik

N :

Bantu klien

meminimalkan

resiko infeksi

E :

Jelaskan kepada

klien tentang

penanganan

pencegahan

infeksi secara

sederhana

C :

Kolaborasi

dengan tenaga

kesehatan lain

untuk pencegahan

infeksi

secara serius

         mengetahui

bahaya jika

terjadinya infeksi

dan komplikasi

3.5 IMPLEMENTASI

1. Implementasi adalah tindakan yang dilakukan perawat kepada pasien.

3.6 EVALUASI

1. Evaluasi dapat diambil dari respon pasien tiap-tiap diagnose keperawatan

2. Evaluasi dapat dilakukan tiap shift, tiap hari atau sesuai waktu yang

ditentukan dalam rencana keperawatan.

14

Page 15: BAB I,II,III

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Atrium Septal Defect (ASD) merupakan penyakit jantung bawaan berupa

lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena

kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin.Atrial Septal Defect adalah suatu

lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri

dan atrium kanan).

Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, 

1. Ostium primum ( ASD I ), letak lubang dibagian bawah septum, disertai

kelainan katub mitral

2. Ostium secundum (ASD 2 ), letak lubang di tengah septum

3. Sinus venosus defek, lubang berada di antara vena kava superior dan atrium

kanan

4.2 SARAN

1. Dalam menerapakan asuhan keperawatan pada aklien dengan ASD dipsi bagi

yang memerlukan pengkajian, konsep keperawatan teori oleh seorang perawat

2. Dukungan psikologik ssangat bermanfaat untuk klien

3. Semoga makalah ini menjadi reverensi bagi yang membaca

15

Page 16: BAB I,II,III

DAFTAR PUSTAKA                                                                         

Betz Lynn Ciciy dan Sawden A linda.2009.Buku Saku Keperawatan

Pediatrik..Jakarta.EGC

Corwin J Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi..Jakarta.EGC

Guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. EGC : Jakarta.

Johnson, M dkk.2006.Nanda NOC and NIC Linkoges Edisi 2 .USA : Mosby

Junadi dkk,1982. Kapita SElekta kedokteranEd2.Media Aesculapius. FKUI

Kumar,Cotran,Robbins.2007. Buku Ajar Patologi.Jakarta.EGC

Muscari E Mary.2005. Keperawatan Pediatrik.Jakarta.EGC

Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia.2006.Ilmu Penyakit

Dalam.Jakarta.FKUI

Rice A Syilvia dan Wilson M Lorrain.1995.Patofisiologi.Jakarta.EGC

Wahab, Samik.Kardilogi Anak : 2009. Penykit Jantung Kongenital yang Tidak

Sianotik.Jakarta.EGC

Diposkan oleh catur bagus di 15.15

16