Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

124

Transcript of Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

Page 1: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman
Page 2: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

i

Halaman

Lecture Note : Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Untuk Dokter Umum

DAFTAR ISI

BAB 1 SISTEM INTEGUME

1.1 Sistem Integumen 1

1.2 Anatomi Kulit 5

1.3 Fisiologi Kulit 11

BAB 2 DEFINISI DAN KLASIFIKASI

LUKA

2.1 Definisi Luka 14

2.2 Klasifikasi Luka 14

2.3 Kepentingan Klinis 23

BAB 3 FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA

3.1 Tahap-Tahap Proses

Penyembuhan Luka 26

3.2 Tipe-Tipe Penyembuhan Luka 40

3.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyem-

buhan Luka 44

Page 3: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

ii

BAB 4 PERSIAPAN PERAWATAN

LUKA

4.1 Pengkajian Luka 47

4.2 Persiapan Perawatan Luka 58

BAB 5 MANAJEMEN LUKA AKUT

5.1 ‘Konsep Lembab’ dalam

Penyembuhan Luka 74

5.2 Prinsip Manajemen Luka Akut 75

5.3 Aplikasi Penatalaksanaan Luka Akut 81

BAB 6 MANAJEMEN LUKA KRONIS

6.1 Prinsip Dasar Manajemen Luka Kronis 90

6.2 Manajemen Luka Kronis 96

6.3 Studi Kasus Perawatan Luka

DAFTAR PUSTAKA 118

pada Kaki Diabetes 134

Page 4: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

1

BAB 1

SISTEM INTEGUMEN

Kulit sangat penting untuk melindungi tubuh

dari ‘bahaya’ yang kita hadapi sehari-hari,

misalnya panas terik matahari, saat memegang

benda tajam, atau saat tak sengaja terjatuh. Oleh

karenanya, kulit kita menjadi sangat mudah

tergores dan terjadi luka.

Kulit menjadi salah satu organ terpenting

yang menyusun sistem integumen. Sistem

integumen adalah sistem terluar yang berfungsi

untuk menutup jaringan atau organ di dalamnya.

Sebelum mempelajari tatalaksana perawatan luka

yang benar, akan lebih baik jika kita memahami

terlebih dahulu tentang kulit dan penyusunnya.

1.1 Sistem Integumen

Sistem integumen berfungsi untuk melindu-

ngi sistem organ lain yang umumnya terletak lebih

profundus (lebih dalam). Selain itu, sistem

integumen juga berfungsi untuk memberikan

persinyalan terhadap kondisi lingkungan di sekitar

manusia, memisahkan, dan melindungi tubuh dari

lingkungan sekitar. Sistem integument tersusun

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 5: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

2

atas rambut, kuku, kulit, dan beberapa kelenjar

yang ada di sekitarnya.

Rambut merupakan struktur khas yang

dimiliki oleh manusia pada permukaan kulit

tertentu. Rambut dapat ditemukan di seluruh

permukaan tubuh, kecuali pada telapak tangan

dan telapak kaki. Rambut berfungsi sebagai

insulator terhadap suhu lingkungan yang lebih

rendah dari suhu tubuh dalam mempertahankan

suhu tubuhnya. Manusia adalah homoioterm yaitu

makhluk hidup yang dapat mengatur suhu

tubuhnya sendiri dan tidak tergantung oleh

lingkungan. Oleh karena itu, manusia perlu

menyimpan panas tubuh dengan adanya rambut

tersebut.

Gambar 1.1: Struktur Rambut

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 6: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

3

Kuku berasal dari epidermis yang mem-

bentuk lapisan keratin yang lebih tebal dan lebih

keras dari epidermis kulit biasa. Kuku tumbuh di

ujung-ujung jari tangan dan kaki. Kuku dapat

terus tumbuh karena aktivitas lapisan germinal

yang terdiri dari jaringan epitel aktif membelah.

Kuku yang sehat berwarna merah muda karena

asupan pembuluh darah yang terletak di bawah

kuku. Pada gambar 1.2 ditunjukkan struktur kuku

dan nama penyusunnya.

Gambar 1.2: Struktur Kuku

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 7: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

4

Beberapa kelenjar lainnya yang ikut

berperan dalam sistem integumen adalah kelenjar

keringat dan kelenjar minyak (kelenjar sebasea).

Kelenjar keringat terdapat pada bagian dermis,

dengan saluran kelenjar keringat yang orifisium

atau bukaannya terdapat pada permukaan kulit.

Kelenjar keringat berfungsi untuk memproduksi

keringat yang terdiri dari air, garam, urea, sedikit

asam amino, asam lemak, dan amonia. Oleh

karena itu, masunia bisa mengeluarkan zat sisa-

sisa metabolisme melalui keringat.

Kelenjar sebasea berfungsi untuk mem-

produksi substansi berminyak yang disebut

sebum. Kelenjar ini memiliki saluran yang

terhubung ke batang rambut. Fungsi dari sebum

adalah melembabkan dan membuat suatu lapisan

kedap air sehingga kulit tidak terlalu mudah

menjadi kering karena komponen airnya yang

mengalami evaporasi. Oleh karena bagian tubuh

tertentu seperti telapak tangan dan telapak kaki,

tidak memiliki batang rambut, maka pada bagian

ini pun tidak ditemui kelenjar sebasea.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 8: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

5

1.2 Anatomi Kulit

Kulit, yang adalah organ terluas pada tubuh,

memiliki luas permukaan kurang lebih 1,9 meter

persegi, berat sekitar 4 kg dan suplai pembuluh

darah mencapai total hampir 10 km panjangnya.

Kulit tidak hanya menjadi sawar mekanik

bagi tubuh terhadap lingkungan, tetapi juga mem-

berikan fungsi sensoris sebagai indera peraba.

Dengan berbagai reseptor yang terletak di bawah

permukaan kulit, maka tubuh kita dapat

merasakan lingkungan karena adanya kulit.

Secara umum, kulit dibagi menjadi tiga

lapisan, yakni epidermis, dermis, dan hipodermis.

Epidermis

Epidermis terdiri dari sel epitel yang

berlapis-lapis. Lapisan epidermis paling luar

berbentuk pipih dan sering mati atau terkelupas,

yang kita sebut sebagai daki. Lapisan epidermis

paling dalam terbentuk dari sel berbentuk kubus

yang aktif membelah, nantinya menggantikan

jaringan mati di atasnya. Rata-rata, epidermis

dapat mengganti lapisan teratas yang mati setiap

dua bulan.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 9: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

6

Epidermis tidak memiliki suplai darah

langsung. Sel-sel epidermis mendapatkan suplai

nutrisi dan oksigen dari difusi pembuluh darah

dermis yang terletak di bawahnya. Sel yang baru

terbentuk di bagian dalam lapisan secara konstan

mendorong sel yang lebih tua lebih dekat ke

permukaan, semakin jauh dari suplai nutrisi

mereka, sehingga sel ini lebih mudah mati.

Ketebalan epidermis berbeda-beda pada

masing-masing individu, bahkan pada masing-

masing area tubuh. Telapak kaki dan telapak

tangan memiliki ketebalan epidermis yang paling

tebal, sedangkan kelopak mata, pipi, dahi, dan

perut memiliki lapisan epidermis yang paling tipis.

Gambar 1.3: Anatomi Kulit.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 10: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

7

Epidermis terdiri atas lima lapisan yaitu

stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum

basale. Pada permukaan dari epidermis, terdapat

lapisan keratin yang bersifat memiliki jaringan

fibrosa yang kasar, bersifat seperti ‘sisik’ yang

pipih dan keras. Lapisan keratin berfungsi sebagai

lapisan proteksi, terutama dari bahan-bahan kimia

yang diaplikasikan pada permukaan kulit, dari

debu dan kotoran, serta dari mikroorganisme

penyebab infeksi. Lapisan keratin juga berfungsi

untuk meminimalisasi kehilangan air dan menjaga

kelembaban kulit.

Lapisan keratin terletak di bagian per-

mukaan paling luar kulit. Di bagian bawahnya,

terdapat epidermis yang berbentuk pipih di bagian

permukaan, dan berbentuk kubus di bagian dasar

epidermis yang aktif membelah.

Dermis

Tepat di bawah lapisan epidermis, terdapat

struktur dermis, yaitu lapisan jaringan ikat yang

terdiri dari berbagai struktur lainnya. Dermis

tersusun dari serabut elastin yang berfungsi untuk

memberikan kelenturan bagi kulit dan pembuluh

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 11: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

8

darah yang berfungsi memberikan suplai nutrisi

dan oksigen. Selain itu, pembuluh darah juga

berfungsi sebagai termoregulasi atau pengaturan

suhu tubuh. Apabila temperatur lingkungan

panas, maka tubuh akan melakukan vasodilatasi,

sehingga panas yang masuk ke tubuh akan

dikeluarkan ke lingkungan. Sebaliknya, apabila

temperatur lingkungan dingin, tubuh akan

melakukan vasokonstriksi, untuk menyimpan

panas tubuh sehingga tidak kedinginan.

Dermis juga tersusun dari ujung-ujung saraf

di bawah kulit yang membuat kita dapat

menerima berbagai macam rangsangan pada kulit

dan mengontrol diameter pembuluh darah bagi

termoregulasi. Pada dermis juga didapatkan

modifikasi epidermis ke arah dalam menjadi

berbagai kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar keringat

dan kelenjar sebasea. Seperti yang telah dibahas

sebelumnya, kelenjar keringat menghasilkan

keringat yang dikeluarkan melalui saluran keringat

yang bermuara di pori-pori kulit, sedangkan

kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang

bermuara di batang rambut.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 12: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

9

Pada lapisan dermis juga tumbuh folikel

rambut yang mencapai permukaan kulit. Pada

kondisi stres ataupun menggigil karena

kedinginan, sistem saraf akan merangsang otot

erektor pili, yang berfungsi menegakkan rambut-

rambut halus di kulit ini, sehingga menimbulkan

kondisi yang lazim disebut merinding atau bulu

kuduk berdiri.

Hipodermis

Beberapa sumber menyebutkan bahwa

hipodermis termasuk dalam lapisan dermis, dan

beberapa sumber menyebutkan bahwa hipo-

dermis adalah lapisan yang terpisah. Hipodermis

adalah lapisan terdalam yang berfungsi untuk

‘melekatkan’ kulit dengan bagian yang ada di

bawahnya, seperti fascia atau otot. Selain itu,

pada lapisan hipodermis terdapat lemak subkutan

yang berfungsi sebagai termoregulasi untuk

menyimpan panas dan cadangan energi. Lemak

subkutan terdiri dari jaringan adipose yang tebal.

Penyusun Kulit Lainnya

Selain tiga lapisan kulit: epidermis, dermis,

dan hipodermis, terdapat beberapa jenis sel

lainnya yang juga menyusun lapisan kulit.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 13: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

10

Terdapat 4 sel khusus yang terdapat pada kulit,

yaitu melanosit, keratinosit, dan sel Langerhans.

Melanosit berfungsi untuk menghasilkan

pigmen melanin, yang berfungsi untuk mem-

berikan warna pada kulit, dan melindungi dari

paparan sinar UV dari matahari. Kadar produksi

melanosit bergantung dari genetik dan ras

seseorang. Keratinosit adalah sel yang

menghasilkan keratin, yang membentuk lapisan

terluar dari epidermis. Keratin berfungsi sebagai

lapisan protektif dan kedap air bagi kulit. Sel

Langerhans adalah sel yang berasal dari sumsum

tulang yang bermigrasi ke kulit yang befungsi

sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh untuk

memfagositosis bakteri.

Kulit juga memiliki komponen yang disebut

SALT (Skin-Associated Lymphoid Tissue; Jaringan

Limfoid yang Berasosiasi dengan Kulit). SALT

berfungsi untuk pertahanan tubuh adaptif pada

kulit. Selain itu, kulit juga dapat memproduksi

vitamin D dengan bantuan dari sinar matahari.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 14: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

11

1.3 Fisiologi Kulit

Setelah mempelajari tentang anatomi

penyusun kulit dan bagian-bagiannya, penting

pula untuk mengetahui fisiologi kulit. Berikut ini

adalah beberapa fungsi fisiologis kulit secara

singkat.

1. Proteksi

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh,

yang berfungsi pula sebagai pelindung

mekanik bagi tubuh dan lingkungan. Selain itu,

kulit juga memiliki sistem imunitas bawaan

yang berfungsi membunuh patogen yang akan

masuk ke tubuh.

2. Termoregulasi

Kulit sebagai insulator yang membungkus

tubuh juga bermanfaat untuk menyimpan

panas tubuh dan mencegah evaporasi. Selain

itu, kulit yang kaya akan pembuluh darah juga

menjadi termoregulator bagi tubuh.

3. Sensasi

Kulit dilengkapi oleh ujung-ujung saraf perifer

yang berfungsi sebagai sistem sensoris. Kita

dapat merasakan perbedaan panas dan dingin,

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 15: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

12

sentuhan dan tusukan, atau nyeri karena

adanya ujung-ujung saraf di lapisan dermis.

4. Ekskresi

Kulit juga termasuk sebagai salah satu organ

ekskresi. Melalui keringat yang keluar dari pori-

pori kulit, kulit juga membuang sisa-sisa

metabolism keluar dari tubuh dengan produksi

dari kelenjar keringat.

5. Metabolisme

Kulit terlibat dalam metabolism tubuh terutama

sebagai rumah produksi vitamin D. Vitamin D

dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan

tulang, kulit, dan bagian dari sistem imunitas

tubuh.

Setelah mempelajari berbagai komponen

kulit dan fungsinya, Anda telah siap untuk

mempelajari lebih dalam, tentang timbulnya luka

dan bagaimana Anda dapat melakukan pena-

talaksanaan yang teapt terhadap luka tersebut.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 16: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

13

BAB 2

DEFINISI DAN KLASIFIKASI LUKA

Seperti yang telah dibahas sebelumnya,

kulit yang berlapis-lapis itu masih sangat mudah

untuk terluka: tergores pisau saat memasak,

terkelupas, terkena benda panas, dan sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kulit dan jaringan

yang ada di bawahnya sangat rentan terhadap

trauma dan terjadi luka.

