BAB III TINJAUAN UMUM.docx

32
27 BAB III TINJAUAN UMUM 3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian PT. Putra Sarana Transborneo merupakan perusahaan kontraktor yang melakukan usaha penambangan batubara di PT. Kapuas Tunggal Persada yang berlokasi di wilayah Desa Supang, Kecamatan Mandau Talawang dan Desa Tumbang Tukun, Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah yang terdaftar sebagai pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) Batubara dengan berdasarkan SK Bupati Kapuas nomor : 451 / Distamben Tahun 2009 dengan Kode wilayah KW.09/BB/3/KTP seluas 5.000 Ha. 3.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi dan kesampaian daerah saat ini dapat dicapai melalui empat alternatif sebagai berikut :

Transcript of BAB III TINJAUAN UMUM.docx

BAB IIITINJAUAN UMUM

3.1Gambaran Umum Wilayah PenelitianPT. Putra Sarana Transborneo merupakan perusahaan kontraktor yang melakukan usaha penambangan batubara di PT. Kapuas Tunggal Persada yang berlokasi di wilayah Desa Supang, Kecamatan Mandau Talawang dan Desa Tumbang Tukun, Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah yang terdaftar sebagai pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) Batubara dengan berdasarkan SK Bupati Kapuas nomor : 451 / Distamben Tahun 2009 dengan Kode wilayah KW.09/BB/3/KTP seluas 5.000 Ha.3.1.1Lokasi Kesampaian DaerahLokasi dan kesampaian daerah saat ini dapat dicapai melalui empat alternatif sebagai berikut :1. 27Dari Palangka Raya Kuala Kurun (kondisi jalan beraspal mamakai waktu 4 jam menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat). Dari Kuala Kurun Sei Hanyu (kondisi jalan beraspal 1 jam menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat), Dari Sei Hanyu Desa Supang (kondisi jalan pengerasan/berkerikil memakai waktu 1,5 jam menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat). Dari Desa Sopang menyeberang Sungai Kapuas, dilanjutkan ke Lokasi IUP PT. Kapuas Tunggal Persada (kondisi jalan tanah liat Gusuran Buldozer, 15 menit).2. Jalur hauling yang masih berlangsung, terdapat alternatif baru dan menuju ke lokasi tambang PT. KTP yaitu dari KM.60 simpang jalan hauling PT. KTP dengan Jalan Lintas Kalimantan Palangka Raya Buntok. Melewati Desa Batapah kemudian Desa Buhut dan terus dilanjutkan jalan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Dasa Intiga kemudian melewati Sungai Julukan sungai Mamput ( Sungai Kuatan), terus melewati Jalan Logging Koperasi Mandau Telawang hingga Pit Tambang Jeliwan dengan jarak sekitar 145 Km membutuhkan waktu 7 jam.3. Jalur Perusahaan Sawit, Dari Palangka Raya Desa Dahian Tambuk memakan waktu 2 jam 30 menit (menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat), kemudian dari Desa Dahian Tambuk menuju Sei Ringin membutuhkan waktu 2 jam (menggunakan kendaraan roda dua roda empat). Dari Desa Sei Ringin, meyeberang Sungai Kapuas menuju Lokasi PT. KTP membutuhkan waktu 2 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua, melewati jalan perusahaan sawit PT. Kapuas Maju Jaya (KMJ).4. Melalui jalur air, yaitu menggunakan speed boat menyusuri sungai Kapuas ke arah hulu sampai dengan Desa Jangkang. Dari Desa Jangkang menggunakan jalur darat menyisir tepi batas perkebunan kelapa sawit PT. Kapuas Maju Jaya (KMJ), dan kemudian menembus rencana jalan kabupaten Hurung Tabengan Tanjung Kelanis dan dilanjutkan ke wilayah PT. KTP.3.1.2Sosial dan Kependudukan1. Penduduk di sekitar lokasi penambangan mayoritas memeluk agama Kristen Protestan yang pada umumnya adalah penduduk asli (Suku Dayak Ngaju) dan sebagian pendatang (Banjar) dan transmigran dari Jawa. Masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pertambangan memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dan peladang. Dampak negatif adanya aktivitas penambangan yaitu pengalihan fungsi lahan dari pertanian dan perkebunan menjadi areal pertambangan. Akibatnya banyak petani dan peladang yang beralih profesi.2. Sedangkan dampak positif yang dirasakan masyarakat yaitu mudahnya masyarakat dalam memasarkan hasil bumi dikarenakan akses jalan yang mudah, yang secara tidak langsung tersedia akibat kegiatan penambangan. Dampak positif lainnya adalah meningkatnya pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja baru, terutama dalam bidang perdagangan, bengkel dan rumah makan, sehingga peredaran uang di masyarakat meningkat.3.1.3Keadaan Iklim dan Curah HujanLokasi daerah penelitian berada pada iklim tropis basah yang bercirikan dua pertukaran angin dan musim. Pada umumnya tidak jauh beda dengan daerah-daerah lain di Kalimantan Tengah, iklim didaerah pengamatan termasuk dalam type iklim hujan tropis.Iklim di areal tersebut adalah iklim tropis yang mengalami dua musim yaitu musim kemarau pada bulan Juli - September dan musim hujan pada bulan Oktober Juni.Tabel 3.1 Data Curah HujanBulan / HariTahun 2010Tahun 2011Tahun 2012

Januari31433.5295.8425.8

Februari28349328392.1

Maret31309.9674.6528.2

April30642522.1584.7

Mei31390.7501.2420.8

Juni30245.5327.3301.1

Juli31272.4234.7248.6

Agustus30502.5403.6332.3

September30283.4198.3190.3

Oktober31357.4306.5318.8

November30376383.1349.4

Desember31573.3534.4526.3

Sumber : Data Curah Hujan PT. Kapuas Tunggal Persada Tahun 2009-2012

Dari data curah hujan diatas nampak pada bulan November sampai Juni Curah Hujan cukup tinggi jadi diperkirakan air sungai akan pasang dan banjir yang cukup besar dan memakai untuk dilewati Tongkang Batubara yang berukuran besar sekalipun. Sebaliknya pada bulan Juli sampai Oktober ada kemungkinan pengapalan batubara akan menggunakan tongkang lebih kecil karena pada umumnya musim kemarau panjang air sungai surut dan relatif dangkal.

3.1.4Flora dan Fauna1. Vegetasi HutanBerdasarkan peta tata guna lahan kabupaten Kapuas lokasi penyelidikan merupakan area hutan produksi. Secara mikro berdasarkan pengamatan secara langsung di lokasi penyelidikan, sebagaian besar merupakan daerah perkebunan karet milik masyarakat sekitar. Sedangkan sebagian lagi merupakan areal ladang masyarakat dengan tanaman pisang, padi, karet dan lain sebagainya.Hutan dilokasi PT. Kapuas Tunggal Persada dapat dikategorikan sebagai hutan tropikal. Namun demikian, secara umum keadaan hutan di areal pertambangan, sangat berkurang dibandingkan dengan satu dekade terakhir.Di lokasi penambangan saat ini hanya tersisa hutan sekunder, itu pun hanya terdapat dalam luasan yang relatif kecil. Vegetasi hutan yang dapat ditemuakan nampaknya berada di lahan yang mempunyai kelerengan kurang dari 25 %. Sementara itu hutan primer sudah tidak dapat lagi ditemukan. Rendahnya kuantitas vegetasi hutan di lokasi pengambilan sampel disebabkan karena sebagian besar kawasan hutannya merupakan kawasan perkebunan sawit dan karet.2. Vegetasi Perdu dan Semak BelukarVegetasi belukar ini ditandai dengan tumbuhnya berbagai jenis antara lain alang-alang, dan paku-pakuan, serta jabon, dan jenis liana lainnya yang secara berangsur-angsur disusul oleh jenis tumbuhan tingkat tinggi dalam waktu yang relatif lama.3. FaunaKeanekaragaman Jenis burung (Aves) yang tercatat ada 28 Jenis didominasi oleh burung slap-slap capung, gagak, tekukur, perkutut, enggang musim, terucuk, valet sari, kepimis, bultok, srigunting dan prenjak. Burung-burung tersebut terdapat pada semua titik pengamatan di lokasi tambang maupun di jalan angkut dan pelabuhan.3.2Kondisi Geologi3.2.1Kondisi Geologi Regional1. FisiografiMenurut keadaan wilayahnya Kabupaten Kapuas, terdiri dari bukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut antara 25-100 m. Sedangkan dataran rendah terdapat pada bagian Selatan membentang sejauh lebih kurang 150 Km ke Utara. Pada kiri kanan dataran rendah tersebut terdiri dari dataran tinggi, perbukitan, pegunungan, lipatan dan patahan, terdapat adanya soil berwarna merah, kuning serta batuan induk hasil endapan, batuanbeku dan batu-batuan lainnya. Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Kapuas yaitu Sungai Kapuas yang relatif besar dengan panjang 600 Km. 2.StratigrafiBerdasarkan peta geologi lembar Buntok Kalimantan Tengah, dengan skala 1 : 250.000 yang dikeluarkan oleh pusat penelitian dan pengembangan geologi bandung yang disusun oleh Soetrino, S. Supriatan, E. Rustandi, P. Sunyoto K. Hasan pada tahun 1994 dan peta geologi lembar Muaratewe Kalimantan Tengah, dengan skala 1: 250.000 yang dikeluarkan oleh pusat penelitian dan pengembangan geologi bandung yang disusun oleh S. Supriatna, A. Sudradjat dan H.Z. Abdul pada tahun 1995. Maka Stratigrafi Pada satuan bumi yang ada di daerah penelitian dan sekitarnya, terdiri dari Formasi :a. Formasi Pitap (KsP)Batuan sedimen dan vulkanik tak terpisahkan yang tersusun berlapisan Batuan Sedimen batulanau kelabu tua, batugamping kristalin kelabu tua, batupasir halus kelabu, serpih merah dan serpih napalan: tebal lapisan antara 20 - 300 cm, sebagian terlipat batuan vulkanik : andesit, basalt dan ampibolit pecah-pecah berupa lensa di dalam basal tebal bisa mencapai 40 cm. Unit ini menempati daerah morfologi perbukitan tinggi dan kasar. Ketebalan bisa mencapai 100 meter. Untuk keperluan praktis serta kesinambungannya dengan lembar di sekitarnya, unit ini disebandingkan dengan Formasi Pitap yang berumur Kapur Akhir. b. Formasi Haruyan (Kvh)Batuan vulkanik kasele berupa retas, sumbat stocks, yang umumnya terdiri dari basalt piroksen kelabu hijau, porfiritik sampai piloktasit. Sebagian besar terubah membentuk mineral lempung, klorit dan kalsit. Unit ini mencapai tebal 50 m dam menempati daerah morfologi perbukitan tinggi dan kasar serta dikorelasikan dengan Formasi Haruyan yang berumur kapur atas (Kvh).c. Granit Kapur (Kgr)Granit biotit berwarna kelabu muda, sebagian terkekarkan singkapanya beasosiasi dengan Formasi Pitap dan Formasi Haruyan dan tersebar di daerah yang bermorfologi perbukitan tinggi. Variasi batuan ini antara lain granodiolit biotit adamelit biotit, granit genes sebagian berstekstur grafik dan mirmekit. Batuan ini menerobos Formasi Pitap, dan umurnya diduga Kapur Akhir. d. Formasi Tanjung (Tet)Bagian bawah perselingan antara batupasir, serpih batulanau dan konglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen konglomerat antara lain : Kuarsa, Feldspar, Granit, Sekis, Gabro dan basal, di dalam batupasir kuarsa dijumpai komponen glaukonit. Bagian atas, perselingan antara batupasir kuarsa bermika batulanau, batugamping dan batubara. Batulanau berfosil foram Plangton, antara lain : Globigerina Tripertita KOCH. Globigerina Echiloensis HOWE dan WALLACE, Globigerina spp, dan Globoratora spp, yang menunjukan umur Eosen Oligosen (P16- N3), sedang batugampingnya berporam besar, antara lain Opersolinna, Discocylina sp dan Biplammispira sp yang berumur Eosen Akhir (Tb). Formasi ini tidak selaras dengan batuan Mesozuikom, terlipata hampir utara selatan dengan lapisan umumnya 200 serta mempunyai tebal 1300 m, tersebar didaerah perbukitan. e. Formasi Montalat (Tomm)Batupasir putih berstruktur silang siur, sebagian gampingan bersisipan batulanau/serpih dan batubara berfosil foram kecil, antara lain : Globigerina Venezuealana HEDBERG , Globigerina Tripartita KOCH, Globigerina Selli (BORSETTI), Globigerina praebulloides BLOW, Globigerina angustiumbilicata BOLLI, Globorotalianana BOLLI, Globigerina offcinalis suboptima, Globigerina sp., Globigerina spp., Globorotalia opima BOLLI, Globorotalianana BOLLI, dan Casigerinella chipolensis (CUSHMAN & POTTON), yang berumur Oligosen (P19-N3) diendapkan dilaut dangkang terbuka, dengan tebal mencapai 1400 m. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras di atas Formasi Tanjung. Jenis perliptan mirip dengan Formasi Tanjung tetapi sedikit terbuka, seberannya menempati morfologi perbukitan.f. Formasi Berai (Tomb)Batugamping berlapis dengan batulempung, napal dan batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung limonit. Batugamping berfosil foram besar, antara lain : Spiroclypeous sp, Lepidocycline sp, Borelis sp, Cyclohypeous sp, Nummuliles Ficherilis (MICHELLOTI), Lepidocycline (Eulepidana), Ephilodes JONES & CHAPMAN, Operculina sp, Spiroclypeoust tidolengensis VAN DER VLERK, Hetorosergina sp dan Imphistegma sp yang menunjukan umur Oligosen tengah- Oligosen akhir (Td-e). Disamping juga itu berfosil foram bentus. Formasi ini diendapkan dilaut dangkal dengan tebal mencapai 1250 m, serta menempati morfologi kars perbukitan yang terjal. g. Formasi Warukin (Tmw)Batupasir kasar-sedang sebagian konglomeratan, bersisipan batulanau dan serpih, setengah padat, berlapis dan berstruktur peralihan silang- siur dan lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka dengan kemiringan sekitar 10o. formasi ini berumur Miosen Tengah dan Miosen Atas, dengan tebal bisa mencapai 500 m dan terendapkan didaerah transisi, Formasi Waruki berada selaras dengan Formasi Berai dan Montalat sesuai dengan sifat fisiknya. Formasi ini menenmpati daerah morfologi dataran bergelombang landai. h. Formasi Dahor (Tqd)Batupasir kurang padat sampai lepas, bersisipan batulanau, serpih, lignit dan limonit terendapkan dalam lingkungan peralihan dengan tebal mencapai 300 m. Umumnya diduga Plio-Plistosen. Formasi ini tidak selararas diatas formasi-formasi dibawahnya, dan umumnya berada pada morfologi dataran rendah, yang kadang-kadang sulit dipisahakan dengan endapan permukaan.

i. AluviumLumpur kelabu hitam, lempung bersisipan limonit dan gambut, pasir, kerikir, kerakal dan bongkahan batuan yang lebih tua. Merupakan hasil endapan sungai atau atau dataran banjir, tebalnya mencapai 10 m.3. StrukturStruktur geologi regional berdasarkan peta geologi lembar buntok, mempunyai struktur berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang umumnya berarah baratdaya-timurlaut dan barat laut tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar mendatar dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen berumur Tersier dan Pra Tersier. Kelurusan-kelurusan diduga merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya dengan kelurusan juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya.3.2.2Geologi Daerah Penelitian1. Morfologi Daerah PenelitianMorfologi daerah penelitian secara umum membentuk perbukitan bergelombang landai dengan elevasi kurang lebih 200 meter di atas muka laut. Bentuk ini mencerminkan adanya perselingan batuan dengan tingkat resitensi yang berbeda terhadap erosi. Sebagian wilayah penyelidikan di bagian timur menampakkan bentuk morfologi Karst yang khas berasosiasi dengan batulempung. Pola aliran sungai di daerah ini menunjukkan pola dendritik dan rektan gular, mencerminkan kondisi batuan sedimen dengan sudut kemiringan relative landai dan adanya kontrol dari pola struktur baik sesar, lipatan atau kekar.2. Litologi Daerah PenelitianLitologi Daerah Kuasa Penambangan PT. Kapuas Tunggal Persada hanya dijumpai litologi dari Formasi Tanjung didominasi oleh batupasir, secara rinci terdiri dari perselingan antara batupasir kuarsa yang mengandung muskovit, batulanau kelabu, menyerpih, tebal rata-rata 1 meter, kompak, tebal rata-rata 75 cm, serta ditemukan sisipan batubara dengan tebal mencapai 1,5 meter. Formasi ini merupakan batuan sedimen pembawa endapan batubara. Umur formasi ini adalah Eosen dan diendapkan dalam sistem pengendapan delta.3.Struktur Geologi Daerah PenelitianStruktur geologi yang ada di daerah Kuasa Pertambangan (KP) PT. Kapuas Tunggal Persada merupakan struktur geologi seperti : sesar, perlapisan batuan dan kekar.3.3 Kegiatan PenambanganAktifitas kegiatan penambangan PT. Putra Sarana Transborneo site PT. Kapuas Tunggal Persada di mulai dari land clearing sampai dengan coal getting. Aktifitas tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

1) Land ClearingMerupakan kegiatan pembersihan area tambang dari tumbuh-tumbuhan (semak-semak, perdu, pepohonan) dan material lainnya (bebatuan). Kegiatan ini menggunakan alat Bulldozer D85E-SS-2A. Tumbuh-tumbuhan dan material itu digali dan didorong keluar area tambang. Untuk pohon dengan diameter lebih besar dari 20 cm, penebangan dibantu dengan menggunakan mesin potong chainsaw.2) Top Soil Removal and DisposalSebelum suatu area ditambang, lapisan tanah pucuknya yang kaya humus perlu dipindahkan dan diamankan untuk reklamasi setelah tambang nanti. Di PT. Putra Sarana Transborneo, ketebalan top soil-nya berkisar sekitar 80 cm. Eksekusinya menggunakan bulldozer, back-hoe dan dump-truck. Dengan bilahnya, bulldozer mendorong lapisan tipis itu ke suatu dump-point. Kemudian backhoe menggali timbunan itu dan memuatnya ke dalam suatu dump-truck. Dump-truck mengangkut top soil itu dan menimbunnya di stock top soil.3) Overburden Removal and DisposalSebelum mengekskavasi suatu masa overburden, perlu dilakukan ripping untuk memberaikan massa batuan itu. Massa yang telah diberaikan kemudian digali dan dimuat oleh Back Hoe Komatsu PC ke dalam Dump Truck HINO FM 320 TI. Dump truck lalu mengangkut massa itu dan menimbunnya di disposal area.

4) Coal CleaningSebelum batubara digali, lapisannya perlu dibersihkan terlebih dahulu dari lapisan parting yang berada di roof-nya. Hal ini dilakukan untuk mencegah dilusi, mengingat lapisan parting tersebut memiliki kadar abu yang cukup tinggi, oleh karena posisinya yang langsung kontak dengan overburden. Coal cleaning menggunakan peralatan Komatsu PC200 yang dilengkapi dengan cutting edge agar pembersihan lebih presisif.5) Coal GettingKegiatan penggalian batubara menggunakan Back Hoe Komatsu PC 200 dan dimuat ke dalam Dump Truck HINO FM 260.6) Coal HaulingBatubara yang telah dimuat di dump truck lalu diangkut ke ROM (Run Off Mine) yang jarak angkutnya sekitar 1 km. Dump truck yang mengangkutnya berkapasitas 19-20 ton dan kemudian batubara dipisahkan berdasarkan nilai kalorinya.7) Reclamation/Mine ClosureReklamasi mengandung pengertian penimbunan kembali pit yang telah dibuka untuk penambangan. Pit-pit yang sudah selesai ditambang kemudian ditimbun kembali menggunakan material overburden.

Gambar 3.1 Kegiatan Penambangan PT. Putra Sarana TransborneoSite PT. Kapuas Tunggal Persada3.4Kegiatan Lain di Sekitar Tambang.Pada area IUP PT. KTP, Jenis kegiatan lain yang sedang berjalan adalah Kegiatan HPH Kopersi Mandau Talawang, Kegiatan Perkebunan Sawit Inti dan Perkebunan Sawit plasma dan beberapa kegiatan eksplorasi dari beberapa IUP dan Kegiatan Pertambangan PT. Talen Orbit Prima, dan kegiatan Konstruksi PT. Asmin Bara Baronang, serta kegiatan beberapa kontraktor tambang dan Eksplorasi.Disamping itu terdapat aktifitas dari penduduk lokal setempat berupa pengelolaan ladang dan kebun, perniagaan melalui jalur darat, dan beberapa aktifitas pembukaan lahan, sedangkan beberapa bagian lainnya menjadi karyawan perkebunan, pertambangan, serta ikut berniaga untuk memenuhi kebutuhan logistik para kontraktor dan Perusahaan.

Pada daerah pengamatan sebagian besar bekerja sebagai petani, peladang berpindah, dan sisanya bekerja berbagai sektor, antara lain:a. Sektor industri, perdagangan dan angkutanb. Pegawai Negeri Sipilc. Sektor jasa bangunan dan mekanik dan lain-lain.3.5Tata Laksana3.5.1Langkah KerjaLangkah kerja dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini meliputi :1. Tahap PersiapanPada tahap ini dilakukan pengumpulan sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan efisiensi kerja, baik itu rumus-rumus untuk menghitung efisiensi, waktu-waktu hambatan dalam kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup dan lain sebagainya.2. Tahap Pengambilan Dataa. Data Primer1) Pengamatan terhadap kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup serta mencatat apa saja waktu-waktu hambatan kerja alat yang ada dilapangan dari awal shift sampai diakhir shift.2) Mengamati dan mencatat waktu edar alat muat Excavator type Komatsu PC 300 dan Dump Truck Hino FM 320 TI.3) Pengukuran kapasitas nyata bucket alat gali Excavator.4) Fhoto aktifitas penambangan5) Pencatatan durasi breakdown alat gali muat dan alat angkut yang digunakan pada kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden).b. Data Sekunder1) Peta lokasi Pertambangan.2) Peta Geologi daerah penelitian.3) Spesifikasi alat gali muat dan alat angkut yang digunakan pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup.4) Data iklim dan curah hujan daerah penelitian.5) Data karakteristik material yang dikupas.3. Tahapan Pengolahan DataSetelah data-data didapatkan, kemudian diolah dan dianalisis mengenai permasalahan-permasalahan yang telah diamati. Setelah itu, dicari solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. selanjutnya data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut disusun menjadi suatu laporan.4. Tahap Penyusunan Laporan Tugas AkhirSetelah menganalisis data, maka ditarik kesimpulan. Hasil dari data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil penelitian Tugas Akhir. Adapun langkah kegiatan dalam penelitian untuk Tugas Akhir ini dijabarkan dalam diagram alir pada Gambar 3.2.

3.5.2Metode PenelitianPenulisan laporan Tugas Akhir ini didasarkan pada tiga (3) metode, yaitu :1. Metode PustakaMetode ini dilakukan dengan cara studi literatur yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori dan faktor-faktor yang berhubungan dengan judul skripsi, serta faktor-faktor yang mendukungnya yang bisa menjadi nilai tambah terhadap topik yang dibahas dalam laporan ini.2. Metode Pengamatan (observasi)Dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan terhadap hal-hal yang termasuk di dalam topik permasalahan.3. Metode Wawancara (interview)Dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada pembimbing lapangan serta pihak lain yang berkaitan terhadap permasalahan yang dibahas.3.5.3Alat dan BahanAlat yang dipergunakan selama melakukan Tugas Akhir di area penambangan PT. Putra Sarana Transborneo yaitu :1. Stopwatch2. Buku Lapangan3. Kamera4. Alat Tulis3.5.4Bagan Alir Penlitian

Mulai

Rumusan Masalah :Berapa kemampuan produksi aktual alat gali muat dan alat angkut yang dioperasikan dalam kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden) di PT. Putra Sarana Transborneo ?Berapa kemapuan produksi alat gali muat dan alat angkut dalam kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden) setelah efisiensi kerjanya ditingkatkan guna meningkatkan target produksi di PT. Putra Sarana Transborneo ?

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

DataPrimer :Cycle time alat gali muat dan alat angkutLost time alat gali muat dan alat angkutKapasitas nyata Excavator (bucket fill factor)Durasi breakdown alat gali dan alat angkutData Sekunder :Profil perusahaanPeta lokasi penelitianPeta Geologi daerah penilitianData iklim dan curah hujanSfesifikasi alat mekanisFaktor pengembangan material

Pengolahan Data :Menghitung kemampuan produksi aktual alat gali muat dan alat angkut yang dioperasikan dalam kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden).Menghitung kemampuan produksi alat gali muat dan alat angkut setelah efisiensi kerjanya ditingkatkan guna meningkatkan target produksi.

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian3.5.5Waktu PenelitianAdapun waktu pelaksanaan penelitian Tugas Akhir ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013 yang dilakukan di PT. Putra Sarana Transborneo site PT. Kapuas Tunggal Persada dan dilanjutkan dengan penyusunan laporan Tugas Akhir. Adapun waktu yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

47

Tabel 3.6 Waktu PenelitianNo.keteranganSep-13Okt-13Feb-14Mar-14Apr-14

MingguMingguMingguMingguMinggu

12341234123412341234

1Studi Literatur

2Observasi Lapangan

3Pengambilan Data

4Pengolahan Data

5Penyusunan Proposal

6Seminar Proposal

7Perbaikan Proposal

8Penulisan Tugas Akhir

9Seminar Hasil Tugas Akhir

10Perbaikan Seminar Hasil Tugas Akhir

11Ujian Tugas Akhir