BAB III TEMUAN LAPANGAN 3.1. Pengantar€¦ · Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua menjadi salah satu...
Transcript of BAB III TEMUAN LAPANGAN 3.1. Pengantar€¦ · Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua menjadi salah satu...
30
BAB III
TEMUAN LAPANGAN
3.1. Pengantar
Penulis memaparkan hasil penelitian di dalam bab tiga terkait dengan studi
pengalaman religius terhadap pendoa-pendoa yang memiliki karunia-karunia
khusus. Pemaparan ini akan dijelaskan secara terstruktur dalam bentuk poin-poin
yang disajikan pada uraian selanjutnya. Penulis mendeskripsikan tempat yang
menjadi pilihan untuk melakukan studi pengalaman religius. Studi ini dilakukan
di salah satu jemaat di wilayah klasis Kupang Tengah, yaitu GMIT Kaisarea BTN
Kolhua. Penulis memilih lokasi penelitian di jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua
karenapertama penulis memiliki akses untuk berkomunikasi langsung dengan
pendoa-pendoa.Kedua, ada satu persoalan yang melibatkan seorang pendeta,
jemaat dan pendoa yang memiliki karunia. Satu persoalan yang akan dibahas
selanjutnya membangun kerangka berpikir penulis untuk mengelaborasi bentuk-
bentuk pengalaman religius dari pendoa-pendoa yang memiliki pengalaman
religius. Pengalaman religius ini akhirnya mengundang ketertarikan jemaat untuk
pergi berdoa ke pendoa-pendoa. Pendoa-pendoa yang menjadi narasumber bukan
berasal dari jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua. Pendoa-pendoa tersebut
berdomisili di wilayah pelayanan GMIT Kaisarea BTN.
Penulis menampilkan beberapa data penelitian yang terkait dengan rumusan
masalah. Penulis menyajikan beberapa data penelitian yang diantaranya
melampirkan dokumen tentang sejarah Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, hasil
wawancara dengan pendoa-pendoa dan beberapa jemaat GMIT Kaisarea BTN
31
yang didoakan oleh pendoa-pendoa dan melakukan observasi dengan mengamati
proses berdoa yang dilakukan antara pendoa-pendoa yang memiliki pengalaman
religius dan jemaat yang didoakan. Poin-poin yang akan dipaparkan berdasarkan
hasil penelitian dalam bab ini berupa : gambaran umum lokasi penelitian,
pengalaman religius pendoa-pendoa dan alasan-alasan jemaat GMIT Kaisarea
BTN memilih untuk berdoa ke pendoa-pendoa.
3.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
3.2.1. Letak Geografis Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua
Jemaat GMIT Kaisarea berada di sebuah kompleks perumahan (real estate)
yang dibangun oleh PT Lopo Indah Permai di wilayah kelurahan Kolhua yang
berbatasan dengan kelurahan Belo dan kelurahan Maulafa pada kecamatan
Maulafa Kota Kupang. Lokasi Jemaat GMIT Kaisarea BTN berada di Jalan Fetor
Funay. Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua menjadi salah satu Jemaat Gereja
Masehi Injili di Timor (GMIT) dalam wilayah pelayanan Klasis Kupang Tengah.1
3.2.2. Sejarah Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua
Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua mulai berdiri atas dasar inisiatif dari
tiga rumpun keluarga, yakni: keluarga Nyoman Mertha Yasa, keluarga Edmundus
Josef Klau, dan keluarga Pieter Agustinus Ahab. Pada tanggal 16 Oktober tahun
1988, tiga keluarga tersebut mengadakan Kebaktian Anak dan Kebaktian Remaja
(KAKR) bagi anak-anak mereka. Ibu Petrosina R. Klau Lubalu dan nona Paulina
Ahab merupakan guru mereka. Akibat dari diadakannya KAKR tersebut, maka
pada tahap-tahap selanjutnya diadakan berbagai pertemuan-pertemuan yang pada
akhirnya memunculkan pemahaman bersama untuk membentuk jemaat GMIT
1 Nand Fangidae, Komentar Facebook, 19 November, 2015 (21:08), diakses pada 19
November 2017, http://facebook.com/nandfangidae .
32
yang mandiri dan pada saat itu dikoordinir oleh bapak Os Mada.2 Penghuni
kompleks KPR BTN Kolhua membentuk sebuah Badan Koordinasi (atau
BAKOR) yang diketuai oleh Bapak Benny Johan Amalo dalam rangka
pembentukan jemaat. Sesuai dengan Tata Peraturan Gereja Masehi Injili di Timor
(GMIT) dalam menjalankan roda pelayanan bakal jemaat, maka dalam rangka
pembentukan jemaat tersebut harus berada di bawah koordinasi salah satu Jemaat
GMIT yang terdekat. Badan Koordinasi melakukan pendekatan kepada jemaat
yang terdekat, yaitu Jemaat Bethesda Maulafa Ketua majelis jemaatnya bernama
Pendeta Antonia Ruth Belandina Nalle. Pendekatan ini membuahkan hasil yang
positif dengan kesepakatan untuk membentuk persekutuan Jemaat GMIT di
Kompleks KPR BTN Kolhua. Persekutuan itu ada dalam bentuk ibadah rumah
tangga dan ibadah-ibadah lainnya sesuai kebutuhan. Ibadah rumah tangga untuk
pertama kalinya dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 1989 di rumah Bapak Os Mada
dengan jumlah jemaat yang hadir pada saat itu berjumlah 44 orang. Pada masa
persiapan menuju pembentukan jemaat yang mandiri,Jemaat GMIT penghuni
kompleks KPR BTN Kolhua membentuk Badan Pengurus Pemuda dan Badan
Pengurus Wanita. Pelayanan di Jemaat GMIT penghuni kompleks KPR BTN
Kolhuamengalami dua jenis peresmian atau pengesahan.
Pertama ialah peresmian de facto, yakni peresmian yang berdasarkan
“kenyataan” di masyarakat yang berjemaat di kompleks KPR BTN Kolhua.
“Kenyataan” tersebut menunjukkan bahwa mereka melaksanakan pelayanan
Firman Allah atas prakarsa mereka sendiri untuk bersekutu bersama. Hal ini
merupakan kebutuhan nyata hidup orang beriman yang merindukan pelayanan
2 Catatan Kenangan Tentang Tapak-Tapak Sejarah Pembentukan, Pengresmian dan
PenataanJemaat GMIT “Kaisarea” Kolhua – Kupang, 1.
33
Firman Allah di kompleks pemukimannya sendiri. Pernyataan resmi pengakuan
dan penerimaan ini disampaikan secara langsung oleh Ketua Badan Pekerja Klasis
(BPK) Kupang Tengah kepada Badan Koordinasi bersama semua anggota Jemaat
bersangkutan bahkan masyarakat publik di kompleks KPR BTN Kolhua pada
tanggal 17 Maret 1990.
Kedua, peresmian secara de jure, yakni peresmian yang dilakukan
berdasarkan hukum. Artinya bahwa jemaat GMIT yang bersangkutan di kompleks
ini terlebih dahulu wajib memenuhi persyaratan-persyaratan atau kriteria-kriteria
tertentu berdasarkan hukum atau tata aturan organisasi Gereja Masehi Injili di
Timor (GMIT). Setelah ketentuan tata cara GMIT dipenuhi secara hukum, maka
pimpinan Majelis Sinode GMIT menerbitkan Surat Keputusan (SK) Peresmian
Gereja atau Jemaat GMIT di kompleks KPR BTN Kolhua pada tanggal 30
November 1990 dengan nomor surat 296 A/II.2/ 1990. Surat Keputusan tersebut
menetapkan bahwa terhitung mulai tanggal 1 Desember 1990, status Mata Jemaat
“Kaisarea” KPR BTN Kolhua, yang jemaat-jemaatnya terdiri dari anggota jemaat
pindahan dari jemaat-jemaat dalam Klasis Kota Kupang dan Kupang Barat
dinyatakan berakhir dan memperoleh status Jemaat Dewasa. Proses perjalanan
pelayanan di Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua telah berlangsung selama
kurang lebih 25 tahun. Pada tanggal 21 Mei 1990 nama Jemaat ”Kaisarea”
diambil dari Injil Matius 16:13 yang merupakan kesepakatan bersama dalam
musyawarah majelis jemaat beserta dengan tokoh-tokoh jemaat.3 Inilah sekilas
tentang sejarah Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua. Selanjutnya, para pelayan
3Sekilas Sejarah Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, 1.
34
yang melayani di Jemaat Kaisarea BTN Kolhua, yakni tiga pendeta, Pdt. Adriana
Riwu-Riwu Ga, Pdt. Ronny Steven Runtu, dan Pdt. Mieke A.M. Modok.4
Penulis menampilkan data terkait dengan keseluruhan mayoritas umat
beragama di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Data dari BPS Provinsi Nusa
Tenggara Timur tahun 2016, presentase penduduk penganut agama di Kota
Kupang, sebagai berikut:penganut Agama Protestan 87,35 %, penganut Agama
Katolik 10,75 , penganut Agama Islam 1,77%, penganut Agama Hindu 0,12 %,
dan penganut Budha 0,00%.5 Kemudian jumlah anggota Jemaat Kaisarea BTN
Kolhua sekarang ini terdiri dari ± 554 KK, dengan jumlah ± 2.421 jiwa, yang
tersebar di 8 wilayah pelayanan rayon, dan berasal dari berbagai latar belakang
etnis di Indonesia, yakni: suku Timor, Helong, Rote, Sabu, Alor, Sumba, Flores,
Jawa, Batak, Nias, Minahasa, Toraja, dan Dayak.
Jemaat Kaisarea BTN Kolhua terus melaksanakan Panca Pelayanan GMIT
menuju cita-cita GMIT: “Jemaat yang missioner dan mandiri”sampai kepada
akhir zaman.6 Perkiraan pendeta dan majelis-majelis jemaat Ketua Rayon 2, Ketua
Rayon 3, Ketua Rayon 4 dan Ketua Rayon 5) selama menjadi pelayan di GMIT
Kaisearea BTN Kolhua, dari jumlah ± 554 jemaat Kaisarea BTN Kolhua terdapat
sekitar 43 KK (kepala keluarga) yang sering didoakan oleh pendoa-pendoa.Data
sementara ini dihasilkan dari hasil diskusi dengan pendeta dan majelis-majelis
berdasarkan data sementara per kepala keluarga di wilayah Rayon. Pada wilayah
Rayon 1 terdapat ± 5 KK, wilayah Rayon II ± 6 KK, wilayah Rayon III ± 7 KK,
4Catatan Kenangan Tentang: Tapak-Tapak Sejarah, 2.
5 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam Angka
2016, 210. 6Sekilas Sejarah Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, 1.
35
wilayah Rayon IV ± 5 KK, wilayah Rayon V ± 5 KK, wilayah Rayon VI ± 6,
wilayah Rayon VII ± 4 KK, wilayah Rayon VIII ± 5 KK.7
3.2.3. Bentuk Penatalayanan dan Pengorganisasian Jemaat GMIT Kaisarea
BTN Kolhua.
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) pada hakekatnya menerima
presbiterial sinodal di mana secara kelembagaan, GMIT bukanlah „gereja dunia
atau universal‟ seperti Gereja Katolik Roma. Secara kelembagaan, GMIT tidak
dipimpin secara hirarkis oleh satu orang di puncak kepemimpinan gereja,
melainkan dipimpin secara kolektif atau beberapa orang yang disebut
konsistorium/presbiterium/kemajelisan. Aspek sinodal berarti bahwa masing-
masing jemaat tidak berjalan sendiri-sendiri. Ada komitmen untuk berjalan secara
bersama-sama dalam iman dan pelayanan. Kebersamaan ini diwujudkan dalam
ikatan klasis dan sinode melalui persidangan para pejabat gereja. Pembagian tugas
pelayanan, tugas majelis adalah mengelola pelayanan di masing-masing jemaat,
sedangkan tugas Majelis Klasis dan Sinode adalah mengelola hal-hal yang
berkaitan dengan kebersamaan atau keseluruhan. Klasis dan Sinode serta Badan-
badan Pembantu Pelayanan Klasis dan Sinode memiliki tugas mendorong dan
memfasilitasi terwujudnya bantuan antar jemaat-jemaat GMIT. Organisasi kerja
jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua diberlakukan pimpinan dan tanggungjawab
berdasarkan kesepakatan dalam keputusan dan kebijakan-kebijakan oleh Jemaat
dan Majelis Jemaat harian. Bentuk pelayanan di GMIT Kaisarea BTN Kolhua
7Data sementara dari hasil wawancara dengan, Bapak A. R., Bapak F.T, Bapak B. L dan
Bapak E. K pada tanggal 16 September 2017.
36
mengacu pada Panca Program Pelayanan yang meliputi bidang Koinonia,
Diakonia, Marturia, Lirtugia, dan Oikonomia8.
Pengembangan pelayanan di samping pelayanan rutin oleh Majelis Jemaat
Harian, Komisi-komisi, Badan Pengurus Teritorial, Kategorial dan Fungsional
untuk menunjang pengembangan pelayanan jemaat di bidang pendidikan,
kesehatan, dan kesaksian. Bidang pendidikan, jemaat mendirikan TK Kaisarea
pada tanggal 18 Agustus 1991. Bidang kesehatan terdapat Pos Pelayanan
Kesehatan yang beroperasi sejak bulan Mei tahun 2000. Bidang kesaksian, jemaat
membuat Radio Kaisarea Voice pada tanggal 5 Februari 2004. 9
Ketua wilayah rayon tiga berpendapat bahwa pada dasarnya dalam
pengembangan pelayanan di bidang kesaksian, ada satu persekutuan doa di GMIT
Kaisarea BTN Kolhua. Namun persekutuan doa ini hanya ada di dalam satu
wilayah rayon saja. Persekutuan doa ini aktif sampai sekarang. Persekutuan doa
ini didirikan oleh salah satu keluarga di wilayah rayon III, yakni keluarga Kido.
Persekutuan ini didirikan pada tahun 2004 sampai sekarang dan ini berdasarkan
keinginan dari keluarga untuk membangun satu persekutuan guna membina
anggota jemaat di wilayah rayon tiga. Namun demikian, warga jemaat yang aktif
dalam persekutuan itu hanya sekitar 15-20 orang. Persekutuan ini tidak meluas
sampai ke jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua secara keseluruhan. Namun
persekutuan doa ini merupakan bagian dari pelayanan kesaksian. Ada pula
kegiatan pelayanan lainnya yang turut melibatkan warga jemaat GMIT Kaisarea
BTN Kolhua dan dari luar jemaat, Kebaktian Penyegaran Rohani (KPI) diadakan
sekitar 2009 dan 2010. Pelayanan KPI ini bersifat terbuka untuk umum, artinya
8 Tata Dasar GMIT dan Peraturan-Peraturan GMIT, 18-19.
9 Sekilas Sejarah Jemaat, 2.
37
melibatkan warga jemaat yang bukan dari jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua
juga turut terlibat.10
3.3. Pendoa-pendoa di wilayah pelayanan GMIT Kaisarea BTN Kolhua
Penulis memulai dari sejarah munculnya kelompok doa yang dikenal
sebagai bentuk dari sebuah „Gerakan Roh‟ di Timor, kelompok-kelompok doa
hadir di wilayah pelayanan GMIT daerah So‟e Nusa Tenggara Timur tahun 1965
sampai awal tahun 1970. Kelompok-kelompok doa juga dalam perkembangannya
hadir di dalam wilayah pelayanan GMIT secara luas. Kelompok-kelompok doa
sangat menarik perhatian jemaat GMIT karena adanya penyampaian pesan-pesan
atau penglihatan-penglihatan tertentu11
. Secara khusus dalam penulisan ini
kekuatan dari penglihatan yang menimbulkan perhatian jemaat, terjadi juga dalam
kehidupan jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua. Hanya saja kehadiran orang-
orang yang memiliki karunia penglihatan, tidak secara berkelompok, tetapi secara
individu.Oleh karena itu,mereka disebut pendoa-pendoa di wilayah pelayanan
GMIT Kaisarea BTN Kolhua. Pendoa-pendoa yang melayani jemaat GMIT
Kaisarea BTN Kolhua secara keseluruhan sampai saat ini berjumlah 8 pendoa,
yang diwawancarai berjumlah 4 pendoa, dengan alasan penulis hanya memiliki
akses ke 4 pendoa yang menjadi informan kunci.
Antara tahun 2015 sampai 2017 terlihat dengan jelas pelayanan yang
dilakukan secara pribadi di beberapa keluarga. Pelayanan ini mencakup partisipasi
jemaat yang pergi berdoa kepada seorang pendoa yang memiliki karunia-karunia.
10 Wawancara Bapak F.T 25 Agustus 2017 11 Pengertian gerakan roh di Timor ialah gerakan yang melibatkan anggota-anggota jemaat dan
sebagian dari pejabat-pejabat gerejawi GMIT untuk memberitakan injil Yesus Kristus, salah satu aktivitas
ialah kelompok doa. Gerakan ini dimulai pada pertengahan kedua tahun 1965 hingga akhir 1969/awal 1970
yang berpusat di So‟e, Kabupaten TTS, NTT) Telnoni, J.A. GMIT Menghadapi Kelompok Doa. (Kupang:
Jurnal Intim No 4, 2003), 24.
38
Pendoa-pendoa yang melayani jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, juga turut
menarik perhatian pekerja-pekerja gereja seperti pendeta dan majelis yang juga
mengemban tugas untuk melayani jemaat. Hal ini menimbulkan berbagai gejolak
sesuai dengan pengamatan daerah pelayanan pendeta dan para majelis. 12
Jemaat GMIT Kaisarea pada saat ini berada dalam pelayanan yang dinamis
baik secara kelompok besar maupun kelompok kecil. Kelompok besar yang
dimaksudkan mencakup komunitas gereja dan persekutuan di dalamnya. Bentuk-
bentuk pelayanan seperti ibadah rutin dan sebagainya yang telah terorganisir di
gereja. Sementara itu, pelayanan kelompok kecil berada dalam lingkup
keluarga.Pendeta berpendapat bahwa berdoa kepada pendoa menjadi hal yang
lumrah bagi jemaat. Jemaat yang meminta untuk dilayani oleh seorang pendoa,
tidak bisa dipungkiri dikarenakan sebuah kepentingan jemaat dalam
menyelesaikan persoalannya.13
Timbul pengharapan di dalam diri jemaat agar
persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan.14
Informasi yang diperoleh dari pendeta terkait dengan pelayanan dari pendoa-
pendoa di luar jemaat yang melayani jemaat GMIT Kaisarea, pendoa yang
memiliki karunia menjadi daya tarik bagi jemaat. Selama tiga tahun pelayanan
khususnya dalam mengunjungi dan membangun relasi dengan jemaat, ada hal-hal
yang beliau temui dengan berbagai pengalaman jemaat yang berdoa ke pendoa-
pendoa. Beliau memang menemukan bahwa ada beberapa jemaat yang
menempatkan waktu khusus mereka untuk berdoa ke pendoa secara rutin. Satu
masalah muncul ketika salah satu pendeta di jemaat GMIT Kaisarea mulai tertarik
untuk membawa beberapa jemaat pergi ke pendoa melalui perkunjungan-
12
Wawancara dengan Bapak F.T pada tanggal 25 Agustus 2017 13
Wawancara dengan Ibu Pdt M.M pada tanggal 01 September 2017 14
Wawancara dengan Bapak F.T pada tanggal 25 Agustus 2017
39
perkunjungan pastoral yang pada akhirnya membawa dampak yang cukup besar
bagi kehidupan berjemaat. Sebenarnya kehadiran pendoa-pendoa ini merupakan
satu fenomena yang unik, karena ketika karunia yang dimiliki mampu membuat
orang tertarik. Pendeta jemaat melihat ada sisi negatif dari pendoa-pendoa. Sisi
yang negatif yang dijelaskan, bertolak dari pengalaman jemaat dengan seorang
pendoa. Pada tahun 2016, terjadi kasus di Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua,
antara pendeta A, keluarga B dengan seorang pendoa C.15
Pendeta A -adalah
pendeta yang melayani di Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, begitu juga
dengan Keluarga B yang merupakan warga jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua.
Pendoa C-bukan merupakan jemaat GMIT Kaisarea, tetapi kebetulan bertempat
tinggal di daerah Jalur 40, di kawasan lingkungan BTN Kolhua. Persoalan terjadi
ketika Pendeta A melakukan pendampingan pastoral terhadap istri dari keluarga B
karena sang istri mengidap penyakit yang cukup serius, yaitu kanker. Di dalam
proses pendampingan pastoral itu, Pendeta A mencoba mengajak istri keluarga B
untuk pergi berdoa ke pendoa C. Pendeta A memiliki relasi dengan pendoa C, dari
relasi yang dibangun. Kemudian Pendeta A mencoba untuk membawa istri
keluarga B berdoa ke pendoa C itu. Pada saat berdoa, dan mendapatkan satu
penglihatan yang menunjuk pada istri keluarga B, penglihatan yang disampaikan
yakni bahwa;
“Penyakitnya ini akibat dari dosa leluhur dan pendoa memintanya
untuk segera keluar dari rumahnya, karena Tuhan tunjukan rumah
yang ia tempati sekarang ini sangat „gelap‟.”16
15
Wawancara dengan Bapak Pdt R.R pada tanggal 23 Agustus 2017. 16
Wawancara dengan Bapak Pdt R.R pada tanggal 23 Agustus 2017.
40
Penyampaian ini menimbulkan rasa percaya dari istri keluarga B terhadap
tutur kata dari pendoa C. Setelah itu, terjadi pertemuan-pertemuan lainnya dengan
pendoa C tersebut, sampai akhirnya suami dari keluarga B meminta sang istri
untuk berhenti berdoa ke pendoa karena dampak dari penglihatan yang
disampaikan, istri dari keluarga B menunjukkan perilaku yang tidak baik terhadap
suaminya bahkan menimbulkan pertengkaran karena sudah tertanam bahwa
rumah yang ditempatinya „gelap‟. Gelap yang dimaksudkan disini ialah rumah ini
memiliki aura yang tidak baik sehingga ia harus keluar. Pada akhirnya persoalan
ini berdampak pada pihak keluarga dari laki-laki yang akhirnya tidak lagi
memiliki respek terhadap pendeta A.Mereka juga sampai pada titik kesimpulan
bahwa Pendoa C yang memilki karunia ini patut untuk dipertanyakan
kebenarannya. Kasus ini memperlihatkan bahwa penglihatan yang disampaikan
tidak membantu istri dari keluarga B keluar dari persoalan yang dialami, namun
menimbulkan persoalan baru antara istri keluarga B dan keluarganya. Pendeta A
tidak hanya membawa istri keluarga B saja melainkan ada beberapa jemaat
lainnya yang dibawa untuk berdoa ke pendoa C.
Pendeta jemaat berpendapat bahwa kasus ini tidak hanya mempengaruhi
pihak keluarga melainkan juga pandangan jemaat GMIT Kaisarea BTN terhadap
pendeta A dan pendoa C. Dalam kasus ini, terlihat bahwa pendeta A terjebak
dalam tugas pelayanannya akibat dari rasa percaya terhadap karunia yang dimiliki
oleh pendoa C. Rasa percaya itu kemudian ditularkan kepada jemaat yang
dikunjunginya sehingga jemaat menjadi percaya dengan karunia penglihatan
setelah bertemu dengan pendoa C. Percaya dalam hal bahwa penglihatan dan tutur
kata yang disampaikan berasal dari Tuhan. Pada akhir perbincangan, Pendeta
41
jemaat berpendapat bahwa jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua perlu untuk bisa
memahami dan membedakan karunia yang benar-benar datang dari Tuhan atau
hanya seperti imajinasi yang dibuat sendiri oleh pendoa. Hal ini sangat berdampak
bagi kehidupan jemaat GMIT Kaisarea BTN secara pribadi. Dalam pemahaman
jemaat, karunia adalah sesuatu hal yang „datang dari Tuhan‟ dan patut atau wajib
untuk disimak dan dilakukan. Jadi di dalam kasus ini, pendoa C dengan
penglihatan yang disampaikan, memiliki satu kekuatan yang besar yang dapat
merubah pola pikir dan kehidupan dari isteri keluarga B.17
3.3. Pengalaman Religius Pendoa-pendoa di wilayah Jemaat GMIT
Kaisarea.
Kasus yang telah dijelaskan di atas memberi gambaran bagi penulis
menjelaskan kepada pembaca untuk terlebih dahulu melihat bentuk pengalaman-
pengalaman religius dari pendoa-pendoa dengan berbagai karunia. Penulis
membatasi informan kunci khususnya kepada pendoa-pendoa yang bertempat
tinggal di wilayah GMIT Kaisarea BTN Kolhua. Pembatasan ini dilakukan dalam
rangka mendapat akses untuk bertemu langsung dengan pendoa-pendoa tersebut,
karena beberapa di antaranya sulit untuk ditemui berkaitan dengan jadwal
pelayanan pendoa yang lain. Penulis hanya dapat mewancarai 4 dari 8 pendoa
yang terlampir pada data sebelumnya Empat pendoa yang menjadi informan kunci
diantaranya terdiri dari 3 perempuan dan 1 laki-laki. Secara lengkapnya dalam
bentuk tabel, seperti berikut ini:
17
Wawancara dengan Bapak Pdt R.R pada tanggal 23 Agustus 2017.
42
No Nama Pendoa Umur Tingkat
Pendidikan
Asal Gereja
1 Mina F. 49 SMA GMIT Imanuel
Oepura
2 Sepus T. 60 SMA GMIT Kuanino
3 Yeti P. 52 SMA GMIT Maranatha
Oebufu
4 Merry. W 55 S1 GMIT Pniel
Oebobo
Penulis akan menjelaskan tentang apa bentuk-bentuk dari pengalaman
religius dari pendoa-pendoa dan menampilkannya dalam tiga bagian, yaitu:
kehidupan masa lalu, pengalaman perjumpaan dengan Ilahi dan bentuk pelayanan.
Sesuai dengan urutan tabel di atas, penulis memulainya dari pendoa yang pertama
dan kemudian diikuti dengan pendoa-pendoa berikutnya.
3.3.1. Kehidupan Masa Lalu
Penulis memberikan informasi pengalaman masa lalu dari pendoa yang
pertama, yaitu Mina Finit. Pendoa Mina membagikan pengalamannya terkait
dengan masa-masa yang lalu sebelum menerima satu pengalaman yang
menurutnya merupakan pengalaman yang luar biasa. Pendoa tersebut berada
dalam kehidupan yang tidak baik dalam arti bahwa hidup dalam keluarga yang
tidak mendidiknya dengan baik. Orang tuanya merupakan penganut agama
Protestan, tetapi bukan penganut yang aktif dalam mengikuti seluruh peribadahan
di gereja.
Pendoa mengalami satu peristiwa yang tidak dilupakan sebagai satu
peristiwa yang luar biasa pada tahun 1994. Waktu itu, ia mengalami sakit. Hal itu
ditandai dengan muntah darah secara terus-menerus. Akhirnya pendoa
43
memutuskan untuk melakukan pemeriksaan di RSUD Kupang. Pemeriksaan itu
dilakukan sebanyak dua kali. Pada pemeriksaan yang pertama, pendoa didiagnosa
oleh dokter mengidap penyakit TBC. Kemudian pendoa meminta untuk dilakukan
pemeriksaan ulang oleh dokter. Karena ia tidak percaya terhadap hasil diagnosa
yang pertama maka dilakukan pemeriksaan lagi.Hasilnya, ia justru didiagnosa
mengidap penyakit kanker darah atau leukimia. Hal ini membuatnya percaya dan
merasa pasrah dengan apa yang dialami.Alasan ini disampaikan karena
keterangan dokter tentang penyakit yang diderita ini sudah berada dalam status
stadium 4. Ia mengatakan demikian:
“Saya merasa pasrah dengan keadaan yang saya alami.Saya bahkan
sudah benar-benar ingin menyerahkan kehidupan saya. Saya merasa
putus asa dan putus harapan dengan hasil diagnosa yang saya terima”
Pendoa dirawat di RSUD, namun pada hari yang ketiga, ia dipindahkan ke
dalam ruang isolasi. Di ruang ini, ia mengalami suatu peristiwa yang luar biasa
terkait dengan perjumpaannya dengan yang Ilahi.18
Penulis beralih ke kehidupan masa lalu yang dialami oleh pendoa yang
kedua, yaitu Sepus Tefa. Pendoa bercerita tentang kehidupan masa lalunya
sebelum menerima mengenai apa yang dia anggap sebagai sebuah karunia dari
Tuhan. Ia adalah penganut agama Protestan, tetapi dalam hidupnya tidak ada
relasi dengan Tuhan.Begitu juga pola kehidupannya, dalam hal ini cara bertindak
dan berperilakunya terlihat tidak baik. ia menjelaskan bahwa dalam hidupnya
terdapat banyak kesalahan atau dosa yang dilakukan, misalnya:
“Saya pernah melempar batu ke jemaat yang pernah beribadah karena
waktu itu mereka di dalam gereja seperti berteriak-teriak mengganggu
ketenangan di tempat tinggal kami. Selain itu saya juga bukan seorang
bapak yang baik karena saya sering berperilaku kasar kepada anak-
18
Wawancara dengan Ibu Mina F. pada tanggal 06 September 2017.
44
anak bahkan mereka juga membenci saya dengan perlakuan yang kasar
itu”.19
Keterangan tersebut kemudian diberi tambahan informasi dari istri pendoa
dengan menjelaskan bahwa suaminya memiliki latar belakang kehidupan yang
buruk. Suaminya tidak bijaksana dalam mendidik anak-anak agar dapat menjadi
orang yang memiliki perilaku yang baik tetapi memberikan kesan yang tidak baik
terhadap anak-anak.20
Inilah gambaran besar tentang pengalaman masa lalu dari
pendoa yang kedua.Hal ini akan dilanjutkan dengan pemaparan tentang
perjumpaan pendoa tersebut dengan yang Ilahi pada poin berikutnya.
Pendoa yang ketiga, yaitu Yeti Pello.Pendoa ini memiliki pengalaman masa
lalu yang mungkin berbeda dari pendoa sebelumnya. Pendoa tersebut merupakan
salah satu orang yang taat pada ajaran-ajaran agama. Sebagai orang yang
beragama Kristen Protestan, ia menyadari tentang keberadaan dirinya sebagai
warga jemaat.Ia menyatakan ,bahwa:
“Saya percaya pada hal-hal yang baik yang patut untuk dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan. Hal-hal ini dilihat dari bagaimana saya
diajarkan oleh orang tua untuk menjadi orang yang memiliki hubungan
dengan Tuhan agar saya dapat membedakan mana yang baik dan tidak
baik sesuai dengan kehendak-Nya21
.
Pendoa tersebut rajin mengikuti peribadahan dan segala bentuk kegiatan
pelayan di gereja. Ia meyakini bahwa ia hidup dalam landasan iman percaya
kepada Tuhan. Pada tahun 2005 suaminya meninggal, peristiwa ini membuat
hidupnya menjadi tidak stabil. Ia sangat berduka dan muncul rasa kecewa
terhadap Tuhan. Selain itu, saudara-saudara iparnya secara tiba-tiba mengalami
sakit selama beberapa minggu. Ia memiliki tanggungjawab atas apa yang
19
Wawancara dengan Bapak Sepus T. pada tanggal 08 September 2017 20
Wawancara dengan Marlin T. pada tanggal 08 September 2017. 21
Wawancara dengan Ibu Yeti P. pada tanggal 09 September 2017.
45
dialaminya serta saudara-saudara iparnya. Ia berpendapat bahwa mungkin
kesedihan yang dialami merupakan titik awal di mana ia mengalami perjumpaan
dengan Tuhan22
. Selanjutnya, penulis memberi pengalaman dari pendoa yang
keempat terkait dengan pengalaman masa lalunya.
Pendoa yang keempat, yaitu Merry . Ia memiliki pengalaman masa lalu
yang tidak jauh berbeda dengan pendoa-pendoa sebelumnya. Pengalaman ini
berkaitan dengan bentuk pelayanan yang telah ia ikuti selama menjalani proses
pelayanan di gereja. Ia penganut agama Protestan.Pelayanan yang ia dilakukan
tidak hanya terbatas di gereja, melainkan juga di dalam persekutuan doa yang
telah diikutinya sekitar tahun 2001. Ia menjelaskan bahwa pelayanan yang
dilakukan merupakan kewajibannya sebagai seorang Kristen. Kepercayaan
terhadap Tuhan membuatnya lebih diberkati dalam kehidupannya dan kehidupan
keluarganya.
“Saya merasa bahwa ketika melayani Tuhan saya memperoleh berkat
dan menjadi berkat bagi orang lain. Namun saya tahu bahwa orang
yang mengikut Tuhan itu tidak mudah, perjalanan dalam pelayanan
pasti ada saja rintangan.”
Ia menjelaskan bahwa ada rintangan yang dihadapinya ketika ia mengalami
satu peristiwa dari suaminya tepat pada tahun 2004. Peristiwa kecelakaan mobil
yang dialami oleh suaminya membuatnya terkejut dengan situasi yang dialami ini.
Ia beranggapan bahwa peristiwa ini merupakan rintangan yang harus dihadapinya
secara bersama dengan suaminya. Ketika dokter mengatakan bahwa suaminya
mengalami lumpuh total atau tidak dapat berjalan, ia merasa sedih sekaligus
kecewa dengan apa yang terjadi. Ia merasa bahwa seharusnya ini tidak perlu
terjadi pada keluarganya.Karena itulah, ia mengungkapkan kekecewaannya ini
22
Wawancara dengan Ibu Yeti P. pada tanggal 09 September 2017.
46
dengan menyalahkan Tuhan. Berangkat dari pengalaman pendoa ini, ia jarang
melakukan pelayanan di gereja maupun di rumah sakit.
“Saya merasa rintangan itu datang kepada saya, ketika suami saya
mengalami kecelakaan pada tahun 2004 membuat saya sedih sekali karena
dari peristiwa itu saya sudah jarang sekali pergi pelayanan di gereja dan
persekutuan doa. Saya hanya di rumah dan merawat suami saya. Peristiwa
itu yang membuat saya akhirnya kecewa dengan keadaan yang menimpa
keluarga saya.23
3.3.2. Pengalaman Perjumpaan dengan yang Ilahi
Penulis tiba pada bagian yang kedua, yaitu bagaimana pengalaman-
pengalaman masa lalu dari pendoa-pendoa di atas menjadi sebuah titik awal
perjumpaan mereka dengan apa yang dianggap sebagai perjumpaan dengan
Tuhan.Untuk pendoa pertama, ia mengalami kisah perjumpaan dengan Tuhan,
sebagai berikut:
“Saya berdoa kepada Tuhan. Doa saya kepada Tuhan seperti ini: “
Tuhan, semua orang pasti akan mati, mati hari ini sama dengan esok
hari, namun saya mau mati untuk Tuhan artinya bahwa walaupun
tubuh saya mati, tetapi jiwa saya hidup di dalam-Nya.” Ketika saya
selesai berdoa, seperti ada satu kekuatan yang entah datangnya dari
mana tiba-tiba membuat saya merasa tidak lemah, kemudian ada satu
suara yang muncul dan mengatakan bahwa “hai Anakku, pilih
kematian atau kehidupan.” Pada awalnya, saya merasa ketakutan yang
luar biasa dengan suara yang muncul itu.Saya tidak menanggapi suara
itu karena ketakutan setengah mati dengan suara yang muncul tiba-
tiba. Namun demikian, suara tersebut muncul lagi dengan ucapan yang
sama bahwa “hai anakku pilih kematian atau kehidupan” dengan suara
yang lembut. Saya melihat apa mungkin ada orang di dalam ruangan.
Suara tersebut muncul kali yang ketiga dengan ucapan “hai anakku
yang kukasihi, pilih kematian atau kehidupan.” Saya berpikir sejenak
tentang suara yang muncul dan berkata dalam benak bahwa
kemungkinan besar saya harus memilih diantara kematian atau
kehidupan. Suara yang ketiga kali membuat saya menjadi yakin bahwa
suara ini berasal dari suara Tuhan. Saya yakin karena ketika suara
yang ketiga muncul dan pada saat itu juga saya menjawab dalam hati
“saya memilih kehidupan”. Setelah saya memilih kehidupan, tiba-tiba
saya melihat seperti muncul semacam layar di tembok dalam ruangan
dan ada sinar yang terang sekali. Layar tersebut bertuliskan tinta emas
dengan satu kata, yakni “iman”. Ketika peristiwa ini terjadi maka
23 Wawancara dengan Ibu Mery Wungubellen pada tanggal 12 September 2017.
47
dalam benak saya seakan tidak percaya dengan apa yang saya telah
lihat, namun seketika itu juga saya merasakan ada kekuatan dalam
tubuh saya sehingga saya seperti memiliki tenaga yang kuat sekali
tetapi justru jiwa saya yang terangkat menuju ke tempat yang tidak ada
di dunia ini. Ada dua sosok yang menemani saya namun saya yakin
bahwa dua sosok tersebut ialah sosok malaikat. Saya pergi ke suatu
tempat dimana saya berada di sebuah terowongan. Terowongan itu
menuju pada suatu tempat dan saya melihat tempat itu penuh dengan
api yang menyala-nyala, api tersebut tidak pernah padam. Setelah saya
beranjak dari tempat tersebut ke tempat yang lain ada satu tempat yang
membuat saya merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Tempat
tersebut penuh dengan sukacita dan sorak-sorai. Kemudian saya
berkata bahwa saya tidak ingin kembali, namun ada suara yang muncul
mengatakan bahwa “pekerjaanmu belum selesai, kembalilah.” Setelah
itu saya tersadar dan saya masih berada di rumah sakit, tepatnya di
tempat tidur. Pada saat saya sadar, saya tidak lagi merasakan tubuh
fisik saya yang lemah melainkan saya memiliki tenaga yang kuat
sekali hingga saya bisa bangun dan berdiri. Setelah saya bangun saya
memutuskan untuk pulang ke rumah.24
Kesaksian pendoa pertama tersebut meyakini bahwa apa yang ia alami
merupakan suatu karunia yang ia dapat dari Tuhan. Pernyataan yang disampaikan
oleh pendoa pertama kemudian dikonfirmasi oleh saudaranya. Saudara dari
pendoa pertama mendampingi saat proses pemeriksaan penyakit.Ia menjaga di
rumah sakit setelah pendoa pertama diagnosa mengidap penyakit kanker darah.
Adiknya terkejut ketika kakaknya dengan secara tiba-tiba keluar dan memegang
tas dan mengatakan untuk pulang ke rumah. Ia hanya diam dalam perjalanan
pulang dan sampai dirumah kakak menceritakan kepadanya tentang apa yang
dialaminya selama berada di ruang isolasi.
“Lalu saya katakan kepada kakak saya, bagaimana saya harus percaya
dengan perkataan yang kakak sampaikan? Sambil merasa sangat
terkejut dengan keadaan fisik kakak yang sangat sehat berbeda ketika
berada di rumah sakit, lalu kakak hanya menjawab „saya tidak
meminta untuk percaya, karena saya juga tidak percaya dengan apa
yang saya alami, saya hanya meminta untuk mendengarkan
pengalaman saya bertemu dengan Tuhan, saya yakin pada waktu yang
tepat adik akan percaya.25
24
Wawancara dengan Ibu Mina Finit pada tanggal 06 September 2017. 25
Wawancara dengan J. F pada tanggal 06 September 2017.
48
Ia mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh kakaknya, namun pada
akhirnya ia tiba pada kesimpulan bahwa ia percaya dengan apa yang dialami oleh
kakaknya dan ia melihat bahwa kakaknya menerima karunia yang berasal dari
Tuhan. Rasa percaya mulai timbul ketika beberapa waktu kedepan kakaknya
mulai mendoakan keluarganya.26
Berikutnya, kita akan mencermati pengalaman religius pendoa kedua. Ia
menjelaskan bahwa pada tahun 1986, ia mengalami satu peristiwa ketika berada di
kolam pemandian di Jalan Fontein. ia datang ke kolam pemandian dengan tujuan
mandi. Pada saat masuk di dalam kolam, tidak terpikirkan olehnya kalau kolam
itu sangat dalam dan dalam sekejap ia tenggelam27
. Istri pendoa tersebut
menjelaskan bahwa ia sedang berada di rumah dan tiba-tiba ada beberapa orang
datang membawa suaminya. Orang-orang tersebut mengatakan bahwa suaminya
tenggelam pada saat mandi.28
Disisi lain menurut pemahaman pendoa, ia tidak
tahu bahwa dirinya sudah meninggal, tetapi di dalam situasi itu ia mengatakan
bahwa ini merupakan momen berjumpa dengan Tuhan.Ia mengatakan demikian:
“Namun dalam situasi ini saya ditangkap oleh Tuhan.Saya berada di
sebuah tempat yang tidak pernah saya temui di dunia mana pun. Tuhan
datang kepada saya dan mengajak saya untuk berjalan-jalan, seketika
itu saya langsung ikuti langkah tersebut. Saya tanpa berkata apapun
saya mengikuti langkah Tuhan dan Tuhan seperti dihalau oleh sinar
yang begitu terang. Saya dibawa berkeliling selama kurang lebih dua
jam. Di dalam situasi ini mulai membuat saya bertanya-tanya akan
dibawa kemana, kemudian Tuhan membawa saya ke satu kolam di
dekat sebuah gunung. Tempat itu tidak seperti tempat-tempat disini,
kolam yang saya temui benar-benar beda. Kemudian Tuhan
menghampiri saya dan membaptis saya di kolam itu. Tuhan berkata
kepada saya “teruslah ikut langkahku” dan saya terus mengikuti
langkah Tuhan. Saya mengikuti langkah Tuhan dengan penuh banyak
pertanyaan. Setelah itu, saya tiba di dua jalur jalan. Jalur yang sempit
26
Wawancara dengan J.F pada tanggal 06 September 2017. 27
Wawancara dengan Bapak Sepus T. pada tanggal 08 September 2017. 28
Wawancara dengan Ibu Marlin T. pada tanggal 08 September 2017.
49
dan jalur yang lebar di bagian kiri dan di bagian kanan. Jalur bagian
kiri atau jalur yang sempit ini, saya melihat orang-orang penuh dengan
air mata dan meminta pertolongan kepada Tuhan dan Tuhan katakan
bahwa “tidak ada waktu lagi”. Pada jalur bagian kanan yaitu jalur
yang sempit sekali dan sangat terang. Saya melihat orang-orang
memegang Alkitab dan bernyanyi bersukacita memuji nama Tuhan.
Lalu, Tuhan masuk ke satu jalan yang sempit dan saya terus
mengikuti-Nya. Ketika saya masuk, Tuhan katakan kepada saya
“lihatlah ”. Saya lihat ada tiga tinta, tinta hitam, biru, dan merah. Tinta
yang hitam menandakan bagian yang sudah tidak dapat diampuni lagi
yang kemudian menuju pada kematian, merah dan biru masih bisa
diampuni. Saya terus bertanya dengan semua hal yang sudah Tuhan
tunjukan tetapi Tuhan hanya mengatakan kepada saya untuk “ikut
langkah ku terus” sampai di dalam tempat yang namanya surga. Tuhan
katakan kepada saya “siaplah dan ikut langkah saya dan kembalilah ke
tempat”. Lalu pada saat itu saya langsung bertanya “apakah saya harus
kembali Tuhan tapi apa yang harus mulai saya lakukan?” Tuhan tidak
menjawab saya tetapi hanya katakan kepada saya bahwa dengan
kelapa muda, minyak kelapa dan uas (lengkuas). Tuhan katakan
kepada saya bahwa untuk minyak kelapa untuk menyembuhkan yang
sakit, uas yang direndam dalam rebusan air dan bersihkan untuk
membasuh orang-orang agar dapat dipulihkan. Artinya bahwa Tuhan
berikan ini kepada saya sebagai tanda pelayanan yang harus saya
perbuat ke orang lain. Kelapa muda ini kelapa yang bukan pada
umumnya ada di sekitar kita, justru saya pulang kembali dengan
kelapa muda yang Tuhan berikan. Seketika itu saya tersadar dan
menceritakan peristiwa ini di dalam keluarga.29
Contoh pengalaman religius di atas menjadi satu momen yang menurut
pendoa tersebut merupakan momen pertemuannya dengan Tuhan.Pasalnya setelah
memperoleh pengalaman religius itu, ia sampai pada kesimpulan bahwa apa yang
dialaminya diterima sebagai suatu karunia dari Tuhan.30
Pengalaman pendoa yang ketiga, yaitu pendoa Yeti Pello, ia memperoleh
satu pengalaman yang menarik ketika berhadapan dengan suasana duka.
Menurutnya, „kehadiran‟ Tuhan terjadi melalui suara-suara, mimpi, dan
penglihatan. ia menjelaskan bahwa pengalaman yang dialami berkaitan dengan
kematian suami karena sakit. Ketika suaminya meninggal dan keluarga ada dalam
29
Wawancara dengan Bapak Sepus pada tanggal 08 September 2017. 30
Wawancara dengan Bapak Sepus pada tanggal 08 September 2017.
50
suasana duka, tiba-tiba beberapa dari iparnya mengalami sakit. Kakak
kandungnya datang dan mengajaknya untuk bertemu dengan satu hamba Tuhan
dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke hamba Tuhan tersebut.
Kakak kandungnya menjelaskan bahwa pada saat suasana duka, pihak
keluarga tiba-tiba mengalami sakit. Ia dapat memahami bahwa ini situasi duka
yang sangat mendalam terutama bagi adiknya. Beliau mengikuti satu persekutuan
di salah satu gereja dan ia mengajak adiknya berdoa ke salah satu hamba Tuhan di
dalam satu persekutuan itu dengan maksud untuk mendapat topangan dan
dukungan.31
Pendoa tersebut berdoa ke hamba Tuhan, tepat pada minggu kedua
setelah kematian suaminya ia mengalami satu kejadian yang menurutnya ini
merupakan sesuatu yang tidak masuk akal atau masuk dalam logika manusia.
“Pada waktu saya tidur, saya mimpi bahwa ada orang yang
menggosok-gosok tubuh orang mati kalau mengenai seseorang maka ia
akan mati. Saya terbangun dan awalnya saya berpikir itu hanya mimpi
atau semacam bunga tidur tetapi saya seketika itu berdoa kepada
Tuhan.32
Pendoa tersebut tergerak hatinya untuk mengikuti persekutuan doa yang
juga diikuti oleh kakak kandungnya. Ketika sampai di tempat persekutuan itu,
mereka dalam keadaan berdoa kemudian pendoa tersebut masuk dan berdoa. Pada
saat berdoa, pendoa tersebut tidak mengucapkan doa yang ingin ia sampaikan
melainkan ia hanya menangis sampai doa itu selesai.
“Pada hari berikutnya, saya berdoa, di dalam doa itu tiba-tiba saya
menerima satu penglihatan. Penglihatan ini seperti layar film yang
muncul tiba-tiba di depan saya ketika berdoa. Saya dalam keadaan
yang panik dan takut waktu karena ini pertama kalinya dalam hidup
saya mengalami hal ini. Namun dalam keadaan yang panik dan
ketakutan itu saya berusaha untuk melihat apa yang ditunjukan melalui
penglihatan tersebut. Penglihatan itu menunjukkan bahwa ada satu
rumah yang sebenarnya sudah pernah saya kunjungi.Penglihatan
31
Wawancara dengan John Pello pada tanggal 09 September 2017.
32
Wawancara dengan Ibu Yeti Pello pada tanggal 09 September 2017.
51
tersebut menunjukkan bahwa ada seseorang yang meninggal di rumah
tersebut dan banyak orang yang sedang mengangkatnya dan melintas
melewati saya. Orang yang meninggal itu ternyata seorang laki-laki”.
Sesaat setelah pendoa menerima penglihatan itu,ia menceritakan hal ini
kepada saudaranya.Tiba-tiba ada banyak orang yang lewat di depan rumahnya dan
ternyata ada orang yang meninggal.
“Lalu saya tanya „siapa yang meninggal?‟ Saudara ipar saya bilang „itu
paman di bawah yang meninggal‟. Saya langsung mengingat
penglihatan yang Tuhan tunjukkan tetapi saya masih membandingkan
karena saya masih belum percaya. Akhirnya penglihatan itu terus
muncul ketika saya berdoa dan saya percaya bahwa itu berasal dari
Tuhan dan itulah karunia.33
Pendoa di atas memiliki pengalaman harus melewati suasana yang berduka,
namun dalam situasi itu ada suatu perjumpaan dengan yang Ilahi. Hal ini
membuatnya tidak percaya atau tidak masuk di akal. Namun pada tahap-tahap
selanjutnya karunia berupa penglihatan terus muncul dan membuatnya percaya
bahwa karunia ini berasal dari Tuhan.
Pendoa yang keempat atau yang terakhir mengalami perjumpaan dengan
yang Ilahi dalam suasana kecewa.
“Selama proses merawat suami saya yang mengalami kecelakaan dan
lumpuh, malam hari saya tidur. Tiba-tiba saya bermimpi Tuhan
datang kepada saya dalam sosok yang sangat terang dan memegang
pundak saya dan berkata bangunlah. Saya seketika itu langsung kaget
dan bangun. Saya berpikir ini hanya bunga tidur saja, tapi hati saya
ini tergerak untuk berdoa. Ketika berdoa saya mengalami hal yang
benar-benar membuat saya ketakutan karena mimpi yang saya
ceritakan itu menjadi nyata. Jiwa saya itu terangkat dan saya dibawa
ke satu tempat yang saya sendiri tidak tahu. Saya melihat ada dua
tempat. Tempat yang sangat terang dan saya melihat di tempat itu
terdengar suara yang menggelegar begitu, penuh dengan sukacita,
suasana kedamaian, sedangkan di tempat yang satunya saya melihat
bahwa ada orang yang berteriak kesakitan, betul-betul menderita, itu
tempat yang mengerikan dan seolah-seolah penderitaan itu tidak ada
akhirnya, terus saja seperti itu. Saya merasa heran sekaligus
33
Wawancara dengan Ibu Yeti P. pada tanggal 09 September 2017.
52
mengagumi akan kejadian yang terjadi dalam hidup saya karena saya
percaya betul bahwa saya bertemu dengan Tuhan ketika jiwa saya
benar-benar terangkat. Mengapa kemudian saya berani bilang bahwa
ini Tuhan? Karena tempat yang saya temui adalah surga dan neraka.
Dua tempat yang berbeda. Selama itu saya hanya terkagum-kagum
dengan apa yang saya alami. dan setelah saya dibawa berkeliling,
saya tidak ingin kembali, rasanya ingin terus berada di tempat yang
Tuhan tunjukan. Tuhan berkata kepada ke saya “ kembalilah dan
lakukan pekerjaanmu” dan seketika itu saya hanya bilang “ya
Tuhan”. Sekejap, saya langsung ada di dalam posisi ketika saya
berdoa tadi. Saya menangis sekaligus bahagia karena saya berjumpa
dengan Tuhan. Saya membangunkan suami saya dan
menceritakannya kepada saya. Awalnya suami saya tidak percaya.
Namun setelah beberapa kali saya berdoa dan saya mendapat
penglihatan yang muncul seperti layar lebar yang datang ketika
berdoa. Lalu suami saya percaya dan setelah itu saya melakukan
berbagai pelayanan sebagai bentuk tanggungjawab pelayanan.34
3.3.3 Bentuk Pelayanan Pendoa-pendoa
Dalam poin yang terakhir, penulis menyajikan tindakan-tindakan pendoa
setelah mereka mengalami perjumpaan dengan yang Ilahi.Di sini kita akan
memahami bagaimana karunia-karunia yang dianggap sebagai power pendoa itu
itu mampu mempengaruhi atau memberi daya tarik bagi jemaat GMIT
Kaisarea.Untuk pendoa pertama, ia menyatakan demikian:
Tahun 1994, saya melayani Tuhan dari tanda yang telah Tuhan
tunjukkan kepada saya bersama-sama dengan hamba Tuhan yang
waktu itu datang ke rumah saya. Proses pelayanan itu terjadi dalam
bentuk 1) pergumulan doa pribadi 2) doa pelepasan dosa nenek
moyang 3) pemurnian diri. Saya berjalan berdasarkan petunjuk Tuhan.
Pertama kali saya mendoakan orang ialah mendoakan keluarga. Bagi
saya pelayanan itu ada tiga bagian 1) pelayanan pribadi 2) pelayanan
keluarga 3) pelayanan dengan orang lain. Masalah waktu pelayanan
sebenarnya tergantung dari orang yang minta didoakan,tetapi saya
mendoakan orang itu setiap hari.35
Selain wawancara dengan pendoa yang pertama, penulis juga melakukan
observasi dengan mengamatinya ketika sedang mendoakan seseorang. Di dalam
34
Wawancara dengan Ibu M.W pada tanggal 12 September 2017. 35
Wawancara dengan Ibu Mina F. pada tanggal 06 September 2017.
53
tata cara beribadah yang dibawakan oleh pendoa, pertama yang dilakukan ketika
orang datang dan berdoa adalah menyanyikan satu lagu rohani. Setelah itu, orang
yang didoakan memberitahukan pokok-pokok doa yang ingin didoakan. Pada saat
memulai untuk berdoa khususnya berdoa untuk pokok doa orang yang didoakan,
pendoa sambil mengucapkan doa tiba-tiba ada jeda sejenak (sekitar 15-20 detik)
karena ia mendapat semacam penglihatan. Penglihatan itu berupa ayat Alkitab
yang ditunjukkan. Setelah jeda itu, pendoa kembali mengucapkan kata-kata dalam
doanya dengan kalimat “terima kasih Tuhan” lalu lanjut berdoa dan kemudian
penglihatan itu muncul lagi. Secara garis besar,pendoa dan orang yang didoakan
itu berdoa selama kurang lebih 15 menit. Doa tersebut cukup panjang.Jjika dalam
doa tersebut tidak lagi ditunjukkan semacam penglihatan itu, maka menurut
pendoa petunjuk yang Tuhan berikan itu sudah cukup. Pendoa di atas lebih suka
menggunakan kata “petunjuk,” karena “petunjuk”dipahami sebagai suatu maksud
untuk sesuatu yang harus ia lakukan.36
Selesai berdoa, mereka menyanyikan satu lagu untuk masuk dalam
pembacaan ayat Alkitab. Ayat Alkitab yang diperoleh dari penglihatan itu akan
dibacakan oleh orang yang bersangkutan. Ketika selesai membaca, pendoa akan
menyampaikan maksud dari ayat Alkitab tersebut dan dilanjutkan dengan pokok
permasalahan yang dihadapi.Pendoa juga memberikan kebebasan bagi orang yang
didoakan untuk menyampaikan apa yang dimaksud ayat Alkitab untuk dirinya.
Setelah membicarakan pokok masalah berkaitan dengan petunjuk yang diberikan,
maka pendoa akan berdoa lagi untuk pasien itu sekaligus doa penutup. Hal ini
diteruskan dengan bercerita bersama dan menyuguhi minuman dan makanan dan
36
Wawancara dengan Ibu Mina F. pada tanggal 06 September 2017.
54
kemudian pulang. Inilah tata cara bentuk pelayanan yang dilakukan oleh pendoa
pertama.37
Berbeda dengan pendoa kedua. Ada semacam simbol-simbol yang
disematkan kepada orang yang datang berdoa.Kebanyakan orang memanggil
pendoa kedua dengan nama panggilan “Opa Sepus”. Dalam kesaksiannya, ia
menyatakan demikian:
“Pada awalnya saya tidak mengerti apa karunia ini.Ketika saya
bertemu dengan Tuhan, saya tidak tahu harus memulai pelayanan ini
dari mana. Pelayanan yang saya lakukan ini kurang lebih sudah 40
tahun. Ketika pertama kali saya mengalami perjumpaan itu,
sebenarnya pada waktu itu saya tinggal di So‟e. Saya membuat sebuah
kelompok doa, kelompok doa itu namanya Pelita Sion. Saya membuat
kelompok doa ini supaya tanggungjawab pelayanan saya kepada orang
lain melalui karunia yang Tuhan tunjukan itu terpenuhi artinya bahwa
pekerjaan saya harus berlanjut untuk menolong orang lain. Awalnya
kami ini hanya 5 orang saja termasuk isteri saya, tapi selanjutnya
mulai bertambah hingga sampai kurang lebih dari 56 KK, mengapa
kemudian banyak orang yang datang ke kelompok doa kami karena
pada waktu itu saya bersaksi tentang pengalaman saya bertemu dengan
Tuhan dan saya tidak pernah berpikir bahwa itu akan membuat banyak
orang datang dan mau melayani Tuhan. Saya yakin bahwa setiap apa
yang saya lakukan juga pasti akan berhubungan dengan orang lain.
Namun pada akhirnya saya harus membubarkan kelompok doa Pelita
Sion ini karena banyak persoalan yang kami hadapi. Hal-hal kecil saja
antara anggota satu dengan yang lain selalu berbeda pendapat. Itu yang
menjadi titik tolak mengapa saya pada akhirnya melakukan pelayanan
sendiri karena banyak hal yang telah saya lewati. Setelah itu saya
memutuskan untuk melakukan pelayanan sendiri. Terkait dengan
jadwal pelayanan itu biasanya dilakukan hanya pada hari senin dan
jumat mulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 21.00 malam bahkan
bisa sampai tengah malam.38
Pendoa yang kedua menjelaskan bahwa orang-orang yang didoakan datang
dari berbagai latar belakang yang berbeda. Para pejabat daerah, tentara, PNS,
datang untuk minta didoakan. Satu pengalaman yang menarik, ketika pendoa
tersebut mendoakan seseorang yang beragama Islam. Ini merupakan pengalaman
37
Observasi Penulis ketika mengikuti proses berdoa dengan salah satu orang yand
didoakan pada tanggal 06 September 2017.
38
Wawancara dengan Bapak Sepus pada tanggal 08 September 2017.
55
pertama kalinya dilayani olehnya terhadap orang dari agama lain. Pendoa ini
berpendapat bahwa Tuhan hanya satu yaitu Tuhan yang memilki alam semesta ini.
Berangkat pemahaman ini siapa pun dari agama lain yang datang berdoa
kepadanya ia terima, karena semua orang menyembah pada Tuhan yang satu itu.
Isteri dari pendoa tersebut pernah menanyakan alasan mengapa sampai datang
untuk ingin didoakan oleh suaminya, orang beragama Islam ini mengatakan
bahwa dia mengetahui dari seorang temannya bahwa pendoa ini memiliki satu
karunia yaitu penglihatan.Awalnya ia masih ragu karena baginya untuk datang
berdoa kepada seseorang yang bukan dari agamanya merupakan keputusan yang
berani karena ia mengalami satu persoalan dia butuh jawaban atas persoalannya.
Isteri dari pendoa tersebut memahami dan menghargai kedatangan dari orang
yang beragama Islam ini.39
Sebelum berdoa, pendoa mengatakan kepada ibu yang
beragama Islam itu bahwa;
“Di antara saya dengan orang yang didoakan sama-sama memiliki
keyakinan dalam bentuk-bentuk yang berbeda, di dalam keyakinan
saya, Tuhan memberikan tugas ini untuk melayani siapa yang
membutuhkan-Nya, saya yakin bahwa pertemuan ini juga bagian dari
keyakinan ibu bahwa ibu punya persoalan yang mana ibu juga
membutuhkan-Nya.”40
Pendoa menjelaskannya kepada pasien beragama Islam itu dan dia hanya
memberi tatapan kepadanya dan berkata „terima kasih Opa’. Pendoa tersebut
melayani orang yang beragama Islam. Jadi, selama 40 tahun melayani, pendoa
tersebut juga melayani orang-orang yang beragama Islam dan Katolik. Pada saat
berdoa, pendoa sering menggunakan bahasa Timor, tetapi bisa juga bahasa
Indonesia. Hal ini tergantung dari pilihan orang yang minta untuk didoakan.
Namun secara pribadi pendoa lebih suka menggunakan bahasa Timor, karena
39
Wawancara dengan Marlin T. pada tanggal 08 September 2017.
40
Wawancara dengan Bapak Sepus pada tanggal 08 September 2017
56
dengan menggunakan bahasa Timor tidak menghilangkan asal usulnya.Baginya
bahasa Timor sama seperti bahasa ibu yang tidak bisa dihilangkan dalam diri
orang Timor.41
Penulis juga mengamati bagaimana bentuk pelayanan dalam hal ini tata cara
berdoa ketika ada orang yang datang untuk didoakan. Sebelumnya telah dikatakan
bahwa bentuk pelayanan yang didoakan oleh pendoa tersebut dapat terbilang unik.
Penulis masuk ke dalam ruang doa dan mengamati prosesi dalam berdoa. Ketika
penulis masuk ke dalam ruang doa, di dalam ruang doa tersebut cukup remang
walaupun waktu itu masih siang hari dan di dalamnya ada satu meja. Di atas meja
itu ada lilin, kelapa kering dan minyak kelapa. Prosesi yang dilakukan sebelum
berdoa sama hanya dengan yang dilakukan oleh pendoa yang pertama yakni
membicarakan mengenai pokok-pokok doa yang ingin didoakan. Setelah
membicarakan pokok-pokok doa, Pendoa tersebut menyalakan satu lilin untuk
masuk di dalam doa. Kemudian, pendoa mulai berdoa dengan menggunakan
bahasa Timor.Penulis mendengar kalimat dari pendoa yang menyebut nama Uis
Neno namun dalam kalimat-kalimat selanjutnya juga menyebut nama Tuhan
Yesus. Doa yang dipanjatkan tidak ada jeda yang sama seperti yang dilakukan
oleh pendoa yang pertama. Pendoa berdoa selama kurang lebih 10 menit. Ketika
selesai berdoa, ia melakukan sedikit percakapan terkait apa yang ditunjukan
Tuhan selama berdoa dan ketika selesai berbincang. Pendoa tersebut mengambil
minyak kelapa dan mengoleskan minyak itu mulai dari kepala, tangan kiri dan
tangan kanan, kaki kiri dan kaki tangan. Penulis melihat bahwa hal yang
dilakukan oleh pendoa ini sama seperti apa yang dialami dalam dirinya ketika
41
Wawancara dengan Bapak Sepus T. pada tanggal 08 September 2017.
57
mengalami perjumpaan dengan yang Ilahi. Bentuk pelayanan dari pendoa yang
kedua mempunyai ciri khas terkait medium yang disediakan untuk orang yang
ingin didoakan berupa minyak kelapa, buah kelapa kering, dan lilin.42
Pendoa
yang ketiga yaitu Ibu Yeti Pello. Ia memulai pelayanannya ketika bergabung
dalam satu kelompok doa di GMIT Maranatha Oebufu.
“Saya memulai pelayanan tentunya di dalam kelompok doa di GMIT
Maranatha. Namun saya dibimbing oleh kelompok doa itu dengan tata
cara yang sudah diatur di dalamnya. Sebenarnya ada dua tipe
pelayanan yang dilakukan. Tipe pelayanan itu bila menyangkut konflik
yang besar maka itu dilakukan secara kelompok tapi ketika yang lain
berkaitan dengan persoalan yang kecil saja itu bisa dilakukan secara
sendiri. Biasanya kalau melakukan pelayanan secara sendiri, saya yang
langsung pergi ke rumah-rumah dari orang-orang yang minta untuk
didoakan. Ini disebabkan kebiasaan dalam kelompok yang lebih
memilih untuk berjalan keluar untuk pelayanan sehingga ketika
mendoakan orang juga saya lebih memilih untuk pergi langsung ke
rumah orang yang ingin didoakan. Sebelum mendoakan orang lain,
saya merasa perlu untuk melengkapi diri dalam melayani orang yang
didoakan. Maksudnya ialah doa dan puasa.43
Tata cara dalam berdoa yang dilakukan oleh pendoa ketika mendoakan
seseorang secara individu dimulai dari nyanyian-nyanyian yang dibawakan
kemudian masuk dalam pokok-pokok doa yang hendak didoakan. Lalu kemudian
ia mulai berdoa. Berdoa yang dilakukan itu kurang lebih selama 10-15 menit
tergantung dari banyaknya pokok doa. Setelah selesai berdoa, pendoa Yeti akan
memberitahukan apa saja yang telah ditunjukkan Tuhan melalui penglihatan-
penglihatan terhadap orang yang bersangkutan.44
Pendoa yang terakhir yaitu Merry Wungubellen juga memiliki bentuk
pelayanan atau tata cara berdoa ketika mendoakan orang-orang dengan
persoalannya. Ia mengatakan bahwa pelayanan yang dilakukan selama kurang
42
Observasi Penulis dalam mengikuti proses berdoa di antara pendoa dan orang yang
didoakan pada tanggal 08 September 2017. 43
Wawancara dengan Ibu Yeti P. pada tanggal 09 September 2017. 44
Wawancara dengan Ibu Yeti P. pada tanggal 09 September 2017
58
lebih 13 tahun merupakan pelayanan dengan nilai tanggungjawab yang besar.
Walaupun berada dalam satu kelompok persekutuan, ia tetap melakukan
pelayanan secara pribadi kepada orang-orang yang butuh didoakan. Tidak hanya
fokus pelayanan kepada keluarga-keluarga tetapi juga pelayaan terhadap pemuda-
pemudi. Berkaitan dengan waktu berdoa juga fleksibel, artinya kapan saja bisa
mendoakan orang-orang yang minta dilayani dalam doa. Tata cara dalam berdoa,
pendoa tersebut memulai dengan nyanyian-nyanyian. Durasi nyanyian yang
dinyanyikan cukup panjang atau diulang-ulang. Setelah bernyanyi, akan dibahas
pokok-pokok doa yang ingin didoakan lalu pendoa mulai untuk berdoa. Durasi
berdoa tidak jauh berbeda dengan pendoa-pendoa sebelumnya yakni sekitar 10-15
menit. Selesai berdoa, pendoa akan membahas apa yang ditunjukkan melalui
penglihatan dan setelah itu berdoa lagi, sebagai doa penutup.45
3.5. Alasan jemaat Warga GMIT Kaisarea BTN Kolhua memilih pergi ke
Pendoa.
Pada bagian terakhir, penulis menjelaskan mengenai alasan-alasan
mengapa jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua tertarik untuk berdoa dan didoakan
oleh pendoa-pendoa. Penulis hendak mewancarai perwakilan keluarga yang
memiliki ketertarikan untuk pergi berdoa ke seorang pendoa. Ketertarikan itu
dimulai dari persoalan-persoalan berat yang dihadapi oleh keluarga yang
mencapai titik ketidakmampuan untuk menyelesaikan persoalan yang dialami oleh
beberapa keluarga ini. Berikutnya penulis akan menjabarkan dalam bentuk fase-
fase secara bertahap bagaimana jemaat yang akhirnya memutuskan atau memilih
untuk berdoa ke pendoa.
45
Wawancara dengan Ibu M.W pada tanggal 12 September 2017.
59
a) Fase yang pertama, ialah problematika warga jemaat. Problematika jemaat
ini berkaitan dengan persoalan yang dihadapi jemaat.Contoh konkritnya dari
hasil temuan lapangan berkaitan dengan sakit penyakit.
“Saya terkena penyakit tiroid, penyakit ini membuat saya kehilangan
berat badan yang drastis, kira-kira 12 Kg. Kondisi tubuh saya sangat
lemah, saya hanya berdoa kepada Tuhan untuk proses kesembuhan
saya. Selama proses pengobatan yang lama, saya berada di rumah sakit
selama satu minggu.Akhirnya saya meminta pendoa mendoakan saya.
Ketika didoakan dan pendoa hanya bilang dengan menggosok minyak
lalu meminum air rebusan dari daun herbal, sekitar 3 hari kedepannya
saya sembuh”.46
Contoh konkritnya yang lain, ada jemaat yang mengalami masalah
dalam tugas pekerjaan di kantor. Hal ini berkaitan dengan kenaikan
pangkat justru menjadi satu persoalan yang sulit karena pada kenyatannya
tidak semua orang yang akan memberikan apresiasi atas pekerjaannya,
melainkan melakukan segala cara untuk menjatuhkannya.47
“Saya pikir pada saat kenaikan pangkat di kantor, setidaknya ada orang
yang menghargai hasil kerja orang lain, tapi ternyata ada orang juga
yang iri dengan keberhasilan saya, selalu ada gangguan yang terjadi di
dalam keluarga saya, bahkan satu kali saya pulang ke rumah, seperti ada
pencuri yang masuk membongkar rumah saya di seluruh ruangan tapi
tidak ada yang hilang”48
Selain itu ada warga jemaat yang sempat kehilangan uang yang cukup
banyak dan akhirnya memutuskan untuk berdoa kepada pendoa yang memiliki
karunia untuk mengetahui siapa yang mengambil uang tersebut.49
“Pada waktu malam hari saya terkejut karena saya kehilangan uang
sebesar 20 juta, uang ini berhubungan dengan tanggungjawab pekerjaan
46 Wawancara dengan Ibu M.L, pada tanggal 22 Agustus 2017.
47 Wawancara dengan Ibu Y. T pada tanggal 08 September 2017.
48
Wawancara dengan Ibu Y. T pada tanggal 08 September 2017. 49
Wawancara dengan Ibu V. N pada tanggal 23 Agustus 2017.
60
saya. Ini akan jadi persoalan yang besar kalau saya tidak menemukan, saya
harus mencari tahu siapa yang mengambil uang ini”.50
Persoalan- persoalan yang dihadapi warga jemaat kemudian
menjadi titik berangkat jemaat untuk memilih berdoa ke pendoa-pendoa yang
memiliki karunia baik itu berupa penglihatan, mimpi atau suara-suara yang
mampu menjawab persoalan warga jemaat.51
Persoalan-persoalan yang
dihadapi warga jemaat kemudian menjadi titik berangkat jemaat untuk
memilih berdoa ke pendoa-pendoa yang memiliki karunia. Berdasarkan
uraian di atas bahwa warga jemaat yang mengalami persoalan memerlukan
suatu jawaban dari Tuhan berupa petunjuk-petunjuk yang diberikan melalui
pendoa, sehingga masuk pada fase yang kedua.
b) Fase yang kedua, ialah jawaban dan petunjuk. Berdasarkan problematika atau
persoalan yang dihadapi warga jemaat yang telah dijelaskan di atas maka
jemaat membutuhkan suatu jawaban dalam persoalan mereka atau paling
tidak petunjuk dari Tuhan.Contohnya seperti salah satu warga jemaat yang
kehilangan uang tersebut, ketika ia berdoa di pendoa ia langsung mendapat
jawaban seketika itu juga,52
atau salah satu warga jemaat yang mengalami
sakit penyakit, tentu membutuhkan proses yang panjang untuk sampai pada
pemulihan dari sakit penyakitnya.53
Oleh karena itu, warga jemaat
membutuhkan jawaban atau paling tidak petunjuk untuk setiap persoalan
yang dihadapi. Setelah persoalan warga jemaat dapat diatasi maka pada fase
50
Wawancara dengan Ibu V. N pada tanggal 23 Agustus 2017. 51
Wawancara dengan Bapak A. T pada tanggal 08 September 2017
52
Wawancara dengan Bapak R. S pada Tanggal 25 Agustus 2017.
53
Wawancara dengan Ibu M. L, pada tanggal 22 Agustus 2017.
61
yang berikutnya ialah jemaat yang mengetahui karunia-karunia pendoa untuk
mendapat jawaban dan petunjuk lalu jemaat berdoa ke pendoa.
c) Fase yang ketiga adalah karunia-karunia. Warga jemaat yang didoakan
sebagian besar memilih untuk berdoa ke seorang pendoa karena mengetahui
adanya karunia-karunia yang dimiliki. Karunia itu memiliki ciri yang tidak
dimiliki oleh semua orang dan bagi warga jemaat itu merupakan bagian dari
kehendak Tuhan untuk orang-orang yang dipilihnya dalam arti bahwa karunia
yang berasal dari Tuhan akan terlihat dari bagaimana pendoa itu bisa
memberikan kabar yang menyenangkan hati warga jemaat . Jika warga jemaat
mengalami satu persoalan yang cukup berat sehingga Tuhan peduli dengan
persoalan yang dialami oleh keluarga.54
Bertolak dari karunia-karunia
pendoa, warga jemaat yang dilanda persoalan perlu untuk didoakan oleh
pendoa-pendoa tersebut sehingga masuk yang keempat.
d) Fase yang keempat adalah kepercayaan. Warga jemaat percaya bahwa apa
yang ditampilkan oleh pendoa itu adalah benar-benar karunia Tuhan dan
seketika apa yang ditunjukkan Tuhan melalui karunia misalnya penglihatan,
terjadi di dalam kehidupan warga jemaat”.55
e) Fase yang kelima ialah relasi timbal-balik antar pendoa dan warga jemaat.
Kepercayaan yang dibangun, menciptakan sebuah relasi yang intens antara
pendoa dan warga jemaat. Warga jemaat berpendapat bahwa karunia itu
berasal dari Tuhan yang diberikan bagi sebagian orang yang menjadi
pilihannya untuk menjadi kesaksian bagi banyak orang agar relasi antara
54 Wawancara dengan Ibu F.B pada tanggal 28 Agustus 2017.
55
Wawancara dengan Ibu E.R pada tanggal 02 September 2017.
62
warga jemaat dengan Tuhan tidak putus.56
Warga jemaat juga meyakini
bahwa pengalaman ini harus terus dilakukan tidak hanya secara pribadi tetapi
juga secara keluarga. Kesaksian dari pengalaman pendoa itu menjadi bagian
di dalam kehidupan orang tua dan anak-anak.57
Hal-hal sederhana yang
dilakukan oleh warga jemaat, seperti yang di kemukakan oleh salah satu
warga jemaat:
“Saya sudah terlalu sering didoakan oleh pendoa yang mendukung
kehidupan keluarga saya.Saya sering juga mendoakannya untuk
tugas pelayanannya di tempat yang lain, bahwahal-hal sederhana
seperti selesai berdoa biasa saya suguhkan makanan, bahkan kasih
uang transport pulang.Pertama memang pendoa sempat menolak tapi
saya bilang ini berkat Tuhan bukan sesuatu yang dipikirkan secara
negatif”.58
56
Wawancara dengan Keluarga Bapak M.P pada tanggal 05 September 2017.
57
Wawancara dengan Ibu M. L, pada tanggal 22 Agustus 2017.
58
Wawancara dengan Bapak Y.D pada tanggal 01 September 2017.