BAB I,II,III

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (1974) mendefinisikan komunitas atau masyarakat sebagai suatu pengelompokan sosial yang ditentukan oleh batas-batas geografi serta kesamaan nilai-nilai dan tujuan. Pada umumnya, anggota- anggotanya saling mengenal dan berinteraksi baik dengan lingkungan internal maupun eksternal. Komunitas berfungsi dalam struktur sosial tertentu serta menerapkan dan membentuk norma-norma tertentu pula. Pengorganisasian masyarakat adalah pekerjaan yang terjadi pada pengaturan lokal untuk memberdayakan individu, membangun hubungan, dan membuat tindakan untuk perubahan sosial. Sekarang ini menata diri dan memberdayakan masyarakat nampaknya masih menjadi pilihan yang patut kita pertimbangkan untuk terus kita lakukan. Yang diharapkan dapat mendorong kesadaran dan pemahaman kritis masyarakat tentang berbagai aspek yang senantiasa berkembang dalam kehidupan masyarakat. Mendorong digunakannya kearifan-kearifan budaya sebagai alat dalam mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat dan negara yang lebih demokratis maupun dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Organisasi masyarakat merupakan kekuatan yang memperjuangkan kepentingan masyarakat secara 1

description

hh

Transcript of BAB I,II,III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (1974) mendefinisikan komunitas atau masyarakat sebagai suatu pengelompokan sosial yang ditentukan oleh batas-batas geografi serta kesamaan nilai-nilai dan tujuan. Pada umumnya, anggota-anggotanya saling mengenal dan berinteraksi baik dengan lingkungan internal maupun eksternal. Komunitas berfungsi dalam struktur sosial tertentu serta menerapkan dan membentuk norma-norma tertentu pula.

Pengorganisasian masyarakat adalah pekerjaan yang terjadi pada pengaturan lokal untuk memberdayakan individu, membangun hubungan, dan membuat tindakan untuk perubahan sosial. Sekarang ini menata diri dan memberdayakan masyarakat nampaknya masih menjadi pilihan yang patut kita pertimbangkan untuk terus kita lakukan. Yang diharapkan dapat mendorong kesadaran dan pemahaman kritis masyarakat tentangberbagai aspek yang senantiasa berkembang dalam kehidupan masyarakat. Mendorong digunakannya kearifan-kearifan budaya sebagai alat dalam mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat dan negara yang lebih demokratis maupun dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Organisasi masyarakat merupakan kekuatan yang memperjuangkan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Dalam melakukan perjuangan kepentingan masyarakat, organisasi masyarakat tidak akan henti hentinya sampai kapanpun. Sebab, musuh musuh masyarakatjuga tidak akan henti hentinya dalam melakukan penindasan terhadap masyarakat.

Landasan filosofis dari kebutuhan untuk melakukan pengorganisasian masyarakatadalah pemberdayaan. Karena pada dasarnyamasyarakat sendiri yang seharusnya berdaya dan menjadi penentu dalam melakukan perubahan sosial. Perubahan sosial yang dimaksud adalah perubahan yang mendasar dari kondisi ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan. Dalam konteks masyarakat, perubahan sosial juga menyangkut multidemensional. Dalam demensi ekonomi seringkali dimimpikanterbentuknya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat.

Model pemberdayaan masyarakat dikembangkan untuk memfasilitasi terwujudnya kedaulatan rakyat yang mampu mengatasi permasalahan-permasalahan masyarakat secara partisipatif, aspiratif dan berkelanjutan untuk kepentingan masyarakat. Meskipun demikian, dalam kenyataannya upaya tersebut belum begitu menggembirakan. Program pemberdayaan, belum sepenuhnya diikuti dengan menguatkan kelompok atau institusi yang benar-benar dapat menyalurkan aspirasi dan mengembangkan inisiatif dan keikutsertaan masyarakat dalam proses kebijakan masih belum jelas dan masih ditempatkan sebagai sasaran program yang kadang-kadang tersisihkan oleh desakan kepentingan kelompok tertentu yang berorientasi pada suatu tujuan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian masyarakat?

2. Apa saja model pengorganisasian dalam masyarakat?

3. Bagaiamana cara pengorganisasian masyarakat dalam keperawatan komunitas?

4. Apa itu Pokjakes

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi pengorganisasian masyarakat

2. Untuk mengetahui model pengorganisasian dalam masyarakat

3. Untuk mengetahui cara pengorganisasian masyarakat dalam keperawatan komunitas?

4. Untuk mengetahui apa itu Pokjakes

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Pengorganisasian

1) Menurut G. R Terry:pengorganisasian berasal dari kata organism (organisme) yang merupakan sebuah eititas dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan.

2) Drs.H. Malayu S. P. Hasibuan:adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang - orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut.

3) T. Hani handoko: sesuatu yang digambarkan sebagai sesuatu yang tersentralisasi dan berisi tugas-tugas yang sangat terspesialisasikan.

4) Kamus lengkap bahasa indonesia: Pengorganisasian adalah merupakan kegiatan merancang dan merumuskan struktur.

2.2 Model pengorganisasian dalam masyarakat

Jack Rothman mengartikan pengorganisasian masyarakat sebagai bentuk intervesi pada tingkat masyarakat yang diarahkan pada peningkatan atau perubahan lembaga masyarakat dan pemecahan masalah-masalah. Berdasarkan pengertian tersebut, Rothman membedakan tiga model pengorganisasian masyarakat, yaitu :

1. Model A (Locality Development / Pengembangan Lokal)

Adalah kegiatan yang berorientasi pada proses, tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar pada masyarakat, menekankan pentingnya konsesus/kesepakatan, kerjasama, membangun identitas, kepedulian dan kebanggaan sebagai anggota masyarakat. Proses pengorganisasian masyarakat dapat optimal jika adanya partisipasi masyarakat dalam menetapkan tujuan dan pelaksanaan tindakan.

Model PML (Pengembangan Masyarakat Lokal) memberikan perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan secara optimal apabila melibatkan partisipasi aktif yang luas di semua spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam tahap penetuan perubahan. PML adalah proses yang dirancang untuk mendapatkan kondisi sosial ekonomi yang lebih maju dan sehat bagi seluruh masyarakat melalui partisipasi aktif mereka serta berdasarkan kepercayaan yang penuh terhadap prakarsa mereka sendiri. Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan ini adalah usahan penciptaan dan pengembangan partisipasi yang lebih luas dari seluruh warga masyarakat. Tema-tema pokok dalam model PML mencakup penggunaan prosedur demokrasi dan kerjasama atas dasar kesukarelaan, keswadayaan, pengembangan, kepemiminan setempat, dan tujuan yang bersifat pendidikan.PML pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakatsetempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial.Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

2. Model B (Social Planning / Perencanaan Sosial)

Adalah kegiatan yang mementingkan tercapainya tujuan, metoda pemecahan masalah yang bersifat rasional, emphiris. Proses menekankan pada aspek teknis dalam penyelesaian masalah dengan melalui perencanaan yang baik dan rasional, sedangkan partisipasi masyarakat sifatnya bervariasi tergantung dari permasalahan yang dihadapi.

Model ini menekan proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial substantif , seperti: kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan dll. Selain itu, model PS ini mengungkap pentingnya menggunakan cara perencanaan yang matang dan perubahan yang terkendali yakni untuk mencapai tujuan akhir secara sadar dan rasional dan dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan-pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah denagn mengumpulkan atau menungkapkan fakta dan data mengenai suatu permasalahan.Kemudian, mengambil tindakan yang rasional dan mempunyai kemungkinan-kemungkin yang dapat dilaksanakan.

Berbeda dengan PML, PS lebih berorientasi pada tujuan tugas. Sistem klien PML umumnya kelompok-kelompok yang kurang beruntung

3. Model C (Social Action / Aksi Sosial)

Adalah kegiatan yang mempunyai tujuan mengadakan perubahan mendasar pada lembaga kemasyarakatan. Sasaran utamanya adalah penataan kembali sturktur kekuasan, sumber-sumber dan proses pengabilan keputusan.

Model AS ini menekankan betapa gentingnya penanganan secara terorganisasi, terarah, dan sistematis terhadap kelompok yang tidak beruntung.Juga meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi masyarakat yang lebih luas dalam rangka meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih sesuai dengan keadilan sosial dan nilai-nilai demokratisasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengubah sistem atau kebijakan pemerintah secara langsung dalam rangaka menanggulangi masalah yang mereka hadapi sendiri.Dalam kaitan ini, Suharto (1996) menjelaskan tujuan dan sasaran utama AS adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan pada stuktur masyarakat melaui proses pendistribusian kekuasaan (distribution of resourches) dan pengambilan keputusan (distribution of decisison making)

Kelemahannya :

a. Locality Development, sulitnya mendapatkan dukungan/partisipasi apabila bukan berasal dari wilayah geografis yang sama.

b. Social Planning, menbutuhkan tenaga ahli teknis dari luar, membuat masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk memecakan masalah.

Ciri ciri masing masing model pengorganisasian masyarakat :

a. Berdasarkan tujuan

Dibedakan antara tujuan yang berorientasi kepada penugasan (task) dan kepada proses. Orientasi pada penugasan akan menekankan pada penyelesaian tugas-tugas yang diberikan untuk penyelesaian masalah-masalah tertentu. Orientasi pada preses akan menekankan pembinaan kerjasama, partisipasi dan kepamimpinan setempat.

1. Model Locality Development : Berorientasi pada proses, telihat dari banyaknya penggunaan metode dinamika kelompok.

2. Model Social Planning : Berorientasi pada penugasa.

3. Model Social Action : Kadang-kadang berorientasi pada proses, kadang-kadang berorientasi pada penugasan.

b. Berdasarkan strategi dasar.

1. Model Locality Development : Pencapaian konsensus dan menghindari konfllik.

2. Model Social Planning : Pemecahan masalah secara rasional dan logis, untuk itu perlu mengumpulkan data dan analisa data sebelum membuat perencanaan yang baik.

3. Model Social Action : Memanfaatkan konflik, konfrontasi dan aksi langsung.

c. Peran petugas.

1. Model Locality Development : Petugas berperan sebagai enabler, yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengalami proses belajar, melalaui kegiatan pemecahan masalah.

2. Model Social Planning : Petugas berperan sebagai seorang ahli (expert) dengan kemampuan teknis untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.

3. Model Social Action : Petugas berperan sebagai aktifis yang mampu memanfaatkan media massa dan dukungan politis.

d. Orientasi pada struktur kekuasaan

1. Model Locality Development : diikut sertakan sebagai patner dalam usaha mencapai tujuan.

2. Model Social Planning : penguasa merupakan sponsor.

3. Model Social Action : struktur kekuasaan dijadikan sebagai sasaran perubahan.

2.3 Cara Pengorganisasian Masyarakat dalam Keperawatan Komunitas

Tahap tahap pengorganisasian Masyarakat yaitu:

1. Persiapan sosial

Dalam praktik perawatan kesehatan, tujuan persiapan sosial adalah meningkatkan partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan kegiatan, dan pengembangan program keperawatan kesehatan masyarakat.

Ada dua pendekatan dalam partisipasi masyarakat, antara lain sebagaia berikut :

a. Pendidikan partisipasi

Dalam kegiatan ini komunitas dilibatkan dalam perencanan, penyelesaian masalah, tetapi biasanya dengan pendekatan ini proses perubahan lambat. Namaun keuntungannya, kelompok/masyarakat merasa memiliki dan komunnitas berubah, dalam jangka waktu yang panjang.

b. Pendidikan langsung (perintah)

Dalam pendekatan ini proses berubah ditentukan oleh kekuatan luar, proses berubah berjalan cepat. Namun kerugiannya, masyarakat merasa memiliki dan perubahan hanya berlangsung dalam jangka pendek. Kegiatan kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditingkatkan kepada persiapan persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administrative, dan program program kesehatan yang akan dilaksanakan.

Dalam tahap persiapan sosial ada tiga kegiatan yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut :

a. Pengenalan masyarakat

Tahap ini dapat dilakukan melalui jalur formal sebagai pihak yang bertanggung jawab secara teknis, administrative dan birokratif terhadap suatu wilayah yang akan dijadikan daerah binaan. Pendekatan terhadap informal leader umumnya melalui pemerintahan setempat yang bertanggung jawab terhadap wilayah tersebut dan pusat kesehatan masyarakat atau instansi terkait yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan masyarakat. Pendekatan ini diawali dengan surat permintaan daerah binaan yang akan dijadikan lahan praktik dan dilengkapi proposal rencana pembinaan. Selanjutnya, mengadakan pendekatan dengan tokoh-yokoh di wilayah tersebut.

b. Pengenalan masalah

Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh, dapat dilakukan survey kesehatan masyarakat dalam ruang lingkup terbatas, sehingga masalah masalah yang dirumuskan benar benar masalah yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan, sehingga mereka menyadari sepenuhnya masalah yang mereka hadapi dan mereka sadar bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Masalah yang ditemukan pada tahap ini tentunya tidak hanya satu masalah, sehingga perlu disusun skala prioritas penanggulangan masalah bersama sama may=yarakat formal dan informal.

c. Penyadaran masyarakat

Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka :

1) Menyadari masalah- masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi

2) Secara sadar mereka ikut berpartisispasi dalam kegiatan penanggualangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi

3) Tahu cara memenuhi kebutuhan upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan sesuai denngan potensi dan sumber daya yang ada pada mereka.

Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan dan keperawatan diperlukan suatau mekanisme yang terencana dan terorganisasi denga baik. Istilah yang sering digunakan dalam keperawatan komunitas untuk menyadarkan masyarakat adalah lokakarya mini kesehatan, musyawarah masyarakat desa atau rembuk desa. Hal hal yang perlu mendapat perhatian dalam penyadaran masalah adalah

1) Libatkan masyarakat;

2) Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah disesuaikan dengan potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat;

3) Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat;

4) Kesadaran dari kelompok- kelompok kecil masyarakat hendaknya disebarkan kepada kelompok masyarakat yang lebih luas;

5) Adakan interaksi dan interelasi dengan tokoh tokoh masyarakat secara intensif dan akrab, sehingga mereka dapat di manfaatkan untuk usaha motifasi, komunikasi-yang kemudian dapat menggugah kesadaran masyarakat

6) Dalam mengatasi sifat-sifat masyarakat, perawat komunitas dapat memanfaatkan jalur kepemimpinan masyarakat setempat untuk mendapatkan legitimasi, sehingga kesadaran masyarakat dapat dipercepat.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran praktik di komunitas yang harus di lakukan adalah pertemuan (temu kenal). Selanjutnya melakukan pengkajian pada masyarakat dan melakukan mini lokakarya.

2. Pelaksanaan

Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam mini lokakarya atau musyawarah masyarakat desa, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat adalah :

a. Pilihlah kegiatn yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

b. Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan masalah.

c. Kegiatan disesuaikan dengana kemampuan, waktu dan sumber daya yang tersedia di masyarakat.

d. Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masalah.

Dalam tahap ini, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah adalah penyuluhan kesehatan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan skala prioritas masalah. Agar penyuluhan tersebut mudah dipahami masyarakat, maka petugas kesehatan atau mahasiswa keperawatan komunitas harus membuat Satuan Acara Pembelajaran (SAP) disertai lampiran materi penyuluhan dan leaflet.

3. Evaluasi

Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu tertentu. Penilaian dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:

a. Selama kegiatan berlangsung (penilaian formatif), penilaian ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan yang dijalankan sesuai perencanaan penanggulangan masalah yang disusun. Penilaian ini juga dapat dikatakan monitoring, sehingga dapat diketahui perkembangan hasil yan g akan dicapai.

b. Setelah program selesai dilaksanakan (penilaian sumatif), penilaian ini dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan. Penilaian ini disebut juga penilaian pada akhir program, sehingga dapat diketahui apakah tujuan atau target dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan telah tercapai atau belum.

c. Perluasan

Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang akan dilakukan. Perluasan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Perluasan kuantitatif, yaitu perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang akan dilakukan, apakah pada wilayah setempat atau di wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2) Perluasan kualitatif, yaitu: perluasan dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegiatan yang telah dilaksanakan , sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari masyarakat yang dilayani.

2.4 POKJAKES (Kelompok Kerja Kesehatan)

2.4.1 Defenisi Pokjakes

Pokjakes adalah suatu wadah/kelompok di bidang kesehatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong dengan kekuatan sendiri. POKJAKES menerapkan teknologi tepat guna yang bisa dikelola dan diusahakan oleh masyarakat,dengan menggunakan dan memerhatikan sumber daya yang tersedia di wilayah perkotaan.

2.4.2 Tujuan Pokjakes

1. Mengenal atau memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan

2. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara kehidupan yang sehat dan sejahtera

3. Mengajak masyarakat berperan serta dalam pembagunan kesehatan di wilayah RT/RW nya.

2.4.3 Pentingnya Pokjakes

1. Dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya

2. Meningkakan upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat didasarkan atas prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat

3. Memanfaatkan sumber daya (dana, waktu, tenaga dan kemampuan) yang dimiliki masyarakat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya.

2.4.5 Ciri-ciri Pokjakes

1. Dilakukan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat

2. Berprinsip dari, oleh dan untuk masyarakat

3. Kalau ada bantuan dari luar, hanya bersifat melengkapi, memacu, mendorong dan bukannya menggantungkan kepada orang lain

4. Rencana kegiatan POKJAKES disusun secara musyawarah oleh masyarakat bersama petugas kesehatan

5. Kegiatan POKJAKES di gerakkan oleh kader di bidang kesehatan yang telah di latih. Kader berasal dari masyarakat

2.4.6 Bidang Kegiatan Pokjakes

1. Pendidikan/penyuluhan mengenai, meliputi:

a. Cara mencegah dan menanggulangi penyakit

b. Pemecahan masalah kesehatan

2. Peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi

3. Pengadaan air bersih dan MCK yang memadai jumlahnya dan memenuhi syarat kesehatan

4. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

5. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

6. Pemberian kekebalan terhadap penyakit infeksi yang utama misalnya TBC, Dipteri, Tetanus, Polio, Campak, Hepatitis

7. Penyediaan obat-obat penting

8. Pengobatan sederhana terhadap penyakit umum dan khusus

2.4.7 Tugas Pokok Pokjakes

1. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan ibu dan anak di wilayahnya, misalnya :

a. Ibu hamil dan menyusui,

b. Imunisasi balita dan ibu hamil,

c. gizi balita,

d. memotivasi ke Posyandu

2. Mensukseskan program NKKBS (norma keluarga kecil bahagia), misalnya :

a. Pelayanan KB,

b. Penyuluhan Pasangan Usia Subur,

c. Memotivasi ke Posyandu)

3. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan usia lanjut di wilayahnya, misalnya:

a. Kesehatan usila,

b. Aktivitas dan olahraga lansia,

c. Memotivasi ke Posyandu

4. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja dan pemuda, misalnya :

a. Penyuluhan NAPZA,

b. Pergaulan remaja dan pemuda,

c. Produktivitas remaja dan pemuda

5. Penggerak/promotor kesehatan lingkungan, misalnya :

a. Sanitasi ligkungan,

b. Penggunaan air bersih dan pembuangan sampah,

c. Penanganan sampah dan desain tempat sampah,

d. Pemanfaatan pekarangan,

e. Drainase/saluran air hujan /limbah rumah tangga)

2.4.8 Langkah-langkah pembentukan pokjakes

1. Buatlah preplaning sosialisasi pembentukan POKJAKES

2. Undanglah masyarakat

3. Dibentuk kelompok POKJAKES dan buatlah kepengurusan POKJAKES

4. Pengurusan yg sudah terbentuk diabuat SK penetapan

2.4.9 Pengkaderan

Kriteria Kader :

1. Tenaga sukarela

2. Dipilih, dipercaya dan berasal dari masyarakat setempat

3. Telah mengikuti latihan kader pembangunan dibidang kesehatan

4. Sebagai pelaksana, pemelihara, dan pengembang kegiatan yang ada di masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan

5. Bertempat tinggal diwilayah RT/RW yang bersangkutan

6. Mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan tugas sebagai kader

7. Mempunyai penghasilan keluarga yang tetap

8. Mau bekerja secara sukarela

9. Bisa membaca dan menulis

10. Dapat diterima oleh masyarakat setempat

Fungsi Seorang Kader :

1. Penyuluhan kesehatan diwilayah RT/RW nya

2. Perencana kegiatan POKJAKES bersama masyarakat

3. Pelaksana kegiatan POKJAKES bersama masyarakat

4. Pembina dalam pemeliharaan kegiatan POKJAKES

5. Pelopor kegiatan-kegiatan dimasyarakat yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan diwilayahnya.

6. Menjadi penghubung dimasyarakat dengan lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang menunjang pelaksanaan pembangunan dibidang kesehatan

Tugas Pokok Kader :

1. Mengadakan pendekatan sosial

2. Mengadakan survey mawas diri

3. Mengadakan musyawarah masyarakat selingkungan RT/RW

4. Membantu pelaksanaan pelatihan kader pembangunan dibidang kesehatan

5. Mengadakan kegiatan pelayanan di posyandu dan diluar posyandu

6. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan dinas dan lembaga swadaya masyarakat dalam rangka pembinaan POKJAKES

7. Mengembangkan program-program lain di luar bidang kesehatan yang mendukung peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat seperti:

a. Dana sehat,

b. Kios koperasi,

c. Pusat-pusat pelayanan kesehatan,

d. Kesehatan kerja,

e. Kesehatan sekolah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang - orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut. Pengorganisasian masyarakat bukan hanya sekedar melakukan pengerahan masyarakat untuk mencapai sesuatu kepentingan semata, namun suatu proses pembangunan organisasi masyarakat yang dilaksanakan dengan jalan mencari penyelesaian secara bersama pula yang didasarkan pada potensi yang ada dalam masyarakat. Tahap tahap pengorganisasian masyarakat yaitu persiapan sosial, pelaksanaandan evaluasi

3.2 Saran

Dengan melalui makalah ini kami selaku penyusun mengharapkan para pembaca khususnya semua mahasiswa keperawatan dapat mengetahui serta memahami tentang konsep pengorganisasian masyarakat dalam keperawatan komunitas agar dapat mengembangakan potensi yang ada dalam masyarakat dan membentuk organisasi terstruktur yang dapat meningkatkan peran serta masyarakat.

15