Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman
Transcript of Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman
i
Halaman
Lecture Note : Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Untuk Dokter Umum
DAFTAR ISI
BAB 1 SISTEM INTEGUME
1.1 Sistem Integumen 1
1.2 Anatomi Kulit 5
1.3 Fisiologi Kulit 11
BAB 2 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
LUKA
2.1 Definisi Luka 14
2.2 Klasifikasi Luka 14
2.3 Kepentingan Klinis 23
BAB 3 FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA
3.1 Tahap-Tahap Proses
Penyembuhan Luka 26
3.2 Tipe-Tipe Penyembuhan Luka 40
3.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyem-
buhan Luka 44
ii
BAB 4 PERSIAPAN PERAWATAN
LUKA
4.1 Pengkajian Luka 47
4.2 Persiapan Perawatan Luka 58
BAB 5 MANAJEMEN LUKA AKUT
5.1 ‘Konsep Lembab’ dalam
Penyembuhan Luka 74
5.2 Prinsip Manajemen Luka Akut 75
5.3 Aplikasi Penatalaksanaan Luka Akut 81
BAB 6 MANAJEMEN LUKA KRONIS
6.1 Prinsip Dasar Manajemen Luka Kronis 90
6.2 Manajemen Luka Kronis 96
6.3 Studi Kasus Perawatan Luka
DAFTAR PUSTAKA 118
pada Kaki Diabetes 134
1
BAB 1
SISTEM INTEGUMEN
Kulit sangat penting untuk melindungi tubuh
dari ‘bahaya’ yang kita hadapi sehari-hari,
misalnya panas terik matahari, saat memegang
benda tajam, atau saat tak sengaja terjatuh. Oleh
karenanya, kulit kita menjadi sangat mudah
tergores dan terjadi luka.
Kulit menjadi salah satu organ terpenting
yang menyusun sistem integumen. Sistem
integumen adalah sistem terluar yang berfungsi
untuk menutup jaringan atau organ di dalamnya.
Sebelum mempelajari tatalaksana perawatan luka
yang benar, akan lebih baik jika kita memahami
terlebih dahulu tentang kulit dan penyusunnya.
1.1 Sistem Integumen
Sistem integumen berfungsi untuk melindu-
ngi sistem organ lain yang umumnya terletak lebih
profundus (lebih dalam). Selain itu, sistem
integumen juga berfungsi untuk memberikan
persinyalan terhadap kondisi lingkungan di sekitar
manusia, memisahkan, dan melindungi tubuh dari
lingkungan sekitar. Sistem integument tersusun
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
2
atas rambut, kuku, kulit, dan beberapa kelenjar
yang ada di sekitarnya.
Rambut merupakan struktur khas yang
dimiliki oleh manusia pada permukaan kulit
tertentu. Rambut dapat ditemukan di seluruh
permukaan tubuh, kecuali pada telapak tangan
dan telapak kaki. Rambut berfungsi sebagai
insulator terhadap suhu lingkungan yang lebih
rendah dari suhu tubuh dalam mempertahankan
suhu tubuhnya. Manusia adalah homoioterm yaitu
makhluk hidup yang dapat mengatur suhu
tubuhnya sendiri dan tidak tergantung oleh
lingkungan. Oleh karena itu, manusia perlu
menyimpan panas tubuh dengan adanya rambut
tersebut.
Gambar 1.1: Struktur Rambut
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
3
Kuku berasal dari epidermis yang mem-
bentuk lapisan keratin yang lebih tebal dan lebih
keras dari epidermis kulit biasa. Kuku tumbuh di
ujung-ujung jari tangan dan kaki. Kuku dapat
terus tumbuh karena aktivitas lapisan germinal
yang terdiri dari jaringan epitel aktif membelah.
Kuku yang sehat berwarna merah muda karena
asupan pembuluh darah yang terletak di bawah
kuku. Pada gambar 1.2 ditunjukkan struktur kuku
dan nama penyusunnya.
Gambar 1.2: Struktur Kuku
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
4
Beberapa kelenjar lainnya yang ikut
berperan dalam sistem integumen adalah kelenjar
keringat dan kelenjar minyak (kelenjar sebasea).
Kelenjar keringat terdapat pada bagian dermis,
dengan saluran kelenjar keringat yang orifisium
atau bukaannya terdapat pada permukaan kulit.
Kelenjar keringat berfungsi untuk memproduksi
keringat yang terdiri dari air, garam, urea, sedikit
asam amino, asam lemak, dan amonia. Oleh
karena itu, masunia bisa mengeluarkan zat sisa-
sisa metabolisme melalui keringat.
Kelenjar sebasea berfungsi untuk mem-
produksi substansi berminyak yang disebut
sebum. Kelenjar ini memiliki saluran yang
terhubung ke batang rambut. Fungsi dari sebum
adalah melembabkan dan membuat suatu lapisan
kedap air sehingga kulit tidak terlalu mudah
menjadi kering karena komponen airnya yang
mengalami evaporasi. Oleh karena bagian tubuh
tertentu seperti telapak tangan dan telapak kaki,
tidak memiliki batang rambut, maka pada bagian
ini pun tidak ditemui kelenjar sebasea.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
5
1.2 Anatomi Kulit
Kulit, yang adalah organ terluas pada tubuh,
memiliki luas permukaan kurang lebih 1,9 meter
persegi, berat sekitar 4 kg dan suplai pembuluh
darah mencapai total hampir 10 km panjangnya.
Kulit tidak hanya menjadi sawar mekanik
bagi tubuh terhadap lingkungan, tetapi juga mem-
berikan fungsi sensoris sebagai indera peraba.
Dengan berbagai reseptor yang terletak di bawah
permukaan kulit, maka tubuh kita dapat
merasakan lingkungan karena adanya kulit.
Secara umum, kulit dibagi menjadi tiga
lapisan, yakni epidermis, dermis, dan hipodermis.
Epidermis
Epidermis terdiri dari sel epitel yang
berlapis-lapis. Lapisan epidermis paling luar
berbentuk pipih dan sering mati atau terkelupas,
yang kita sebut sebagai daki. Lapisan epidermis
paling dalam terbentuk dari sel berbentuk kubus
yang aktif membelah, nantinya menggantikan
jaringan mati di atasnya. Rata-rata, epidermis
dapat mengganti lapisan teratas yang mati setiap
dua bulan.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
6
Epidermis tidak memiliki suplai darah
langsung. Sel-sel epidermis mendapatkan suplai
nutrisi dan oksigen dari difusi pembuluh darah
dermis yang terletak di bawahnya. Sel yang baru
terbentuk di bagian dalam lapisan secara konstan
mendorong sel yang lebih tua lebih dekat ke
permukaan, semakin jauh dari suplai nutrisi
mereka, sehingga sel ini lebih mudah mati.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada
masing-masing individu, bahkan pada masing-
masing area tubuh. Telapak kaki dan telapak
tangan memiliki ketebalan epidermis yang paling
tebal, sedangkan kelopak mata, pipi, dahi, dan
perut memiliki lapisan epidermis yang paling tipis.
Gambar 1.3: Anatomi Kulit.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
7
Epidermis terdiri atas lima lapisan yaitu
stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum
basale. Pada permukaan dari epidermis, terdapat
lapisan keratin yang bersifat memiliki jaringan
fibrosa yang kasar, bersifat seperti ‘sisik’ yang
pipih dan keras. Lapisan keratin berfungsi sebagai
lapisan proteksi, terutama dari bahan-bahan kimia
yang diaplikasikan pada permukaan kulit, dari
debu dan kotoran, serta dari mikroorganisme
penyebab infeksi. Lapisan keratin juga berfungsi
untuk meminimalisasi kehilangan air dan menjaga
kelembaban kulit.
Lapisan keratin terletak di bagian per-
mukaan paling luar kulit. Di bagian bawahnya,
terdapat epidermis yang berbentuk pipih di bagian
permukaan, dan berbentuk kubus di bagian dasar
epidermis yang aktif membelah.
Dermis
Tepat di bawah lapisan epidermis, terdapat
struktur dermis, yaitu lapisan jaringan ikat yang
terdiri dari berbagai struktur lainnya. Dermis
tersusun dari serabut elastin yang berfungsi untuk
memberikan kelenturan bagi kulit dan pembuluh
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
8
darah yang berfungsi memberikan suplai nutrisi
dan oksigen. Selain itu, pembuluh darah juga
berfungsi sebagai termoregulasi atau pengaturan
suhu tubuh. Apabila temperatur lingkungan
panas, maka tubuh akan melakukan vasodilatasi,
sehingga panas yang masuk ke tubuh akan
dikeluarkan ke lingkungan. Sebaliknya, apabila
temperatur lingkungan dingin, tubuh akan
melakukan vasokonstriksi, untuk menyimpan
panas tubuh sehingga tidak kedinginan.
Dermis juga tersusun dari ujung-ujung saraf
di bawah kulit yang membuat kita dapat
menerima berbagai macam rangsangan pada kulit
dan mengontrol diameter pembuluh darah bagi
termoregulasi. Pada dermis juga didapatkan
modifikasi epidermis ke arah dalam menjadi
berbagai kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, kelenjar keringat menghasilkan
keringat yang dikeluarkan melalui saluran keringat
yang bermuara di pori-pori kulit, sedangkan
kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang
bermuara di batang rambut.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
9
Pada lapisan dermis juga tumbuh folikel
rambut yang mencapai permukaan kulit. Pada
kondisi stres ataupun menggigil karena
kedinginan, sistem saraf akan merangsang otot
erektor pili, yang berfungsi menegakkan rambut-
rambut halus di kulit ini, sehingga menimbulkan
kondisi yang lazim disebut merinding atau bulu
kuduk berdiri.
Hipodermis
Beberapa sumber menyebutkan bahwa
hipodermis termasuk dalam lapisan dermis, dan
beberapa sumber menyebutkan bahwa hipo-
dermis adalah lapisan yang terpisah. Hipodermis
adalah lapisan terdalam yang berfungsi untuk
‘melekatkan’ kulit dengan bagian yang ada di
bawahnya, seperti fascia atau otot. Selain itu,
pada lapisan hipodermis terdapat lemak subkutan
yang berfungsi sebagai termoregulasi untuk
menyimpan panas dan cadangan energi. Lemak
subkutan terdiri dari jaringan adipose yang tebal.
Penyusun Kulit Lainnya
Selain tiga lapisan kulit: epidermis, dermis,
dan hipodermis, terdapat beberapa jenis sel
lainnya yang juga menyusun lapisan kulit.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
10
Terdapat 4 sel khusus yang terdapat pada kulit,
yaitu melanosit, keratinosit, dan sel Langerhans.
Melanosit berfungsi untuk menghasilkan
pigmen melanin, yang berfungsi untuk mem-
berikan warna pada kulit, dan melindungi dari
paparan sinar UV dari matahari. Kadar produksi
melanosit bergantung dari genetik dan ras
seseorang. Keratinosit adalah sel yang
menghasilkan keratin, yang membentuk lapisan
terluar dari epidermis. Keratin berfungsi sebagai
lapisan protektif dan kedap air bagi kulit. Sel
Langerhans adalah sel yang berasal dari sumsum
tulang yang bermigrasi ke kulit yang befungsi
sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh untuk
memfagositosis bakteri.
Kulit juga memiliki komponen yang disebut
SALT (Skin-Associated Lymphoid Tissue; Jaringan
Limfoid yang Berasosiasi dengan Kulit). SALT
berfungsi untuk pertahanan tubuh adaptif pada
kulit. Selain itu, kulit juga dapat memproduksi
vitamin D dengan bantuan dari sinar matahari.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
11
1.3 Fisiologi Kulit
Setelah mempelajari tentang anatomi
penyusun kulit dan bagian-bagiannya, penting
pula untuk mengetahui fisiologi kulit. Berikut ini
adalah beberapa fungsi fisiologis kulit secara
singkat.
1. Proteksi
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh,
yang berfungsi pula sebagai pelindung
mekanik bagi tubuh dan lingkungan. Selain itu,
kulit juga memiliki sistem imunitas bawaan
yang berfungsi membunuh patogen yang akan
masuk ke tubuh.
2. Termoregulasi
Kulit sebagai insulator yang membungkus
tubuh juga bermanfaat untuk menyimpan
panas tubuh dan mencegah evaporasi. Selain
itu, kulit yang kaya akan pembuluh darah juga
menjadi termoregulator bagi tubuh.
3. Sensasi
Kulit dilengkapi oleh ujung-ujung saraf perifer
yang berfungsi sebagai sistem sensoris. Kita
dapat merasakan perbedaan panas dan dingin,
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
12
sentuhan dan tusukan, atau nyeri karena
adanya ujung-ujung saraf di lapisan dermis.
4. Ekskresi
Kulit juga termasuk sebagai salah satu organ
ekskresi. Melalui keringat yang keluar dari pori-
pori kulit, kulit juga membuang sisa-sisa
metabolism keluar dari tubuh dengan produksi
dari kelenjar keringat.
5. Metabolisme
Kulit terlibat dalam metabolism tubuh terutama
sebagai rumah produksi vitamin D. Vitamin D
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan
tulang, kulit, dan bagian dari sistem imunitas
tubuh.
Setelah mempelajari berbagai komponen
kulit dan fungsinya, Anda telah siap untuk
mempelajari lebih dalam, tentang timbulnya luka
dan bagaimana Anda dapat melakukan pena-
talaksanaan yang teapt terhadap luka tersebut.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
13
BAB 2
DEFINISI DAN KLASIFIKASI LUKA
Seperti yang telah dibahas sebelumnya,
kulit yang berlapis-lapis itu masih sangat mudah
untuk terluka: tergores pisau saat memasak,
terkelupas, terkena benda panas, dan sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kulit dan jaringan
yang ada di bawahnya sangat rentan terhadap
trauma dan terjadi luka.