Luka yang terbentuk memiliki etiologi yang

berbeda-beda berdasarkan penyebabnya. Selain

itu, berdasarkan waktu terjadinya luka juga

membedakan karakteristik luka tersebut. Sangat

penting untuk memahami lebih dalam tentang

definisi dan klasifikasi luka, sehingga dengan

anamnesis dan karakteristik klinis dari luka, kita

dapat menentukan tipe luka dan memberikan

tatalaksana yang tepat, dengan tujuan me-

ngembalikan jaringan dan kulit menjadi seperti

sebelumnya secara fungsional maupun secara

estetika. Berikut ini akan dibahas tentang definisi

dan klasifikasi luka.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 17: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

14

2.1 Definisi Luka

Luka adalah diskontinuitas atau ter-

ganggunya integrasi dari jaringan tubuh, mulai

dari kulit hingga jaringan yang ada di bawahnya.

Penyebab dari luka dapat bermacam-macam,

yaitu penyebab mekanik, seperti tergores benda

tajam atau terhantam benda padat, panas, zat-zat

kimia, dan penyebab lainnya.

2.2 Klasifikasi Luka

Klasifikasi luka dapat dibedakan menjadi

beberapa macam dasar klasifikasi.

A Berdasarkan Onset Terjadinya Luka

Berdasarkan onset terjadinya luka, luka

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Luka Akut

Luka akut adalah luka yang memerlukan onset

waktu yang cepat dan dapat dilakukan

penyembuhan secara primer. Batas waktu

untuk luka akut adalah kurang dari tiga bulan.

2. Luka Kronis

Luka kronis adalah luka dengan masa

penyembuhan yang lebih dari tiga bulan. Ada

beberapa hal yang dapat menyebabkan

terjadinya pemanjangan waktu penyembuhan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 18: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

15

luka, antara lain adanya infeksi sekunder pada

luka, gangguan metabolik, dan manajemen

luka yang buruk, sehingga luka bertambah

parah.

B Berdasarkan Penyebab Terjadinya Luka

Berdasarkan penyebab terjadinya luka, luka

terbagi menjadi 9 yakni :

1. Luka tusuk (vulnus punctum). Luka ini

disebabkan oleh benda tajam yang masuk ke

dalam kulit. Contoh: luka tertusuk paku atau

duri.

Gambar 2.1 Contoh luka tusuk

(vulnus punctum)

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 19: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

16

2. Luka sayat (vulnus incisivum). Luka ini

disebabkan oleh benda tajam, namun tidak

sampai menusuk kulit. Contoh: luka tersayat

pisau.

Gambar 2.2 Contoh luka sayat

(vulnus incisivum)

3. Luka tembak (vulnus sclopetarium). Luka ini

disebabkan oleh tembakan atau alat peledak.

Contoh: luka tembak oleh senjata api.

Gambar 2.3 Contoh luka tembak

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 20: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

17

4. Luka gigitan (vulnus morsum). Luka ini

disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia.

Contoh: luka gigitan anjing atau ular.

Gambar 2.4 Contoh luka gigitan

5. Luka tembus (vulnus perforatum). Luka ini

disebabkan oleh benda tajam yang menembus

jaringan tubuh. Oleh karena itu, pada luka

didapatkan luka masuk (entry wound) dan luka

keluar (exit wound). Contoh: luka akibat

tertusuk benda tajam yang menembus.

Gambar 2.5 Contoh luka tembus

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 21: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

18

6. Luka terpotong (vulnus amputatum). Luka ini

disebabkan oleh terpotong atau terpancung

benda tajam. Contoh: jari yang terpotong

sebagian atau seluruhnya karena senjata tajam.

Gambar 2.6 Contoh (ilustrasi) luka terpotong

7. Luka robek (vulnus laceratum). Luka ini

disebabkan oleh robeknya jaringan kulit,

misalnya akibat tersangkut benda tajam,

terbentur batu, dan lainnya. Contoh: robeknya

kulit akibat tersangkut pagar berduri.

Gambar 2.7 Contoh luka robek

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 22: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

19

8. Luka kontusio (vulnus contussum). Luka ini

disebabkan oleh benturan benda tumpul yang

mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di

bawah kulit. Contoh: memar karena terbentur

tembok.

Gambar 2.8 Contoh luka kontusio

9. Luka lecet (vulnus excoriasi). Luka yang terjadi

akibat gesekan kulit dengan benda keras.

Contoh: luka lecet saat jatuh dari sepeda.

Gambar 2.9 Contoh luka lecet

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 23: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

20

Luka yang terbentuk bisa jadi bukan hanya

satu jenis luka saja, melainkan kombinasi dari

beberapa jenis luka, tergantung dari terjadinya

jejas (mode of injury).

B Berdasarkan Kontaminasi pada Luka

Berdasarkan tingkat kontaminasi yang

terjadi pada luka, Centers for Disease Control and

Prevention (CDC) membagi luka menjadi empat

kelas, yaitu

1. Luka kelas I: Luka bersih (clean wound)

Luka bersih didefinisikan sebagai luka yang

tidak terinfeksi, ditandai dengan tidak adanya

tanda-tanda peradangan pada luka. Luka

bersih biasanya pada luka yang tertutup, atau

luka terbuka yang langsung dilakukan rawat

luka dan ditutup. Luka ini biasanya tidak

melibatkan traktus respiratorius, gastro-

intestinal, bilier, ataupun genitourinarius.

Risiko infeksi pada luka bersih adalah 1-5%.

Gambar 2.10 Contoh luka bersih

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 24: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

21

2. Luka kelas II: Luka bersih terkontaminasi (clean

contaminated wound)

Luka bersih terkontaminasi didefinisikan

sebagai luka bersih, tetapi terkontaminasi

akibat luka yang terletak pada organ yang tidak

steril dari flora normal, contohnya luka pada

traktus respiratorius, gastrointestinal, bilier,

ataupun genitourinarius. Risiko infeksi pada

luka bersih terkontaminasi adalah 3-11%.

3. Luka kelas III: Luka terkontaminasi

(contaminated wound)

Luka terkontaminasi biasanya terjadi pada luka

terbuka dengan paparan terhadap lingkungan

kurang dari empat jam, atau luka lama tanpa

tindakan aseptik. Pada luka terkontaminasi bisa

didapatkan tanda-tanda inflamasi: berwarna

kemerahan (rubor) nyeri (dolor), terasa panas

(kalor), bengkak (tumor) dan penurunan fungsi

(fungsio lesa). Namun, pada luka terkon-

taminasi memiliki sekret non-purulen. Risiko

infeksi pada luka terkontaminasi mencapai

20%.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 25: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

22

Gambar 2.11: Contoh luka terkontaminasi

4. Luka kelas IV: Luka kotor atau terinfeksi

(infected wound)

Luka ini terjadi pada lingkungan yang sudah

terkontaminasi oleh bakteri, dengan waktu

paparan lebih dari 4 jam. Pada luka ini,

didapatkan tanda-tanda inflamasi, sekret

yang purulen mengandung mikroba

infeksius, dan kadang didapatkan jaringan

nekrotik. Risiko infeksi pada luka kotor

mencapai 40%.

Gambar 2.12: Contoh luka kotor

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 26: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

23

2.3 Kepentingan Klinis

Luka yang diklasifikasikan dengan benar

dapat membantu menilai morbiditas, mortalitas,

dan kualitas hidup dari pasien. Setelah memahami

definisi dan klasifikasi luka, diharapkan dapat

diperoleh pemahaman tentang presentasi klinis

luka dan mengklasifikasikan luka secara tepat,

sehingga tatalaksana yang diberikan pun juga

tepat dan sembuh dengan baik.

Kepentingan klinis dari klasifikasi luka

karena pembedahan yang tepat adalah untuk

membantu memprediksi kemungkinan infeksi

pada lokasi pembedahan, kemungkinan timbulnya

komplikasi pasca operasi, dan perlu atau tidaknya

adanya operasi.

Pada luka yang terbuka, terdapat ke-

mungkinan infeksi. Infeksi ini dapat timbul dari

mikroorganisme yang terdapat pada sekitar luka,

baik dari dalam tubuh inang sendiri (flora normal

dari inang yang menjadi patogen) atau dari

lingkungan. Hal ini bergantung pada interaksi

dinamis antara inang, patogen potensial, dan

lingkungan. Patogen melewati tiga proses penting

dalam menyebabkan gangguan pada luka:

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 27: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

24

kontaminasi, kolonisasi, dan infeksi.

Kontaminasi dapat terjadi ketika mikro-

organisme berhasil menghindari sistem imunitas

inang dan menyebabkan perubahan yang

patologis pada inang tersebut. Setelah berhasil

melakukan kontaminasi, patogen tersebut

kemudian bertumbuh dan berkembang biak di

daerah luka, yang mengandung debris dan

kotoran yang menjadi sumber makanan yang baik

bagi patogen, sehingga terjadilah kolonisasi.

Setelah itu, terjadilah infeksi terhadap luka oleh

patogen tersebut. Perkembangan luka yang

terinfeksi tergantung pada patogenisitas dan

virulensi mikroorganisme dan imunokompetensi

inang.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 28: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

25

BAB 3

FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA

Ketika terjadi luka, tubuh akan memiliki

kecenderungan untuk ‘menyembuhkan’ diri

dengan cara menutup luka, yang disebut dengan

proses penyembuhan luka (wound healing).

Proses penyembuhan luka adalah rangkaian

proses tubuh sebagai respon terhadap luka

dengan tujuan memperbaiki luka sehingga

jaringan kembali ke fungsi normalnya. Proses

penyembuhan luka merupakan proses yang

sangat kompleks dengan meliputi beberapa

tahapan, antara lain menghentikan perdarahan

(hemostasis), membunuh patogen yang lebih

masuk jika ada jaringan dalam tubuh yang

terpapar ke luar, pembentukan pembuluh darah

baru untuk mengganti yang rusak, dan perbaikan

jaringan-jaringan yang rusak lainnya.

Tanpa mengetahui dan mempelajari proses

fisiologi penyembuhan luka yang benar, alih-alih

menyembuhkan lukanya, seseorang dapat justru

mengganggu proses fisiologi penyembuhan luka.

Oleh karena itu, penting untuk memahami proses

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 29: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

26

fisiologi penyembuhan luka untuk dapat

melakukan tatalaksana dengan sistematis dan

tepat.

3.1 Tahap-Tahap Proses Penyembuhan

Luka

Sejak terbentuknya luka, jaringan tubuh

telah berusaha untuk melakukan proses

penyembuhan luka. Pada dasarnya, terdapat tiga

tahap proses penyembuhan luka, yaitu tahap

inflamasi, proliferatif, dan pemodelan ulang.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa terdapat

tahap pertama, yaitu tahap hemostasis. Namun,

kita akan membahas tahap inflamasi ke dalam

tahap hemostasis.

Perlu diketahui bahwa tahap-tahap

penyembuhan luka tidak berjalan terpisah-pisah,

tetapi saling tumpang tindih. Komponen yang

berperan dalam satu tahap bisa jadi merupakan

komponen dari tahap lainnya.

A. Tahap Inflamasi

Proses inflamasi adalah terjadinya pera-

dangan pada tempat luka. Proses ini dialami dari

awal cedera hingga minggu pertama dari luka.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 30: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

27

Selama tahap inflamasi, terjadi kejadian fisiologis

berikut ini, yaitu

1. Hemostasis

Hemostasis adalah tahapan untuk menghenti-

kan perdarahan yang terjadi karena luka.

Mekanisme ini dimulai dengan vasokonstriksi

pada daerah yang luka untuk mengurangi aliran

darah ke arah luka.

2. Munculnya tanda-tanda inflamasi

Tahap ini didominasi dengan munculnya tanda-

tanda inflamasi pada jaringan luka. Tanda-

tanda inflamasi antara lain

a. Nyeri (dolor)

Adanya kerusakan pada jaringan akan

merangsang ujung-ujung saraf bebas (free

nerve ending) yang ada di lapisan kulit dan

diteruskan hingga ke otak sebagai nyeri.

Selain itu, adanya sel mediator inflamasi yang

mensekresikan prostaglandin, yaitu mediator

nyeri yang menandakan adanya kerusakan

pada jaringan. Nyeri dapat dirasakan mulai

dari pertama kali terjadinya luka, hingga

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 31: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

28

beberapa hari setelah terjadinya luka karena

stimulasi dari jaringan secara terus menerus.

b. Terasa panas (kalor) dan kemerahan (rubor).

Adanya luka pada jaringan memicu terjadinya

respon inflamasi. Respon ini dimulai dengan

berkumpulnya sel mast dan sel mediator

inflamasi lainnya ke daerah luka. Sel mast

akan mensekresikan histamin, yang memiliki

respon vasodilatasi pembuluh darah di sekitar

luka. Vasodilatasi menyebabkan aliran darah

yang meningkat, sehingga terjadilah panas

dan kemerahan di sekitar luka.

c. Bengkak pada jaringan (tumor)

Oleh karena terjadi peningkatan aliran darah

ke jaringan, terjadi bendungan pada kapiler,

yang menyebabkan darah lebih banyak dan

tertahan di daerah luka. Hal ini menyebabkan

ada bengkak di bagian yang terkena dan

sekitarnya. Selain itu, adanya kebocoran

akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler.

Akibatnya, cairan intravaskuler masuk ke

interstisial dan membuat jaringan di sekitar

luka menjadi bengkak.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 32: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

29

d. Penurunan fungsi (functio laesa).

Oleh karena terjadi begitu banyak proses

inflamasi yang terjadi di daerah luka, jaringan

tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Sehingga, terjadi penurunan fungsi jaringan

dan sekitarnya.

