BAB III PENGKAJIAN PENGARUH RANCANGAN RTR · PDF fileBekasi. Kementerian LH 2011 . KLHS...

47
KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta Bab 3 - 1 BAB III PENGKAJIAN PENGARUH RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN 3.1. IDENTIFIKASI ISU LINGKUNGAN STRATEGIS SAAT INI Berdasarkan hasil kajian terhadap rona awal DKI Jakarta sebagaimana diuraikan dalam Bab sebelumnya, permasalahan lingkungan yang saat ini berlangsung di daratan, pesisir, dan laut wilayah DKI Jakarta adalah : 1. Penurunan muka tanah (land subsidence) 2. Kejadian rob yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut 3. Banjir dan genangan 4. Kerawanan air bersih dan keterbatasan sistem penyediaan air bersih 5. Sedimentasi 6. Pencemaran badan sungai 7. Pencemaran perairan laut oleh limbah domestik dan industri dari wilayah daratan 8. Keterbatasan penanganan sampah dan sanitasi, termasuk air limbah 9. Intesitas pemanfaatan ruang di wilayah daratan, pesisir, dan laut yang intensif 10. Pemanfaatan sumber daya air tanah secara berlebih. Selain dari kajian yang dilakukan dalam kegiatan ini, dilakukan juga review terhadap hasil-hasil studi yang berkaitan dengan rencana pengembangan di wilayah pesisir dan Teluk Jakarta. Dokumen hasil kajian yang direview tertera pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Hasil Studi dan Kajian Sebelumnya No. STUDI LINGKUP WILAYAH KAJIAN PEMRAKARSA/ PENYUSUN TAHUN 1. KLHS Pantura Teluk Jakarta Kawasan Pantai Utara Jakarta : Kawasan ini mencakup Kecamatan Penjaringan, Pademangan, tanjung Priok, Koja dan Cilincing. Terbagi atas dua wilayah pengembangan yaitu Kawasan reklamasi seluas 2.700 Ha dan Kawasan Revitalisasi dengan luas 2.500 Ha. BPLHD DKI Jakarta 2009 2. KLHS Teluk Jakarta Kawasan Teluk Jakarta merupakan bagian dari Kawasan Jabodetabekpunjur di wilayah Pesisir yang terdiri dari Kawasan Pantura Tangerang, Jakarta dan Bekasi. Kementerian LH 2011

Transcript of BAB III PENGKAJIAN PENGARUH RANCANGAN RTR · PDF fileBekasi. Kementerian LH 2011 . KLHS...

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 1

BAB III

PENGKAJIAN PENGARUH RANCANGAN RTR KAWASAN

STRATEGIS PANTURA JAKARTA TERHADAP KONDISI

LINGKUNGAN

3.1. IDENTIFIKASI ISU LINGKUNGAN STRATEGIS SAAT INI

Berdasarkan hasil kajian terhadap rona awal DKI Jakarta sebagaimana diuraikan

dalam Bab sebelumnya, permasalahan lingkungan yang saat ini berlangsung di

daratan, pesisir, dan laut wilayah DKI Jakarta adalah :

1. Penurunan muka tanah (land subsidence)

2. Kejadian rob yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut

3. Banjir dan genangan

4. Kerawanan air bersih dan keterbatasan sistem penyediaan air bersih

5. Sedimentasi

6. Pencemaran badan sungai

7. Pencemaran perairan laut oleh limbah domestik dan industri dari wilayah

daratan

8. Keterbatasan penanganan sampah dan sanitasi, termasuk air limbah

9. Intesitas pemanfaatan ruang di wilayah daratan, pesisir, dan laut yang intensif

10. Pemanfaatan sumber daya air tanah secara berlebih.

Selain dari kajian yang dilakukan dalam kegiatan ini, dilakukan juga review

terhadap hasil-hasil studi yang berkaitan dengan rencana pengembangan di wilayah

pesisir dan Teluk Jakarta. Dokumen hasil kajian yang direview tertera pada Tabel

3.1.

Tabel 3.1. Hasil Studi dan Kajian Sebelumnya

No. STUDI LINGKUP WILAYAH KAJIAN PEMRAKARSA/

PENYUSUN

TAHUN

1. KLHS Pantura Teluk

Jakarta

Kawasan Pantai Utara Jakarta :

Kawasan ini mencakup Kecamatan Penjaringan, Pademangan, tanjung

Priok, Koja dan Cilincing. Terbagi atas dua wilayah pengembangan

yaitu Kawasan reklamasi seluas

2.700 Ha dan Kawasan Revitalisasi dengan luas 2.500 Ha.

BPLHD DKI

Jakarta

2009

2. KLHS Teluk Jakarta Kawasan Teluk Jakarta merupakan

bagian dari Kawasan Jabodetabekpunjur di wilayah

Pesisir yang terdiri dari Kawasan

Pantura Tangerang, Jakarta dan Bekasi.

Kementerian LH 2011

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 2

No. STUDI LINGKUP WILAYAH KAJIAN PEMRAKARSA/ PENYUSUN

TAHUN

3. Scoping Report for

SEA of NCICD

Master Plan NCICD (JGSW) Danida 2014

4. KLHS NCICD Master Plan NCICD Kemenko

Perekonomian

2015

5. Komite Bersama Kawasan Pantai Utara Jakarta Kemenko

Kemaritiman

2016

Sumber : Hasil Kompilasi, 2016

Studi-studi tersebut telah menghasilkan identifikasi permasalahan yang terjadi di

wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Secara umum, hasil kajian menunjukkan hasil

identifikasi permasalahan lingkungan yang berkesesuaian. Hasil review dan

persandingannya terhadap hasil identifikasi permasalahan lingkungan tertera pada

Tabel berikut ini.

Tabel 3.2. Review Isu Strategis Berdasarkan Kajian dan Studi

Yang Telah Dilakukan

No. Isu Strategis Lingkungan DKI

Jakarta dan Teluk Jakarta

Kajian Hasil Identifikasi

Masalah 1 2 3 4 5

1. Sedimentasi di muara sungai dan perairan laut

√ √ √ √ √ √

2. Banjir dan genangan √ √ √ √ √ √

3. Penurunan muka tanah √ √ √ √ √ √

4. Kenaikan muka air laut dan rob √ √ √ √ √ √

5. Instrusi air laut √

6. Penumpukan sampah di sekitar muara

sungai dan pencemaran perairan oleh limbah domestik dan industri

√ √ √ √ √

7. Keberadaan slum dan squatter area √ √ √

8. Terjadinya penurunan daya dukung lingkungan:

- Abrasi dan kerusakan pantai

- Degradasi ekosistem mangrove

√ √

9. Kerawanan air bersih dan

pengambilan air tanah

√ √ √ √ √

10. Keterbatasan penanganan sampah √ √

11. Intensitas pemanfaatan ruang laut tinggi

√ √ √ √

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 3

No. Isu Strategis Lingkungan DKI

Jakarta dan Teluk Jakarta

Kajian Hasil Identifikasi

Masalah 1 2 3 4 5

12. Inefisiensi pemanfaatan lahan √ √

13 Pola penataan ruang yang kurang

mempertimbangkan keseimbangan

dan keselarasan sosial dan ekonomi

14 Kemiskinan dan hilangnya

kesempatan berusaha mengancam

strata ekonomi lemah

√ √

Keterangan:

1. Dokumen KLHS Pantura Teluk Jakarta

2. Dokumen KLHS Teluk Jakarta

3. Scoping Report for SEA of NCICD

4. KLHS NCICD

5. Komite Bersama

Sumber : Hasil Kompilasi, 2016

Dari tabel di atas disimpulkan bahwa hasil identifikasi permasalahan DKI Jakarta

secara umum memiliki kesamaan. Bahkan sejak tahun 2009 saat dokumen KLHS

Pantura Teluk Jakarta disusun, permasalahan banjir, penurunan air tanah,

sedimentasi dan pencemaran air laut serta keberadaan slum area telah mampu

diidentifikasi. Sedang hasil kajian pada tahun-tahun berikutnya menunjukkan

bahwa permasalahan tersebut masih menjadi isu lingkungan penting, meskipun

terdapat masalah-masalah lanjutan atau turunan yang kemudian terjadi. Hal ini

menunjukkan bahwa penanganan yang dilakukan untuk mengurani permasalah

lingkungan tersebut belum sepenuhnya berhasil.

Untuk memfokuskan permasalahan lingkungan menjadi isu strategis serta

mengidentifikasi keterkaitannya dengan isu-isu yang lain, maka dilakukan analisis

terhadap hubungan sebab akibat sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.1. berikut.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 4

Gambar 3.1. Model Keterkaitan Isu Strategis Pengembangan Kawasan Strategis Pantura Jakarta

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 5

Berdasarkan Gambar 3.1. dapat terlihat sumber, konsekuensi, isu lingkungan

strategis, dan dampak yang ditimbulkan. Sumber permasalahan yang menjadi

pressure pada lingkungan di wilayah DKI Jakarta adalah :

1. Secara administrasi dan alamiah DKI Jakarta memiliki keterbatasan sumber daya

lahan dan air.

2. Intensitas peningkatan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang tinggi.

3. Bangkitan penduduk yang tinggi.

4. Kerusakan wilayah hulu dan DAS secara menyeluruh akibat pemanfaatan ruang

yang kurang memperhatikan kesimbangan lingkungan.

5. Keterbatasan pengelolaan sampah dan air limbah.

6. Keterbatasan pasokan dan penyediaan air bersih.

7. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang mempengaruhi perilaku masih

rendah.

Isu lingkungan yang bersifat strategis sebagai akibat permasalahan lingkungan

secara kumulatif adalah :

1. Penurunan muka tanah.

2. Banjir dan genangan baik dari hulu maupun rob.

3. Pencemaran sungai, muara dan perairan laut.

4. Kerawanan air bersih.

Pada Gambar 3.3. dapat dilihat persebaran prasarana dan sarana utama di wilayah

DKI Jakarta bagian Utara yang terpapar dampak lingkungan, yaitu :

1. Bangunan, aset, dan prasarana sarana perkotaan.

2. Masyarakat di wilayah Pantura Jakarta, terutama masyarakat berpenghasilan

rendah dan nelayan.

3. Wilayah dan kawasan alami pesisir.

Gambar 3.2 menunjukkan lokasi indikatif permasalahan lingkungan yang

disandingkan dengan kawasan yang potensial terdampak, terutama di wilayah kajian

DKI Jakarta bagian Utara.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 6

Gambar 3.2. Peta Isu Lingkungan Lingkup Di Kawasan Pantura Jakarta

Gambar 3.3. Peta Infrastruktur Yang Potensial Terdampak Rencana

Pengembangan Kawasan Strategis Pantura Jakarta

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 7

Gambar 3.2 dan 3.3 menunjukkan pentingnya penanganan isu strategis lingkungan

oleh karena infrastruktur dan prasarana penting berskala Nasional dan regional

berlokasi di wilayah ini. Sebagian besar infrastruktur yang ada seperti pelabuhan

maupun jalur pelayarannya, pembangkit listrik dan jaringan kabel dan gas bawah

laut membutuhkan ruang perairan dengan kondisi tertentu. Selain itu, pada beberapa

lokasi permukiman kumuh dan permukiman nelayan yang rentan terhadap bencana

berada pada kawasan yang memiliki eermasalahan lingkungan, seperti penurunan

muka, bencana banjir, dan rob. Pencemaran perairan pesisir dan laut mengganggu

ekosistem dan kehidupan vegetasi mangrove dan habitat hewan lainnya.

Identifikasi kerawanan terhadap air bersih di kawasan Pantura Jakarta juga

mengindikasikan jangkauan pelayanan yang terbatas serta kondisi air tanah yang

tidak layak dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Berdasarkan hasil kajian Daya

Dukung Daya Tampung DKI Jakarta tahun 2015 (BPLHD Provinsi DKI Jakarta), air

bersih perpipaan digunakan hanya oleh 21,15% warga Jakarta Utara, sedang air

tanah sebagian besar digunakan untuk kebutuhan non-domestik. Data SLHD Provinsi

DKI Jakarta Tahun 2014 menunjukkan bahwa masih terdapat 283 pelanggan sumur

bor dengan volume 504.021 m3 dan 145 pelanggan sumur pantek dengan 58.956 m3

pada tahun 2013.

Selain permasalahan di atas, kondisi perairan Teluk Jakarta terindikasi rawan

terhadap penurunan dasar laut. Hasil kajian yang dilakukan oleh Dinas

Pertambangan dan Energi Provinsi DKI Jakarta menunjukkan adanya indikasi blank

zone di Teluk Jakarta sebagaimana tertera pada Gambar 3.4. Namun, data tersebut

perlu dilengkapi dengan data empirik hasil penyelidikan tanah melalui pemboran

(coring) guna verifikasi secara rinci struktur lapisan dasar laut di perairan Teluk

Jakarta.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 8

Gambar 3.4. Peta Blank Zone di Perairan Teluk Jakarta

Dalam pelingkupan isu strategis lingkungan hidup, isu blank zone tidak tercakup di

dalamnya, oleh karena kondisi tersebut berstatus potensial menimbulkan

permasalahan, dimana kegiatan yang berlangsung saat ini adalah kegiatan pelayaran

dan perikanan. Walaupun demikian, dalam kegiatan pelayaran, pada beberapa lokasi

dilarang untuk membuang jangkar yang kemungkinan merupakan lokasi yang sama

dengan blank zone tersebut.

Selain survei seismik yang mengindikasikan adanya blank zone, di rencana lokasi

reklamasi di Teluk Jakarta juga telah dilakukan penyelidikan tanah

(pemboran/coring) secara intensif guna memperoleh infrmasi tentang kondisi lapisan

bawah laut Teluk Jakarta. Uji kondisi tanah tersebut dilakukan pada lokasi rencana

reklamasi yang sebagian sama posisinya dengan indikasi adanya blank zone. Melalui

pengujian empirik tersebut dapat dilakukan verifikasi secara rinci kondisi lapisan

tanah, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut sebagai contoh. Penyelidikan

tanah tersebut dilakukan pada lokasi atau titik yang jumlahnya relatif banyak, oleh

karena menjadi bagian dari keperluan desain enjiniring reklamasi dan kerekayasaan

lainnya.

Gambar berikut menunjukkan potongan melintang 1’ – 1’ lapisan bawah laut di

sekitar rencana Pulau C di Kawasan Pantura Jakarta.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 9

Gambar 3.5. Hasil Sampel Coring Lapisan Tanah di Kawasan Teluk Jakarta

Hasil penyelidikan tanah tersebut yang bersifat empirik dan rinci tidak selalu sesuai

dengan indikasi blank zone sebagaimana hasil rekaman seismik yang dilakukan.

Misalnya pada potongan melintang 1’ – 1’ menujukkan bahwa pada lapisan teratas

terdapat tanah lunak hingga kedalaman 10 - 15 m berupa silty clay dan pada lapisan

tanah yang lebih dalam terdapat lapisan tanah yang lebih keras, seperti tuffaceous

sand.

Dalam pelaksanaan reklamasi kondisi tanah lunak tersebut dipertimbangkan untuk

merancang rekayasa teknis guna menghindarkan amblesan.

3.2. ANALISIS PENGARUH MUATAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS

PANTURA JAKARTA YANG BERPOTENSI MEMBERIKAN PENGARUH

TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Analisis pengaruh muatan rancangan RTR Kawaasan Strategis Pantura Jakarta

terhadap isu strategis lingkungan hidup dilakukan melalui :

1. Perkiraan pengaruh muatan rancangan RTR Kawaasan Strategis Pantura Jakarta

berdasarkan studi pustaka maupun perhitungan sederhana menggunakan

metode yang tersedia.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 10

2. Melakukan perkiraan pengaruh muatan rancangan RTR Kawaasan Strategis

Pantura Jakarta dengan mengkaji hubungan keterkaitan antara materi muatan

rancangan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta dengan isu strategis

pembangunan berkelanjutan yang telah teridentifikasi sebelumnya.

Kajian pengaruh yang dilakukan mengacu pada UU No. 32 Tahun 2009 maupun PP

No. 46 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa paling tidak memuat kajian yang

berkaitan dengan :

a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan;

b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;

d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan

f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Agar kajian pengaruh terhadap muatan rancangan RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan mendalam, maka analisis

dilakukan dengan mengelompokkan masalah sesuai dengan rencana kegiatan yang

akan dilakukan, yaitu :

1. Rencana pembentukan dan pembangunan pulau melalui kegiatan reklamasi.

2. Rencana pengembangan dan pembangunan kawasan perkotaan baru di lahan

pulau-pulau reklamasi.

Rancangan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta secara garis besar merupakan

rencana pengembangan 17 (tujuh belas) pulau di pesisir dan perairan laut DKI

Jakarta. Sebagaimana tertuang dalam rancangan RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta, pengertian mengenai Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta adalah

kawasan pengembangan lahan baru melalui pembentukan pulau-pulau hasil kegiatan

reklamasi pada perairan laut Teluk Jakarta dalam rangka meningkatkan manfaat

sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi, serta

revitalisasi daratan pantai lama.

Dalam masing-masing bahasan akan dikaji ke enam aspek yang menjadi muatan

kajian pengaruh sesuai ketentuan, meskipun secara eksplisit tidak disampaikan

dalam masing-masing sub-bab.

3.2.1. Pembentukan Pulau-Pulau Hasil Kegiatan Reklamasi

Sesuai dengan pengertian dalam Perpres No. 54 Tahun 2008, reklamasi adalah

penimbunan dan pengeringan wilayah perairan. Sementara dalam Pasal 1 rancangan

Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, reklamasi diartikan sebagai kegiatan

yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dalam rangka meningkatkan

manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi

dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

Pada dasarnya, hal tersebut mengandung arti bahwa tujuan utama reklamasi adalah

penambahan lahan baru untuk kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi. Oleh sebab

itu, dampak positif rencana reklamasi yang utama adalah ketersediaan lahan atau

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 11

ruang untuk menampung perkembangan kegiatan di suatu wilayah dengan atau

tanpa mengubah luas wilayah secara administratif. Hal tersebut sesuai dengan Pasal

1 angka 23 rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta yang

menyebutkan bahwa tanah reklamasi adalah daratan baru yang diperoleh dari

pengurugan dasar laut.

Beberapa isu terkait dengan pembentukan pulau-pulau hasil kegiatan reklamasi

antara lain adalah :

1. Ketidak-sinkronan Wilayah Perencanaan Kawasan Strategis Pantura.

Dalam Pasal 3 ayat (1) rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta

disebutkan bahwa Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta mencakup kawasan

perairan laut Teluk Jakarta yang diukur dari garis pantai Jakarta secara tegak lurus

ke arah laut sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan

kedalaman laut sekitar 8 (delapan) meter dan di dalamnya terdapat kawasan

pengembangan lahan baru melalui pembangunan pulau-pulau hasil kegiatan

reklamasi. Selain itu pada ayat (2) disebutkan bahwa wilayah Kawasan Strategis

Pantai Utara Jakarta di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Penjaringan,

Kecamatan Pademangan, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, dan

Kecamatan Cilincing, Kota Administrasi Jakarta Utara.

− Rencana reklamasi Kawasan Strategis Pantura Jakarta sesuai dengan rancangan

Perda masih termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta, sehingga

luas wilayah Provinsi DKI Jakarta tidak mengalami perubahan. Meskipun

demikian, akan terdapat perubahan yaitu penambahan pada luasan daratan dan

pengurangan pada luasan perairan laut. Selanjutnya pada Pasal 3 ayat (3)

rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta disebutkan bahwa

Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta merupakan bagian wilayah Kota

Administrasi Jakarta Utara. Konsekuensi dari hal tersebut maka akan terjadi

ketidak sesuaian luas wilayah administrasi Kota Jakarta Utara sebagaimana yang

tercantum dalam peraturan perundangan yang ada.

− Ketidak-sinkronan terjadi jika diperbandingkan dengan Pasal 101 Perda Provinsi

DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030, dimana

pengembangan areal reklamasi di Kawasan Strategis Pantura dilakukan secara

terpadu dengan daratan pantai Jakarta dan secara bersama-sama ditetapkan

sebagai satu kawasan perencanaan. Hal ini berarti bahwa wilayah perencanaan

dalam pengembangan area melalui kegiatan reklamasi juga mencakup sebagian

wilayah daratan DKI Jakarta.

− Dengan wilayah Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta sebelah Selatan

berbatasan dengan kecamatan-kecamatan pesisir di Jakarta Utara, maka kelak

terdapat kesenjangan status wilayah administrasi Kawasan Strategis Pantai Utara

Jakarta. Dengan kata lain, Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta belum

termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan-kecamatan tersebut.

− Ketidak-sinkronan antara arahan pengembangan sebagaimana tertera dalam

Pasal 15 rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta dengan

pengaturan pola ruang maupun peraturan zonasi. Dalam Pasal 15 disebutkan

bahwa pulau-pulau yang dikembangkan meliputi 17 (tujuh belas) pulau dari

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 12

Pulau A sampai Pulau Q. Sedang dalam Gambar 4 Lampiran II rancangan Perda

RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, rencana pola ruang yang diatur hanya

rencana Pulau A sampai dengan Pulau M. Pengaturan pola ruang Pulau N sampai

dengan Pulau Q belum diatur sehingga belum memenuhi suatu kesatuan wilayah

perencanaan Kawasan Strategis Pantura Jakarta.

Gambar 3.6. Peta Kesenjangan Lingkup Ruang Kawasan Strategis Pantura Jakarta Menurut Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012

2. Adanya Perubahan Bentuk Lansekap Secara Massif

Kegiatan reklamasi yang dilakukan dalam pengembangan sesuai dengan rancangan

Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta adalah berupa pengurugan dasar laut

dengan material pasir dan tanah sehingga membentuk pulau-pulau. Berdasarkan

rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, luas indikatif yang tertera

pada Lampiran II Tabel 1 adalah seluas 5.119 Ha atau jika dibandingkan dengan luas

wilayah Jakarta Utara saat ini adalah sekitar 30% dari 14.666 Ha (SK Gubernur

ProvinsiDKI Jakarta No. 1171 Tahun 2008). Kegiatan pengurugan yang bersifat

massif membawa konsekuensi pada 2 (dua) hal yaitu :

− Perubahan sebagian ekosistem perairan laut DKI Jakarta menjadi daratan.

Berdasarkan hasil kajian pustaka, kegiatan pengurugan ekosistem perairan laut

dalam jumlah massif berpotensi untuk menimbulkan dampak :

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 13

a. Adanya potensi peningkatan muka air di muara sungai akibat

perlambatan arus dan backwater karena area yang sebelumnya berfungsi

sebagai perairan laut telah berubah menjadi daratan.

b. Akibat peningkatan muka air di muara sungai tersebut, maka kawasan

muara sungai rawan tergenang atau air laut semakin luas ke daratan,

sehingga dibutuhkan rekayasa teknis di wilayah pantai lama, seperti

pembangunan tanggul.

c. Terganggunya habitat dan kehidupan hewan dan tumbuhan pantai dan

perairan sehingga mengganggu keseimbangan alam.

d. Meningkatkan potensi sedimentasi dan pencemaran di kanal lateral antara

pantai lama dan pulau reklamasi.

e. Pencemaran laut akibat kegiatan selama reklamasi dapat menyebabkan

menurunnya potensi perikanan yang mengganggu sumber kehidupan

nelayan.

f. Terjadi pengalihan jalur nelayan yang akan mempengaruhi biaya melaut

nelayan.

g. Terganggunya kegiatan atau kinerja operasional instalasi penting yang

terdapat di kawasan Pantura Jakarta, seperti pembangkit listrik, jaringan

kabel dan gas, aktivitas pelayaran dari dan ke pelabuhan, dan lain

sebagainya.

Meskipun demikian, kegiatan reklamasi memiliki dampak positif antara lain :

a. Mengatasi keterbatasan lahan.

b. Dapat berfungsi sebagai break water bagi kawasan pesisir lama dari

gelombang besar.

c. Meningkatkan kualitas dasar laut yang saat ini telah mengalami

sedimentasi dan mengandung logam berat yang berbahaya bagi

lingkungan melalui cara penimbunan senyawa tersebut di dasar pulau

buatan.

− Penambangan pasir dan tanah untuk pengurugan pulau akan mengubah

lansekap wilayah lain yang mungkin juga menimbulkan dampak negatif pada

lingkungan di lokasi penambangan tersebut. Oleh sebab itu, selain izin reklamasi

sebagaimana tercantum pada Pasal 101 ayat (1) perlu dilengkapi dengan izin

penambangan dari wilayah lokasi sumber tanah urugan.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 14

Gambar 3.7. Peta Proporsi Luas Lahan Rencana Pulau Reklamasi dan Wilayah

Administrasi Provinsi DKI Jakarta

3.2.2. Pembangunan Berupa Kawasan Perkotaan Baru untuk Kegiatan

Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi

Penambahan ruang berupa lahan baru akan dimanfaatkan untuk kegiatan sosial dan

ekonomi perkotaan berpotensi menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak

positif secara langsung adalah:

a. Bertambahnya lahan untuk menampung perkembangan kegiatan sosial ekonomi

kota,

b. Sebagai pusat perekonomian baru merupakan sumber pendapatan asli daerah

dan sarana untuk melakukan revitalisasi daratan pantai lama.

c. Membuka lapangan pekerjaan baru dalam jumlah besar.

d. Menampung sebagian penduduk.

Meskipun demikian, pembangunan kawasan baru seluas lebih dari 5.119 Ha

berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain :

a. Potensi terlampauinya daya dukung lingkungan buatan.

Daya dukung lingkungan buatan untuk suatu kawasan perkotaan adalah

kemampuan kawasan tersebut dalam menyediakan kebutuhan air, pengelolaan

limbah cair, pengelolaan sampah, energi, prasarana jalan dan sebagainya. Jika

daya dukung lingkungan buatan terlampaui, maka akan menimbulkan dampak

bagi lingkungan di sekitarnya.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 15

Pemanfaatan ruang untuk berbagai kegiatan sebagaimana tertuang dalam

Rencana Pola Ruang dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta membawa konsekuensi pada peningkatan kebutuhan akan pelayanan

umum. Pulau-pulau yang akan dikembangkan direncanakan akan menampung

sekitar 750.000 jiwa penduduk. Meskipun demikian, sebagian besar ruang akan

dimanfaatkan untuk kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada hasil

kompilasi luasan zona peruntukan berdasarkan Rencana Pola Ruang masing-

masing pulau. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa luasan kawasan lindung

sekitar 25,51%, zona permukiman mencakup 20,17%, dan untuk kegiatan sosial

dan ekonomi mencakup proporsi 54,32%. Terlebih, zona untuk kegiatan sosial

dan ekonomi sebagaimana diatur dalam Peraturan Zonasi memiliki KLB yang

besar. Konsekuensi yang timbul adalah penyediaan pelayanan dasar cenderung

untuk melayani kegiatan non-domestik.

Tabel 3.3. Distribusi Zona Peruntukan Pulau A Hingga Pulau M

No. Zona Luas (Ha) Proporsi (%)

1. Zona Campuran 805.65 22.72%

2. Zona Industri dan Pergudangan 127.40 3.59%

3. Zona Lindung 304.86 8.60%

4. Zona Pelayanan Umum dan Sosial 107.35 3.03%

5. Zona Perkantoran, Perdagangan dan Jasa 516.23 14.56%

6. Zona Perumahan KDB Sedang-Tinggi 452.56 12.76%

7. Zona Perumahan Vertikal 262.65 7.41%

8. Zona Terbuka Biru 167.60 4.73%

9. Zona Terbuka Hijau 432.12 12.18%

Luas Jalan (13 Pulau) 369.96 10.43%

Luas (13 Pulau) 3,546.38 100.00%

Sumber : Hasil Perhitungan Data GIS,2016

Sebagaimana tertuang dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta, pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan sistem dan jaringan utilitas

menjadi tanggung jawab pemegang izin reklamasi secara mandiri atau bekerjasama

dengan pihak lain. Khusus untuk pengolahan sampah, diatur lebih spesifik pada Pasal

52 bahwa dalam melakukan kegiatan pemilahan, pengangkutan, pengolahan dan

pemosesan akhir sampah dapat dilakukan :

− Pembentukan kelembagaan pengelola sampah.

− Kemitraan dengan badan usaha atau masyarakat.

Selain itu Pasal 53 mengatur tentang kewajiban penyerahan sistem jaringan utilitas,

yaitu sistem jaringan air bersih, air limbah, dan persampahan dalam jangka waktu

tertentu akan diserahkan ke Pemerintah Daerah dan pengelolaannya dapat

dilaksanakan oleh pemegang izin reklamasi sesuai dengan ketentuan yang akan

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 16

diatur lebih lanjut. Hal itersebut telah sesuai dengan Permendagri No. 9 Tahun 2009

Tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan

Permukiman di Daerah, meskipun peraturan ini mengatur khusus untuk pengembang

kawasan perumahan dan permukiman.

Pengembangan lahan dan aktivitas secara massif dengan luas lebih dari 5.000 Ha

akan menimbulkan bangkitan lalu-lintas yang besar. Sistem jaringan prasarana

transportasi yang direncanakan dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis

Pantura Jakarta mencakup sistem jaringan angkutan umum masal dan jaringan

kendaraan pribadi. Gambar rencana sistem jaringan transportasi adalah sebagai

berikut :

Gambar 3.8. Rencana Jaringan Transportasi Kawasan Pantura Jakarta

b. Potensi terlampauinya daya dukung tanah

Berdasarkan Peraturan Zonasi dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis

Pantura Jakarta, pengembangan Kawasan Pantura Jakarta direncanakan

dimanfaatkan untuk bangunan berlantai jamak sesuai pengaturan ketinggian

bangunan, bahkan terdapat pengaturan tentang pemanfaatan ruang bawah tanah

melalui koefisien basemen. Lahan yang dimanfaatkan untuk pembangunan

merupakan tanah buatan yang dihasilkan dari kegiatan pengurugan. Bangunan yang

dibangun secara massif di atas tanah tersebut menimbulkan beban yang besar

terhadap kekuatan tanah. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Dinas

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 17

Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta mengindikasikan adanya blank zone di

lokasi tersebut yang berpotensi rawan terhadap amblesan.

c. Potensi terlampauinya daya tampung lingkungan perairan di sekitar pulau-pulau.

Potensi dampak terjadi jika penyediaan prasarana, sarana, dan pasokan pelayanan

dasar tidak terpenuhi. Pengelolaan sampah dan limbah cair yang tidak memenuhi

kebutuhan akan menyebabkan terjadinya pembuangan limbah padat dan cair

langsung ke perairan. Kondisi ini secara berlanjut akan menyebabkan pencemaran di

wilayah perairan sehingga daya tampung lingkungan perairan terlampaui. Dampak

lain yang ditimbulkan adalah terganggunya kehidupan biota laut.

d. Adanya potensi konflik sosial

Pengembangan Kawasan Strategis Pantura Jakarta berupa pulau-pulau buatan

membutuhkan investasi pembangunan dalam jumlah besar, sehingga kawasan ini

hanya dapat dijangkau oleh masyarakat berpendapatan tinggi. Kondisi tersebut

berpotensi menimbulkan konflik sosial, terutama bagi masyarakat penghuni kawasan

pesisir Utara Jakarta. Pembangunan kawasan reklamasi berpotensi mengganggu

keberlangsungan kegiatan ekonomi dan masyarakat di kawasan pantai lama dan

dapat mengubah pola kegiatan perekonomian wilayah secara menyeluruh. Terlebih

jika pengembangan pulau-pulau reklamasi mengganggu area kegiatan perikanan.

Gambar 3.9. Peta Identifikasi Permukiman Padat, Nelayan, dan Infrastruktur

Pendukungannya

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 18

3.3. PENGKAJIAN PENGARUH RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS

PANTURA JAKARTA TERHADAP ISU LINGKUNGAN HIDUP

Muatan rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta sebagaimana

dibahas dalam Sub-bab 3.2. dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap kondisi lingkungan. Analisis pengaruh tersebut dilakukan dengan

memperhatikan secara lebih fokus pada keterkaitan antara materi rancangan Perda

RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta dengan isu-isu strategis lingkungan

sebagaimana dibahas dalam Sub-bab 3.2.

Tabel berikut menunjukkan kajian pengaruh rancangan Perda RTR Kawasan Strategis

Pantura Jakarta terhadap isu strategis pembangunan berkelanjutan di DKI Jakarta.

Tabel 3.4. Kajian Pengaruh Rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta Terhadap Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan DKI Jakarta

Muatan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta yang Berpotensi

Menimbulkan Pengaruh

Isu-Isu Strategis Lingkungan Hidup Isu Lain Sebagai Dampak

RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta

Penurunan Muka Tanah

Banjir dan

Genangan dari Hulu dan Rob

Pencemaran Sungai,

Muara dan Perairan

Laut (Termasuk

Sedimentasi)

Kerawanan Air Bersih

Pembentukan pulau-pulau hasil kegiatan reklamasi

1. Ketidak-

sinkronan wilayah perencanaan

Status

administrasi pulau-pulau belum diatur secara jelas

Adanya

kekosongan hukum status administrasi pulau-pulau yang membawa konsekuensi apabila tidak diatur adalah status kependudukan

Wilayah daratan (pesisir lama) tidak termasuk dalam prioritas

pembangunan pada Kawasan Strategis Pantura Jakarta.

Pembangunan wilayah daratan Pantura

Jakarta dan pulau belum terpadu sebagai suatu kesatuan Kawasan Strategis Pantura Jakarta.

Pulau N – Q belum diatur dalam RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, terutama pola

RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta merupakan rencana rinci yang antara

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 19

Muatan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta yang Berpotensi

Menimbulkan Pengaruh

Isu-Isu Strategis Lingkungan Hidup Isu Lain Sebagai Dampak

RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta

Penurunan Muka Tanah

Banjir dan

Genangan dari Hulu dan Rob

Pencemaran Sungai,

Muara dan Perairan

Laut (Termasuk

Sedimentasi)

Kerawanan Air Bersih

ruang dan intensitas.

lain mengatur struktur dan pola ruang, sedang pola ruang Pulau N – Q belum diatur sebagaimana pulau-pulau lainnya.

2. Perubahan bentuk lansekap secara masif

Pada Ekosistem Perairan laut

a. Peningkatan muka air di muara sungai

b. Penurunan muka tanah pada pulau karena konsolidasi

tanah rendah

c. Peningkatan kerawanan genangan di kawasan pesisir Pantura lama

d. Terganggunya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai dan perairan

Berpotensi menimbulkan konflik sosial

e. Peningkatan

potensi sedimentasi dan pencemaran di kawasan antara pantai lama dan pulau

√ √

f. Menurunnya potensi perikanan

Berpotensi menimbulkan konflik sosial terutama dengan warga kampung nelayan

g. Terganggunya Berpotensi

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 20

Muatan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta yang Berpotensi

Menimbulkan Pengaruh

Isu-Isu Strategis Lingkungan Hidup Isu Lain Sebagai Dampak

RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta

Penurunan Muka Tanah

Banjir dan

Genangan dari Hulu dan Rob

Pencemaran Sungai,

Muara dan Perairan

Laut (Termasuk

Sedimentasi)

Kerawanan Air Bersih

aktivitas kehidupan ekonomi nelayan akibat pengalihan jalur pelayaran

menimbulkan konflik social terutama dengan warga kampong nelayan

h. Terganggunya kegiatan ataupun kinerja instalasi penting skala nasional

Kinerja instalasi penting menurun

i. Pada lokasi penambangan berpotensi mengalami kerusakan lingkungan

Kerusakan ataupun gangguan terhadap kondisi lingkungan di lokasi sumber tanah

penggurugan

B. Pembangunan berupa kawasan perkotaan baru untuk kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi

Peningkatan beban bangunan yang sifatnya massif di wilayah Jakarta bagian Utara yang mempengaruhi kondisi daya dukung tanah

√ √ Adanya potensi terlampauinya daya dukung lahan yaitu adanya potensi amblesan dan meningkatnya penurunan muka tanah di daratan dan dasar lautan

Peningkatan kebutuhan akan pasokan air bersih yang mempengaruhi kondisi daya dukung lingkungan buatan dan daya tampung wilayah perairan

√ Adanya potensi terlampauinya daya dukung lingkungan buatan yang berakibat pula pada adanya potensi terlampauinya daya tampung lingkungan perairan

Peningkatan kebutuhan akan pengelolaan sampah yang

mempengaruhi

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 21

Muatan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta yang Berpotensi

Menimbulkan Pengaruh

Isu-Isu Strategis Lingkungan Hidup Isu Lain Sebagai Dampak

RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta

Penurunan Muka Tanah

Banjir dan

Genangan dari Hulu dan Rob

Pencemaran Sungai,

Muara dan Perairan

Laut (Termasuk

Sedimentasi)

Kerawanan Air Bersih

kondisi daya dukung lingkungan buatan dan daya tampung wilayah perairan

Peningkatan kebutuhan akan system pengolahan air limbah yang mempengaruhi kondisi daya dukung lingkungan buatan dan daya tampung wilayah perairan

Peningkatan bangkitan lalu lintas

Potensi kemacetan meningkat di wilayah

daratan terutama di titik-titik akses ke dari pulau

Pembangunan kawasan yang eksklusif

Adanya potensi konflik sosial

Keterangan :

√ = materi muatan RTR KS Pantura Jakarta berpotensi mempengaruhi isu strategis lingkungan hidup

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 22

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa muatan rancangan Perda RTR

Kawasan Strategis Pantura Jakarta memiliki potensi menimbulkan pengaruh pada isu

strategis lingkungan hidup atau menimbulkan isu lingkungan hidup baru. Selanjutnya

akan dibahas besar pengaruh rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta terhadap isu strategis lingkungan hidup di DKI Jakarta secara lebih rinci

untuk menunjang penyempurnaan rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta.

3.3.1. Pengaruh Muatan Rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta Terhadap Isu-Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan

Sebagaimana dibahas dalam Sub-bab 3.1. isu strategis pembangunan berkelanjutan

DKI Jakarta adalah penurunan muka tanah, banjir dan rob, pencemaran sungai dan

perairan laut, dan kerawanan air bersih.

A. Isu tentang Penurunan Muka Tanah

Penurunan muka tanah dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain :

a. Konsolidasi batuan/tanah setempat yang tidak kompak secara alamiah.

b. Pengambilan air tanah berlebih tanpa upaya konservasi yang sesuai.

c. Beban bangunan di atas lahan yang besar melebihi daya dukung tanah.

d. Gaya tektonik aktif atau kondisi struktur geologi (bawah tanah) DKI Jakarta.

Pada tabel sebelumnya dapat dilihat bahwa muatan rancangan Perda RTR Kawasan

Strategis Pantura Jakarta berpotensi menimbulkan penurunan muka tanah yang

disebabkan oleh :

1) Tanah hasil reklamasi merupakan tanah yang tidak kompak secara alamiah.

Oleh karena itu, tingkat kekompakan tanah hasil reklamasi perlu dijamin secara

teknis untuk mendukung beban di atasnya. Secara alamiah, kondisi wilayah

Jakarta Utara memiliki Nilai SPT yang rendah. Wilayah pesisir Pantura Jakarta

juga termasuk dalam kelompok ekoregion darat dataran pasang-surut yang

memiliki kerawanan terhadap penurunan muka tanah. Pulau-pulau tersebut

sebagian besar akan dibangun pada Ekoregion Laut 6.3.1., yaitu Ekoregion

Pesisir Pulau Jawa yang dasar lautnya merupakan tanah lempung berpasir

(lanau) dan memiliki kemiripan dengan karakteristik ekoregion daratan yaitu

dataran pasang-surut berlumpur. Selain itu, pulau-pulau tersebut terletak pada

lokasi terindikasi sebagai blank zone yang rawan terhadap penurunan muka

dasar laut seperti terlihat pada Gambar 3.10 berikut. Namun demikian, perlu

diverifikasi oleh hasil penyelidikan tanah melalui pemboran (coring) yang

memberikan data struktur lapisan tanah lebih rinci.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 23

Gambar 3.10. Peta Ekoregion Darat dan Blank Zone di

Kawasan Pantura Jakarta

2) Beban bangunan yang massif.

Berdasarkan hasil kajian terhadap rancangan Perda RTR Kawasan Strategis

Pantura Jakarta, rencana pengembangan kawasan perkotaan baru akan

berlangsung intensif. Dalam penghitungan beban terhadap lingkungan harus

didukung luasan secara tiga dimensi. Terhadap luas wilayah baru sebesar 5.000

Ha, akan dikaji lebih jauh intensitas bangunan (KDB, KLB, KB, KTB dan KDH)

untuk dapat dilihat perhitungan nilai maksimal lantai yang diizinkan untuk

dibangun yaitu :

Tabel 3.5. Luas Pulau dan Lantai pada Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta

PULAU LUAS PULAU (Ha)

LUAS LANTAI (Ha) Maksimal yang Boleh Dibangun

Sesuai dengan Peraturan Intensitas Bangunan

PULAU A 79.00 122.05

PULAU B 380.00 486.95

PULAU C 276.00 328.92

PULAU D 312.00 239.13

PULAU E 284.00 371.71

Zona rawan penurunan

muka dasar laut

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 24

PULAU LUAS PULAU (Ha)

LUAS LANTAI (Ha)

Maksimal yang Boleh Dibangun Sesuai dengan Peraturan

Intensitas Bangunan

PULAU F 190.00 551.65

PULAU G 161.00 418.14

PULAU H 63.00 147.36

PULAU I 405.00 1,242.62

PULAU J 316.00 1,447.71

PULAU K 32.00 33.54

PULAU L 447.00 1,408.53

PULAU M 587.00 1,604.58

TOTAL 3,532.00 8,402.87

Keterangan : Luas Lantai = Luas Tapak x KLB

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa daya dukung tanah pada kawasan

reklamasi harus mampu mendukung beban bangunan dengan total luas lantai

bangunan sebesar 8.402,87 Ha, belum termasuk beban infrastruktur jalan

maupun beban aktivitas yang berlangsung. Hal ini perlu menjadi pertimbangan

mengingat pulau reklamasi merupakan bentukan tanah baru dan pertimbangan

mengenai kondisi ketidak-stabilan tanah.

Sebagai gambaran, penurunan muka tanah di wilayah Jakarta Utara selain

karena secara alamiah merupakan tanah lunak juga disebabkan karena beban

bangunan dan pengambilan air tanah secara berlebih. Sementara, seperti telah

disampaikan sebelumnya, bahwa secara alamiah dasar laut Ekoregion Laut 6.3.1.

memiliki kemiripan dengan karakteristik ekoregion pasang-surut berlumpur yang

terletak di wilayah Jakarta Utara. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat potensi

penurunan muka tanah pada pulau-pulau apabila daya dukung tanah terlampaui

oleh beban di atasnya.

Gambar berikut menunjukkan lokasi pengembangan pulau-pulau terkait dengan

ekoregion DKI Jakarta dan kondisi penurunan muka tanah di ekoregion darat.

Gambar 3.11. Zona Rawan Penurunan Muka Tanah

Zona rawan penurunan muka

tanah karena beban

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 25

Selanjutnya untuk melihat seberapa besar beban yang akan didukung oleh pulau-

pulau dan diperbandingkan dengan beban wilayah kecamatan di pesisir DKI

Jakarta, maka dilakukan visualisasi amplop bangunan berdasarkan intensitas

bangunan pada rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta dan

pada RDTR dan Peraturan Zonasi kecamatan-kecamatan pesisir sebagaimana

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.12. Peta Ketinggian dan Amplop Bangunan Pada Kawasan Pesisir

dan Pulau Reklamasi Pantura Jakarta

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 26

Dari gambar tersebut perlu diperhatikan beban bangunan yang akan dibangun di

atas pulau-pulau tersebut, serta rekayasa teknis yang diperlukan untuk

meminimalkan potensi penurunan muka tanah karena beban bangunan.

B. Isu tentang Banjir, Genangan dan Rob

Pada Tabel 3.2. tertera muatan rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta yang akan mempengaruhi isu banjir, genangan dan rob disebabkan oleh

perubahan bentuk lansekap yang massif di perairan teluk Jakarta dan adanya

rencana pengembangan bangunan yang massif di atas pulau-pulau.

Seperti telah disebutkan pada Sub-bab 3.2., keberadaan pulau-pulau yang akan

dibangun akan berdampak positif sebagai pemecah ombak bagi wilayah daratan

pesisir. Namun demikian, keberadaan pulau-pulau tersebut perlu diperhitungkan

secara cermat sehingga tidak berpotensi menimbulkan kenaikan muka air laut.

Sebaliknya, dalam kaitannya dengan banjir yang bersumber dari wilayah hulunya,

pengembangan pulau-pulau dapat berpotensi sebagai penghambat laju air ke laut.

Hal ini dapat diartikan bahwa banjir yang berasal dari hulu akan berpotensi semakin

meluas. Wilayah yang paling rawan terkena dampak adalah wilayah pesisir karena

menjadi lokasi limpasan banjir yang tidak dapat mengalir ke laut, dimana pada saat

bersamaan terjadi peningkatan muka air laut karena dipengaruhi oleh perubahan

iklim global. Kawasan di pesisir Pantura yang diperkirakan mengalami peningkatan

kerawanan banjir atau genangan adalah kawasan di muara sungai dan kawasan

yang berada di bawah permukaan laut. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan

adanya kanal vertikal pada 13 (tiga belas) muara sungai, sehingga tidak

menghambat laju aliran, termasuk juga pengerukan sedimentasi secara berkala.

Dalam Pasal 40 ayat (2) huruf d rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta telah direncanakan pembangunan tanggul pulau reklamasi yang dirancang

dengan kala ulang minimal 1.000 (seribu) tahun kondisi ekstrim badai (pasang laut,

wind setup, storm surge, gelombang) dan mempertimbangkan aspek-aspek

kegempaan, liquifaction, kestabilan makro dan mikro, piping, rembesan (seepage),

dorongan air tanah ke atas terhadap konstruksi tanggul (uplift), amblesan tanah,

kenaikan muka air laut, residual settlement dan potensi tsunami.

Meskipun pesisir daratan lama terlindungi dari abrasi dengan adanya pulau reklamasi

sebagai penahan gelombang, namun kawasan pesisir belum terlindungi dari

ancaman banjir yang berasal dari hulu maupun banjir rob. Untuk mencegah banjir

rob, maka diperlukan tanggul pesisir serta tanggul di sepanjang muara sungai. Pada

lokasi pesisir yang berada di dalam tanggul, perlu dikombinasikan dengan sistem

polder yang dilengkapi dengan pompa. Sementara itu, untuk penyelesaian

permasalahan banjir di DKI Jakarta, tetap harus diimbangi dengan upaya

pengelolaan dan penanganan DAS terpadu dari hulu hingga hilir.

Oleh sebab itu, pengaruh muatan rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta berkaitan dengan isu banjir, genangan dan rob akan bergantung pada

kebijakan dan rencana lainnya, seperti :

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 27

a. Kebijakan penataan ruang Jabodetabekpunjur dan penataan ruang

Kabupaten/Kota yang berada di hulu dan tengah DAS.

b. Kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi DKI Jakarta berkaitan dengan

rencana pengendalian daya rusak sumberdaya air.

c. Kebijakan penanganan dan pengelolaan daerah aliran sungai.

d. Kebijakan pembangunan tanggul NCICD (PTPIN).

C. Isu tentang Pencemaran Pada Badan Air Sungai, Muara Sungai dan

Perairan Laut

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan

hidup yang telah ditetapkan. Sementara, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup

adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup

yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan

fungsinya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka bahwa terjadinya pencemaran

pada badan air dapat merupakan indikasi telah terlampauinya daya tampung air.

Secara teoritik, pencemaran badan air disebabkan karena terjadi pembuangan

limbah cair baik domestik maupun non-domestik serta akibat tidak tertanganinya

buangan sampah. Paradigma badan air sebagai tempat mengalirkan limbah sangat

bertentangan dengan fungsi badan air sebagai sumber air minum.

Isu pencemaran pada sungai, muara maupun perairan laut DKI Jakarta saat ini

mengindikasikan bahwa pengelolaan limbah cair maupun padat di wilayah daratan

masih terbatas, sehingga limbah yang terbuang ke sungai melampaui daya

tampungnya. Limbah tersebut terbawa air menuju ke laut yang pada akhirnya

menyebabkan terjadinya pencemaran berat di wilayah muara dan perairan

khususnya di Ekoregion Laut 6.3.1. dimana pulau-pulau tersebut akan dibangun. Hal

ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan mengingat dalam Pasal 43 ayat

(2) rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta menyebutkan bahwa

salah satu sumber air bersih adalah air laut.

Selain itu, pembangunan pulau melalui reklamasi juga berpotensi akan menimbulkan

sedimentasi di perairan laut yang akan mengganggu kehidupan biota laut. Pengaruh

ini diperkirakan berjangka waktu pendek selama konstruksi. Meskipun demikian perlu

menjadi perhatian dalam penyusunan Amdal Reklamasi.

Terdapat potensi pencemaran jangka panjang akibat adanya rencana pengembangan

kegiatan baru yang akan menimbulkan limbah cair maupun limbah padat. Oleh sebab

itu, perlu dijamin pengelolaan limbah padat dan limbah cair selama berlangsungnya

aktifitas pada pulau-pulau agar tidak mencemari wilayah sekitar dan membebani

wilayah daratan.

Dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, pengelolaan limbah

cair dan limbah padat menjadi kewajiban dari pemegang izin reklamasi baik secara

mandiri atau bekerja sama dengan pihak lain. Seperti diketahui, pada

pengembangan pulau-pulau terdapat beberapa pemegang izin. Beberapa hal yang

belum diatur dalam Raperda adalah :

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 28

a. Bagaimana mekanisme penjaminan bahwa pengelolaan maupun pemeliharaan

dilakukan oleh pemegang izin dan siapa yang bertanggung jawab dalam

penjaminan tersebut;

b. Bagaimana sanksi apabila pengelolaan dan pemeliharaan tidak dilaksanakan oleh

pemegang izin.

Terkait dengan pengaturan hal tersebut, perlu diakomodir di dalam peraturan

turunan dari rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, antara lain

Peraturan Gubernur tentang Kewajiban Pemegang Izin Reklamasi, serta dituangkan

dalam Perjanjian Kerja Sama antara Pemegang Izin Reklamasi dengan Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta.

Untuk memberikan gambaran tentang besarnya limbah yang diperkirakan akan

dihasilkan apabila aktifitas di masing-masing pulau, telah dilakukan perhitungan

beban limbah cair dan sampah sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini :

A. Limbah Cair

Penghitungan beban limbah cair mencakup kandungan BOD untuk limbah cair

domestik dan limbah cair non-domestik. Asumsi yang digunakan dalam

perhitungan tersebut adalah :

a. Limbah cair yang dihasilkan = 70% x penggunaan air

b. Kandungan BOD diperkirakan = 190 mg/liter limbah cair

Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 berikut. Dari tabel

tersebut dapat dilihat bahwa perkiraan limbah cair non-domestik lebih besar

dibandingkan limbah cair domestik. Kondisi ini dapat terjadi karena secara luasan

memang kawasan non-perumahan jauh lebih besar daripada kawasan

perumahan. Selain itu, KLB dan KB yang diizinkan juga lebih besar untuk

kegiatan non-perumahan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa, di satu sisi

dilakukan pembatasan penduduk pulau, disisi lain dilakukan intensitas tinggi

untuk kegiatan ekonomi. Hasil perhitungan ini masih merupakan indikasi, karena

asumsi untuk penghitungan limbah non-domestik dilakukan hanya berdasarkan

jumlah limbah cair yang dibuang sehingga belum memperhitungkan jenis

kegiatan yang akan berlangsung.

Tabel 3.6. Perkiraan Konsentrasi BOD oleh Limbah Cair Domestik

Perkiraan Limbah Cair Domestik

Penggunaan Air Limbah Cair Kandungan BOD

m3/hari m3/hari kg/hari

Limbah Cair Domestik Pulau A 1,995 1,396.5 265

Limbah Cair Domestik Pulau B 10,830 7,581.0 1,440

Limbah Cair Domestik Pulau C 7,030 4,921.0 935

Limbah Cair Domestik Pulau D 8,930 6,251.0 1,188

Limbah Cair Domestik Pulau E 8,170 5,719.0 1,087

Limbah Cair Domestik Pulau F 4,845 3,391.5 644

Limbah Cair Domestik Pulau G 4,085 2,859.5 543

Limbah Cair Domestik Pulau H 1,615 1,130.5 215

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 29

Perkiraan Limbah Cair

Domestik

Penggunaan Air Limbah Cair Kandungan BOD

m3/hari m3/hari kg/hari

Limbah Cair Domestik Pulau I 18,145 12,701.5 2,413

Limbah Cair Domestik Pulau J 14,155 9,908.5 1,883

Limbah Cair Domestik Pulau K 1,425 997.5 190

Limbah Cair Domestik Pulau L 21,565 15,095.5 2,868

Limbah Cair Domestik Pulau M 20,710 14,497.0 2,754

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2016

Tabel 3.7. Perkiraan Konsentrasi BOD oleh Limbah Cair Non-Domestik

Perkiraan Limbah Cair Non

Domestik

Penggunaan Air Limbah Cair Kandungan BOD

m3/hari m3/hari kg/hari

Limbah Cair Non Domestik Pulau A 1,154.76 808.33 153.58

Limbah Cair Non Domestik Pulau B 5,011.07 3,507.75 666.47

Limbah Cair Non Domestik Pulau C 3,218.74 2,253.12 428.09

Limbah Cair Non Domestik Pulau D 3,150.28 2,205.19 418.99

Limbah Cair Non Domestik Pulau E 3,891.17 2,723.82 517.53

Limbah Cair Non Domestik Pulau F 3,129.34 2,190.54 416.20

Limbah Cair Non Domestik Pulau G 2,230.78 1,561.55 296.69

Limbah Cair Non Domestik Pulau H 857.96 600.57 114.11

Limbah Cair Non Domestik Pulau I 10,699.96 7,489.97 1,423.09

Limbah Cair Non Domestik Pulau J 7,804.32 5,463.02 1,037.97

Limbah Cair Non Domestik Pulau K 166.89 116.82 22.20

Limbah Cair Non Domestik Pulau L 11,670.58 8,169.40 1,552.19

Limbah Cair Non Domestik Pulau M 13,119.52 9,183.66 1,744.90

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2016

Terkait dengan pengelolaan limbah cair tersebut, perlu diantisipasi melalui :

1. Penyediaan waste water treatment plant pada setiap pulau atau

dikerjasamakan dengan beberapa pulau, sehingga menghasilkan buangan

limbah cair yang memenuhi baku mutu yang disyaratkan.

2. Sinkronisasi pengembangan infrastruktur pengelolaan limbah cair untuk

seluruh pulau reklamasi.

B. Limbah Padat

Timbulan sampah di kawasan reklamasi Pantura Jakarta mencakup sampah

domestik dan sampah industri. Penanganan timbulan sampah domestik meliputi

proses pemilahan; pengumpulan; pengangkutan; pengolahan; dan pemrosesan

akhir sampah. Berdasarkan SNI 3242 : 2008 dan justifikasi dari SNI 19-3964-

1994 tentang timbulan sampah di permukiman kota besar sebesar 2 – 2,5

liter/orang/hari atau setara dengan 0,4 – 0,5 kg/orang/hari, timbulan sampah di

kawasan reklamasi Pantura Jakarta diasumsikan sebesar 3 liter/orang/hari atau

setara dengan 0,44 kg/orang/hari. Jika penduduk penghuni dan penduduk

komuter yang merepresentasikan intensitas kegiatan dianggap menghasilkan

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 30

timbulan sampah sama besar dengan faktor kepadatan sebesar 80% dan faktor

keserempakan sebesar 70%, maka timbulan sampah di kawasan reklamasi

Pantura Jakarta diprakirakan sebagai beriku :

Jumlah penduduk penghuni dan komuter : 1.698.147 jiwa

Satuan timbulan sampah : 3 liter/orang/hari

: 0,44 kg/org/hari

Timbulan sampah : (1.698.147 x 0,8) x 0,7 x 3 liter/hari)

: 2.852.887 liter/hari

: 418.423 kg/hari

: 418 ton/hari

Dengan asumsi yang sama, distribusi timbulan sampah di setiap pulau diterakan

dalam tabel berikut.

Tabel 3.8. Timbulan Sampah di Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta Menurut Pulau

Pulau

Jumlah Penduduk Penghuni dan

Komuter (Jiwa)

Timbulan Sampah

(Liter/Hari)

Timbulan Sampah (Kg/Hari)

A 5.250 8.320 1.294

B 28.500 47.380 7.022

C 60.032 100.354 14.792

D 71.461 119.553 17.608

E 64.270 107.474 15.336

F 64.198 107.352 15.818

G 35.035 58.358 8.633

H 9.020 15.154 2.223

I 205.992 345.566 49.056

J 312.567 524.645 78.821

K 65.678 109.838 16.942

L 446.822 748.159 109.847

M 213.599 358.345 51.981

N 52.000 86.860 12.813

O 12.353 20.253 3.044

P 42.261 79.498 10.413

Q 9.089 14.768 2.240

Sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah serta

kebijakan pengembangan kawasan reklamasi Pantura Jakarta sesuai Perda

Provinsi DKI Jakarta No. 1 tahun 2012, pengelolaan sampah dilakukan melalui

prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) tanpa membebani wilayah lainnya di DKI

Jakarta. Sesuai dengan prinsip dan kebijakan tersebut, maka penanganan

timbulan sampah tidak dilakukan melalui penimbunan (open dumping).

Pengelolaan sampah dimulai sejak sumber, sehingga pemilahan sampah perlu

dilakukan pada sumber-sumber penghasil secara terencana hingga tempat

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 31

pengolahan akhir. Hal ini terutama mempertimbangkan bahwa lebih dari

setengah timbulan sampah merupakan sampah organik yang mudah membusuk

dan membutuhkan penanganan segera. Sampah dipilah menurut sampah

organik, sampah anorganik, dan limbah B3. Sampah terpilah dikelola menurut

zona pengumpulan yang dilengkapi fasilitas tempat penampungan sampah

sementara (TPS) dan secara terencana dan terjadwal diangkut menuju tempat

pemrosesan akhir. Melalui pemilahan sejak sumber, maka sampah organik dan

anorganik yang dapat didaur ulang di TPS minimal sekitar 10%. Sedang sisanya

akan diangkut ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang dibangun di

setiap pulau atau lebih dari satu pulau yang berdekatan. TPST akan berfungsi

melakukan proses daur ulang sisa sampah organik dan anorganik yang tidak

dapat diproses di TPS; proses insinerasi, dan pengumpulan untuk dikelola lanjut

oleh pihak ketiga, termasuk limbah B3. Limbah B3 padat, seperti lampu neon

bekas, tinta dan cartridge, bekas kemasan pestisida, obat-obatan kadaluarsa,

bekas kemasan bahan kimia, limbah elektronik, dan lainnya yang dipilah sejak

sumber pengahsil dikumpulkan dan ditampung di TPST untuk dikelola oleh pihak

ketiga yang memiliki ijin. Sampah industri ditangani secara khusus sesuai dengan

jenis sampah yang dihasilkan dan dikelola oleh masing-masing kawasan industri.

Perhitungan perkiraan limbah cair maupun sampah yang dihasilkan untuk

masing-masing pulau tersebut dapat memberi gambaran untuk pemilihan teknik

dan cara pengelolaan yang harus dilakukan serta penyusunan kebijakan yang

perlu dirumuskan untuk menjamin kegiatan di pulau-pulau tidak meningkatkan

pencemaran yang sudah terjadi.

Selain itu, penanganan masalah pencemaran badan air yang bersumber dari

kegiatan di daratan menjadi faktor penentu bagi keberlangsungan aktifitas pulau-

pulau reklamasi. Hal ini berkaitan dengan adanya arahan pemanfaatan sumber

air baku yang berasal dari air laut.

D. Kerawanan Air Bersih

Masalah kerawanan air bersih di DKI Jakarta pada dasarnya berkaitan erat dengan

masalah pencemaran badan air sungai. Meskipun DKI Jakarta dilalui oleh banyak

sungai diantaranya Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane, sumber air baku DKI

Jakarta diperoleh dari Sungai Citarum yang dialirkan melalui Saluran Tarum Barat.

Sungai-sungai yang mengalir di DKI Jakarta lebih banyak memberi jasa ekosistem

sebagai tempat pengaliran limbah.

Selain itu, pemanfaatan jaringan air perpipaan oleh penduduk DKI Jakarta juga

belum dilakukan oleh penduduk maupun kegiatan ekonomi lainnya. Hingga saat ini,

pemanfaatan air tanah dalam terutama untuk gedung-gedung bertingkat tinggi,

industri dan rumah tangga diindikasikan telah melampaui groundwater recharge rate.

Data dari PAM Jaya sebagaimana disampaikan oleh Bappenas pada Rapat Koordinasi

KLHS NCICD dan reklamasi pada tanggal 21 Oktober 2016, bahwa saat ini kebutuhan

air DKI Jakarta mencapai 24 m3/detik, sementara yang mampu disuplai oleh PAM

Jaya hanya berkisar 18 m3/detik. Hal ini menunjukkan DKI Jakarta saat ini sudah

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 32

mengalami kekurangan air baku sekitar 6 m3/detik yang pada akhirnya dipenuhi dari

pengambilan air tanah.

Data dari Kementerian ESDM menunjukkan bahwa pengambilan air tanah dalam

pada Cekungan Jakarta telah mencapai sekitar 40% dari potensi air tanah sementara

maksimal yang diperbolehkan adalah berkisar 20%. Gambar berikut menunjukkan

peta cekungan air tanah Jakarta yang mencakup pelayanan lintas provinsi, yaitu DKI

Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa

pengambilan air tanah dalam telah mencapai 21 juta m3/tahun dan sekitar 10 juta

m3/tahun diantaranya untuk memenuhi keterbatasan air di DKI Jakarta.

Gambar 3.13. Cekungan Air Tanah Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya

Pembangunan pulau-pulau sekitar 5.100 Ha yang dilanjutkan dengan pembangunan

kawasan perkotaan yang bersifat intensif akan membawa konsekuensi pada

peningkatan kebutuhan air bersih. Mengingat DKI Jakarta daratan saat ini telah

mengalami masalah kerawanan air, maka pengembangan pulau-pulau dan

aktifitasnya perlu dijamin tidak menambah beban wilayah daratan.

Dalam Pasal 43 rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta telah diatur

tentang rencana sistem jaringan air bersih adalah:

− Sumber air bersih adalah berasal dari pengolahan air laut, pengolahan air

permukaan (waduk penampungan, kolam atau sungai), dan pengolahan air

limbah;

− Pengambilan air dari waduk penampungan harus memperhatikan kapasitas

andalan waduk;

− Terpenuhi dari aspek kontinuitas maupun kualitas;

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 33

− Dilaksanakan secara mandiri di setiap pulau atau terpadu dengan

pulau/areal/wilayah yang berdekatan;

− Pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan prasarana air bersih menjadi

kewajiban pemegang izin reklamasi secara mandiri atau bekerjasama dengan

pihak lain.

Namun demikian perlu diperhitungkan pada saat pengajuan izin bahwa penyediaan

sumber air baku dapat dijamin kontinuitas maupun kualitasnya mengingat kualitas

perairan laut yang telah tercemar, biaya pengolahan air laut sangat tinggi, sumber

air waduk sangat bergantung pada curah hujan dan diterapkannya sistem

pengolahan limbah cair. Keterpaduan pengelolaan sumber daya air diperkirakan akan

menghasilkan kinerja pengelolaan yang lebih efektif dan efisien.

Untuk itu, ketentuan mengenai persyaratan sumber air baku untuk kebutuhan pulau

perlu dikaji lebih lanjut dan dituangkan dalam peraturan mengenai proses perizinan.

Sebagai gambaran untuk memperkirakan kebutuhan air pulau-pulau reklamasi telah

dilakukan perhitungan sederhana sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.9. Kebutuhan Air Bersih di Pulau-pulau Reklamasi Kawasan Pantura

No. Pulau

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kebutuhan Air (m3/hari) Total Kebutuhan Air Total

Domestik Non

Domestik m3/hari m3/detik

1. Pulau A 10,500 1,995.00 1,873.36 3,868.36 0.045

2. Pulau B 57,000 1,083.00 7,207.08 8,290.08 0.096

3. Pulau C 37,000 703.00 4,983.27 5,686.27 0.066

4. Pulau D 47,000 893.00 4,077.97 4,970.97 0.058

5. Pulau E 43,000 817.00 6,152.51 6,969.51 0.081

6. Pulau F 25,500 4,845.00 5,620.86 10,465.86 0.121

7. Pulau G 21,500 4,085.00 3,760.73 7,845.73 0.091

8. Pulau H 8,500 1,615.00 1,429.24 3,044.24 0.035

9. Pulau I 95,500 18,145.00 18,603.34 36,748.34 0.425

10. Pulau J 74,500 14,155.00 13,209.91 27,364.91 0.317

11. Pulau K 7,500 1,425.00 443.29 1,868.29 0.022

12. Pulau L 113,500 21,565.00 19,599.03 41,164.03 0.476

13. Pulau M 109,000 2,071.00 23,409.94 25,480.94 0.295

Total

2.127

Perhitungan di atas hanya merupakan indikasi minimal karena asumsi yang

digunakan adalah :

− Kebutuhan air domestik = 190 liter/orang/hari

− Kebutuhan air non domestik =

o untuk peruntukan zona campuran dan zona perdagangan adalah 1,2

liter/m2/hari dan diberlakukan

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 34

o untuk pelayanan umum dan sosial 30% kebutuhan air domestik.

o untuk RTH adalah 3% kebutuhan domestik

Namun demikian perhitungan tersebut dapat menjadi pertimbangan kepada

pemilihan sumber air baku dan metode pengelolaannya. Metode pengelolaan yang

terpadu diperkirakan akan menghasilkan kinerja yang lebih efektif dan efisien.

3.3.2. Potensi Dampak Materi Muatan KRP Terhadap Lingkungan Hidup Lainnya

Dari tabel pengaruh rancangan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta terhadap isu

strategis pembangunan berkelanjutan DKI Jakarta, dapat dilihat bahwa muatan

rancangan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta juga berpotensi menimbulkan isu

baru yang lebih spesifik, seperti :

A. Isu berkaitan dengan masalah status kawasan

Status kawasan Pulau-pulau reklamasi sebagai bagian dari wilayah administrasi

Provinsi DKI Jakarta dan wilayah administrasi Kota Jakarta Utara telah diatur

dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta. Meskipun

demikian, belum dijelaskan lebih lanjut apakah kawasan baru ini akan menjadi

satu kecamatan tersendiri atau terpadu dengan kecamatan-kecamatan di wilayah

pesisirnya sesuai dengan letak pulau. Hal ini diatur lebih lanjut mengingat akan

membawa konsekuensi pada status kependudukan, pertanahan maupun

kebutuhan administrasi lainnya. Pengaturan tersebut harus bersifat antisipatif

terhadap kecepatan realisasi pembangunan dan pengembangan pulau reklamasi,

yang dapat berupa revisi terhadap Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur

mengenai wilayah administrasi.

B. Isu berkaitan dengan batas wilayah

Sebagaimana di atur dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura

Jakarta, batas wilayah sebelah Selatan adalah kecamatan-kecamatan di wilayah

pesisir. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah daratan terutama wilayah pesisir

tidak merupakan satu kesatuan wilayah perencanaan sebagaimana diamanatkan

oleh Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012. Sehingga muatan yang

mengatur tentang RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta sebagai bagian dari

pengembangan Kawasan Strategis Provinsi belum signifikan. Beberapa muatan

rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta tentang keterkaitan

pulau-pulau dengan wilayah pesisir antara lain bahwa salah satu tujuan Penataan

Ruang Pantura Jakarta adalah terwujudnya penataan kembali daratan pantai

utara Jakarta dan pengembangan Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta yang

memperhatikan kualitas lingkungan, yang kemudian dijabarkan dalam kebijakan

penataan ruang dalam Pasal 7 ayat (4) sebagai berikut :

− penataan kembali permukiman daratan Pantai Utara Jakarta untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat; dan

− pengembangan Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta yang ramah

lingkungan untuk mengurangi resiko bencana.

Kebijakan tersebut dilaksanakan melalui strategi dalam Pasal 11 yang meliputi :

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 35

− melakukan perbaikan lingkungan, pemeliharaan kawasan permukiman dan

kampung nelayan dengan mempertimbangkan aspek sosial ekonomi

penduduk; dan

− merelokasi perumahan dari bantaran sungai dan lokasi fasilitas umum melalui

penyediaan rumah susun/kampung vertikal.

Dari tujuan, kebijakan dan strategi terlihat bahwa kawasan pesisir Pantura

Jakarta merupakan satu kesatuan dengan kawasan pulau-pulau. Meskipun

demikian, hal ini tidak sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) yang menyebutkan bahwa

Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dibagi atas 3 (tiga) sub-kawasan yaitu:

a. Sub-kawasan Barat meliputi areal reklamasi bagian barat, terdiri dari Pulau A,

Pulau B, Pulau C, Pulau D, Pulau E, Pulau F, Pulau G, dan Pulau H;

b. Sub-kawasan Tengah meliputi areal reklamasi bagian tengah, terdiri dari

Pulau I, Pulau J, Pulau K, Pulau L, dan Pulau M; dan

c. Sub-kawasan Timur meliputi areal reklamasi bagian timur, terdiri dari Pulau

N, Pulau O, Pulau P, dan Pulau Q.

Dapat diindikasikan bahwa strategi relokasi perumahan dari bantaran sungai dan

lokasi fasilitas umum melalui penyediaan rumah susun/kampung vertikal tidak

termasuk dalam kawasan yang tata ruangnya diatur dalam Pasal 15 rancangan

Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, sehingga perlu disinkronkan

dengan rencana tata ruang wilayah daratan, yaitu Perda Provinsi DKI Jakarta No.

1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030 dan Perda Provinsi DKI Jakarta

No. 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.

C. Isu berkaitan dengan Rencana Pulau N – Q yang bersifat indikatif

Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, rencana pola ruang maupun

rencana intensitas bangunan untuk Pulau N hingga Q belum diatur dengan

kedetilan seperti pengaturan pada pulau A – M. Pada Pasal 15 dinyatakan bahwa

Pulau N, Pulau O, Pulau P, Pulau Q dan sebagian Pulau M dikembangkan secara

khusus oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi kawasan pelabuhan

terpadu untuk mendukung peran ibukota negara dan penggambaran struktur

ruang dan pola ruangnya secara detail akan dimuat dalam peraturan perundang-

undangan lainnya. Pasal 15 menunjukkan bahwa kewenangan tata ruang Pulau N

– Q merupakan kewenangan Pemerintah bersama Pemerintah Daerah.

D. Isu berkaitan dengan terganggunya kinerja instalasi penting di pesisir

Utara

Pada saat ini terdapat beberapa instalasi penting di kawasan Pantura Jakarta.

seperti PLTU/PLTGU Muara Karang, Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan

pelabuhan laut internasional, jaringan kabel dan pipa gas bawah laut dan

sebagainya. Instalasi penting tersebut membutuhkan kondisi perairan tertentu.

Untuk pelayaran kapal dibutuhkan perairan yang bebas dilalui oleh kapal besar

dua arah dan perairan yang dalam. PLTU/PLTGU membutuhkan kondisi suhu

perairan tertentu. Sementara jaringan kabel dan gasbawah laut memerlukan

jarak bebas tertentu. Selain itu adanya rencana pembangunan tanggul di

sepanjang pesisir juga mengubah garis pantai lama. Oleh sebab itu bentuk pulau

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 36

harus mempertimbangkan alur keluar-masuk kapal dari dan ke pelabuhan dan

pusat kegiatan perikanan, batasan kedalaman, kanal pemisah yang berpedoman

pada peraturan perundangan, jarak minimal pulau dengan keberadaan instalasi

pipa dan kabel yang disyaratkan pada peraturan, memperhatikan aliran 13 sungai

yang bermuara ke Teluk Jakarta serta laju sedimentasinya, serta harus

memperhatikan infrastruktur penting di kawasan pesisir daratan.

Berikut adalah gambar titik lokasi instalasi penting yang disandingkan dengan

titik-titik potensi permasalahan lingkungan di kawasan Pantura Jakarta.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 37

Gambar 3.14. Titik Lokasi Instalasi Penting Kawasan Pesisir Pantura

Gambar 3.15. Peta Isu Lingkungan Lingkup Pesisir Pantai Utara Jakarta

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 38

E. Isu berkaitan dengan peningkatan bangkitan lalu lintas

Rencana pengembangan Pantura yang bersifat massif akan membawa

konsekuensi pada peningkatan bangkitan lalu lintas terutama pada akses menuju

ke dan dari pulau. Selain itu pengembangan suatu kawasan menjadi Kawasan

Strategis Provinsi apalagi yang memiliki nilai strategis secara ekonomi social dan

lingkungan bersama-sama akan menimbulkan mobilitas yang tinggi ke dan dari

kawasan. Sementara secara struktur ruang Kawasan Strategis Pantura ini akan

memiliki keterhubungan dengan kawasan-kawasan strategis lainnya di wilayah

DKI Jakarta terutama yang berkaitan dengan kawasan strategis kepentingan

ekonomi

Sebagaimana termuat dalam raperda, akses utama menuju KSP Pantura dari

daratan Jakarta adalah berupa jaringan angkutan umum massal dan jaringan

jalan untuk kendaraan pribadi (Pasal 25). Jaringan angkutan umum massal

berbasis jalan dari Pulau C, D, E, F, G, H, I, J dan L langsung terkoneksi dengan

jaringan angkutan umum berbasis jalan di daratan sebagaimana direncanakan

dalam RTRW 2030. Sementara itu pasal 27 juga menyebutkan bahwa jaringan

jalan untuk kendaraan pribadi akan terhubung langsung dengan jalan arteri di

daratan Jakarta. Potensi kemacetan akan terjadi pada titik – titik pertemuan

antara jalan akses dan jalan arteri di daratan.

Gambar berikut menunjukkan titik potensi kemacetan yang terjadi di wilayah

daratan DKI Jakarta sebagai pengaruh dari pengembangan KSP Pantura. Sebagai

informasi titik kemacetan ini dibagi dalam lingkup kurun waktu hari kerja dan hari

libur kerja (weekend days). Dalam kondisi eksisting saat ini pada kurun waktu

hari kerja diketahui terdapat 10 titik kemacetan di kawasan Pesisir Jakarta. Dan

diperkirakan selanjutnya bila pulau reklamasi sudah dibangun terdapat

penambahan 6 titik kemacetan baru karena jalan akses utama dari area pulau-

pulau reklamasi.

Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan konektivitas jaringan jalan di pulau

dengan jalan di daratan yang dapat meminimalisir terjadinya konflik sebidang,

antara lain melalui pembangunan jalan arteri layang di daratan pantai lama yang

terhubung langsung dengan akses jalan menuju pulau.

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 39

Gambar 3.16. Titik Kemacetan Kawasan Pesisir Serta Perkiraan

Dampak Dari Timbulnya Bangkitan Lalu Lintas Dari Pengembangan

Kawasan Reklamasi

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 40

Tabel 3.10. Informasi Titik Kemacetan Eksisting Pada Situasi Hari Kerja Di Kawasan Pesisir Pantura Jakarta

Waktu Pengamatan

Hari Kerja: Senin - Jumat

Identifikasi Titik Kemacetan

Pukul 8.00 WIB

Titik Kemacetan: 1. Persimpangan Jalan Tol

Lingkar Luar Jakarta -

Jalan Tol Prof. Sedyatmo 2. Persimpangan Jalam Pluit

Selatan Raya - Jalan Jembatan Tiga

3. Persimpangan Jalan R.E.

Martadinata - Jalan Gunung Sahari Raya

4. Persimpangan Jalan Sulawesi - Jalan Raya

Pelabuhan 5. Persimpangan Jalan

Cilincing Raya - Jalan

Cakung Cilincing Raya

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 41

Waktu Pengamatan

Hari Kerja: Senin - Jumat

Identifikasi Titik Kemacetan

Pukul 12.00

WIB

Titik Kemacetan:

1. Jalan Raya Dadap dan Jalan Tol Prof. Sedyatmo

2. Persimpangan Jalan Tol

Lingkar Luar Jakarta - Jalan Tol Prof. Sedyatmo

3. Jalan Tol Prof. Sedyatmo dan akses keluar Jalan

Pluit Selatan Raya

4. Persimpangan Jalam Pluit Selatan Raya - Jalan

Jembatan Tiga 5. Jalan Tol Pelabuhan

6. Persimpangan Jalan Cilincing Raya - Jalan

Cakung Cilincing Raya

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 42

Waktu Pengamatan

Hari Kerja: Senin - Jumat

Identifikasi Titik Kemacetan

Pukul 18.00

WIB

Titik Kemacetan:

1. Jalan Raya Dadap dan Jalan Tol Prof. Sedyatmo

2. Persimpangan Jalan Tol

Lingkar Luar Jakarta - Jalan Tol Prof. Sedyatmo

3. Jalan Tol Prof. Sedyatmo dan akses keluar Jalan

Pluit Selatan Raya

4. Persimpangan Jalam Pluit Selatan Raya - Jalan

Jembatan Tiga 5. Jalan Tol Pelabuhan

6. Persimpangan Jalan R.E. Martadinata - Jalan

Gunung Sahari Raya

7. Jalan Tol Pelabuhan 8. Jalan Tol Pelabuhan dan

Jalan Yos Sudarso 9. Persimpangan Jalan

Sulawesi - Jalan Raya

Pelabuhan 10. Persimpangan Jalan

Cilincing Raya - Jalan Cakung Cilincing Raya

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 43

Waktu Pengamatan

Hari Kerja: Senin - Jumat

Identifikasi Titik Kemacetan

Pukul 22.00

WIB

Titik Kemacetan:

1. Persimpangan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta -

Jalan Tol Prof. Sedyatmo

2. Persimpangan Jalam Pluit Selatan Raya - Jalan

Jembatan Tiga 3. Persimpangan Jalan

Sulawesi - Jalan Raya

Pelabuhan 4. Persimpangan Jalan

Cilincing Raya - Jalan Cakung Cilincing Raya

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 44

Tabel 3.11. Informasi Titik Kemacetan Eksisting Pada Situasi Hari Libur Kerja (Weekend Days) Di Kawasan Pesisir Pantura

Jakarta

Waktu Pengamatan

Hari Lbur Kerja (Weekend Days): Sabtu - Minggu

Identifikasi Titik Kemacetan

Pukul 8.00

WIB

Titik Kemacetan:

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 45

Waktu Pengamatan

Hari Lbur Kerja (Weekend Days): Sabtu - Minggu

Identifikasi Titik Kemacetan

Pukul 12.00 WIB

Titik Kemacetan:

1. Persimpangan Jalan Tol

Lingkar Luar Jakarta - Jalan Tol Prof. Sedyatmo

2. ersimpangan Jalam Pluit

Selatan Raya - Jalan Jembatan Tiga

3. Persimpangan Jalan R.E. Martadinata - Jalan

Gunung Sahari Raya 4. Persimpangan Jalan

Cilincing Raya - Jalan

Cakung Cilincing Raya

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 46

Waktu Pengamatan

Hari Lbur Kerja (Weekend Days): Sabtu - Minggu

Identifikasi Titik Kemacetan

Pukul 18.00 WIB

Titik Kemacetan:

1. Persimpangan Jalan Tol

Lingkar Luar Jakarta - Jalan Tol Prof. Sedyatmo

2. ersimpangan Jalam Pluit

Selatan Raya - Jalan Jembatan Tiga

3. Persimpangan Jalan R.E. Martadinata - Jalan

Gunung Sahari Raya 4. Persimpangan Jalan

Cilincing Raya - Jalan

Cakung Cilincing Raya

KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Bab 3 - 47

Waktu Pengamatan

Hari Lbur Kerja (Weekend Days): Sabtu - Minggu

Identifikasi Titik Kemacetan

Pukul 22.00 WIB

Titik Kemacetan:

1. Persimpangan Jalan Tol

Lingkar Luar Jakarta - Jalan Tol Prof. Sedyatmo

2. Persimpangan Jalam Pluit

Selatan Raya - Jalan Jembatan Tiga