BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A....

23
35 BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. Konsep Pendidikan Modern. 1. Pengertian Pendidikan Modern Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. 1 Pendidikan juga bisa diartikan sebagai usaha secara sengaja dari orang dewasa dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. 2 Pendidikan mempunyai tiga unsur yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain, yaitu : a. Pengajar b. Pelajar atau anak didik c. Realitas dunia. 3 Pengajar dan pelajar merupakan subyek sadar (cognitive), sedangkan realitas dunia merupakan obyek tersadar atau disadari (cognizable). Subyek sadar berarti orang yang dengan kesadarannya melakukan suatu pekerjaan secara aktif, sedangkan obyek tersadar berarti sesuatu yang dikenai pekerjaan dan hanya bersifat pasif. Dengan menjadi subyek berarti pelajar mempunyai peran aktif dalam kegiatannya menuntut ilmu, bukannya hanya pasif sehingga seakan hanya menjadi obyek pendidikan bagi gurunya. Sedangkan sistem pendidikan yang pernah ada dan mapan selama ini seakan hanya menjadikan siswa sebagai obyek, bukan sebagai subyek yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. 1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hal. 28. 2 Soegarda Poerba Kawatja dan H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1982, hal. 257. 3 Toto Rahardjo, dkk., Pendidikan Popular, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hal. 40.

Transcript of BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A....

Page 1: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

35

BAB III

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN

A. Konsep Pendidikan Modern.

1. Pengertian Pendidikan Modern

Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang

(pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan

maksimal yang positif.1 Pendidikan juga bisa diartikan sebagai usaha

secara sengaja dari orang dewasa dengan pengaruhnya meningkatkan si

anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memikul tanggung

jawab moril dari segala perbuatannya.2

Pendidikan mempunyai tiga unsur yang tidak bisa dipisahkan

antara yang satu dengan yang lain, yaitu :

a. Pengajar b. Pelajar atau anak didik c. Realitas dunia.3

Pengajar dan pelajar merupakan subyek sadar (cognitive),

sedangkan realitas dunia merupakan obyek tersadar atau disadari

(cognizable). Subyek sadar berarti orang yang dengan kesadarannya

melakukan suatu pekerjaan secara aktif, sedangkan obyek tersadar berarti

sesuatu yang dikenai pekerjaan dan hanya bersifat pasif. Dengan menjadi

subyek berarti pelajar mempunyai peran aktif dalam kegiatannya menuntut

ilmu, bukannya hanya pasif sehingga seakan hanya menjadi obyek

pendidikan bagi gurunya. Sedangkan sistem pendidikan yang pernah ada

dan mapan selama ini seakan hanya menjadikan siswa sebagai obyek,

bukan sebagai subyek yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab

untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, 1994, hal. 28. 2 Soegarda Poerba Kawatja dan H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, PT. Gunung

Agung, Jakarta, 1982, hal. 257. 3 Toto Rahardjo, dkk., Pendidikan Popular, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hal. 40.

Page 2: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

36

Merujuk dari pengertian pendidikan yang sudah ada dan mapan

selama ini mengindikasikan bahwasannya sistem pendidikan yang ada

selama ini hanya sebagai sebuah Bank dimana pelajar diberikan ilmu

pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil dengan berlipat

ganda, hal ini dikarenakan pelajar atau anak didik hanyalah sebagai obyek

yang terus menerus dijejali dengan ilmu pengetahuan oleh gurunya,

sehingga pada akhirnya murid menjadi seperti prototipe bagi gurunya yang

selalu kelihatan sempurna di mata muridnya dan hal ini berakibat pada

hilangnya kreatifitas dan kebebasan berpikir pada diri pelajar.

Hal inilah yang kemudian menjadikan acuan untuk merombak

model pendidikan yang ada selama ini yang dianggap telah membelenggu

dan tidak memberi kebebasan bagi pelajar atau anak didik untuk

berkembang dan menentukan sendiri tujuan hidupnya. Dengan demikian

pengertian (definisi) pendidikan juga mengalami perubahan, pendidikan

diartikan sebagai proses hominisasi dan humanisasi seseorang yang

berlangsung di dalam lingkungan hidup keluarga dan masyarakat yang

berbudaya, kini dan masa depan.4

Pendidikan berarti proses humanisasi, oleh sebab itu perlu

dihormati hak-hak asasi manusia. Anak didik bukanlah robot, tetapi

manusia yang harus dibantu dalam proses pendewasaannya agar dia dapat

mandiri dan berpikir kritis, jadi pendidikan bukan hanya menjadikan

manusia berbeda dengan binatang yang dapat makan minum, berpakaian

dan mempunyai tempat tinggal (hominisasi), hal ini sama dengan istilah

memanusiakan manusia.

Pelajar atau anak didik bukanlah objek bagi guru, melainkan

sebagai subyek yang bebas berpikir dan mengembangkan kreativitasnya

sehingga nantinya akan mampu mengubah realitas dirinya sendiri,

sedangkan guru berfungsi sebagai motivator dan fasilitator yang selalu

membantu dan membimbing anak didiknya ke arah kedewasaan. Hal ini

4 H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000,

hal. 20.

Page 3: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

37

sesuai dengan definisi mengajar modern, yaitu mengajar adalah bimbingan

kepada siswa dalam proses belajar.5

Konsep pendidikan modern dimunculkan karena adanya suatu

kesadaran bahwasanya manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai

kebutuhan untuk dihargai dan mempunyai hak untuk menentukan pilihan

sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya, hal inilah yang bertentangan

dengan sistem pendidikan yang lama, dimana peserta didik dianggap

kurang mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri jalur hidupnya

dan seolah hanya bersifat sebagai bank yang hanya bertugas untuk

menyimpan segala macam teori yang diberikan oleh guru kepadanya

sehingga murid seakan hanya sebagai prototip dari gurunya dan tidak

mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengubah dirinya sendiri.