Tahap inflamasi dimulai dengan adanya

kerusakan jaringan kulit, yang menyebabkan

sekresi kemoatraktan untuk memanggil sel-sel

inflamasi ke pusat luka. Sel kapiler menjadi

permeabel dan menyebabkan makrofag dan sel

darah putih dapat melakukan ekstravasasi ke

jaringan. Sel makrofag dan sel darah putih lainnya

bertugas untuk memfagositosis bakteri yang

masuk ke jaringan luka. Sel mast mensekresikan

histamin yang menyebabkan tanda-tanda

inflamasi.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 33: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

30

Gambar 3.1: Tahap Inflamasi Patofisiologi

Tahap Inflamasi

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 34: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

31

Ketika terjadi luka dan merusak pembuluh

darah, timbul respon inflamasi vaskuler. Respon

berupa pembuluh darah yang mengalami

kerusakan akan mengalami vasokontriksi. Aliran

darah yang bocor menjadi stasis karena adanya

vasokonstriksi, dengan harapan terjadi peng-

hentian aliran darah ke bagian yang luka.

Dimulailah fase koagulasi atau pembekuan

darah. Koagulasi terjadi karena adanya agregasi

trombosit dalam jaringan fibrin, menggunakan

faktor-faktor spesifik melalui aktivasi berurutan

yang terjadi dan dimulai sejak terjadinya luka.

Jaringan fibrin yang terbentuk berfungsi mem-

bangun kembali homeostasis dan membentuk

penghalang melawan invasi mikroorganisme,

mengatur ‘penghalang’ sementara, yang pada

prinsipnya mengembalikan fungsi kulit sebagai

pelindung. Hal ini juga memungkinkan adanya

migrasi sel ke lingkungan mikrolesi dan stimulasi

proliferasi fibroblast.

Selain terjadi respon vaskuler, terjadi pula

respon seluler terhadap luka. Respon seluler pada

tahap inflamasi ditandai dengan masuknya

leukosit di area luka karena adanya peningkatan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 35: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

32

permeabilitas kapiler. Leukosit dapat menembus

dinding kapiler, sebuah fenomena yang disebut

diapedesis. Respon seperti itu sangat cepat dan

bertepatan dengan tanda-tanda utama pera-

dangan, yang ditunjukkan oleh edema dan

eritema di lokasi lesi. Biasanya, respons sel

dibentuk di dalam 24 jam pertama dan dapat

diperpanjang hingga dua hari. Aktivasi cepat sel

kekebalan di jaringan juga dapat terjadi, seperti

yang terjadi dengan mastosit, sel gamma-delta,

dan sel Langerhans, yang mengeluarkan kemokin

dan sitokin. Peradangan terlokalisasi dan respon

jaringan pelindung yang dilepaskan oleh lesi,

penyebabnya kerusakan jaringan. Sel inflamasi

memainkan peran penting dalam penyembuhan

luka dan berkontribusi pada pelepasan enzim

lisosom dan spesies oksigen reaktif, serta

memfasilitasi pembersihan berbagai debris sel.

Interaksi leukosit dan sel selama respons

inflamasi akut membentuk suatu fokus inflamasi.

Neutrofil berperan untuk meng-ekspresikan

banyak sitokin pro-inflamasi dan sejumlah besar

zat antimikroba yang sangat aktif, seperti spesies

oksigen reaktif (Reactive Oxygen Spesies; ROS),

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 36: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

33

peptida kationik, dan protease di lokasi lesi.

Respon inflamasi berlanjut dengan perekrutan

aktif dari neutrofil sebagai respons terhadap

aktivasi sistem komplemen, degranulasi platelet,

dan produk degradasi bakteri.

Hanya beberapa jam setelah lesi, sejumlah

neutrofil berpindah melalui sel endotel yang ada

di dinding kapiler darah yang diaktifkan oleh

sitokin pro-inflamasi, seperti sebagai Interleukin-

1 β, TNF-α (tumor necrosis factor alpha), dan IFN-

γ (interferon gamma) di lokasi lesi. Sitokin

semacam itu mempromosikan ekspresi banyak

kelas molekul adhesi.

Sel rujukan juga mempengaruhi banyak

aspek lainnya perbaikan jaringan, seperti resolusi

fibrin dan ekstraseluler koagulasi matriks,

dorongan angiogenesis, dan re-epitelisasi. Pada

48 jam setelah onset lesi, migrasi monosit dari

pembuluh darah yang ada di dekatnya, yang juga

menyusup daerah lesi, semakin masif. Aktivasi

melalui persinyalan dengan kemokin dapat

bertindak sebagai sel yang menghadirkan antigen

dan yang membantu neutrofil dalam fagositosis.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 37: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

34

B. Tahap Proliferasi

Tujuan dari tahap proliferasi adalah untuk

menghilangkan lesi area jaringan dengan

kontraksi dan fibroplasia, serta membentuk sawar

epitel yang layak untuk mengaktifkan keratinosit.

Tahap proliferasi dimulai pada hari ke-4 hingga

hari ke-14. Pada fase ini, terjadi infiltrasi dari sel-

sel fibroblas ke jaringan. Sel fibroblas akan

berproliferasi dan mensintesis kolagen baru yang

akan menggantikan jaringan yang rusak. Kolagen

yang terbentuk dari sel fibroblas akan

membangun kekuatan regangan (tensile

strength). Selain itu, sel-sel makrofag yang ada di

sekitar jaringan luka akan mensekresikan faktor-

faktor pertumbuhan yang merangsang terbentuk-

nya jaringan granulasi.

Tahap proliferasi juga ditandai dengan

proliferasi dari sel endotelial, yang membantu

proses pembentukan pembuluh darah baru

(angiogenesis), terutama mikrovaskuler yang

rusak karena luka.

Kumpulan dari kapiler baru yang terbentuk,

bersama dengan kolagen baru dari sel fibroblas,

akan membentuk jaringan granulasi, yang

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 38: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

35

menandakan sedang terjadi proses perbaikan dari

jaringan luka. Jaringan granulasi bersifat sangat

rapuh dan mudah berdarah, karena tersusun dari

banyak jaringan kapiler baru, tetapi jaringan di

sekitarnya belum sepenuhnya menutupi jaringan

kapiler tersebut.

Jaringan granulasi yang terbentuk akan

memberikan senyawa persinyalan untuk proses

migrasi sel epitel dari pinggir luka. Proses ini

disebut proses epitelisasi. Epitelisasi hanya dapat

terjadi pada jaringan hidup, sehingga adanya

jaringan mati atau eksudat yang keluar dari luka

akan menghalangi terbentuknya epitel.

Patofisiologi Tahap Proliferatif

Renovasi vaskular mendorong perubahan

aliran darah. Angiogenesis adalah proses

terkoordinasi, yang melibatkan proliferasi sel

endotel, ruptur dan penataan ulang membran

basal, migrasi dan asosiasi dalam struktur tubular,

dan perekrutan sel-sel perivaskular. Untuk

beberapa waktu, angiogenesis telah dijelaskan

penting untuk kondisi fisiologis dan patologis yang

beragam, seperti embriogenesis, pertumbuhan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 39: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

36

tumor, dan metastasis. Proses ini produksi vena

kolateral melalui mekanisme pembelahan sel.

Pleksus vaskular yang dihasilkan diubah modelnya

untuk dibedakan secara besar-besaran dan

pembuluh darah kecil. Endotel kemudian diisi

dengan keduanya aksesori dan sel otot polos.

Mikrovaskular yang baru terbentuk memung-

kinkan pengangkutan cairan, oksigen, nutrisi, dan

sel yang kompeten imun.

Selain partisipasi aktif dari endotel dan sel

limfosit dalam proses biologis ini, sel perisit juga

memegang peranan penting dalam tahap ini. Sel

perisit merupakan sel kelompok yang berasal dari

regangan mesenkim otot polos sel. Perisit adalah

sel jaringan ikat berwarna terang yang

mengandung proses sitoplasma yang panjang dan

tipis dalam posisi tepat di luar endotel darah

kapiler dan venula kecil tempat kapiler

mengosongkan diri.

Melalui ekstensi sitoplasma yang me-

manjang dan mengelilingi tabung endotel, perisit

membuat kontak fokus dengan endotel melalui

persimpangan khusus. Selain itu, sel ini

mempengaruhi stabilitas pembuluh darah melalui

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 40: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

37

pengendapan matriks dan aktivasi tanda-tanda

yang mempromosikan diferensiasi sel endotel.

Jaringan granulasi mulai terbentuk kira-kira

empat hari setelah lesi. Jaringan granulasi dimulai

dengan sel granuler dari jaringan yang baru

terbentuk, yang memiliki karakteristik ini.

Jaringan granulasi dibentuk melalui mekanisme

berikut: peningkatan proliferasi fibroblastik,

biosintesis kolagen dan elastis, yang menciptakan

jaringan ekstraseluler tiga dimensi dari jaringan

ikat, dan produksi faktor kemotaktik dan IFN-beta

oleh fibroblas. Fibroblas dan sel endotel

mengekspresikan reseptor integrin dan, melalui

ini, menyerang koagulasi yang ditemukan di area

lesi.

Selain yang telah disebutkan di atas, tahap

proliferasi juga terjadi karena partisipasi dari

sistem imunitas, antara lain limfosit B dan T.

Secara morfologis, limfosit T. dibagi lagi menjadi

CD4 dan CD8. Sel T CD4 dikarakterisasi

berdasarkan profil produksi sitokinnya, seperti

Th1, IL-2 dan IFN-gamma; Th2, yang

menghasilkan IL-4, IL-5, dan IL-10; dan Th17,

yang mana ditandai dengan produksi IL-17. Ketika

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 41: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

38

lesi jaringan terjadi, proses perbaikan dimodulasi

oleh aktivitas sel dari respon inflamasi sel-sel di

batas lesi (keratinosit), serta oleh berbagai sitokin

dan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi

migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel lokal.

Gambar 3.2 Tahap Proliferatif

Terlihat adanya jaringan granulasi yang

tersusun dari proliferasi sel fibroblas untuk

membentuk kolagen baru, migrasi dari makrofag,

dan sel endotel yang berupaya menyembuhkan

pembuluh darah yang mengalami perlukaan. Sel

keratinosit juga mengalami proliferasi untuk

membentuk kembali kulit. Terbentuk scar/eschar

pada bagian permukaan luka yang berfungsi

sebagai sumbat, untuk menghentikan per-

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 42: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

39

darahan, sekaligus sebagai penutup sementara

sampai terbentuk kulit yang intak.

C. Tahap Maturasi/Remodelling

Tahapan maturasi dimulai pada waktu dua

hingga tiga minggu sejak terjadinya lesi dan dapat

berlangsung selama hingga satu tahun. Tujuan

dari tahap ini adalah ‘berusaha’ untuk mengem-

balikan fungsi jaringan yang rusak akibat luka.

Pada tahap ini, serabut kolagen masih

dibentuk, tetapi diatur secara rapi dengan

menyesuaikan jaringan sekitarnya yang sehat.

Proses ini terus berlangsung hingga mendapatkan

kekuatan regangan (tensile strength) maksimal

yang bisa dibuat oleh kulit. Cara penyusunan

serabut kolagen kembali adalah terlebih dahulu

dengan mendegradasi kolagen di tahap sebe-

lumnya yang tersusun tak beraturan, dan

digantikan dengan pembentukan serabut kolagen

yang baru.

Setelah itu, terjadi resolusi, yang berarti

pengembalian fungsi dan kenampakan normal

dari jaringan yang sempat terluka. Hal ini terjadi

karena produksi dari IL-10 atau TGF-beta1.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 43: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

40

Selama proses maturasi, sebagian besar

fibroblas dan sel inflamasi menghilang dari area

luka. Mekanisme yang menyebabkan hilangnya

jaringan tersebut adalah dengan emigrasi dan

apoptosis, dan mekanisme kematian sel lainnya.

Pada tahap yang lanjut, mekanisme ini juga

berperan dalam pembentukan bekas luka (scar

formation). Fibroblas mengubah bentuknya

menjadi miofibroblas yang bergabung dengan sel

otot polos, dan bertanggung jawab terhadap

kontraksi miofibroblas..

Secara keseluruhan, ketiga fase tersebut

beserta waktu yang dibutuhkan, dan respon

maksimumnya dapat dilihat dari grafik pada

gambar 3.3.

3.2 Tipe-Tipe Penyembuhan Luka

Tipe penyembuhan luka adalah pembagian

proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh tipe

luka, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan

luka, komorbiditas, dan proses fisiologis kulit

dalam menyembuhkan luka tersebut. Berikut ini

adalah tipe-tipe penyembuhan luka (wound

healing intention):

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 44: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

41

1. Tipe primer (wound healing by primary

intention).

Penyembuhan luka tipe primer adalah

penyembuhan terhadap luka yang

menggunakan upaya farmakologis atau

dengan bantuan alat. Tipe penyembuhan luka

primer dapat dilakukan apabila permukaan

luka bersih, biasanya luka akibat tindakan

medis yang intensional, contohnya tindakan

pembedahan. Alat bantuan yang dilakukan

pada tipe primer adalah penjahitan dengan

suture, plester, staples bedah.

Gambar 3.3 Tipe Primer

Pada gambar tersebut ditunjukkan tepi luka

yang dihubungkan dengan adanya sumbatan

fibrin. Di bawah sumbat fibrin tersebut, terjadi

pertumbuhan stratum basalis epidermis.

Ketika proses ini mulai lengkap, stratum

basalis epidermis akan mengalami re-

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 45: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

42

epitelisasi dan bersiap menggantikan lapisan

teratas epidermis, dan sumbat fibrin

mengalami destruksi. Setelah itu, terbentuklah

lapisan kulit baru yang intak.

2. Tipe sekunder

(healing by secondary intention)

Tipe penyembuhan luka sekunder adalah

perbaikan jaringan tubuh dalam proses

penyembuhan luka tanpa adanya bantuan alat

atau farmakologis, tetapi menumbuhkan

jaringan baru dari dasar luka hingga menutup

sempurna. Terdapat sebagian jaringan yang

hilang akibat luka.

Gambar 3.4 Proses Penyembuhan Luka Tipe

Sekunder

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 46: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

43

Pada luka tipe sekunder, biasanya luka yang

terjadi jauh lebih luas dibandingkan dengan tipe

primer, sehingga sumbat fibrin yang terbentuk

juga lebih besar. Pembuluh darah baru dan sel

fibroblas (jaringan granulasi) tumbuh mulai dari

lapisan dermis. Kolagen yang dibentuk oleh

jaringan granulasi sebagian dapat berubah

menjadi jaringan scar untuk mengembalikan

integritas jaringan. Kematangan dari kolagen

akan memfasilitasi pembentukan kulit baru yang

intak.

