Bab III Pemetaan Jaringan Irigasi

7
III. BAHAN DAN METODA 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2009. Tempat penelitian dilakukan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kotamadya Padang. Daerah ini diambil karena memiliki jaringan yang baik dan dapat mendukung pertanian di daerah ini. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Perangkat GPS (Global Potition System) sebanyak 2 unit. 2. Meteran 3. Seperangkat Current meter dan Pelampung 4. Seperangkat komputer dengan software Arc View GIS 3.3 5. Alat tulis dan gambar 6. Peta rupa bumi skala 1 : 50,000 7. Skema jaringan irigasi 8. Peta Administratif 9. Peta land use 3.3 Metoda Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data dari dua aspek yaitu : 1. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan atau wawancara langsung dengan petani atau instansi terkait. Data primer yang dibutuhkan meliputi : Data kondisi dan fungsi jaringan irigasi. Data koordinat jaringan irigasi Data debit Data Kerapatan Saluran Data Kerapatan Bangunan

description

daf

Transcript of Bab III Pemetaan Jaringan Irigasi

III. BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2009.

Tempat penelitian dilakukan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah

Kotamadya Padang. Daerah ini diambil karena memiliki jaringan yang baik dan

dapat mendukung pertanian di daerah ini.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Perangkat GPS (Global Potition System) sebanyak 2 unit.

2. Meteran

3. Seperangkat Current meter dan Pelampung

4. Seperangkat komputer dengan software Arc View GIS 3.3

5. Alat tulis dan gambar

6. Peta rupa bumi skala 1 : 50,000

7. Skema jaringan irigasi

8. Peta Administratif

9. Peta land use

3.3 Metoda Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data dari dua aspek yaitu :

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan

langsung di lapangan atau wawancara langsung dengan petani atau

instansi terkait. Data primer yang dibutuhkan meliputi :

• Data kondisi dan fungsi jaringan irigasi.

• Data koordinat jaringan irigasi

• Data debit

• Data Kerapatan Saluran

• Data Kerapatan Bangunan

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan meliputi :

• Data Iklim

• Data luas layanan

• Peta rupa bumi skala 1 : 50.000

• Peta jaringan irigasi

• Peta administrative

• Peta land use

3.3.1 Data Primer

3.3.1.1 Penentuan Koordinat

Pengumpulan data dilakukan survey topografi. Langkah pertama dalam

melakukan penelitian ini adalah dengan menyiapkan peta topografi wilayah

tersebut. Kemudian ditentukan titik awal pergerakan untuk memetakan jaringan

irigasi. Titik awal yang akan digunakan merupakan sebuah bangunan

pengambilan (intake) seperti bendungan atau bendungan gerak.

Dari titik awal, kemudian ditentukan titik pengambilan lain pada jaringan

irigasi yang lain. Jaringan Irigasi yang diambil koordinatnya meliputi bangunan

irigasi seperti saluran bangunan bagi dan sadap, bangunan pengukur debit, serta

bangunan pelengkap seperti jembatan, jalan, gorong – gorong, dan lain

sebagainya. Koordinat ini nantinya akan diinterprestasikan dengan peta rupa bumi

skala 1 : 50.000.

Dalam pengambilan petak tersier dilakukan pada tiga daerah P3A. Daerah

P3A yang diambil merupakan P3A yang berada didaerah hulu, tengah, dan hilir

dari Daerah Irigasi Koto Tuo.

Setiap titik yang telah diberi patok, kemudian ditentukan koordinatnya

dengan menggunakan Global Potition System (GPS). Dari GPS akan didapatkan

koordinat bangunan irigasi terhadap lintang dan bujur. Dalam penggunaan GPS

harus dilakukan dengan hati – hati, karena alat ini memiliki sensitifitas yang

tinggi. Untuk itu digunakan dua buah GPS sebagai perbandingan ketelitian.

26

3.3.1.2 Kondisi Bangunan Irigasi

Kondisi dari jaringan irigasi meliputi kerusakan yang digolongkan menjadi

tiga kriteria yaitu : (1) ringan, (2) sedang, (3) berat. Kondisi jaringan dilakukan

dengan melihat langsung jaringan irigasi tersebut, termasuk didalamnya bangunan

pengambil, saluran, bangunan bagi dan sadap, dan bangunan pelengakap lainnya.

Kondisi jaringan digolongkan berdasarkan kondisi fisik jaringan. Selain

itu, kondisi jaringan juga dikelompokan berdasarkan debit aliran dan efisiensi dari

saluran dan bangunan irigasi.

3.3.1.3 Penelusuran Jaringan.

Penelusuran jaringan digunakan untuk menganalisa kinerja irigasi.

Pengukuran dimensi meliputi panjang saluran, luas area, jumlah bangunan, jumlah

penggal saluran, jumlah boks bagi, panjang total saluran pada petak tersier.

3.3.1.4 Pengukuran Debit Sesaat dan Efisiensi

Pengukuran debit dilakukan pada tiap – tiap jaringan irigasi. Debit diukur

dengan cara mengukur kecepatan aliran secara langsung dengan bantuan current

meter atau pelampung kemudian dikalikan dengan luas penampang basah. Luas

penampang didapatkan dengan mengukur lebar dengan meteran kemudian

dikalikan dengan tinggi yang juga diukur dengan meteran.

Pengukuran menggunakan current meter ditentukan berdasarkan

ketinggian aliran seperti pada tabel 1. Tetapi untuk mengontrol data dari

pengukuran current meter digunakan pelampung. Pelampung juga digunakan

pada saluran tersier dan tinggi aliran kurang dari 15 cm.

Tabel 1. Ketentuan Pengukuran dengan current meter

Kedalaman aliran (h) dalam m

Jumlah titik pengukuran Titik kedalaman

0,0-0,6 1 0,6h

0,6-3,0 2 0,2h;0,8h

3,0-6,0 3 0,2h;0,6h;0,8h

>6,0 4 0,2h;0,6h;0,8h

27

3.3.2 Data Sekunder

3.3.2.1 Data Iklim

Data iklim yang diperlukan yaitu curah hujan 10 tahunan, temperatur,

kecepatan angin, lama penyinaran. Data iklim ini didapatkan dari Badan

Metereologi dan Goefisika (BMG), Departemen Pekerjaan Umum (PU), dan dinas

terkait lainnya.

3.3.2.2 Luas Layanan Irigasi

Luas layanan irigasi merupakan luas area yang dapat dialiri dari irigasi.

Luas layanan irigasi ini, data yang diperlukan didapat dari dinas PSDA. Selain

dari dinas PSDA,data ini juga dapat dikumpulkan pada dinas terkait seperti dinas

Pertanian, perkebunan, kehutanan, pemukiman dll.

3.3.2.3 Peta Topografi

Peta topografi atau peta kontur digunakan sebagai peta dasar dalam

penelitian ini. Peta topografi akan digabungkan ( overlay ) dengan peta lain

seperti peta jaringan dan peta administratif.

3.3.2.4 Skema Jaringan Irigasi

Skema jaringan irigasi merupakan skema yang menggambarkan jaringan

irigasi yang akan dipetakan dan diinventarisasi. Dari skema jaringan ini dapat

ditentukan bangunan dan jaringan lain yang berada di Daerah Irigasi Koto Tuo.

Selain itu dengan skema Jaringan ini dapat ditentukan daerah hulu, tengah, dan

hilir Daerah Irigasi tersebut.

3.3.2.5 Peta Administratif

Peta Administratif yang digunakan merupakan peta administratif yang

mencakup Daerah Irigasi Koto Tuo.

3.3.2.6 Peta Land Use

Peta land use digunakan untuk menggambarkan situasi wilayah Daerah

Irigasi Koto Tuo. Dengan peta land use dapat dilihat kondisi daerah dan pertanian

khusunya sawah yang dialiri oleh irigasi Koto Tuo.

28

3.4 Analisa Data

Tahap analisa data dilakukan setelah mendapatkan data yang lengkap di

lapangan dan digabungkan dengan data sekunder yang didapat. Data yang

diperlukan untuk dianalisa adalah koordinat lokasi, keadaan fisik, dan debit aliran.

3.4.1 Koordinat Jaringan Irigasi

Data koordinat bangunan irigasi yang diambil dengan bantuan GPS

kemudian ditransfer dan dianalisa dengan bantuan software Arc View GIS 3.3.

Koordinat ini juga digunakan untuk register peta. Setelah dilakukan register, dari

koordinat ini kemudian dijitasi kedalam peta daerah. Sehingga didapatkan sebuah

peta jaringan irigasi yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).

Peta jaringan irigasi hasil keluaran software ini selain berisikan peta, juga

memuat database yang memuat informasi keadaan jaringan irigasi tersebut.

Sehingga ketika steakholder meinginkan informasi salah satu bagian jaringan

irigasi, cukup dengan mengaktifkan cursor pada bagian yang diinginkan.

3.4.2 Debit Aliran

Debit aliran didapatkan dengan bantuan current meter. Dari alat ini,

kemudian akan diketahui kecepatan aliran pada saat itu. Setelah itu dikalikan

dengan luas penampang basah yang diukur dengan luas penampang basah dan

koefisien kekasaran

Q = V. A. C

Keterangan :

Q = Debit aliran (m3/s)

V = Kecepatan aliran (m/s)

A = Luas penampang basah (m2)

C = Koefisien kekasaran

3.4.3 Efisiensi Saluran

Efesiensi diukur agar dapat mengetahui kehilangan air yang masuk dengan

air yang keluar pada jaringan irigasi. Efisiensi dapat diukur dengan menggunakan

rumus :

Keterangan :

29

……………………………………………………..………..(6)

…………………………………………..………..(6)

Qin = Jumlah debit yang masuk ke jaringan irigasi (m3/detik)

Qout = Jumlah debi yang keluar dari jaringan irigasi (m3/detik)

3.4.4 Kondisi Jaringan Irigasi

Kondisi jaringan irigasi diamati langsung ke lapangan. Sehingga dari

pengamatan tersebut, dapat dikelompokan jaringan irigasi tersebut ke dalam

kriteria – kriteria kondisi jaringan irigasi menurut tingkat kerusakannya. Hal – hal

yang akan diamati yaitu kerusakan, penyebab kerusakan, dan tindakan perbaikan.

1. Ringan, apabila kerusakan tidak mempengaruhi laju aliran dan efesiensi

debit besar dari 50 % dan petani tidak terpengaruh terhadap kerusakan tersebut.

2. Sedang, apabila kerusakan telah mempengaruhi laju aliran dan efisiensi

debit antara 25 – 50 %. Pada tingkat kerusakan ini, petani atau kelompok

tani masih bisa memperbaiki.

3. Berat, apabila jaringan irigasi tidak layak lagi digunakan dan efisiensi

kurang dari 25 %. Pada tingkat kerusakan ini, petani atau kelompok tani

tidak dapat lagi memperbaikinya.

3.4.5 Karakteristik Kondisi Fisik Jaringan

3.4.5.1 Analisa Kerapatan Saluran

Kerapatan saluran dianalisa dengan cara menentukan panjang saluran, luas

total area irigasi. Kerapatan saluran dianalisa dengan menggunakan persamaan 1.

3.4.5.2 Analisa Kerapatan Bangunan

Kerapatan bangunan dianalisa dengan cara menentukan jumlah bangunan

yang ada di area irigasi. Kerapatan bangunan dianalisa dengan menggunakan

persamaan 2.

3.4.5.3 Analisa Ratio Bheta (β)

Ratio Bheta (β) dianalisa dengan cara menentukan jumlah penggal saluran

dan jumlah boks bagi. Ratio Bheta (β) ditentukan dengan menggunakan

persamaan 3.

3.4.5.4 Analisa Ratio Eta (∩)

30

Ratio Eta (∩) dianalisa dengan cara menentukan total panjang saluran dan

jumlah penggal saluran. Ratio Eta (∩) ditentukan dengan menggunakan

persamaan 4.

3.4.5.5 Analisa Ratio Theta (θ)

Ratio Theta (θ) dianalisa dengan cara menentukan Panjang total saluran pada

petak tersier dan Jumlah kotak bagi. Ratio Theta (θ) ditentukan dengan menggunakan

persamaan 5.

3.5 Output

Data disajikan dalam bentuk peta jaringan irigasi dalam format digital

yang berisikan database dari jaringan irigasi. Hasil dari peta ini didapat dari data

– data primer dan sekunder yang kemudian diolah dengan software Arc View 3.3.

Output dari peta ini menggambarkan kondisi jaringan irigasi dan

inventarisasi jaringan irigasi. Selain itu dari peta ini dapat kondisi jaringan

terhadap kebutuhan lahan pertanian.

Ketika air dari jaringan irigasi memenuhi atau berlebih, maka dilakukan

tindakan seperti penambahan luas lahan. Selain itu, pemanfaatan air juga dapat

digunakan sebagai kebutuhan lain seperti kolam, tambak dan lain – lain.

Keadaan jika air irigasi tidak memenuhi lahan yang tersedia, maka

diperlukan tindakan lain seperti irigasi bergiliran, terputus – putus, atau dengan

cara melakukan pergiliran tanaman dan dapat juga dengan penundaan penanaman

dari jadwal yang ditentukan kelompok tani.

31