2. Latar Belakang Munculnya Prinsip Pendidikan Modern.

Prinsip pendidikan modern muncul dikarenakan model pendidikan

yang ada dan mapan selama ini dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan jaman yang sudah semakin maju, sehingga apabila hal ini

dibiarkan tanpa ada langkah konkret untuk merubahnya maka

dikhawatirkan kualitas anak didik yang menjadi generasi penerus bangsa

akan semakin menurun dan tidak mampu lagi bersaing dengan bangsa lain

di era globalisasi.

Pendidikan di masa lalu dirasa sangat monoton, membosankan,

tidak mengembangkan daya kreatifitas anak didik, tidak menyenangkan

dan kurang efisien, serta hanya mengandalkan bakat alam. Hal ini

berdampak pada kualitas anak didik secara umum menjadi rendah yang

akhirnya akan berdampak pula pada perkembangan dan kemajuan bangsa.

Berdasarkan fakta tersebut maka para pemikir pendidikan berusaha

untuk memperbaiki model-model pendidikan yang lama menjadi suatu

sistem pendidikan yang variatif (sesuai dengan tuntutan dan

perkembangan jaman). Dengan adanya prinsip-prinsip pendidikan yang

5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, PT. Rineka Cipta, Jakarta,

1995, hal. 30.

Page 4: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

38

semacam ini (modern), maka diharapkan mutu pendidikan akan naik dan

akhirnya akan berdampak bagi kemajuan bangsa dan negara.

B. Prinsip- Prinsip Pendidikan Modern

1. Pengertian Prinsip Pendidikan Modern

Prinsip merupakan asas (kebenaran yang menjadi pokok atau dasar

dalam berpikir, bertindak)6, sedangkan pendidikan merupakan suatu

proses hominisasi dengan humanisasi yang berlangsung di dalam

lingkungan hidup keluarga dan masyarakat yang berbudaya. Jadi prinsip

pendidikan modern dapat diartikan sebagai asas atau pokok yang menjadi

dasar dalam bertindak demi untuk tercapainya proses hominisasi dan

humanisasi yang berlangsung di dalam lingkungan hidup keluarga dan

masyarakat yang berbudaya, dalam hal ini pendidikan tersebut sesuai

dengan tuntutan jaman (modern).

Pada dasarnya prinsip-prinsip pendidikan modern sangatlah

banyak, diantaranya: prinsip kesuksesan pendidikan dipengaruhi oleh

faktor Emotional Intelligence (EI/EQ) dan Spiritual Intelligence (SI/SQ),

prinsip kebebasan dalam berkembang, prinsip pendidikan berdasar pada

kebutuhan masyarakat, prinsip minat dan perhatian dalam bekerja

(belajar), prinsip cepat dan efektif, prinsip kesenangan dalam belajar, dan

lain-lain.

Oleh karena itu prinsip-prinsip pendidikan modern dalam

penyusunan skripsi ini kami batasi dengan hanya empat prinsip, yaitu:

a. Emotional Intelligence (kecerdasan emosional) yang lazim disebut EQ

(Emotional Quotion).

b. Kesenangan dalam belajar.

c. Cepat dan efektif.

d. Kebebasan berkembang.

6 W.J.S. Poerwadarminta, dkk., Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hal. 788.

Page 5: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

39

Keempat prinsip tersebut sekiranya cukup mewakili dari prinsip-

prinsip pendidikan yang lain. Dengan demikian cukup memberikan

gambaran mengapa prinsip-prinsip pendidikan modern tersebut menjadi

begitu penting bagi para pelajar untuk meraih kesuksesan di dalam

menempuh pendidikan.

Kecerdasan emosional (EQ) kami kemukakan disini karena untuk

mengubah persepsi orang umum yang menganggap bahwasanya seseorang

akan berhasil dalam menempuh pendidikan apabila mempunyai akal yang

cerdas (IQ yang tinggi), hal ini tidak sepenuhnya benar, karena di samping

faktor IQ tersebut ada faktor lain yang sangat mendukung dan mempunyai

peran yang besar dalam kesuksesan pendidikan seseorang, yang salah satu

diantaranya adalah EQ. IQ menyumbang 20 persen bagi faktor-faktor yang

menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen adalah diisi oleh

kekuatan-kekuatan lain.7 Kecerdasan tingkat tinggi memadukan EQ

dengan IQ, dan tidak hanya mempertahankan kemampuan berfungsi, tetapi

juga menjadikannya lebih hebat.8

Sedangkan prinsip kesenangan dalam belajar dimaksudkan sebagai

sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan yang berusaha mengubah

pandangan masyarakat bahwasanya belajar adalah suatu usaha yang

membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi, sehingga apabila seseorang

menginginkan kesuksesan maka orang tersebut haruslah mau bersusah

payah demi tercapainya kesuksesan dalam belajar. Adanya “susah payah”

inilah yang kemudian menciptakan opini di masyarakat bahwasanya

belajar merupakan suatu beban yang sangat tidak mengenakan dan tidak

menyenangkan bagi siapapun juga.

Hal ini bertentangan dengan prinsip pendidikan modern yang justru

beranggapan bahwa: Belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana

7 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, PT. Gramedia, Jakarta, 2000, hal. 44. 8 Robert, K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, PT. Gramedia, Jakarta, 2002, hal.

6.

Page 6: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

40

menyenangkan.9 Jika seseorang mengalami kesenangan dalam belajar

maka otomatis akan membuat orang tersebut mempunyai keinginan yang

kuat untuk terus belajar dan belajar, dan jika seseorang dalam keadaan

yang senang ketika belajar sesuatu maka materi pelajaran yang diterima

pun akan menjadi lebih cepat untuk diterima dan menjadikannya lebih

tahan lama di dalam ingatan.

Prinsip cepat dan efektif yang dimaksudkan di sini adalah

bahwasanya suatu mata pelajaran atau keterampilan akan dapat dikuasai

seseorang dalam waktu yang singkat dan cepat apabila dilakukan dengan

cara yang efektif. Hal ini sesuai dengan perkembangan jaman yang

menuntut segalanya untuk dapat dilakukan dengan cepat, sehingga

terkesan lebih mengefisienkan waktu yang ada.

Prinsip kebebasan berkembang merupakan suatu prinsip dasar

dalam pendidikan modern yang menginginkan kebebasan bagi seorang

pelajar untuk mengembangkan kreatifitasnya tanpa adanya tekanan dari

pihak lain yang bisa mengganggu dan membatasi ruang geraknya, hal ini

bertujuan untuk menjadikan para pelajar sebagai subyek yang berhak

mengatur dan mengolah serta mengembangkan potensi dirinya, bukannya

sebagai obyek yang terus-menerus dijejali ilmu pengetahuan oleh gurunya

sehingga berakibat mematikan kreativitasnya dalam mengembangkan

potensi yang ada dalam dirinya. Di Indonesia hal ini dikenal sebagai

program Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

2. Beberapa prinsip dalam pendidikan modern

a). EQ (Kecerdasan Emosional)

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.10

Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu

keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan

9 Gordon Dryden dan Jeanette Vos, Revolusi Cara Belajar, Kaifa, Bandung, 2000, hal.

23. 10 Daniel Goleman, op.cit, hal. 7

Page 7: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

41

untuk bertindak.11 Dalam hal ini emosi merupakan gejolak jiwa yang

bersifat naluriah yang selalu menyertai perasaan manusia. Emosi di

mata masyarakat awam mempunyai konotasi yang negatif dan

dianggap sebagai pemicu segala kejadian yang tidak menyenangkan

yang dialami oleh manusia.

Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan-

golongan besar, meskipun tidak semua sepakat tentang penggolongan

ini, golongan tersebut antara lain :

a. Amarah : mengamuk, benci, jengkel, kesal, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan.

b. Kesedihan: sedih, muram, mengasihani diri, kesepian, putus asa, depresi berat.

c. Rasa takut : cemas, takut, khawatir, was-was, waspada, panik. d. Kenikmatan : bahagia, puas, riang, bangga, terpesona, takjub e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, rasa dekat, bakti,

hormat, kasmaran. f. Terkejut : terkesiap, terpana. g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka. h. Malu : rasa salah, kesal hati, sesal, hina, aib, hati hancur.12

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi;

mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,

mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak

melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.13

Dengan adanya kecerdasan emosional yang tinggi, maka

seseorang akan sanggup mengatasi segala permasalahan yang ada pada

dirinya untuk kemudian membuatnya menjadi suatu motivasi yang

malah akan mampu mengangkat kembali semangat yang ada dalam

dirinya menjadi berlipat ganda sehingga akhirnya mampu mengatasi

permasalahan tersebut dengan baik. Oleh karena pentingnya

kecerdasan emosional ini, maka orang tidak bisa begitu saja

11 Ibid, hal. 411. 12 Ibid, hal. 411-412. 13 Ibid, hal. 45.

Page 8: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

42

mengabaikannya apabila menginginkan kesuksesan dalam belajar, dan

hanya mengandalkan IQ-nya secara sepenuhnya dengan mengabaikan

peran emosi yang ada pada dirinya.

Seseorang dengan IQ yang tinggi tanpa dibarengi dengan

pengolahan emosi yang baik akan cenderung memiliki sifat-sifat penuh

ambisi dan produktif, dapat diramalkan dan tekun, tidak dirisaukan

oleh urusan-urusan tentang dirinya sendiri, cenderung bersikap kritis

dan meremehkan, pilih-pilih dan malu-malu, kurang ekspresif dan

menjaga jarak, dan secara emosional membosankan dan dingin.

Sebaliknya, orang yang tinggi kecerdasan emosionalnya secara

sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka, tidak mudah takut atau

gelisah, mereka berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan

orang-orang atau permasalahan, untuk memikul tanggung jawab dan

mempunyai pandangan moral, simpatik dan hangat dalam

berhubungan, kehidupan emosionalnya kaya tetapi wajar, mereka

merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dunia

pergaulannya.

Contoh tersebut memberikan gambaran bahwasanya dengan

adanya kecerdasan emosional yang tinggi akan membuat manusia

menjadi manusia yang seutuhnya sesuai dengan kodratnya (mahluk

sosial) bukan hanya sebagai manusia yang mementingkan dirinya

sendiri dan mengesampingkan peran orang lain disekitarnya. Orang

yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan menjadi

orang yang tabah dan tahan uji sehingga akan mampu mengatasi segala

permasalahannya dengan baik.

Dalam kegiatan belajar (mencari ilmu), orang yang mempunyai

EQ tinggi apabila mengalami hambatan atau kesulitan dalam belajar

akan bisa dengan sesegera mungkin mengatasi kesulitan yang dihadapi

untuk kemudian melanjutkan sampai tercapainya cita-cita dalam

belajar, yaitu mendapat kesuksesan dalam belajar. Sebaliknya apabila

EQ-nya rendah, maka sekali orang tersebut mendapat kesulitan dalam

Page 9: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

43

belajar, maka dia akan mudah untuk berputus asa dan akhirnya

berakibat pada terhambatnya kesuksesan dalam belajar.

Misalnya dalam mata pelajaran Faraid, seorang anak

mengalami kesulitan dalam memahami salah satu bab dalam pelajaran

tersebut, akan tetapi hal ini malah membuat semangatnya bertambah

dalam mempelajari bab tersebut karena dia merasa bahwa

sesungguhnya ternyata masih banyak hal yang belum dia mengerti dan

belum dikuasainya. Dengan tekun anak tersebut terus belajar dan

mencari bimbingan dari orang lain untuk membantunya dalam

memahami bab tersebut sampai akhirnya dia betul-betul memahami

dan menguasai bab tersebut. Berbeda halnya apabila anak tersebut

langsung menyerah setelah mengetahui bahwa dirinya kesulitan dalam

memahami bab tersebut kemudian membuatnya merasa tidak mampu

dan tidak mampu terus berusaha, maka hasilnya dia akan menjadi

benar-benar tidak bisa menguasai materi pelajaran tersebut.

Kecerdasan emosional didasari oleh kecerdasan pribadi dan

ditandai dengan beberapa kemampuan, antara lain:

a. Mengenali emosi diri. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuatan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi.

b. Mengelola emosi. Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Hal ini berhubungan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Orang-orang yang buruk dalam pengelolaan keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat segera bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

c. Memotivasi diri sendiri. Kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang

Page 10: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

44

memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

d. Mengenali emosi orang lain. Empati, kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul. Orang yang lebih empatik mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan dengan orang lain.14

Dengan menguasai kelima kemampuan di atas, maka seseorang

dianggap memiliki kecerdasan emosional yang tinggi yang akan

mampu mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada dirinya

maupun pada masyarakat sekitarnya, dengan demikian maka orang

tersebut akan mampu menyiasati kegagalan yang pernah dialaminya

dalam menempuh pendidikan dan malah menjadikan kegagalan

tersebut sebagai bahan referensi untuk mencapai kesuksesan dalam

pendidikan. Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional

yang tinggi akan mampu mengatasi segala permasalahan yang

dihadapinya dalam proses mencari ilmu, dan hal ini tentunya akan

sangat menunjang dalam kegiatannya mencari ilmu. Kemampuan ini

dapat dipelajari dan diperbaiki sampai ke tingkat yang setinggi-

tingginya dimana masing-masing wilayah menampilkan bentuk

kebiasaan dan respon yang dengan upaya yang tepat dapat

dikembangkan.

b) Kesenangan dalam Belajar.

Belajar merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh

seseorang apabila menginginkan suatu kesuksesan dalam pendidikan,

belajar yang dimaksudkan adalah belajar dengan giat dan gigih demi

untuk mencapai tujuan. Hal ini kemudian diartikan bahwasanya belajar

merupakan suatu kewajiban yang sangat menyita waktu dan

14 Ibid, hal. 57-59.

Page 11: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

45

membosankan bagi sebagian besar orang. Mereka mengartikan

bahwasanya belajar adalah suatu kegiatan yang sangat tidak

menyenangkan sehingga akhirnya menjadikan kegiatan belajar sebagai

suatu "setan" yang sangat menyeramkan dan menakutkan..

Belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan

dengan menyenangkan dan berhasil.15 Dengan adanya kesenangan

dalam belajar, orang akan menjadi tertarik dan akhirnya timbul minat

dan motivasi yang kuat untuk belajar. Dalam hal ini emosi yang ada

dalam diri akan ikut tergugah, jika informasi baru disampaikan dengan

cara yang menyenangkan emosi secara positif, maka orang akan dapat

belajar dan mengingat dengan baik. Namun, ketika rasa takut atau

emosi yang negatif hadir, otak tengah (otak berpikir) mungkin akan

merekam informasi yang datang, sehingga informasi tersebut akan

tersaring. Hal inilah yang menyebabkan belajar menjadi tidak efektif,

mungkin tiba-tiba seseorang baru sadar bahwa telah lama menatap satu

halaman tanpa memahami apapun. Jadi, keadaan pikiran itu sangat

penting dalam belajar.16

Kegembiraan dalam belajar bukan berarti hura-hura, melainkan

kedamaian yang mendalam dan tenang serta adanya perasaan saling

terkait, utuh dan terlibat.17 Dengan terciptanya kedamaian, perasaan

saling terkait, utuh dan terlibat, maka akan tercipta suatu kegiatan

belajar mengajar yang menyenangkan dan kondusif karena seluruh

elemen pendidikan yang ada di dalamnya terlibat secara efektif. Hal ini

tentunya akan membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efektif

dan efisien.

Yang menjadi persoalan sekarang ini adalah bagaimana

caranya untuk membuat belajar itu menjadi sesuatu yang

menyenangkan dan mampu membangkitkan emosi positif yang ada

15 Bobbi De Porter dan Mike Herracki, Quntum Learning, Kaifa, Bandung, 1999, hal. 8. 16 Ibid, hal. 23. 17 Dave Meier, The Accelerated Learning, Kaifa, Bandung, 2001, hal. 60.

Page 12: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

46

pada diri seseorang. Padahal tiap-tiap orang memiliki gaya belajar

yang berbeda-beda dan bisa menyesuaikan diri dengan gaya-gaya

belajar itu supaya bisa mencapai audiens seluas dan seefektif mungkin.

Pada dasarnya yang membuat seseorang menjadi lebih mudah

dan cepat dalam menguasai materi pelajaran adalah apabila mereka

memahami cara yang paling cocok dengan otak individual mereka.18

Misalnya ketika kita menyuruh seseorang menulis, apabila dia menulis

dengan menggunakan tangan yang dominan maka hasil tulisannyapun

akan lebih cepat dan lebih bagus dibandingkan jika menulis dengan

tangan yang kurang dominan. Hal inilah yang membuat belajar akan

menjadi lebih mudah, lebih efektif dan terutama lebih menyenangkan.

Dalam upaya untuk membuat proses belajar menjadi sesuatu

yang menyenangkan, setidaknya ada lima prinsip yang bisa diterapkan,

antara lain:

a. Segalanya berbicara b. Segalanya bertujuan c. Pengalaman sebelum pemberian nama d. Akui setiap usaha e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.19

Untuk lebih jelasnya akan kami ketengahkan penjelasan dari

segmen-segmen di atas:

a. Segalanya berbicara, hal ini berhubungan dengan penataan lingkungan, lingkungan yang ditata dan diatur dengan baik akan memacu semangat belajar. Hal ini berkaitan dengan adanya kemitraan antara otak dan mata, dimana gerakan mata selama belajar dan berpikir terikat pada modalitas visual, auditorial dan kinestetik20. Dengan kata lain, mata kita bergerak menurut cara otak mengakses informasi. Umumnya jika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau mengingat citra, misalnya jika

18 Collin Rose, Kuasai Lebih Cepat, Kaifa, Bandung, 2002, hal. 27. 19 Bobby De Porter, Mark Reardon & Sarah Singer Nourie, Quantum Teaching, Kaifa,

Bandung, 2002, hal. 7-8. 20 Ibid, hal. 68.

Page 13: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

47

orang diminta untuk mengingat-ingat sesuatu maka dia secara tidak sadar akan melihat ke atas seakan-akan apa yang dia cari ada di atas awang-awang, padahal sesungguhnya tidak demikian. Jika seseorang diminta untuk mengingat percakapan yang belum lama dilakukannya dengan teman, maka matanya akan bergerak ke satu atau dua sisi karena informasi auditorial masuk melalui telinga, mata bergerak ke lokasi tersebut, seraya mengingat atau menciptakan bunyi, frase, percakapan, dan lain-lain. Perasaan disimpan di dalam tubuh kita. Saat kita merasa percaya

diri, sukses atau berprestasi, kita sering menegakkan kepala,

menegakkan bahu dan berjalan dengan mantap.

Apabila kemampuan untuk secara tidak sadar menyerap informasi

melalui kemitraan otak dan mata ini dimanfaatkan, maka hal ini

akan menjadikan suasana belajar menjadi sangat menyenangkan

dan terlebih lagi mampu memunculkan emosi positif yang ada

pada diri setiap orang.

b. Segalanya mempunyai tujuan

Kita tahu bahwa kesulitan pelajaran atau derajat resiko

pribadi itu sendiri cukup untuk membuat siswa menahan diri atau

menyebabkan belajar mandek. Hal ini disebabkan oleh adanya

pelajaran yang sulit dan adanya resiko yang dihadapi sehingga

berakibat menurunnya mental seseorang dan tidak berani

menghadapi kendala karena sebelumnya sudah merasa tidak

mampu.

Hal ini bisa disiasati dengan cara, apabila guru memberikan

suatu pelajaran yang paling sulit hendaknya dilaksanakan menurut

tahapan:

- Multi sensori, gunakan unsur visual, auditorial dan kinestetik. - Pemotongan menjadi segmen-segmen, mula-mula diajarkan

pada kelompok besar, kemudian dipecah menjadi kelompok kecil, selanjutnya diselesaikan secara perseorangan.

- Sering-sering melakukan pengulangan. 21

21 Ibid, hal. 87.

Page 14: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

48

Penggunaan unsur visual-auditorial dan kinestetik ditujukan

untuk merangsang ingatan siswa agar lebih kuat dalam memahami

dan mengingat pelajaran, sebab ketiga unsur tersebut secara

otomatis akan membuat siswa menjadi terlibat secara langsung

dalam kegiatan belajar dan hal ini akan sangat efektif dibanding

dengan kegiatan belajar dengan mengabaikan salah satu dari ketiga

unsur tersebut. Sedangkan pemotongan bersegmen dan

pengulangan menjadikan siswa menjadi lebih siap secara mental

karena merasa sudah mendapat bekal yang cukup dalam

pembelajarannya.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

Pengalaman merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran,

tempat dan sebagainya.22 Suatu pelajaran biasanya dimulai dari

sini, dari pemberian materi pelajaran, dan kemudian baru

melakukan kegiatan kelak jika ada waktu. Hal ini diibaratkan

dengan pemberian teori dengan mengesampingkan prakteknya,

model pengajaran semacam ini kurang menyentuh emosi kita

sehingga terasa kurang efektif.

Seharusnya pelajaran dimulai dari pengalaman terlebih

dahulu, hal ini bertujuan untuk melibatkan emosi siswa secara

langsung sehingga akan mengakar dengan kuat di dalam

ingatannya, baru kemudian diberikan informasi atau teori

(penamaan) tentang kegiatan yang telah dilakukan. Dengan

demikian siswa akan menjadi terbuka pikirannya dan

pemahamannya tentang pelajaran (teori) yang diterimanya pun

akan menjadi “dua kali lipat” dibandingkan dengan pemberian

materi pelajaran yang sebaliknya.

Misalnya ketika memberi pelajaran wudhu, siswa langsung

diajak ke tempat wudhu dan dibimbing untuk berwudhu yang

22 Ibid, hal. 91.

Page 15: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

49

benar. Setelah itu baru kemudian diberikan teori wudhu yang baik

dan benar di kelas. Maka siswa akan menjadi lebih memahaminya

karena sebelumnya sudah mengalaminya sehingga dia akan dapat

menjodohkan secara tepat antara perbuatan (pengalaman) yang dia

dapat dengan teori yang dia terima, dan hal ini akan dapat

mengakar secara kuat ke dalam ingatan siswa karena berhubungan

dengan emosi atau perasaan siswa secara langsung.

d. Akui setiap usaha

Pengakuan setiap usaha yang telah dilakukan oleh setiap

orang (terutama bagi siswa yang sedang dalam masa

perkembangan) akan mempunyai dampak yang sangat besar bagi

perkembangan mentalnya. Hal ini dikarenakan sifat alami manusia

yang menginginkan penghargaan atas segala apa yang telah

dilakukannya.

Apabila seorang anak diberi pengakuan atau penghargaan

atas usahanya, maka anak tersebut akan termotivasi untuk

melanjutkan kegiatannya, walaupun yang dihasilkannya kurang

bagus. Akan tetapi apabila hasil jerih payahnya tidak diakui

(dihargai) maka anak tersebut akan turun motivasinya sehingga

tidak mempunyai keinginan untuk melakukannya (mencobanya).

Misalnya seorang anak telah berusaha dengan tekun untuk belajar

dan mendapatkan ranking tiga di kelasnya, tapi orang tuanya

kurang puas dan menganggap anaknya bodoh karena hanya bisa

mendapat ranking tiga, maka hal ini akan membuat mental anak

tersebut menjadi turun dan enggan untuk mengejar

ketertinggalannya sehingga rankingnya di semester berikutnya

bukannya menjadi naik tapi malah menurun. Beda halnya apabila

orang tuanya mengakui hasil jerih payah anaknya, hal ini akan

membuat motivasi anaknya untuk mengejar ketertinggalannya

menjadi tinggi dan akan berakibat pada meningkatnya motivasi

dalam dirinya untuk belajar.

Page 16: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

50

e. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.

Dengan mengadakan perayaan di akhir season akan

memberikan dorongan bagi seseorang untuk mengulanginya lagi.

Perayaan membangun keinginan untuk sukses.23 Dengan adanya

perayaan maka dalam diri orang tersebut akan terbentuk suatu

keinginan untuk dapat mengulanginya lagi, dan hal ini

membuatnya termotivasi untuk bagaimana agar dapat

mengalaminya.

Perayaan tidak harus dilaksanakan dengan pengadaan pesta

atau pemberian hadiah, tapi juga bisa dilaksanakan dengan

pemberian tepuk tangan, ucapan hore, ataupun semacam pujian,

karena ini hanyalah suatu alat untuk melepaskan kepenatan dan

memunculkan emosi positif yang baru untuk bisa dimanfaatkan

dimasa-masa selanjutnya.

c). Cepat dan Efektif

Belajar pada hakekatnya bisa dilakukan dengan cepat dan

efektif akan tetapi hal ini baru dapat dilakukan apabila dilakukan

dengan gaya dan kekuatan masing-masing pribadi.24 Gaya belajar

merupakan cara orang untuk menyerap dan menyimpan informasi baru

dan sulit dalam berpikir atau berkonsentrasi. Masing-masing orang

mempunyai gaya yang cocok dengan dirinya, dan tidak ada gaya yang

superior atau lebih baik karena pada intinya setiap gaya dapat menjadi

efektif dengan caranya sendiri menurut kadar kecocokannya. Gaya

belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi.

23 Ibid, hal. 31 24 Gordon Dryden dan Jeannette Vos, op.cit, hal. 355.

Page 17: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

51

Ada 3 gaya belajar yang dominan bagi masing-masing

individu, antara lain:

a. Visual b. Auditorial c. Kinestetik 25

Orang yang mempunyai kecenderungan gaya baca visual akan

banyak mendapat informasi dari membaca atau memperhatikan

ilustrasi yang ditempel di papah tulis. Orang auditorial lebih cenderung

untuk mendengarkan, sedangkan orang kinestetik lebih condong

dengan memperagakannya secara langsung.

Sistem identifikasi V-A-K membedakan bagaimana cara

termudah dalam menyerap informasi sedangkan untuk menentukan

dominasi corak dan bagaimana memproses informasi, seorang profesor

dibidang kurikulum dan pengajaran di Universitas Connectitut

bernama Anthony Gregore yang dikutip oleh Bobby De Porter dan

Mike Hernacki dalam bukunya yang berjudul Quantum Learning

mengelompokkan gaya berpikir dalam empat golongan, yaitu :

1. Sekuensial konkret (SK)

2. Sekuensial abstrak (SA)

3. Acak konkret (AK)

4. Acak abstrak (AA) 26

Bagi para Sekuensial Konkret (SK), realitas terdiri dari apa

yang mereka ketahui melalui indra fisik, yaitu indra penglihatan,

peraba, pendengaran, perasa dan penciuman. Mereka memperhatikan

dan mengingat realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta,

informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan khusus dengan mudah.27

Catatan atau makalah adalah cara baik baginya untuk belajar.

25 Bobby de Porter dan Mike Hernacki, Op.Cit, hal. 110. Lihat juga Dave Meier, Ibid.,

hal. 90-91. 26 Ibid, hal. 121. 27 Ibid, hal. 124.

Page 18: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

52

Bagi para pemikir sekuensial abstrak, realitas adalah dunia

teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam

konsep dan menganalisis informasi.28 Proses berpikir mereka adalah

logis, rasional dan intelektual. Aktivitas favorit bagi mereka adalah

membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, mereka akan

melakukannya dengan mendalam29

Pemikir acak konkret mempunyai sikap eksperimental yang

diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur.30 Mereka berpikir

berdasar pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba-

salah (trial and error). Orang dari golongan ini mempunyai dorongan

yang kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu

dengan caranya sendiri serta cenderung tidak memperdulikan waktu

apabila sedang terlibat dalam situasi yang menarik dan mereka lebih

mengutamakan proses daripada hasil.

Bagi pemikir acak abstrak (AA), dunia nyata adalah dunia

perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa dan sebagian lagi

tertarik pada mistisisme. Mereka mengingat dengan sangat baik jika

informasi dipersonifikasikan.31 Pemikir AA mengalami peristiwa

secara holistik, mereka perlu melihat keseluruhan gambar sekaligus,

bukan bertahap. Orang-orang yang cara berpikir seperti ini bekerja

dengan baik dalam situasi-situasi yang kreatif dan harus bekerja lebih

giat dalam situasi yang lebih teratur.

Selain mengandalkan kemampuan mengenali gaya berpikir

dominan pada diri sendiri, ada kiat-kiat khusus (keterampilan khusus)

yang bisa dilaksanakan untuk menunjang kemampuan untuk belajar

dengan cepat dan efektif. Ketrampilan tersebut antara lain:

28 Ibid, hal. 128. 29 Ibid, hal. 134. 30 Ibid, hal 136. 31 Ibid, hal. 130.

Page 19: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

53

a. Membaca cepat

Mata menerima informasi jauh lebih cepat daripada telinga,

tetapi kebanyakan orang masih ingin mendengar perkataan dalam

benak mereka seraya membaca, meskipun sebenarnya tidak perlu

begitu. Dengan menuntut untuk mendengar setiap kata, kita benar-

benar melambatkan pembacaan kita. Kita hanya dapat mendengar

perkataan sekitar 250 kata per menit, tetapi kita dapat melihat kata

dengan kecepatan 2.000 kata per menit atau lebih.32 Sebetulnya

kita tidak perlu harus melihat setiap kata untuk memahami materi

yang kita baca. Kesalahannya adalah membaca kata biasanya

bukan kata itu sendiri yang penting, melainkan gagasan yang

disampaikan kata-kata tersebut.

Untuk dapat membaca dengan cepat, kita bisa

menggunakan alat bantu fisik dengan meletakkan tangan secara

mendatar di atas halaman buku dan menggerakkannya maju

mundur sepanjang halaman dengan gerakan menyapu. Gerakan

tangan menuruni halaman dengan kecepatan tetap.33 Biarkan mata

mengikuti gerakan ujung jari menuruni halaman, kemudian

dipercepat sehingga hanya membutuhkan waktu 4-5 detik untuk

setiap halaman. Mula-mula memang kelihatan kabur, namun

kemudian akan terjadi suatu keanehan, beberapa kata mulai

menonjol dan itulah sebagian kata kunci.

Pada dasarnya ada empat macam cara membaca, yaitu:

- Reguler, yaitu cara membaca yang relatif lambat, dengan membaca baris demi baris seperti yang biasa kita lakukan dalam membaca bacaan ringan.

- Melihat dengan sekilas (skimming), dilakukan dengan sedikit lebih cepat, ini kita lakukan ketika sedang mencari sesuatu yang khusus dalam sebuah teks. Misalnya ketika membaca buku telepon atau kamus.

32 Ibid, hal. 132. 33 Collin Rose, op.cit, hal. 67-68.

Page 20: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

54

- Melihat sekilas (scanning), digunakan untuk melihat isi buku atau untuk melihat sekilas, seperti cara kita membaca koran.

- Kecepatan tinggi (wrap speed), adalah teknik membaca suatu bahan bacaan dengan kecepatan sangat tinggi dan dengan pemahaman yang tinggi.34

b. Menggunakan pencitraan

Pencitraan mengandung arti bahwa seolah-olah anda hanya

akan menggunakan indra visual.35 Hal ini diartikan bahwa sebelum

kita memulai mengerjakan sesuatu, seakan kita sudah mampu

melihat hasilnya. Dengan pencitraan, kita berada dalam alam

imajinasi yang kita ciptakan dengan melibatkan seluruh indra yang

ada pada diri kita sehingga seakan-akan kita benar-benar ada dalam

alam nyata dan dapat merasakannya dengan sesungguhnya.

Pencitraan memberi manfaat membantu pikiran untuk

menyelaraskannya dengan tubuh, hal ini bisa terjadi karena orang

telah terbiasa “melakukannya” dalam pikirannya sehingga tidak

ada hambatan yang terlalu berarti ketika melakukannya di dunia

nyata.

d). Kebebasan Berkembang

Pendidikan mempunyai tiga unsur utama, antara lain, pengajar,

pelajar dan realitas dunia. Pada model pendidikan konvensional,

pelajar hanya dijadikan sebagai obyek didik yang hanya mempunyai

peran DDCH (Duduk Dengar Catat Hafal) dan guru berperan sebagai

subyek yang menguasai jalannya pendidikan secara mutlak. Di sini

siswa didesain untuk menjadi prototipe gurunya, sehingga

menimbulkan suatu anggapan bahwa mereka harus sama persis seperti

halnya gurunya secara keseluruhan karena figur guru merupakan suatu

sosok yang sempurna dan sangat patut untuk dijadikan idola.

Modal pendidikan konvensional seperti ini pada jaman modern

dianggap menyalahi kodrat manusia, karena akan membuat siswa

34 Ibid, hal. 69. 35 Bobby de Porter dan Mike Hernacki, Op.Cit, hal. 266-267.

Page 21: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

55

menjadi terhalang daya kreatifitasnya disebabkan oleh adanya

penekanan dari pihak guru sebagai subyek dan murid hanya sebatas

obyek yang harus “sendiko dhawuh” pada setiap perkataan atau

perintah guru tanpa mempunyai kebebasan dalam mengembangkan

potensi yang dimilikinya. Menyikapi kondisi yang demikian, John

Dewey dan William H. Killpatrik yang dikutip oleh Cece Wijaya

dalam bukunya yang berjudul Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan

Dan Pengajaran mengemukakan pendapatnya tentang pembaharuan

dalam pendidikan dan pengajaran, mereka berpendapat bahwa sekolah

itu harus menjadi tempat para siswa untuk memperoleh pengalaman

langsung dari lapangan bahkan setiap pengalaman belajar itu haruslah

bermakna, dan memberi kesempatan memiliki pemahaman yang

mendalam, mengembangkan sikap dan apresiasi dengan menghormati

segala perbedaan yang ada pada siswa baik pikirannya maupun

perasaannya.36

Hal ini didukung pula oleh pendapat Paolo Freire yang

menganut paham pendidikan pendidikan yang membebaskan, yaitu

proses dimana pendidik mengkondisikan siswa untuk mengenal dan

mengungkap kehidupan yang senyatanya secara kritis,37bukan hanya

membuat peserta didik menjadi semacam obyek pendidikan yang

akhirnya akan mematikan kreativitas dan potensi yang ada pada diri

setiap orang (peserta didik) yang dianggap sebagai tindakan yang tidak

memanusiakan manusia. Hal ini dikarenakan telah menyalahi kodrat

manusia sebagai makhluk yang mempunyai potensi dan kreativitas

yang bisa dikembangkan setinggi mungkin. Pendidikan dilihat sebagai

kegiatan untuk mengembangkan individu-individu yang bukan saja

bersifat sebagai preservator kebudayaannya, tetapi juga sebagai kreator

kebudayaan.38 Dengan mematikan kreativitas seorang siswa berarti

36 Colin Rose, op.cit, hal. 94. 37 Paolo Freire, Politik Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hal. 176. 38 Toto Rahardjo, dkk., op.cit, hal. 22.

Page 22: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

56

hanya membuat siswa menjadi preservator kebudayaan, bukannya

menjadikannya sebagai kreator kebudayaan.

Segala hasil pendidikan adalah hasil usaha anak dalam

mendidik dirinya sendiri. Perkembangan anak didik dapat dipaksakan

dari luar, tetapi harus timbul dari dalam diri sendiri. Maka anak didik

harus diberi kebebasan dalam segala tingkah lakunya atau

kreatifitasnya.39

Model pendidikan yang membebaskan ini kemudian lebih

dikenal dengan istilah student centered, di mana siswa menjadi pusat

dari kegiatan belajar mengajar dan mempunyai peran yang sangat

besar dalam keberhasilan pendidikannya, sedangkan guru hanya

berperan sebagi motivator dan fasilisator bagi anak didiknya. Pada

sekitar pertengahan abad ke-20, istilah student centered diperhalus ke

dalam istilah yang lebih cocok menggambarkan kedudukan siswa

sebagai subyek belajar, istilah itu adalah student active learning, yang

kemudian diterjemahkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).40

Pendekatan keterampilan proses CBSA adalah suatu pendekatan yang

pada umumnya diawali oleh sebuah pengamatan kemudian melaju ke

dalam kegiatan penafsiran, peramalan, sampai pada kegiatan

pemajangan hasil belajar.

Cara belajar seperti ini akan membawa kemudahan bagi siswa

untuk memahami konsep dalam kegiatan belajar mengajar. Alasan lain

mengapa keterampilan ini perlu diterapkan adalah bahwa:

a. Kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat relatif. Ilmu itu selalu berubah dan berkembang dan selalu menumbuhkan ilmu baru, oleh sebab itu CBSA dianggap paling cocok karena proses pembelajaran untuk pengembangan konsep tidak terlepas dari pemahaman sikap dan nilai dalam diri anak didik.

39 A.G. Soejono, Aliran Baru Dalam Pendidikan, CV. Ilmu, Bandung, t.th., hal. 82. 40 H.A.R Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, PT..

Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hal. 200.

Page 23: BAB III PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MODERN ... Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif

57

b. Perubahan cara penyajian mungkin pula terjadi karena munculnya konsep pendidikan 9 tahun. Perubahan ini akan membawa efek juga pada perubahan silabus dan buku pelajaran.

c. Hal yang bertalian dengan kualitas pendidikan selama 10 tahun dari tahun 1970 sampai dengan 1980 menuntut perubahan dalam strategi pembelajaran yang sesuai dengan kehendak tujuan pendidikan kita. Relevansi dan efisiensi pendidikan harus lebih diperhatikan dengan seksama agar proses pendidikan dapat dipertanggungjawabkan dengan seksama. 41

Pendekatan CBSA bertujuan menerapkan cara belajar

bermakna untuk mengembangkan proses berfikir kritis pada setiap

murid di setiap mata pelajaran, seperti usaha menumbuhkan dinamika

kelompok dalam tugas dan latihan, usaha menumbuhkan suasana yang

persuasif dalam kelas, diskusi, tanya jawab dan ceramah. Agar dapat

mencapai suasana tersebut di atas, maka guru diminta untuk:

a. Memiliki keterampilan mengenal siswa tentang perbedaan dan persamaannya, terutama dalam hal keterampilan mengenal kemampuan belajarnya.

b. Keterampilan menumbuhkan dorongan kreatif pada setiap murid. c. Keterampilan menumbuhkan proses belajar yang relevan dengan

suasana kehidupan dalam masyarakat. d. Keterampilan mengenal kebutuhan dan minat siswa yang lebih tua

dan masih muda.42

Dengan melaksanakan pendekatan keterampilan belajar CBSA,

maka diharapkan setiap murid mendapat kesempatan seluas mungkin

untuk dapat:

a. Menyerap informasi masuk dalam struktur kognisinya atau menyesuaikan pada struktur baru sehingga tercapai kebermaknaan optimal

b. Menghayati sendiri peristiwa yang dipelajari agar terjadi proses afektif dan internalisasi nilai.

c. Melakukan langsung akktivitas operasionalnya, sehingga memiliki konseptualisasi teoretik dan operasionalisasinya atau fungsionalisasinya. 43

41 Cece Widjaya, dkk., op.cit, hal. 159. 42 Ibid, hal. 161. 43 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Rake Sarasin, Yogyakarta,

2000, hal. 138.