BAB I,II,III

18
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan spiritual yang berkembang secara optimal. Walaupun secara garis besar garis hidup manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor hereditas/keturunan dan lingkungan tetapi akan lebih mudah untuk berkonsentrasi kepada faktor lingkungan karena secara langsung memiliki konsekuensi praktis pada pola pengasuhan dan pendidikan anak. Sementara, faktor hereditas cukup untuk kajian awal tentang potensi dasar seseorang dan untuk menelusuri berbagai faktor hereditas yang negatif. Pengaruh Faktor hereditas pada manusia berhenti sesaat setelah peristiwa konsepsi terjadi. Setelah itu, faktor lingkunganlah yang secara dominan dan aktual mempengaruhi seluruh aspek kemanusiaan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah dimulai pada masa prenatal tidak hanya aspek fisik tetapi aspek-aspek lainnya seperti kognitif, emosi, dan bahkan spiritual. Hal ini tentunya 1

Transcript of BAB I,II,III

Page 1: BAB I,II,III

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana

perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual,

emosi, dan spiritual yang berkembang secara optimal. Walaupun secara garis

besar garis hidup manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor

hereditas/keturunan dan lingkungan tetapi akan lebih mudah untuk berkonsentrasi

kepada faktor lingkungan karena secara langsung memiliki konsekuensi praktis

pada pola pengasuhan dan pendidikan anak. Sementara, faktor hereditas cukup

untuk kajian awal tentang potensi dasar seseorang dan untuk menelusuri berbagai

faktor hereditas yang negatif. Pengaruh Faktor hereditas pada manusia berhenti

sesaat setelah peristiwa konsepsi terjadi. Setelah itu, faktor lingkunganlah yang

secara dominan dan aktual mempengaruhi seluruh aspek kemanusiaan.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah dimulai

pada masa prenatal tidak hanya aspek fisik tetapi aspek-aspek lainnya seperti

kognitif, emosi, dan bahkan spiritual. Hal ini tentunya dalam batasan-batasan

tertentu sesuai dengan kondisi janin atau dapat dikatakan sebagai pembentukan

karakter dasar. Seperti emosi janin dan setelah besar nanti ternyata dipengaruhi

oleh kondisi emosi sang ibu. Perkembangan ini akan terus berlanjut sampai lahir

dan besar nanti yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa pola pengasuhan

dan pendidikan.

Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan

intelektual anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses

pendidikan serta juga dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak

secara biologis. Perkembangan selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah

1

Page 2: BAB I,II,III

bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam

merespon situasi atau permasalahan. Tentunya, aspek-aspek kognitif tidak dapat

berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika

seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan

untuk menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh

karena itu, sesorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya

sendiri serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini

disebut dengan metakognitif.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang di maksud dengan metakognisi ?

2. Bagaimana menerapkan strategi metakognisi dalam pembelajaran ?

3. Apa fungsi metakognisi dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian metakognisi.

2. Untuk mengetahui fungsi metakognisi dalam pembelajaran.

3. Mengetahui penerapan metakognisi dalam pembelajaran.

2

Page 3: BAB I,II,III

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metakognisi

Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada

tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Hal ini

berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai macam bidang

penelitian psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada satu bidang psikologi

saja. Namun demikian, pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para

peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan penekanan pada kesadaran

berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Gredler (2011)

Wellman (1985) menyatakan bahwa: Metakognisi adalah suatu bentuk

kognisi, proses berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang melibatkan kontrol

aktif atas proses kognitif. Hal ini dapat hanya didefinisikan sebagai berpikir

tentang berpikir atau “kognisi seseorang tentang kognisi” Metakognisi sebagai

suatu bentuk kognisi, atau proses imunisasi meliputi tingkat berpikir yang lebih

tinggi, melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.

Flavell & Brown menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan

(knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang

dalam proses belajarnya. Sedangkan Moore (2004) menyatakan bahwa:

Metakognisi mengacu pada pemahaman seseorang tentang pengetahuannya,

sehingga pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya akan

mencerminkan penggunaannya yang efektif atau uraian yang jelas tentang

pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan-

kognisi adalah kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya

dan regulasi-kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya

secara efektif. Karena itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif,

3

Page 4: BAB I,II,III

prosedural, dan kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan

perencanaan, prediksi, monitoring (pemantauan), pengujian, perbaikan (revisi),

pengecekan (pemeriksaan), dan evaluasi.

Berdasarkan beberapa pengertian metakognitif beberapa ahli di atas

disimpulkan bahwa metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita

sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya.

Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan

kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat

diistilahkan sebagai “thinking about thingking”.

Metakognisi melibatkan tiga macam pengetahuan, yaitu (1) Pengetahuan

deklatif, (2) Pengetahuan Prosedural, (3) Pengetahuan Kondisional. Pengetahuan

metakognitif digunakan untuk meregulasi pemikiran dan pembelajaran, ada tiga

macam keterampilan esensial yang memungkinkan kita untuk melakukannya (1)

Planning, (2) Monitoring, (3) Evaluating.

B. Strategi Metakognisi Dalam Pembelajaran

a. Pengembangan Pengetahuan Deklaratif

Dalam perspektif pemrosesan informasi, pengetahuan deklaratif adalah

mengintegrasikan ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada dan

mengonstruksikan sebuah pemahaman. Bagaimana menerapkan strategi ini

dalam proses pembelajaran ?

1) Membuatnya Bermakna

Pelajaran yang bermakna disajikan dengan kata-kata yang masuk

akal bagi siswa. Istilah-istilah baru diklarifikasikan dengan dikaitkan

dengan kata dan ide yang lebih familiar bagi siswa. Pelajaran yang

bermakna diorganisasikan dengan baik, dengan hubungan yang jelas di

antara berbagai elemen yang berbeda dalam pelajaran itu. Pelajaran yang

bermakna memanfaatkan informasi lama untuk membantu siswa

memahami informasi baru melalui contoh-contoh atau analogi.

4

Page 5: BAB I,II,III

Contoh : dalam satu hari ada 24 jam, maka pukul 13.00 diganti menjadi

pukul 01.00 PM. PM bisa di buat lebih bermakna dengan istilah baru yaitu

Palsu Men dan AM Asli Men yang artinya menunjukkan dalam rotasi

waktu 24 jam menggantikan pukul 01.00 yang telah berlalu dibanding

mereka harus memahami istilah AM (Antem Meridiam) yaitu antara jam

12 malam sampai jam 12 pagi, dan PM (Post Meridiam) yaitu antara jam

12 siang sampe jam 12 malam.

2) Gambaran Dan ilustrasi Visual

Apakah sebuah gambar sepadan dengan 1000 kata dalam pelajaran ?

Mayer mengkaji pertanyaan ini dan menemukan bahwa kombinasi yang

tepat antara gambar dan kata-kata dapat menciptakan perbedaan yang

signifikan dalam pembelajaran siswa. Teori kognitif tentang multimedia

mencangkup tiga ide yaitu

Dual cading : Materi visual dan verbal diproses di sistem-sistem

yang berbeda

Limited Capacity : Working memory untuk materi verbal dan

visual sangat terbatas

Generative learning : Pembelajaran yang bermakna terjadi bila

siswa memfokuskan diri pada informasi yang relevan dan

menghasilkan atau membangun berbagai hubungan.

Bagaimana membangun pemahaman kompleks yang mengintegrasikan

informasi dari sumber visual dan verbal, mengingat keterbatasan working

memory..? Pastikan bahwa informasi-informasinya tersedia pada saat yang

sama atau terfokus pada potongan-potongan kecil.

3) Mnemonics

Mnemonics adalah prosedur-prosedur yang sistematik untuk

memperbaiki ingatan. Bila informasinya tidak mengandung makna maka

mnemonics membangun maknanya dengan menghubungkan apa yang

akan di pelajari dengan kata-kata atau gambaran-gambaran yang sudah

terbentuk. Prosedure mnemonics yaitu (1) Loci method ; metode tempat,

mengingat tempat dan menghubungkannya dengan informasi baru, (2)

5

Page 6: BAB I,II,III

Peg-Type Mnemonics ; menggunakan daftar standar kata-kata, lalu

berbagai peryataan yang di ingat dikaitkan dengan daftar standar kata-kata

melalui gambaran atau cerita. Contoh satu ; sepatu, dst, (3) Akronim ;

sebuah bentuk singkatan atau sebuah kata yang dibentuk dari huruf

pertama setiap kata dalam frasa, contoh warna pelangi mejikuhibiniu

(merah, jingga , kuning, biru, nila,ungu), (4) Chain mnemonics ; metode

yang menghubungkan pernyataan pertama yang akan di ingat dengan

peryataan yang kedua, pernyataan kedua dengan ketiga, dst. Peryataan ini

di hubungkan dengan asosiasi visual atau cerita tertentu. (5) keyword

Method ; metode kata kunci atau sistem untuk mengasosiasikan kata atau

konsep baru dengan kata-kata isyarat yang bunyinya mirip dan gambaran-

gambaran

b. Pengembangan Pengetahuan Prosedural dan kondisional

Strategi pengembangan pengetahuan prosedural dan kondisional yaitu :

1) Automated Basic Skill (Keterampilan Dasar Terotomatisasi)

Para psikolog mengidentifikasi tiga tahapan dalam perkembangan

keterampilan terotomatisasi yaitu kognitif, asosiatif, dan otonom. Apa

yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswanya melalui ketiga

tahapan ini dan menjadikan mereka sebagai para pembelajar yang lebih

ahli..?

Ada dua faktor kritis yaitu prerequisite knowledge, dan practice

feedback

2) Domain Spesifik Strategies

Domain Spesifik Strategies adalah keterampilan yang diterapkan secara

sadar yang mengorganisasikan berbagai pemikiran dan tindakan untuk

mencapai suatu tujuan. Untuk mendukung jenis belajar ini guru perlu

memberikan kesempatan di banyak situasi yang berbeda.

6

Page 7: BAB I,II,III

C. Fungsi Metakognsi dalam Pembelajaran

1) Keberhasilan Belajar

Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi pada

dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan

yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai

berikut (Taccasu Project, 2008).

a. Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.

b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan

belajar.

c. Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide

yang baru.

d. Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai

sumber belajar.

e. Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.

f. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah

kelompok.

g. Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang

telah berhasil dalam bidang tertentu.

h. Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu

yang telah berhasil dalam bidang tertentu.

i. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.

Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa keberhasilan

seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap

kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how to

learn maka hasil optimal akan mudah dicapai.

Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka

upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan

meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi pembelajar

berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru sebagai sebagai

perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, mempunyai tanggung jawab dan

banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar. Strategi

7

Page 8: BAB I,II,III

yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi

peserta didik melalalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut

(Taccasu Project, 2008).

2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan:

a. Mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan

berpikirnya.

b. Membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi

belajar yang efektif.

c. Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang

akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka

telah baca atau pelejari.

d. Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya.

e. Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer

pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari

suatu situasi ke situasi yang lain.

3) Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik

yang baik melalui :

a. Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri

Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat dilakukan dengan :

(1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri (visual,

auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif); (2) memonitor dan meningkatkan

kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan

memecahkan masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di

kelas dengan ceramah, diskusi, penugasan, praktik di laboratorium, belajar

kelompok, dst)

8

Page 9: BAB I,II,III

b. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif

Kebiasaan berpikir positif dikembangkan dengan : (1) meningkatkan rasa

percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri (self-esteem) dan (2)

mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.

c. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis

Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis dikembangkan dengan : (1)

membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan dan

menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru.

d. Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya

Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan : (1) mengidentifikasi ide-ide atau

konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2) membangkitkan minat dan

motivasi; dan (3) memusatkan perhatian dan daya ingat.

Pengembangan metakognisi pembelajar dapat pula dilakukan dengan aktivitas-

aktivitas yang sederhana kemudian menuju ke yang lebih rumit.

9

Page 10: BAB I,II,III

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan yang optimal pada segala aspek merupakan faktor kesuksesan

seorang anak kedepan. Pola pengasuhan dan pendidikan yang dilakukan oleh

orang tua, guru dan lingkungan akan berpengaruh terhadap kualitas anak. Dengan

tanpa mengabaikan aspek lain, perkembangan kognitif menjadi salah satu fokus

penting selain perkembangan fisik pada masa anak-anak.

Seiring dengan peningkatan kemampuan kognitif, anak mulai menyadari

bahwa pikiran terpisah dari objek atau tindakan seseorang. Anak sudah dapat

mulai mengatur pikirannya dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan penelitian

Flavel, anak 3 tahun memiliki kemampuan untuk mengatur pikirannya.

Kemampuan inilah yang disebut metakognitif, yaitu suatu kesadaran tentang

kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana

mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi

penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas

metakognitif dapat di istilahkan sebagai “thinking about thingking”.

Siswa dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran meliputi

tiga tahap berikuti, yaitu : merancang apa yang hendak dipelajari; memantau

perkembangan diri dalam belajar; dan menilai apa yang dipelajari. Strategi

metakognitif dapat digunakan untuk setiap pembelajaran bidang studi apapun. Hal

ini penting untuk mengarahkan mereka agar bisa secara sadar mengontrol proses

berpikir dalam pembelajaran.

Untuk meningkatkan kemampuan metakognitif siswa, guru dapat merancang

pembelajaran berkaitan dengan kemampuan metakognitif tetapi secara infuse/

tambahan dalam pembelajaran atau bukan merupakan pembelajaran yang terpisah.

10

Page 11: BAB I,II,III

B. Saran

(1) Di sarankan kepada seluruh unsur civitas akademika di Indonesia agar

giranya dapat menuliskan gagasan yang berdasar pada penelitian mengenai

perkembangan metakognisi agar dapat menjadi referensi dalam karya tulis

mahasiswa; (2) Di harapkan kedepannya diadakan penelitian mengenai

fungsi metakognisi dalam pembelajaran yang lebih spesifik, tidak

menggambarkan metakognisi dalam pembelajaran secara umum agar dapat

dijadikan acuan dalam proses pembelajaran tertentu.

11

Page 12: BAB I,II,III

DAFTAR PUSTAKA

Woolfolk Anita., 2008,  Educational Psychology, Active Learning

Edition, Pearson Education Inc., Boston.

Gredler, M.E., 2011, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Kencana,

Jakarta.

http://www.careers.hku.hk/taccasu/ref/metacogn.htm diakses pada 19 Mei 2013.

http://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/15/metakognitif-dalam-pembelajaran/

di akses pada tgl 18 November 2013, Metakognisi Dalam Pembelajaran

http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/metakognitif-belajar-bagaimana-

untuk-belajar/ di akses pada tanggal 18 November 2013

http://blogfefti.wordpress.com/2012/05/03/strategi-metakognitif/ di akses pada

tanggal 18 November 2013

http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-

peserta-didik/ di akses pada tanggal 18 November 2013

12