3. Tipe tersier (healing by tertiary intention)

Tipe penyembuhan luka tersier sejatinya

adalah tipe penyembuhan luka primer yang

terlambat. Tipe penyembuhan luka tersier

berlangsung lambat. Tipe penyembuhan luka

ini adalah perbaikan jaringan tubuh dalam

proses penyembuhan luka dengan

menghilangkan infeksi atau benda asing

secara manual, dan dilakukan penutup luka.

Memahami ketiga tipe penyembuhan luka

ini akan membantu tenaga kesehatan profesional

untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan

tipe penyembuhan lukanya.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 47: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

44

3.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyem-

buhan Luka

Pada dasarnya, proses penyembuhan luka

antara seorang dengan yang lain berbeda-beda,

baik dalam segi waktu yang dibutuhkan, tahap

penyembuhan luka, dan hasil dari proses

penyembuhan luka tersebut. Hal ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Usia

Usia berkaitan dengan kemampuan regene-

rasi sel maupun kecenderungan infeksi. Pada usia

anak-anak, kemampuan regenerasi sel masih

sangat baik, sehingga proses penyembuhan luka

dapat terjadi dengan lebih cepat dibandingkan

usia dewasa. Sebaliknya, pada usia tua, dengan

adanya degenerasi pada banyak fungsi sel, maka

proses penyembuhan luka pun menjadi ter-

hambat.

Selain itu, didapatkan bahwa angka kejadian

infeksi pada bayi yang sangat muda dan pada

lansia meningkat, berkaitan dengan status

imunologi yang turun pada kedua kelompok usia

tersebut. Infeksi, seperti yang sudah dibahas

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 48: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

45

sebelumnya, mengakibatkan terjadinya penunda-

an pada proses penyem-buhan luka.

2. Nutrisi

Status nutrisi juga mempengaruhi pe-

nyembuhan luka pada tubuh. Status nutrisi yang

buruk dapat mengakibatkan penyembuhan luka

menjadi terhambat. Status nutrisi yang buruk

yang dimaksud di sini tidak hanya malnutrisi,

tetapi juga termasuk obesitas.

3. Komorbiditas

Komorbiditas yang diderita oleh pasien juga

mempengaruhi proses penyembuhan luka pasien

tersebut. Komorbiditas yang paling sering terjadi

adalah diabetes melitus. Pada diabetes melitus,

terjadi kerusakan pada mikrovaskuler dan

makrovaskuler, sehingga pembentukan pembuluh

darah baru menjadi terganggu.

4. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan oleh pasien juga

menjadi faktor yang dapat menghambat proses

penyembuhan luka. Contohnya, kortikosteroid.

Kortikosteroid memiliki efek imunosupresan,

yang menguntungkan pada beberapa kondisi

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 49: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

46

penyakit tertentu, tetapi kurang menguntung-

kan pada kondisi luka. Seperti yang dibahas

pada bagian usia, status imunologi yang

menurun dapat menyebabkan kerentanan luka

terhadap infeksi, dan infeksi dapat meng-

hambat proses penyembuhan luka.

Terbukti bahwa fisiologi penyembuhan luka

merupakan proses yang kompleks yang melibat-

kan berbagai tipe sel dan jaringan. Proses ini

begitu kompleks, sehingga tindakan yang tepat

pada setiap tahapannya, dengan pertimbangan

waktu dari terjadinya luka, sangat penting untuk

membantu proses penyembuhan luka ini. Pada

bagian selanjutnya, akan dibahas berbagai

langkah-langkah manajemen yang dapat dilaku-

kan untuk membantu proses penyembuhan luka.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 50: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

47

BAB 4

PERSIAPAN PERAWATAN LUKA

Setelah memahami tentang fisiologis

penyembuhan luka, kini Anda telah siap untuk

mulai melakukan perawatan terhadap luka. Ada

beberapa langkah-langkah persiapan perawatan

luka yang perlu Anda ketahui untuk dapat

menatalaksana berbagai jenis luka.

Persiapan perawatan luka ini meliputi

pengkajian luka, yang membutuhkan kemampuan

inspeksi luka yang baik dari seorang tenaga

kesehatan profesional. Selain itu, persiapan

perawatan luka juga meliputi pengenalan

terhadap alat-alat dan bahan yang akan

digunakan untuk perawatan luka.

4.1 Pengkajian Luka

Pengkajian didefinisikan sebagai proses

pengumpulan, identifikasi, dan analisis terhadap

suatu objek dengan tujuan untuk memecahkan

masalah objek tersebut. Dengan demikian,

pengkajian luka dapat diartikan sebagai proses

mengidentifikasi dan menganalisis luka untuk

memecahkan masalah luka tersebut. Terdapat

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 51: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

48

beberapa tujuan pengkajian luka yang harus

dicapai, antara lain:

1. Mengidentifikasi tipe luka dan penyebab

luka.

2. Menilai perkembangan proses perawatan

luka yang telah dilakukan.

3. Menilai komplikasi atau penyulit yang

mungkin timbul dalam jangka pendek

maupun jangka panjang.

Pengkajian terhadap luka diperlukan untuk

menentukan diagnosis luka dengan tepat.

Diagnosis luka didapatkan dengan cara mela-

kukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

tepat pula. Berikut ini adalah poin-poin utama

yang dibutuhkan untuk mendapatkan anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang tepat.

Anamnesis

Anamnesis yang dilakukan sesuai dengan

langkah-langkah anamnesis dasar, yaitu identitas

pasien dan keluhan utama. Pada kasus trauma,

penting untuk terlebih dahulu melakukan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 52: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

49

anamnesis yang sesuai dengan kasus trauma.

Pada anamnesis, beberapa poin utama ini

juga harus ditanyakan dalam anamnesis, antara

lain:

1. Penyebab luka

Penyebab luka penting untuk menentukan

mekanisme trauma yang menyebabkan luka,

sehingga dapat ditentukan evaluasi dan

tatalaksana selanjutnya. Beberapa penyebab luka

antara lain luka bedah, luka trauma, luka akibat

tekanan, dan luka akibat gangguan vaskuler. Pada

beberapa penyebab luka tertentu, diperlukan

tatalaksana khusus yang diberikan untuk

mencegah komplikasi, contohnya jika tertusuk

benda berkarat, maka sebaiknya diberikan

profilaksis anti-tetanus segera.

2. Lokasi luka

Lokasi luka juga dapat menjadi indikator

kemungkinan penyebab luka. Tujuan mengkaji

lokasi luka adalah memperkirakan mode trauma,

terutama pada kasus tidak ada saksi mata atau

pasien tidak sadar. Lokasi luka disesuaikan

dengan posisi anatomi tubuh sehingga lebih

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 53: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

50

mudah untuk dikenali. Selain itu, perlunya

mengevaluasi lokasi luka adalah menentukan

prognosis penyembuhan luka dan jenis perawatan

luka yang dibutuhkan, misalnya pada luka yang

terjadi di daerah siku atau lutut mungkin

membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama

dibandingkan dengan luka di tempat lain, karena

lebih sering digerakkan.

3. Durasi luka.

Untuk durasi luka, tanyakan kepada

pasien sudah berapa lama sejak luka terbentuk

hingga hari ini. Tanyakan pula proses pe-

nyembuhan lukanya, sebaik yang dapat diamati

oleh pasien. Lalu, bandingkan durasi luka saat

ini dengan durasi yang diperlukan bagi luka

untuk sembuh. Pemanjangan waktu yang

dibutuhkan untuk sembuh menandakan bahwa

ada faktor-faktor yang mungkin menghambat

penyembuhan luka.

4. Komorbiditas

Penting untuk menanyakan faktor-faktor

komorbid yang ada pada pasien. Beberapa

faktor komorbid dapat menghambat penyem-

buhan luka, contohnya diabetes melitus. Untuk

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 54: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

51

itu, perlu dilakukan tatalaksana terkait dengan

komorbid selain juga menangani problem luka.

Anamnesis dapat membantu menegakkan

diagnose hingga 80%. Namun, perlu diperhatikan

juga bahwa penanganan kegawatdaruratan harus

dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan

anamnesis yang lengkap.

Pemeriksaan Fisik

Setelah dilakukan anamnesis, lanjutkan

tahapan diagnostik dengan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus luka

harus tetap dilakukan secara berurutan, mulai dari

tanda-tanda vital, Glasgow Coma Scale untuk

memeriksa kesadaran pasien, dan status generalis

pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik

luka. Pemeriksaan fisik luka harus mencakup hal-

hal berikut ini.

1. Lokasi luka

Walaupun telah mendapatkan lokasi luka

dari anamnesis, seorang dokter harus

memeriksa lokasi luka secara langsung dengan

cara melakukan pemeriksaan fisik yang

menyeluruh. Seringkali, ditemukan lokasi luka

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 55: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

52

lain selain dari yang diketahui oleh pasien.

2. Dimensi luka

Setelah mengetahui lokasi luka, lakukan

pengukuran dimensi dari masing-masing luka

yang ditemukan. Pengukuran dimensi luka

yang harus dilakukan adalah panjang luka dan

lebar luka terpanjang, serta kedalaman luka.

Pengukuran dimensi luka penting untuk

memberikan gambaran perubahan ukuran

luka selama usaha penyembuhan luka yang

dilakukan.

Apabila ditemukan luka dengan bentuk

memanjang, dapat dilakukan pengukuran luka

dengan menggunakan lidi kapas (cotton bud)

untuk mengukur ruang mati (dead space) di

dalam luka.

3. Stadium luka

Berdasarkan tingkat kedalaman dan luas

luka, stadium luka dibagi menjadi:

a. Stadium I atau luka superfisial (Non-

Blenching Erythema), yaitu luka yang

terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 56: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

53

b. Stadium II atau luka partial thickness,

yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan

epidermis dan bagian atas dari dermis.

Merupakan luka superfisial dan adanya

tanda klinis seperti abrasi, blister atau

lubang yang dangkal.

c. Stadium III atau luka full thickness, yaitu

hilangnya kulit keseluruhan meliputi

kerusakan atau nekrosis jaringan

subkutan yang dapat meluas sampai

bawah tetapi tidak melewati jaringan

yang mendasarinya. Luka sampai pada

lapisan epidermis, dermis dan fasia

tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul

secara klinis sebagai suatu lubang yang

dalam dengan atau tanpa merusak

jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV atau luka full thickness, yang

telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya destruksi yang

luas.

Stadium luka, bersama dengan komponen

luka yang lain, dapat memberikan informasi

tentang durasi proses penyembuhan luka,

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 57: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

54

intervensi apa saja yang perlu untuk

dilakukan, serta prognosis bagi luka tersebut.

Penting untuk memastikan luka dalam

keadaan bersih (telah dilakukan cuci luka dan

dibersihkan) ketika akan dilakukan asesmen

stadium luka.

4. Warna dasar luka

Warna dasar luka membedakan tipe

jaringan luka dan tahapan dari luka tersebut.

Sistem yang sering digunakan untuk

membedakan warna dasar luka adalah sistem

RYB (Red-Yellow-Black).

a. Red atau kemerahan, menunjukkan

jaringan granulasi. Dapat berupa luka

bersih dengan neovaskularisasi, sehingga

mudah berdarah. Dasar luka seperti ini

cukup sehat, sehingga hanya perlu

dipertahankan kondisi lembabnya, dan

dilindungi dari trauma yang merusak.

b. Yellow atau kuning, menunjukkan jaringan

luka yang terkontaminasi sehingga

mengeluarkan eksudat berwarna kekune-

ngan, yang disebut pus atau nanah.

Biasanya jaringan luka juga bercampur

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 58: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

55

dengan jaringan nekrotik dan jaringan

fibrosis. Pada luka ini, diperlukan

pembersihan yang ekstensif dari eksudat

dan jaringan nekrotik, supaya memberi

ruang bagi re-epitelisasi jaringan kulit pada

jaringan hidup.

c. Black atau hitam, menunjukkan jaringan

mati atau jaringan nekrotik. Pada warna

dasar luka ini, luka tertutup oleh jaringan

nekrosis atau eschar yang terjadi

avaskularisasi, dan biasanya tidak

didapatkan perdarahan. Jaringan nekrotik

dapat menghalangi proses penyembuhan

luka, sehingga perlu dilakukan pem-

bersihan luka dari jaringan nekrotik, untuk

memberi ruang pertumbuhan bagi sel

epitel baru.

5. Cairan Luka (Eksudat)

Eksudat adalah cairan yang dihasilkan oleh

luka. Kualitas cairan yang dikeluarkan oleh luka

dapat menunjukkan karakteristik luka tersebut.

Eksudat luka disekresikan sebagai akibat

dari adanya vasodilatasi selama awal inflamasi

pada fase penyembuhan. Beberapa karakteristik

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 59: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

56

eksudat yang dapat dikeluarkan oleh luka, antara

lain :

a. Serosa: Cairan yang keluar berwarna

jernih. Dapat terjadi kemungkinan infeksi

dari bakteri yang menghasilkan fibrinolisis

dari bakteri GABHS (Group A Beta-

Hemolytic Streptococcus) dan Pseudomo-

nas fragilis.

b. Hemoserosa: cairan berwarna adarah

atau serosa jernih bercampur darah.

c. Sanguenous: cairan berwarna darah

kental dan pekat. Bisa disebabkan oleh

trauma pada pembuluh darah.

d. Purulen: cairan berwarna kekuningan

karena pus. Hal ini biasanya disebabkan

oleh adanya infeksi bakteri piogenik dan

adanya sel-sel inflamasi.

6. Odor atau bau pada luka

Bau pada luka dihasilkan dari oleh

pertumbuhan mikroorganisme pada luka.

Karakteristik bau luka dapat dilakukan dengan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 60: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

57

objektif, yaitu Odour Assessment Scoring Tool.

a. Kuat: bau ketika memasuki ruangan

berjarak 2-3 meter dengan dressing

utuh tidak dibuka.

b. Moderat: bau ketika memasuki

ruangan berjarak 2-3 meter dengan

dressing sudah dibuka.

c. Ringan: bau ketika berada di dekat

klien dengan balutan yang sudah

dibuka.

d. Tidak ada bau: tidak ada bau walau

ada di dekat klien dengan balutan

yang sudah dibuka.

7. Pinggiran luka atau edge

Pinggiran luka memberikan gambaran

proses epitelisasi yang berkembang, kronisitas

luka, dan etiologi luka. Pengkajian pinggiran luka

dapat memberikan gambaran proses

penyembuhan luka dapat berlangsung dengan

baik atau tidak, sehingga menghambat migrasi sel

epitel. Kegagalan penutupan luka juga terjadi

apabila ditemukan tepi luka yang edema,

nekrosis, dan ada tanda-tanda infeksi.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 61: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

58

4.2 Persiapan Perawatan Luka

Persiapan perawatan luka yang dapat

dilakukan antara lain tentang persiapan alat dan

bahan. Perlu diketahui alat dan bahan untuk

perawatan luka tidak harus selalu digunakan

semuanya pada setiap jenis luka. Kondisi dari luka

juga penting untuk diperhatikan untuk

menentukan alat dan bahan yang digunakan.

Pengenalan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada saat

perawatan luka, antara lain:

1. Satu set perawatan luka steril/bak steril

a. Sarung tangan

b. Pinset anatomis

c. Pinset chirurgis

d. Gunting jaringan

e. Kassa steril

f. Kom berisi larutan pembersih (normal

salin 0,9%).

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 62: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

59

Gambar 4.1 Peralatan untuk Perawatan Luka.

2. Alat non steril

a. Sarung tangan non steril

b. Cairan Nacl 0,9%

c. Pengalas sesuai luas luka

d. Kapas alkohol

e. Korentang

f. Perlak atau penghalas

g. Bengkok

h. Kom berisi lysol 1%

i. Gunting verban/plester

j. Verban

k. Plester

l. Schort

m. Masker

n. Obat sesuai program terapi

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 63: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

60

o. Tempat sampah

Balut luka atau dressing

Selain alat-alat di atas, digunakan pula

peralatan berupa balut luka atau dressing untuk

menutup luka. Pada dasarnya, balut luka terdiri

dari dua tipe, yaitu balut luka tradisional

(traditional wound dressing) dan balut luka

modern (modern wound dressing). Namun,

penggunaan balut luka tradisional kini sudah

jarang digunakan.

Penggunaan balut luka modern pada

dasarnya tidak hanya menutup luka untuk

mencegah kontak dari luar, tetapi juga untuk

memfasilitasi luka dengan keadaan yang optimal

untuk penyembuhan luka.

Pemilihan penggunaan balut luka mengikuti

tipe A5. Berikut ini adalah masing-masing tipe

balut luka tersebut.

1. Autolysis Debridement Dressing (A1)

Tipe balut luka A1 adalah balut luka yang

berfungsi untuk memfasilitasi terjadinya

debridement secara autolisis. Tipe A1 baik

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 64: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

61

digunakan untuk balut luka pada jenis-jenis

luka kronis dengan nekrotik dan slough,

luka akibat tekanan, dan luka bakar. Contoh

dari balut luka tipe A1 yang sering

digunakan adalah hidrogel.

Gambar 4.2 Contoh Autolysis

Debridement Dressing (Balut luka tipe A1)

Hidrogel adalah bahan hidrofilik tidak larut

yang terbuat dari polimer sintetik seperti

poli (metakrilat) dan polivinil pirolidin.

Kandungan air yang tinggi pada hidrogel

(70-90%) membantu jaringan granulasi dan

epitel lebih mudah tumbuh di lingkungan

yang lembab. Sifat elastis dari hidrogel

memudahkan aplikasi dan pengangkatan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 65: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

62

setelah luka sembuh tanpa kerusakan.

Selain itu, hidrogel memiliki efek untuk

‘menenangkan’ luka, dengan sifat yang

menurunkan suhu luka, sehingga cocok

diaplikasikan pada saat luka pada fase

inflamasi. Beberapa contoh hidrogel yang

dapat ditemukan di pasaran, antara lain

duoderm hydroactive gel, cutimed gel,

intrasite gel, cavidagel, dan solosite.

2. Antimicrobial dressing (Balut luka tipe A2)

Antimicrobial dressing atau balut luka tipe

A2 adalah balutan luka yang mengandung

bahan-bahan antimikroba yang diaplikasi-

kan secara topikal pada luka dengan tujuan

untuk membunuh bakteri yang terdapat

pada luka dan mencegah infeksi.

Berdasarkan bahan penyusun balut luka,

antimicrobial dressing dapat dibagi menjadi

beberapa jenis, antara lain:

a. Balut luka berbahan perak

Balut luka dengan bahan dasar perak (Ag;

silver) terbukti efektif membunuh bakteri Gram

positif dan negatif, termasuk MRSA. Komponen

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 66: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

63

perak disusun dengan kristal kecil berukuran 10-

100 nm dengan ukuran 1 ppm terbukti aktif

melindungi luka dari bakteri. Contoh balut luka

berbahan dasar perak yang sering digunakan

adalah acticoat, polymen silver, dan Aquacel Ag.

Gambar 4.3 Contoh balut luka berbahan dasar perak

b. Balutan berbahan dasar iodin

Povidon iodin pernah menjadi bahan

antiseptik luka yang luas digunakan dalam luka

hingga saat ini. Kandungan iodin terbukti ampuh

sebagai bahan antimikroba. Saat ini, digunakan

cadexomer iodine, turunan iodin yang aman untuk

perawatan luka. Bahan aktif cadexomer iodine

berubah menjadi bahan gel selama 48-72 jam

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 67: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

64

setelah pertama kali kontak dengan cairan

eksudat dari luka.

Gambar 4.4 Contoh balut luka berbahan dasar

iodin

c. Balut luka PHMB

Polyhexamethylene Biguanida adalah salah

satu bahan aktif antimikroba yang disatukan

dengan bahan gauze yang efektif untuk menyerap

eksudat. Bahan ini juga dapat mengatasi pem-

bentukan biofilm dari kolonisasi bakteri di

permukaan luka. PHMB bekerja dengan cara

menghambat metabolisme sel bakteri dan

merusak komponen fosfolipid pada membran sel

bakteri.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 68: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

65

d. Balut luka DACC

Dialkylcarbamoyl Chloride adalah bahan

aktif yang dapat menyerap bakteri pada luka.

DACC bersifat sangat hidrofobik, sehingga

penggunaannya tidak direkomendasikan untuk

dikombinasi dengan bahan gel atau krim. DACC

juga tidak dapat menyerap eksudat pada luka.

3. Balut luka adsorben (Balut luka tipe A3)

Tipe balut luka A3 atau adsorben adalah tipe

balut luka yang diformulasikan untuk meng-

absorbsi eksudat dan bau yang keluar dari luka.

Bahan yang digunakan untuk menyerap eksudat,

antara lain alginate, hidrokoloid, hidrofiber, dan

foam, sedangkan bahan yang digunakan untuk

menyerap bau, antara lain arang aktif (active

charcoal). Beberapa contoh dari balut luka

adsorben, antara lain

a. Non-adherent gauze.

b. Hidrokoloid

c. Alginat

d. Hidrofiber

e. Foam

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 69: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

66

Gambar 4.5 Contoh balut luka berbahan

adsorben (non-adherent dressing)

4. Balut luka yang mempercepat granulasi (Balut

luka tipe A4)

Balut luka A4 memiliki fungsi untuk

mempercepat proses pembentukan jaringan

granulasi pada luka. Beberapa zat aktif pada balut

luka ini membantu re-epitelisasi dan penyusunan

kembali dari matriks ekstra-seluler. Salah satu

contoh bahan dasar yang digunakan adalah

kolagen. Produk balut luka yang mengandung

kolagen antara lain cutimed epiona, stimulan gel,

cullacure, dan collasorb.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 70: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

67

Gambar 4.6 Contoh balut luka yang

mempercepat granulasi

Bahan lainnya yang dapat digunakan untuk

membalut luka adalah madu. Ekstrak madu

terbukti mempercepat proses granulasi dan

mengandung bahan antimikroba. Produk balut

luka yang mengandung madu antara lain

medihoney, activon tulle, dsb.

Gambar 4.7 Contoh balut luka yang

mengandung madu

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 71: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

68

5. Balut luka yang menghindari trauma (Balut

luka tipe A5)

Balut luka yang berfungsi menghindari

trauma juga berfungsi untuk melindungi luka dari

trauma sekunder dan merangsang epitelisasi.

Berikut ini beberapa bahan yang sering digunakan

dari balut luka tipe A5:

a. Silikon

Gambar 4.8 Contoh gambar sillicone dressing

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 72: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

69

b. Transparan film

Gambar 4.9 Contoh penggunaan transparan

film pada luka bekas operasi

c. Tulle Gras

Gambar 4.10 Contoh penggunaan Tulle Gras.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 73: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

70

d. Polymer

Gambar 4.11 Contoh gambar Polymer dressing

Penggunaan balut luka yang tepat sangat

penting untuk membantu proses penyembuhan

luka dan mendapatkan hasil penyembuhan luka

yang optimal, sehingga penting untuk memahami

dengan baik jenis luka yang terjadi dan

penggunaan balut luka yang tepat. Pembahasan

tentang manajemen luka lebih dalam akan

dibahas di bagian selanjutnya.

Untuk meringkas pemilihan balut luka yang

tepat menurut kondisi luka, dapat dilihat dari tabel

berikut ini.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 74: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

71

Gambar 4.12 Jenis-jenis luka dan balut luka

(dressing) yang tepat

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 75: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

72

Setelah mempelajari tentang persiapan

perawatan luka, mulai dari pengkajian luka

dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, hingga

mempelajari persiapan alat dan bahan untuk

perawatan luka dan penggunaan balut luka yang

tepat, kini Anda akan melanjutkan ke bagian

manajemen luka akut dan luka kronis: apa saja

yang harus dan tidak boleh dilakukan.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 76: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

73

BAB 5

MANAJEMEN LUKA AKUT

Luka akut didefinisikan sebagai proses

penyembuhan luka di bawah 3 bulan. Beberapa

contoh luka akut yang sering ditemui dalam

praktek sehari-hari seperti luka akibat trauma

(kecelakaan lalu lintas, terjatuh, dsb.) dan luka

pembedahan.

Manajemen luka akut membutuhkan proses

yang cepat dan tepat untuk mengatasi proses

akut yang terjadi. Sebisa mungkin proses

manajemen luka akut dilakukan dengan memper-

timbangkan proses fisiologi penyembuhan luka

tanpa merusak jaringan fisiologis. Oleh karena itu,

penting untuk melakukan metode manajemen

luka akut yang efektif, dengan hasil yang

berkualitas, serta apabila dimungkinkan, dengan

biaya yang lebih murah.

Pada bagian ini, akan dibahas tentang

manajemen untuk luka akut, mulai dari

penanganan kegawatdaruratan pasien, ‘konsep

lembab’ sebagai kondisi optimal dari luka, dan

tatalaksana luka akut.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 77: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

74

5.1 ‘Konsep Lembab’ dalam Penyembuhan

Luka

Konsep penyembuhan luka yang paling

optimal telah bergeser, dari kebiasaan yang

membuat luka menjadi kering menjadi keadaan

lembab (moist wound healing), sehingga proses

penyembuhan luka normal dapat terjadi secara

alamiah: mempercepat fibrinolisis, mempercepat

pembentukan kapiler pembuluh darah baru

(angiogenesis), menurunkan infeksi, dan mem-

percepat migrasi sel inflamasi (neutrofil, monosit,

makrofag, sel mast, dan sel-sel lainnya. Selain itu,

penyembuhan luka dengan konsep lembab juga

dapat membentuk suatu sawar isolasi terhadap

lingkungan luka.

Keuntungan dari permukaan luka yang

lembab, antara lain:

● Membentuk sawar mekanik terhadap luka.

● Mengaktivasi enzim protease di permukaan

luka untuk membantu memecah jaringan

nekrotik.

● Mengurangi pembentukan jaringan parut.

● Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan

proliferasi sel fibroblas.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 78: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

75

● Meningkatkan migrasi sel epitel di

permukaan kulit.

Dibandingkan dengan perawatan luka

dengan cara konvensional, cara perawatan luka

dengan menggunakan prinsip lembab lebih

nyaman bagi pasien. Metode konvensional untuk

membuat luka menjadi lebih kering menggunakan

kasa dan cairan normal salin (NaCl 0,9%) yang

dibebatkan menyebabkan tidak nyaman dan

nyeri, apalagi pada saat penggantian kasa.

Sehingga, digunakan cara perawatan luka yang

menjaga kelembaban luka dengan baik, yang

mengurangi risiko kerusakan jaringan, mencegah

trauma jaringan granulasi, dan kenyamanan bagi

pasien sendiri.

5.2 Prinsip Manajemen Luka Akut

Pemilihan Balut Luka (Dressing)

Pemilihan balut luka atau dressing yang

tepat adalah menyesuaikan dengan karakteristik

luka dan kebutuhan individu per pasien. Tujuan

yang harus dicapai saat memilih balut luka yang

tepat adalah kembali ke kondisi fisiologis yaitu

pada saat keadaan lembab, untuk mendukung

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 79: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

76

terjadinya proses penyembuhan luka yang

optimal.

Pemilihan balut luka yang tepat harus

melalui pengkajian holistik terhadap luka, antara

lain

1. Menciptakan lingkungan yang lembab.

2. Mengelola eksudat.

3. Mengangkat jaringan mati.

4. Melembabkan kondisi luka yang kering.

5. Mengurangi nyeri.

6. Mengontrol bau.

7. Mempertahankan suhu tubuh optimal.

8. Mencegah perdarahan.

Balut luka yang ideal harus memenuhi

beberapa kriteria berikut, yaitu

1. Tidak terlalu kencang dan tetap nyaman.

2. TIdak menambah nyeri di pasien.

3. Efektif menjaga kelembaban luka.

4. Menutup luka untuk mencegah trauma.

5. Mudah dibuka dan tidak lengket.

6. Mudah diaplikasikan.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 80: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

77

Prinsip Perawatan Luka Akut

Prinsip perawatan luka akut didasarkan

dengan persiapan perawatan luka akut yang baik.

Untuk mempermudah perawatan luka akut, maka

prinsip CARE dapat dijalankan. Berikut ini adalah

rincian dari prinsip CARE.

1. C: Choose a proper cleansing agent.

Sebelum melakukan tindakan pembalutan

luka, dilakukan pencucian terhadap luka.

Tujuannya adalah menghilangkan debu, debris,

dan bakteri yang menempel pada luka. Penting

untuk memilih cairan pembersih luka yang tepat

bagi luka. Biasanya, pilihan pertama dari

pembersih luka adalah dengan normal salin (NaCl

0,9%).

Setelah dibersihkan, luka dapat diberikan

dengan larutan antiseptik untuk mencegah

terjadinya infeksi pada luka. Larutan antiseptik

yang biasa digunakan antara lain

a. Povidon iodin.

Larutan ini selalu tersedia sebagai bahan

antiseptik topikal yang dapat diaplikasikan

pada luka. Bahan ini bersifat spektrum luas

dan efektif untuk bakteri, terutama

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 81: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

78

Staphylococcus aureus yang sering didapatkan

pada kulit. Akan tetapi, povidon iodin memiliki

efek samping yang dapat menyebabkan

sitotoksik pada sel sehat, sehingga pe-

nggunaan dalam jangka panjang tidak

dianjurkan.

b. Perhidrol.

Perhidrol mengandung 3% hidrogen pe-

roksida. Perhidrol diketahui juga dapat

berdampak pada sel sehat, sehingga

penggunaannya tidak lagi direkomendasikan.

c. Alkohol.

Alkohol dapat juga digunakan sebagai pencuci

luka, tetapi memiliki efek samping yaitu

menginduksi nyeri jika langsung diberikan

pada jaringan luka, sehingga tidak nyaman

digunakan bagi pasien.

d. Akridin laktat.

Akridin laktat adalah larutan antiseptik yang

bersifat bakteriostatik pada bakteri baik Gram

positif maupun Gram negatif. Meskipun

demikian, proses penyembuhan luka dapat

terganggu karena lengketnya tekstur dari

akridin laktat.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 82: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

79

2. A: Assess Wound and Necessity

Berdasarkan pembahasan di bagian se-

belumnya, Anda dapat melakukan penilaian

terhadap luka, mencakup beberapa aspek

seperti dimensi luka, warna dasar luka,

kedalaman luka, bau, dan lain sebagainya.

Langkah ini juga dapat memudahkan Anda

pada tahap selanjutnya, yaitu menemukan

kebutuhan luka dengan tepat dan

melakukan tatalaksana lanjutan.

3. R: Review the Need of Debridement

Setelah melakukan penilaian terhadap luka,

lakukan pengkajian terhadap kebutuhan

debridemen pada luka. Debridemen luka

dilakukan pada jaringan yang nekrotik,

ditandai dengan adanya eksudat berbentuk

pus atau warna kehitaman. Dengan

melakukan debridemen luka secara tepat,

akan mempercepat proses penyembuhan

luka. Pada luka akut, debridemen bersifat

membatasi dan menutup tepi luka dengan

teknik penjahitan sesuai kebutuhan luka.

Meski demikian, melakukan debridemen

secara terburu-buru dan tidak tepat guna

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 83: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

80

pada luka hanya akan membawa dampak

penyembuhan yang buruk bagi luka dan

berpotensi menimbulkan scar. Jadi, pertim-

bangkan baik-baik apakah debridemen luka

diperlukan atau tidak.

4. E: Exact Wound Dressing

Kembali ke prinsip tatalaksana luka dengan

konsep lembab, maka memilih balut luka

yang tepat juga menentukan proses

penyembuhan luka. Jika terdapat

perdarahan, lakukan upaya bebat tekan

terhadap luka dan kontrol perdarahan

terlebih dahulu. Jika luka bersifat kering,

maka berikan balut luka yang bersifat

memberikan kelembaban bagi luka. Jika

luka masih inflamasi, maka lebih tepat

memberikan balut luka yang bersifat

menenangkan luka dan mengurangi efek

inflamasi. Pemilihan wound dressing yang

tepat menentukan tingkat penyembuhan

pada luka pula.

Dengan prinsip penatalaksanaan luka akut

tersebut, setiap dokter dituntut untuk berpikir

cepat dan kritis terhadap kondisi luka yang

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 84: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

81

dihadapi. Prinsip CARE membantu dalam

pengambilan keputusan bagi langkah awal

penatalaksanaan luka. Setelah ini, akan dibahas

aplikasi penatalaksanaan pada masing-masing

kasus luka akut berdasarkan etiologinya.

5.3 Aplikasi Penatalaksanaan Luka Akut

Aplikasi penatalaksanaan luka akut dapat

menggunakan prinsip PACED. Metode ini dapat

memudahkan kita mengingat prinsip penata-

laksanaan luka akut, antara lain

1. P: Promoting Homeostasis

Ketika terjadi luka, homeostasis tubuh

menjadi terganggu. Homeostasis adalah

proses fisiologis yang menjaga keseim-

bangan di dalam tubuh. Akibatnya, terjadi

gangguan terhadap keseimbangan tubuh

yang bahkan dapat mengancam nyawa.

Untuk itu, perlu dilakukan penilaian

terhadap homeostasis pasien. Penilaiaan

dapat dilakukan melalui berbagai

parameter, antara lain tanda-tanda vital

(mencakup tekanan darah, denyut

jantung, laju pernafasan, dan suhu

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 85: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

82

tubuh), saturasi oksigen dalam darah,

dan skala nyeri. Setelah itu, lakukan

penanganan kegawat-daruratan terhadap

kondisi pasien yang dapat mengancam

homeostasis.

2. A: Administering Drugs

Setelah melakukan pengendalian ter-

hadap homeostasis, berikan obat-obatan

sesuai dengan kasus luka akut yang

dihadapi. Beberapa obat-obatan yang

dapat diberikan antara lain analgetik

(golongan NSAID dan golongan selektif

inhibitor COX-2), antibiotik (berdasarkan

dengan jenis luka dan pola kuman di RS),

dan obat-obatan lainnya.

Berikut ini adalah contoh pemberian

analgesik yang dapat diberikan berdasarkan

kondisi luka pada pasien.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 86: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

83

Gambar 5.1 Pemilihan analgesik berdasarkan

tingkat nyeri.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 87: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

84

3. C: Cleaning Wound

Setelah itu, lakukan pembersihan terhadap

luka dengan langkah cuci luka. Cuci luka

dapat dilakukan dengan NaCl 0,9%. Selain

itu, dapat dilakukan pengangkatan debris

dengan teknik swab and scrub dengan

sedikit menggosok dari arah kurang

terkontaminasi ke arah yang lebih

terkontaminasi.

4. E: Edge Wound Closure

Penutupan tepi luka diperlukan untuk

mencegah terjadinya trauma lebih lanjut

atau kontaminasi. Penutupan tepi luka

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Penggunaan kortikosteroid pada luka seba-

gai anti-inflamasi juga sering dilakukan. Pem-

berian kortikosteroid juga dapat mengurangi nyeri

pada luka akibat dari inflamasi yang terjadi pada

luka akut. Pemberian kortikosteroid yang

disarankan dapat berupa Deksametason 0,75 – 9

mg per hari dosis terbagi dalam 2 – 4 kali

pemberian, atau Metilprednisolon 24 mg tapering

off, atau Prednisolone 5 – 60 mg per hari dibagi

dalam 2 – 4 kali pemberian.

Page 88: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

85

dapat dilakukan dengan atau tanpa teknik

penjahitan, bergantung pada jenis luka.

5. D: Dressing

Langkah terakhir adalah dengan mema-

sangkan balut luka yang tepat. Seperti yang

telah dibahas sebelumnya, dressing

bertujuan untuk menciptakan kondisi

lembab pada luka, mencegah infeksi,

mengontrol eksudat, dan menutup luka.

Dengan memilih dressing yang tepat, maka

luka akan mengalami proses penyembuhan

lebih cepat.

Setelah ini, aplikasi dari sistem PACED akan

diterapkan dalam tatalaksana beberapa jenis luka

akut berikut ini. Luka akut seringkali merupakan

akibat dari luka trauma. Luka ini dapat disebabkan

oleh luka akibat terkena benda tajam, akibat

pukulan benda tumpul, luka akibat kecelakaan lalu

lintas, luka bakar (akibat api atau listrik), dan luka

akibat bahan kimia (asam dan basa).

a. Luka akibat benda tajam

Luka akibat benda tajam dapat menyebab-

kan perdarahan yang ringan hingga dapat

mengganggu homeostasis tubuh. Langkah

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 89: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

86

pertama yang harus dilakukan adalah

menghentikan perdarahan dari luka tersebut.

Luka akibat benda tajam yang terlalu lebar harus

dilakukan penutupan tepi luka dengan penjahitan

untuk membantu menghentikan perdarahan dan

mengurangi kontaminasi luka.

b. Luka bakar

Pada luka bakar, perlu dilakukan adanya

pertolongan gawat darurat terlebih dahulu,

dengan prinsip penanganan kegawatdaru-ratan,

yaitu A (Airway), B (Breathing), dan C

(Circulation). Pastikan bahwa patensi jalan napas

pasien tetap terjaga, karena seringkali terjadi

edema dari saluran napas pasien dan jelaga

karena luka bakar. Lakukan irigasi pada luka bakar

dengan air bersih selama 20-30 menit untuk

menghentikan proses pembakaran pada jaringan.

Perlu dilakukan penghitungan luas luka

bakar, untuk menentukan kebutuhan cairan

pasien. Berdasarkan Gambar 5.3, dapat dilihat

cara penentuan luas luka bakar dengan prinsip

Rule of Nine.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 90: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

87

Rumus Parkland :

Dewasa : 2 – 4 cc x KgBB x luas luka bakar (%)

Anak : 3 – 4 cc x KgBB x luas luka bakar (%)

Gambar 5.2 Cara Penentuan Luas Luka Bakar

dengan Rule of Nine

Kebutuhan cairan pada pasien luka bakar

adalah dengan Rumus Parkland: pada dewasa 2-

4 cc x kgBB x luas luka bakar (%), pada anak-

anak 3-4 cc x kgBB x luas luka bakar (dalam %).

Pilihan cairan yang diberikan dapat berupa NaCl

0,9% atau Ringer laktat. ½ kebutuhan cairan

diberikan pada 8 jam pertama dan ½ kebutuhan

cairan sisanya diberikan pada 16 jam pertama.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 91: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

88

c. Luka pasca bedah

Luka pasca bedah membutuhkan penutupan

luka dan monitoring yang baik untuk mengetahui

progres kesembuhan luka. Beberapa komplikasi

yang terdapat pada luka pasca bedah, antara lain

dehisensi, perdarahan, dan infeksi.

d. Luka gigitan binatang

Luka gigitan atau cakaran binatang yang

sering dilaporkan biasanya berasal dari anjing,

kucing, atau ular. Pada luka gigitan binatang yang

berbisa, lakukan bebat di pangkal luka supaya

racun binatang tersebut tidak menyebar. Setelah

itu, lakukan konsep steril pada luka dengan cara

cuci luka. Jika luka cukup serius, perlu dilakukan

penjahitan terhadap luka. Perlu untuk diberikan

juga antidot dan anti tetanus jika perlu. Cross

incision tidak disarankan untuk luka gigitan

binatang, karena justru malah meningkatkan

absorpsi dari toksin binatang tersebut.

Penanganan luka akut mungkin terasa lebih

mudah karena penyebab luka dapat diketahui

secara langsung lewat anamnesis. Proses

penyembuhan luka yang terjadi jika mengikuti

pola proses penyembuhan luka yang tidak

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 92: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

89

diganggu dengan proses lainnya. Namun, banyak

tantangan yang dihadapi pada penanganan luka

akut, seperti risiko perdarahan, ancaman ke-

gawatdaruratan, dan komplikasi luka akut lainnya.

Dengan mengikuti prinsip penatalaksanaan luka

akut, maka manajemen luka akut yang baik dapat

dilakukan dan hasil luka akan sesuai dengan

proses penyembuhan luka alamiah.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 93: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

90

BAB 6

MANAJEMEN LUKA KRONIS

Dalam penanganannya, luka kronis memer-

lukan tatalaksana yang kompleks. Penyebab luka

ditentukan sebaik mungkin dengan metode

diagnosis yang tepat, mulai dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Luka kronis dapat terbentuk dari luka akut yang

tidak mengalami proses penyembuhan luka yang

baik atau mengalami komplikasi, sehingga

terbentuk luka kronis.

Pada bab ini, akan dibahas tentang

manajemen luka kronis, mulai dari pemeriksaan

yang dilakukan, prinsip dasar tatalaksana luka

kronis, hingga pembahasan luka kronis pada tiap

kasus luka kronis yang tersering, yaitu luka

infeksi, ulkus diabetikum, dan luka akibat penyakit

arteri perifer, dan penanganan khusus terkait

dengan masing-masing kasus tersebut.

6.1 Prinsip Dasar Manajemen Luka Kronis

Manajemen luka kronis membutuhkan

langkah yang tepat supaya tidak memperburuk

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 94: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

91

kondisi luka yang sudah terbentuk. Proses

penyembuhan pada luka kronis juga mencakup

pemikiran kritis tentang penyebab luka dan

komorbid yang turut memperparah luka dan

memperpanjang masa penyembuhan, sehingga

luka akut bisa berubah menjadi luka kronis.

Berikut ini adalah prinsip dasar manajemen

luka kronis, bergantung pada kondisi luka.

1. Pengkajian luka yang berkelanjutan dan

tatalaksana komorbid.

Pengkajian luka penting dilakukan dengan

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang adekuat.

