PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN...

67
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN (SEBUAH KAJIAN TAFSIR TEMATIK) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: MI’ROJI NIM: 107034000342 PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.

Transcript of PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN...

Page 1: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN

(SEBUAH KAJIAN TAFSIR TEMATIK)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh: MI’ROJI

NIM: 107034000342

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./2011 M.

Page 2: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN

(SEBUAH KAJIAN TAFSIR TEMATIK)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh: MI’ROJI

NIM: 107034000342

Pembimbing

Dr. M. Suryadinata, M.A

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./2011 M.

Page 3: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN (SEBUAH KAJIAN TAFSIR TEMATIK) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 29 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Program Studi Tafsir-Hadis.

Jakarta, 29 September 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua

Dr. M. Suryadinata, M.A NIP: 19600908 198903 1 005

Sekretaris

Muslim, S.Th.I

Anggota,

Dr. Mafri Amir, M.A NIP: 19580301 199203 1 001

Dr. Bustamin, M.Si NIP: 19630701 199803 1 003

Page 4: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 13 September 2011

Mi’roji

Page 5: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

i

PEDOMAN TRANSLITERASI1

Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Be ت

ts te dan es ث

j Je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d da د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik keatas, menghadap ke kanan ‘ ع

gh ge dan ha غ

1 Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006/2007, hal. 101 - 105

Page 6: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

ii

f ef ف

q Ki ق

k Ka ك

l el ل

m Em م

n En ن

w We و

h Ha ھـ

Apostrof ‘ ء

y Ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih

aksaranya adalah sebai beeriku:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

____َ__ A Fathah

____ِ__ I Kasrah

____ُ__ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i _َ___ي

Page 7: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

iii

و_َ___ au a dan u

Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

 a dengan topi di atas ـَـا

Î i dengan topi di atas ــي

Û u dengan topi di atas ـــو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh

huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân

bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tashdid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secaraa lisan

berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”,

demikian seterusnya.

Page 8: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

iv

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf

/t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

no Kata Arab Alih aksara

tarîqah طریقة 1

al-jâmî ah al-islâmiyyah الجامعة الإسلامیة 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Huruf Kapital

Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan

lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid Al-

Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Page 9: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

v

ABSTRAK Mi’roji Prinsip-Prinsip Pendidikan Menurut Al-Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Tematik) Masalah pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan yang ada sekarang ini. Bahkan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. Seiring berjalannya waktu, terjadi problem-problem yang mengiringi proses pendidikan. Salah satu problem dalam dunia pendidikan adalah dichotomy dalam ilmu, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Akibat dari dichotomy ilmu tersebut memunculkan pandangan yang tidak seimbang antara keduanya, ada yang lebih mengutamakan ilmu agama dan terdapat pula yang lebih mementingkan ilmu umum, hasilnya lahir kepribadian-kepribadian yang kurang utuh pada hakikatnya.

Al-qur’an sebagai kitab petunjuk telah memberikan arahan-arahannya kepada manusia dalam segala aspek dalam kehidupan ini, tidak terkecuali petunjuknya dalam hal dunia pendidikan. Oleh karenanya, Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prinsip-prinsip pendidikan yang terdapat dalam al-qur’an dengan menggunakan pendekatan metode tafsir maudhu’i yang di jelaskan secara deskriptif analitis dan didukung oleh data-data baik yang bersifat primer maupun sekunder. Setelah mengadakan penelitian, penulis menemukan prinsip-prinsip yang ditawarkan al-qur’an dalam pendidikan, yaitu : Tauhid, Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa setiap anak lahir diatas fitrah aqidah tauhid dan condong terfitrah mengenal penciptanya yang mengadakan sesuatu dari tidak ada menjadi wujud, tidak menyekutukanNya dan tidak menyembah kepada selainNya. Maka pendidikan harus mampu menanamkan nilai-nilai tauhid pada peserta didiknya. Tauhid sebgagai prinsip pendidikan berilmplikasi pada: 1. Tauhid Membentuk Kepribadian Utuh. 2. Tauhid Membentuk Kepribadian Terbuka. 3. Tauhid Membentuk Kepribadian Berani. 4. Tauhid Membentuk Kepribadian Bebas. 5. Tauhid Membentuk Kepribadian Optimis

Page 10: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT., yang dengan pertolongan-Nya

penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-

QUR’AN (SEBUAH KAJIAN TAFSIR TEMATIK)” ini dapat selesai,

demikian juga salawat serta salam semoga tercurahkan untuk Rasulullah SAW.

Sebagai sebuah karya tulis, penulis menyadari masih terdapat kekurangan

atau mungkin kesalahan dalam penulisan skripsi ini. atas semua kekurangan dan

kesalahan, penulis menganggap hal tersebut sebagai proses yang harus dilalui

untuk menjadi lebih baik.

Oleh karenanya, penulis haturkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini, semoga Allah

SWT membalas kebaikan semua pihak dengan berlipat ganda. Atas segala

bantuan tersebut, penulis sampaikan banyak terima kasih; khususnya kepada:

1. Segenap civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamal, MA (Dekan

Fakultas Ushuluddin), Dr. Bustamin, M.Si (Ketua Jurusan Tafsir-Hadis)

dan Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA (Sekjur Tafsir-Hadis).

2. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya di tengah-tengah kesibukan beliau untuk

membantu, membimbing, dan mengarahkan penulisan skripsi ini.

3. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan

Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga

berkat berkat merekalah penulis mendapatkan setetes ilmu pengetahuan.

Page 11: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

vii

4. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

Ushuluddin dan Perpustakaan Tarbiyah yang telah memberikan pelayanan

dalam memberikan literatur kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan motivasi, bimbingan,

pendidikan, dan pengajaran, serta senantiasa mendoakan penulis untuk

mencapai kesuksesan di masa depan.

6. Kakang, teteh dan adik penulis yang selalu setia memberi semangat

penulis dalam menyelesaikan studi.

7. Teman-teman penulis di manapun berada yang telah memberikan

semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Terakhir, untuk seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara

langsung atau tidak dalam penulisan skripsi.

Ciputat, 13 September 2011

Penulis,

Page 12: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

viii

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI……………......………......……………………i

ABSTRAK..............................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………..………..……….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................…...……6

C. Tujuan Penelitian …………………………………………7

D. Tinjauan Pustaka …………………………………...……..7

E. Metodologi Penelitian………….………………….....……9

F. Sistematika Penulisan…………………………………….10

BAB II KERANGKA TEORI

A. Pengertian Pendidikan..............................................................12

B. Visi dan Misi Pendidikan.........................................................18

C. Tujuan Pendidikan...................................................................20

D. Prinsip Pendidikan menurut tokoh pendidikan........................23

BAB III WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG PRINSIP-PRINSIP

PENDIDIKAN

A. Tauhid Sebagai Prinsip Pendidikan.........................................26

B. Pengertian Tauhid....................................................................26

C. Tauhid dalam al-Qur’an...........................................................27

Page 13: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

ix

D. Implikasi Tauhid dalam Pembentukan Kepribadian Muslim...36

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................49

B. Saran-Saran..............................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51

Page 14: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam

pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan dan

kepribadian suatu bangsa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan

yang ada sekarang ini. Bahkan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa banyak

ditentukan oleh pendidikannya. Dengan demikian, maka problema pendidikan

bagi setiap bangsa dan negara akan senantiasa up to date sepanjang masa selama

masih terdapat manusia di dalamnya.

Itulah sebabnya, maka pendidikan selain kunci kemajuan, juga merupakan

suatu tantangan bagi setiap bangsa. Pendidikan merupakan tantangan yang harus

dihadapi oleh setiap negara, khususnya negara yang baru berkembang dan negara

terbelakang. Termasuk Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan negara-negara Islam masih sangat penting menghadapi masalah pendidikan.

Khursid Ahmad mengemukakan bahwa : “Diantara persoalan-persoalan

yang dihadapi Dunia Islam pada masa kini, persoalan pendidikan adalah

tantangan yang paling berat. Masa depan Dunia Islam akan tergantung kepada

bagaimana Dunia Islam itu menanggapi tantangan ini”.1

Lebih lanjut, ada suatu ungkapan Azyumardi Azra yang menyatakan

bahwa :

“Kini sudah tiba saatnya umat Islam melakukan penataan kembali terhadap usaha-usaha pendidikan yang dilakukannya sejalan dengan tuntutan era global dengan berbasiskan pada al-Qur’an. Rumusan konsep pendidikan yang

1 Salihun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 17

Page 15: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

2

berdasarkan perspektif al-Qur’an sudah waktunya untuk disusun. Tugas dan tanggung jawab pendidik dalam melahirkan manusia yang cerdas, berakhlak mulia, unggul dalam ilmu, cakap dalam keterampilan, dan ramah dalam pergaulan sudah waktunya untuk dilakukan. Karena manusia-manusia yang demikian itulah yang diperlukan di era global saat ini, dan manusia itu pula yang dikehendaki oleh al-Qur’an”.2

Masalah pedidikan merupakan urgensi pertama bagi perkembangan

masyarakat. Dengan ungkapan yang lebih gagah, pendidikan adalah penentu hari

depan bangsa dan negara. Makato Aso dan Iku Amono menjelaskan bahwa

pembaharuan yang menyeluruh di Jepang adalah karena investasi pendidikan.

John Vaizey juga menjelaskan bahwa kemajuan Jerman setelah Perang Dunia II

adalah berkat investasi sistem pendidikan. Demikian juga di negara-negara maju

lainnya seperti Amerika Serikat dan Rusia.3

Oleh karena itu, Pendidikan memiliki peranan amat penting bagi ikhtiar

pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas, yang ditandai oleh adanya

peningkatan kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan. Karena itu pendidikan

menjadi sangat strategis bagi upaya-upaya meningkatkan kualitas kehidupan

manusia. Secara teoritis maupun secara empiris terbukti bahwa melalui

pendidikan bisa dicapai perbaikan derajat kesejahteraan dan pengurangan angka

kemiskinan. Pendidikan juga berakibat pada terbukanya berbagai pilihan dan

kesempatan mengembangkan diri di masa depan. Dengan demikian, secara umum

pendidikan mempunyai peranan amat sentral dalam mendorong individu dan

masyarakat untuk mencapai kemajuan pada semua aspek kehidupan.4

2 Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), h. viii 3 Salihun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,

h. 18 4 Mutammam, Mengembangkan Tingkat Kualitas Pendidikan Dasar: Sebuah Analisis

Pnedidikan Sebagai Investasi (Yogyakarta: Gama Media, 2007), h. 189.

Page 16: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

3

Dewasa ini, adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

yang sangat pesat, serta adanya tuntutan kebutuhan hidup yang relatif tinggi telah

membawa impact pada dinamika perubahan yang sangat drastis terhadap seluruh

aspek dan sendi kehidupan manusia. Akibatnya terjadi lompatan-lompatan yang

signifikan dan menunjukkan pada eskalasi yang tinggi akan perkembangan

peradaban manusia di muka bumi ini.

Impact yang menyertai kemajuan IPTEK dan kebutuhan tiap manusia

tersebut di satu sisi telah membawa manusia pada kondisi dan situasi yang

diuntungkan, namun ternyata di fihak lain telah membawa negative impact

terhadap mindset dan life style manusia itu sendiri, sehingga tidak hanya

bersinggungan dengan permasalahan dataran pribadi tiap individu, melainkan

merambah pada sebuah problematika bangsa yang cukup serius dalam berbagai

aspek kehidupan. Berbagai masalah yang dapat diugkapkan di sini misalnya

masih merajalelanya kenakalan remaja atau peserta didik, ilegal loging, maraknya

kejahatan, aborsi, narkoba, amoral oleh pendidik ataupun pejabat, anarkhisme,

radikalisme, bahkan “budaya” korupsi yang sampai sekarang belum bisa

diminimalisir secara baik.5

Berbagai problem bangsa tersebut tentunya tidak begitu saja bisa hilang

secara sendirinya, atau hanya merupakan tanggung jawab aparat pemerintah dan

elemen tertentu, namun harus dipikul secara bersama oleh seluruh elemen bangsa

ini tak terkecuali Islam. Untuk mengatasai permaslahan-permasalahan tersebut

diperlukan pendekatan yang benar-benar efektif dan efsien agar memperoleh hasil

dan solusi yang tepat. Islam bisa memberikan sumbangsihnya yang konstruktif

5 Imam Maksum, Pendidikan Islam dan Globalisasi (Reaktualisasi Tujuan Pendidikan Islam Sebagai Upaya Meminimalisir Problematika Bangsa) (Tulung Agung: Sumenang Kediri, 2009), h. 199.

Page 17: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

4

melalui perspektif pendidikannya. Pendidikan inilah yang dirasa cukup “ampuh”

dalam memberikan “jurus” sebagai sebuah solusi oleh semua elemen masyaakat.

Pendidikan dengan seluruh sistem yang mendukungnya akan memberikan andil

besar dalam membangun karakter dan kepribadian individu, masyarakat, bahkan

bangsa yang lebih mencerahkan manusia dan peradaban yang gemilang.6

Salah satu di antara problem-probem yang mewarnai dunia pendidikan

Islam adalah terjadi dichotomy dalam beberapa aspek yaitu; antara Ilmu Agama

dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal serta antara Wahyu dengan

Alam. Pandangan yang dikotomis tersebut pada giliran selanjutnya dikembangkan

dalam melihat dan memandang aspek kehidupan dunia dan akhirat, kehidupan

jasmani dan rohani sehingga pendidikan Islam hanya diletakkan pada aspek

kehidupan akhirat saja atau kehidupan rohani saja.

Munculnya masalah dikhotomi dengan segala perdebatannya telah

berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini sudah mulai tampak pada masa-

masa pertengahan. Pada periode pertengahan, lembaga pendidikan Islam

(terutama Madrasah sebagai pendidikan tinggi) tidak pernah menjadi universitas

yang difungsikan semata-mata untuk mengembangkan tradisi penyelidikan bebas

berdasarkan nalar. Ia banyak diabdikan kepada ilmu-ilmu agama dengan

penekanan pada fiqh, tafsir dan hadist. Sementara ilmu-ilmu non agama

(keduniaan), terutama ilmu-ilmu alam dan eksakta sebagai akar pengembangan

sains dan teknologi, sejak awal perkembangan Madrasah dan al-Jami’ah sudah

berada dalam posisi marginal.

6 Imam Maksum, Pendidikan Islam dan Globalisasi (Reaktualisasi Tujuan Pendidikan

Islam Sebagai Upaya Meminimalisir Problematika Bangsa), h. 200.

Page 18: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

5

Islam tidak pernah membedakan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum

(keduniaan), dan/atau tidak berpandangan dikotomis mengenai ilmu pengetahuan.

Namun demikian, dalam realitas sejarahnya justru supremasi lebih diberikan pada

ilmu-ilmu agama sebagai jalan tol untuk menuju Tuhan. Untuk itu dikhotomi

dalam pendidikan Islam perlu dihapuskan, sebab dengan menerima prinsip ini,

maka pendidikan Islam hanya akan melahirkan manusia-manusia Muslim yang

terpecah kepribadiannya, di masjid atau di langgar mereka bersikap alim,

sementara di pasar, di pabrik dan di masyarakat luas mereka tampil sebagai orang

asing yang tidak punya orientasi moral, kepedulian social, kasih sayang, kejujuran

dan tanggung jawab.

Manusia hidup di bumi berfungsi sebagai khalîfah dan âbid, hal tersebut

merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, melainkan harus dicapai

secara simultan. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menyeimbangkan

dan menyelaraskan kehidupan baik material maupun spiritual, individu maupun

sosial, pengetahuan dan moral yang terintegrasi dalam kerangka yang utuh,

sehingga tercapai keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat.

Allah berfirman:

77. Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)

Page 19: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

6

bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashas : 77)

Oleh karena, itu ajaran Islam tidak mengenal antara ilmu agama dan ilmu

umum. Dalam arti, tidak ada pandangan dikotomis mengenai ilmu pengetahuan.

Kedua ilmu tersebut harus dimiliki secara integral, agar fungsi khalîfah dan âbid,

tadi terlaksana dengan maksimal.7

Dari berbagai penjelasan di atas, mengenai arti pentingnya suatu

pendidikan dan problematika yang mewarnainya, maka penelitian mengenai

Prinsip-Prisip Pendidikan Menurut Al-Qur’an sangatlah relevan untuk diteliti

lebih dalam lagi. berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk menyusun sebuah

skripsi dengan mengangkat judul “Prinsip-Prinsip Pendidikan Menurut Al-

Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Tematik)”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, penelitian akan

diarahkan kepada masalah prinsip pendidikan menurut al-qur’an. Oleh karena itu,

masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana prinsip pendidikan menurut al-

qur’an. Agar tidak menimbulkan persepsi yang keliru dalam memahami judul ini,

ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu maksud dari prinsip dalam judul ini. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "prinsip" mempunyai pengertian dasar, asas

yang menjadi pokok atau landasan berpikir.8

Masalah pokok yang telah dirumuskan, akan membatasi permasalahan yang

berkaitan dengan penelitian ini. Dengan demikian, penelitian terutama yang

7 M. Zainudin, Paradigma Pendidikan Terpadu, h. 46 8 Tim redaksi, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1984), h. 2772

Page 20: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

7

berkaitan dengan pencarian data yang diperlukan, akan lebih terarah, sehingga ada

relevansi antara data dengan permasalahan penelitian yang dilakukan.

Secara lebih spesifik, perumusan masalah ini adalah : “Bagaimanakah

Prinsip-Prinsip Pendidikan Menurut Al-Qur’an ?.”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian skripsi ini yaitu :

1. Mengungkapkan pendapat tokoh pendidikan, kemudian

mendeskripsikan ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung prinsip-

prinsip pendidikan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menigkatkan

wawasan dan Khazanah keilmuan, khususnya dalam memahami

prinsip-prinsip pendidikan menurut al-Qur’an.

3. Guna melengkapi salah satu persyaratan pada program S1 Fakultas

Ushuluddin program studi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dalam meraih gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

D. Tinjauan Pustaka

Dari hasil penelusuran Penulis mengenai Prinsip-Prinsip Pendidikan

Menurut Al-Qur’an: Sebuah Kajian Tafsir Tematik, penulis menemukan skripsi

dan buku yang berjudul sebagai berikut:

Page 21: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

8

1. Prinsip-Prinsip Pendidikan di balik proses pengangkatan Adam

‘Alaihissalam sebagai khalîfah : kajian surat al-Baqarah ayat: 30-33.9

Titik fokus skripsi ini adalah mengkaji isi kandungan QS. Al-

Baqarah ayat 30-33 tentang Prinsip-Prinsip Pendidikan yang terkandung

di balik proses pengangkatan Adam ‘Alaihissalam sebagai khalîfah.

2. Dasar-Dasar Pendidikan akhlak dalam al-Qur’an: Kajian Tafsir Surat

al-A’raf ayat 199-202.10

Skripsi ini menjelaskan kandungan QS. Al-A’raf ayat 199-202

tentang dasar-dasar pendidikan akhlak.

3. Prinsip dan Metode Pendidikan Islam.11

Buku ini menjelaskan tentang prinsip dan metode pendidikan

dalam Islam yang ditujukan untuk mencoba menggali paradigma baru

pendidikan yang memanusiakan manusia, yang direfleksikan oleh ajaran

Islam melalui renugan sejumlah ilmuan muslim terkemuka dan juga

sejumlah filosof eksistensialis barat.

4. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam.12

Buku ini menjelaskan tentanng posisi Islam mengenai ilmu,

pendidikan dan pengajaran beradasrkan al-Qur’an dan Hadis, dan

9 Samsul Bahri, Prinsip-Prinsip Pendidikan di balik proses pengangkatan Adam ‘Alaihissalam sebagai khalîfah : kajian surat al-Baqarah ayat: 30-33. (Skripsi S 1 Fakultas Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003)

10 Asep Tali Rohimat, Dasar-Dasar Pendidikan akhlak dalam al-Qur’an: Kajian Tafsir Surat al-A’raf ayat 199-202(Skripsi S 1 Fakultas Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004)

11 Bayraktar Bayrakli, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam (Jakarta: Lantabora Press, 2005)

12 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Titipan Ilahi Press, 1996.)

Page 22: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

9

menjelaskan pula fungsi masjid, institut, perpustakaan, seminar-seminar,

dan gedung-gedung pertemuan dalam dunia pendidikan Islam sejak dari

zaman keemasannya sampai kezaman kita sekarang ini.

5. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an.13

Buku ini berisi kajian terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan

dengan pendidikan, yaitu menjeaskan tentang visi, misi, tujuan, guru,

murid, proses belajar mengajar, biaya, sarana prasarana, lingkungan,

manajemen, dan lain sebagainya yang dijelaskan dengan menggunakan

ayat-ayat al-Qur’an yang ditafsirkan oleh ayat lainnya, al-Hadis dan

pendapat para ulama.

Dari hasil penelusuran yang dilakukan penulis, penulis tidak menemukan

kajian yang serupa dengan judul penelitian ini. Maka panelitian ini patut untuk

dilakukan untuk menambah wawasan dan Khazanah keilmuan, khususnya dalam

memahami prinsip-prinsip pendidikan menurut al-Qur’an

E. Metodologi Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Agar penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, maka teknik

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penelitian pustaka

(Library Research), yaitu dengan mengkaji literatur-literatur yang berkaitan

dengan topik yang dibahas. Adapun sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Al-Qur’an, Hadits Nabi dan karya-karya yang ditulis

oleh para pakar pendidikan yang dapat mendukung pembahasan ini.

13 Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005)

Page 23: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

10

2. Teknik Analisis Data

Setelah penulis memperoleh data dari berbagai sumber

sebagaimana yang tersebut di atas, maka penulis melakukan pengolahan

data secara deskriptif-analitik dengan mengumpulkan data yang signifikan

dengan pokok permasalahan yang diteliti dengan menggunakan metode

tafsir maudlu’i tentang istilah yang berkaitan dengan prinsip pendidikan.

Analisis yang dilakukan adalah pendapat para tokoh pendidikan tentang

prinsip pendidikan yang dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.

Sebagai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Pedoman

Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis dan Desertasi), yang diterbitkan oleh

CeQDA, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Skripsi ini penulis membaginya dalam empat bab,

dimana setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan mengenai topik

tertentu, yaitu :

Bab pertama pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah yang

menjadi pokok dalam skripsi ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi peneltian dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan pembahasan mengenai kerangka teori yang meliputi

pengertian, Visi Misi, tujuan pendidikan dan pendapat tokoh mengenai prinsip

prndidikan.

Bab ketiga menjelaskan Prinsip-Prinsip Pendidikan menurut Al-Qur’an

serta tafsir dan analisisnya.

Page 24: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

11

Bab keempat merupakan penutup, meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Page 25: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

12

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Pendidikan

Untuk menunjukan istilah pendidikan, manusia mempergunakan terma

istilah tertentu. Daam bahasa inggris, penunjukan tersebut dengan menggunakan

istilah education.14 Dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan, sering

digunakan pada beberapa istilah, antara lain, al-ta’lîm التعلیم, al-tarbiyah التربیة, dan

al-ta’dîb التأدیب. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri

dalam menunjukan pada pengertian pendidikan.

a. Kata al-ta’lîm التعلیم merupakan masdar dari kata ‘allama علم yang berarti

pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan,

dan keterampilan. al-ta’lîm (transformasi ilmu pengetahuan) bukanlah interaksi

antara pendidik dan anak didik yang formal dan kaku. al-ta’lîm juga tidak terfokus

pada mengejar target materi pelajaran yang berorientasi kualitas simbolik. al-

ta’lîm mementingkan keseimbangan dua sisi; dunia-akhirat, lahir-batin, rasional-

irasional, substansi-formalitas, dan seterusnya.15 Firman Allah SWT.

31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. al-Baqarah: 31)

14 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia Inggris, (Jakarta: PT. Gramedia, 2003), h. 144

15 Attabik Ali dan Muh. Zuhdi Muhdlar, Kamus al-‘Ashry, (Yogjakarta: Muassasah Ali Maksum, 1996) h. 250.

Page 26: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

13

Rasyid Ridha mendefinisikan al-ta’lîm sebagai proses transmisi berbagai

ilmu pengetahuan kepada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan.16

Muhammad Naquib al-Attas mengartikan al-ta’lîm dengan pengajaran tanpa

pengenalan secara mendasar.17

b. Kata al-tarbiyah ربیةالت , merupakan masdar dari kata rabba (رب) yang

berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara. Dalam leksikologi al-Qur’an,

penunjukan kata al-tarbiyah yang merujuk pada pengertian pendidikan, secara

eksplisit tidak ditemukan.18 Muhaimin dan Abdul Majid berpendapat bahwa al-

tarbiyah merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan dari tingkat dasar

menuju tingkat berikutnya. Secara aplikatif, proses tarbiyah bermula dari

pengalaman, hafalan dan ingatan sebelum menjangkau pada tahap penalaran dan

pemahaman.19 Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, mengartikan tarbiyah sebagai

“Proses penyampaian sesuatu sampai pada batas kesempurnaan yang dilaksanakan

secara gradual.”20

Sedangkan Muhammad ‘Athiyyah al-Abrasy mendefinisikan tarbiyah

dengan upaya mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna,

kebahagiaan hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematik

16 Muhaimin dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,

1993), h. 129. 17 Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan,

1984), h. 66 18 Said Aqil Siradz, Reposisi Kependidikan Islam: Telaah Implementasi UU Sisidiknas

Tahun 2003. Makalah disampaikan dalam seminar sehari yang diselenggarakan oleh STAI NU, di Jakarta, 10 September 2003.

19 Muhaimin dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam, h. 130 20 Muhammad Jamaluddin al-Qâsimi, Tafsir Mahâsin al-Ta’wîl, (Kairo: Dar Ihya’ al-

Turats), juz I, h. 8.

Page 27: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

14

dalam berfikir, tajam perasaan, kesungguhan berkereasi, toleransi, kompetensi

dalam bahasa dan terampil.21

c. Kata al-ta’dîb التأدیب, merupakan masdar dari addaba أدب, yang berarti

pendidikan, perbaikan, dan pendisiplinan.22 al-ta’dîb didefinisikan dengan “proses

pendidikan yang berorientasi pembentukan pribadi anak didik yang beradab, taat

hukum, menjunjung tinggi etika atau sopan santun.” Proses al-ta’dîb harus

didasarkan pada komitmen kuat untuk membangun moralitas manusia dan dimulai

dari diri sendiri. Dalam al-ta’dîb, seorang pendidik harus selalu sadar bahwa

proses al-ta’dîb tidak pernah lepas dari arahan Allah. Tuhan ikut campur dengan

mengarahkan langkah pendidik.23

Menurut Muhammad al-Naquib al-Attas, penggunaan terma al-ta’dîb lebih

cocok digunakan dalam diskursus pendidikan Islam, dibanding penggunaan terma

al-ta’lîm maupun al-tarbiyah. Hal ini disebabkan, karena pengertian term al-ta’lîm

hanya ditujukan pada proses pentransferan ilmu (proses pengajaran), tanpa adanya

pengenalan lebih mendasar pada perubahan tingkah laku. Sedangkan terma al-

tarbiyah penunjukan makna pendidikannya masih bersifat umum. Terma ini

berlaku bukan saja kepada proses pendidikan pada manusia, akan tetapi juga

ditunjukan pada proses pendidikan kepada selain manusia. Padahal diskursus

pendidikan Islam hanya ditujukan kepada proses-proses pendidikan yang

dilakukan manusia dalam upaya memiliki kepribadian muslim yang utuh,

sekaligus membedakannya dengan mahluk Allah lainnya. Dalam konteks ini,

21 Muhammad ‘Athiyyah al-Abrasy, Ruh al-Tarbiyah wa al-ta’lîm, (Saudi Arabia: Dar

al-Ihya’), h. 7 22 Attabik Ali dan Muh. Zuhdi Muhdlar, Kamus al-‘Ashry, (Yogjakarta: Muassasah Ali

Maksum, 1996) h. 445. 23 Said Aqil Siradz, Reposisi Kependidikan Islam: Telaah Implementasi UU Sisidiknas

Tahun 2003. Makalah disampaikan dalam seminar sehari yang diselenggarakan oleh STAI NU, di Jakarta, 10 September 2003, h. 6

Page 28: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

15

lebih lanjut menurut al-Attas, penggunaan terma al-ta’dîb lebih dapat digunakan

bagi pendidikan Islam. Pengertian yang dikandungnya mencakup semua wawasan

ilmu pengetahuan, baik teoritis maupun praktis yang terformulasi dengan nilai-

nilai tanggungjawab dan semangat Ilahiah sebagai bentuk pengabdian manusia

kepada Khaliqnya. Terma ini merupakan bentuk esensial dari pendidikan Islam

dan sekaligus mencerminkan tujuan hakiki pendidikan Islam.24

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan

ialah: "Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan".25

Ki Hajar Dewantara menyatakan: "Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk

memajukan budi pekerti (kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-

anak selaras dengan alam dan masyarakatnya".26 Muhammad Natsir dalam

tulisannya Ideology Islam, menulis: "Yang dinamakan pendididikan, ialah satu

pimpinan jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan

kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya".27 Ahmad D. Marimba

mengajukan definisi pendidikan sebagai berikut: "Pendidikan adalah bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama".28

Pendidikan menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Touny al-Syaebani,

diartikan sebagai “usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan

24 Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 85 25 Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 42 26 Ki Hajar Dewantara, Masalah Kebudayaan: Kenang-kenangan Promosi Doctor

Honoris Causa, (Yogyakarta, 1967) h. 42 27 M. Natsir, Capita Selecta, (Bandung: Gravenhage, 1954), h. 87 28 A.D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Alma'arif, 1980), cet ke-4, h. 19

Page 29: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

16

pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam

sekitarnya melalui proses kependidikan. Hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam

se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan: “Sebagai

bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam

dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi

berlakunya semua ajaran Islam.29

Pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi. Pertama dari sudut

pandangan masyarakat, dan kedua dari segi pandangan individu. Dari segi

pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi

tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berlanjutan. Atau dengan

kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari

generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Nilai-

nilai ini bermacam-macam. Ada yang bersifat intelektual, seni, politik, ekonomi

dan lain-lain lagi. Dalam berbagai hal nilai-nilai budaya ini berpadu dalam suatu

karya seperti pada binaan rumah. Dalam bangunan rumah, nampak jelas warisan

intelektual, seni, ekonomi, politik, agama dan lain-lain dari bangsa dan

masyarakat yang menciptakannya. Inilah yang disebut kepribadian atau identitas.

Itu sebab bentuk rumah dan ukirannya berbeda-beda menurut budaya bangsa yang

menciptakannya. Bentuk rumah orang Eksimo berbeda dengan rumah orang

Afrika yang berbeda dengan rumah orang jepang dan selanjutnya berbeda dengan

rumah orang indonesia. Setiap masyarakat berusaha mewariskan keahlian dan

keterampilan yang dipunyainya itu kepada generasi mudanya agar masyarakat

tersebut tetap memelihara kepribadiannya yang berarti memlihara kelanjutan

29 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 15

Page 30: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

17

hidup masyarakat tersebut. Inilah dia pendidikan ditinjau dari segi kacamata

masyarakat.30

Dilihat dengan kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan

potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan

dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak. Ia

masih berada di dasar laut. Ia perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi

makanan dan perhiasan bagi manusia. Manusia mempunyai berbagai bakat dan

kemampuan yang kalau pandai kita mempergunakannya bisa berubah menjadi

emas dan intan, bisa menjadi kekayaan yang berlimpah-limpah. Kemampuan

intelektual saja beraneka ragam. Kemampuan bahasa, menghitung, mengingat,

berfikir, dayacipta dan lain-lain. Malah menurut Guilford (1956) kemampuan

intelektual ini terdiri dari 120 macam. Sudah tentu sampai sekarang kemampuan-

kemampuan itu belum dapat dipergunakan semuanya. Tetapi hasilnya, manusia

sudah sampai ke bulan dan menciptakan teknologi yang tinggi. Artinya biarpun

dengan kemampuan akal yang terbatas manusia sudah dapat menjelajah angkasa

raya. Jadi pendidikan menurut pandangan individu adalah menggarap kekayaan

yang terdapat pada setiap individu agar ia dapat dinikmati oleh individu dan

selanjutnya oleh masyarakat.31

Pendidikan dan pengajaran

K.H. Dewantara berpendapat bahwa pengajaran itu adalah sebagian dari

pendidikan. Ia menyatakan sebagai berikut: “Pengajaran itu tidak lain dan tidak

bukan adalah salah satu bagian dari prndidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain

30 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988),

cet. 2, h. 3 31 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, h. 4

Page 31: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

18

adalah pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta

kecakapan.”32

B. Visi dan Misi Pendidikan

Kata visi berasal dari bahasa inggris, vision yang dapat berarti penglihatan,

daya lihat, pandangan, impian atau bayangan.33 Dalam bahasa Arab, kata visi

dapat diwakili oleh kata nadzr, jamaknya indzâr, yang berarti pandangan,

pemikiran, peninjauan, pertimbangan, ugkapan pemikiran, perenungan yang

bersifat mendalam dan filosofis.34

Secara terminologi, visi yaitu tujuan jangka panjang, cita-cita masa depan,

keinginan besar yang hendak diwujudkan, angan-angan, khayalan, dan impian

ideal tentang sesuatu yang hendak diwujudkan. Visi adalah jawaban dari

pertanyaan: what are will becoming (kita ingin menjadi apa?). seorang anak

sekolah TK misalnya ditanya oleh orang tuanya: “kamu jika sudah besar ingin jadi

apa?” anak TK tersebut ada yang menjawab: ingin jadi presiden, pilot, insinyur,

dan sebagainya. Berbagai keinginan anak tersebut meruapakan visi bagi mereka,

karena berisikan cita-cita dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan.35

Visi pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu

sendiri yang terkait dengan visi kerasulan para nabi, mulai dari visi kerasulan

Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu membangun sebuah

32 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1996), h. 7. 33 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2003) h. 631 34 Hans Wehr, Mu’jâm al-Lughah al-Arabiyah al-Mu’ashara, (Beirut: Librarie Du Liban,

1974), h. 611 35 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),

h. 42

Page 32: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

19

kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah, serta membawa rahmat

bagi seluruh alam. Firman Allah SWT:

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. al-Anbiya’ (21): 107)

Dengan demikian, visi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai

berikut: “Menjadikan pendidikan Islam sebagai pranata yang kuat, berwibawa,

efektif dan kredibel dalam mewujudkan cita-cita ajaran Islam.36

Sebagaimana kata visi, kata misi pun berasal dari bahasa inggris, yaitu

mission yang berarti tugas, perutusan, dan misi.37 Misi lebih lanjut dapat

dikatakan sebagai langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis

dan efektif dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, Abudin Nata berpendapat bahwa misi

pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendorong Timbulnya Kesadaran Umat Manusia Agar Mau Melakukan

Kegiatan Belajar dan Mengajar

2. Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar Sepanjang Hayat

3. Melaksanakan Program Wajib Belajar

4. Melaksanakan Program Pendidikan Anak Usia Dini

36 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, h. 44 37 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, h. 383.

Page 33: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

20

5. Mengeluarkan Manusia dari Kehidupan Dulumat (Kegelapan) kepada

Kehidupan yang Terang Benderang

6. Memberantas Sikap Jahiliyah

7. Menyelamatkan Manusia dari Tepi Jurang Kehancuran yang Disebabkan

karena Pertikaian

8. Melakukan Pencerahan Batin kepada Manusia agar Sehat Rohani dan

Jasmaninya

9. Menyadarkan Manusia agar Tidak Melakukan Perbuatan yang

Menimbulkan Bencana di Muka Bumi, Seperti Permusuhan dan

Peperangan

10. Mengangkat Harkat dan Martabat Manusia sebagai Makhluk yang Paling

Sempurna di Muka Bumi38

C. Tujuan Pendidikan

Yang dimaksud tujuan pedidikan adalah target yang ingin dicapai suatu

proses pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan dapat mempengaruhi

performance manusia. Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek

kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti kecerdasan, kepandaian dan daya

pikir; aspek afektif, yang meliputi pembinaan hati, sepeti pengembangan rasa,

kalbu dan rohani; dan aspek psikomotorik, yaitu pembinaan jasmani, seperti

kesehatan badan dan keterampilan.

38 Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), h. 16

Page 34: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

21

Al-Ghazali secara eksplisit menempatkan dua hal penting sebagai orientasi

pendidikan, pertama, mencapai kesempurnaan manusia untuk secara kualitatif

mendekatkan diri kepada Allah SWT.39 Kedua, mencapai kesempurnaan manusia

untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Menurut Al-Ghazali, kebahagiaan

dunia akhirat merupakan seuatu yang paling esensi bagi manusia. Kebahagiaan

dunia dan akhirat memiliki nilai universal, abadi dan lebih hakiki. Sehingga pada

akhirnya orientasi kedua akan sinergis bahkan menyatu dengan orientasi yang

pertama.40

Menurut Ibn Khaldûn, tujuan pendidikan beraneka ragam dan bersifat

universal. Di antara tujuan pendidikan tersebut adalah:

a. Tujuan peningkatan pemikiran

Ibn Khaldûn memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah

memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas.

Hal ini dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan keterampilan. Tujuan

pendidikan Ibn Khaldûn adalah peningkatan kecerdasan manusia dan

kemampuannya berfikir.41

Tujuan pendidikan akal bermaksud mengembangkan intelegensi yang

mengarahkan seorang manusia sebagai individu untuk dapat menemukan

kebenaran yang sebenar-benarnya. Telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan

penemuan pesan ayat-ayatNya membawa iman kepada Sang Pencipta segala

sesuatu yang ada ini. Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal

39 Muhammad Athiyyah al-Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, (Kairo: Isa al-Babiy al-Halabiy, 1975), h. 238

40 Asrorun Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam: Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian, ( Jakarta: ELSAS Jakarta, 2006), h. 78

41 Umar Muhammad al-Toumi al-Syaibany, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, (Tripoli Libia: al-Syarikah al-Ammah li al-Nasyr al-Tauzi wa al-I’kan, 1975) h. 1018

Page 35: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

22

atau tujuan pengembangan intelektual ini dengan kesediaan para pencari ilmu

pengetahuan, seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan

berkenaan dengan apa yang mereka pelajari. Tingkatan fakta-fakta, yang salah

satunya mempunyai sasaran terhadap obyek biasanya memberi pemahaman yang

lebih baik.42

b. Tujuan peningkatan kemasyarakatan

Dari segi peningkatan kemasyarakatan, Ibn Khaldûn berpendapat bahwa

ilmu dan pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia. Ilmu dan pengajaran

sangat diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat manusia ke arah

yang lebih baik. Semakin dinamis budaya suatu masyarakat, maka akan semakin

bermutu dan dinamis pula keterampilan di masyarakat tersebut.43

Untuk itu, manusia seyogyanya senantiasa berusaha memperoleh ilmu dan

keterampilan sebanyak mungkin sebagai salah satu cara membantunya untuk

dapat hidup dengan baik dalam masyarakat yang dinamis dan berbudaya. Jadi,

eksistensi pendidikan menurutnya merupakan satu sarana yang dapat membantu

individu dan masyarakat menuju kemajuan dan kecemerlangan.

c. Tujuan penigkatan rohani

Tujuan pendidikan dari segi kerohanian adalah dengan meningkatkan

kerohanian manusia dengan menjalankan praktek ibadat, zikir, khalwat

42 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,

(Jakarta, Rineka Cipta, 1994), h. 137 43 Abd. Al-Rahman Ibn Khaldûn, Muqaddimah Ibn Khaldûn, Tahqîq Ali Abd al-Wahîd

Wafi, (Cairo: Dar al-Nahdhah), h. 1024.

Page 36: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

23

(menyendiri) dan menasingkan diri dari dari khalayak ramai sedapat mungkin

untuk tujuan ibadah sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi.44

Tujuan pendidikan menurut al-Tahtawi adalah untuk pembentukan

kepribadian, tidak hanya untuk kecerdasan. Lebih dari pada itu, tujuan pendidikan

juga berupaya menanamkan rasa patriotisme. Patriotisme merupakan dasar utama

yang membawa seseorang untuk membangun masyarakat maju.45 Sedangkan

menurut Mahmud Yunus, tujuan pendidikan adalah menyiapkan anak-anak agar

di waktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan

akhirat, sehingga tercipta kebahagiaan di dunia dan di akhirat.46

Tujuan pendidikan Islam menuurut Quraish Syihab adalah membina

manusia agar mampu menjalankan fungsinya sebagai abd Allah dan khalifahnya,

manusia yang memiliki unsur-unsur jasmani, akal dan jiwa. Pembinaan akalnya

akan menghasilkan ilmu, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan

keterampilan dan pembinaan jiwa menghsailkan akhlak (moral) yang dilakukan

secara integral. Dengan demikian, terciptalah makhluk dwi-dimensi dalam satu

keseimbangan ilmu, amal dan iman.47

D. Prinsip Pendidikan menurut Hamka

Hamka adalah singkatan nama dari Haji Abdul Malik karim Amrullah

Datuk Indomo. Ia lahir di Sungai Batang Maninjau Sumatra Barat, pada tanggal

16 Februari 1908 M bertetpatan dengan tanggal 13 Muharram 1326 H. Lahir dari

pasangan Haji Abdul Karim Amrullah dan Shafiyah Tanjung, sebuah keluarga

44 Abd. Al-Rahman Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, Tahqiq Ali Abd al-Wahid Wafi, (Cairo: Dar al-Nahdhah), h. 1097.

45 Albert Hourani, Arabic Thought in the Liberal Age, (London : Oxford University Press, 1962) h. 81

46 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: Hidakarya Agung, 1920), h. 15

47 Quraish Syihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2002), h. 173

Page 37: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

24

yang taat beragama. Ayahnya adalah seorang ulama besar dan pembawa paham-

paham pembaruan Islam di Minagkabau. Ia meninggal pada tanggal 22 Juli 1981

di Rumah Sakit Pertamina Jakarta dalam usia 73 tahun.48

Bagi Hamka tauhid berarti mengakui bahwa Tuhan hanya satu. Keesaan

Allah merupakan satu-satunya zat yang dipertuhankan oleh manusia dan menjadi

titik tolak seorang muslim dalam memandang hidupnya. Apabila orang telah

memiliki tauhid, niscaya kepercayaannya akan mendorong dirinya agar senantiasa

melakukan perbuatan-perbuatan yang diterima dengan rela oleh Tuhan dan

niscaya di dalam hidupnya senantiasa menempuh jalan lurus.

Manusia harus memiliki jiwa tauhid sehingga ia menjadi manusia yang

beriman dengan sebenarnya iman. Salah satu usaha untuk menanamkan dan

menguatkan jiwa tauhid adalah melalui pendidikan. Namun, pendidikan itu pun

harus memiliki prinsip tauhid. Pendidikan dengan tauhid sebagai prinsip utama

akan memberi nila tambah bagi manusia dan menumbuhkan kepercayaan pada

dirinya serta mempunyai pegangan hidup yang benar. Bagi orag yang tidak

menjadikan tauhid sebagai dasar pendidikan maka ia seakan kehilangan tempat

berpijak. Keimanan akan menjadikan si pemiliknya mampu untuk mengendalikan

hawa nafsu, dan menempatkan pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul, tempat

memulangkan segala persoalan yang diperselisihkan.49

Pendidikan bermula dari prinsip Tauhid. Hal inilah yang menjadi dasar

pijakan dalam pandangan terhadap pendidikan. Prinsip Tauhid mencakup konsep

filosofis maupun metodologis yang terstruktur dan koheren terhadap pemahaman

kita terhadap dunia dan seluruh aspek kehidupan. Tauhid mengajarkan kita untuk

48 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta, Amzah, 2009), h. 100 49 Ibid., h. 110

Page 38: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

25

menghimpun pandangan yang holistik, terpadu, dan komprehensif terhadap

pendidikan.

Pendidikan modern (baik Islam maupun Barat) secara umum berdasarkan

pandangan pendidikan yang tidak koheren dan parsial, sehingga siswa dan guru

jarang sekali punya pandangan yang sama tentang proses pendidikan secara

menyeluruh. Kebanyakan siswa meninggalkan sekolah sekitar umur 13-17 tahun

tanpa mempunyai tujuan hidup yang jelas, bahkan yang mereka pikirkan hanya

mendapatkan kerja.

Lebih dari itu, prinsip Tauhid menuntut para pendidik mempunyai

pandangan yang menyeluruh dan tujuan sejati terhadap pendidikan dan kehidupan

itu sendiri. Oleh karena itu, konsep Tauhid harus menjadi landasan tentang

bagaimana kita mendidik anak, termasuk (1) apa yang diajarkan (isi), (2)

bagaimana kita mengorganisir dan apa yang harus diajarkan, (3) bagaimana kita

mengajarkannya. Akhirnya, Tauhid haruslah membentuk fondasi pemikiran,

metodologi, dan praktik pendidikan kita.50

50 M. Zainudin, Paradigma Pendidikan Terpadu, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.

109

Page 39: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

26

BAB III

WAWASAN AL-QUR’AN

TENTANG PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN

TAUHID SEBAGAI PRINSIP PENDIDIKAN

1. Pengertian Tauhid

Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari wahhada yang berarti

mengesakan.51 Kata wahhada sendiri bentukan dari kata wahada atau wahuda

dengan arti (infarada). Dengan demikian, kata tauhid bermakna mengesakan atau

menyatukan. Kata tauhid telah menjadi kata yang baku dalam bahasa Indonesia

yang berarti keesaan Allah; mentauhidkan berarti mangakui keesaan Allah atau

mengesakannya. Tauhid ialah mengesakan Allah SWT dalam beribadah

kepadaNya. Dan itulah agama semua para rasul yang diutus oleh Allah kepada

seluruh hambaNya.52 Kata tauhid, yang dikehendaki di sini, tidak lain dari Tauhid

Allah, yang berarti mengesakan Allah, atau dengan kata lain menyatakan bahwa

Allah (Tuhan) itu esa, satu, atau tunggal.

Menegakkan akidah tauhid adalah ajaran yang paling kuat mendapat

tekanan dalam Islam. Ajaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, la ilaha illa

Allah atau tidak ada yang patut ditaati dan disembah kecuali Allah adalah paling

esensial dan sentral dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi.53 Pada dasarnya, inti pokok

ajaran Al-Qur’an adalah tauhid. Nabi Muhammad saw diutus Allah kepada umat

51 Cyril Classe,The consice Encyclopaedia of Islam (London: Stacey International and

Cyril Glasse, 1989), h. 400 52 Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Tertemah: Begini Seharusnya Mendidik Anak:

Panduan mendidik anak sejak masa kandungan hingga dewasa, (Jakarta: Daru Haq, 2004), h.136 53 Tim Penulis, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 933.

Page 40: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

27

manusia juga untuk mengajarkan ketauhidan tersebut. Karena itu, ajaran tauhid

yang terdapat dalam al-Qur’an dipertegas dan diperjelas oleh Rasul sebagaimana

tercermin dalam hadis-hadisnya.

Term tauhid yang berarti mengesakan Allah swt itu sangat penting dalam

Islam. Ilmu yang membahas akidah Islam terutama membahas keesaan Allah itu

disebut dengan ilmu tauhid. Dalam khazanah teologi Islam, ilmu tauhid juga

disebut ilmu kalam, karena pembahasannya berkisar masalah perbedaan para

ulama pada abad pertama tentang apakah kalam Tuhan yang berupa al-Qur’an itu

kadim atau baru. Selain dua nama tersebut, ilmu itu juga dinamai ilmu

Ushuluddin, karena obyek pembahsannya terutama berkisar pada masalah dasar-

dasar agama. Pembahsan ilmu tersebut berdasar al-Qur’an, hadis, dan penalaran

atau pemikiran rasional.54

2. Tauhid dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an tidak pernah menyebut istilah tauhid sedangkan yang terdapat

dalam al-Qur’an ialah kata ahad dan wâhid.55 Akan tetapi, kata tauhid sebagai

istilah teknis dalam ilmu kalam secara tepat mengungkapkan isi pokok ajaran

Kitab Suci itu. Bahkan, kata tauhid secara tepat menggambarkan inti ajaran semua

nabi dan rasul Tuhan, yang mereka diutus untuk setiap kelompok manusia di

bumi. Tauhid sudah ada sejak Nabi Adam a.s. sebagai seorang Nabi dan Rasul

Adam telah membawa tauhid atau paham mengesakan Allah tersebut, suatu

paham yang diberikan oleh Allah kepadanya. Karena itu, semua umat Islam

54 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: LSIK, 1994), h.49 55 H.A.R Gibb and Kramers (eds), Shorter Encyclopedia of Islam (Leiden: E.J. Brill,

1961), h. 586

Page 41: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

28

percaya, Adam menganut paham monoteisme dan tidak mungkin menganut

paham politeisme atau kemusyrikan.

Ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi dasar atau landasan paham tauhid

seperti yang sedikit telah diuraikan di atas antara lain sebagai berikut:

a. Penegasan bahwa Allah itu Esa.

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. al-Ikhlas (112): 1-4)56

Ayat di atas tegas sekali menyatakan bahwa Allah itu Esa. Kata ahad

berarti Esa, tunggal, satu baik dalam zat, sifat maupun perbuatan-Nya. Kata

tersebut juga menjadi sifat kemahaesaan dan penafian terhadap persyarikatan.57

Abdallah Yousuf Ali menterjemahkan kata ahad dalam ayat pertama surat al-

Ikhlas tersebut dengan memberikan komentar bahwa pernyataan ahad (Maha Esa)

itu berarti meniadakan gagasan tentang politeisme, suatu sistem kepercayaan

kepada Tuhan banyak. Sistem demikian ini berlawanan dengan konsepsi umat

Islam yang benar dan paling dalam mengenai hidup, sebab kesatuan dalam

rencana, kesatuan dalam fakta, kehidupan yang sangat mendasar, manyatakan

adanya kesatuan Pencipta.58

56 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h. 464 57 Wahbat al-Zuhaily, Al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’at wa al-Manhaj, Juz

30 (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1991), h. 464. 58 A. Yusf Ali, The Holy Qur’an, Translation and Commentary (Jeddah: Dar Al-Qiblah,

1403 H), h. 1806

Page 42: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

29

Pernyataan Allah itu Esa, sebagaimana isi surat pertama, merupakan

penegasan bahwa Islam menganut paham monoteisme dan menentang politeisme.

Tuhan Yang Esa, Tunggal, juga satu-satunya yang menciptakan alam dan

sekaligus mengaturnya. Sekiranya ada dua Tuhan yang mengatur alam ini akan

hancur.59 Dalam menolak paham politeisme ini, Allah berfirman sebagaimana

tercantum dalam QS. al-Anbiya (21): 22 berikut:

22. Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.60

b. Semua Rasul Menerima Ajaran Tauhid.

25. dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. al-Anbiya (21): 25.)61

Berdasarkan ayat di atas, maka sesungguhnya tauhid atau paham

ketuhanan Yang Maha Esa itu sudah diajarkan kepada rasul sebelum Nabi

Muhammad dan telah disampaikan kepada umat mereka masing-masing.62 Selain

ayat tersebut juga terdapat pada QS. al-Zuhruf (43): 45 dan an-Nahl (16): 36.

Kedua ayat yang disebut itu juga menjelaskan bahwa para rasul sebelum Nabi

Muhammad telah diajarkan kepada mereka tentang tauhid. Oleh karena itu,

penganut agama Yahudi dan Nasrani tentu juga pada mulanya menerima ajaran

59 Wahbat al-Zuhaily, Al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’at wa al-Manhaj, Juz

30 (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1991), h. 465. 6060 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h. 498 61 Ibid 62 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Tjabariy, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Aiy al-Qur’an,

Juz 17 (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), h. 15

Page 43: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

30

Tauhid. Dalam hal yang terakhir ini, Allah berfirman dalam QS. ‘Ali ‘Imran (3):

64 sebagai berikut:

64. Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".63

Tugas Nabi Muhammad dalam menyampaikan paham tauhid tiada hanya

kepada umatnya saja, tetapi juga kepada ahl al-kitab, yakni segenap umat yang

pernah memperoleh kitab suci melalui nabi atau rasul Tuhan. Dengan demikian,

Nabi Muhammad mengingatkan kembali akan ajaran asli agama-agama samawi

atau agama yang pernah diajarkan oleh para nabi dan rasul. Dengan demikian

menurut al-Qur’an bahwa risalah yang diterima dan diajarkan oleh setiap nabi

atau rasul, dari yang pertama sampai yang terakhir adalah risalah tauhid, risalah

untuk mengesakan Allah.

Jadi secara umum sejak awal permulaan Islam datang, materi yang

diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya adalah menyangkut berbagai aspek

kehidupan manusia, baik materi yang menyangkut keperluan kehidupan pribadi

maupun sosial. Yang mula-mula diajarkan Rasulullah di Makkah adalah materi

yang menyangkut aspek keimanan (tauhid) dengan bahan dan sumber ajarannya

63 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h. 460

Page 44: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

31

adalah ayat-ayat al-Qur’an dan kepribadian Rasulullah, dengan bertempat di

rumah-rumah para sahabat seperti di rumahnya al-Arqam.64

Rasuslullah telah memberikan dasar pendidikan kepada para sahabatnya

dengan menanamkan nilai-nilai tauhid pada permulaan da’wahnya di Makkah. Di

antara ajarannya ialah Firman Allah SWT berikut ini:

12. Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

64 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,

2008), h. 121

Page 45: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

32

13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha Mengetahui. 17. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. ( QS. Luqman: 13)65

Tafsir

Allah SWT memperingatkan kepada Rasulullah saw nasihat Luqman yang

pernah diberikan kepada putranya, waktu ia memberi pelajaran kepada putranya

itu. Nasihat itu ialah : “Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan

sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah

kezaliman yang sangat besar.”

Mempersekutukan Allah dikatakan kezaliman, karena perbuatan itu berarti

menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu yang

melimpahkan nikmat dan karunia dengan sesuatu yang tidak sanggup memberikan

65 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h. 1018

Page 46: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

33

nikmat dan karunia itu. Dalam hal ini menyamakan Allah SWT sebagai sumber

nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak dapat berbuat sesuatupun.

Dikatakan bahwa perbuatan itu adalah kezaliman yang besar, karena yang

disamakan itu ialah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang seharusnya

semua makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepadaNya66

Berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an di atas, maka dapat diketahui bahwa

tauhid merupakan ajaran yang sangat esensial dalam al-Qur’an. Selain itu, tauhid

adalah misi risalah terpenting yang telah diajarkan oleh para nabi dan rasul

sebelum Nabi Muhammad, karena tauhid atau mengesakan Tuhan juga ajaran

universal yang menjadi ajaran semua agama samawi yang masih asli. Kisah

Luqman yang memberikan nasihat kepada anaknya untuk tidak mempersekutukan

Allah SWT dengan yang lain, merupakan prinsip tauhid dalam suatu pendidikan.

Sehingga Allah SWT mengingatkan Nabi Muhammad akan kisah Luqman

tersebut. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia ketika di lahirkan. Rasulullah SAW

teah menjelaskan bahwa setiap anak lahir diatas fitrah aqidah tauhid dan condong

terfitrah mengenal penciptanya yang mengadakan sesuatu dari tidak ada menjadi

wujud, tidak menyekutukanNya dan tidak menyembah kepada selainNya. Akan

tetapi lingkungan yang merubah anak dan menyelewengkan dari asli fitrahnya.67

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ یُھَوِّدَانِھِ ، أَوْ یُنَصِّرَانِھِ ، أَوْ یُمَجِّسَانِھِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَھِیمَةُ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ یُولَدُ بَھِیمَةً جَمْعَاءَ ھَلْ تُحِسُّونَ فِیھَا مِنْ جَدْعَاء

“Tidaklah seorang anak terlahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang merubah menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi; seperti

66 Bustami A. Gani dkk, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf

UII, 1990), h. 634. 67 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, h. 102

Page 47: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

34

hewan yang sehat dan tidak cacat melahirkan yang sehat, apakah kalian mendapatkannya (melahirkan keturunan) yang cacat.”(HR. Aswad bin Sari’)

Al-Ghazali mengatakan bahwa, akidah tauhid sehaursnya diajarkan sedini

mungkin kepada anak-anak pada pertumbuhannya. Supaya dihafalkan dengan

baik, kemudiann berangsur-angsur memahami pengertian apa yang di hafalnya

itu. Setelah dipahami dan dimengerti, akidah tauhid tersebut diyakini dan

dipercayai.68

Pembinaan ini keimanan ini merupakan hal yang mendasar dan

fundamental dalam pendidikan Islam, karena dari keimanan inilah berpangkalnya

segala peribadatan. Makin tebal iman seseorang makin baik ibadahnya, karena

peribadatan merupakan manifesatsi dari keimanan. Ibadat yang menjadi

manifestasi iman seseorang itu bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah,

agar dengan demikian roh manusia selalu diingatkan pada hal-hal yang bersih lagi

suci, sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh suci

membawa kepada akhlak yang baik.69

Masalah pendidikan tauhid atau keimanan ini telah diprioritaskan dalam

pendidikan Islam untuk upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana

diilustrasikan berturut-turut dalam QS.Luqman (31): 13, 14, 17, 18 dan 19. Dalam

ayat tersebut terkandung tiga ajaran pokok Islam, yaitu masalah keimanan atau

ketauhidan, masalah akhlak dan masalah peribadatan. Manusia harus memiliki

jiwa tauhid sehingga ia menjadi manusia yang beriman dengan sebenarnya iman.

Salah satu usaha untuk menanamkan dan menguatkan jiwa tauhid adalah melalui

pendidikan. Namun, pendidikan itu pun harus memiliki prinsip tauhid. Pendidikan

68 Abu Hamid muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, Jilid I (Semarang: Toha Putra, t.th), h. 93

69 Harun Nasution, Manusia menurut Konsep Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 71

Page 48: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

35

dengan tauhid sebagai prinsip utama akan memberi nila tambah bagi manusia dan

menumbuhkan kepercayaan pada dirinya serta mempunyai pegangan hidup yang

benar. Bagi orag yang tidak menjadikan tauhid sebagai dasar pendidikan maka ia

seakan kehilangan tempat berpijak. Keimanan akan menjadikan si pemiliknya

mampu untuk mengendalikan hawa nafsu, dan menempatkan pada ketentuan-

ketentuan Allah dan Rasul, tempat memulangkan segala persoalan yang

diperselisihkan.70

Pendidikan bermula dari prinsip Tauhid. Hal inilah yang menjadi dasar

pijakan dalam pandangan terhadap pendidikan. Prinsip Tauhid mencakup konsep

filosofis maupun metodologis yang terstruktur dan koheren terhadap pemahaman

kita terhadap dunia dan seluruh aspek kehidupan. Tauhid mengajarkan kita untuk

menghimpun pandangan yang holistik, terpadu, dan komprehensif terhadap

pendidikan.

Pendidikan modern (baik Islam maupun Barat) secara umum berdasarkan

pandangan pendidikan yang tidak koheren dan parsial, sehingga siswa dan guru

jarang sekali punya pandangan yang sama tentang proses pendidikan secara

menyeluruh. Kebanyakan siswa meninggalkan sekolah sekitar umur 13-17 tahun

tanpa mempunyai tujuan hidup yang jelas, bahkan yang mereka pikirkan hanya

mendapatkan kerja.

Lebih dari itu, prinsip Tauhid menuntut para pendidik mempunyai

pandangan yang menyeluruh dan tujuan sejati terhadap pendidikan dan kehidupan

itu sendiri. Oleh karena itu, konsep Tauhid harus menjadi landasan tentang

bagaimana kita mendidik anak, termasuk (1) apa yang diajarkan (isi), (2)

70 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, h. 110

Page 49: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

36

bagaimana kita mengorganisir dan apa yang harus diajarkan, (3) bagaimana kita

mengajarkannya. Akhirnya, Tauhid haruslah membentuk fondasi pemikiran,

metodologi, dan praktik pendidikan kita.71

3. Implikasi Tauhid dalam Pembentukan Kepribadian Muslim

Islam dalam berusaha mengubah dan merombak kepribadian seseorang

diawali dengan mengubah dan merombak kecenderungan dan pikiran seseorang,

langkah pertama yang harus dilakukan adalah merubah akidahnya. Oleh karena

itu, ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Makkah, pada seruan pertama Islam,

pada dasarnya bertujuan untuk mengukuhkan akidah tauhid.72 Penanaman akidah

tauhid kepada seorang individu sangat menentukan terwujudnya kepribadian

muslim tersebut. Pertama, tauhid merupakan fondasi bangunan-bangunan

kehidupan manusia, termasuk kepribadiannya. Kedua, tauhid merupakan aspek

batin yang memberikan motivasi dan arah kepribadian manusia.73

Keimanan seseorang terhadap akidah tauhid, keimanannya terhadap

kebangkitan kembali dan perhitungan, menjadi sifat-sifat utama dan dominan

dalam kepribadiannya. Sifat-sifat itu juga mempengaruhi dan mengarahkan semua

sifat-sifat yang lain.74 Iman adalah sumber yang memancarkan akhlak. Kemudian,

akhlak itu mempunyai peranan sangat penting dalam mengendalikan dan

mengarahkan manusia untuk mengetahui hakikat dan kebenaran.75 Oleh karena

itu, keimanan yang berdasar pada akidah tauhid itu dapat mengarahkan manusia

71 M. Zainudin, Paradigma Pendidikan Terpadu, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.

109 72 M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa ‘Ilm al-Nafs (Kairo: Dar al-Syuruq, 1402 H), h.302 73 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: LSIK, 1994), h.48 74 M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa ‘Ilm al-Nafs, h. 260 75 Muhamma Fadhil al-Jamali, Falsafah al-Tarbiyat fi al-Qur’an (Mesir: Dar al-Kitab al-

Jadid, 1976), h. 49

Page 50: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

37

untuk mempunyai akhlak yang baik yang kemudian dicerminkan dalam

kepribadianya. Dengan demikian, tauhid mempunyai peranan yang penting dalam

proses pembentukan kepribadian muslim.

Tauhid mempunyai beberapa implikasi dalam pembentukan kepribadian

muslim, antara lain:

1. Tauhid Membentuk Kepribadian Utuh

Pengaruh tauhid dalam kepribadian seseorang adalah terhindarnya dari

keterbelahan kepribadian. Bagi orang yang bertauhid, orientasi jiwa dan raganya

hanya diperuntukan bagi Allah semata, tidak mendua, sehingga kepribadiannya

utuh.76 Keutuhan jiwa itulah yang menjadikan seorang yang bertauhid menjadi

tenang dalam menghadapi kehidupan ini. Namun, kepribadian orang yang syirik,

yang menjadikan Allah mempunyai serikat, mengalami keterbelahan, Allah

berfirman dalam QS. al-Zumar (39): 29 yang berbunyi sebagai berikut:

29. Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.77 Tuhan membuat perumpamaan bagi orang musyrik dan orang yang

bertauhid. Orang musyrik itu diumpamakan seorang budak yang dimiliki oleh

beberapa manusia yang berserikat yang dalam perselisihan. Budak tersebut

76 Murtadha Muthahhari, Allah fi Hayat al-Insan. Diterjemahkan oleh Agus Efendi

dengan judul Allah dalam Kehidupan Manusia (Bandung: Mizan, 1992), h. 37 77 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h. 750

Page 51: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

38

pastilah pengabdiannya akan terpecah kepada beberapa tuannya itu sehingga

kepribadiannya akan terbelah. Sama halnya seorang yang musyrik, yang

menyembah beberapa Tuhan, pastilah kepribadiannya menjadi menjadi pecah.

Dalam pada itu, seorang yang bertauhid diumpamakan seorang budak yang hanya

dimiliki oleh seorang saja, tidak dimiliki oleh banyak orang. Budak tersebut dapat

mengabdikan dirinya sepenuh hati kepada tuannya itu.78

Murtadha Muthahhari menyatakan bahwa, seakan-akan Pencipta

mengatakan kepada manusia. Jika dalam jiwamu ada beberapa Tuhan dan kamu

jadikan sesembahan, maka sesungguhnya kamu akan rusak sebagaimana alampun

akan rusak apabila didalamnya terdapat lebih dari satu Tuhan. Apabila kamu

muusyrik di dalam pikiranmu, maka sesungguhnya jiwamu itu akan terpecah-

pecah menjadi beberapa bagian dan ketika itu rusaklah kepribadianmu. Dengan

demikian, pengaruh tauhid dalam hidup manusia adalah pengaruh pesikologis,

moral, dan keselamatan jiwa. Menurut kitab suci al-Qur’an, keselamatan

psikologis itu adalah dalam wujud kesatuan, keutuhan, dan keharmonisan jiwa.

Keastuan, keutuhan dan keharmonisan jiwa itu merupakan implikasi tauhid.79

Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahwa, QS. al-Zumar (39): 29

menjelaskan perbedaan antara ajaran syirik dengan ajaran tauhid yang dikiaskan

dengan dua orag budak. Yang seorang menjadi milik beberapa orang; para

pemilik itu saling berbeda pendapat. Oleh karena itu, budak tersebut menderita

karena pertengkaran para tuannya itu. Yang seorang lagi hanya menjadi milik

seorang saja. Dia mengabdikannya kepada tuannya saja, sehiangga dia dapat

78 Muhammad Husain al-Thabathabai, Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, jilid 17 (Beirut:

Mansyurat Muassasat al-‘Alamy li al-Mathbu’at, t.th), h. 258 79 Murtadha Muthahhari, Allah fi Hayat al-Insan. Diterjemahkan oleh Agus Efendi

dengan judul Allah dalam Kehidupan Manusia (Bandung: Mizan, 1992), h. 22

Page 52: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

39

mencurahkan segala perhatiannya kepada tuannya itu.80 Dengan demikian yang

wajar adalah seorang budak yang dimiliki oleh seorang saja. Jiwa dan perhatian

seorang yang bertauhid juga seperti seorang budak yang dimiliki oleh seorang itu,

jiwanya tenang dan penuh perhatian hanya kepada satu Tuhan saja.

William James, seorang filosof dan tokoh psikologi eksperimen terkemuka

di dunia, mengomentari perasaan iman di dalam kesehatan jiwa yang

kesimpulannya sama dengan apa yang terkandung dalam 29 surat al-Zumar

tersebut.81 Selain tokoh tersebut, Sigmunf Fredu seorang psikolog materialis dan

ateis dan G. Jung menerima data statistik yang menunjukkan bahwa secara

psikologis masyarakat yang beriman kepada Allah paling terselamatkan

kepribadiannya ketimbang yang lain. Hal ini disebabkan adanya keutuhan dan

kesatuan kepribadiannya.82 Melihat berbagai pendapat yang dikemukakan oleh

para ahli di atas dan apa yang diperoleh dari al-Qur’an, maka jelaslah bahwa

tauhid yang terutama berkaitan dengan keimanan kepada Allah swt. Itu

menjadikan seorang terhindar dari keterbelahan kepribadian. Dengan demikian

tauhid dapat membentuk kepribadian seorang menjadi utuh, tidak terpecah, karena

tidak terjadi konflik dalam jiwa seorang individu yang punya keimanan terhadap

Tuhan Yang Satu. Kenyataan pengaruh iman terhadap keutuhan kepribadian

seseorang ini juga diakui oleh pakar psikologi, seperti James. C. G. Jung dan

Sigmund Freud.

2. Tauhid Membentuk Kepribadian Terbuka

80 A. Yusf Ali, The Holy Qur’an, Translation and Commentary (Jeddah: Dar Al-Qiblah,

1403 H), h. 1246 81 Murtadha Muthahhari, Allah fi Hayat al-Insan. Diterjemahkan oleh Agus Efendi

dengan judul Allah dalam Kehidupan Manusia (Bandung: Mizan, 1992), h. 39 82 Ibid, 37

Page 53: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

40

Kepribadian yang terbuka adalah kepribadian yang memungkinkan

menerima kebenaran dari orang lain. Kepribadian terbuka itu berarti kepribadian

yang tidak hanya menerima kebenaran yang berasal dari dirinya. Huston

mengatakan bahwa, keengganan manusia untuk menerima kebenaran ialah antara

lain karena sikap menutup diri yang timbul dari keengganan untuk mengetahui

kebenaran yang justru lebih tinggi nilainya. Halangan orang untuk menerima

kebenaran ialah keangkuhannya sendiri da juga belenggu yang diciptakan untuk

dirinya sendiri. Belenggu itu ialah hawa nafsu yang berarti keinginan diri

sendiri.83

Hawa nafsu itulah yang menghalangi manusia menerima kebenaran dan

menjadikan kepribadian manusia tertutup. Manusia yang memutlakkan diri,

pandangan, dan pikirannya, menurut al-Qur’an disebut telah menuhankan hawa

nafsunya. Allah berfirman dalam QS. al-Jatsiyat (45): 23 sebagai berikut:

23. Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?84

Orang yang menuhankan hawa nafsunya ituakan mudah terseret kepada

sikap-sikap tertutup dan fanatik, yang mudah bereaksi negatif pula terhadap

sesuatu yang datang dari luar, tanpa sempat meneliti kemungkian kebenaran

83 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah tentang Masalah

Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h. 81 84 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h.818

Page 54: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

41

dalam apa yang datang dari luar. Ketika orang mengikuti hawa nafsunya, maka

perbuatannya menjadi bertentangan dengan logikanya, dengan akal sehat dan

dengan pertimbangan yang matang. Oleh karena itu, al-Qur’an menyebutkan

faktor penting kesalahan manusia adalah dengan menuhankan hawa nafsunya itu.

Manusia yang mengikuti atau manuhankan hawa nafsunya itu berarti manganggap

hanya dirinya yang benar.85

Manusia yang bertauhid tidak menampilkan diri sebagai yang paling

benar, sebab dia menyadari yang mutlak benar hanyalah Allah swt. Selain Dia

adalah nisba yang berarti mengandung kemungkinan salah. Berdasar pandangan

tersebut, maka manusia yang bertauhid mempunyai pandangan terbuka, menerima

kemungkinan-kemungkinan kebenaran dari selain dirinya. Dengan demikian,

manusia yang bertauhid adalah manusia yang mempunyai kepribadian yang

terbuka. Mereka terhindar dari kepribadian yang berdasarkan anggapan-anggapan

keliru karena berdasar hawa nafsu. Kepribadian terbuka yang didasarkan atas

kepercayaan tauhid tersebut memungkinkan seseorang menjadi individu yang

selalu mendengarkan pendapat orag lain, kemudian mencoba memahami dengan

kritis. Berkaitan dengan sikap terbuka ini Allah berfirman dalam QS. al-Zumar

(39): 17-18 yang berbunyi sebagai berikut:

85 Murtadha Muthahhari, Allah fi Hayat al-Insan. Diterjemahkan oleh Agus Efendi

dengan judul Allah dalam Kehidupan Manusia (Bandung: Mizan, 1992), h. 52

Page 55: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

42

17. Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, 18. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.86

Orang yang memperoleh petunjuk Allah ialah orang yang mendengarkan

perkataan kemudian memahami perkataan tersebut dan mengambil yang terabik di

antaranya. Menurut al-Razi dan al-Thabari, kata “al-qaul” itu meliputi sabda-

sabda Nabi dan firman Tuhan, serta pendapat sesama manusia. Nilai-nilai yang

terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an tersebut adalah nilai-nilai keterbukaan.

Dengan demikian sikap keterbukaan adalah bagian dari iman. Orang yang

bertauhid yang hanya memutlakkan Allah saja tentulah manusia yang terbuka.87

3. Tauhid Membentuk Kepribadian Berani

Muhammad Iqbal berpendapat bahwa, keberania dapat dipupuk dan

dijadikan salah satu pertanda dari watak atau kepribadian dengan jalan

menjadikan tauhid sebagai dasar kerja yang melandasi segala tingkah laku

seseorang. Penerapan tauhid dalam segala kegiatan seseorang sehari-hari, menurut

pandangan Iqbal, mengandung arti penolakan mentah-mentah segala bentuk dan

macam kekuatan kecuali taat kepada Allah. Dengan tauhid seseorang mampu

menghadapi segala tantangan dengan jantan kekuatan yang akan membelenggu

kebebasan berkembang dan berfikir.88

86 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h.748 87 Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Mneuju Tuhan (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

1994), h. 10 88 K.G. Saiyidain, Iqbal’s Educational Philosophy. Diterjemahkan oleh M.I. Soelaeman

dengan judul Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan (Bandung: Diponegoro, 1986), h. 128

Page 56: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

43

Muhammad Iqbal selanjutnya mengungkapkan bahwa tauhid yang

diterapkan dan diparaktekan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan obat yang manjur untuk menyembuhkan rasa takut, sifat pengecut, dan

putus asa. Muhammad Iqbal juga menandaskan bahwa inti tauhid sebagai idea

praktis ialah kesamaan, kebersamaan dan kebebasan. Sedangkan jika tauhid itu

dijadikan pola pengarah tingkah laku, ia mengubah watak atau kepribadian serta

kehidupan individu dan memberikan kepadanya kesadaran baru akan keberanian

serta harga dirinya.89

Sesungguhnya orang yang bertauhid itu selalu mempunyai keyakinan

bahwa Allah swt. Selalu berada di dekatnya, sehingga dia tidak mempunyai rasa

takut sedikitpun, sebagaiman firman Allah dalam QS. al-Taubat (9): 40. Selain

itu, Allah juga menyatakan bahwa orang yang beriman kepada-Nya dan kemudian

dia tetap dalam akidah tauhidnya itu, maka Allah menjamin orang itu tidak akan

merasa takut dan tidak akan susah, sebagaimana firman-Nya pada QS. al-Ahqaf

(46): 13 yang berbunyi sebagai berikut:

13. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", Kemudian mereka tetap istiqamah, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.90 Pernyataan Allah tersebut menjamin orang-orang beriman tidak akan

merasa takut dalam menghadapi kehidupan ini kalau saja mereka betul-betul

bertauhid dan kemudian berusaha tetap berpegang teguh terhadap keyakinannya

itu. Keyakinan yang berupa akidah tauhid itulah yang menjadikan seseorang tidak

89 K.G. Saiyidain, Iqbal’s Educational Philosophy. Diterjemahkan oleh M.I. Soelaeman

dengan judul Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, h. 129 90 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h.824

Page 57: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

44

lagi takut dalam menghadapi rintangan yang akan membelenggu dirinya untuk

berjalan di atas kebenaran. Dengan demikian, keyakinan tauhid yang benar akan

berpengaruh besar terhadap kepribadian seseorang.91

4. Tauhid Membentuk Kepribadian Bebas

Tauhid, sebagaimana diketahui, berarti suatu keyakinan bahwa Allah Yang

Maha Esa adalah mutlak, sedangkan selain-Nya adalah nisbi. Karena itu,

hubungan manusia dengan Allah tidak setara dibandingkan hubungannya dengan

sesama makhluk. Tauhid yang terumuskan dengan kalimat ”La Ilaha illa Allah”

berarti menafikan otoritas dan petunjuk yang datang bukan dari Allah. Kalimat

Thayyibat itu berarti kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan tauhid, manusia

tidak saja bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya

sama dengan manusia lain manapun.92

Konsekwensi keyakinan tauhid sebagaimana dikemukakan di atas adalah

keyakinan bahwa semua manusia itu sama di hadapan Allah. Hal yang

membedakan satu dengan yang lainnya hanyalah tingkat takwanya kepada Allah,

sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Hujurat (49): 13. Dengan demikian,

maka seseorang yang merasa dirinya lebih superior atau inferior dibanding dengan

orang lain manapun berarti ia sudah kehilangan kebebasannya dan berarti juga

telah jatuh pada perbudakan mental.93

Manusia sejak lahir memperoleh kemerdekaannya tanpa seseorangpun

mengikatnya. Satu-satunya perjanjian yang dibuat adalah untuk mengakui

91 Wahbat al-Zuhaily, Al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’at wa al-Manhaj, Juz

25 (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1991), h. 27 92 M. Amin Rais, Cakrawala Islam (Bandung: Mizan, 1989), h. 15 93 Osman Reliby, Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam (Jakarta: Bulan Bintang,

1983), h. 142

Page 58: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

45

kebenaran mutlak tentang pengakuan bahwa Allah sajalah yang menjadi “Rabb”

bagi dirinya, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-A’raf (7): 172 sebagai

berikut:

172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",94 Perjanjian dengan Tuhan itu dibuat untuk menyatakan behwa hanya Allah

sajalah yang berhak untuk disembah sedangkan yang lain tidaklah berhak untuk

itu. Kenyataan ini menunjukan bahwa manusia lahir dalam keadaan merdeka,

tidak menjadi budak siapapun dan mempunyai derajat yang sama dengan manusia

yang lain. Dengan demikian, maka tauhid atau pengakuan keesaan Allah itu dapat

mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu kepercayaan bahwa dirinya itu

merdeka atau bebas dari intervensi orang lain secara mental.95

5. Tauhid Membentuk Kepribadian Optimis

Orang yang beriman kepada Allah adalah orang kuat. Ia memiliki

kekuatan batin dan jiwanya, sehingga tidak pernah gentar menghadapi hidup

dengan berbagai percobaannya. Kekuatan orang yang beriman diperoleh karena

94 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h.250 95 Wahbat al-Zuhaily, Al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’at wa al-Manhaj, Juz

9 (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1991), h. 157

Page 59: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

46

harapan kepada Allah. Dia tidak mudah putus asa, karena dia yakin bahwa Allah

selalu menyertainya.96 Seseorang akan merasa tenang setelah mengetahui bahwa

Tuhan dekat, mengabulkan permohonan orang-orang yang bermohon kepadan-

Nya, menerima taubat orang-orang yang bertaubat, menolong orang-orang yang

teraniaya. Sesungguhnya rahmat Allah meliputi segala sesuatu.97

Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah akan memperkenankan permohonan

manusia kepada-Nya, sebagaimana tercantum pada QS. al-Baqarah (2): 186

berikut:

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.98 Allah swt. melarang orang yang beriman untuk berputus asa dari rahmat-

Nya, sebagaimana tertera dalam QS. Yusuf (12): 87 berikut:

87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".99

96 Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Mneuju Tuhan (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

1994), h. 14 97 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan

(Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 171 98 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h.362 99 Ibid, h. 362

Page 60: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

47

Allah juga berfirman tentang larangan untuk berputus asa dari rahmat-

Nya, sebagaimana terdapat pada QS. al-Zumar (39): 53 sebagai berikut:

53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.100 Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka orang yang bertauhid tidak akan

berputus asa terhadap rahmat Allah, sehingga kalau saja dia terlanjur berbuat

salah segera memohon ampunan kepada Allah. Jadi, iman menghasilkan harapan.

Ketiadaan harapan adalah indikasi tidak adanya keimanan dalam diri seseorang.

Orang yang tidak berpengharapan adalah orang yang tidak menaruh kepercayaan

kepada Tuhan. Orang yang yang tidak bertauhid adalah orang yang tidak opitimis

dalam menghadapi hidup ini.

Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa, kesukarang yang paling sering

dihadapi orang adalah kekesewaan. Kekecewaan yang terlalu sering dihadapi

dalam kehidupan ini akan membawa orang kepada perasaan rendah diri, pesimis

dan apatis dalam hidupnya; kekecewaan-kekecewaan yang dialaminya itu akan

menggelisahkan jiwanya. Akan tetapi, hal itu berbeda dengan apa yang dialami

orang yang beriman. Orang-orang yang beriman dengan sungguh-sungguh kepada

Allah swt. tidak mudah pesimis menghadapi kekecewaan-kekcewaan yang

dialaminya. Mereka akan ingat kepada rahmat Tuhan yang telah diberikan.

100 Tim Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Bumi Restu,

1977), h.753

Page 61: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

48

Dengan demikian, seorang yang bertauhid akan selalu optimis dalam menghadapi

kehidupan ini.101

Sesungguhnya, sikap optimis dalam hidup itu bersumber pada sikap

berbaik sangka kepada Allah. Oleh karena itu, seharusnya orang yang beriman itu

selalu berbaik sangka kepada Allah, walaupun mungkin seseorang mengalami

musibah yang terasa berat baginya. Dengan begitu, jelaslah bahwa tauhid itu

berpengaruh terhadap pengharapan atau sikap optimis. Sikap optimis erat

kaitannya dengan rasa aman. Keduanya berpangkal dari kayakinan bahwa Allah

itu Maha Penyantun, Pelindung serta Pemberi Rasa Aman.102

Sikap optimis yang dimilki oleh seseorang sebagai implikasi dari

keimanan seseorang kepada Tuhan akan menjadi tempat tumbuhnya sikap-sikap

positif lainnya, seperti rasa aman, sikap toleran, bersahabat, damai, dan tidak

mudah berburuk sangka. Sikap-sikap positif itu sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari. Sikap optimis seseorng itu tumbuh, karena berpangkal dari

keyakinan bahwa Allah itu Maha Pengampun, Pemberi rasa aman, Pelindung, dan

sebaik-baik tempat bersandar dan seterusnya. Seseorang yang mempunyai ciri-ciri

kepribadian seperti yang telah disebutkan di atas, adalah orang yang mempunyai

kepribadian sempurna.

101 Zakiyah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (Jakarta: Bumi Aksara,

1992), h. 59 102 Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Mneuju Tuhan (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

1994), h. 16

Page 62: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

49

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keyakinan akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa sebenarnya

merupakan fitrah manusia, tetapi karena pengaruh lingkungan kadang-

kadang itu tertutupi. Oleh karena itu, pendidikan Islam antara lain menjaga

fitrah manusia itu. Dengan demikian, tugas pendidikan Islam adalah

mejaga manusia agar tidak keluar dari fitrahnya.

2. Tauhid sebagai prinsip pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat

penting, sebab tauhid yang merupakan inti ajaran Islam itu juga menjadi

dasar bagi pendidikan Islam. Tauhid sebagai prinsip pendidikan itu

mempunyai kedudukan penting dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

Islam. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian muslim

yang selalu beribadah kepada Allah, sebagai realisasi keyakinan tauhid

pada diri seseorang.

3. Tauhid mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian

muslim sebagai tujuan pendidikan Islam. Tauhid dapat membentuk

kepribadian yang utuh dan tidak terpecah, tauhid membentuk kepribadian

terbuka dan terlepas dari kepribadian yang egois, tauhid dapat membentuk

kepribadian berani mempertahankan yang benar, tauhid membentuk

kepribadian bebas sehingga terhindar dari rasa superioritas atau

inferioritas, dan tauhid dapat membentuk kepribadian yang optimis dalam

menghadapi hidup ini karena percaya akan kemahakasihan Tuhan.

Page 63: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

50

B. Saran-saran

1. Melihat kondisi bangsa kita sekarang ini yang masih jauh dari cita-cita

pendiri bangsa yaitu mencerdaskan anak bangsa dan kenyataan yang ada

masih banyak saudara kita yang terlantar karena faktor rendahnya

pendidikan. Maka kepada pemerintah sebagai pengambil kebijakan,

supaya memprioritaskan masalah pendidikan dengan berupaya sungguh-

sungguh berinvestasi dalam pendidikan demi kemajuan bangsa.

2. Penyelenggara pendidikan merupakan tolak ukur sukses tidaknya suatu

pendidikan, maka diperlukan komitmen yang sungguh-sungguh bagi

semua unsur penyelenggara pendidikan agar terhindar dari praktek-praktek

yang menciderai keberhasilan pendidikan.

3. Semua komponen masyarkat harus terlibat aktif dalam pendidikan, karena

pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Terutama lingkungan,

baik keluarga maupun pergaulan dalam masyarakat, karena salah satu

faktor pembentukan karakter seseorang adalah lingkungan.

Page 64: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

51

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Jakarta, Rineka Cipta, 1994.

Ali, Attabik dan Muhdlar, Muh. Zuhdi. Kamus al-‘Ashry, Yogjakarta: Muassasah

Ali Maksum, 1996 al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam.

Yogyakarta: Titipan Ilahi Press, 1996. ........., Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, Kairo: Isa al-Babiy al-Halabiy,

1975 ........., Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, Saudi Arabia: Dar al-Ihya al-Attas, Muhammad Naquib. Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan,

1984 A. Nasir, Salihun. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema

Remaja. Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010 ‘Abdullah Al-Mirgani, Al-Imam Muhammad ‘Usman. Taaju at-Tafaasiir

(Mahkota Tafsir). Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009. al-Baghdadi, Abdurrahman. Terjemah: Sistem Pendidikan di Masa Khilafah

Islam, (Surabaya: Al-Izzah, 1996), h 81 Dewantara, Ki Hajar. Masalah Kebudayaan: Kenang-kenangan Promosi Doctor

Honoris Causa. Yogyakarta, 1967. Echols, Jhon M. dan Shadily, Hassan. Kamus Indonesia Inggris, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2003 Farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i. Bandung: CV. Pustaka Setia,

2002. Gani, Bustami A. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf

UII, 1990. Ghazali, Imam. Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin, Jakarta: Pustaka Amani, 1995 Hasan, Muhammad Tholhah. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Lantabora Press, 2005

Page 65: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

52

Hasbi ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000

Hourani, Albert. Arabic Thought in the Liberal Age, London : Oxford University

Press, 1962 Ibn Khaldun, Abd. Al-Rahman. Muqaddimah Ibn Khaldun, Tahqiq Ali Abd al-

Wahid Wafi, Cairo: Dar al-Nahdhah Irfan, Mohammad dan Mastuki. Teologi Pendidikan, Jakarta: Friska Agung

Insani, 2000 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Temati. Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010. Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna,

1988. ........., Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru,

2003 Kamil al-Hur, Muhammad. Ibn Sina, Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 1991 Maghribi, Al-Maghribi bin as-Said. Terjemah: Begini Seharusnya Mendidik Anak:

Panduan mendidik anak sejak masa kandungan hingga dewasa. Jakarta: Daru Haq, 2004.

Mahalli-As-Suyuti, Imam Jalaluddin. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut

Asbabun Nuzul. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009. Majid, Abdul dan Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda

Karya, 1993 Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al-Ma’arif,

1989. Maksum, Imam. Pendidikan Islam dan Globalisasi (Reaktualisasi Tujuan

Pendidikan Islam Sebagai Upaya Meminimalisir Problematika Bangsa). Tulung Agung: Sumenang Kediri, 2009.

Mubarak, Zaki. Al-Akhlaq ‘Inda al-Ghazali, Kairo: Dar al-Katib al-‘Arabi, 1968 Mutammam. Mengembangkan Tingkat Kualitas Pendidikan Dasar: Sebuah

Analisis Pnedidikan Sebagai Investas. Yogyakarta: Gama Media, 2007. Musa, Muhammad Yusuf. Falsafah al-Akhlaq fi al-Islam wa Shliatuha bi al-

Falsafah al-Ighriqiyah, Kairo: Muassasah al-Khalkhi, 1963

Page 66: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

53

Natsir, M. Capita Selecta. Bandung: Gravenhage, 1954. Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam. Bandung

: CV. Diponegoro, 1992. Nata, Abudin. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005. ........., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 Nizar, Samsul. Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001. ........., dan Al-Rasidin, Filsafat Pendidikan Islam. Tangerang: PT. Ciputat Press,

2005. ........., dan Ramayulis. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum

Teaching, 2005 Rifa’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu

Katsir(kemudahan dari Allah: ringkasan tafsir ibnu katsir. Jakarta: Gema Insani Press, 2008.

al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin. Tafsir Mahasin al-Ta’wil, Kairo: Dar Ihya’

al-Turats Said, Usman dan Jalaludin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, t.th Sholeh, Asrorun Ni’am. Reorientasi Pendidikan Islam: Mengurai Relevansi

Konsep Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian. Jakarta: ELSAS Jakarta, 2006.

Siradz, Said Aqil. Reposisi Kependidikan Islam: Telaah Implementasi UU

Sisidiknas Tahun 2003. Makalah dalam seminar sehari yang diselenggarakan oleh STAI NU, di Jakarta, 10 September 2003.

Shaleh. Asbabun Nuzul: Latar belakang Historis turunnya ayat-ayat al-Qur’an,

Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2007. ........., Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2002 al-Syaibany, Umar Muhammad al-Toumi. Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah,

Tripoli Libia: al-Syarikah al-Ammah li al-Nasyr al-Tauzi wa al-I’kan, 1975

Page 67: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5080/1...penelitian berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QUR’AN

54

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992.

Thaha, Nashruddin. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Di Zaman Jaya, Jakarta:

Mutiara, 1979 Tim redaksi. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1984. Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Walidin, Warul. Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Chaldun: Perspektif

Pendidikan Modern, Yogyakarta: Suluh Press, 2005 Wehr, Hans. Mu’jam al-Lughah al-Arabiyah al-Mu’ashara, Beirut: Librarie Du

Liban, 1974 Yasin, A. Fatah. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press,

2008 Yunus, Mahmud. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: Hidakarya

Agung, 1920 Zainudin, Muhammad. Paradigma Pendidikan Terpadu: menyiapkan generasi

ulul albab. Malang: UIN Malang Press, 2008.