Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
-
Upload
rianto-ivansky -
Category
Documents
-
view
675 -
download
11
Transcript of Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
1/21
Pertanyaan: Bagaimana menetapkan cara yang tepat dalam pelayanan umum?
Jawaban : Untuk menetapkan cara yang tepat hendaknya melalui metode penelitian dan
percobaan, sehingga dapat ditemukan cara yang paling tepat untuk keadaan pada
waktu itu, aman dan efisien diantara beberapa alternatif cara. Khusus dalamtugas-tugas pelayanan, soal prosedur dan metode harus benar-benar menjadi
perhatian manajemen, karena ia akan menentukan kua-litas dan kecepatan dalam
pelayanan, baik pelayanan manual maupun pelayanan dengan menggunakan
peralatan.
Pertanyaan: Sebutkan teknik-teknik manajemen dalam mencapai tujuan!
Jawaban : ada beberapa teknik manajemen yang perlu diketahui dalam mencapai tujuan,
antara lain: manajemen berdasarkan sasaran atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Management by objectives/ MBO. Ada lagi manajemen berdasarkan hasil
atau yang lebih dikenal dengan sebutan management by result/MBR. Manajemen
berdasarkan sistem atau yang lebih dikenal dengan sebutan management by
system/ MBS. Manajemen berdasarkan motivasi atau yang lebih dikenal dengan
sebutan management by motivation/MBM dan manajemen berdasarkan
pengecualian atau yang lebih dikenal dengan sebutan management byexception/MBE.
Pertanyaan: Apa pengertian pelayanan umum?
Jawaban : Pelayanan umum merupakan suatu usaha yang dilakukan kelompok atau
seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepadamasyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Pertanyaan: Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor apa penyebab timbulnya pelayanan umum!
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
2/21
Jawaban : Ada dua faktor penyebab timbulnya pelayanan umum yaitu faktor yang bersifat
ideal modern dan yang bersifat material. Faktor yang bersifat ideal modern
meliputi adanya: rasa cinta dan kasih sayang, tolong menolong sesamanya dan
berbuat baik. Faktor materialnya akan menimbulkan hak dan kewajiban, baik ke
dalam maupun ke luar organisasi. Hak ke dalam misalnya: Pertama, hak
mendapatkan perlakuan yang sama atas dasar aturan yang adil dan jujur. Kedua,
hak atas penghasilan berdasarkan peraturan yang ada; ketiga, hak menjalankan
ibadah di tempat kerja. keempat, hak istirahat sesuai dengan konvensi
international labour organization (ILO), adalah hak perlindungan terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan kewajiban ke dalam organisasi
misalnya: Pertama, menyelesaikan tugas/pekerjaan yang dibebankan kepadanya
dalam waktu yang telah ditetapkan. Kedua, melayani keperluan orang yang
berkepentingan, baik orang dalam yaitu pegawai maupun orang lain yang bukan
pegawai dengan cara dan sikap yang sama. Ketiga, mentaati peraturan organisasi.
Keempat, bersikap dan berperilaku sesuai dengan doktrin budaya organisasi.
Pertanyaan: Jelaskan pengertian sistem pelayanan umum!
Jawaban : Sistem pelayanan umum sebenarnya merupakan satu kesatuan faktor yang
dibutuhkan dalam terselenggaranya suatu pelayanan umum. Sistem pelayananumum ini terdiri atas empat faktor: pertama, sistem, prosedur dan metode; yaitu
dalam pelayanan umum perlu adanya sistem informasi, prosedur dan metode yang
mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan. Kedua, personil, terutama
ditekankan pada prilaku aparatur; dalam pelayanan umum aparatur pemerintah
selaku personil pelayanan harus profesional, disiplin dan terbuka terhadap kritik
dari pelanggan atau masyarakat. Ketiga, sarana dan prasarana; dalam pelayanan
umum diperlukan peralatan dan ruang kerja serta fasilitas pelayanan umum
misalnya ruang tunggu, tempat parkir yang memadai. Dan terakhir, masyarakat
sebagai pelanggan; dalam pelayanan umum masyarakat sebagai pelanggan
sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.
Pertanyaan: Masalah-masalah apa saja yang dihadapi untuk memberikan pelayanan umum
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
3/21
yang efektif dan efisien?
Jawaban : Masalah-masalah yang dihadapi untuk memberikan pelayanan yang berdaya guna
dan berhasil guna dapat dilihat dari enam segi, yaitu pertama, segi aparatur
pemerintah; kedua, segi masyarakat atau pelanggan; ketiga, segi peraturan
perundangan; keempat, segi mekanisme dan prosedur; kelima, segi sarana dan
prasarana serta keenam, segi dana
Pertanyaan: Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dari segi aparatur pemerintah untuk
memberikan pelayanan umum yang efektif dan efisien?
Jawaban : Masalah yang dihadapi dari segi aparatur pemerintah, antara lain masih adanya
perilaku yang tidak konsisten dan konsekuen dari pimpinan tingkat atas sampai
tingkat bawah, kurangnya disiplin, kurang profesional, baik menyangkut
keterampilan, keahlian dan tingkat pengetahuannya maupun kurangnya
kesejahteraan berupa penghasilan yang masih di bawah standar, serta kurangnya
motivasi kerja; dan kurangnya keterbukaan.
Pertanyaan: Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dari segi pelanggan/masyarakat untuk
memberikan pelayanan umum yang efektif dan efisien?
Jawaban : Dari segi masyarakat atau pelanggan, masalah yang dihadapi adalah adanya tata
nilai atau value system yang masih berlaku dalam masyarakat yang kurang
mendukung peningkatan pelayanan umum; kurangnya keterbukaan dari anggota
masyarakat; budaya masyarakat dan tingkat pendidikan anggota masyarakat yang
beraneka ragam, sehingga tidak mendukung peningkatan pelayanan umum;
kurangnya kedisiplinan dan tanggung jawab sosial masyarakat; pendapatan
masyarakat yang belum memadai sehingga masih dirasakan tingginya biaya dalam
memperoleh pelayanan umum; serta kurangnya kesadaran hukum masyarakat.
Pertanyaan: Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dari segi peraturan perundangan untuk
memberikan pelayanan umum yang efektif dan efisien?
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
4/21
Jawaban : Masalah yang dihadapi dari segi peraturan perundangan antara lain adanya
peraturan perundang-undangan berbagai sektor yang tumpang tindih dan dalam
penerapannya oleh setiap sektor sangat memberatkan kepada masyarakat, di
samping penyebarluasan informasi tentang peraturan perundangan tersebut masih
kurang. Selain itu peraturan perundangan yang menyangkut kepegawaian, tidak
menjamin pelaksanaan karier system.
Pertanyaan: Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dari segi mekanisme dan prosedur untuk
memberikan pelayanan umum yang efektif dan efisien?
Jawaban : Masalah yang dihadapi dari segi mekanisme dan prosedur sehubungan dengan
pelayanan umum misalnya: kurang lengkap atau sempurnanya peraturan
pemerintah, baik yang menyangkut juklak maupun juknisnya. Di samping itu
belum adanya sistem informasi yang mendukung terhadap kelancaran mekanisme
dan prosedur dari suatu pelayanan umum. Adanya perbedaan kepentingan dalam
tujuan pelayanan umum itu sendiri yaitu di satu pihak merupakan pendapatan di
lain pihak harus melakukan pelayanan kepada masyarakat. Terakhir, kurangnya
pengawasan dari atasan langsung.
Pertanyaan: Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dari segi sarana dan prasarana untukmemberikan pelayanan umum yang efektif dan efisien?
Jawaban : Masalah yang dihadapi dari segi sarana dan prasarana sehubungan dengan
pelayanan umum, misalnya : tempat kerja yang kurang memadai sehingga tidak
menunjang pelaksanaan tugas. Kurangnya peralatan kerja secara kuantitatif
maupun kualitatif dan teknologi sudah ketinggalan dan fasilitas pelayanan umum
seperti ruang tunggu, tempat parkir kenderaan kurang memadai.
Pertanyaan: Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dari segi dana untuk memberikan
pelayanan umum yang efektif dan efisien?
Jawaban : Masalah dana ini biasanya termasuk vital, mengingat aktivitas kegiatan tidak lepas
dari dana. Masalahnya adalah dana baik yang berasal dari APBN maupun APBD
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
5/21
yang tersedia untuk membiayai berbagai kegiatan pelayanan umum masih belum
mencukupi.
Pertanyaan: Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi kendala dalam
pemberian pelayanan umum?
Jawaban : Beberapa kiat dapat dilakukan misalnya, langkah untuk memperbaiki perilaku
baik aparat pemerintah maupun masyarakat bisa dilakukan dengan pengamalan
nilai-nilai luhur agama menjadi budaya kerja. Kedua, melakukan koordinasi dan
sinkronisasi antarsektor dalam penerapan peraturan perundang-undangan untuk
menghindari tumpang tindih dan duplikasi yang memberatkan bagi masyarakat.
Ketiga, perlu pengembangan sistem informasi manajemen, agar tidak terjadi
kekurang jelasan informasi yang diperlukan dalam rangka peningkatan pelayanan
umum. Keempat, untuk meningkatkan sarana dan prasarana agar diutamakan
sarana dan prasarana yang menyangkut pelayanan umum. Serta kelima,
kesejahteraan pegawai perlu ditingkatkan sehingga memadai.
Pertanyaan: Upaya apa yang dibutuhkan agar pelayanan umum menjadi efektif dan efisien?
Jawaban : Upaya yang dibutuhkan agar pelayanan umum berdaya guna dan berhasil guna
adalah perlu adanya: pertama, kontrol terbuka. Kedua, upaya untuk memperbaiki
dan meningkatkan pelayanan secara terus menerus. Ketiga, pengelolaan yang
sederhana, murah, cepat dan profesional. Keempat, aparatur yang bersih,
bertanggung jawab dan profesional. Kelima, peningkatan kesejahteraan aparatur.
Keenam, sistem informasi yang terbuka. Ketujuh, penetapan perundang-
undangan yang berlaku, dan kedelapan, partisipasi masyarakat.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
6/21
SEJARAH NETRALITAS BIROKRASI PEMERINTAH INDONESIA
DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN UMUM PADA MASYARAKAT
Sebelum menjelaskan pokok materi bahasan, terlebih dahulu yang perlu dijawab adalah apa
definisi dan ciri-ciri ideal birokrasi itu?
Birokrasi adalah merupakan tipe dari organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas
administratif yang besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari
banyak orang (Achmat Batinggi, 1999: 5.3)
Adapun yang menjadi ciri ideal birokrasi adalah:
1. Adanya pembagian kerja yang jelas;
2 Adanya hierarki jabatan;
3. Adanya pengaturan sistem yang konsisten;
4. Prinsip formalistic impersonality;
5. Penempatan berdasarkan karier; dan
6. Prinsip rasionalitas (Max Weber dalam Batinggi, 1999).
Birokrasi pemerintah merupakan suatu kekuatan yang besar sekali, sebab kegiatannya
menyentuh setiap kehidupan manusia. Baik suka atau tidak suka manusia tidak bisa lepas dari
kegiatan birokrasi pemerintah. Kebijaksanaan yang dibuat oleh birokrasi sangat berpengaruh
terhadap sendi-sendi kehidupan manusia. Suka atau tidak suka, manusia yang hidup dalam suatu
negara tertentu harus mau menerima suatu kebijaksanaan yang telah di buat oleh birokrasi.
Birokrasi pemerintah merupakan garis terdepan yang berhubungan dengan pemberian pelayanan
umum kepada masyarakat. Oleh karena itu, birokrasi pemerintah harus bersikap netral baik dari
sisi politik yaitu bukan merupakan kekuatan politik dan dari sisi administratif. Sebab apabila
birokrasi menjadi kekuatan politik maka akan menjadi tidak netral yaitu memihak kepada
kekuatan/aliran politik tertentu. Padahal dalam memberikan pelayanan umum, birokrasi
pemerintah diharapkan tidak akan memihak kepada kelompok tertentu, dengan tujuan agar
pelayanan umum yang dilakukan oleh pemerintah bisa diberikan pada seluruh masyarakat, tanpa
membedakan aliran atau partai politik yang diikuti oleh anggota masyarakat tersebut.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
7/21
Dalam memberikan pelayanan umum, birokrasi pemerintah dituntut lebih efektif dan efisien.
Namun, akibat tugas yang berat dan sangat luas, maka birokrasi pemerintah terkesan lambat.
Untuk itu atas pertimbangan kecepatan dan kelancaran dalam pelayanan, maka perlu dilakukan
reveinting birokrasi (swastanisasi birokrasi).
Bagaimanakah Netralitas Birokrasi Pemerintah Jika Ditinjau Dari Teori?
Menurut perkembangan awal dari konsepsi birokrasi ini, kenetralan birokrasi itu sudah ramai
dibicarakan oleh para pakar. Misalnya, polemik antara Karl Marx dan Hegel yang menyoroti
tentang konsep kenetralan birokrasi. Marx memulai mengelaborasi konsep birokrasi dengan
menganalisis dan mengkritik falsafah Hegel mengenai negara. Analisis Hegelian
menggambarkan bahwa administrasi negara atau birokrasi sebagai suatu jembatan antara negara
dengan masyarakat rakyatnya (the civil Society). Masyarakat rakyat ini terdiri atas para
profesional dan pengusaha yang mewakili dari berbagai kepentingan khusus, sedangkan negara
mewakili kepentingan-kepentingan umum. Di antara kedua hal ini, birokrasi pemerintah
merupakan perantara (medium) yang memungkinkan pesan-pesan dari kepentingan khusus
tersebut tersalurkan ke kepentingan umum. Tiga susunan ini (negara, birokrasi dan masyarakat
rakyat) diterima oleh Marx, akan tetapi diubah isinya. Birokrasi Hegel meletakkan pengertiannya
dengan melawankan antara kepentingan khusus dan umum, maka Marx mengkritiknya bahwa
meletakkan posisi birokrasi semacam itu tidak mempunyai arti apa-apa. Menurut Marx negara
itu tidak mewakili kepentingan umum akan tetapi mewakili kepentingan khusus dari kelas
dominan. Dari perspektif ini maka birokrasi itu sebenarnya merupakan perwujudan kelompok
sosial yang amat khusus. Lebih tepatnya birokrasi itu menurut Marx merupakan suatu instrumen
di mana kelas dominan melaksanakan dominasinya atas kelas sosial lainnya. Dalam hal ini, jelas
masa depan dan kepentingan birokrasi menurut konsepsi Marx pada tingkat tertentu menjalin
hubungan sangat intim dengan kelas yang dominan dalam suatu negara (Achmat-Batinggi,
1999).
Dari polemik antara Karl Marx dan Hegel inilah netralisasi birokrasi sudah ramai dibahas. Dari
polemik pendapat antara Hegel dan Marx ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Hegel
menghendaki kenetralan birokrasi. Sedangkan Marx yang terkenal dengan teori kelasnya itu
menyatakan dengan tegas bahwa birokrasi itu tidak netral dan harus memihak, yakni memihak
pada kelas yang dominan (Achmat-Batinggi, 1999).
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
8/21
Pada konteks yang lain, yang tidak berbau Marxis, Woodrow Wilson (Achmat-Batinggi, 1999)
juga menyoroti tentang kenetralan birokrasi . Birokrasi pemerintah menurut Wilson berfungsi
melaksanakan kebijakan politik, sehingga birokrasi itu harus berada di luar kajian politik.
Konsep dasar Wilson ini kemudian diikuti oleh sarjana politik Frank Goodnow (1900) yang
menyatakan bahwa ada dua fungsi pokok pemerintah yang amat berbeda satu sama lainnya yaitu
fungsi pokok politik dan administrasi. Fungsi politik berarti pemerintah membuat dan
merumuskan kebijakan-kebijakan, sementara fungsi administrasi berarti pemerintah tinggal
melaksanakan kebijakan tersebut (Achmat-Batinggi, 1999).
Dalam perspektif lainnya, netralisasi birokrasi dikemukakan oleh Francis Rourke (1984). Dia
mengatakan walaupun birokrasi pada mulanya hanya berfungsi untuk melaksanakan kebijakan
politik, akan tetapi birokrasi bisa berperan membuat kebijakan politik. Menurut Rourke,
netralisasi birokrasi dari politik adalah hampir tidak mungkin, sebab jika partai politik tidak
mampu memberikan alternatif program pengembangan dan mobilisasi dukungan, maka birokrasi
akan melaksanakan tugas-tugas itu sendiri dan mencari dukungan politik di luar partai politik
yang bisa membantunya dalam merumuskan kebijakan politik. Dukungan politik itu, menurut
Rourke dapat diperoleh melalui tiga konsentrasi yakni pada masyarakat luar, pada legislatif dan
pada diri birokrasi sendiri (executive branch). Masyarakat luar itu berupa kalangan pers,
pengusaha dan mahasiswa. Legislatif dari kalangan DPR, dan birokrasi sendiri, misalnya dari
kalangan perguruan tinggi (Achmat-Batinggi,1999).
Sedangkan menurut Nicholas Henry (1980), birokrasi mempunyai kekuasan (power). Kekuasaan
itu adalah kekuasaan untuk tetap tinggal hidup selamanya (staying power) dan kekuasaan untuk
membuat keputusan (policy-making power).
Dari berbagai pandangan di muka, dapat disimpulkan bahwa belum ada kesepakatan yang pasti
tentang netralitas birokrasi, apakah berdiri sebagai profesional ataukah ia harus memihak partai
yang sedang berkuasa?.
Berdasarkan Kajian di Atas, Bagaimanakah Sebenarnya Netralitas Birokrasi Pemerintah
Indonesia, Ditinjau Dari Sejarah?
Untuk mengetahui netralitas birokrasi pemerintahan kita, dapat ditelusuri sejarah
perkembangannya (Achmat-Batinggi, 1999) di bawah ini:
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
9/21
Pada masa kemerdekaan, yaitu tepatnya tahun 1945-1950. Sikap birokrasi pemerintah kita
masih netral. Semangat perjuangan masih mewarnai birokrasi kita. Semangat nasional untuk
membela dan mempertahankan negara proklamasi masih melekat kuat pada putra-putri bangsa.
Pada awal tahun-tahun kemerdekaan ada semacam kesepakatan pendapat dari putra-putra
bangsa, bahwa birokrasi merupakan sarana politik yang baik untuk mempersatukan bangsa.
Anggapan ini beralasan karena hanya birokrasilah satu-satunya sarana yang menjangkau rakyat
sampai ke desa-desa.
Periode tahun 1950-1959. Pada masa ini, semua partai politik berkeinginan menguasai
kementerian pemerintah. Kehidupan birokrasi sangat diwarnai dan dipengaruhi oleh patronikasi.
Rekrutmen pegawai berbau Jacksonisme, surat wasiat (katabelece) mempengaruhi penentuan
terhadap siapa yang akan diangkat dalam jabatan birokrasi, sehingga kehidupan birokrasi
pemerintah sudah mulai tidak netral. Walaupun birokrasi pemerintah sudah mulai tidak netral,
ada satu hal yang masih dirasakan menguntungkan. Di antara partai-partai politik yang saling
bersaing untuk menguasai kementerian pemerintah itu, mereka semuanya menginginkan adanya
pemerintah yang demokrasi.
Pada periode ini pemilu untuk pertama kali diselenggarakan setelah merdeka. Partai politik
berpaling kepada aparat birokrat, karena menurut jumlahnya merupakan potensi pendukung
untuk memenangkan partai dalam pemilu. Pada waktu itu maka timbullah kelompok-kelompok
pegawai negeri yang berafiliasi dengan partai politik.
Masa antara tahun 1960-1965. Pada periode ini, birokrasi semakin jelas diincar oleh aliran
politik. Keinginan tiga aliran politik untuk menguasai birokrasi pemerintah semakin mengkristal.
Di bawah label Demokrasi Terpimpin, tiga aliran politik (Nasional, agama dan
komunis/Nasakom) membangun akses ke birokrasi pemerintah. Keadaan sistem politik yang
primordial membawa pengaruh kuat terhadap birokrasi, sehingga ciri birokrasi saat itu adalah
sangat birokratis, primordial dan patronikasi yang sangat kental. Tiga aliran politik (Nasakom)berambisi mempergunakan jabatan-jabatan birokrasi pemerintah sebagai building blockuntuk
membangun organisasinya.
Kemudian perbedaan yang mencolok dari sikap birokrasi pemerintah kita pada masa orde lama
dengan masa orde Baru adalah: pada masa orde lama, keinginan tiga aliran politik
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
10/21
(NASAKOM) untuk menguasai kekuasaan politik semakin mengkristal. Di bawah label
Demokrasi Terpimpin, tiga aliran politik membangun akses ke birokrasi pemerintah. Pada masa
ini birokrasi pemerintah digunakan untuk menyokong kekuasaan aliran politik yang ada yaitu
NASAKOM.
Sedangkan pada masa Orde Baru 1998 yang lalu, birokrasi kita menjadi "alat" kekuatan
sosial dan politik yang dominan yaitu Golkar. Kemenangan Golkar pada empat kali pemilu,
salah satu faktor yang menentukan kemenangan itu adalah peranan birokrasi kita. Birokrasi kita
ikut memilih dalam pemilu, dan tidak ada alternatif lain yang dipilih kecuali Golkar. Jadi secara
singkat letak perbedaan masa orde lama dan orde baru terhadap birokrasi kita adalah pada orde
lama, tiga aliran politik sama-sama mempunyai akses ke birokrasi. Sedangkan pada periode orde
Baru, birokrasi "diwajibkan" memihak ke Golkar.
Pada masa reformasi. Kedudukan birokrasi atau sikap birokrasi pemerintah masih penuh tanda
tanya. Karena pada masa reformasi ini telah muncul kembali multi partai, sehingga: (1) tidak ada
kekuatan politik yang dominan, (2) kepada siapa ia harus memihak? (3) Golkar masih cukup
kuat
DAFTAR PUSTAKA
Achmat-Batinggi, 1999, "Manajemen Pelayanan Umum", Materi Pokok: IPEM 4429,
Universitas Terbuka.
Menpan, 1995 "Peranan Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pelayanan, Pengayoman, dan
Pengembangan, Prakarsa
dan Peran Serta Aktif Masyarakat Dalam Pembangunan", Makalah.
Ryaas Rasyid, Muhammad, 1997, "KajianAwal Birokrasi Pemerintahan Politik Orde Baru",
Jakarta:Mipi YarsifWatampone.
Thoha, Miftah, 1991, "Beberapa Aspek Kebijaksanaan Birokrasi", Yogyakarta: MW Mandala.
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4429/sup3ok.html
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
11/21
FAKTOR PENDUKUNG PELAYANAN UMUM
Pelayanan umum akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh
beberapa faktor antara lain: kesadaran para pejabat pimpinan dan pelaksana, adanya aturan yang
memadai, organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis, pendapatan pegawai yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, kemampuan dan ketrampilan yang sesuai dengan
tugas/pekerjaan yang dipertanggung-jawabkan, dan tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan
jenis dan bentuk tugas/pekerjaan pelayanan.
Keenam faktor pendukung itu mempunyai bobot sama kecuali faktor kesadaran yang berbobot
lebih tinggi dari yang lain. Kelemahan salah satu faktor akan berakibat pada hasil pelaksanaan
tugas/pekerjaan pelayanan yang tidak memenuhi keinginan semua pihak, baik manajemen
maupun pihak yang dilayani.
Kesadaran pegawai pada segala tingkatan terhadap tugas/pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya, membawa dampak yang sangat positif terhadap organisasi dan tugas/pekerjaan itu
sendiri. Ia akan menjadi sumber kesungguhan dan disiplin dalam melaksanakan tugas/pekerjaan,
sehingga hasilnya dapat diharapkan memenuhi standar yang telah ditetapkan baik dalam
perwujudan standar pelaksanaan (performances standard) maupun standar operasional
(operationals standard).
Aturan dalam organisasi mutlak keberadaannya agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan
teratur dan terarah. Untuk itu penting diperhatikan tentang kewenangan membuat peraturan
dalam organisasi. Kewenangan mempunyai kaitan dengan keabsahan dan kekuatan hukum atas
peraturan, karena dalam peraturan senantiasa ada sanksi terhadap pelanggaran. Kewenangan
dalam pembuatan peraturan terletak pada manajemen pada segala tingkat sesuai dengan bidang
tugasnya. Di samping kewenangan juga perlu diperhatikan oleh si pembuat peraturan, agar
peraturan itu dapat diterapkan tanpa kesulitan/rintangan, mudah dipahami dan dipatuhi.
Selanjutnya agar peraturan dapat mencapai apa yang dimaksud, maka ia harus dipahami oleh
semua orang yang berkepentingan terutama orang-orang yang bertugas dalam bidang yang diatur
itu dengan disertai disiplin yang tinggi.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
12/21
Disiplin dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan terdiri atas dua bentuk disiplin, yaitu disiplin waktu
dan disiplin perbuatan. Kedua bentuk disiplin itu, menyatu dalam perwujudan kerja. Ada disiplin
waktu tidak ada disiplin perbuatan, tidak akan ada hasilnya. Sebaliknya disiplin dalam perbuatan
tetapi tidak disiplin dalam hal waktu akan mengecewakan. Karena kedua bentuk disiplin ini
harus ditegakkan bersamaan.
Faktor organisasi sebagai suatu sistem merupakan alat yang efektif dalam usaha pencapaian
tujuan, dalam hal ini pelayanan yang baik dan memuaskan. Oleh karena itu, harus dijaga agar
mekanisme sistem dapat berjalan sebagaimana mestinya. Agar organisasi sebagai sistem itu
berfungsi dengan baik perlu ada pembagian baik dalam hal organnya maupun tugas pekerjaannya
sampai pada jenis organ/pekerjaan yang paling kecil. Selanjutnya tugas/pekerjaan diurai atau
dirinci dengan lengkap agar setiap orang yang diserahi tugas/pekerjaan itu dapat melakukannya
secara mandiri dan penuh tanggung jawab.
Dalam rangkaian faktor organisasi, sebagai pendukung penyelenggaraan pelayanan, terdapat
didalamnya apa yang disebut prosedur dan metode. Prosedur adalah rangkaian tindak/langkah
yang harus diikuti untuk mencapai tahap tertentu dalam usaha pencapaian tujuan. Prosedur
biasanya disebut dengan tata cara/tata kerja dan mempunyai bobot tersendiri yaitu menentukan
keabsahan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Prosedur yang telah dibakukan
dinamakan standard operating prosedures (SOP). Metode mempunyai batasan hampir sama
dengan prosedur hanya bedanya, 1) kalau prosedur sifatnya majemuk menyangkut beberapa unit
kerja, penanggung jawab pekerjaan atau masalah, tetapi kalau metode sifatnya tunggal
menyangkut satu unit kerja, penanggung jawab atau masalah. 2) metode tidak menentukan
keabsahan perbuatan, tetapi tetap berpengaruh pada hasil pekerjaan (tidak memenuhi syarat
mutu, rusak dan sebagainya).
Pendapatan pegawai berfungsi sebagai faktor pendukung dalam pelaksanaan pelayanan, karena
pada dasarnya tujuan orang bekerja agar mendapatkan imbalan yang sepadan cukup untukmemenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu apabila pendapatan yang diterima pegawai ternyata
jauh dari mencukupi meskipun untuk kebutuhan minimum, maka dalam melaksanakan pekerjaan
mereka diliputi rasa resah tidak tenang. Akibatnya apa yang dilakukan seringkali tidak
memenuhi ketentuan bahkan ada yang menyimpang sebab melalui penyimpangan itu ia
memperoleh suatu keuntungan.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
13/21
Yang dimaksud pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk apapun yang diperoleh dari
organisasi tempat kerja (termasuk fasilitas) yang berkaitan dengan kedudukan dan perannya
dalam organisasi kerja tersebut, juga sebagai imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah
dicurahkan kepada organisasi. Gaji adalah sebagian dari pendapatan, dan dengan sendirinya
lebih kecil dari pendapatan. Gaji ada yang terdiri dari tiga komponen yaitu gaji pokok, tunjangan
kerja (jabatan dan lain-lain), namakan saja ini G-3, tetapi ada yang terdiri lebih dari tiga
komponen yaitu selain yang telah disebutkan ditambah dengan komponen tunjangan transpor,
tunjangan perumahan, tunjangan-tunjangan lain yang bertujuan menambah ketenangan kerja.,
jenis gaji ini sebutlah dengan G-3plus.
Kebutuhan hidup pegawai tidak berbeda dengan kebutuhan hidup kelompok masyarakat pada
umumnya, yaitu kebutuhan akan pangan, sandang dan papan (PSP) yang layak meski secara
minimum (kebutuhan fisik minimum/KFM), dan kebutuhan akan kesejahteraan dalam arti yang
sebenarnya meski juga secara minimum (kebutuhan hidup minimum/KHM). Kebutuhan fisik
minimum masih sering dibanding dengan gaji, sehingga secara umum terdapat jarak antara KFM
dan gaji, apalagi perbandingan itu dilakukan antara G-3 dan KFM-2 (Sandang, pangan dan
papan). Cara pembandingan demikian ini kurang tepat, mestinya G-3 dengan KFM-1(Sandang
dan Pangan) dan G-3plus dengan KFM-2 sehingga ada kesesuaian. Pembandingan yang lebih
realistis adalah pembandingan KFM dengan pendapatan, sehingga jarak antara KFM dengan
pendapatan tidak berbeda jauh, bahkan untuk G-3plus relatif sudah dapat mencapai KFM-2.
Pendekatan kebutuhan hidup minimum (KHM) dengan sejahtera melalui pendapatan sudah
mulai dilakukan meski merupakan usaha jangka panjang yang bersifat makro. Hal ini dapat
dilakukan melalui pembangunan nasional jangka panjang dengan melibatkan semua sektor.
Makin maju dan berkembang suatu masyarakat makin bertambah pula jenis dan kualitas
kebutuhan manusia. Bentuk tuntutan atas kebutuhan dalam masyarakat maju, tidak lagi hanya
fisik-materiel tetapi meningkat menjadi fisik-spritual (KHM), dan hal inilah yang menjadi
pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam masyarakat seperti ini. Pendekatan
melalui KFM mulai ditinggalkan, meskipun harus diakui bahwa secara mikro masih ada
kelompok-kelompok pegawai/pekerja yang masih dalam tingkatan pemenuhan kebutuhan
melalui pendekatan KFM.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
14/21
Faktor pendukung berikutnya adalah kemampuan-ketrampilan para pegawai dalam
melaksanakan tugas/pekerjaan, baik mereka yang termasuk dalam golongan pimpinan
(manajemen) maupun petugas/pekerja. Bagi manajemen ada 3 kemampuan yang harus dimiliki
(managerial skill) agar dapat melaksanakan tugas selaku manajer yang berhasil yaitu
kemampuan teknis (tecnical skill), kemampuan bersifat manusiawi (human skill) dan
kemampuan konseptual (conceptual skill).
Bagi petugas/pekerja bukan manajer sangat diperlukan ketrampilan melaksanakan
tugas/pekerjaan yang pada umumnya menggunakan empat unsur, yaitu otot, saraf, perasaan dan
pikiran dengan bobot berbeda sesuai dengan jenis tugas/pekerjaan. Dalam bidang pelayanan
yang menonjol dan paling cepat dirasakan oleh orang-orang yang menerima layanan adalah
ketrampilan pelaksananya. Mereka inilah yang membawa "bendera" terhadap kesan atas baik-
buruknya layanan.
Tidak kalah penting sebagai faktor pendukung pelayanan adalah sarana yang ada untuk
melaksanakan tugas/pekerjaan layanan. Sarana terbagi atas dua macam, yaitu sarana kerja dan
fasilitas. Sarana kerja meliputi peralatan, perlengkapan dan alat bantu. Sedangkan fasilitas
meliputi gedung dengan segala kelengkapannya, fasilitas komunikasi dan kemudahan lain.
* Tulisan ini diintisarikan atau diringkas dari buku "Manajemen Pelayanan Umum Di
Indonesia", Karangan Drs. H.A.S. Moenir, Penerbit: Bumi Aksara Tahun 1992.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
15/21
MOTIF, SIKAP DAN TINGKAH LAKU PELAYANAN *
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang tidak terlepas dari berbagai motif (daya dorong)
dan sikap, yang mendorong seseorang tersebut melakukan serangkaian perbuatan yang disebut
kegiatan. Motif adalah daya yang timbul dari dalam diri orang yang mendorong orang untuk
berbuat sesuatu. Itulah sebabnya mengapa motif perlu dibahas dan ditumbuhkan agar dapat
menjadi pendorong perbuatan yang positif sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh organisasi.
Motif dapat timbul dari dalam karena ada kebutuhan dasar manusia yang bersifat universal,
tetapi dapat pula dirangsang dari luar. Rangsangan dari luar dapat berbentuk fisik atau non fisik
disebut motivasi (motivation), sedangkan bendanya dinamakan motivator. Meskipun sudah ada
motif lalu berbuat, namun belum menjamin bahwa perbuatan itu akan menghasilkan sesuatu
yang dikehendaki. Sebagai penjamin, paling tidak sebagai pembantu agar perbuatan itu dapat
menghasilkan sesuatu yang diinginkan dalam kondisi baik, perlu disertai sikap dan tingkah laku
yang dibawakan oleh orang yang bersangkutan. Sikap yang mendasari tingkah laku seseorang
akan memberi "warna" terhadap perbuatan itu, sehingga pihak-pihak yang menerima hasil
perbuatan (dalam hal ini pihak yang menerima pelayanan) akan merasa puas dan mempunyai
kesan baik terhadap cara pelayanan yang diberikan. Hal ini akan berdampak positif terhadap
organisasi dan para pelaku pelayanan pada organisasi itu.
MOTIF
Dari pengertian motif di atas, dapat disimpulkan bahwa motif itu terdiri dari dua unsur. Unsur
pertama berupa daya dorong untuk berbuat. Unsur kedua adalah sasaran atau tujuan (reward di
sini dapat diartikan juga sebagai motivator) yang akan dicapai. Dengan adanya motif itu
seseorang berbuat dalam bentuk aktivitas dengan melibatkan semua panca indera dan anggota
badan. Aktivitas seseorang akan menghasilkan sesuatu baik yang bersifat positif-konstruktif
maupun bersifat negatif-destruktif.
Sebab utama adanya motif karena ada kebutuhan mendasar pada setiap orang, yaitu kebutuhan
akan kehidupan yang layak dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Dalam garis besarnya
ada dua kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis. Secara
hierarki kebutuhan fisik merupakan kebutuhan dasar utama sedangkan kebutuhan psikologis
menempati urutan kedua. Namun pemisahan secara hierarki itu tidaklah mutlak, melainkan
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
16/21
kondisional. Pada satu saat orang mementingkan kebutuhan fisik lebih dahulu, dengan
menyampingkan kebutuhan psikologis, tetapi pada saat yang lain terjadi sebaliknya, justru pada
orang yang sama.
Dalam organisasi kerja pendekatan terhadap kebutuhan pegawai memang pertama-tama kepada
kebutuhan fisik seperti gaji dan pendapatan lain berupa tunjangan, fasilitas dan sebagainya. Hal
ini didasarkan pada kenyataan umum bahwa maksud orang bekerja, agar ia memperoleh
penghasilan yang cukup untuk hidupnya. Perhatian utama manajemen kepada kebutuhan fisik,
tidak melepaskan tanggung jawab manajemen terhadap kebutuhan psikologis. Kedua kebutuhan
tersebut tetap menjadi kebutuhan dasar yang harus diperhatikan.
Daya dorong yang berasal dari dalam dapat digerakkan juga oleh suatu rangsangan dari luar.
Rangsangan dari luar ini disebut motivasi sedang sesuatu yang menjadi motivasi itu disebut
motivator. Motivator dapat berbentuk fisik maupun bukan fisik, dan pada dasarnya apa saja
dapat dijadikan motivator asal hal itu memang menjadi daya rangsang (menarik) bagi seseorang
sehingga timbul adanya perbuatan.
Motivasi ada 2 jenis, motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif adalah motivasi yang
bersifat menimbulkan harapan akan pemenuhan kebutuhan atau kepuasan, sedangkan motivasi
negatif bersifat menimbulkan rasa takut dan cemas. Kedua jenis motivasi tersebut tidak pernah
berdiri sendiri, melainkan senantiasa bersatu meski dalam bobot yang berlainan. Harapan
memang perlu tetapi harapan tanpa sanksi akan meluncur tanpa kendali. Rasa takut juga perlu
untuk mencegah orang berbuat melanggar suatu ketentuan dan akhirnya tujuan (harapan) akan
dapat dicapai dengan predikat baik.
Sikap (Attitude) dan Tingkah Laku (Behavior)
Rangkaian perbuatan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan perlu dilengkapi dengan
sikap serta tingkah laku, agar usaha itu lancar sampai tujuan. Sikap adalah suatu hasil proses rasadan pikiran mengenai obyek tertentu setelah dirangsang baik dari dalam maupun dari luar.
Tingkah laku adalah bentuk nyata suatu perbuatan untuk mencapai apa yang diinginkan, baik
berupa benda atau kepuasan tertentu.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
17/21
Sikap dalam menghadapi sesuatu (sasaran, tujuan) ada 8 macam. Pertama, sikap menerima.
Dengan sikap menerima ini, maka seseorang akan melakukan aktivitas atau perbuatan secara
ikhlas dan sesuai dengan yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan akan dapat memenuhi standar.
Di samping itu, konsekuensi lain dari penerimaan itu orang akan: menyenangi pekerjaan itu,
bergairah dalam melaksanakan tugas/pekerjaan, berpikir kreatif dan inovatif, dan memiliki rasa
tanggung jawab.
Kedua, sikap curiga. Sikap ini pada dasarnya menerima tetapi belum sepenuhnya dan diiringi
dengan rasa curiga terhadap segala sesuatu yang menyelimuti pekerjaan itu.
Ketiga, sikap ragu-ragu. Sesuai dengan arti kata ragu-ragu itu sendiri sikap ini menunjukkan
tidak ada kepastian, masih memerlukan proses pertimbangan. Ada kemungkinan menerima, ada
kemungkinan menolak jadi belum jelas. Perubahan sikap ragu-ragu baik ke arah menerima
maupun menolak sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain: manajemen,
tugas/pekerjaan itu sendiri, lingkungan kerja dan waktu. Sikap ragu-ragu dalam tugas/pekerjaan,
tidak akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan aturan permainan.
Keempat, sikap menolak. Sikap menolak dalam pekerjaan menimbulkan persoalan besar bagi
organisasi kerja dan bagi pelaku yang bersangkutan. Karena akan banyak ditemui pertentangan-
pertentangan yang hakikatnya sangat merugikan bagi pekerjaan itu sendiri dan organisasi secara
keseluruhan.
Kelima, sikap pura-pura. Sikap pura-pura adalah sikap yang tidak sebenarnya, sikap yang dibuat-
buat untuk suatu tujuan tertentu yang disembunyikan. Sikap ini memang tidak bertahan lama,
dan suatu saat akan ke luar tanpa disadari sikap sebenarnya, yaitu sikap yang selama ini
disembunyikan.
Keenam, sikap tidak menentu. Sikap tidak menentu berlainan dengan sikap ragu-ragu. Landasan
sikap tidak menentu tidak dapat diketahui secara pasti, baik oleh dirinya sendiri apalagi olehorang lain. Sikap tidak menentu akan membuahkan perbuatan yang juga tidak menentu, baik cara
maupun arahnya. Oleh karena itu, sikap ini sama sekali tidak menguntungkan bagi organisasi
kerja.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
18/21
Ketujuh, sikap ketergantungan. Ketergantungan di sini dimaksudkan ketergantungan pada
perbuatan orang lain. Sikap seperti ini akan banyak ditemui dalam lingkungan kerja, karena
lingkungan kerja ternyata banyak berbeda dengan lingkungan yang biasa dihadapi (lingkungan
rumah tangga, lingkungan pendidikan), terutama oleh pegawai-pegawai baru.
Kedelapan, sikap tak peduli (apatis). Sikap ini barang kali suatu sikap yang paling sulit untuk
diubah dan hampir-hampir merupakan suatu jenis penyakit mental yang sulit disembuhkan. Jika
hal ini terjadi pada tugas/pekerjaan pelayanan, maka efeknya dapat berupa kesan negatif
terhadap organisasi kerja yang bersangkutan.
Masing-masing sikap yang telah dijelaskan di atas, membawa dampak sendiri-sendiri. Sikap
yang diharapkan dalam setiap kegiatan adalah sikap menerima.
Sikap dapat berubah karena pengaruh lingkungan, karena adanya interaksi sosial. Ada empat (4)
macam interaksi sosial yang dapat mempengaruhi sikap. Pertama, adopsi yaitu penyerapan dari
peristiwa atau kejadian yang berulang-ulang sehingga dapat merasuk ke dalam jiwanya dan
mempengaruhi sikap semula terhadap suatu obyek. Kedua, diferensiasi yaitu pengaruh masa
kerja, pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dalam suatu organisasi kerja pada sikap
orang yang bersangkutan terhadap pekerjaan dan lingkungannya. Pengaruh ini dapat positif atau
negatif. Ketiga, integrasi yaitu peleburan sikap tertentu terhadap suatu obyek, menjadi sikap baru
sebagai perubahan sikap lama atau pembentukan sikap. Keempat, trauma yaitu suatu pengalaman
yang sangat membekas dalam jiwanya yang tidak dapat dilupakan selama hidup. Jika
pengalaman yang menjadi trauma itu terjadi dalam lingkungan kerja, maka dapat mengubah
sikap terhadap pekerjaan itu baik sebagian maupun seluruhnya. Dengan adanya faktor pengaruh
tersebut maka dapat diupayakan terjadinya perubahan sikap dari negatif ke positif dengan cara
menciptakan suatu interaksi sosial yang positif.
Tingkah laku dan sikap adalah dua kata yang dalam penggunaannya selalu berdampingan
menjadi sikap dan tingkah laku. Tingkah laku sangat penting dalam pergaulan sosial, karena
dapat berdampak luas. Landasan tingkah laku bagi bangsa Indonesia tanpa kecuali adalah
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) yang terdiri dari 36 butir (baca ! buku P-
4).
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
19/21
Pedoman tingkah laku bagi Pegawai Negeri Sipil sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat
adalah apa yang disebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 pada butir
Kewajiban Pegawai Negeri Sipil dan Larangan bagi Pegawai Negeri Sipil. Dengan PP 30 Tahun
1980 tersebut diharapkan Pegawai Negeri Sipil bertingkah laku baik dan dapat menjadi panutan
di masyarakat (baca ! PP 30 Tahun 1980).
* Tulisan ini diintisarikan atau diringkas dari Buku Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia
karangan Drs.H.A.S. Moenir, Penerbit Bumi Aksara tahun 1992.
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
20/21
PELAYANAN UMUM DAN ADMINISTRASI PERKANTORAN*
Administrasi perkantoran adalah suatu kegiatan administratif yang dilakukan dalam organisasi
kantor dengan menggunakan alat-alat atau fasilitas yang ada dalam kantor yang bersangkutan.
Administrasi perkantoran merupakan sub sistem dalam organisasi kantor yang berfungsi sebagai
pendukung utama upaya pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan dalam bentuk
pelayanan ke dalam dan ke luar organisasi.
Administrasi perkantoran berbeda dengan tata-usaha perkantoran. Faktor pembedanya adalah
jenis kegiatan dan luas lingkup unit kerja sebagai tempat pelaksanaan kegiatan. Tata usaha
perkantoran adalah suatu kegiatan yang merupakan bagian dari administrasi perkantoran, yang
bergerak di setiap bagian yang paling kecil dari suatu organisasi kantor, dengan sebutan tata-
usaha, pada umumnya melibatkan pegawai rendah melalui keterampilannya. Namun keduanya
mempunyai peran sama dalam hal pelayanan yaitu 1) pelayanan terhadap pelaksanaan kegiatan
operatif atau tugas pokok organisasi pada umumnya, dan pelayanan manajemen pada khususnya,
2) pengumpulan, penyediaan dan penyajian keterangan-keterangan (data dan informasi) bagi
manajemen guna mengambil putusan, 3) membantu kelancaran tugas dan perkembangan
organisasi sebagai suatu keseluruhan.
Administrasi perkantoran mempunyai hubungan erat dengan pelayanan timbal balik. Ketertiban
dan kelancaran dalam kegiatan administrasi perkantoran berpengaruh terhadap ketertiban dan
kelancaran pelayanan yang dampaknya adalah kepuasan bagi penerima layanan.
Fungsi perkantoran secara umum adalah sebagai pusat pemikiran, pusat administrasi (pelayanan)
dan pusat data dan informasi. Dengan fungsi demikian itu maka perkantoran berperan besar
dalam membantu proses pencapaian tujuan organisasi.
Untuk melaksanakan fungsi perkantoran secara baik dan berdaya guna ada empat macam
kegiatan yang dilakukan dalam perkantoran. Empat kegiatan tersebut adalah kegiatan pencatatan,kegiatan pengelompokan, kegiatan komunikasi dan kegiatan manipulasi. Kegiatan pencatatan
dan kegiatan pengelompokan bersifat kegiatan keterampilan yang dilakukan oleh pegawai-
pegawai golongan I dan II (pegawai negeri sipil), sedangkan kegiatan komunikasi dan kegiatan
manipulasi bersifat manajerial yang dilakukan oleh setiap manajer pada semua tingkat. Meskipun
-
7/27/2019 Pertanyaan Manajemen Pelayanan Umum.docx
21/21
demikian kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melayani manajemen ke dalam dan ke
luar kepada orang/badan/instansi yang berkepentingan.
Produk perkantoran yang akan menjadi barang berharga bagi penerima layanan adalah surat-
surat dalam segala bentuk dan jenis, formulir untuk berbagai macam keperluan sebagai sarana
kelancaran dalam tata-persatuan dan produk sampingan berupa arsip.
Arsip beserta data harus ditangani secara sungguh-sungguh karena sifatnya yang senantiasa
bertambah jumlahnya dan karena manfaatnya terhadap manajemen dalam rangka pengambilan
keputusan yang tepat. Klasifikasi arsip sehubungan dengan sistem penyimpangan ada empat
macam yaitu: tidak penting, bermanfaat, penting dan sangat penting. Agar terdapat efektivitas
dan efisiensi yang konsisten, perlu diadakan program penyusutan arsip secara terpadu.
* Tulisan ini diintisarikan atau diringkas dari Buku Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia
karangan Drs.H.A.S. Moenir, Penerbit Bumi Aksara tahun 1992.