Anamnesis meliputi identitas pasien (usia, jenis

kelamin, dan pekerjaan), penyebab luka, dan

adanya riwayat penyakit dahulu (hipertensi,

diabetes melitus, penyakit jantung, autoimun,

dll.). Dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik

tentang luka (warna dasar luka, adanya

jaringan nekrotik, dimensi luka, dan kedalaman

luka), dan disfungsi yang terjadi akibat luka

tersebut. Pemberian tatalaksana komorbid juga

perlu dilakukan sehingga kondisi dasar pasien

tidak menghambat proses penyembuhan luka.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 95: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

92

2. Persiapan dasar luka (Wound Bed Preparation)

Persiapan dasar luka dilakukan dengan

prinsip TIME, antara lain

a. T: Tissue Management

Manajemen jaringan pada dasar luka

dilakukan dengan cara debridemen yang

merupakan kegiatan mengangkat jaringan

luka yang mati, terinfeksi, beserta dengan

benda asing dari dasar luka, sehingga dapat

ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi

yang baik.

b. I: Infection and Inflammation Control

Kontrol infeksi dan inflamasi dengan cara

mencegah luka dari kontaminasi dan

meredakan proses inflamasi. Infeksi adalah

pertumbuhan organisme pada jaringan yang

ditandai dengan adanya inflamasi oleh infiltrasi

jaringan lokal. Cara mencegah infeksi adalah

dengan irigasi luka selama 20-30 menit,

pemberian antiseptik pada luka sebelum balut

luka.

c. M: Moisture Balance Management

Kondisi lembab merupakan kondisi yang

optimal untuk re-epitelisasi dan migrasi sel

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 96: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

93

ocolloid atau wet dressing.

Jika tampak ada eksudat yang berlebihan,

maka diperlukan balut luka yang berbahan

adsorben, seperti balut luka berbahan dasar

foam, hydrofiber, dan lain-lain.

d. E: Epithelization Advancement Management

Pada luka kronis, skema penyembuhan luka

menggunakan konsep penyembuhan luka akut

sudah terlambat, sehingga perlu adanya

percepatan dari epitelisasi yang terjadi pada

luka. Hal ini dimaksudkan supaya luka dapat

segera menutup dan mengkonservasi

sebanyak mungkin jaringan sehat, sebelum

semua jaringan menjadi rusak karena luka

yang semakin melebar. Beberapa upaya yang

dapat dilakukan untuk epithelization

advancement management adalah dengan

balut luka (dressing) yang sesuai dengan

karakteristik luka, menutup luka, dan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

granulasi. Apabila didapatkan luka yang tidak

mengeluarkan eksudat, maka luka harus

dibuat lembab dengan memberikan hidrasi

pada luka, misalnya dengan penggunaan balut

luka berbahan hydr

Page 97: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

94

penjahitan tepi luka jika masih memung-

kinkan.

3. Pengkajian kebutuhan metode preparasi luka.

Metode preparasi luka adalah konsep yang

sangat penting. Untuk mengoptimalkan penyem-

buhan luka kronis, diperlukan pengkajian

kebutuhan metode preparasi luka bergantung

pada kondisi dan penyebab luka kronis.

4. Meningkatkan kualitas hidup

Aktivitas dan produktivitas seseorang yang

memiliki luka kronis cenderung terganggu. Kondisi

ini diperparah dengan keluhan dan gejala yang

timbul dari luka kronis tersebut, seperti nyeri,

mengeluarkan eksudat berbau, atau fungsi sendi

yang berkurang. Oleh karena itu, fokus

penatalaksanaan luka kronis juga pada

penanganan tanda dan gejala pasien. Dengan

manajemen tanda dan gejala yang tepat,

misalnya dengan pemberian anti nyeri untuk

mengatasi nyeri, balut luka untuk mengurangi bau

eksudat.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 98: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

95

5. Pemberian komunikasi, informasi, dan

edukasi (KIE) pada pasien.

Upaya kesembuhan luka tidak hanya dapat

dilakukan sepihak sebagai upaya dari dokter saja,

melainkan harus melibatkan peran serta dari

pasien. Pasien dapat diberi KIE untuk tidak

mengganti atau melepas balut luka sembarangan,

mengistirahatkan bagian luka, mengonsumsi

obat-obatan yang telah diresepkan, menjaga pola

hidup sehat, dan mengontrol komorbidnya. Hal ini

dipengaruhi kepercayaan dari pasien terhadap

dokternya. Dengan cara ini, maka langkah-

langkah tatalaksana luka akan lebih efektif.

6. Mendukung rehabilitasi pasien dalam

kegiatan sehari-hari.

Pasien yang menderita luka kronis bisa jadi

kehilangan pekerjaannya, bed-bound, dan

berkurang aktivitasnya. Dengan adanya

pemulihan luka, pasien dapat perlahan-lahan aktif

pada kegiatan sehari-hari yang dimiliki

sebelumnya. Peran dokter adalah mendukung

pasien dalam proses rehabilitasi ini dengan

memberikan juga batasan-batasan tertentu,

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 99: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

96

tergantung dari kondisi luka dan lokasi luka

pasien.

6.2 Manajemen Luka Kronis

Berdasarkan etiologi penyebabnya, secara

umum luka kronis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

luka infeksi, ulkus diabetikum, dan luka akibat

penyakit arteri perifer. Meskipun memiliki

manifestasi klinis yang mirip satu dengan yang

lain, masing-masing luka kronis membutuhkan

penatalaksanaan yang spesifik. Berikut ini

pembahasan manajemen luka kronis berdasarkan

etiologinya.

A. Luka Infeksi

Luka kronis infeksi terjadi akibat adanya

infeksi yang berkepanjangan pada jaringan luka.

Infeksi pada jaringan luka terjadi apabila

didapatkan pertumbuhan mikroorganisme dengan

jumlah yang signifikan, baik secara lokal atau

secara sistemik. Secara mikroskopis, luka kronis

disebut ‘terinfeksi’ apabila ditemukan setidaknya

satu juta mikroba per gram luka.

Tanda dan gejala luka infeksi antara lain

adanya eksudat yang purulen, bau, nyeri, eritema,

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 100: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

97

dan edema. Selain itu, tanda spesifik adanya luka

adalah dengan ditemukannya mikroba pada hasil

kultur darah atau kultur pus. Selain itu, dalam

keadaan yang parah, bisa ditemukan demam dan

tanda-tanda infeksi lainnya pada hasil

pemeriksaan darah lengkap.

Tahap-tahap luka kronis infeksi, antara lain

1. Kontaminasi

Luka disebut terkontaminasi apabila

didapatkan mikroorganisme di permukaan

luka. Mikroorganisme ini bisa terjadi karena

luka yang terbuka, tidak dilakukan

pencucian dan penutupan terhadap luka.

Selain itu, kontaminasi juga dapat

ditemukan dari migrasi flora normal yang

hidup di permukaan kulit ke dalam luka

seiring berjalannya waktu.

2. Kolonisasi

Apabila mikroorganisme tersebut telah

mengontaminasi permukaan luka, mikro-

organisme akan lebih mudah tumbuh dan

mengkolonisasi permukaan luka, karena

luka sangat kaya dengan nutrisi bagi

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 101: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

98

mikroorganisme yakni berupa jaringan

nekrotik. Pada tahap ini, mikroorganisme

semakin banyak tanpa menyebabkan

kerusakan pada jaringan luka.

3. Infeksi lokal

Tanda dan gejala yang muncul pada infeksi

lokal yang sering didapatkan adalah tanda-

tanda inflamasi. Pada fase ini kadang

ditemukan pula tanda sistemik seperti

demam. Pada fase ini, pemberian dressing

antimikroba dan antibiotik sesuai dengan

kultur pus atau kultur darah dan uji

sensitivitas antibiotic harus dilakukan.

Apabila tidak mendukung untuk dilakukan

uji laboratorium tersebut, dapat diberikan

antibiotik yang bersifat empiris.

4. Infeksi sistemik

Apabila jumlah mikroorganisme yang

terdapat di luka cukup banyak, maka

mikroorganisme tersebut dapat terbawa

oleh aliran darah untuk mencari tempat

infeksi baru. Akibatnya terjadi bakteremia,

yaitu keberadaan bakteri pada darah. Dalam

hal ini pemberian antibiotik empiris dan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 102: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

99

antibiotik topikal lebih diintensifkan lagi

untuk mencegah terjadinya sepsis.

Manajemen luka infeksi dilakukan dengan

beberapa tahapan, antara lain:

1. Eradikasi kuman penyebab

Eradikasi kuman penyebab dapat dilakukan

dengan pemberian antibiotik topikal apabila

fase infeksi masih dalam tingkat topikal, dan

pemberian antibiotik peroral atau intravena

apabila diperlukan pada kondisi sistemik.

Waktu pemberian antibiotik setidaknya

dalam 2 minggu. Apabila terdapat tanda

perburukan pada kondisi umum pasien atau

pada luka, maka perlu dipertimbangkan

pemberian antibiotik dengan golongan II

dan selanjutnya. Supaya penggunaan

antibiotik rasional dan efektif, alangkah

baiknya jika dilakukan kultur darah, kultur

pus, dan uji sensitivitas antibiotik.

2. Perawatan luka optimal

Perawatan luka optimal dapat dilakukan

melalui tahap-tahap berikut.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 103: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

100

● Mencuci tangan dengan air mengalir dan

sabun atau hand sanitizer dengan kadar

alkohol minimum 70% untuk

menghindarkan dari kontaminasi.

● Lakukan irigasi pada luka dengan

mengguyurkan NaCl 0,9% selama 20-30

menit terhadap luka.

● Lakukan tindakan rawat luka dengan

teknik aseptik. Apabila perlu, lakukan

autolytic debridement pada jaringan

nekrotik.

● Tutup luka dengan dressing yang tepat

untuk membuat suasana luka menjadi

lembab. Pada kasus luka kronis dengan

infeksi, biasanya didapatkan eksudat

yang berlebihan, sehingga perlu

dilakukan kontrol eksudat dengan

dressing yang tepat.

B. Ulkus Diabetikum

Ulkus diabetikum adalah terbentuknya luka

pada ekstremitas (biasanya di bagian kaki dan

tungkai) akibat adanya komorbiditas diabetes

mellitus. Saat ini, ulkus diabetikum diderita

setidaknya 123 juta orang di dunia dan ebih dari

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 104: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

101

70% menyebabkan amputasi yang sebenarnya

dapat dicegah.

Trias ulkus diabetikum atau gangrene

adalah adanya neuropati, iskemia, dan infeksi

yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

menyebabkan morbiditas serta kemungkinan

amputasi. Ulkus diabetikum menjadi beban bagi

sektor kesehatan karena periode hospitalisasi

yang lama, mahalnya biaya perawatan, dan

semua berakhir pada amputasi.

Berdasarkan Wagner-Meggit, klasifikasi

ulkus diabetikum antara lain

● Derajat 0 ditandai dengan kulit tanpa

ulserasi dengan satu atau lebih faktor risiko

berupa neuropati sensorik perifer. Biasanya

dikeluhkan dengan kebas, kesemutan, rasa

tebal pada kedua kaki. Faktor resiko lain

yakni riwayat penyakit arteri perifer,

riwayat diabetes tidak terkontrol, dan

kondisi kulit yang kering dan terbentuk

kalus.

● Derajat 1 ditandai dengan derajat 0 disertai

dengan adanya lesi superfisial yang terjadi

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 105: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

102

pada kulit. Karakteristik lesinya antara lain

bersih atau sekret purulen yang terbatas

hanya pada kulit.

● Derajat 2 ditandai dengan adanya tanda

pada derajat 1 ditambah dengan lesi kulit

yang berbentuk ulkus. Apabila dilakukan

inspeksi lebih dalam, didapatkan ulkus

dengan dasar tendon, tulang, atau sendi.

● Derajat 3 ditandai dengan derajat 2

ditambah dengan adanya proses perada-

ngan atau osteomielitis. Peradangan yang

terjadi merupakan akibat dari infeksi dari

bakteri yang menyerang jaringan sekitar

hingga mencapai tulang dan menyebabkan

peradangan.

● Derajat 4 ditandai dengan adanya gangren

pada satu jari atau lebih atau pada sebagian

ujung kaki. Gangren ditandai dengan

adanya perubahan warna menjadi jaringan

nekrotik yang menghitam karena

insufisiensi perfusi arteri.

● Derajat 5 ditandai dengan adanya lesi/ulkus

dengan gangren-gangren di seluruh kaki

atau sebagian tungkai bawah.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 106: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

Gambar 6.1 Klasifikasi Wagner-Meggit

Manajemen ulkus diabetikum dilakukan

secara komprehensif melalui upaya mengatasi

komorbiditas pasien, menghilangkan/mengu-

rangi tekanan beban (offloading), menjaga luka

agar selalu lembab, penanganan infeksi,

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia 103

Page 107: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

104

debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah

elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi.

Beberapa langkah manajemen ulkus diabetikum,

antara lain

1. Debridemen

Debridemen adalah upaya pembersihkan benda

asing dan jaringan nekrotik pada luka.

Penyembuhan luka menjadi terhambat apabila

masih didapatkan jaringan nekrotik, debris,

atau kalus yang memungkinkan kuman

berkembang. Setelah dilakukan, debridemen

luka harus diirigasi dengan larutan NaCl 0,9%

dan dilakukan dressing. Ada beberapa pilihan

dalam tindakan debridemen, yaitu debridemen

mekanik, enzimatik, autolitik, biologik, dan

debridement bedah.

Tujuan debridemen bedah adalah untuk.

a. Mengevakuasi bakteri kontaminasi

b. Mengangkat jaringan nekrotik sehingga

dapat mempercepat penyembuhan

c. Menghilangkan jaringan kalus

d. Mengurangi risiko infeksi local

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 108: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

105

2. Mengurangi Beban Tekanan (offloading)

Pada penderita diabetes melitus yang

mengalami neuropati perifer, telapak kaki

mudah mengalami luka dan menjadi sulit

sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun

iritasi kronis sepatu yang digunakan. Salah satu

hal yang sangat penting adalah mengurangi

atau menghilangkan beban pada kaki

(offloading). Metode offloading yang sering

digunakan adalah mengurangi kecepatan saat

berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda,

alas kaki, removable cast walker, total contact

cast, walker, sepatu boot ambulatoir.

3. Perawatan Luka

Perawatan luka modern menekankan metode

proses penyembuhan luka dalam keadaan

lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh

apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar

luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket

dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi,

dan permeabel terhadap gas. Tindakan

dressing merupakan salah satu komponen

penting dalam mempercepat penyembuhan

lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 109: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

106

menciptakan suasana dalam keadaan lembab

sehingga dapat meminimalisasi trauma dan

risiko operasi. Ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan dalam memilih dressing yang

akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau

tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi

kulit sekitar dan biaya. Beberapa jenis dressing

yang sering dipakai dalam perawatan luka,

seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium

alginate, foam, dressing anti mikroba, dan

sebagainya.

4. Pengendalian Infeksi

Pengendalian infeksi dilakukan dengan

pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik yang

ideal berdasarkan pada hasil kultur kuman.

Namun sebelum hasil kultur dan sensitivitas

kuman tersedia, antibiotik harus segera

diberikan secara empiris pada ulkus diabetikum

yang terinfeksi. Pada ulkus diabetikum ringan

atau sedang, antibiotik yang diberikan adalah

untuk menangani bakteri Gram positif. Pada

ulkus terinfeksi yang berat (limb or life

threatening infection) kuman lebih bersifat

polimikrobial yakni mencakup bakteri Gram

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 110: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

107

positif berbentuk kokus, Gram negatif

berbentuk batang, dan bakteri anaerob.

Berikut ini adalah tabel pemilihan antibiotik

yang tepat sebagai terapi pada luka.

Gambar 6.2 Terapi antibiotik dan dosisnya

berdasarkan kondisi dan penyebab luka

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 111: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

108

5. Revaskularisasi

Revaskularisasi dilakukan dengan cara Angio-

plasti Transluminal Perkutaneus (ATP) dan

aterektomi. Bila oklusi terjadi di arteri femoralis

satu sisi dengan panjang atherosklerosis < 15

cm tanpa melibatkan arteri poplitea, maka

tindakan yang dipilih adalah ATP. Namun, lesi

oklusi yang bersifat multipel dan mengenai

arteri poplitea/arteri tibialis posterior, maka

tindakan yang direkomendasikan adalah bedah

vaskular (bypass surgery).

6. Tindakan Bedah

Jenis tindakan bedah pada ulkus diabetikum

tergantung dari berat ringannya ulkus.

Tindakan bedah dapat berupa insisi dan

drainage, debridemen, amputasi, bedah

revaskularisasi, bedah plastik atau bedah

profilaktik. Intervensi bedah pada ulkus

diabetikum dapat digolongkan menjadi empat

kelas I (elektif), kelas II (profilaktif), kelas III

(kuratif) dan kelas IV (gawat darurat).

7. Pengendalian faktor risiko

Adanya ulkus diabetikum disebabkan oleh

faktor risiko utama pasien yaitu adanya

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 112: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

109

komorbid diabetes mellitus. Penting untuk

mengobati diabetes mellitus dengan OAD atau

insulin. Pasien juga diberi edukasi untuk

menjaga pola hidup sehat, menu diet sehat,

menjaga berat badan, dan berolahraga teratur.

Faktor risiko lainnya seperti hipertensi, penyakit

jantung, penyakit arteri perifer, dan merokok

juga harus dikontrol sejak dini.

C. Luka Akibat Penyakit Arteri Perifer

Penyakit arteri perifer adalah terjadinya

kerusakan pada arteri di bagian perifer, biasanya

di bagian tangan maupun kaki. Penyakit ini

seringkali disebabkan oleh adanya emboli atau

trombus dari atherosklerosis yang menyumbat

arteri di perifer. Oklusi pada pembuluh darah ini

dapat menyebabkan terjadinya Acute Limb

Ischemia (ALI) dan Critical Limb Ischemia (CLI).

Critical Limb Ischemia (CLI) terjadi karena

adanya luka iskemik kronis yang terjadi selama

lebih dari 2 minggu. Gejala yang muncul antara

timbulnya gangrene dan beberapa diantaranya

disertai nyeri kronis. Hal ini dapat terjadi karena

penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah

pada bagian perifer menyebabkan gangguan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 113: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

110

difusi nutrisi dan oksigen ke bagian perifer,

akibatnya terjadilah iskemia pada jaringan.

Iskemia dalam waktu yang lama jika tidak segera

diatasi menyebabkan terjadinya nekrosis pada

jaringan, yang menyebabkan terbentuknya luka di

bagian perifer.

Diagnosis dari penyakit arteri perifer dapat

ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan

fisik yang adekuat. Dari anamnesis, ditemukan

ada riwayat kaki yang pucat, kesemutan hingga

mati rasa, kebas, dan nyeri apabila digerakkan

dan terjadi secara tiba-tiba. Gejala tersebut tidak

membaik hingga terjadi jaringan yang

menghitam, berbau, dan dalam waktu yang lebih

lama dapat mengeluarkan eksudat. Perlu

dilakukan juga anamnesis faktor risiko terjadinya

penyakit arteri perifer, antara lain merokok,

diabetes mellitus, obesitas, hipertensi tidak

terkontrol, riwayat keluarga dengan penyakit

arteri perifer, dan usia lebih dari 50 tahun.

Pemeriksaan fisik berkaitan dengan

diagnosis penyakit ini adalah dengan melakukan

pemeriksaan Ankle-Brachial Index (ABI), yaitu

dengan membandingkan tekanan darah pada

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 114: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

111

tangan kanan dan kaki kanan, dan sebaliknya.

Interpretasi dari hasil ABI dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Gambar 6.3 : Interpretasi ABI

Pada pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan

perabaan arteri dimulai dari arteri yang terletak di

paling distal hingga ke paling proksimal. Misalnya,

pada tungkai, dilakukan palpasi mulai dari arteri

dorsalis pedis (palpasi di punggung kaki), arteri

tibialis posterior (di atas maleolus medialis), arteri

poplitea (di bagian lipatan bawah lutut), dan arteri

femoralis (di pangkal paha sebelah medial).

Bandingkan antara arteri di kanan dan kiri, apakah

sama kuat atau ada salah satu yang lebih lemah

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 115: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

112

dan bahkan menghilang. Selain itu, dengan

bantuan alat pulse oximetry, dapat diukur saturasi

oksigen pada jari-jari kaki, yang menggambarkan

kondisi oksigenasi ke perifer.

Pada pemeriksaan penunjang, dapat

dilakukan pemeriksaan USG Doppler untuk

melihat arteri yang tersumbat di bagian tungkai,

CT angiografi untuk melihat gambaran pembuluh

darah secara lebih jelas dengan menyuntikkan

kontras, dan pemeriksaan laboratorium terhadap

faktor risiko.

Tatalaksana yang dapat dilakukan pada

penyakit arteri perifer antara lain

● Farmakologi.

Obat-obatan yang dapat diberikan pada pasien

dengan penyakit arteri perifer adalah analgesik

untuk mengurangi nyeri, antiplatelet untuk

memecah sumbatan (Clopidogrel, Dipyrida-

mole, atau Cilostazol), dan vasodilator untuk

mengurangi efek sumbatan pada arteri.

● Perawatan Luka

Perawatan luka yang dapat dilakukan

berdasarkan konsep manajemen luka kronis

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 116: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

113

yang telah dipaparkan sebelumnya. Dapat

dilakukan pula debridement untuk mengangkat

jaringan nekrotik supaya tidak menghalangi

penyembuhan luka arteri.

● Pembedahan

Pembedahan dengan teknik bypass dan

angioplasti dapat dilakukan dengan indikasi

apabila didapatkan luka arteri, nilai ABI < 0,5,

atau tidak merespon terhadap obat-obatan

farmakologi.

● Edukasi

Edukasi yang adekuat, terutama untuk

mengeliminasi faktor risiko sangat penting bagi

pasien dengan penyakit arteri perifer. Apabila

faktor risiko tidak dihentikan, maka terdapat

kemungkinan untuk rekurensi. Menjaga pola

hidup yang sehat, mengurangi faktor risiko, dan

pengobatan yang rutin dapat membuat kualitas

hidup pasien menjadi meningkat.

● Amputasi

Apabila telah didapatkan tanda-tanda dead

limb, artinya apabila tungkai tidak dapat

diselamatkan lagi, maka dapat segera dilakukan

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 117: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

114

amputasi, sebelum jaringan nekrotik juga

merusak jaringan sehat di sekitarnya.

Keputusan amputasi harus melibatkan pasien

dan keluarga pasien, dengan bimbingan

konseling yang adekuat, supaya pasien tetap

percaya diri dan semaksimal mungkin tetap

dapat menjalankan aktivitas sehari-harinya

dengan baik.

6.3 Studi Kasus Perawatan Luka pada Kaki

Diabetes16

Sebuah studi kasus tentang kesuksesan

perawatan luka pada kaki diabetes dilaporkan di

The Chinese People’s Liberation Army General

Hospital, Beijing, China tahun 2019. Seorang

pasien perempuan berusia 71 tahun dengan

riwayat diabetes selama 18 tahun tidak terkontrol,

riwayat pengobatan terakhir dengan insulin,

komplikasi uremia dengan hemodialisis dua

sampai tiga kali per minggu, datang dengan kaki

diabetes stadium 4 selama kurang lebih tiga bulan

ini, dengan infeksi Pseudomonas aeruginosa.

Pada pemeriksaan fisik pasien ini,

didapatkan rupture, kemerahan, pembengkakan,

eksudat, dan penggelapan area kaki disertai luka

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 118: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

115

yang terinfeksi. Luka sampai pada tulang

melibatkan jari ke-1, 2, dan 3, meluas hinggake

area plantar, dengan luas 9 x 5 cm di kaki sebelah

kiri. Berikut ini adalah foto klinis pasien.

Gambar 6.4 Foto klinis pasien dengan kaki

diabetes stadium IV.

Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan

gula darah puasa pasien 14,5 mmol/L (sekitar 261

mg/dL) dan gula darah 2 jam postprandial 15,8

mmol/L (sekitar 284 mg/dL). Hasil laboratorium

lainnya menunjukkan pasien hipoalbuminemia,

hyponatremia, hipokalemia, dan hipokloremia.

Terapi yang diberikan kepada pasien adalah

semiclosure wound therapy (terapi luka semi-

tertutup) dengan Comfeel silver ion hydrocolloid

yarn di bagian dalam untuk mencegah terjadinya

infeksi dan Biatain foam dressing di bagian luar

sebagai absorben. Pasien dilakukan debridement

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 119: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

116

setiap 2-3 hari sekali selama 5-7 hari dan

diberikan negative pressure wound therapy

(NPWT). Pasien juga diberikan injeksi Sulperazon

3 gram per hari sebagai terapi antibiotik. Berikut

ini foto klinis perawatan kaki pasien dengan terapi

luka semi-tertutup.

Gambar 6.5 Foto klinis pasien perawatan pasien

dengan dressing semi-tertutup.

Kondisi klinis kaki pasien membaik setelah

pemberian terapi farmakologis dipadukan dengan

penutupan luka dengan dressing. Dengan

perawatan luka yang adekuat, tidak perlu

dilakukan amputasi dengan daerah yang luas

yang semula direncanakan. Hanya dilakukan

operasi untuk membuang jari pertama dan kedua

karena nekrotik yang tidak bisa diselamatkan.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 120: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

117

Pada akhirnya, manajemen terhadap luka

kronis memang harus melibatkan pasien juga

dalam penyembuhannya, karena seringkali

berkaitan dengan kebiasaan pasien dan komor-

biditas. Adanya pengabaian (negligence) dari

pasien juga merupakan salah satu faktor

terbentuknya luka kronis. Sehingga, diperlukan

adanya motivasi yang kuat dan KIE yang adekuat

untuk pasien supaya dapat memberikan

manajemen luka kronis yang paripurna.

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 121: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

118

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Penerjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier.

2. Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

3. Perdanakusuma, D. S. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka, Plastic Surgery Departement, Airlangga University School of Medicine Dr. Soetomo General Hospital. Surabaya: Universitas Airlangga.

4. Wijaya, I., 2018. Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multidisiplin. Edisi 1. Yogyakarta:

Andi.

5. Cooper P, Russell F, Stringfellow S. A Review of Different Wound Types and Their Principles of Management in : Applied Wound Management Supplement, Wounds. 2004: 22 – 30.

6. Eagle M. Wound Assessment: The Patient and The Wound, Wound Essentials 2009;1(4): 14-

24.

7. Onyekwelu I, Yakkanti R, Protzer L, Pinkston CM, Tucker C, Seligson D. Surgical Wound Classification and Surgical Site Infections in the

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 122: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

119

Orthopaedic Patient. J Am Acad Orthop Surg Glob Res Rev. 2017;1(3):e022.

8. Broussard K, Powers J. Wound Dressings: Selecting the Most Appropriate Type. American Journal of Clinical Dermatology. 2013;14(6):449-459.

9. Vowden K, Vowden P. Wound dressings: principles and practice. Surgery (Oxford). 2017;35(9):489-494.

10. Wang P, Huang B, Horng H, Yeh C, Chen Y. Wound healing. Journal of the Chinese Medical Association. 2018;81(2):94-101.

11. Wilkins R, Unverdorben M. Wound Cleaning and Wound Healing. Advances in Skin &

Wound Care. 2013;26(4):160-163.

12. Janis J, Harrison B. Wound Healing. Plastic and Reconstructive Surgery. 2016;138:9S-17S.

13. Sorg H, Tilkorn D, Hager S, Hauser J, Mirastschijski U. Skin Wound Healing: An Update on the Current Knowledge and Concepts. European Surgical Research.

2016;58(1-2):81-94.

14. Oryan A, Alemzadeh E, Moshiri A. Burn wound healing: present concepts, treatment strategies and future directions. J Wound

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 123: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

120

Care. 2017 Jan 2;26(1):5-19. doi: 10.12968/jowc.2017.26.1.5. PMID: 28103165.

15. International Diabetes Federation (IDF). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation (IDF). 2013.

16. Yan Y, Li W, Song Y, et al. Semiclosure wound therapy plus negative pressure wound therapy for an older patient with grade 4 diabetic foot with concomitant vascular occlusion: A case report. Medicine (Baltimore). 2019;98(44):e17786. doi:10.1097/MD.0000000000017786

Prinsip Modern Dressing Perawatan Luka Untuk Dokter Umum

" Dokter Post " Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

Page 124: Prinsip Modern Dressing Rawat Luka Halaman

Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia