BAB I,II,III
-
Upload
mahmoud-amir -
Category
Documents
-
view
2 -
download
1
Transcript of BAB I,II,III
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana
perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual,
emosi, dan spiritual yang berkembang secara optimal. Walaupun secara garis
besar garis hidup manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
hereditas/keturunan dan lingkungan tetapi akan lebih mudah untuk berkonsentrasi
kepada faktor lingkungan karena secara langsung memiliki konsekuensi praktis
pada pola pengasuhan dan pendidikan anak. Sementara, faktor hereditas cukup
untuk kajian awal tentang potensi dasar seseorang dan untuk menelusuri berbagai
faktor hereditas yang negatif. Pengaruh Faktor hereditas pada manusia berhenti
sesaat setelah peristiwa konsepsi terjadi. Setelah itu, faktor lingkunganlah yang
secara dominan dan aktual mempengaruhi seluruh aspek kemanusiaan.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah dimulai
pada masa prenatal tidak hanya aspek fisik tetapi aspek-aspek lainnya seperti
kognitif, emosi, dan bahkan spiritual. Hal ini tentunya dalam batasan-batasan
tertentu sesuai dengan kondisi janin atau dapat dikatakan sebagai pembentukan
karakter dasar. Seperti emosi janin dan setelah besar nanti ternyata dipengaruhi
oleh kondisi emosi sang ibu. Perkembangan ini akan terus berlanjut sampai lahir
dan besar nanti yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa pola pengasuhan
dan pendidikan.
Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan
intelektual anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses
pendidikan serta juga dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak
secara biologis. Perkembangan selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah
1
bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam
merespon situasi atau permasalahan. Tentunya, aspek-aspek kognitif tidak dapat
berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika
seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan
untuk menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh
karena itu, sesorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya
sendiri serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini
disebut dengan metakognitif.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan metakognisi ?
2. Bagaimana menerapkan strategi metakognisi dalam pembelajaran ?
3. Apa fungsi metakognisi dalam pembelajaran ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian metakognisi.
2. Untuk mengetahui fungsi metakognisi dalam pembelajaran.
3. Mengetahui penerapan metakognisi dalam pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metakognisi
Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada
tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Hal ini
berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai macam bidang
penelitian psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada satu bidang psikologi
saja. Namun demikian, pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para
peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan penekanan pada kesadaran
berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Gredler (2011)
Wellman (1985) menyatakan bahwa: Metakognisi adalah suatu bentuk
kognisi, proses berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang melibatkan kontrol
aktif atas proses kognitif. Hal ini dapat hanya didefinisikan sebagai berpikir
tentang berpikir atau “kognisi seseorang tentang kognisi” Metakognisi sebagai
suatu bentuk kognisi, atau proses imunisasi meliputi tingkat berpikir yang lebih
tinggi, melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.
Flavell & Brown menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan
(knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang
dalam proses belajarnya. Sedangkan Moore (2004) menyatakan bahwa:
Metakognisi mengacu pada pemahaman seseorang tentang pengetahuannya,
sehingga pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya akan
mencerminkan penggunaannya yang efektif atau uraian yang jelas tentang
pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan-
kognisi adalah kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya
dan regulasi-kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya
secara efektif. Karena itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif,
3
prosedural, dan kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan
perencanaan, prediksi, monitoring (pemantauan), pengujian, perbaikan (revisi),
pengecekan (pemeriksaan), dan evaluasi.
Berdasarkan beberapa pengertian metakognitif beberapa ahli di atas
disimpulkan bahwa metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita
sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya.
Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan
kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat
diistilahkan sebagai “thinking about thingking”.
Metakognisi melibatkan tiga macam pengetahuan, yaitu (1) Pengetahuan
deklatif, (2) Pengetahuan Prosedural, (3) Pengetahuan Kondisional. Pengetahuan
metakognitif digunakan untuk meregulasi pemikiran dan pembelajaran, ada tiga
macam keterampilan esensial yang memungkinkan kita untuk melakukannya (1)
Planning, (2) Monitoring, (3) Evaluating.
B. Strategi Metakognisi Dalam Pembelajaran
a. Pengembangan Pengetahuan Deklaratif
Dalam perspektif pemrosesan informasi, pengetahuan deklaratif adalah
mengintegrasikan ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada dan
mengonstruksikan sebuah pemahaman. Bagaimana menerapkan strategi ini
dalam proses pembelajaran ?
1) Membuatnya Bermakna
Pelajaran yang bermakna disajikan dengan kata-kata yang masuk
akal bagi siswa. Istilah-istilah baru diklarifikasikan dengan dikaitkan
dengan kata dan ide yang lebih familiar bagi siswa. Pelajaran yang
bermakna diorganisasikan dengan baik, dengan hubungan yang jelas di
antara berbagai elemen yang berbeda dalam pelajaran itu. Pelajaran yang
bermakna memanfaatkan informasi lama untuk membantu siswa
memahami informasi baru melalui contoh-contoh atau analogi.
4
Contoh : dalam satu hari ada 24 jam, maka pukul 13.00 diganti menjadi
pukul 01.00 PM. PM bisa di buat lebih bermakna dengan istilah baru yaitu
Palsu Men dan AM Asli Men yang artinya menunjukkan dalam rotasi
waktu 24 jam menggantikan pukul 01.00 yang telah berlalu dibanding
mereka harus memahami istilah AM (Antem Meridiam) yaitu antara jam
12 malam sampai jam 12 pagi, dan PM (Post Meridiam) yaitu antara jam
12 siang sampe jam 12 malam.
2) Gambaran Dan ilustrasi Visual
Apakah sebuah gambar sepadan dengan 1000 kata dalam pelajaran ?
Mayer mengkaji pertanyaan ini dan menemukan bahwa kombinasi yang
tepat antara gambar dan kata-kata dapat menciptakan perbedaan yang
signifikan dalam pembelajaran siswa. Teori kognitif tentang multimedia
mencangkup tiga ide yaitu
Dual cading : Materi visual dan verbal diproses di sistem-sistem
yang berbeda
Limited Capacity : Working memory untuk materi verbal dan
visual sangat terbatas
Generative learning : Pembelajaran yang bermakna terjadi bila
siswa memfokuskan diri pada informasi yang relevan dan
menghasilkan atau membangun berbagai hubungan.
Bagaimana membangun pemahaman kompleks yang mengintegrasikan
informasi dari sumber visual dan verbal, mengingat keterbatasan working
memory..? Pastikan bahwa informasi-informasinya tersedia pada saat yang
sama atau terfokus pada potongan-potongan kecil.
3) Mnemonics
Mnemonics adalah prosedur-prosedur yang sistematik untuk
memperbaiki ingatan. Bila informasinya tidak mengandung makna maka
mnemonics membangun maknanya dengan menghubungkan apa yang
akan di pelajari dengan kata-kata atau gambaran-gambaran yang sudah
terbentuk. Prosedure mnemonics yaitu (1) Loci method ; metode tempat,
mengingat tempat dan menghubungkannya dengan informasi baru, (2)
5
Peg-Type Mnemonics ; menggunakan daftar standar kata-kata, lalu
berbagai peryataan yang di ingat dikaitkan dengan daftar standar kata-kata
melalui gambaran atau cerita. Contoh satu ; sepatu, dst, (3) Akronim ;
sebuah bentuk singkatan atau sebuah kata yang dibentuk dari huruf
pertama setiap kata dalam frasa, contoh warna pelangi mejikuhibiniu
(merah, jingga , kuning, biru, nila,ungu), (4) Chain mnemonics ; metode
yang menghubungkan pernyataan pertama yang akan di ingat dengan
peryataan yang kedua, pernyataan kedua dengan ketiga, dst. Peryataan ini
di hubungkan dengan asosiasi visual atau cerita tertentu. (5) keyword
Method ; metode kata kunci atau sistem untuk mengasosiasikan kata atau
konsep baru dengan kata-kata isyarat yang bunyinya mirip dan gambaran-
gambaran
b. Pengembangan Pengetahuan Prosedural dan kondisional
Strategi pengembangan pengetahuan prosedural dan kondisional yaitu :
1) Automated Basic Skill (Keterampilan Dasar Terotomatisasi)
Para psikolog mengidentifikasi tiga tahapan dalam perkembangan
keterampilan terotomatisasi yaitu kognitif, asosiatif, dan otonom. Apa
yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswanya melalui ketiga
tahapan ini dan menjadikan mereka sebagai para pembelajar yang lebih
ahli..?
Ada dua faktor kritis yaitu prerequisite knowledge, dan practice
feedback
2) Domain Spesifik Strategies
Domain Spesifik Strategies adalah keterampilan yang diterapkan secara
sadar yang mengorganisasikan berbagai pemikiran dan tindakan untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk mendukung jenis belajar ini guru perlu
memberikan kesempatan di banyak situasi yang berbeda.
6
C. Fungsi Metakognsi dalam Pembelajaran
1) Keberhasilan Belajar
Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi pada
dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan
yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai
berikut (Taccasu Project, 2008).
a. Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.
b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan
belajar.
c. Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide
yang baru.
d. Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai
sumber belajar.
e. Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.
f. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah
kelompok.
g. Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang
telah berhasil dalam bidang tertentu.
h. Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu
yang telah berhasil dalam bidang tertentu.
i. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa keberhasilan
seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap
kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how to
learn maka hasil optimal akan mudah dicapai.
Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka
upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan
meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi pembelajar
berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru sebagai sebagai
perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, mempunyai tanggung jawab dan
banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar. Strategi
7
yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi
peserta didik melalalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut
(Taccasu Project, 2008).
2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan:
a. Mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan
berpikirnya.
b. Membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi
belajar yang efektif.
c. Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang
akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka
telah baca atau pelejari.
d. Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya.
e. Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer
pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari
suatu situasi ke situasi yang lain.
3) Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik
yang baik melalui :
a. Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri
Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat dilakukan dengan :
(1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri (visual,
auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif); (2) memonitor dan meningkatkan
kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan
memecahkan masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di
kelas dengan ceramah, diskusi, penugasan, praktik di laboratorium, belajar
kelompok, dst)
8
b. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif
Kebiasaan berpikir positif dikembangkan dengan : (1) meningkatkan rasa
percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri (self-esteem) dan (2)
mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.
c. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis
Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis dikembangkan dengan : (1)
membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan dan
menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru.
d. Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya
Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan : (1) mengidentifikasi ide-ide atau
konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2) membangkitkan minat dan
motivasi; dan (3) memusatkan perhatian dan daya ingat.
Pengembangan metakognisi pembelajar dapat pula dilakukan dengan aktivitas-
aktivitas yang sederhana kemudian menuju ke yang lebih rumit.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan yang optimal pada segala aspek merupakan faktor kesuksesan
seorang anak kedepan. Pola pengasuhan dan pendidikan yang dilakukan oleh
orang tua, guru dan lingkungan akan berpengaruh terhadap kualitas anak. Dengan
tanpa mengabaikan aspek lain, perkembangan kognitif menjadi salah satu fokus
penting selain perkembangan fisik pada masa anak-anak.
Seiring dengan peningkatan kemampuan kognitif, anak mulai menyadari
bahwa pikiran terpisah dari objek atau tindakan seseorang. Anak sudah dapat
mulai mengatur pikirannya dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan penelitian
Flavel, anak 3 tahun memiliki kemampuan untuk mengatur pikirannya.
Kemampuan inilah yang disebut metakognitif, yaitu suatu kesadaran tentang
kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana
mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi
penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas
metakognitif dapat di istilahkan sebagai “thinking about thingking”.
Siswa dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran meliputi
tiga tahap berikuti, yaitu : merancang apa yang hendak dipelajari; memantau
perkembangan diri dalam belajar; dan menilai apa yang dipelajari. Strategi
metakognitif dapat digunakan untuk setiap pembelajaran bidang studi apapun. Hal
ini penting untuk mengarahkan mereka agar bisa secara sadar mengontrol proses
berpikir dalam pembelajaran.
Untuk meningkatkan kemampuan metakognitif siswa, guru dapat merancang
pembelajaran berkaitan dengan kemampuan metakognitif tetapi secara infuse/
tambahan dalam pembelajaran atau bukan merupakan pembelajaran yang terpisah.
10
B. Saran
(1) Di sarankan kepada seluruh unsur civitas akademika di Indonesia agar
giranya dapat menuliskan gagasan yang berdasar pada penelitian mengenai
perkembangan metakognisi agar dapat menjadi referensi dalam karya tulis
mahasiswa; (2) Di harapkan kedepannya diadakan penelitian mengenai
fungsi metakognisi dalam pembelajaran yang lebih spesifik, tidak
menggambarkan metakognisi dalam pembelajaran secara umum agar dapat
dijadikan acuan dalam proses pembelajaran tertentu.
11
DAFTAR PUSTAKA
Woolfolk Anita., 2008, Educational Psychology, Active Learning
Edition, Pearson Education Inc., Boston.
Gredler, M.E., 2011, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Kencana,
Jakarta.
http://www.careers.hku.hk/taccasu/ref/metacogn.htm diakses pada 19 Mei 2013.
http://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/15/metakognitif-dalam-pembelajaran/
di akses pada tgl 18 November 2013, Metakognisi Dalam Pembelajaran
http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/metakognitif-belajar-bagaimana-
untuk-belajar/ di akses pada tanggal 18 November 2013
http://blogfefti.wordpress.com/2012/05/03/strategi-metakognitif/ di akses pada
tanggal 18 November 2013
http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-
peserta-didik/ di akses pada tanggal 18 November 2013
12