Luka yang terbentuk memiliki etiologi yang
berbeda-beda berdasarkan penyebabnya. Selain
itu, berdasarkan waktu terjadinya luka juga
membedakan karakteristik luka tersebut. Sangat
penting untuk memahami lebih dalam tentang
definisi dan klasifikasi luka, sehingga dengan
anamnesis dan karakteristik klinis dari luka, kita
dapat menentukan tipe luka dan memberikan
tatalaksana yang tepat, dengan tujuan me-
ngembalikan jaringan dan kulit menjadi seperti
sebelumnya secara fungsional maupun secara
estetika. Berikut ini akan dibahas tentang definisi
dan klasifikasi luka.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
14
2.1 Definisi Luka
Luka adalah diskontinuitas atau ter-
ganggunya integrasi dari jaringan tubuh, mulai
dari kulit hingga jaringan yang ada di bawahnya.
Penyebab dari luka dapat bermacam-macam,
yaitu penyebab mekanik, seperti tergores benda
tajam atau terhantam benda padat, panas, zat-zat
kimia, dan penyebab lainnya.
2.2 Klasifikasi Luka
Klasifikasi luka dapat dibedakan menjadi
beberapa macam dasar klasifikasi.
A Berdasarkan Onset Terjadinya Luka
Berdasarkan onset terjadinya luka, luka
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Luka Akut
Luka akut adalah luka yang memerlukan onset
waktu yang cepat dan dapat dilakukan
penyembuhan secara primer. Batas waktu
untuk luka akut adalah kurang dari tiga bulan.
2. Luka Kronis
Luka kronis adalah luka dengan masa
penyembuhan yang lebih dari tiga bulan. Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan
terjadinya pemanjangan waktu penyembuhan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
15
luka, antara lain adanya infeksi sekunder pada
luka, gangguan metabolik, dan manajemen
luka yang buruk, sehingga luka bertambah
parah.
B Berdasarkan Penyebab Terjadinya Luka
Berdasarkan penyebab terjadinya luka, luka
terbagi menjadi 9 yakni :
1. Luka tusuk (vulnus punctum). Luka ini
disebabkan oleh benda tajam yang masuk ke
dalam kulit. Contoh: luka tertusuk paku atau
duri.
Gambar 2.1 Contoh luka tusuk
(vulnus punctum)
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
16
2. Luka sayat (vulnus incisivum). Luka ini
disebabkan oleh benda tajam, namun tidak
sampai menusuk kulit. Contoh: luka tersayat
pisau.
Gambar 2.2 Contoh luka sayat
(vulnus incisivum)
3. Luka tembak (vulnus sclopetarium). Luka ini
disebabkan oleh tembakan atau alat peledak.
Contoh: luka tembak oleh senjata api.
Gambar 2.3 Contoh luka tembak
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
17
4. Luka gigitan (vulnus morsum). Luka ini
disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia.
Contoh: luka gigitan anjing atau ular.
Gambar 2.4 Contoh luka gigitan
5. Luka tembus (vulnus perforatum). Luka ini
disebabkan oleh benda tajam yang menembus
jaringan tubuh. Oleh karena itu, pada luka
didapatkan luka masuk (entry wound) dan luka
keluar (exit wound). Contoh: luka akibat
tertusuk benda tajam yang menembus.
Gambar 2.5 Contoh luka tembus
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
18
6. Luka terpotong (vulnus amputatum). Luka ini
disebabkan oleh terpotong atau terpancung
benda tajam. Contoh: jari yang terpotong
sebagian atau seluruhnya karena senjata tajam.
Gambar 2.6 Contoh (ilustrasi) luka terpotong
7. Luka robek (vulnus laceratum). Luka ini
disebabkan oleh robeknya jaringan kulit,
misalnya akibat tersangkut benda tajam,
terbentur batu, dan lainnya. Contoh: robeknya
kulit akibat tersangkut pagar berduri.
Gambar 2.7 Contoh luka robek
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
19
8. Luka kontusio (vulnus contussum). Luka ini
disebabkan oleh benturan benda tumpul yang
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di
bawah kulit. Contoh: memar karena terbentur
tembok.
Gambar 2.8 Contoh luka kontusio
9. Luka lecet (vulnus excoriasi). Luka yang terjadi
akibat gesekan kulit dengan benda keras.
Contoh: luka lecet saat jatuh dari sepeda.
Gambar 2.9 Contoh luka lecet
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
20
Luka yang terbentuk bisa jadi bukan hanya
satu jenis luka saja, melainkan kombinasi dari
beberapa jenis luka, tergantung dari terjadinya
jejas (mode of injury).
B Berdasarkan Kontaminasi pada Luka
Berdasarkan tingkat kontaminasi yang
terjadi pada luka, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) membagi luka menjadi empat
kelas, yaitu
1. Luka kelas I: Luka bersih (clean wound)
Luka bersih didefinisikan sebagai luka yang
tidak terinfeksi, ditandai dengan tidak adanya
tanda-tanda peradangan pada luka. Luka
bersih biasanya pada luka yang tertutup, atau
luka terbuka yang langsung dilakukan rawat
luka dan ditutup. Luka ini biasanya tidak
melibatkan traktus respiratorius, gastro-
intestinal, bilier, ataupun genitourinarius.
Risiko infeksi pada luka bersih adalah 1-5%.
Gambar 2.10 Contoh luka bersih
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
21
2. Luka kelas II: Luka bersih terkontaminasi (clean
contaminated wound)
Luka bersih terkontaminasi didefinisikan
sebagai luka bersih, tetapi terkontaminasi
akibat luka yang terletak pada organ yang tidak
steril dari flora normal, contohnya luka pada
traktus respiratorius, gastrointestinal, bilier,
ataupun genitourinarius. Risiko infeksi pada
luka bersih terkontaminasi adalah 3-11%.
3. Luka kelas III: Luka terkontaminasi
(contaminated wound)
Luka terkontaminasi biasanya terjadi pada luka
terbuka dengan paparan terhadap lingkungan
kurang dari empat jam, atau luka lama tanpa
tindakan aseptik. Pada luka terkontaminasi bisa
didapatkan tanda-tanda inflamasi: berwarna
kemerahan (rubor) nyeri (dolor), terasa panas
(kalor), bengkak (tumor) dan penurunan fungsi
(fungsio lesa). Namun, pada luka terkon-
taminasi memiliki sekret non-purulen. Risiko
infeksi pada luka terkontaminasi mencapai
20%.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
22
Gambar 2.11: Contoh luka terkontaminasi
4. Luka kelas IV: Luka kotor atau terinfeksi
(infected wound)
Luka ini terjadi pada lingkungan yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri, dengan waktu
paparan lebih dari 4 jam. Pada luka ini,
didapatkan tanda-tanda inflamasi, sekret
yang purulen mengandung mikroba
infeksius, dan kadang didapatkan jaringan
nekrotik. Risiko infeksi pada luka kotor
mencapai 40%.
Gambar 2.12: Contoh luka kotor
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
23
2.3 Kepentingan Klinis
Luka yang diklasifikasikan dengan benar
dapat membantu menilai morbiditas, mortalitas,
dan kualitas hidup dari pasien. Setelah memahami
definisi dan klasifikasi luka, diharapkan dapat
diperoleh pemahaman tentang presentasi klinis
luka dan mengklasifikasikan luka secara tepat,
sehingga tatalaksana yang diberikan pun juga
tepat dan sembuh dengan baik.
Kepentingan klinis dari klasifikasi luka
karena pembedahan yang tepat adalah untuk
membantu memprediksi kemungkinan infeksi
pada lokasi pembedahan, kemungkinan timbulnya
komplikasi pasca operasi, dan perlu atau tidaknya
adanya operasi.
Pada luka yang terbuka, terdapat ke-
mungkinan infeksi. Infeksi ini dapat timbul dari
mikroorganisme yang terdapat pada sekitar luka,
baik dari dalam tubuh inang sendiri (flora normal
dari inang yang menjadi patogen) atau dari
lingkungan. Hal ini bergantung pada interaksi
dinamis antara inang, patogen potensial, dan
lingkungan. Patogen melewati tiga proses penting
dalam menyebabkan gangguan pada luka:
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
24
kontaminasi, kolonisasi, dan infeksi.
Kontaminasi dapat terjadi ketika mikro-
organisme berhasil menghindari sistem imunitas
inang dan menyebabkan perubahan yang
patologis pada inang tersebut. Setelah berhasil
melakukan kontaminasi, patogen tersebut
kemudian bertumbuh dan berkembang biak di
daerah luka, yang mengandung debris dan
kotoran yang menjadi sumber makanan yang baik
bagi patogen, sehingga terjadilah kolonisasi.
Setelah itu, terjadilah infeksi terhadap luka oleh
patogen tersebut. Perkembangan luka yang
terinfeksi tergantung pada patogenisitas dan
virulensi mikroorganisme dan imunokompetensi
inang.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
25
BAB 3
FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA
Ketika terjadi luka, tubuh akan memiliki
kecenderungan untuk ‘menyembuhkan’ diri
dengan cara menutup luka, yang disebut dengan
proses penyembuhan luka (wound healing).
Proses penyembuhan luka adalah rangkaian
proses tubuh sebagai respon terhadap luka
dengan tujuan memperbaiki luka sehingga
jaringan kembali ke fungsi normalnya. Proses
penyembuhan luka merupakan proses yang
sangat kompleks dengan meliputi beberapa
tahapan, antara lain menghentikan perdarahan
(hemostasis), membunuh patogen yang lebih
masuk jika ada jaringan dalam tubuh yang
terpapar ke luar, pembentukan pembuluh darah
baru untuk mengganti yang rusak, dan perbaikan
jaringan-jaringan yang rusak lainnya.
Tanpa mengetahui dan mempelajari proses
fisiologi penyembuhan luka yang benar, alih-alih
menyembuhkan lukanya, seseorang dapat justru
mengganggu proses fisiologi penyembuhan luka.
Oleh karena itu, penting untuk memahami proses
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
26
fisiologi penyembuhan luka untuk dapat
melakukan tatalaksana dengan sistematis dan
tepat.
3.1 Tahap-Tahap Proses Penyembuhan
Luka
Sejak terbentuknya luka, jaringan tubuh
telah berusaha untuk melakukan proses
penyembuhan luka. Pada dasarnya, terdapat tiga
tahap proses penyembuhan luka, yaitu tahap
inflamasi, proliferatif, dan pemodelan ulang.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa terdapat
tahap pertama, yaitu tahap hemostasis. Namun,
kita akan membahas tahap inflamasi ke dalam
tahap hemostasis.
Perlu diketahui bahwa tahap-tahap
penyembuhan luka tidak berjalan terpisah-pisah,
tetapi saling tumpang tindih. Komponen yang
berperan dalam satu tahap bisa jadi merupakan
komponen dari tahap lainnya.
A. Tahap Inflamasi
Proses inflamasi adalah terjadinya pera-
dangan pada tempat luka. Proses ini dialami dari
awal cedera hingga minggu pertama dari luka.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
27
Selama tahap inflamasi, terjadi kejadian fisiologis
berikut ini, yaitu
1. Hemostasis
Hemostasis adalah tahapan untuk menghenti-
kan perdarahan yang terjadi karena luka.
Mekanisme ini dimulai dengan vasokonstriksi
pada daerah yang luka untuk mengurangi aliran
darah ke arah luka.
2. Munculnya tanda-tanda inflamasi
Tahap ini didominasi dengan munculnya tanda-
tanda inflamasi pada jaringan luka. Tanda-
tanda inflamasi antara lain
a. Nyeri (dolor)
Adanya kerusakan pada jaringan akan
merangsang ujung-ujung saraf bebas (free
nerve ending) yang ada di lapisan kulit dan
diteruskan hingga ke otak sebagai nyeri.
Selain itu, adanya sel mediator inflamasi yang
mensekresikan prostaglandin, yaitu mediator
nyeri yang menandakan adanya kerusakan
pada jaringan. Nyeri dapat dirasakan mulai
dari pertama kali terjadinya luka, hingga
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
28
beberapa hari setelah terjadinya luka karena
stimulasi dari jaringan secara terus menerus.
b. Terasa panas (kalor) dan kemerahan (rubor).
Adanya luka pada jaringan memicu terjadinya
respon inflamasi. Respon ini dimulai dengan
berkumpulnya sel mast dan sel mediator
inflamasi lainnya ke daerah luka. Sel mast
akan mensekresikan histamin, yang memiliki
respon vasodilatasi pembuluh darah di sekitar
luka. Vasodilatasi menyebabkan aliran darah
yang meningkat, sehingga terjadilah panas
dan kemerahan di sekitar luka.
c. Bengkak pada jaringan (tumor)
Oleh karena terjadi peningkatan aliran darah
ke jaringan, terjadi bendungan pada kapiler,
yang menyebabkan darah lebih banyak dan
tertahan di daerah luka. Hal ini menyebabkan
ada bengkak di bagian yang terkena dan
sekitarnya. Selain itu, adanya kebocoran
akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler.
Akibatnya, cairan intravaskuler masuk ke
interstisial dan membuat jaringan di sekitar
luka menjadi bengkak.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
29
d. Penurunan fungsi (functio laesa).
Oleh karena terjadi begitu banyak proses
inflamasi yang terjadi di daerah luka, jaringan
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Sehingga, terjadi penurunan fungsi jaringan
dan sekitarnya.
Tahap inflamasi dimulai dengan adanya
kerusakan jaringan kulit, yang menyebabkan
sekresi kemoatraktan untuk memanggil sel-sel
inflamasi ke pusat luka. Sel kapiler menjadi
permeabel dan menyebabkan makrofag dan sel
darah putih dapat melakukan ekstravasasi ke
jaringan. Sel makrofag dan sel darah putih lainnya
bertugas untuk memfagositosis bakteri yang
masuk ke jaringan luka. Sel mast mensekresikan
histamin yang menyebabkan tanda-tanda
inflamasi.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
30
Gambar 3.1: Tahap Inflamasi Patofisiologi
Tahap Inflamasi
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
31
Ketika terjadi luka dan merusak pembuluh
darah, timbul respon inflamasi vaskuler. Respon
berupa pembuluh darah yang mengalami
kerusakan akan mengalami vasokontriksi. Aliran
darah yang bocor menjadi stasis karena adanya
vasokonstriksi, dengan harapan terjadi peng-
hentian aliran darah ke bagian yang luka.
Dimulailah fase koagulasi atau pembekuan
darah. Koagulasi terjadi karena adanya agregasi
trombosit dalam jaringan fibrin, menggunakan
faktor-faktor spesifik melalui aktivasi berurutan
yang terjadi dan dimulai sejak terjadinya luka.
Jaringan fibrin yang terbentuk berfungsi mem-
bangun kembali homeostasis dan membentuk
penghalang melawan invasi mikroorganisme,
mengatur ‘penghalang’ sementara, yang pada
prinsipnya mengembalikan fungsi kulit sebagai
pelindung. Hal ini juga memungkinkan adanya
migrasi sel ke lingkungan mikrolesi dan stimulasi
proliferasi fibroblast.
Selain terjadi respon vaskuler, terjadi pula
respon seluler terhadap luka. Respon seluler pada
tahap inflamasi ditandai dengan masuknya
leukosit di area luka karena adanya peningkatan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
32
permeabilitas kapiler. Leukosit dapat menembus
dinding kapiler, sebuah fenomena yang disebut
diapedesis. Respon seperti itu sangat cepat dan
bertepatan dengan tanda-tanda utama pera-
dangan, yang ditunjukkan oleh edema dan
eritema di lokasi lesi. Biasanya, respons sel
dibentuk di dalam 24 jam pertama dan dapat
diperpanjang hingga dua hari. Aktivasi cepat sel
kekebalan di jaringan juga dapat terjadi, seperti
yang terjadi dengan mastosit, sel gamma-delta,
dan sel Langerhans, yang mengeluarkan kemokin
dan sitokin. Peradangan terlokalisasi dan respon
jaringan pelindung yang dilepaskan oleh lesi,
penyebabnya kerusakan jaringan. Sel inflamasi
memainkan peran penting dalam penyembuhan
luka dan berkontribusi pada pelepasan enzim
lisosom dan spesies oksigen reaktif, serta
memfasilitasi pembersihan berbagai debris sel.
Interaksi leukosit dan sel selama respons
inflamasi akut membentuk suatu fokus inflamasi.
Neutrofil berperan untuk meng-ekspresikan
banyak sitokin pro-inflamasi dan sejumlah besar
zat antimikroba yang sangat aktif, seperti spesies
oksigen reaktif (Reactive Oxygen Spesies; ROS),
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
33
peptida kationik, dan protease di lokasi lesi.
Respon inflamasi berlanjut dengan perekrutan
aktif dari neutrofil sebagai respons terhadap
aktivasi sistem komplemen, degranulasi platelet,
dan produk degradasi bakteri.
Hanya beberapa jam setelah lesi, sejumlah
neutrofil berpindah melalui sel endotel yang ada
di dinding kapiler darah yang diaktifkan oleh
sitokin pro-inflamasi, seperti sebagai Interleukin-
1 β, TNF-α (tumor necrosis factor alpha), dan IFN-
γ (interferon gamma) di lokasi lesi. Sitokin
semacam itu mempromosikan ekspresi banyak
kelas molekul adhesi.
Sel rujukan juga mempengaruhi banyak
aspek lainnya perbaikan jaringan, seperti resolusi
fibrin dan ekstraseluler koagulasi matriks,
dorongan angiogenesis, dan re-epitelisasi. Pada
48 jam setelah onset lesi, migrasi monosit dari
pembuluh darah yang ada di dekatnya, yang juga
menyusup daerah lesi, semakin masif. Aktivasi
melalui persinyalan dengan kemokin dapat
bertindak sebagai sel yang menghadirkan antigen
dan yang membantu neutrofil dalam fagositosis.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
34
B. Tahap Proliferasi
Tujuan dari tahap proliferasi adalah untuk
menghilangkan lesi area jaringan dengan
kontraksi dan fibroplasia, serta membentuk sawar
epitel yang layak untuk mengaktifkan keratinosit.
Tahap proliferasi dimulai pada hari ke-4 hingga
hari ke-14. Pada fase ini, terjadi infiltrasi dari sel-
sel fibroblas ke jaringan. Sel fibroblas akan
berproliferasi dan mensintesis kolagen baru yang
akan menggantikan jaringan yang rusak. Kolagen
yang terbentuk dari sel fibroblas akan
membangun kekuatan regangan (tensile
strength). Selain itu, sel-sel makrofag yang ada di
sekitar jaringan luka akan mensekresikan faktor-
faktor pertumbuhan yang merangsang terbentuk-
nya jaringan granulasi.
Tahap proliferasi juga ditandai dengan
proliferasi dari sel endotelial, yang membantu
proses pembentukan pembuluh darah baru
(angiogenesis), terutama mikrovaskuler yang
rusak karena luka.
Kumpulan dari kapiler baru yang terbentuk,
bersama dengan kolagen baru dari sel fibroblas,
akan membentuk jaringan granulasi, yang
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
35
menandakan sedang terjadi proses perbaikan dari
jaringan luka. Jaringan granulasi bersifat sangat
rapuh dan mudah berdarah, karena tersusun dari
banyak jaringan kapiler baru, tetapi jaringan di
sekitarnya belum sepenuhnya menutupi jaringan
kapiler tersebut.
Jaringan granulasi yang terbentuk akan
memberikan senyawa persinyalan untuk proses
migrasi sel epitel dari pinggir luka. Proses ini
disebut proses epitelisasi. Epitelisasi hanya dapat
terjadi pada jaringan hidup, sehingga adanya
jaringan mati atau eksudat yang keluar dari luka
akan menghalangi terbentuknya epitel.
Patofisiologi Tahap Proliferatif
Renovasi vaskular mendorong perubahan
aliran darah. Angiogenesis adalah proses
terkoordinasi, yang melibatkan proliferasi sel
endotel, ruptur dan penataan ulang membran
basal, migrasi dan asosiasi dalam struktur tubular,
dan perekrutan sel-sel perivaskular. Untuk
beberapa waktu, angiogenesis telah dijelaskan
penting untuk kondisi fisiologis dan patologis yang
beragam, seperti embriogenesis, pertumbuhan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
36
tumor, dan metastasis. Proses ini produksi vena
kolateral melalui mekanisme pembelahan sel.
Pleksus vaskular yang dihasilkan diubah modelnya
untuk dibedakan secara besar-besaran dan
pembuluh darah kecil. Endotel kemudian diisi
dengan keduanya aksesori dan sel otot polos.
Mikrovaskular yang baru terbentuk memung-
kinkan pengangkutan cairan, oksigen, nutrisi, dan
sel yang kompeten imun.
Selain partisipasi aktif dari endotel dan sel
limfosit dalam proses biologis ini, sel perisit juga
memegang peranan penting dalam tahap ini. Sel
perisit merupakan sel kelompok yang berasal dari
regangan mesenkim otot polos sel. Perisit adalah
sel jaringan ikat berwarna terang yang
mengandung proses sitoplasma yang panjang dan
tipis dalam posisi tepat di luar endotel darah
kapiler dan venula kecil tempat kapiler
mengosongkan diri.
Melalui ekstensi sitoplasma yang me-
manjang dan mengelilingi tabung endotel, perisit
membuat kontak fokus dengan endotel melalui
persimpangan khusus. Selain itu, sel ini
mempengaruhi stabilitas pembuluh darah melalui
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
37
pengendapan matriks dan aktivasi tanda-tanda
yang mempromosikan diferensiasi sel endotel.
Jaringan granulasi mulai terbentuk kira-kira
empat hari setelah lesi. Jaringan granulasi dimulai
dengan sel granuler dari jaringan yang baru
terbentuk, yang memiliki karakteristik ini.
Jaringan granulasi dibentuk melalui mekanisme
berikut: peningkatan proliferasi fibroblastik,
biosintesis kolagen dan elastis, yang menciptakan
jaringan ekstraseluler tiga dimensi dari jaringan
ikat, dan produksi faktor kemotaktik dan IFN-beta
oleh fibroblas. Fibroblas dan sel endotel
mengekspresikan reseptor integrin dan, melalui
ini, menyerang koagulasi yang ditemukan di area
lesi.
Selain yang telah disebutkan di atas, tahap
proliferasi juga terjadi karena partisipasi dari
sistem imunitas, antara lain limfosit B dan T.
Secara morfologis, limfosit T. dibagi lagi menjadi
CD4 dan CD8. Sel T CD4 dikarakterisasi
berdasarkan profil produksi sitokinnya, seperti
Th1, IL-2 dan IFN-gamma; Th2, yang
menghasilkan IL-4, IL-5, dan IL-10; dan Th17,
yang mana ditandai dengan produksi IL-17. Ketika
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
38
lesi jaringan terjadi, proses perbaikan dimodulasi
oleh aktivitas sel dari respon inflamasi sel-sel di
batas lesi (keratinosit), serta oleh berbagai sitokin
dan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi
migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel lokal.
Gambar 3.2 Tahap Proliferatif
Terlihat adanya jaringan granulasi yang
tersusun dari proliferasi sel fibroblas untuk
membentuk kolagen baru, migrasi dari makrofag,
dan sel endotel yang berupaya menyembuhkan
pembuluh darah yang mengalami perlukaan. Sel
keratinosit juga mengalami proliferasi untuk
membentuk kembali kulit. Terbentuk scar/eschar
pada bagian permukaan luka yang berfungsi
sebagai sumbat, untuk menghentikan per-
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
39
darahan, sekaligus sebagai penutup sementara
sampai terbentuk kulit yang intak.
C. Tahap Maturasi/Remodelling
Tahapan maturasi dimulai pada waktu dua
hingga tiga minggu sejak terjadinya lesi dan dapat
berlangsung selama hingga satu tahun. Tujuan
dari tahap ini adalah ‘berusaha’ untuk mengem-
balikan fungsi jaringan yang rusak akibat luka.
Pada tahap ini, serabut kolagen masih
dibentuk, tetapi diatur secara rapi dengan
menyesuaikan jaringan sekitarnya yang sehat.
Proses ini terus berlangsung hingga mendapatkan
kekuatan regangan (tensile strength) maksimal
yang bisa dibuat oleh kulit. Cara penyusunan
serabut kolagen kembali adalah terlebih dahulu
dengan mendegradasi kolagen di tahap sebe-
lumnya yang tersusun tak beraturan, dan
digantikan dengan pembentukan serabut kolagen
yang baru.
Setelah itu, terjadi resolusi, yang berarti
pengembalian fungsi dan kenampakan normal
dari jaringan yang sempat terluka. Hal ini terjadi
karena produksi dari IL-10 atau TGF-beta1.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
40
Selama proses maturasi, sebagian besar
fibroblas dan sel inflamasi menghilang dari area
luka. Mekanisme yang menyebabkan hilangnya
jaringan tersebut adalah dengan emigrasi dan
apoptosis, dan mekanisme kematian sel lainnya.
Pada tahap yang lanjut, mekanisme ini juga
berperan dalam pembentukan bekas luka (scar
formation). Fibroblas mengubah bentuknya
menjadi miofibroblas yang bergabung dengan sel
otot polos, dan bertanggung jawab terhadap
kontraksi miofibroblas..
Secara keseluruhan, ketiga fase tersebut
beserta waktu yang dibutuhkan, dan respon
maksimumnya dapat dilihat dari grafik pada
gambar 3.3.
3.2 Tipe-Tipe Penyembuhan Luka
Tipe penyembuhan luka adalah pembagian
proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh tipe
luka, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan
luka, komorbiditas, dan proses fisiologis kulit
dalam menyembuhkan luka tersebut. Berikut ini
adalah tipe-tipe penyembuhan luka (wound
healing intention):
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
41
1. Tipe primer (wound healing by primary
intention).
Penyembuhan luka tipe primer adalah
penyembuhan terhadap luka yang
menggunakan upaya farmakologis atau
dengan bantuan alat. Tipe penyembuhan luka
primer dapat dilakukan apabila permukaan
luka bersih, biasanya luka akibat tindakan
medis yang intensional, contohnya tindakan
pembedahan. Alat bantuan yang dilakukan
pada tipe primer adalah penjahitan dengan
suture, plester, staples bedah.
Gambar 3.3 Tipe Primer
Pada gambar tersebut ditunjukkan tepi luka
yang dihubungkan dengan adanya sumbatan
fibrin. Di bawah sumbat fibrin tersebut, terjadi
pertumbuhan stratum basalis epidermis.
Ketika proses ini mulai lengkap, stratum
basalis epidermis akan mengalami re-
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
42
epitelisasi dan bersiap menggantikan lapisan
teratas epidermis, dan sumbat fibrin
mengalami destruksi. Setelah itu, terbentuklah
lapisan kulit baru yang intak.
2. Tipe sekunder
(healing by secondary intention)
Tipe penyembuhan luka sekunder adalah
perbaikan jaringan tubuh dalam proses
penyembuhan luka tanpa adanya bantuan alat
atau farmakologis, tetapi menumbuhkan
jaringan baru dari dasar luka hingga menutup
sempurna. Terdapat sebagian jaringan yang
hilang akibat luka.
Gambar 3.4 Proses Penyembuhan Luka Tipe
Sekunder
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
43
Pada luka tipe sekunder, biasanya luka yang
terjadi jauh lebih luas dibandingkan dengan tipe
primer, sehingga sumbat fibrin yang terbentuk
juga lebih besar. Pembuluh darah baru dan sel
fibroblas (jaringan granulasi) tumbuh mulai dari
lapisan dermis. Kolagen yang dibentuk oleh
jaringan granulasi sebagian dapat berubah
menjadi jaringan scar untuk mengembalikan
integritas jaringan. Kematangan dari kolagen
akan memfasilitasi pembentukan kulit baru yang
intak.
3. Tipe tersier (healing by tertiary intention)
Tipe penyembuhan luka tersier sejatinya
adalah tipe penyembuhan luka primer yang
terlambat. Tipe penyembuhan luka tersier
berlangsung lambat. Tipe penyembuhan luka
ini adalah perbaikan jaringan tubuh dalam
proses penyembuhan luka dengan
menghilangkan infeksi atau benda asing
secara manual, dan dilakukan penutup luka.
Memahami ketiga tipe penyembuhan luka
ini akan membantu tenaga kesehatan profesional
untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan
tipe penyembuhan lukanya.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
44
3.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyem-
buhan Luka
Pada dasarnya, proses penyembuhan luka
antara seorang dengan yang lain berbeda-beda,
baik dalam segi waktu yang dibutuhkan, tahap
penyembuhan luka, dan hasil dari proses
penyembuhan luka tersebut. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Usia
Usia berkaitan dengan kemampuan regene-
rasi sel maupun kecenderungan infeksi. Pada usia
anak-anak, kemampuan regenerasi sel masih
sangat baik, sehingga proses penyembuhan luka
dapat terjadi dengan lebih cepat dibandingkan
usia dewasa. Sebaliknya, pada usia tua, dengan
adanya degenerasi pada banyak fungsi sel, maka
proses penyembuhan luka pun menjadi ter-
hambat.
Selain itu, didapatkan bahwa angka kejadian
infeksi pada bayi yang sangat muda dan pada
lansia meningkat, berkaitan dengan status
imunologi yang turun pada kedua kelompok usia
tersebut. Infeksi, seperti yang sudah dibahas
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
45
sebelumnya, mengakibatkan terjadinya penunda-
an pada proses penyem-buhan luka.
2. Nutrisi
Status nutrisi juga mempengaruhi pe-
nyembuhan luka pada tubuh. Status nutrisi yang
buruk dapat mengakibatkan penyembuhan luka
menjadi terhambat. Status nutrisi yang buruk
yang dimaksud di sini tidak hanya malnutrisi,
tetapi juga termasuk obesitas.
3. Komorbiditas
Komorbiditas yang diderita oleh pasien juga
mempengaruhi proses penyembuhan luka pasien
tersebut. Komorbiditas yang paling sering terjadi
adalah diabetes melitus. Pada diabetes melitus,
terjadi kerusakan pada mikrovaskuler dan
makrovaskuler, sehingga pembentukan pembuluh
darah baru menjadi terganggu.
4. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan oleh pasien juga
menjadi faktor yang dapat menghambat proses
penyembuhan luka. Contohnya, kortikosteroid.
Kortikosteroid memiliki efek imunosupresan,
yang menguntungkan pada beberapa kondisi
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
46
penyakit tertentu, tetapi kurang menguntung-
kan pada kondisi luka. Seperti yang dibahas
pada bagian usia, status imunologi yang
menurun dapat menyebabkan kerentanan luka
terhadap infeksi, dan infeksi dapat meng-
hambat proses penyembuhan luka.
Terbukti bahwa fisiologi penyembuhan luka
merupakan proses yang kompleks yang melibat-
kan berbagai tipe sel dan jaringan. Proses ini
begitu kompleks, sehingga tindakan yang tepat
pada setiap tahapannya, dengan pertimbangan
waktu dari terjadinya luka, sangat penting untuk
membantu proses penyembuhan luka ini. Pada
bagian selanjutnya, akan dibahas berbagai
langkah-langkah manajemen yang dapat dilaku-
kan untuk membantu proses penyembuhan luka.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
47
BAB 4
PERSIAPAN PERAWATAN LUKA
Setelah memahami tentang fisiologis
penyembuhan luka, kini Anda telah siap untuk
mulai melakukan perawatan terhadap luka. Ada
beberapa langkah-langkah persiapan perawatan
luka yang perlu Anda ketahui untuk dapat
menatalaksana berbagai jenis luka.
Persiapan perawatan luka ini meliputi
pengkajian luka, yang membutuhkan kemampuan
inspeksi luka yang baik dari seorang tenaga
kesehatan profesional. Selain itu, persiapan
perawatan luka juga meliputi pengenalan
terhadap alat-alat dan bahan yang akan
digunakan untuk perawatan luka.
4.1 Pengkajian Luka
Pengkajian didefinisikan sebagai proses
pengumpulan, identifikasi, dan analisis terhadap
suatu objek dengan tujuan untuk memecahkan
masalah objek tersebut. Dengan demikian,
pengkajian luka dapat diartikan sebagai proses
mengidentifikasi dan menganalisis luka untuk
memecahkan masalah luka tersebut. Terdapat
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
48
beberapa tujuan pengkajian luka yang harus
dicapai, antara lain:
1. Mengidentifikasi tipe luka dan penyebab
luka.
2. Menilai perkembangan proses perawatan
luka yang telah dilakukan.
3. Menilai komplikasi atau penyulit yang
mungkin timbul dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Pengkajian terhadap luka diperlukan untuk
menentukan diagnosis luka dengan tepat.
Diagnosis luka didapatkan dengan cara mela-
kukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
tepat pula. Berikut ini adalah poin-poin utama
yang dibutuhkan untuk mendapatkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang tepat.
Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah anamnesis dasar, yaitu identitas
pasien dan keluhan utama. Pada kasus trauma,
penting untuk terlebih dahulu melakukan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
49
anamnesis yang sesuai dengan kasus trauma.
Pada anamnesis, beberapa poin utama ini
juga harus ditanyakan dalam anamnesis, antara
lain:
1. Penyebab luka
Penyebab luka penting untuk menentukan
mekanisme trauma yang menyebabkan luka,
sehingga dapat ditentukan evaluasi dan
tatalaksana selanjutnya. Beberapa penyebab luka
antara lain luka bedah, luka trauma, luka akibat
tekanan, dan luka akibat gangguan vaskuler. Pada
beberapa penyebab luka tertentu, diperlukan
tatalaksana khusus yang diberikan untuk
mencegah komplikasi, contohnya jika tertusuk
benda berkarat, maka sebaiknya diberikan
profilaksis anti-tetanus segera.
2. Lokasi luka
Lokasi luka juga dapat menjadi indikator
kemungkinan penyebab luka. Tujuan mengkaji
lokasi luka adalah memperkirakan mode trauma,
terutama pada kasus tidak ada saksi mata atau
pasien tidak sadar. Lokasi luka disesuaikan
dengan posisi anatomi tubuh sehingga lebih
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
50
mudah untuk dikenali. Selain itu, perlunya
mengevaluasi lokasi luka adalah menentukan
prognosis penyembuhan luka dan jenis perawatan
luka yang dibutuhkan, misalnya pada luka yang
terjadi di daerah siku atau lutut mungkin
membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama
dibandingkan dengan luka di tempat lain, karena
lebih sering digerakkan.
3. Durasi luka.
Untuk durasi luka, tanyakan kepada
pasien sudah berapa lama sejak luka terbentuk
hingga hari ini. Tanyakan pula proses pe-
nyembuhan lukanya, sebaik yang dapat diamati
oleh pasien. Lalu, bandingkan durasi luka saat
ini dengan durasi yang diperlukan bagi luka
untuk sembuh. Pemanjangan waktu yang
dibutuhkan untuk sembuh menandakan bahwa
ada faktor-faktor yang mungkin menghambat
penyembuhan luka.
4. Komorbiditas
Penting untuk menanyakan faktor-faktor
komorbid yang ada pada pasien. Beberapa
faktor komorbid dapat menghambat penyem-
buhan luka, contohnya diabetes melitus. Untuk
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
51
itu, perlu dilakukan tatalaksana terkait dengan
komorbid selain juga menangani problem luka.
Anamnesis dapat membantu menegakkan
diagnose hingga 80%. Namun, perlu diperhatikan
juga bahwa penanganan kegawatdaruratan harus
dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan
anamnesis yang lengkap.
Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan anamnesis, lanjutkan
tahapan diagnostik dengan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus luka
harus tetap dilakukan secara berurutan, mulai dari
tanda-tanda vital, Glasgow Coma Scale untuk
memeriksa kesadaran pasien, dan status generalis
pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik
luka. Pemeriksaan fisik luka harus mencakup hal-
hal berikut ini.
1. Lokasi luka
Walaupun telah mendapatkan lokasi luka
dari anamnesis, seorang dokter harus
memeriksa lokasi luka secara langsung dengan
cara melakukan pemeriksaan fisik yang
menyeluruh. Seringkali, ditemukan lokasi luka
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
52
lain selain dari yang diketahui oleh pasien.
2. Dimensi luka
Setelah mengetahui lokasi luka, lakukan
pengukuran dimensi dari masing-masing luka
yang ditemukan. Pengukuran dimensi luka
yang harus dilakukan adalah panjang luka dan
lebar luka terpanjang, serta kedalaman luka.
Pengukuran dimensi luka penting untuk
memberikan gambaran perubahan ukuran
luka selama usaha penyembuhan luka yang
dilakukan.
Apabila ditemukan luka dengan bentuk
memanjang, dapat dilakukan pengukuran luka
dengan menggunakan lidi kapas (cotton bud)
untuk mengukur ruang mati (dead space) di
dalam luka.
3. Stadium luka
Berdasarkan tingkat kedalaman dan luas
luka, stadium luka dibagi menjadi:
a. Stadium I atau luka superfisial (Non-
Blenching Erythema), yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
53
b. Stadium II atau luka partial thickness,
yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superfisial dan adanya
tanda klinis seperti abrasi, blister atau
lubang yang dangkal.
c. Stadium III atau luka full thickness, yaitu
hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai
bawah tetapi tidak melewati jaringan
yang mendasarinya. Luka sampai pada
lapisan epidermis, dermis dan fasia
tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul
secara klinis sebagai suatu lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV atau luka full thickness, yang
telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi yang
luas.
Stadium luka, bersama dengan komponen
luka yang lain, dapat memberikan informasi
tentang durasi proses penyembuhan luka,
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
54
intervensi apa saja yang perlu untuk
dilakukan, serta prognosis bagi luka tersebut.
Penting untuk memastikan luka dalam
keadaan bersih (telah dilakukan cuci luka dan
dibersihkan) ketika akan dilakukan asesmen
stadium luka.
4. Warna dasar luka
Warna dasar luka membedakan tipe
jaringan luka dan tahapan dari luka tersebut.
Sistem yang sering digunakan untuk
membedakan warna dasar luka adalah sistem
RYB (Red-Yellow-Black).
a. Red atau kemerahan, menunjukkan
jaringan granulasi. Dapat berupa luka
bersih dengan neovaskularisasi, sehingga
mudah berdarah. Dasar luka seperti ini
cukup sehat, sehingga hanya perlu
dipertahankan kondisi lembabnya, dan
dilindungi dari trauma yang merusak.
b. Yellow atau kuning, menunjukkan jaringan
luka yang terkontaminasi sehingga
mengeluarkan eksudat berwarna kekune-
ngan, yang disebut pus atau nanah.
Biasanya jaringan luka juga bercampur
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
55
dengan jaringan nekrotik dan jaringan
fibrosis. Pada luka ini, diperlukan
pembersihan yang ekstensif dari eksudat
dan jaringan nekrotik, supaya memberi
ruang bagi re-epitelisasi jaringan kulit pada
jaringan hidup.
c. Black atau hitam, menunjukkan jaringan
mati atau jaringan nekrotik. Pada warna
dasar luka ini, luka tertutup oleh jaringan
nekrosis atau eschar yang terjadi
avaskularisasi, dan biasanya tidak
didapatkan perdarahan. Jaringan nekrotik
dapat menghalangi proses penyembuhan
luka, sehingga perlu dilakukan pem-
bersihan luka dari jaringan nekrotik, untuk
memberi ruang pertumbuhan bagi sel
epitel baru.
5. Cairan Luka (Eksudat)
Eksudat adalah cairan yang dihasilkan oleh
luka. Kualitas cairan yang dikeluarkan oleh luka
dapat menunjukkan karakteristik luka tersebut.
Eksudat luka disekresikan sebagai akibat
dari adanya vasodilatasi selama awal inflamasi
pada fase penyembuhan. Beberapa karakteristik
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
56
eksudat yang dapat dikeluarkan oleh luka, antara
lain :
a. Serosa: Cairan yang keluar berwarna
jernih. Dapat terjadi kemungkinan infeksi
dari bakteri yang menghasilkan fibrinolisis
dari bakteri GABHS (Group A Beta-
Hemolytic Streptococcus) dan Pseudomo-
nas fragilis.
b. Hemoserosa: cairan berwarna adarah
atau serosa jernih bercampur darah.
c. Sanguenous: cairan berwarna darah
kental dan pekat. Bisa disebabkan oleh
trauma pada pembuluh darah.
d. Purulen: cairan berwarna kekuningan
karena pus. Hal ini biasanya disebabkan
oleh adanya infeksi bakteri piogenik dan
adanya sel-sel inflamasi.
6. Odor atau bau pada luka
Bau pada luka dihasilkan dari oleh
pertumbuhan mikroorganisme pada luka.
Karakteristik bau luka dapat dilakukan dengan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
57
objektif, yaitu Odour Assessment Scoring Tool.
a. Kuat: bau ketika memasuki ruangan
berjarak 2-3 meter dengan dressing
utuh tidak dibuka.
b. Moderat: bau ketika memasuki
ruangan berjarak 2-3 meter dengan
dressing sudah dibuka.
c. Ringan: bau ketika berada di dekat
klien dengan balutan yang sudah
dibuka.
d. Tidak ada bau: tidak ada bau walau
ada di dekat klien dengan balutan
yang sudah dibuka.
7. Pinggiran luka atau edge
Pinggiran luka memberikan gambaran
proses epitelisasi yang berkembang, kronisitas
luka, dan etiologi luka. Pengkajian pinggiran luka
dapat memberikan gambaran proses
penyembuhan luka dapat berlangsung dengan
baik atau tidak, sehingga menghambat migrasi sel
epitel. Kegagalan penutupan luka juga terjadi
apabila ditemukan tepi luka yang edema,
nekrosis, dan ada tanda-tanda infeksi.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
58
4.2 Persiapan Perawatan Luka
Persiapan perawatan luka yang dapat
dilakukan antara lain tentang persiapan alat dan
bahan. Perlu diketahui alat dan bahan untuk
perawatan luka tidak harus selalu digunakan
semuanya pada setiap jenis luka. Kondisi dari luka
juga penting untuk diperhatikan untuk
menentukan alat dan bahan yang digunakan.
Pengenalan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada saat
perawatan luka, antara lain:
1. Satu set perawatan luka steril/bak steril
a. Sarung tangan
b. Pinset anatomis
c. Pinset chirurgis
d. Gunting jaringan
e. Kassa steril
f. Kom berisi larutan pembersih (normal
salin 0,9%).
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
59
Gambar 4.1 Peralatan untuk Perawatan Luka.
2. Alat non steril
a. Sarung tangan non steril
b. Cairan Nacl 0,9%
c. Pengalas sesuai luas luka
d. Kapas alkohol
e. Korentang
f. Perlak atau penghalas
g. Bengkok
h. Kom berisi lysol 1%
i. Gunting verban/plester
j. Verban
k. Plester
l. Schort
m. Masker
n. Obat sesuai program terapi
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
60
o. Tempat sampah
Balut luka atau dressing
Selain alat-alat di atas, digunakan pula
peralatan berupa balut luka atau dressing untuk
menutup luka. Pada dasarnya, balut luka terdiri
dari dua tipe, yaitu balut luka tradisional
(traditional wound dressing) dan balut luka
modern (modern wound dressing). Namun,
penggunaan balut luka tradisional kini sudah
jarang digunakan.
Penggunaan balut luka modern pada
dasarnya tidak hanya menutup luka untuk
mencegah kontak dari luar, tetapi juga untuk
memfasilitasi luka dengan keadaan yang optimal
untuk penyembuhan luka.
Pemilihan penggunaan balut luka mengikuti
tipe A5. Berikut ini adalah masing-masing tipe
balut luka tersebut.
1. Autolysis Debridement Dressing (A1)
Tipe balut luka A1 adalah balut luka yang
berfungsi untuk memfasilitasi terjadinya
debridement secara autolisis. Tipe A1 baik
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
61
digunakan untuk balut luka pada jenis-jenis
luka kronis dengan nekrotik dan slough,
luka akibat tekanan, dan luka bakar. Contoh
dari balut luka tipe A1 yang sering
digunakan adalah hidrogel.
Gambar 4.2 Contoh Autolysis
Debridement Dressing (Balut luka tipe A1)
Hidrogel adalah bahan hidrofilik tidak larut
yang terbuat dari polimer sintetik seperti
poli (metakrilat) dan polivinil pirolidin.
Kandungan air yang tinggi pada hidrogel
(70-90%) membantu jaringan granulasi dan
epitel lebih mudah tumbuh di lingkungan
yang lembab. Sifat elastis dari hidrogel
memudahkan aplikasi dan pengangkatan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
62
setelah luka sembuh tanpa kerusakan.
Selain itu, hidrogel memiliki efek untuk
‘menenangkan’ luka, dengan sifat yang
menurunkan suhu luka, sehingga cocok
diaplikasikan pada saat luka pada fase
inflamasi. Beberapa contoh hidrogel yang
dapat ditemukan di pasaran, antara lain
duoderm hydroactive gel, cutimed gel,
intrasite gel, cavidagel, dan solosite.
2. Antimicrobial dressing (Balut luka tipe A2)
Antimicrobial dressing atau balut luka tipe
A2 adalah balutan luka yang mengandung
bahan-bahan antimikroba yang diaplikasi-
kan secara topikal pada luka dengan tujuan
untuk membunuh bakteri yang terdapat
pada luka dan mencegah infeksi.
Berdasarkan bahan penyusun balut luka,
antimicrobial dressing dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, antara lain:
a. Balut luka berbahan perak
Balut luka dengan bahan dasar perak (Ag;
silver) terbukti efektif membunuh bakteri Gram
positif dan negatif, termasuk MRSA. Komponen
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
63
perak disusun dengan kristal kecil berukuran 10-
100 nm dengan ukuran 1 ppm terbukti aktif
melindungi luka dari bakteri. Contoh balut luka
berbahan dasar perak yang sering digunakan
adalah acticoat, polymen silver, dan Aquacel Ag.
Gambar 4.3 Contoh balut luka berbahan dasar perak
b. Balutan berbahan dasar iodin
Povidon iodin pernah menjadi bahan
antiseptik luka yang luas digunakan dalam luka
hingga saat ini. Kandungan iodin terbukti ampuh
sebagai bahan antimikroba. Saat ini, digunakan
cadexomer iodine, turunan iodin yang aman untuk
perawatan luka. Bahan aktif cadexomer iodine
berubah menjadi bahan gel selama 48-72 jam
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
64
setelah pertama kali kontak dengan cairan
eksudat dari luka.
Gambar 4.4 Contoh balut luka berbahan dasar
iodin
c. Balut luka PHMB
Polyhexamethylene Biguanida adalah salah
satu bahan aktif antimikroba yang disatukan
dengan bahan gauze yang efektif untuk menyerap
eksudat. Bahan ini juga dapat mengatasi pem-
bentukan biofilm dari kolonisasi bakteri di
permukaan luka. PHMB bekerja dengan cara
menghambat metabolisme sel bakteri dan
merusak komponen fosfolipid pada membran sel
bakteri.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
65
d. Balut luka DACC
Dialkylcarbamoyl Chloride adalah bahan
aktif yang dapat menyerap bakteri pada luka.
DACC bersifat sangat hidrofobik, sehingga
penggunaannya tidak direkomendasikan untuk
dikombinasi dengan bahan gel atau krim. DACC
juga tidak dapat menyerap eksudat pada luka.
3. Balut luka adsorben (Balut luka tipe A3)
Tipe balut luka A3 atau adsorben adalah tipe
balut luka yang diformulasikan untuk meng-
absorbsi eksudat dan bau yang keluar dari luka.
Bahan yang digunakan untuk menyerap eksudat,
antara lain alginate, hidrokoloid, hidrofiber, dan
foam, sedangkan bahan yang digunakan untuk
menyerap bau, antara lain arang aktif (active
charcoal). Beberapa contoh dari balut luka
adsorben, antara lain
a. Non-adherent gauze.
b. Hidrokoloid
c. Alginat
d. Hidrofiber
e. Foam
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
66
Gambar 4.5 Contoh balut luka berbahan
adsorben (non-adherent dressing)
4. Balut luka yang mempercepat granulasi (Balut
luka tipe A4)
Balut luka A4 memiliki fungsi untuk
mempercepat proses pembentukan jaringan
granulasi pada luka. Beberapa zat aktif pada balut
luka ini membantu re-epitelisasi dan penyusunan
kembali dari matriks ekstra-seluler. Salah satu
contoh bahan dasar yang digunakan adalah
kolagen. Produk balut luka yang mengandung
kolagen antara lain cutimed epiona, stimulan gel,
cullacure, dan collasorb.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
67
Gambar 4.6 Contoh balut luka yang
mempercepat granulasi
Bahan lainnya yang dapat digunakan untuk
membalut luka adalah madu. Ekstrak madu
terbukti mempercepat proses granulasi dan
mengandung bahan antimikroba. Produk balut
luka yang mengandung madu antara lain
medihoney, activon tulle, dsb.
Gambar 4.7 Contoh balut luka yang
mengandung madu
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
68
5. Balut luka yang menghindari trauma (Balut
luka tipe A5)
Balut luka yang berfungsi menghindari
trauma juga berfungsi untuk melindungi luka dari
trauma sekunder dan merangsang epitelisasi.
Berikut ini beberapa bahan yang sering digunakan
dari balut luka tipe A5:
a. Silikon
Gambar 4.8 Contoh gambar sillicone dressing
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
69
b. Transparan film
Gambar 4.9 Contoh penggunaan transparan
film pada luka bekas operasi
c. Tulle Gras
Gambar 4.10 Contoh penggunaan Tulle Gras.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
70
d. Polymer
Gambar 4.11 Contoh gambar Polymer dressing
Penggunaan balut luka yang tepat sangat
penting untuk membantu proses penyembuhan
luka dan mendapatkan hasil penyembuhan luka
yang optimal, sehingga penting untuk memahami
dengan baik jenis luka yang terjadi dan
penggunaan balut luka yang tepat. Pembahasan
tentang manajemen luka lebih dalam akan
dibahas di bagian selanjutnya.
Untuk meringkas pemilihan balut luka yang
tepat menurut kondisi luka, dapat dilihat dari tabel
berikut ini.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
71
Gambar 4.12 Jenis-jenis luka dan balut luka
(dressing) yang tepat
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
72
Setelah mempelajari tentang persiapan
perawatan luka, mulai dari pengkajian luka
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, hingga
mempelajari persiapan alat dan bahan untuk
perawatan luka dan penggunaan balut luka yang
tepat, kini Anda akan melanjutkan ke bagian
manajemen luka akut dan luka kronis: apa saja
yang harus dan tidak boleh dilakukan.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
73
BAB 5
MANAJEMEN LUKA AKUT
Luka akut didefinisikan sebagai proses
penyembuhan luka di bawah 3 bulan. Beberapa
contoh luka akut yang sering ditemui dalam
praktek sehari-hari seperti luka akibat trauma
(kecelakaan lalu lintas, terjatuh, dsb.) dan luka
pembedahan.
Manajemen luka akut membutuhkan proses
yang cepat dan tepat untuk mengatasi proses
akut yang terjadi. Sebisa mungkin proses
manajemen luka akut dilakukan dengan memper-
timbangkan proses fisiologi penyembuhan luka
tanpa merusak jaringan fisiologis. Oleh karena itu,
penting untuk melakukan metode manajemen
luka akut yang efektif, dengan hasil yang
berkualitas, serta apabila dimungkinkan, dengan
biaya yang lebih murah.
Pada bagian ini, akan dibahas tentang
manajemen untuk luka akut, mulai dari
penanganan kegawatdaruratan pasien, ‘konsep
lembab’ sebagai kondisi optimal dari luka, dan
tatalaksana luka akut.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
74
5.1 ‘Konsep Lembab’ dalam Penyembuhan
Luka
Konsep penyembuhan luka yang paling
optimal telah bergeser, dari kebiasaan yang
membuat luka menjadi kering menjadi keadaan
lembab (moist wound healing), sehingga proses
penyembuhan luka normal dapat terjadi secara
alamiah: mempercepat fibrinolisis, mempercepat
pembentukan kapiler pembuluh darah baru
(angiogenesis), menurunkan infeksi, dan mem-
percepat migrasi sel inflamasi (neutrofil, monosit,
makrofag, sel mast, dan sel-sel lainnya. Selain itu,
penyembuhan luka dengan konsep lembab juga
dapat membentuk suatu sawar isolasi terhadap
lingkungan luka.
Keuntungan dari permukaan luka yang
lembab, antara lain:
● Membentuk sawar mekanik terhadap luka.
● Mengaktivasi enzim protease di permukaan
luka untuk membantu memecah jaringan
nekrotik.
● Mengurangi pembentukan jaringan parut.
● Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan
proliferasi sel fibroblas.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
75
● Meningkatkan migrasi sel epitel di
permukaan kulit.
Dibandingkan dengan perawatan luka
dengan cara konvensional, cara perawatan luka
dengan menggunakan prinsip lembab lebih
nyaman bagi pasien. Metode konvensional untuk
membuat luka menjadi lebih kering menggunakan
kasa dan cairan normal salin (NaCl 0,9%) yang
dibebatkan menyebabkan tidak nyaman dan
nyeri, apalagi pada saat penggantian kasa.
Sehingga, digunakan cara perawatan luka yang
menjaga kelembaban luka dengan baik, yang
mengurangi risiko kerusakan jaringan, mencegah
trauma jaringan granulasi, dan kenyamanan bagi
pasien sendiri.
5.2 Prinsip Manajemen Luka Akut
Pemilihan Balut Luka (Dressing)
Pemilihan balut luka atau dressing yang
tepat adalah menyesuaikan dengan karakteristik
luka dan kebutuhan individu per pasien. Tujuan
yang harus dicapai saat memilih balut luka yang
tepat adalah kembali ke kondisi fisiologis yaitu
pada saat keadaan lembab, untuk mendukung
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
76
terjadinya proses penyembuhan luka yang
optimal.
Pemilihan balut luka yang tepat harus
melalui pengkajian holistik terhadap luka, antara
lain
1. Menciptakan lingkungan yang lembab.
2. Mengelola eksudat.
3. Mengangkat jaringan mati.
4. Melembabkan kondisi luka yang kering.
5. Mengurangi nyeri.
6. Mengontrol bau.
7. Mempertahankan suhu tubuh optimal.
8. Mencegah perdarahan.
Balut luka yang ideal harus memenuhi
beberapa kriteria berikut, yaitu
1. Tidak terlalu kencang dan tetap nyaman.
2. TIdak menambah nyeri di pasien.
3. Efektif menjaga kelembaban luka.
4. Menutup luka untuk mencegah trauma.
5. Mudah dibuka dan tidak lengket.
6. Mudah diaplikasikan.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
77
Prinsip Perawatan Luka Akut
Prinsip perawatan luka akut didasarkan
dengan persiapan perawatan luka akut yang baik.
Untuk mempermudah perawatan luka akut, maka
prinsip CARE dapat dijalankan. Berikut ini adalah
rincian dari prinsip CARE.
1. C: Choose a proper cleansing agent.
Sebelum melakukan tindakan pembalutan
luka, dilakukan pencucian terhadap luka.
Tujuannya adalah menghilangkan debu, debris,
dan bakteri yang menempel pada luka. Penting
untuk memilih cairan pembersih luka yang tepat
bagi luka. Biasanya, pilihan pertama dari
pembersih luka adalah dengan normal salin (NaCl
0,9%).
Setelah dibersihkan, luka dapat diberikan
dengan larutan antiseptik untuk mencegah
terjadinya infeksi pada luka. Larutan antiseptik
yang biasa digunakan antara lain
a. Povidon iodin.
Larutan ini selalu tersedia sebagai bahan
antiseptik topikal yang dapat diaplikasikan
pada luka. Bahan ini bersifat spektrum luas
dan efektif untuk bakteri, terutama
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
78
Staphylococcus aureus yang sering didapatkan
pada kulit. Akan tetapi, povidon iodin memiliki
efek samping yang dapat menyebabkan
sitotoksik pada sel sehat, sehingga pe-
nggunaan dalam jangka panjang tidak
dianjurkan.
b. Perhidrol.
Perhidrol mengandung 3% hidrogen pe-
roksida. Perhidrol diketahui juga dapat
berdampak pada sel sehat, sehingga
penggunaannya tidak lagi direkomendasikan.
c. Alkohol.
Alkohol dapat juga digunakan sebagai pencuci
luka, tetapi memiliki efek samping yaitu
menginduksi nyeri jika langsung diberikan
pada jaringan luka, sehingga tidak nyaman
digunakan bagi pasien.
d. Akridin laktat.
Akridin laktat adalah larutan antiseptik yang
bersifat bakteriostatik pada bakteri baik Gram
positif maupun Gram negatif. Meskipun
demikian, proses penyembuhan luka dapat
terganggu karena lengketnya tekstur dari
akridin laktat.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
79
2. A: Assess Wound and Necessity
Berdasarkan pembahasan di bagian se-
belumnya, Anda dapat melakukan penilaian
terhadap luka, mencakup beberapa aspek
seperti dimensi luka, warna dasar luka,
kedalaman luka, bau, dan lain sebagainya.
Langkah ini juga dapat memudahkan Anda
pada tahap selanjutnya, yaitu menemukan
kebutuhan luka dengan tepat dan
melakukan tatalaksana lanjutan.
3. R: Review the Need of Debridement
Setelah melakukan penilaian terhadap luka,
lakukan pengkajian terhadap kebutuhan
debridemen pada luka. Debridemen luka
dilakukan pada jaringan yang nekrotik,
ditandai dengan adanya eksudat berbentuk
pus atau warna kehitaman. Dengan
melakukan debridemen luka secara tepat,
akan mempercepat proses penyembuhan
luka. Pada luka akut, debridemen bersifat
membatasi dan menutup tepi luka dengan
teknik penjahitan sesuai kebutuhan luka.
Meski demikian, melakukan debridemen
secara terburu-buru dan tidak tepat guna
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
80
pada luka hanya akan membawa dampak
penyembuhan yang buruk bagi luka dan
berpotensi menimbulkan scar. Jadi, pertim-
bangkan baik-baik apakah debridemen luka
diperlukan atau tidak.
4. E: Exact Wound Dressing
Kembali ke prinsip tatalaksana luka dengan
konsep lembab, maka memilih balut luka
yang tepat juga menentukan proses
penyembuhan luka. Jika terdapat
perdarahan, lakukan upaya bebat tekan
terhadap luka dan kontrol perdarahan
terlebih dahulu. Jika luka bersifat kering,
maka berikan balut luka yang bersifat
memberikan kelembaban bagi luka. Jika
luka masih inflamasi, maka lebih tepat
memberikan balut luka yang bersifat
menenangkan luka dan mengurangi efek
inflamasi. Pemilihan wound dressing yang
tepat menentukan tingkat penyembuhan
pada luka pula.
Dengan prinsip penatalaksanaan luka akut
tersebut, setiap dokter dituntut untuk berpikir
cepat dan kritis terhadap kondisi luka yang
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
81
dihadapi. Prinsip CARE membantu dalam
pengambilan keputusan bagi langkah awal
penatalaksanaan luka. Setelah ini, akan dibahas
aplikasi penatalaksanaan pada masing-masing
kasus luka akut berdasarkan etiologinya.
5.3 Aplikasi Penatalaksanaan Luka Akut
Aplikasi penatalaksanaan luka akut dapat
menggunakan prinsip PACED. Metode ini dapat
memudahkan kita mengingat prinsip penata-
laksanaan luka akut, antara lain
1. P: Promoting Homeostasis
Ketika terjadi luka, homeostasis tubuh
menjadi terganggu. Homeostasis adalah
proses fisiologis yang menjaga keseim-
bangan di dalam tubuh. Akibatnya, terjadi
gangguan terhadap keseimbangan tubuh
yang bahkan dapat mengancam nyawa.
Untuk itu, perlu dilakukan penilaian
terhadap homeostasis pasien. Penilaiaan
dapat dilakukan melalui berbagai
parameter, antara lain tanda-tanda vital
(mencakup tekanan darah, denyut
jantung, laju pernafasan, dan suhu
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
82
tubuh), saturasi oksigen dalam darah,
dan skala nyeri. Setelah itu, lakukan
penanganan kegawat-daruratan terhadap
kondisi pasien yang dapat mengancam
homeostasis.
2. A: Administering Drugs
Setelah melakukan pengendalian ter-
hadap homeostasis, berikan obat-obatan
sesuai dengan kasus luka akut yang
dihadapi. Beberapa obat-obatan yang
dapat diberikan antara lain analgetik
(golongan NSAID dan golongan selektif
inhibitor COX-2), antibiotik (berdasarkan
dengan jenis luka dan pola kuman di RS),
dan obat-obatan lainnya.
Berikut ini adalah contoh pemberian
analgesik yang dapat diberikan berdasarkan
kondisi luka pada pasien.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
83
Gambar 5.1 Pemilihan analgesik berdasarkan
tingkat nyeri.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
84
3. C: Cleaning Wound
Setelah itu, lakukan pembersihan terhadap
luka dengan langkah cuci luka. Cuci luka
dapat dilakukan dengan NaCl 0,9%. Selain
itu, dapat dilakukan pengangkatan debris
dengan teknik swab and scrub dengan
sedikit menggosok dari arah kurang
terkontaminasi ke arah yang lebih
terkontaminasi.
4. E: Edge Wound Closure
Penutupan tepi luka diperlukan untuk
mencegah terjadinya trauma lebih lanjut
atau kontaminasi. Penutupan tepi luka
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
Penggunaan kortikosteroid pada luka seba-
gai anti-inflamasi juga sering dilakukan. Pem-
berian kortikosteroid juga dapat mengurangi nyeri
pada luka akibat dari inflamasi yang terjadi pada
luka akut. Pemberian kortikosteroid yang
disarankan dapat berupa Deksametason 0,75 – 9
mg per hari dosis terbagi dalam 2 – 4 kali
pemberian, atau Metilprednisolon 24 mg tapering
off, atau Prednisolone 5 – 60 mg per hari dibagi
dalam 2 – 4 kali pemberian.
85
dapat dilakukan dengan atau tanpa teknik
penjahitan, bergantung pada jenis luka.
5. D: Dressing
Langkah terakhir adalah dengan mema-
sangkan balut luka yang tepat. Seperti yang
telah dibahas sebelumnya, dressing
bertujuan untuk menciptakan kondisi
lembab pada luka, mencegah infeksi,
mengontrol eksudat, dan menutup luka.
Dengan memilih dressing yang tepat, maka
luka akan mengalami proses penyembuhan
lebih cepat.
Setelah ini, aplikasi dari sistem PACED akan
diterapkan dalam tatalaksana beberapa jenis luka
akut berikut ini. Luka akut seringkali merupakan
akibat dari luka trauma. Luka ini dapat disebabkan
oleh luka akibat terkena benda tajam, akibat
pukulan benda tumpul, luka akibat kecelakaan lalu
lintas, luka bakar (akibat api atau listrik), dan luka
akibat bahan kimia (asam dan basa).
a. Luka akibat benda tajam
Luka akibat benda tajam dapat menyebab-
kan perdarahan yang ringan hingga dapat
mengganggu homeostasis tubuh. Langkah
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
86
pertama yang harus dilakukan adalah
menghentikan perdarahan dari luka tersebut.
Luka akibat benda tajam yang terlalu lebar harus
dilakukan penutupan tepi luka dengan penjahitan
untuk membantu menghentikan perdarahan dan
mengurangi kontaminasi luka.
b. Luka bakar
Pada luka bakar, perlu dilakukan adanya
pertolongan gawat darurat terlebih dahulu,
dengan prinsip penanganan kegawatdaru-ratan,
yaitu A (Airway), B (Breathing), dan C
(Circulation). Pastikan bahwa patensi jalan napas
pasien tetap terjaga, karena seringkali terjadi
edema dari saluran napas pasien dan jelaga
karena luka bakar. Lakukan irigasi pada luka bakar
dengan air bersih selama 20-30 menit untuk
menghentikan proses pembakaran pada jaringan.
Perlu dilakukan penghitungan luas luka
bakar, untuk menentukan kebutuhan cairan
pasien. Berdasarkan Gambar 5.3, dapat dilihat
cara penentuan luas luka bakar dengan prinsip
Rule of Nine.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
87
Rumus Parkland :
Dewasa : 2 – 4 cc x KgBB x luas luka bakar (%)
Anak : 3 – 4 cc x KgBB x luas luka bakar (%)
Gambar 5.2 Cara Penentuan Luas Luka Bakar
dengan Rule of Nine
Kebutuhan cairan pada pasien luka bakar
adalah dengan Rumus Parkland: pada dewasa 2-
4 cc x kgBB x luas luka bakar (%), pada anak-
anak 3-4 cc x kgBB x luas luka bakar (dalam %).
Pilihan cairan yang diberikan dapat berupa NaCl
0,9% atau Ringer laktat. ½ kebutuhan cairan
diberikan pada 8 jam pertama dan ½ kebutuhan
cairan sisanya diberikan pada 16 jam pertama.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
88
c. Luka pasca bedah
Luka pasca bedah membutuhkan penutupan
luka dan monitoring yang baik untuk mengetahui
progres kesembuhan luka. Beberapa komplikasi
yang terdapat pada luka pasca bedah, antara lain
dehisensi, perdarahan, dan infeksi.
d. Luka gigitan binatang
Luka gigitan atau cakaran binatang yang
sering dilaporkan biasanya berasal dari anjing,
kucing, atau ular. Pada luka gigitan binatang yang
berbisa, lakukan bebat di pangkal luka supaya
racun binatang tersebut tidak menyebar. Setelah
itu, lakukan konsep steril pada luka dengan cara
cuci luka. Jika luka cukup serius, perlu dilakukan
penjahitan terhadap luka. Perlu untuk diberikan
juga antidot dan anti tetanus jika perlu. Cross
incision tidak disarankan untuk luka gigitan
binatang, karena justru malah meningkatkan
absorpsi dari toksin binatang tersebut.
Penanganan luka akut mungkin terasa lebih
mudah karena penyebab luka dapat diketahui
secara langsung lewat anamnesis. Proses
penyembuhan luka yang terjadi jika mengikuti
pola proses penyembuhan luka yang tidak
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
89
diganggu dengan proses lainnya. Namun, banyak
tantangan yang dihadapi pada penanganan luka
akut, seperti risiko perdarahan, ancaman ke-
gawatdaruratan, dan komplikasi luka akut lainnya.
Dengan mengikuti prinsip penatalaksanaan luka
akut, maka manajemen luka akut yang baik dapat
dilakukan dan hasil luka akan sesuai dengan
proses penyembuhan luka alamiah.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
90
BAB 6
MANAJEMEN LUKA KRONIS
Dalam penanganannya, luka kronis memer-
lukan tatalaksana yang kompleks. Penyebab luka
ditentukan sebaik mungkin dengan metode
diagnosis yang tepat, mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Luka kronis dapat terbentuk dari luka akut yang
tidak mengalami proses penyembuhan luka yang
baik atau mengalami komplikasi, sehingga
terbentuk luka kronis.
Pada bab ini, akan dibahas tentang
manajemen luka kronis, mulai dari pemeriksaan
yang dilakukan, prinsip dasar tatalaksana luka
kronis, hingga pembahasan luka kronis pada tiap
kasus luka kronis yang tersering, yaitu luka
infeksi, ulkus diabetikum, dan luka akibat penyakit
arteri perifer, dan penanganan khusus terkait
dengan masing-masing kasus tersebut.
6.1 Prinsip Dasar Manajemen Luka Kronis
Manajemen luka kronis membutuhkan
langkah yang tepat supaya tidak memperburuk
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
91
kondisi luka yang sudah terbentuk. Proses
penyembuhan pada luka kronis juga mencakup
pemikiran kritis tentang penyebab luka dan
komorbid yang turut memperparah luka dan
memperpanjang masa penyembuhan, sehingga
luka akut bisa berubah menjadi luka kronis.
Berikut ini adalah prinsip dasar manajemen
luka kronis, bergantung pada kondisi luka.
1. Pengkajian luka yang berkelanjutan dan
tatalaksana komorbid.
Pengkajian luka penting dilakukan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang adekuat.
Anamnesis meliputi identitas pasien (usia, jenis
kelamin, dan pekerjaan), penyebab luka, dan
adanya riwayat penyakit dahulu (hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung, autoimun,
dll.). Dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
tentang luka (warna dasar luka, adanya
jaringan nekrotik, dimensi luka, dan kedalaman
luka), dan disfungsi yang terjadi akibat luka
tersebut. Pemberian tatalaksana komorbid juga
perlu dilakukan sehingga kondisi dasar pasien
tidak menghambat proses penyembuhan luka.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
92
2. Persiapan dasar luka (Wound Bed Preparation)
Persiapan dasar luka dilakukan dengan
prinsip TIME, antara lain
a. T: Tissue Management
Manajemen jaringan pada dasar luka
dilakukan dengan cara debridemen yang
merupakan kegiatan mengangkat jaringan
luka yang mati, terinfeksi, beserta dengan
benda asing dari dasar luka, sehingga dapat
ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi
yang baik.
b. I: Infection and Inflammation Control
Kontrol infeksi dan inflamasi dengan cara
mencegah luka dari kontaminasi dan
meredakan proses inflamasi. Infeksi adalah
pertumbuhan organisme pada jaringan yang
ditandai dengan adanya inflamasi oleh infiltrasi
jaringan lokal. Cara mencegah infeksi adalah
dengan irigasi luka selama 20-30 menit,
pemberian antiseptik pada luka sebelum balut
luka.
c. M: Moisture Balance Management
Kondisi lembab merupakan kondisi yang
optimal untuk re-epitelisasi dan migrasi sel
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
93
ocolloid atau wet dressing.
Jika tampak ada eksudat yang berlebihan,
maka diperlukan balut luka yang berbahan
adsorben, seperti balut luka berbahan dasar
foam, hydrofiber, dan lain-lain.
d. E: Epithelization Advancement Management
Pada luka kronis, skema penyembuhan luka
menggunakan konsep penyembuhan luka akut
sudah terlambat, sehingga perlu adanya
percepatan dari epitelisasi yang terjadi pada
luka. Hal ini dimaksudkan supaya luka dapat
segera menutup dan mengkonservasi
sebanyak mungkin jaringan sehat, sebelum
semua jaringan menjadi rusak karena luka
yang semakin melebar. Beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk epithelization
advancement management adalah dengan
balut luka (dressing) yang sesuai dengan
karakteristik luka, menutup luka, dan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
granulasi. Apabila didapatkan luka yang tidak
mengeluarkan eksudat, maka luka harus
dibuat lembab dengan memberikan hidrasi
pada luka, misalnya dengan penggunaan balut
luka berbahan hydr
94
penjahitan tepi luka jika masih memung-
kinkan.
3. Pengkajian kebutuhan metode preparasi luka.
Metode preparasi luka adalah konsep yang
sangat penting. Untuk mengoptimalkan penyem-
buhan luka kronis, diperlukan pengkajian
kebutuhan metode preparasi luka bergantung
pada kondisi dan penyebab luka kronis.
4. Meningkatkan kualitas hidup
Aktivitas dan produktivitas seseorang yang
memiliki luka kronis cenderung terganggu. Kondisi
ini diperparah dengan keluhan dan gejala yang
timbul dari luka kronis tersebut, seperti nyeri,
mengeluarkan eksudat berbau, atau fungsi sendi
yang berkurang. Oleh karena itu, fokus
penatalaksanaan luka kronis juga pada
penanganan tanda dan gejala pasien. Dengan
manajemen tanda dan gejala yang tepat,
misalnya dengan pemberian anti nyeri untuk
mengatasi nyeri, balut luka untuk mengurangi bau
eksudat.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
95
5. Pemberian komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) pada pasien.
Upaya kesembuhan luka tidak hanya dapat
dilakukan sepihak sebagai upaya dari dokter saja,
melainkan harus melibatkan peran serta dari
pasien. Pasien dapat diberi KIE untuk tidak
mengganti atau melepas balut luka sembarangan,
mengistirahatkan bagian luka, mengonsumsi
obat-obatan yang telah diresepkan, menjaga pola
hidup sehat, dan mengontrol komorbidnya. Hal ini
dipengaruhi kepercayaan dari pasien terhadap
dokternya. Dengan cara ini, maka langkah-
langkah tatalaksana luka akan lebih efektif.
6. Mendukung rehabilitasi pasien dalam
kegiatan sehari-hari.
Pasien yang menderita luka kronis bisa jadi
kehilangan pekerjaannya, bed-bound, dan
berkurang aktivitasnya. Dengan adanya
pemulihan luka, pasien dapat perlahan-lahan aktif
pada kegiatan sehari-hari yang dimiliki
sebelumnya. Peran dokter adalah mendukung
pasien dalam proses rehabilitasi ini dengan
memberikan juga batasan-batasan tertentu,
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
96
tergantung dari kondisi luka dan lokasi luka
pasien.
6.2 Manajemen Luka Kronis
Berdasarkan etiologi penyebabnya, secara
umum luka kronis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
luka infeksi, ulkus diabetikum, dan luka akibat
penyakit arteri perifer. Meskipun memiliki
manifestasi klinis yang mirip satu dengan yang
lain, masing-masing luka kronis membutuhkan
penatalaksanaan yang spesifik. Berikut ini
pembahasan manajemen luka kronis berdasarkan
etiologinya.
A. Luka Infeksi
Luka kronis infeksi terjadi akibat adanya
infeksi yang berkepanjangan pada jaringan luka.
Infeksi pada jaringan luka terjadi apabila
didapatkan pertumbuhan mikroorganisme dengan
jumlah yang signifikan, baik secara lokal atau
secara sistemik. Secara mikroskopis, luka kronis
disebut ‘terinfeksi’ apabila ditemukan setidaknya
satu juta mikroba per gram luka.
Tanda dan gejala luka infeksi antara lain
adanya eksudat yang purulen, bau, nyeri, eritema,
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
97
dan edema. Selain itu, tanda spesifik adanya luka
adalah dengan ditemukannya mikroba pada hasil
kultur darah atau kultur pus. Selain itu, dalam
keadaan yang parah, bisa ditemukan demam dan
tanda-tanda infeksi lainnya pada hasil
pemeriksaan darah lengkap.
Tahap-tahap luka kronis infeksi, antara lain
1. Kontaminasi
Luka disebut terkontaminasi apabila
didapatkan mikroorganisme di permukaan
luka. Mikroorganisme ini bisa terjadi karena
luka yang terbuka, tidak dilakukan
pencucian dan penutupan terhadap luka.
Selain itu, kontaminasi juga dapat
ditemukan dari migrasi flora normal yang
hidup di permukaan kulit ke dalam luka
seiring berjalannya waktu.
2. Kolonisasi
Apabila mikroorganisme tersebut telah
mengontaminasi permukaan luka, mikro-
organisme akan lebih mudah tumbuh dan
mengkolonisasi permukaan luka, karena
luka sangat kaya dengan nutrisi bagi
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
98
mikroorganisme yakni berupa jaringan
nekrotik. Pada tahap ini, mikroorganisme
semakin banyak tanpa menyebabkan
kerusakan pada jaringan luka.
3. Infeksi lokal
Tanda dan gejala yang muncul pada infeksi
lokal yang sering didapatkan adalah tanda-
tanda inflamasi. Pada fase ini kadang
ditemukan pula tanda sistemik seperti
demam. Pada fase ini, pemberian dressing
antimikroba dan antibiotik sesuai dengan
kultur pus atau kultur darah dan uji
sensitivitas antibiotic harus dilakukan.
Apabila tidak mendukung untuk dilakukan
uji laboratorium tersebut, dapat diberikan
antibiotik yang bersifat empiris.
4. Infeksi sistemik
Apabila jumlah mikroorganisme yang
terdapat di luka cukup banyak, maka
mikroorganisme tersebut dapat terbawa
oleh aliran darah untuk mencari tempat
infeksi baru. Akibatnya terjadi bakteremia,
yaitu keberadaan bakteri pada darah. Dalam
hal ini pemberian antibiotik empiris dan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
99
antibiotik topikal lebih diintensifkan lagi
untuk mencegah terjadinya sepsis.
Manajemen luka infeksi dilakukan dengan
beberapa tahapan, antara lain:
1. Eradikasi kuman penyebab
Eradikasi kuman penyebab dapat dilakukan
dengan pemberian antibiotik topikal apabila
fase infeksi masih dalam tingkat topikal, dan
pemberian antibiotik peroral atau intravena
apabila diperlukan pada kondisi sistemik.
Waktu pemberian antibiotik setidaknya
dalam 2 minggu. Apabila terdapat tanda
perburukan pada kondisi umum pasien atau
pada luka, maka perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik dengan golongan II
dan selanjutnya. Supaya penggunaan
antibiotik rasional dan efektif, alangkah
baiknya jika dilakukan kultur darah, kultur
pus, dan uji sensitivitas antibiotik.
2. Perawatan luka optimal
Perawatan luka optimal dapat dilakukan
melalui tahap-tahap berikut.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
100
● Mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun atau hand sanitizer dengan kadar
alkohol minimum 70% untuk
menghindarkan dari kontaminasi.
● Lakukan irigasi pada luka dengan
mengguyurkan NaCl 0,9% selama 20-30
menit terhadap luka.
● Lakukan tindakan rawat luka dengan
teknik aseptik. Apabila perlu, lakukan
autolytic debridement pada jaringan
nekrotik.
● Tutup luka dengan dressing yang tepat
untuk membuat suasana luka menjadi
lembab. Pada kasus luka kronis dengan
infeksi, biasanya didapatkan eksudat
yang berlebihan, sehingga perlu
dilakukan kontrol eksudat dengan
dressing yang tepat.
B. Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum adalah terbentuknya luka
pada ekstremitas (biasanya di bagian kaki dan
tungkai) akibat adanya komorbiditas diabetes
mellitus. Saat ini, ulkus diabetikum diderita
setidaknya 123 juta orang di dunia dan ebih dari
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
101
70% menyebabkan amputasi yang sebenarnya
dapat dicegah.
Trias ulkus diabetikum atau gangrene
adalah adanya neuropati, iskemia, dan infeksi
yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
menyebabkan morbiditas serta kemungkinan
amputasi. Ulkus diabetikum menjadi beban bagi
sektor kesehatan karena periode hospitalisasi
yang lama, mahalnya biaya perawatan, dan
semua berakhir pada amputasi.
Berdasarkan Wagner-Meggit, klasifikasi
ulkus diabetikum antara lain
● Derajat 0 ditandai dengan kulit tanpa
ulserasi dengan satu atau lebih faktor risiko
berupa neuropati sensorik perifer. Biasanya
dikeluhkan dengan kebas, kesemutan, rasa
tebal pada kedua kaki. Faktor resiko lain
yakni riwayat penyakit arteri perifer,
riwayat diabetes tidak terkontrol, dan
kondisi kulit yang kering dan terbentuk
kalus.
● Derajat 1 ditandai dengan derajat 0 disertai
dengan adanya lesi superfisial yang terjadi
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
102
pada kulit. Karakteristik lesinya antara lain
bersih atau sekret purulen yang terbatas
hanya pada kulit.
● Derajat 2 ditandai dengan adanya tanda
pada derajat 1 ditambah dengan lesi kulit
yang berbentuk ulkus. Apabila dilakukan
inspeksi lebih dalam, didapatkan ulkus
dengan dasar tendon, tulang, atau sendi.
● Derajat 3 ditandai dengan derajat 2
ditambah dengan adanya proses perada-
ngan atau osteomielitis. Peradangan yang
terjadi merupakan akibat dari infeksi dari
bakteri yang menyerang jaringan sekitar
hingga mencapai tulang dan menyebabkan
peradangan.
● Derajat 4 ditandai dengan adanya gangren
pada satu jari atau lebih atau pada sebagian
ujung kaki. Gangren ditandai dengan
adanya perubahan warna menjadi jaringan
nekrotik yang menghitam karena
insufisiensi perfusi arteri.
● Derajat 5 ditandai dengan adanya lesi/ulkus
dengan gangren-gangren di seluruh kaki
atau sebagian tungkai bawah.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
Gambar 6.1 Klasifikasi Wagner-Meggit
Manajemen ulkus diabetikum dilakukan
secara komprehensif melalui upaya mengatasi
komorbiditas pasien, menghilangkan/mengu-
rangi tekanan beban (offloading), menjaga luka
agar selalu lembab, penanganan infeksi,
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia 103
104
debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah
elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi.
Beberapa langkah manajemen ulkus diabetikum,
antara lain
1. Debridemen
Debridemen adalah upaya pembersihkan benda
asing dan jaringan nekrotik pada luka.
Penyembuhan luka menjadi terhambat apabila
masih didapatkan jaringan nekrotik, debris,
atau kalus yang memungkinkan kuman
berkembang. Setelah dilakukan, debridemen
luka harus diirigasi dengan larutan NaCl 0,9%
dan dilakukan dressing. Ada beberapa pilihan
dalam tindakan debridemen, yaitu debridemen
mekanik, enzimatik, autolitik, biologik, dan
debridement bedah.
Tujuan debridemen bedah adalah untuk.
a. Mengevakuasi bakteri kontaminasi
b. Mengangkat jaringan nekrotik sehingga
dapat mempercepat penyembuhan
c. Menghilangkan jaringan kalus
d. Mengurangi risiko infeksi local
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
105
2. Mengurangi Beban Tekanan (offloading)
Pada penderita diabetes melitus yang
mengalami neuropati perifer, telapak kaki
mudah mengalami luka dan menjadi sulit
sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun
iritasi kronis sepatu yang digunakan. Salah satu
hal yang sangat penting adalah mengurangi
atau menghilangkan beban pada kaki
(offloading). Metode offloading yang sering
digunakan adalah mengurangi kecepatan saat
berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda,
alas kaki, removable cast walker, total contact
cast, walker, sepatu boot ambulatoir.
3. Perawatan Luka
Perawatan luka modern menekankan metode
proses penyembuhan luka dalam keadaan
lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh
apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar
luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket
dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi,
dan permeabel terhadap gas. Tindakan
dressing merupakan salah satu komponen
penting dalam mempercepat penyembuhan
lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
106
menciptakan suasana dalam keadaan lembab
sehingga dapat meminimalisasi trauma dan
risiko operasi. Ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih dressing yang
akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau
tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi
kulit sekitar dan biaya. Beberapa jenis dressing
yang sering dipakai dalam perawatan luka,
seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium
alginate, foam, dressing anti mikroba, dan
sebagainya.
4. Pengendalian Infeksi
Pengendalian infeksi dilakukan dengan
pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik yang
ideal berdasarkan pada hasil kultur kuman.
Namun sebelum hasil kultur dan sensitivitas
kuman tersedia, antibiotik harus segera
diberikan secara empiris pada ulkus diabetikum
yang terinfeksi. Pada ulkus diabetikum ringan
atau sedang, antibiotik yang diberikan adalah
untuk menangani bakteri Gram positif. Pada
ulkus terinfeksi yang berat (limb or life
threatening infection) kuman lebih bersifat
polimikrobial yakni mencakup bakteri Gram
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
107
positif berbentuk kokus, Gram negatif
berbentuk batang, dan bakteri anaerob.
Berikut ini adalah tabel pemilihan antibiotik
yang tepat sebagai terapi pada luka.
Gambar 6.2 Terapi antibiotik dan dosisnya
berdasarkan kondisi dan penyebab luka
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
108
5. Revaskularisasi
Revaskularisasi dilakukan dengan cara Angio-
plasti Transluminal Perkutaneus (ATP) dan
aterektomi. Bila oklusi terjadi di arteri femoralis
satu sisi dengan panjang atherosklerosis < 15
cm tanpa melibatkan arteri poplitea, maka
tindakan yang dipilih adalah ATP. Namun, lesi
oklusi yang bersifat multipel dan mengenai
arteri poplitea/arteri tibialis posterior, maka
tindakan yang direkomendasikan adalah bedah
vaskular (bypass surgery).
6. Tindakan Bedah
Jenis tindakan bedah pada ulkus diabetikum
tergantung dari berat ringannya ulkus.
Tindakan bedah dapat berupa insisi dan
drainage, debridemen, amputasi, bedah
revaskularisasi, bedah plastik atau bedah
profilaktik. Intervensi bedah pada ulkus
diabetikum dapat digolongkan menjadi empat
kelas I (elektif), kelas II (profilaktif), kelas III
(kuratif) dan kelas IV (gawat darurat).
7. Pengendalian faktor risiko
Adanya ulkus diabetikum disebabkan oleh
faktor risiko utama pasien yaitu adanya
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
109
komorbid diabetes mellitus. Penting untuk
mengobati diabetes mellitus dengan OAD atau
insulin. Pasien juga diberi edukasi untuk
menjaga pola hidup sehat, menu diet sehat,
menjaga berat badan, dan berolahraga teratur.
Faktor risiko lainnya seperti hipertensi, penyakit
jantung, penyakit arteri perifer, dan merokok
juga harus dikontrol sejak dini.
C. Luka Akibat Penyakit Arteri Perifer
Penyakit arteri perifer adalah terjadinya
kerusakan pada arteri di bagian perifer, biasanya
di bagian tangan maupun kaki. Penyakit ini
seringkali disebabkan oleh adanya emboli atau
trombus dari atherosklerosis yang menyumbat
arteri di perifer. Oklusi pada pembuluh darah ini
dapat menyebabkan terjadinya Acute Limb
Ischemia (ALI) dan Critical Limb Ischemia (CLI).
Critical Limb Ischemia (CLI) terjadi karena
adanya luka iskemik kronis yang terjadi selama
lebih dari 2 minggu. Gejala yang muncul antara
timbulnya gangrene dan beberapa diantaranya
disertai nyeri kronis. Hal ini dapat terjadi karena
penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
pada bagian perifer menyebabkan gangguan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
110
difusi nutrisi dan oksigen ke bagian perifer,
akibatnya terjadilah iskemia pada jaringan.
Iskemia dalam waktu yang lama jika tidak segera
diatasi menyebabkan terjadinya nekrosis pada
jaringan, yang menyebabkan terbentuknya luka di
bagian perifer.
Diagnosis dari penyakit arteri perifer dapat
ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang adekuat. Dari anamnesis, ditemukan
ada riwayat kaki yang pucat, kesemutan hingga
mati rasa, kebas, dan nyeri apabila digerakkan
dan terjadi secara tiba-tiba. Gejala tersebut tidak
membaik hingga terjadi jaringan yang
menghitam, berbau, dan dalam waktu yang lebih
lama dapat mengeluarkan eksudat. Perlu
dilakukan juga anamnesis faktor risiko terjadinya
penyakit arteri perifer, antara lain merokok,
diabetes mellitus, obesitas, hipertensi tidak
terkontrol, riwayat keluarga dengan penyakit
arteri perifer, dan usia lebih dari 50 tahun.
Pemeriksaan fisik berkaitan dengan
diagnosis penyakit ini adalah dengan melakukan
pemeriksaan Ankle-Brachial Index (ABI), yaitu
dengan membandingkan tekanan darah pada
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
111
tangan kanan dan kaki kanan, dan sebaliknya.
Interpretasi dari hasil ABI dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Gambar 6.3 : Interpretasi ABI
Pada pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan
perabaan arteri dimulai dari arteri yang terletak di
paling distal hingga ke paling proksimal. Misalnya,
pada tungkai, dilakukan palpasi mulai dari arteri
dorsalis pedis (palpasi di punggung kaki), arteri
tibialis posterior (di atas maleolus medialis), arteri
poplitea (di bagian lipatan bawah lutut), dan arteri
femoralis (di pangkal paha sebelah medial).
Bandingkan antara arteri di kanan dan kiri, apakah
sama kuat atau ada salah satu yang lebih lemah
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
112
dan bahkan menghilang. Selain itu, dengan
bantuan alat pulse oximetry, dapat diukur saturasi
oksigen pada jari-jari kaki, yang menggambarkan
kondisi oksigenasi ke perifer.
Pada pemeriksaan penunjang, dapat
dilakukan pemeriksaan USG Doppler untuk
melihat arteri yang tersumbat di bagian tungkai,
CT angiografi untuk melihat gambaran pembuluh
darah secara lebih jelas dengan menyuntikkan
kontras, dan pemeriksaan laboratorium terhadap
faktor risiko.
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada
penyakit arteri perifer antara lain
● Farmakologi.
Obat-obatan yang dapat diberikan pada pasien
dengan penyakit arteri perifer adalah analgesik
untuk mengurangi nyeri, antiplatelet untuk
memecah sumbatan (Clopidogrel, Dipyrida-
mole, atau Cilostazol), dan vasodilator untuk
mengurangi efek sumbatan pada arteri.
● Perawatan Luka
Perawatan luka yang dapat dilakukan
berdasarkan konsep manajemen luka kronis
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
113
yang telah dipaparkan sebelumnya. Dapat
dilakukan pula debridement untuk mengangkat
jaringan nekrotik supaya tidak menghalangi
penyembuhan luka arteri.
● Pembedahan
Pembedahan dengan teknik bypass dan
angioplasti dapat dilakukan dengan indikasi
apabila didapatkan luka arteri, nilai ABI < 0,5,
atau tidak merespon terhadap obat-obatan
farmakologi.
● Edukasi
Edukasi yang adekuat, terutama untuk
mengeliminasi faktor risiko sangat penting bagi
pasien dengan penyakit arteri perifer. Apabila
faktor risiko tidak dihentikan, maka terdapat
kemungkinan untuk rekurensi. Menjaga pola
hidup yang sehat, mengurangi faktor risiko, dan
pengobatan yang rutin dapat membuat kualitas
hidup pasien menjadi meningkat.
● Amputasi
Apabila telah didapatkan tanda-tanda dead
limb, artinya apabila tungkai tidak dapat
diselamatkan lagi, maka dapat segera dilakukan
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
114
amputasi, sebelum jaringan nekrotik juga
merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Keputusan amputasi harus melibatkan pasien
dan keluarga pasien, dengan bimbingan
konseling yang adekuat, supaya pasien tetap
percaya diri dan semaksimal mungkin tetap
dapat menjalankan aktivitas sehari-harinya
dengan baik.
6.3 Studi Kasus Perawatan Luka pada Kaki
Diabetes16
Sebuah studi kasus tentang kesuksesan
perawatan luka pada kaki diabetes dilaporkan di
The Chinese People’s Liberation Army General
Hospital, Beijing, China tahun 2019. Seorang
pasien perempuan berusia 71 tahun dengan
riwayat diabetes selama 18 tahun tidak terkontrol,
riwayat pengobatan terakhir dengan insulin,
komplikasi uremia dengan hemodialisis dua
sampai tiga kali per minggu, datang dengan kaki
diabetes stadium 4 selama kurang lebih tiga bulan
ini, dengan infeksi Pseudomonas aeruginosa.
Pada pemeriksaan fisik pasien ini,
didapatkan rupture, kemerahan, pembengkakan,
eksudat, dan penggelapan area kaki disertai luka
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
115
yang terinfeksi. Luka sampai pada tulang
melibatkan jari ke-1, 2, dan 3, meluas hinggake
area plantar, dengan luas 9 x 5 cm di kaki sebelah
kiri. Berikut ini adalah foto klinis pasien.
Gambar 6.4 Foto klinis pasien dengan kaki
diabetes stadium IV.
Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan
gula darah puasa pasien 14,5 mmol/L (sekitar 261
mg/dL) dan gula darah 2 jam postprandial 15,8
mmol/L (sekitar 284 mg/dL). Hasil laboratorium
lainnya menunjukkan pasien hipoalbuminemia,
hyponatremia, hipokalemia, dan hipokloremia.
Terapi yang diberikan kepada pasien adalah
semiclosure wound therapy (terapi luka semi-
tertutup) dengan Comfeel silver ion hydrocolloid
yarn di bagian dalam untuk mencegah terjadinya
infeksi dan Biatain foam dressing di bagian luar
sebagai absorben. Pasien dilakukan debridement
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
116
setiap 2-3 hari sekali selama 5-7 hari dan
diberikan negative pressure wound therapy
(NPWT). Pasien juga diberikan injeksi Sulperazon
3 gram per hari sebagai terapi antibiotik. Berikut
ini foto klinis perawatan kaki pasien dengan terapi
luka semi-tertutup.
Gambar 6.5 Foto klinis pasien perawatan pasien
dengan dressing semi-tertutup.
Kondisi klinis kaki pasien membaik setelah
pemberian terapi farmakologis dipadukan dengan
penutupan luka dengan dressing. Dengan
perawatan luka yang adekuat, tidak perlu
dilakukan amputasi dengan daerah yang luas
yang semula direncanakan. Hanya dilakukan
operasi untuk membuang jari pertama dan kedua
karena nekrotik yang tidak bisa diselamatkan.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
117
Pada akhirnya, manajemen terhadap luka
kronis memang harus melibatkan pasien juga
dalam penyembuhannya, karena seringkali
berkaitan dengan kebiasaan pasien dan komor-
biditas. Adanya pengabaian (negligence) dari
pasien juga merupakan salah satu faktor
terbentuknya luka kronis. Sehingga, diperlukan
adanya motivasi yang kuat dan KIE yang adekuat
untuk pasien supaya dapat memberikan
manajemen luka kronis yang paripurna.
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
118
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Penerjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier.
2. Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
3. Perdanakusuma, D. S. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka, Plastic Surgery Departement, Airlangga University School of Medicine Dr. Soetomo General Hospital. Surabaya: Universitas Airlangga.
4. Wijaya, I., 2018. Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multidisiplin. Edisi 1. Yogyakarta:
Andi.
5. Cooper P, Russell F, Stringfellow S. A Review of Different Wound Types and Their Principles of Management in : Applied Wound Management Supplement, Wounds. 2004: 22 – 30.
6. Eagle M. Wound Assessment: The Patient and The Wound, Wound Essentials 2009;1(4): 14-
24.
7. Onyekwelu I, Yakkanti R, Protzer L, Pinkston CM, Tucker C, Seligson D. Surgical Wound Classification and Surgical Site Infections in the
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
119
Orthopaedic Patient. J Am Acad Orthop Surg Glob Res Rev. 2017;1(3):e022.
8. Broussard K, Powers J. Wound Dressings: Selecting the Most Appropriate Type. American Journal of Clinical Dermatology. 2013;14(6):449-459.
9. Vowden K, Vowden P. Wound dressings: principles and practice. Surgery (Oxford). 2017;35(9):489-494.
10. Wang P, Huang B, Horng H, Yeh C, Chen Y. Wound healing. Journal of the Chinese Medical Association. 2018;81(2):94-101.
11. Wilkins R, Unverdorben M. Wound Cleaning and Wound Healing. Advances in Skin &
Wound Care. 2013;26(4):160-163.
12. Janis J, Harrison B. Wound Healing. Plastic and Reconstructive Surgery. 2016;138:9S-17S.
13. Sorg H, Tilkorn D, Hager S, Hauser J, Mirastschijski U. Skin Wound Healing: An Update on the Current Knowledge and Concepts. European Surgical Research.
2016;58(1-2):81-94.
14. Oryan A, Alemzadeh E, Moshiri A. Burn wound healing: present concepts, treatment strategies and future directions. J Wound
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
120
Care. 2017 Jan 2;26(1):5-19. doi: 10.12968/jowc.2017.26.1.5. PMID: 28103165.
15. International Diabetes Federation (IDF). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation (IDF). 2013.
16. Yan Y, Li W, Song Y, et al. Semiclosure wound therapy plus negative pressure wound therapy for an older patient with grade 4 diabetic foot with concomitant vascular occlusion: A case report. Medicine (Baltimore). 2019;98(44):e17786. doi:10.1097/MD.0000000000017786
Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum
" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia