SKRIPSI PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI SAWAH DAERAH IRIGASI ...
Transcript of SKRIPSI PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI SAWAH DAERAH IRIGASI ...
SKRIPSI
PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI SAWAH DAERAH
IRIGASI SANREGO KABUPATEN BONE
Oleh :
HAMZAH : 10581176212
A.YUSVIAWAN : 10581168712
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL PENGAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena rahmat dan hidayah- Nyalah sehingga penulis dapat menyusun
Proposal rencana penelitian dengan judul : “PENGEMBANGAN
JARINGAN IRIGASI D.I SANREGO KABUPATEN BONE”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan proposal
penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, hal ini
disebabkan penulis sebagai manusia biasa tidak lepas dari kekhilafan baik
itu dari segi teknis penulisan. Oleh karena itu penulis menerima dengan
ikhlas dan senang hati segala koreksi serta perbaikan guna
penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat lebih bermanfaat.
Proposal rencana penelitian ini dapat terwujud berkat adanya
bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, kami mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Hamzah Al Imran,ST.,MT sebagai Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Muh. Syafaat S. Kuba, ST. sebagai Ketua Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr.Ir. Ratna Musa, MT selaku Pembimbing I dan Ibu Hj. Arsyuni Ali
Mustari,ST.,MT. selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan
iv
waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terwujudnya
proposal ini.
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada Fakultas Teknik atas
segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama
mengikuti proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Ayahanda, Ibunda dan Saudara-saudara yang tercinta, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya atas segala
limpahan kasih sayang, do’a, dorongan dan pengorbanannya.
6. Rekan- rekan mahasiswa Fakultas Teknik, terkhusus Saudaraku
Angkatan 2012 yang dengan keakraban dan persaudaraannya banyak
membantu dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang
berlipat ganda di sisi Allah SWT dan proposal penelitian yang sederhana
ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan- rekan, masyarakat serta bangsa
dan negara. Amin.
Makassar, Mei 2018
Penulis
PENGEMBANGAN JARINGAN
IRISGASI SAWAH D.I SANREGO
KABUPATEN BONE
Hamzah)1 dan A. Yusviawan)
2
1)Mahasiswa Program Studi Teknik Pengairan
Unismuh Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259,
MahasiswaProgram StudiTeknik Pengairan
Unismuh Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259,
Abstrak
Pertanian merupakan sektor pembangunan
perekonomian mengingat fungsi dan perannya
dalam penyediaan pangan bagi penduduk, serta
tempat tergantungnya mata pencaharian penduduk
di pedesaan. Untuk meningkatkan produksi
pangan maka diadakanlah suatu pengembangan
jaringan irigasi. Daerah pertanian di Kabupaten
Bone sudah berupa hamparan sawah yang luas
sehingga kondisi ketersediaan air sawah sangat
terbatas, hanya satu kali panen, itupun
mengandalkan air hujan. Oleh sebab itu kebutuhan
air semakin besar, baik secara kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan debit bendung Sanrego
sehingga pengembangan jaringan irigasi dapat
dilakukan, mengetahui perencanaan jaringan
irigasi pada pengembangan jaringan irigasi sawah
didaerah irigasi Sanrego. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian eksperimental, di analisis seberapa
besar potensi debit yang tesedia, dengan
menggunakan Metode NRECA dan Metode
MOCK, menurut tahun pengamatan yang
diperoleh, harus diurut dari yang terkecil sampai
yang terbesar.. Kemudian memproyeksikan
jumlah debit yang tersedia dengan kebutuhan
debit yang tersedia pada bulan januari. Jaringan
irigasi yang sudah dibangun seluas areal 6712 ha
dengan debit yang tepakai sebesar Q= 11.02
m³/dtk sedangkan debit yang tersedia sebaesar
11.91 m³/dtk, sehingga masih tersisa Q= 0.89
m³/dtk. Untuk pengembangan jaringan daerah
irigasi sanrego dapat disimpulkan bahwa masih
ada debit tersisa sebesar Q= 0,89 m³/dtk, yang
mampu memberi air seluas 541, haselanjutnya di
didesain skema jaringan irigasi dan dimensi
saluran persyaratan yang sesuai dengan standar
Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan 01
,1986). Sehingga Pemanfaatan ketersediaan air
bendung sanrego dapat dimanfaatkan dengan
maksimal.
Kata kunci : Ketersediaan air dan kebutuhan air
Abstract
Agriculture is a sector of economic development
given its function and role in the provision of food
for the population, and where dependent
livelihoods of rural people. To increase food
production, an irrigation network was developed.
The area of agriculture in Bone Regency is
already a vast expanse of rice fields so that the
conditions of rice water availability is very
limited, only one harvest, and even then rely on
rain water. Therefore the need for water is getting
bigger, both quantitatively and qualitatively. This
study aims to determine the ability of the Sanrego
dam discharge so that the development of
irrigation networks can be done, knowing the
irrigation network planning on the development of
irrigation network of rice fields in Sanrego
irrigation area. This study is a type of
experimental research, in the analysis of how
much potential discharge is available, using the
NRECA and MOCK Methods, according to the
observed year, must be sorted from the smallest to
the largest. Then projected the amount of
discharge available with the discharge
requirement available in january. The irrigation
network that has been constructed is 6712 ha with
the discharge use of Q = 11.02 m³ / s while the
available discharge is 11.91 m³ / s, so the
remaining Q = 0.89 m³ / s. For the development of
the sanrego irrigation area network it can be
concluded that there is still a residual debit of Q =
0.89 m³ / s, capable of providing water of 541,
further in the design of irrigation network schemes
and channel dimension requirements in
accordance with standards of Irrigation Planning
(Planning Criteria 01 , 1986). So that the
utilization of water supply sanrego dam can be
utilized with the maximum
Keywords: Water availability and water
requirements
.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................... !!!
DAFTAR ISI ....................................................................................... !V
DAFRAR TABEL................................................................................ V!
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ V!!
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ...................................................................... 1
B Rumusan Masalah ................................................................. 3
C Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D Batasan Masalah ................................................................... 4
D Manfaat Penelitian ................................................................. 4
E Sistematika Penulisan ............................................................ 4
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A Jaringan Irigasi ...................................................................... 6
a. Pengertian Jaringan Irigasi ................................................ 6
b. Klarifikasi Jaringan Irigasi .................................................. 7
c. Jaringan Irigasi Eksiting yang Terhubung ............................ 10
d. Sistem Jaringan Irigasi ................................................... 11
B Analisa Hidrologi ................................................................... 18
a. Pengertia Hidrologi ........................................................ 18
b. Stasiun hidrologi ............................................................ 19
v
c. Anlisa curah hujan rata- rata ......................................... 19
d. Curah hujan efektif ......................................................... 20
e. Debit andalan ................................................................. 21
C Klimatologi ............................................................................. 23
a. Pengertian klimatologi .................................................... 23
b. Evapotranspirasi ............................................................ 23
c. Kondisi Topografi ........................................................... 25
d. Kebutuhan Air Irigasi ...................................................... 26
e. Skema jaringan Irigasi.................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A Lokasi Penelitian ................................................................... 33
B Jenis Penelitian dan Sumber Data ......................................... 34
1. Jenis penelitian .............................................................. 34
2. Sumber data .................................................................. 34
C Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35
D Teknik Analisa Data ............................................................... 35
E Variabel yang Diteliti .............................................................. 37
F Prosedur Penelitian ................................................................ 37
E Bagan Flow Chart Penelitian .................................................. 38
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A Hasil Penelitian ...................................................................... 39
1. Data Stasiun hidrologi .................................................... 39
2. Jaringan Irigasi .............................................................. 43
vi
B Analisa dan Perhitungan ........................................................ 44
1. Analisa Curah Hujan Rata-rata Degan Metode Polygon
Thiessen ........................................................................ 44
2. Analisa Curah Hujan Efektif ........................................... 45
3. Analisa Data Klimatologi ................................................ 47
4. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Sawah ............................. 49
5. Analisis Ketersediaan Air ............................................... 52
6. Keseimbangan Air.......................................................... 54
7. Perhitungan Dimensi Saluran Rencana Pengembangan 55
C Hasil Pembahasan ................................................................. 74
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan ............................................................................ 75
B Saran ..................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Data profil saluran garis A ...................................................... 17
2. Data profil saluran garis B ....................................................... 17
3. Harga – harga koefisien tanaman padi .................................... 27
4. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (IR) ................. 29
5. Daftar stasiun hidrologi pada DAS Sanrego ............................ 39
6. Data klimatologi ...................................................................... 40
7. Dimensi saluran eksisting ........................................................ 42
8. Koefisien thiessen ................................................................... 44
9. Perhitungan curah hujan rata- rata ½ bulanan dengan Metode
Thiessen ................................................................................. 45
10. Perhitungan curah hujan efektif ............................................... 46
11. Perhitngan evapotranspirasi .................................................... 49
12. Perhitungan kebutuhan air pola tanaman padi dan palawija .... 51
13. Data debit andalan ½ bulanan sungai sanrego ........................ 53
14. Keseimbangan air ................................................................... 54
15. Perencanaan dimensi saluran tersier pada daerah irigasi
sanrego pengebanagn ............................................................ 73
16. Perencanaan dimensi saluran skunder pada daerah irigasi
sanrego pengebanagn ............................................................ 73
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Jaringan irigasi sederhana ...................................................... 8
2. Jaringan irigasi semi teknis ..................................................... 9
3. Jaringanirigasi teknis ............................................................... 10
4. Peta lokasi penelitian .............................................................. 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat disatu
sisi menimbulkan suatu permasalahan yaitu meningkatnya kebutuhan
akan bahan pangan, sehingga perlu dipikirkan berbagai usaha untuk lebih
meningkatkan hasil pertanian dan mencegah terjadinya kesenjangan yang
tinggi antara tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan bahan makanan
dan juga meningkatkan taraf hidup petani.
Pertanian merupakan sektor pembangunan perekonomian
mengingat fungsi dan perannya dalam penyediaan pangan bagi
penduduk, serta tempat tergantungnya mata pencaharian penduduk di
pedesaan. Sektor ini mempunyai peningkatan devisa dan peningkatan
kesejahteraan petani, sehingga pembangunan pertanian sebagai motor
penngerak dan penyandang perekonomian nasional dalam rangka
peningkatan produksi padi, salah satu program yang di laksanakan yaitu
pembangunan jaringan irigasi yang merupakan faktor penting dalam
proses usaha tani yang berdampak langsung terhadap kualitas dan
kuantitas tanaman padi. Pembangunan sarana irigasi sebagai salah
satu faktor penunjang kearah upaya mempertahankan dan meningkatkan
swasembada pangan, membutuhkan persyaratan sosial, yang pada
2
dasarnya merekam dan mengkaji secara seksama, keingina harapan dan
kemajuan para petani. Sehingga ketersediaan sarana irigasi yang hendak
dibangun, sebagai perwujudan dari petani dan bersifat “buttom up” yang
nantinya diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang optimal, dari
suatu kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani.
Daerah pertanian di Kabupaten Bone sudah berupa hamparan
sawah yang luas sehingga kondisi ketersediaan air sawah sangat
terbatas, hanya satu kali panen, itupun mengandalkan air hujan. Oleh
sebab itu kebutuhan air semakin besar, baik secara kuantitatif dan
kualitatif. Pemenuhan kebutuhan air irigasi di kabupaeten Bone,
kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Libureng masih
kurang, sehingga upaya perbaikan prasarana dan sarana irigasi menjadi
sangat penting untuk terus dilakukan untuk menjamin efesiensi
penggunaan sumber air.
Daerah Irigasi di sanrego, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone
awalnya didesain dengan areal seluas 9457 ha. Jaringan irigasi yang
sudah dibangun sampai saat ini hanya seluas areal 6712 ha, areal
sisanya merupakan sawah tadah hujan seluas 2745 ha. Sawah tadah
hujan adalah sawah yang air irigasinya mengandalkan dari air hujan saja
sehingga pada saat musim kemarau areal sawah tidak dapat ditanami
karena kurangnya ketersediaan air. Karena mengandalkan air hujan,
dalam setahun areal sawah petani hanya mampu 1 kali masa tanam.
3
Dengan keadaan tersebut, pendapatan petani dari hasil pertanian
dianggap masih kurang.
Pemberian air irigasi semula dilakukan dengan mengambil air
Bendung Sanrego yang merupakan aliran dari Sungai Sanrego Untuk
meningkatkan produksi pangan, pemerintah daerah merencanakan untuk
memperluas daerah pengairan yang terletak di kanan bendung sanrego.
Untuk meningkatkan produksi pangan maka diadakanlah suatu
pengembangan jaringan irigasi. Dengan adanya suatu pengembangan
jaringan irigasi di daerah irigasi Sanrego maka penulis mencoba untuk
menganalisa kasus ini, dimana jaringan irigasi di daerah Sanrego
dilakukan suatu perluasan jaringan irigasi di sebelah kanan bendung.
Melihat hal tersebut di atas dan kaitannya dengan perencanaan
jaringan irigasi maka dalam skripsi ini dipilih judul “Pengembangan
Jaringan Irigasi Sawah Daerah Irigasi Sanrego Kabupaten Bone”.
Dalam rangka meningkatkan areal layanan irigasi dan intensitas tanam
dari areal eksisting.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Seberapa besar kemampuan debit air yang tersedia pada sungai
sanrego untuk mengairi sawah yang ada didaerah irigasi sanrego ?
2. Bagaimana perencanaan pengembangan jaringan irigasi sawah
pada daerah irigasi Sanrego kabupaten Bone ?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana
yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan debit bendung sanrego sehingga
pengembangan jaringan irigasi dapat dilakukan.
2. Untuk mengetahui perencanaan jaringan irigasi pada
pengembangan jaringan irigasi sawah didaerah irigasi Sanrego
D. Batasan Masalah
Adapun batasan permasalahan terhadap penelitian ini adalah:
1. Membahas mengenai pengembangan jaringan irigasi sawah.
2. Distribusi air yang direncanakan mengikuti kriteria perencanaan
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Pengetahuan tentang pengembangan jaringan irigasi.
2. Sebagai masukan kepada piahak yang berwenang mengenai
ketersediaan air.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini merupakan susunan yang sistematik dengan
komposisi bab- bab mengenai pokok- pokok uraian sehingga mencakup
pengertian tentang apa dan bagaimana. Jadi sistematika penulisan
diuraikan sebagai berikut:
5
BAB I : Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,
dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini menguraikan tentang ketersedian debit air pada sungai
sanrego, analisa hidrologi dan kebutuhan air pada pengem-bangan
jaringan irigasi.
BAB III : Bab ini akan menguraikan tentang tahap- tahap dalam proses
penelitiandi lapangan, dimulai dari pengabilan data lapangan,
pengumpulan data hidrologi, dan tahap analisis hidrologi.
BAB IV : Bab ini berisi tentang analisis data dan hasil analisisnya.
BAB V : Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jaringan Irigasi
a. Pengertian Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi didefinisikan sebagai pemakaian dan penyaluran air
pada tanah guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman, untuk
pengaliran irigasi, saluran berpenampang trapezium, segi empat adalah
bangunan pembawa yang umum dipakai dan ekonomis. Pengembangan
jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru atau
peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada. Pembangunan jaringan
irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di wilayah
tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi
dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas
areal pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan
mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.
Jaringan irigasi terdiri dari petak- petak tersier, sekunder dan primer yang
berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat juga
bangunan utama, bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan nama
luas dan debit. Sebelum diambil keputusan, terlebih dahulu dicek apakah
7
daerah ini tidak mungkin diairi selamanya atau hanya untuk sementara
saja.
Jika sudah pasti tidak bisa ditanami, daerah ditandai pada peta,
dalam pembagian petak tersier dan kuarter harus diperhatikan keadaan
lapangan dan batas- batas alam yang ada misalnya saluran- saluran
lama, sungai, jalan raya, kereta api dan sebagainya. Perencanaan
jaringan irigasi mempertimbangkan faktor- faktor seperti medan lapangan,
ketersediaan air dan lain- lain. Sebelum merencanakan suatu daerah
irigasi terlebih dahulu harus diadakan penyelidikan mengenai jenis- jenis
tanah pertanian yang akan dikembangkan, bagian yang akan dilewati
jaringan irigasi (kontur, sungai, desa, dan lainnya). Keseluruhan proses
tersebut harus mempertimbangkan faktor ekonomis dan dampak setelah
serta sebelum pelaksanaan proyek.
b. Klasifikasi jaringan irigasi
Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan
lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga
tingkatan yakni:
1. Jaringan irigasi sederhana
Di dalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau
diatur, air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani
pemakai air itu tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi yang
sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan pemerintah di dalam
8
organisasi jaringan irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya
berlimpah dengan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam.
Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk
sistem pembagian airnya.
Gambar.2.1 Jaringan Irigasi Sederhana
2. Jaringan irigasi semi teknis
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan
irigasi sederhana dan jaringan semi teknis adalah bahwa jaringan semi
teknis ini bendungnya terletak di sungai lengkap dengan bangunan
pengambilan dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga
dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem
9
pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah
mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah
yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana. Oleh
karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan.
Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan tetapnya berupa
bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan lebih banyak
keterlibatan dari pemerintah.
Gambar.2.2 Jaringan Irigasi Semi teknis
3. Jaringan irigasi teknis
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah
pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus.
Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap
bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga
ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan
10
saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran
pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut.
Gambar.2.3 Jaringan Irigasi Teknis
c. Jaringan Irigasi Eksisting Yang Berhubungan
Areal rencana pengembangan akan diairi dari bendung Sanrego
melalui jaringan saluran skunder aming. Dari hasil pengecekan dimensi
bangunan pengambilan yang ada (3x B=2.0m ; H=1.70 m) menunjukkan
bahwa kapasitas bangunan mampu untuk mengalirkan debit rencana
11
sebesar 15,765 m3/dt, untuk areal seluas 9457 ha. Saluran pembawa
eksisting yang berhubungan untuk mengairi areal rencana pengembangan
adalah Saluran Induk Sanrego (BS.0 – BS.11), dan Saluran Sekunder
Amming (B.Am.1 – B.Am.13).
Dimensi saluran Induk Sanrego dan Saluran Sekunder Amming
sudah didesain untuk mengairi areal eksisting dan rencana
pengembangan. Namun akibat sedimentasi pada beberapa lokasi saluran
kapasitasnya sudah berkurang. Untuk mengembalikan kapasitas saluran
sesuai desain semula, serta untuk meningkatkan kinerja jaringan irigasi
yang ada, telah dilakukan desain rehabilitasi DI. Sanrego pada tahun
2015. Sehingga diharapkan setelah dilaksanakan pekerjaan konstruksi
rehabilitasi, jaringan irigasi ini mampu sepenuhnya untuk mengairi areal
irigasi termasuk rencana pengembangannya.
d. Sistem Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi terdiri dari petak- petak tersier, sekunder dan primer
yang berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat
juga bangunan utama, bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan
nama luas dan debit.
1. Petak Irigasi
Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Sedangkan kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan
yang mendapat air irigasi melalui saluran tersier yang sama disebut
12
petak tersier.Untuk membawa air dari sumbernya hingga ke petak
sawah diperlukan saluran pembawa dengan saluran pembuang, air
tidak tergenang pada petak sawah sehingga tidak berakibat
buruk.Kelebihan air ditampung dalam suatu saluran pembuang tersier
dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang
primer.Umumnya petak irigasi dibagi atas tiga bagian yaitu :
a. Petak Tersier
Petak tersier adalah petak yang menerima air irigasi yang
dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier.
Secara umum petak tersier yang baik sebagai berikut:
1) Mempunyai luas antara 50– 100 Ha, agar pengawasan dan
pembagian air merata.
2) Mempunyai batas yang jelas (parit, jalan batas desa).
3) Jika topografi memungkinkan, petak tersier berbentuk bujur
sangkar atau empat persegi panjang, untuk mempermudah tata
letak bangunan dan efisiensi air baik.
4) Harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder.
5) Panjang saluran tersier sebaiknya tidak lebih dari 1,5 km,
saluran kuarter tidak lebih dari 500 m.
6) Tiap petak tersier sedapat mungkin dapat dibagi menjadi petak
kuarter dengan ukuran 8– 15 Ha.
13
b. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak
sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak disaluran
primer dan sekunder. Batas- batas petak sekunder pada umumnya
berupa tanda-tanda topografii yang jelas, seperti misalnya saluran
pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda– beda, tergantung
pada situasi daerah.
c. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang
mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh
satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air,
biasanya sungai. Daerah disepanjang saluran primer sering tidak
dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder.
2. Saluran Irigasi
a) Jaringan saluran irigasi utama
Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran
sekunder dan ke petak- petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir. Saluran sekunder
membawa air dari saluran primer ke petak- petak tersier yang
dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas saluran sekunder
adalah pada bangunan sadap terakhir.
14
b) Jaringan saluran irigasi tersier
Saluran irigasi tersier membawa air dari bangunan sadap
tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu di saluran
kuarter. Batas ujung saluran ini adalah box bagi kuarter yang
terakhir. Saluran kuarter membawa air dari box bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier.
c) Jaringan saluran pembuang utama
Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder keluar daerah irigasi. Saluran pembuang primer
sering berupa saluran pembuang alam yang mengalirkan kelebihan
air ke sungai, anak sungai, atau ke laut. Saluran pembuang
sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier dan
membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke
pembuang alam dan keluar daerah irigasi.
d) Jaringan saluran pembuang tersier
Saluran pembuang tersier terletak diantara petak- petak tersier
yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan
menampung air, baik dari pembuangan kuarter maupun sawah-
sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.
Saluran pembuang sekunder menerima buangan air dari saluran
pembuang kuarter yang menampung air langsung dari sawah
15
e) Dimensi saluran Saluran
Perencanaan dimensi saluran dilakukan dengan menganggap
bahwa aliran tetap untuk itu ditetapkan rumus rumus Stricler (KP-03):
( 1 )
( 2 )
( ) ( 3 ) ( 16 )
P =b+ (2h.m²+ 1)
Q = V x A (m³)
b: n x h (m)
Dimana:
V = kecepatan aliran (m/detik)
R = jari- jari hidrolis (m)
Q = debit saluran (m³/dtk)
A = potongan melintang aliran (m²)
P = keliling basah (m)
b = lebar dasar (m)
h = tinggi air (m)
I = kemiringan saluran (m)
K = koefisien kekasaran stricler (m1/3/dtk)
16
Grafik perencanaan Saluran Irigasi
Sumber : Kriteria perencanaan ( KP 01)
17
Tabel 2.1 Data profil garis A
Q
m³/dt
M n k k¹/³
/dt
I
10ˉ³
h
m
b
m
v
m/dt I√h
10ˉ4
vbd
m/dt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.30 0.50 0.75
1.50 3.00 4.50
6.00 7.50 9.00
11.00 15.00 25.00 40.00
1.0 1.0 1.5
1.5 1.5 1.5
1.5 1.5 1.5
2.0 2.0 2.0 2.0
1.0 1.2 1.3
1.8 2.3 2.7
3.1 3.5 3.7
4.2 4.9 6.5 9.0
35 35 35
40 40 40
42.5 42.5 42.5
45 45 45 45
0.56 0.50 0.46
0.39 0.32 0.28
0.25 0.23 0.21
0.20 0.17 0.15 0.13
0.62 0.73 0.78 0.92 1.16 1.32 1.41 1.50 1.60 1.60 1.76 2.00 2.19
0.62 0.88 1.02 1.66 2.66 3.57 4.37 5.25 5.93 6.71 8.64 12.98 19.73
0.39 0.42 0.44 0.54 0.59 0.61 0.66 0.67 0.67 0.70 0.70 0.74 0.74
3.19 3.16 3.07 2.92 2.76 2.63 2.46 2.36 2.24 2.14 1.94 1.87 1.79
0.42 0.44 0.46 0.55 0.57 0.58 0.61 0.62 0.61 0.64 0.63 0.64 0.65
Sumber : Kriteria perencnaan (Kp 01)
Tabel.2.2 Data profil saluran garis B
Q m³/dt
M n k k¹/³ /dt
I 10ˉ³
H M
b m
v m/dt
I√h 10ˉ4
vbd
m/dt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.30 0.50 0.75
1.50 3.00 4.50
6.00 7.50 9.00
11.00 15.00 25.00 40.00
1.0 1.0 1.5
1.5 1.5 1.5
1.5 1.5 1.5
2.0 2.0 2.0 2.0
1.0 1.2 1.3
1.8 2.3 2.7
3.1 3.5 3.7
4.2 4.9 6.5 9.0
35 35 35
40 40 40
42.5 42.5 42.5
45 45 45 45
0.44 0.38 0.35
0.30 0.25
0.225
0.20 0.19
0.175
0.16 0.145 0.13 0.12
0.65 0.77 0.82 0.97 1.21 1.38 1.47 1.55 1.66 1.67 1.82 2.05 2.23
0.65 0.92 1.07 1.74 2.79 3.71 4.55 5.44 6.14 7.00 8.91 13.34 20.03
0.36 0.38 0.40 0.49 0.54 0.57 0.60 0.62 0.63 0.64 0.66 0.70 0.73
2.56 2.46 2.40 2.30 2.21 2.51 2.01 1.99 1.90 1.75 1.68 1.64 1.62
0.39 0.40 0.41 0.49 0.52 0.53 0.56 0.57 0.57 0.58 0.59 0.61 0.62
Sumber : Kriter ia perencnaan (Kp 01)
18
f) Debit Saluran
Debit rencana sebuah saluran di hitung dengan rumus :
(3)
Dimna:
Q : debit rencana (m³/dt)
NFR : kebutuhan air sawah, (m³/dt.ha)
A : Luas daerah irigasi,(ha)
e : efesiensi irigasi, 0,8 untuk saluran tersier dan 0,9
untuk saluran primer dan sekunder
B. Analisa Hidrologi
a. Pengertian Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya
pergerakan dan distribusiair di bumi, baik di atas maupun di bawah
permukaan bumi, tentang sifat fisik dan sifat kimia air serta reaksinya
terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan. Secara umum
Hidrologi dapat di katakan ilmu yang menyangkut msalah kuantitas air.
Analisis hidrologi dimaksudkan untuk memprediksi keberadaan
sumber air pada daerah kajian dengan menggunakan persamaan empiris
yang memperhitungkan parameter- parameter alam yang mempengaruhi.
Sedangkan dari analisa hidrologi ini ditujukan untuk memberikan perkiraan
menganai ketersediaan air, kebutuhan air yang mungkin terjadi.
e
AxNFRQ
19
Penggunaan metode dan parameter yang digunakan dalam analisis
hidrologi disesuaikan dengan kondisi areal penelitian dan ketersediaan
data. Analisis hidrologi yang dilakukan sehubungan dengan perencanaan
jaringan irigasi adalah meliputi:
b. Stasiun Hidrologi
Stasiun hidrologi yang ada pada DAS Sanrego yaitu, stasiun
Maradda, stasiun Palattae, stasiun Sanrego, stasiun Tappale, dan Data
klimatologi diperoleh dari stasiun Klimatologi Ujung Lamuru, dengan
periode data dari tahun 1978 sampai dengan tahun 2001 (24 tahun). Data
klimatologi yang diperoleh antara lain : suhu udara rata-rata, kecepatan
angin, kelembaban relatif, dan lama penyinaran matahari.
c. Analisa Curah Hujan rata- rata
Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh data hujan yang
terjadi hanya satu tempat saja. Akan tetapi dalam analisis umumnya yang
diinginkan adalah data hujan rata-rata DAS (catchment rainfall). Untuk
menghitung besaran ini dapat ditempuh beberapa cara yang sampai saat
ini sangat lazim digunakan, yaitu dengan:
a) Metode Poligon Thiessen
Curah hujan rancangan dihitung untuk lokasi rencana bangunan
bangunan silang pada saluran-saluran pembawa, rencana pada areal
pengembangan DI. Sanrego. Untuk melakukan analisis hujan rencana
diperlukan data curah hujan di beberapa stasiun hujan yang
20
berpengaruh pada masing-masing DAS di lokasi penelitian. Data hujan
yang digunakan merupakan data curah hujan harian maksimum. Untuk
menghitung kedalaman hujan rerata DAS digunakan metode poligon
Theissen. Dengan menggunakan rumus Poligon Thiessen didapatkan
besar curah hujan rerata kawasan (R) yang nilainya berdasarkan nilai
koefisien/bobot Thiessen (Ci), luas catchment area (Ai), dan curah hujan
maksimum harian (Ri).
R=
Dimana:
R = Curah hujan maksimum harian rata-rata (mm)
Ci = Nilai koefisien Thiessen pada stasiun i
Ri = Curah hujan maksimum harian i (mm)
Ai = Luas catchment area pada stasiun i (km²)
Atotal = Luas catchment area total
d. Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif untuk irigasi tanaman padi diambil 70 %
dari curah hujan rata-rata tengah-bulanan dengan kemungkinan tak
terpenuhi 20 % atau Curah hujan andalan R80. Curah hujan andalan
(R80) untuk DI. Sanrego dihitung dari curah hujan setengah bulanan
rata-rata dari 4 stasiun hujan yang ada di sekitarnya, yaitu : Pallatae,
( 4 )
( 5 )
𝐶𝑖.𝑅𝑖
𝑖=𝑛
𝑖=1
21
Tappale. (Perencanaan Jaringan Irigasi, KP- 01, 2010, dengan bentuk
persamaan:
1
1 ( )
(6)
R80
= n/5 + 1
dimana :
Re : curah hujan efektif (mm/hari)
R80
(setengah bulan) 5 = curah hujan minimum tengah bulanan
dengan periode ulang 5 tahun/ mm
n = Jumlah data
Curah hujan efektif untuk tanaman bukan padi dihitung dengan
metode yang diperkenalkan oleh USDA Soil Conversation Service seperti
yang ditunjukkan pada Tabel Lampran 1 Curah Hujan Efektif Rata-rata
Bulanan dengan ET Tanaman Rata-rata Bulanan dan Curah Hujan Mean
Bulanan (Mean Monthly Rainfall).
e. Debit Andalan
Debit andalan (defendable flow) adalah debit aliran sungai yang
dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada suatu areal
rencana. Debit andalan untuk perencanaan irigasi adalah debit yang
mempunyai probabilitas kejadian 80%. Untuk menghasilkan debit ini yang
paling baik adalah dengan menggunakan suatu urutan data debit. Debit
22
andalan untuk satu bulan adalah debit dengan kemungkinan terpenuhi
adalah 80% atau tidak terpenuhi 20% dari waktu bulan itu.
Debit adalah merupakan debit minimum sungai kemungkinan debit
dapat dipenuhi ditetapkan 80%, sehingga kemingkinan debit sungai
lebih rendah dari debit andalan sebesar 20%. Untuk mendapatkan debit
andalan sungai, maka nilai debit, yang dianalisis adalah dengan Metode
NRECA dan Metode MOCK, menurut tahun pengamatan yang diperoleh,
harus diurut dari yang terkecil sampai yang terbesar. Kemudian dihitung
tingkat keandalan debit tersebut dapat terjadi, berdasarkan probabilitas
mengikuti rumus Weibull (Soemarto, 1995).
1 ( 7 )
Dimana:
P : Probabilitas terjadinya kumpulan nilai yang diharapkan selama
periode pengamatan (%)
m : Nomor urut kejadian, dengan urutan variasi dari besar ke kecil
n : jumlah data
Dengan demikian pengertian debit andalan 80% adalah
berdasarkan pada nilai analisa pontensial debit sungai pada penelitian ini
yaitu menggunakan Metode NRECA dan Metode Mock berdasarkan
transformasi data curah hujan harian dan bulanan dari stasiun Pos duga
air Sanrego Kabupaten Bone. Debit andalan ditetapkan debit probabilitas
80%.
23
C. Klimatologi
a. Pengertian Klimtologi
Klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
gejala- gejala cuaca tetapi sifat- sifat gejala- gejala tersebut mempunyai
sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer
permukaan bumi. Klimatologi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
klimatologi fisis, klimatologi kedaerahan, klimatologi terapan.
Klimatologi fisis mempelajari sebab terjadinya ragam pertukaran panas,
air, udara teradap waktu dan tempat. Klimatologi kedaerahan bertuuan
memberikan gambaran iklim dunia yang meliputi sifat dan jenis iklim,
Sedangkan klimatologi terapan mencari hubungan klimatologi dengan
ilmu lain. Unsur- unsur klimatologi dan cuaca seperti suhu dan
kelembaban udara, curah hujan intesitas pebyinaran matahari,
kecepatan dan arah angin serta unsur lainya merupakan faktor yang
sangat penting dalam usaha pertanian.
b. Evapotranspirasi Potensial
Evapotranspirasi adalah kebutuhan dasar bagi tanaman yang
harus dipenuhi oleh sistem irigasi yang bersangkutan untuk menjamin
suatu tingkat produksi yang diharapkan. Evapotranspirasi sebagai
salah satu proses yang rumit sangat dipengauhi oleh keadaan iklim.
Untuk menghitung besarnya evapotranpirasi, dibutuhkan data-data
klimatologi yang meliputi :
1. Temperatur
2. Sinar Matahari
24
3. Kelembapan
4. Kecepatan angin
Metode Mock menggunakan rumus empiris dari Penman modiikasi
untuk menhitung evapotranspirasi potensial .Menurut Penman modiikasi
besarnya evapotranspirasi potensial diformulasikan sebagai berikut :
Eto = c.(W.Rn + (1- W) . f(u) .(ea – ed)
Dimana :
Eto = Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
w = faktor yang mempengaruhi penyinaran matahari.
C = Faktor penyesuaian kondisi cuaca akibat siang dan malam
1 – W = Faktor berat sebagai pengaruh angin dalam kelembaban
Rn = radiasi penyinaran matahari (mm/hari)
= f(t) . f(ed) . f(n/N)
f(t) = fungsi suhu
f(ed) = fungsi tekanan uap
= 0,34 - 0,44 . (ed)
f(n/N) = fungsi kecerahan
= 0,1 + 0,9 n/N
f(u)= fungsi dari kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam
satuan (m/dt)
= 0,27 (1 + 0,864 u)
(ea-ed)=perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang
sebenarnya
( 8 )
25
Ed = ea . Rh
RH = kelembaban udara relatif (%)
Ea = tekanan uap jenuh (mbar)
Ed = tekanan uap sebenarnya (mbar)
c. Kondisi Topografi
Kondisi topografi pada Daerah Aliran Sungai Sanrego berupa
daerah pegunungan dengan ketinggian di daerah paling hulu sekitar +
1440 m, sampai di bendung Sanrego sekitar + 170 m, dan pada daerah
muara di Sungai Walanae dengan ketinggian sekitar + 120 m. Daerah
hulu sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan
terjal.
Kondisi topografi pada Daerah Irigasi Sanrego sebagian besar
berupa daerah bergelombang dengan ketinggian antara + 115 m sampai +
170 m, dengan kemiringan lahan 0 – 4 %. Saluran Induk Sanrego berada
pada daerah perbukitan di sebelah Selatan, yang kemudian terbagi
menjadi beberapa saluran sekunder. Sistem pembuangan pada Daerah
Irigasi Sanrego secara umum mengarah ke bagian Utara ke arah Sungai
Walanae. Lokasi areal rencana pengembangan jaringan irigasi Sanrego
berada di sisi sebelah kanan dari Sungai Walanae bagian hulu. Areal ini
dibatasi oleh daerah perbukitan di sisi sebelah Timur dan Sungai Walanae
bagian hulu pada sisi sebelah Barat
26
d. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi adalah banyaknya air yang tersedia dan
dibutuhkan untuk mengelola suatu daerah irigasi, untuk mengairi areal
persawahan. Banyaknya air yang diperlukan untuk sistem jaringan irigasi
juga ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya pola tanam dan jenis
tanaman.
Untuk menentukan besarnya air yang dibutuhkan untuk keperluan
irigasi atau keperluan air di sawah (NFR), terlebih dahulu dihitung
besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PWR), penggunaan
konsumtif (ETc), perkolasi dan rembesan (P) dan penggantian lapisan air
(WLR). Kebutuhan air irigasi di sawah (NFR) juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain seperti curah hujan efektif (Re), kebutuhan pengambilan air
irigasi (DR), dan juga faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (η).
Perkiraan kebutuhan air irigasi sebagai berikut:
( 9 )
dimana:
NFR = kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/ha)
Etc = penggunaan konsumtif (mm/hari)
IR = kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan, dalam
mm/hari,
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
27
P = perkolasi (mm/hari)
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
IE = efisienasi irigasi ( % )
A = luas areal irigasi ( ha )
a) Kebutuhan air konsumtif (Etc)
Kebutuhan air untuk tanaman di lahan di artikan sebagai
kebutuhan air konsumtif dengan memasukkan faktor koefisien
tanaman (kc). Persamaan umum yang di gunakan adalah :
( 10 )
Dimana:
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari )
Eto = evapotranspirasi (mm/hari )
Kc = koefisien tanaman
Tabel .2.3. Harga – harga koefisien tanaman padi
Bulan
Nedeco/ Prosida FAO
Varietas2
Biasa Varietas3
Unggul Varietas biasa
Variaetas
Unggul
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
1,20
1,20
1,32
1,40
1,35
1,24
1,12
04
1,20
1,27
1,33
1,30
1,30
0
1,10
1,10
1,10
1,10
1,10
1,05
0,95
0
1,10
1,10
1,05
1,05
0,95
0
Sumber:Standar pererencanaan (KP 01)
28
b) Kebututuhan air untuk penyiapan lahan (IR)
Kebutuhan air pada waktu persiapan lahan di pengaruhi oleh
faktor – faktor antara lain waktu yang di perlukan untuk penyiapan
lahan (T ) dan lapisan air yang dibutuhkan untuk persiapan lahan
(S).Hitungan kebutuhan air untuk irigasi selama penyiapan lahan perlu
memperhatikan tanaman, usia tanaman sampai dengan panen, pola
tanam, efisiensi irigasi, lama penyinaran matahari.
Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan
metode yang di kembangkan oleh Van De Goor dan Zijltra (Standard
Perencanaan Irigasi KP-01,2010 , yaitu persamaan sebagai berikut :
IR=M
( 11 )
dimana :
IR : kebutuhan air ditingkat persawahan (mm/hari)
M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi disawah yang telah dijenuhkan.
= Eo + P, ( 12 )
P : perkolasi (mm/hari)
Eo : evaporasi air terbuka (= 1.1 x Eto )mm/hari
K = M ( T/S
T : jangka waktu penyiapan laha (hari)
29
S :Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan
lapisan air 50 mm,yakni 200 + 50 = 250 mm
e : koefisien
Tabel 2.4. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (IR)
M Eo + P Mm/ hari
T = 30 hari T = 45 hari
S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5,0
5,5 11,1
11,4 12,7
13,0 8,4
8,8 9,5
9,8
6,0
6,5 11,7
12,0 13,3
13,6 9,1
9,4 10,1
10,4
7,0
7,5 12,3
12,6 13,9
14,2 9,8
10,1 10,8
11,1
8,0
8,5 13,0
13,3 14,5
14,8 10,5
10,8 11,4
11,8
9,0
9,5 13,6
14,0 15,2
15,5 11,2
11,6 12,1
12,5
10,0
10,5 14,3
14,7 15,8
16,2 12,0
12,4 12,9
13,2
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6
Sumber: Standard pererencanaan (KP 01)
c) Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (WLR)
Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air di tetapkan
berdasarkan Standard Perencanaan Irigasi 1986, KP-01. Besar
kebutuhan air untuk penggantian lapisan air dalam 50 mm/bulan (atau
3,3 mm/hari selama ½ bulan ) selama sebulan dan dua bulan setelah
Stansplansi, Dapat dilihat pada lampiranTabel. 2. Kebutuhan air di sawah
untuk petak tersiaer jangka waktu penyiapan lahan1,0 bulan
d) Perkolasi (P)
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah, dan sifat
30
tanah umumnya tergantung pada kegiatan pemanfaatan lahan atau
pengolahan tanah berkisar antar 1 – 3 mm/hari.
e) Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif didefinisikan sebagai bagian dari
keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan
air bagi tanaman.Untuk tanaman padi diambil curah hujan efektif
sebesar 70% dari curah hujan tengah bulanan dengan priode 5
tahunan seperti yang dijelaskan pada halaman 8.
f) Efisiensi Irigasi (EI)
Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk
kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi
pengaliran yang ada pada umumnya terjadi di jaringan utama dan
efisiensi di jaringan skunder. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan
eksploitasi, evaporasi, dan rembesan. Kehilangan air akibat evaporasi
dan rembesan pada umumnya relative kecil jika dibandingkan dengan
kehilangan air akibat eksploitasi. Dalam irigasi sering terjadi
kehilangan air yaitu sejumlah air yang diambil untuk keperluan irigasi
tetapi pada kenyataannya bukan digunakan oleh tanaman. Kehilangan
air tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi, perkolasi dari
saluran. menurut buku yang diterbitkan oleh DPU (Departemen
Pekerjaan Umum), Pedoman dan Standar Perencanaan Teknis
cetakan tahun 1986 penaksiran harga-harga efisiensi adalah sebagai
berikut :
31
a. Efisiensi di saluran dan bangunan pada saluran tersier = 0,9
b. Efisiensi di saluran dan bangunan pada saluran sekunder = 0,9
c. Efisiensi di saluran dan bangunan saluran primer = 0,8
g) Luas areal irigasi (A)
Luas areal irigasi adalah luas sawah yang akan diairi. Data ini
dapat diperoleh dari Dinas Pengairan berupa peta dan luas daerah
irigasi. Dari desain awal sebelum pembangunannya, Daerah Irigasi
Sanrego direncanakan akan mengairi areal seluas 9457 ha. Jaringan
irigasi yang telah dibangun sampai saaat ini hanya melayani areal
irigasi seluas 6712 ha (berdasarkan data Pengamat Pengairan
Sanrego). Hal ini terkait dengan ketersediaan air di bendung
Sanrego yang hanya mampu melayani areal tersebut. Sehingga
areal pengembangan sesuai desain awal adalah seluas 2745 ha.
e. Skema Sistem Jaringan Irigasi
Skema jaringan irigasi merupakan penyederhanaan dari tata letak
jaringan irigasi yang menunjukkan letak bangunan irigasi yang penting.
Skema jaringan irigasi mempertimbangkan hal sebagai berikut :
1) Saluarn primer, sekunder dan bangunan sadap menuju saluran
tersier digambar terlebih dahulu dengan lambang.
2) Tiap ruas saluran diantara saluran menunjukkan luas daerah yang
diairi.
32
3) Panjang saluran disesuaikan dengan panjang sesungguhnya dan
kapasitasnya.
4) Tiap bangunan sadap diberi nama bangunan, luas, kapasitas
bangunan serta saluran yang akan diari.
5) Lokasi dan nama pembendung air ditulis.
6) Arah aliran sungai ditunjukkan.
7) bangunan pelengkap serta bangunan control lainnya.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Bone yang masuk
Daerah Irigasi Sanrego meliputi Kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng
dan Kecamatan Libureng. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap
pengambilan data di lapangan, pengukuran dimensi Saluran dan tahap
analisa hidrologi. Pengambilan data di lapangan dilakukan di sungai
Sanrego dan diujung saluran existing (ujung saluran skunder) yang
terletak di jaringan irigasi daerah irigasi Sanrego Kabupaten Bone.
Daerah irigasi Sanrego terletak pada posisi 4°13’- 5°6’ Lintang
Selatan dan antara 119°42’- 120°30’ Bujur Timur. Letaknya yang dekat
dengan garis khatulistiwa menjadikan beriklim tropis. Sepanjang tahun
2016, kelembaban udara berkisar antara 77– 86 persen dengan suhu
udara 24,4°C- 27,6°C. dengan elevasi 115 m– 170 m diatas permukaaan
air laut. Dari peta topografi dapat dilihat bahwa areal Daerah
pengembangan jaringan Irigasi Sanrego yang terletak di (Desa Balle
kecamatan kahu),’ (desa Patimpeng, Latellang, Batu Lappa, Masago,
Massila, Paccing kecamatan Patimpeng), (Desa Polewali, Pitumpidange,
Kecamatan Libureng), ini mempunyai kemiringan lahan berkisar antara
0%- 4%, dimana arealnya terpisah-pisah di sepanjang jalan
34
Gambar .2.Peta Lokasi Penelitian
B. Jenis Penelitian dan Sumber Data
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian
pengembangan (research development), yaitu suatu penelitian yang
bermaksud untuk mengembangkan jaringan irigasi.
2. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas data primer
yaitu survei lapangan pada jaringan irigasi induk dan sekunder serta data
sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka, wawancara dari petani,
pihak Dinas terkait seperti Dinas Pertanian,Dinas PSDA Kabupaten Bone.
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer
- Peta yang terdiri dari peta topografi.
- Peta situasi
LOKASI PENELITIAN
35
- Lokasi sumber air
- Sistem pola tanam
- Luas areal
b. Data skunder
- Curah hujan
- Klimatologi
- AWLR
- Skema jaringan irigasi eksisting
- Jumlah air yang sudah di manfaatkan berdasarkan debit
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian lapangan merupakan salah satu pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan
mendalamakan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari
peneneliti. Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data:
- Observasi,
- Wawancara,
- Dokumentasi dan
- Diskusi terfokus.
D. Teknik Analisa Data
Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti
mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data
sesungguhnya penting atau tidak, analisa data kulitatif yaitu:
36
1. Perhitungan efesiensi irigasi
- Perhitungan dimensi saluran menggunakan rumus Manning
mengunakan persamaan (1) dan (2)
1
- Perhitungan Debit saluran mengunakan persamaan (3)
2. Perhitungan kebutuhan air irigasi
- Perhitungan curah hujan efektif mengunakan persamaan (6)
1
1 ( )
R80
= n/5 + 1
- Perhitungan evapotraspirasi potensial mengunakan persamaan
(8)
Eto = c.(W.Rn + (1- W) . f(u) .(ea – ed)
- Perhitungan air kebutuhan air (NFR) mengunakan persamaan
(9)
e
AxNFRQ
37
E. Variabel yang Diteliti
a. Variabel bebas :
- A (Luas lahan) ha
- Qn (Debit tersedia) m³/dtk
- P (Perkolasi )
- Ch (curah hujan rata- rata )mm/hari
- T(waktu penyiapan lahan) hari
- V ( Kecepatan aliran )m/detik
F. Prosedur Penetelitian
Adapun langkah-langkah yang di lakukan dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Memulai survey lapangan
2. Pengumpulan data primer dengan wawancara kepala ranting
dan pengumpula data skunder dari Balai Besar Pompengan.
3. Menganalisa data debit Bendung, data evapotranspirasi dan
curah hujan efektif.
4. Menganalisa Ketersedian air dan kebutuhan air.
5. Mengecek keseimbangan air antara kebutuhan air dengan
ketersedian air.
38
G. Bagan Flowchart Penelitian
Pengumpulan data sekunder
Cek
Pengembangan jaringan irigasi
Selesai
Analisa Curah Hujan Rata - Rata
Kesimpulan dan Saran
Start
Debit Sungai
Analisa Data
Evapotranspirasi
Ya
Tidak
Pengumpulan data primer
- Luas Area Yang Ada - Luas Areal Pengembangan - Sistem Pola Tanam
- Peta Situasi
- Data Curah Hujan - Data Stasiun Klimatologi - Data AWLR
- Skema Jaringan
Analisa Hidrologi Topografi
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air ( Q butuh) Ketersediaan Air ( Qn)
Keseimbangan Air
Stop
Qn < Qbutuh
Qn > Qbutuh
39
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Stasiun Hidrologi
Stasiun hidrologi yang ada pada DAS Sanrego seperti disajikan
pada Tabel 4.1. lokasi stasiun hidrologi dan klimatologi yang ada di
Daerah Aliran Sungai Sanrego dan sekitarnya disajikan pada table
berikut:
Tabel 4. 1 Daftar Stasiun Hidrologi pada DAS Sanrego
NO NAMA STASIUN KODE PRIODE KETERANGAN
A STASIUN KLIMATOLOGI
1 Ujung Lamuru 3 H 1990 S/D 2001 12 Tahun
B POS DUGA AIR
1 Sanrego - Turungeng 25 H 2000 S/D 2010 11 Tahun
C STASIUN HUJAN
1 Maradda 39 OP 1990 S/D 2014 24 Tahun
2 Sanrego 43 OP 1990 s/d 2014 24 Tahun
3 Palattae 40 OP 1990 s/d 2014 24 Tahun
4 Tappale 49 OP 1990 s/d 2014 24 Tahun
Sumber: Seksi Hidrologi, Dinas Balai Besar Pompenagan Jenneberang Provinsi Sulawesi Selatan
40
a. Data Curah hujan
Ada 4 (empat) stasiun curah hujan yang ada di DAS Sanrego dan
sekitarnya, dengan data berupa pencatatan hujan harian, yaitu : Pos
pencatatan hujan Sanrego, Maradda, Tappale, dan Pallatae. Ketersediaan
data hujan pada DAS Sanrego dapat dilihat pada lampiran Tabel 8, 9, 10,
dan 11. Periode pencatatan data hujan yang ada rata-rata lebih dari 20
tahun, kecuali pos hujan Sanrego dengan periode 14 tahun. Sebelum data
hujan tersebut digunakan akan dikaji dan diuji secara statistik apakah data
tersebut bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.
b. Data Klimatologi
Data klimatologi diperoleh dari stasiun Klimatologi Ujung Lamuru,
dengan periode data dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2001 (12
tahun). Data klimatologi yang diperoleh antara lain : suhu udara rata-
rata, kecepatan angin, kelembaban relatif, dan lama penyinaran
matahari. Data klimatologi disajikan pada table berikut:
Tabel 4.6 Klimatologi
Sumber: Seksi Hidrologi, Dinas Balai Besar Pompenagan Jenneberang Provinsi Sulawesi Selatan
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1 Suhu Bulanan Rata-rata oC 27.96 27.55 27.75 27.67 27.36 27.00 26.74 26.88 27.33 27.95 27.88 27.67
2 Kelembaban Relatif Rata-rata % 81.25 80.44 80.53 81.42 82.91 83.86 84.83 82.37 78.51 78.16 78.36 79.34
3 Kecepatan Angin Rata-rata km/hr 37.54 32.33 29.58 21.71 20.70 23.84 23.95 34.23 36.50 29.28 23.13 30.81
4 Kecerahan Matahari Rata-rata jam/hari 40.26 39.75 44.15 45.19 47.00 42.62 48.14 59.00 69.46 62.63 52.05 39.78
No Data KlimatologiBulan
41
c. Data Pos Duga Air Sungai Sanrego –Turungeng (AWLR)
Diperoleh data pencatatan muka air dari pos duga air dan
pengukuran debit di Sungai Sanrego, dengan periode pencatatan
selama 14 tahun (th. 1999 s/d 2012), sebagaimana disajikan pada
lampiran table tabel 16.
2. Jaringan Irigasi
a. Areal Irigasi
Daerah Irigasi Sanrego semula direncanakan seluas 9457 ha.
Namun sampai saat ini jaringan irigasi yang telah dibangun hanya untuk
areal irigasi seluas 6712 ha. Areal potensial seluas 2745 ha saat ini masih
berupa sawah tadah hujan dan kebun tebu. Areal pengembangan ini yang
akan didesain jaringan irigasinya. Bangunan utama untuk melayani areal
irigasi Sanrego yang ada saat ini adalah dari bendung Sanrego yang
terletak di Sungai Sanrego, dan 2 (dua) buah bendung suplesi, yaitu
bendung suplesi Maradda dan Parota. Untuk dapat mengairi keseluruhan
areal termasuk rencana pengembangan. Ketersedian air pada bendung.
Berdasarkan hasil perencanaan tata letak jaringan irigasi pada penelitian
ini.
b. Dimensi Saluran
Kapasitas Saluran Induk Sanrego dan Saluran Sekunder Amming
telah direncanakan untuk melayani areal irigasi yang ada dan areal
rencana pengembangan. Kapasitas saluran tersebut dapat dilihat pada
42
RUAS SALURANAREAL
(ha)
PANJANG
(km)Q (m3/dt) V (m/dt) b (m) h (m) m k w (m) i Keterangan
SALURAN INDUK SANREGO
B.S.0-B.S.1 9457 0.134 14.594 0.767 9.40 1.61 1.5 60 0.85 0.000121
B.S.1-B.S.2 6639 1.713 10.245 0.704 7.15 1.54 1.5 60 0.75 0.000115
B.S.2-B.S.3 6535 0.341 10.085 0.710 7.10 1.52 1.5 60 0.75 0.000119
B.S.3-B.S.4 6451 2.042 9.955 0.847 7.10 1.30 1.5 60 0.75 0.000200
B.S.4-B.S.5 6056 0.887 9.346 0.843 6.45 1.32 1.5 60 0.75 0.000200
B.S.5-B.S.6 5995 0.787 9.252 0.757 6.45 1.42 1.5 60 0.75 0.000148
B.S.6-B.S.7 5681 1.191 8.767 0.751 6.25 1.40 1.5 60 0.75 0.000150
B.S.7-B.S.8 5656 0.408 8.728 0.815 6.25 1.31 1.5 60 0.75 0.000190
B.S.8-B.S.9 5299 1.403 8.177 0.827 5.55 1.32 1.5 60 0.75 0.000200
B.S.9-B.S.10 4836 1.077 7.463 0.838 5.50 1.22 1.5 60 0.75 0.000224
B.S.10-B.S.11 4458 1.489 6.880 0.825 5.15 1.20 1.5 60 0.75 0.000224
SALURAN SEKUNDER AMMING
B.S.11 - B.Am.1 4257 0.852 5.913 0.692 5.00 1.24 1.5 60 0.75 0.000153
B.Am.1 - B.Am.2 4239 0.852 5.888 0.693 5.00 1.24 1.5 60 0.75 0.000154
B.Am.2 - B.Am.3 4016 1.259 5.578 0.692 4.50 1.26 1.5 60 0.75 0.000155
B.Am.3 - B.Am.4 3975 1.259 5.521 0.691 4.50 1.25 1.5 60 0.75 0.000156
B.Am.4 - B.Am.5 3889 1.116 5.401 0.690 4.40 1.25 1.5 60 0.75 0.000157
B.Am.5 - B.Am.6 3844 0.588 5.339 0.689 4.40 1.24 1.5 60 0.75 0.000158
B.Am.6 - B.Am.7 3803 0.637 5.282 0.697 3.80 1.31 1.5 60 0.75 0.000158
B.Am.7 - B.Am.8 3740 0.952 5.194 0.694 3.75 1.31 1.5 60 0.75 0.000158
B.Am.8 - B.Am.9 3493 0.777 4.851 0.711 3.50 1.39 1.0 60 0.60 0.000158
B.Am.9 - B.Am.10 3371 1.090 4.682 0.704 3.50 1.37 1.0 60 0.60 0.000158
B.Am.10 - B.Am.11 3244 0.587 4.506 0.700 3.30 1.38 1.0 60 0.60 0.000158
B.Am.11 - B.Am.12 3106 0.599 4.314 0.694 3.15 1.37 1.0 60 0.60 0.000158
B.Am.12 - B.Am.13 3036 0.771 4.217 0.690 3.15 1.36 1.0 60 0.60 0.000158
daftar dimensi saluran irigasi pada Tabel 4.7. Kapasitas saluran tersebut
berdasarkan kondisi eksisting di lapangan berdasarkan data pengukuran
dilapangan. Saluran Induk Sanrego yang ada berbentuk penampang
trapesium, ada yang berupa saluran tanah dan ada yang berupa saluran
pasangan. Jenis pasangan yang digunakan berupa pasangan (lining)
pasangan batu pada taludnya, sedangkan pada dasarnya tidak
menggunakan pasangan.. Dimensi saluran eksisting dapat di sajikan
pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Dimensi Saluran Eksisting
43
c. Data teknis bendung Sanrego
1. Daerah tangkapan air : 179,40 km2
2. Dimensi Bendung :
- Tipe : Bendung tetap tipe cascade
(bertingkat), dengan konstruksi
pasangan batu yang diselimuti
beton.
- Elevasi mercu : + 171,45 m (mercu atas)
: + 165,80 m (mercu bawah)
- Elevasi puncak dinding : + 177,19 m (dinding hulu)
: + 171,10 m (dinding tengah)
: + 165,15 m (dinding hilir)
- Lebar bersih pelimpah : 39,20 m
- Total lebar bendung : 46,30 m
- Tinggi bendung : 4,10 m (mercu atas)
: 4,10 m (mercu bawah)
- Panjang olakan : 39,20 m (bendung atas)
: 45,80 m (bendung bawah)
- Panjang tanggul kiri : 263 m
- Panjang tanggul kanan : 191 m
- Lebar total penguras : 5,50 m
- Pintu penguras : B = 2 x 2,00 m
H = 4,20 m
44
- Eevasi lantai penguras : + 167,35 m
c. Bangunan Pengambilan :
- Pintu pengambilan : B = 3 x 2,00 m
H = 1,70 m
- Elevasi dasar pintu : + 169,10 m
B. Analisis dan Perhitungan
1. Analisa Curah Hujan Rata-rata Dengan Metode Poligon Thiessen
Perhitungan curah hujan rata-rata daerah dengan metode
Thiessen, Langkah pertama menentukn koefisen thiessen kemudian
menghitung curah hujan rata- rata ½ bulan dengan metode thiessen.
Tabel 4.6. Koefisien Thiessen
No.
Daerah
Tangkapan Air
Stasiun Hujan
Luas DP Thiesen
(ha)
Koefisien
Thiessen (%)
A. Talang Macinaga, polewali,Paccing,Maradda,Tappale,Sanrego
1. Tappale 4460 0.47
2. Palattae 3245 0.34
3. Maradda 1143 0.12
4. Sanrego 598 0.06
Jumlah 9457 1.00
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan curah hujan rata- rata ½ bulan dengan metode thiessen pada
bulan januari tahun 2015 yaitu :
(1*0.47)+(0*0.34)+(15*0.12)+(7*0.06) = 2.30
45
Angka 1 diperoleh dari lampiran tabel 12 (januari) dan 0,47 dari tabel 4.6
Angka 0 diperoleh dari lampiran tabel 13 (januari) dan 0,34 dari tabel 4.6
Angka 15 diperoleh dari lampiran tabel 14 (januari) dan 0,12 dari tabel 4.6
Angka 7 diperoleh dari lampiran tabel 15 (januari) dan 0.06 dari tabel 4.6
Untuk perhitungn kolom selanjutnya dapat diisi dengan cara yang
sama. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat tabel berikut (Tabel 4.12)
Tabel 4.12 Perhitungan Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Dengan
Metode Thissen
Sumber :Perhitungan curah hujan efektif
2. Analisa Curah Hujan Efektif
Curah hujan andalan (R80) untuk DI. Sanrego dihitung dari curah hujan
setengah bulanan rata-rata dari 4 stasiun hujan yang ada di sekitarnya,
yaitu : Maradda, Sanrego, Pallatae, Tappale. Perhitungan curah hujan
efektif dimulai mengurutkan dari kecil ke besar data hasil perhitungan
curah hujan Rata- rata dengan metode thiessen. Untuk mendpatkan
urutan R80 dan R50 dengan perhitungan sebagai berikut :
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 2.30 40.28 15.36 45.42 3.79 46.93 98.24 105.11 64.25 51.79 100.97 91.85 34.92 76.83 3.77 12.94 0.00 0.00 18.57 18.09 45.47 27.92 56.69 20.42
2006 27.28 9.15 29.08 31.87 6.61 25.79 14.34 19.23 24.96 15.60 40.09 123.68 19.83 37.39 3.09 1.03 0.98 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.64 48.41
2007 28.23 32.91 31.01 28.86 28.12 20.20 17.68 13.04 12.24 46.59 42.29 24.11 77.62 39.81 8.54 22.85 13.29 0.00 0.00 32.38 27.13 23.84 18.13 31.69
2008 13.11 58.75 21.86 27.18 29.44 26.61 46.94 70.95 70.96 84.08 116.31 27.58 66.25 14.37 21.12 22.57 25.39 10.38 75.56 29.45 16.95 49.26 49.89 7.98
2009 8.35 43.58 7.46 5.19 49.93 25.20 22.07 17.69 17.80 18.14 9.43 79.21 90.33 51.09 7.35 0.00 19.10 11.52 15.56 20.33 30.34 81.71 37.65 25.60
2010 24.66 4.74 51.29 12.01 29.55 64.05 59.20 41.09 76.39 44.17 96.37 166.32 98.35 112.93 101.95 110.34 49.37 28.97 36.81 48.59 47.00 56.82 31.31 15.52
2011 22.77 53.30 13.33 24.77 7.25 33.08 6.94 35.01 68.57 62.34 9.69 57.00 36.73 19.15 22.40 2.83 21.95 15.78 25.21 95.08 56.84 51.68 36.55 36.65
2012 8.65 7.69 23.06 31.10 35.78 33.66 23.10 48.39 50.12 29.36 123.39 68.55 89.06 25.01 27.23 8.45 0.00 3.66 9.94 50.28 33.73 29.06 53.99 65.29
2013 56.99 16.82 37.20 8.15 16.73 28.01 42.68 53.43 49.21 60.28 72.46 25.21 39.79 51.01 18.75 25.77 60.76 0.00 0.00 5.49 34.39 57.14 27.02 28.45
2014 46.61 26.93 26.24 5.92 53.00 68.58 52.27 25.83 104.41 167.72 60.46 73.58 22.65 78.06 70.93 18.77 12.20 18.30 7.20 18.24 14.95 19.99 13.66 25.22
TahunJanuari Februari Maret April Nopember DesemberMei Juni Juli Agustus September Oktober
46
R80 = N/5 + 1 untuk padi
R50 = N/2 + 1 untuk tanaman palawija
Dimana N = jumlah data
Hujan andalan untuk padi = 1
(urutan 3)
Hujan andalan untuk palawija = 1
(urutan 6)
Tabel 4.13 Perhitungan Curah Hujan Efektif
Sumber :Perhitungan curah hujan efektif
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 2.30 4.70 7.46 5.19 3.79 20.20 6.94 13.04 12.24 15.60 9.43 24.11 22.65 14.37 3.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.66 7.98
2 8.35 7.69 13.33 5.92 6.61 25.20 14.34 17.69 17.80 18.14 9.69 25.21 19.83 19.15 3.77 1.03 0.00 0.00 0.00 5.49 14.95 19.99 13.64 15.52
3 8.65 9.15 15.36 8.15 7.25 25.79 17.68 19.23 24.96 29.36 40.09 27.58 34.92 25.01 7.35 2.83 0.98 0.00 0.00 18.24 16.95 23.84 18.13 20.42
4 13.11 16.82 21.86 12.01 16.73 26.61 22.07 25.83 49.21 44.17 42.29 57.00 36.73 37.39 8.54 8.45 12.20 0.00 7.20 18.09 27.13 27.92 27.02 25.22
5 22.77 26.93 23.06 24.77 28.12 28.01 23.10 35.01 50.12 46.59 60.46 68.55 39.79 39.81 18.75 12.94 13.29 3.66 9.94 20.33 30.34 29.06 31.31 25.60
6 24.66 32.91 26.24 27.18 29.44 33.08 42.68 41.09 64.25 51.79 72.46 73.58 66.25 51.01 21.12 18.77 19.10 10.38 15.56 29.45 33.73 49.26 36.55 28.45
7 27.28 40.28 29.08 28.86 29.55 33.66 46.94 48.39 68.57 60.28 96.37 79.21 77.62 51.09 22.40 22.57 21.95 11.52 18.57 32.38 34.39 51.68 37.65 31.69
8 28.23 43.58 31.01 31.10 35.78 46.93 52.27 53.43 70.96 62.34 100.97 91.85 89.06 76.83 27.23 22.85 25.39 15.78 25.21 48.59 45.47 56.82 49.89 36.65
9 46.61 53.30 37.20 31.87 49.93 64.05 59.20 70.95 76.39 84.08 116.31 123.68 90.33 78.06 70.93 25.77 49.37 18.30 36.81 50.28 47.00 57.14 53.99 48.41
10 56.99 58.75 51.29 45.42 53.00 68.58 98.24 105.11 104.41 167.72 123.39 166.32 98.35 112.93 101.95 110.34 60.76 28.97 75.56 95.08 56.84 81.71 56.69 65.29
Rand-80 8.65 9.15 15.36 8.15 7.25 25.79 17.68 19.23 24.96 29.36 40.09 27.58 34.92 25.01 7.35 2.83 0.98 0.00 0.00 18.24 16.95 23.84 18.13 20.42
Rand-50 24.66 32.91 26.24 27.18 29.44 33.08 42.68 41.09 64.25 51.79 72.46 73.58 66.25 51.01 21.12 18.77 19.10 10.38 15.56 29.45 33.73 49.26 36.55 28.45
Curah Hujan Efektif
Reff-80 6.06 6.41 10.75 5.71 5.07 18.06 12.38 13.46 17.47 20.55 28.07 19.31 24.44 17.51 5.15 1.98 0.68 0.00 0.00 12.77 11.87 16.69 12.69 14.29
Reff-50 17.26 23.04 18.37 19.03 20.61 23.16 29.88 28.76 44.98 36.25 50.72 51.51 46.37 35.71 14.78 13.14 13.37 7.26 10.89 20.61 23.61 34.48 25.58 19.92
PJanuari Februari Maret April Nopember DesemberMei Juni Juli Agustus September Oktober
Curah Hujan Andalan
47
Untuk menghitung curah hujan efektif adalah diambil dari 70% untuk R80
dan R50.
R80 =Januari 1
=8.65 +
1 . ,dst
R80 =Januari 1
=24.66 +
1 . ,dst
Sumber :Perhitungan curah hujan efektif
3. Analisa Data Klimatologi
Perhitungan Evapotranspirasi potensial
Diketahui:
Januari =
- Suhu udara rata- rata (T) = 25.86 ºC
- Kelembaban relative rata- rata (Rh) = 81.25 %
- Kecepatan agin rata- rata (U2) = 37.54 km/hr
- Kecerahan matahari rata- rata (n) = 4.71 jam/hr
- Waktu maksimum kecerahan matahari (N)= 12.28 jam/hr
- Kecepatan matahri rata- rata = 40.26 jam/hari
48
Penyelesaian:
- Eto = c.(W.Rn + (1- W) . f(u) .(ea – ed)
- Rasio =
= . 1
1 . = 0.38
- Faktor suhu, factor tekanan, tekanan uap jenuh didapat dari
lamiran tabel 3. (hubungan antara T,ea, w dan f(t)
f(t) =15.86
w = 0.75
ea = 33.32
- Faktor kecepatan angin f(u) didapa dari lampiran tabel
.4.harga f(u) adalah:
f(u) = .37.00
- ed = ea x Rh
= 33.32 x 81.25 % = 27.07 mbar
- f(ed) didapat dari lampiran tabel .5 harga f(ed) adalah
f(ed) = 0.111
- f(n/N) didapat dari lampiran tabel .6. harga f(n/N) adalah
f(n/N) = 0.44
- Rn = 15.86 x 0.111 x 0.44 = 0.76
- Factor koreksi c didapat dari lampiran tabel .7 besar angka
kofisien bulanan pada januari adalah:
C = 1.1
- Eto = 1.1 x (0.75 x 0.76 + (1- 0.75) x 37 x(33.32 – 27.07)
= 3.72 mm/hari
49
Hasil perhitungan bulan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.14
Tabel 4.14 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial
Sumber :Perhitungan Evapotranspirasi
4. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Sawah
Perhitungan kebutuhan air sawah (NFR)
Diketahui :
Januri 1
- Evapotranspirasi (Eto) =3.72 mm/hari
- Curah hujan efektif (Re) =6.1 mm
Penyelesaian:
-Kofisien tanaman (kc) didapat dari tabel 2.3.harga harga koefisien
tanaman adalah:
Kc = 1.1 (varietas biasa pada stengah bulan pertama)
-Kebutuhan air konsumtif (Etc)
No. Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Average
1 Suhu rata-rata, T (° C) 27.96 27.55 27.75 27.67 27.36 27.00 26.74 26.88 27.33 27.95 27.88 27.67 27.48
2 Kelembaban relatif, Rh (%) 81.25 80.44 80.53 81.42 82.91 83.86 84.83 82.37 78.51 78.16 78.36 79.34 81.00
3 Kecerahan matahari, n (jam/hr) 4.71 4.64 5.07 5.09 5.46 5.26 5.69 7.01 8.16 7.51 6.25 4.78 5.80
4 Kecepatan angin, U2 (km/hr) 37.54 32.33 29.58 21.71 20.70 23.84 23.95 34.23 36.50 29.28 23.13 30.81 28.63
5 Waktu maksimum kecerahan matahari, N (jam/hr) 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28 12.28
6 Rasio n/N 0.38 0.38 0.41 0.41 0.44 0.43 0.46 0.57 0.66 0.61 0.51 0.39 0.47
7 Faktor suhu, f(T) 16.29 16.21 16.25 16.23 16.17 16.10 16.05 16.08 16.17 16.29 16.28 16.23 16.20
8 Faktor tekanan, W 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77 0.76 0.76 0.76 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77
9 Tekanan uap jenuh air, ea (mbar) 23.04 22.19 22.84 22.93 23.15 22.64 22.44 21.83 21.05 21.63 21.99 22.44 22.35
10 Faktor kecepatan angin, f(U) 0.37 0.36 0.35 0.33 0.33 0.33 0.33 0.36 0.37 0.35 0.33 0.35 0.35
11 Tekanan uap air, ed (mbar) 18.72 17.85 18.40 18.67 19.19 18.98 19.04 17.98 16.52 16.91 17.23 17.80 18.11
12 Angka angot, Ra (mm/hr) 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60 15.60
13 Radiasi gelombang pendek, Rns (mm/hr) 5.17 5.13 5.34 5.35 5.52 5.43 5.64 6.26 6.81 6.50 5.90 5.20 5.69
14 Radiasi gelombang panjang, Rn1 (mm/hr) 1.07 1.08 1.14 1.13 1.17 1.14 1.21 1.49 1.79 1.65 1.40 1.11 1.28
15 Net Radiasi, Rn (mm/hr) 4.10 4.05 4.20 4.22 4.35 4.29 4.43 4.78 5.03 4.85 4.50 4.09 4.41
16 Radiasi matahari, Rs (mm/hr) 6.89 6.85 7.12 7.14 7.37 7.24 7.51 8.35 9.08 8.67 7.87 6.93 7.58
17 Faktor Koreksi, c 1.05 1.06 1.06 1.07 1.07 1.07 1.07 1.08 1.09 1.08 1.08 1.06 1.07
18 Evapotranspirasi potensial, ETo (mm/hr) 3.72 3.66 3.81 3.80 3.88 3.79 3.89 4.28 4.61 4.47 4.12 3.73 3.98
xAIE
WLRPIREtcNFR
Re
50
Etc/hari = 3.72 x 1.1 = 4.1 mm
Etc1/2 bulan = 4.1 x 15 = 61.4 mm
-Penyiapan lahan di dapat dari tabel 2.4 kebutuhan air irigasi
selama penyiapan lahan adalah: 200.3 mm
- Perkolasi
2 mm/hari
30 mm/1/2 bulan
-Pergantian lapisan air (WLR)
WLR = 50 mm/bulan didapat dari kp-01
-Kebutuhan ai tanaman
=Etc + P+ WLR
=61.4 + 30 + 50 = 141.4 mm
-Kebutuhan air disawah
=kebutuhan air tanaman – Re
=141.4 – 6.1 =135.4 mm
= (1.04+0.66+1.49)/3
NFR mean total = 1.06 lt/dt/ha
-Kebutuhan air total dipintu pengambilan Saluran induk
=0.8 x 0.9 x 0.9 =0.648
= 1.06/ 0.648 = 1.64 lt/dt/ha 7253 x 1.64 /1000 =11.91 m³/dtk
51
Untuk mendapatkan hasil perhitungan kebutuhan air, bulan berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.4.15.Perhitungan kebutuhan air pola tanaman padi dan paliwijaya luas area 7253 ha
Sumber :Perhitugan kebutuhan air
Satuan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
15 16 14 14 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16
1 Evapotranspirasi Potensial (Eto) mm 3.72 3.72 3.66 3.66 3.81 3.81 3.80 3.80 3.79 3.79 3.89 3.89 4.28 4.28 4.61 4.61 4.47 4.47 4.12 4.12 3.73 3.73 3.98 3.98
2 Koefisien Tanaman (Kc)
1 1.1 1.1 1.1 1.05 0.95 LP LP 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 LP 0.5 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45 LP LP 1.1
2 1.1 1.1 1.1 1.1 1.05 0.95 LP LP 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 LP 0.5 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45 LP LP
3 LP 1.1 1.1 1.1 1.1 1.05 0.95 LP LP 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 LP 0.5 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45 LP
3 Etc/hari 1 mm 4.1 4.1 4.0 3.8 3.6 4.2 4.2 4.3 4.1 4.1 2.3 3.5 4.5 4.5 3.4 1.9 4.4
2 mm 4.1 4.1 4.0 4.0 4.0 3.6 4.2 4.3 4.3 4.5 4.1 2.3 3.4 4.5 4.1 3.4 1.7
3 mm 4.1 4.0 4.0 4.2 4.0 3.6 4.3 4.3 4.7 4.5 4.4 2.2 3.4 4.1 4.1 3.1 1.7
4 Etc 1/2 bulan 1 mm 61.4 65.5 56.4 53.8 54.3 62.5 66.7 64.2 61.3 61.0 34.6 55.3 67.1 67.1 50.7 70.0
2 mm 61.4 65.5 56.4 56.4 60.0 57.9 66.7 64.2 64.2 67.4 65.1 36.9 50.3 67.1 61.8 54.1
3 mm 65.5 56.4 56.4 62.9 64.0 54.2 64.2 64.2 70.6 71.9 65.7 33.5 50.3 61.8 65.9 45.9
5 penyiapan lahan (KP-01) 1 mm 117.0 117.0 87.0 204.30 200.40
2 mm 117.0 117.9 87.0 200.40 213.70
3 mm 200.3 117.9 189.7 87.0 213.70
6 Perkolasi (P) 1 mm 30 32 28 28 30 30 32 30 30 30 30 32 30 30 30 32
2.00 mm/hari 2 mm 30 32 28 28 30 32 32 30 30 30 32 32 30 30 30 32 30
3 mm 32 28 28 30 32 30 30 30 30 32 30 30 30 30 32 30 30 32
7 Pergantian Lapisan Air 1 mm 50 50 50 50 50 50
(WLR) KP-01 2 mm 50 50 50 50 50 50
3 mm 50 50 50 50 50 50
8 Keb.Air Tanaman 1 mm 141.4 97.5 134.4 81.8 84.3 117.0 117.0 92.5 148.7 94.2 141.3 91.0 64.6 137.3 97.1 147.1 80.7 32.0 204.3 200.4 70.0
2 mm 91.4 147.5 84.4 134.4 90.0 89.9 117.0 117.9 98.7 144.2 94.2 147.4 97.1 68.9 130.3 97.1 141.8 86.1 30.0 200.4 213.7
3 mm 200.3 97.5 134.4 84.4 142.9 96.0 84.2 117.9 189.7 94.2 144.2 100.6 153.9 95.7 63.5 130.3 91.8 147.9 75.9 30.0 213.7
10 Curah Hujan Efektif (Re) mm 6.1 6.4 10.8 5.7 5.1 18.1 12.4 13.5 17.5 20.5 28.1 19.3 24.4 17.5 5.1 2.0 13.4 7.3 10.9 20.6 23.6 16.7 12.7 14.3
1 mm 6.1 6.4 10.8 5.7 5.1 12.4 13.5 17.5 20.5 28.1 19.3 24.4 5.1 2.0 13.4 7.3 10.9 20.6 16.7 12.7 14.3
2 mm 6.1 6.4 10.8 5.7 5.1 18.1 13.5 17.5 20.5 28.1 19.3 24.4 17.5 2.0 13.4 7.3 10.9 20.6 23.6 12.7 14.3
3 mm 6.1 6.4 10.8 5.7 5.1 18.1 12.4 17.5 20.5 28.1 19.3 24.4 17.5 5.1 13.4 7.3 10.9 20.6 23.6 16.7 14.3
11 Keb.Air di sawah (NFR) 1 mm 135.3 91.1 123.6 76.1 79.2 104.6 103.5 75.1 128.2 66.1 122.0 66.5 59.4 135.3 83.7 139.8 69.8 11.4 187.6 187.7 55.8
2 mm 85.3 141.1 73.6 128.7 84.9 71.9 103.5 100.4 78.2 116.1 74.9 123.0 79.5 66.9 116.9 89.8 130.9 65.4 6.4 187.7 199.4
3 mm 194.2 91.1 123.6 78.7 137.8 78.0 71.8 100.4 169.2 66.1 124.9 76.2 136.4 90.5 50.2 123.0 80.9 127.3 52.3 13.3 199.4
12 Keb.Air di sawah (NFR) 1 lt/dt/ha 1.04 0.70 0.95 0.59 0.61 0.80 0.80 0.58 0.99 0.51 0.94 0.51 0.46 1.04 0.64 1.08 0.54 0.09 1.44 1.44 0.43
2 lt/dt/ha 0.66 1.09 0.57 0.99 0.65 0.55 0.80 0.77 0.60 0.89 0.58 0.95 0.61 0.51 0.90 0.69 1.01 0.50 0.05 1.44 1.53
3 lt/dt/ha 1.49 0.70 0.95 0.61 1.06 0.60 0.55 0.77 1.30 0.51 0.96 0.59 1.05 0.70 0.39 0.95 0.62 0.98 0.40 0.10 1.53
Mean total lt/dt/ha 1.06 0.83 0.82 0.73 0.77 0.38 0.45 0.53 0.71 0.96 0.64 0.82 0.68 0.55 0.38 0.52 0.64 0.90 0.72 0.52 0.15 0.52 0.96 1.17
13 keb.air total
di pengambilan lt/dt/ha 1.64 1.28 1.27 1.12 1.19 0.59 0.70 0.82 1.09 1.49 0.98 1.27 1.05 0.85 0.59 0.80 0.99 1.40 1.11 0.81 0.23 0.80 1.49 1.80
7253 m³/dt 11.91 9.28 9.21 8.13 8.67 4.30 5.06 5.94 7.92 10.78 7.13 9.23 7.63 6.20 4.30 5.80 7.20 10.12 8.08 5.86 1.68 5.77 10.77 13.05
6712 m³/dt 11.02 8.58 8.52 7.53 8.02 3.98 4.68 5.50 7.33 9.97 6.60 8.54 7.06 5.74 3.98 5.37 6.66 9.36 7.48 5.42 1.56 5.34 9.97 12.07
No UraianJANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI NOVEMBER DESEMBERJUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
52
. Tabel 4.16. Kebutuhan Air Irigasi DI. Sanrego
Kebutuhan Air
Desain
Efisiensi
irigasi
Kebutuhan air
Di Sawah (NFR)
Di saluran tersier
Di saluran sekunder
Di pintu pengambilan
80 %
90 %
90 %
1.06
1.31
1.48
1.64
5. Analisis Ketersedian Air
Analisis Perhitungan ketersediaan air/ debit andalan :
Diketahui :
Jumlah data (n) = 11
Debit andalan = 80%
Nomor urut kejadian = antara 9 dengan 10
Penyelesaian :
= 75 %
Nomor urut kejadian debit andalan berada pada nomor urut 9 dapat diihat
pada tabel.4.18,
53
Tabel 4.18 Data Debit Andalan 1/2 Bulanan Sungai Sanrego
Sumber :Hasil pehitungan Debit Andalan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 0.00 5.02 6.57 6.98 5.41 6.81 7.12 7.25 7.14 6.60 6.29 5.35 0.00 0.00 3.26 2.69 2.27 2.16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2 2.67 8.36 9.23 8.17 7.20 7.63 9.13 7.38 7.43 6.72 7.79 7.32 5.07 3.31 3.75 2.94 2.40 2.50 1.80 1.53 1.40 2.32 3.27 3.09
3 8.58 8.55 9.34 8.73 7.52 8.73 9.62 7.98 7.97 7.85 8.17 8.50 5.56 5.20 4.37 3.53 3.52 3.03 2.19 1.91 2.51 3.00 3.42 3.40
4 9.98 9.42 9.41 10.91 7.68 9.17 10.30 10.12 9.59 8.16 8.82 8.55 5.56 5.43 4.82 3.63 3.84 3.25 3.20 2.90 2.61 3.43 4.52 5.44
5 10.48 10.72 9.48 11.09 8.61 10.46 10.46 10.98 10.15 8.20 8.99 9.21 5.91 6.06 5.31 4.43 3.88 3.88 3.39 3.08 3.01 4.29 4.71 5.76
6 11.01 10.87 10.26 11.27 9.23 11.55 10.66 11.07 11.40 10.38 12.47 9.54 6.59 6.28 5.37 4.61 3.96 4.16 3.63 3.45 3.35 5.15 5.29 6.48
7 11.35 10.88 10.41 11.77 9.62 13.01 10.89 11.29 11.66 10.58 13.33 10.49 7.85 6.35 5.42 4.62 4.83 4.20 3.66 3.51 3.50 5.98 6.44 9.20
8 11.60 10.91 15.11 12.12 10.04 13.79 13.72 11.59 13.81 12.48 15.39 14.39 9.97 7.56 6.49 5.35 4.88 5.25 4.94 4.33 4.00 8.35 8.32 10.33
9 11.91 12.09 16.91 13.17 11.18 14.43 15.84 11.70 15.78 12.51 17.77 20.09 10.35 7.64 6.74 6.42 5.24 5.32 5.27 6.07 8.27 8.52 11.29 11.28
10 12.90 15.54 21.24 15.38 16.23 17.42 17.06 14.02 23.05 20.41 23.62 26.42 15.50 8.83 6.91 7.17 7.03 6.50 5.98 9.27 11.74 12.43 12.61 21.46
11 15.54 15.63 31.00 32.45 28.28 40.97 93.64 82.10 41.96 40.32 35.38 26.53 17.26 9.61 7.32 17.04 25.46 17.45 12.88 15.17 21.76 19.75 13.38 49.40
debit andalan 11.91 12.09 16.91 13.17 11.18 14.43 15.84 11.70 15.78 12.51 17.77 20.09 10.35 7.64 6.74 6.42 5.24 5.32 5.27 6.07 8.27 8.52 11.29 11.28
Mei DesemberJuni Juli Agustus September Oktober NopemberP
Januari Februari Maret April
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Grafik Ketersediaan Air
Debit andalan
54
6. Keseimbangan Air
Analisis Keseimbangan air antara kertersedian air dengan kebutuhan air pada bulan januari ½ bulanan, debit yang
tersedia sebesar 11.91 m³/dtk debit sedangkan kebutuhan air sebesar 11.91 m³/dtk. Kebutuhan air maksimum berada
pada awal bulan Januari sebesar 11.91 m³/dtk, dan kebutuhan air minimum berada pada akhir bulan maret sebesar 4.30
m³/dtk, Sedangkan ketersediaan air maksimum berada pada akhir bulan juni sebesar 20.09 m³/dtk dan ketersediaan
minimum berada pada awal bulan September sebesar 5.24 m³/dtk.
Tabel 4.19.Keseimbangan Air
Sumber :Pehitungan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Ketersediaan 11.91 12.09 16.91 13.17 11.18 14.43 15.84 11.70 15.78 12.51 17.77 20.09 10.35 7.64 6.74 6.42 5.24 5.32 5.27 6.07 8.27 8.52 11.29 11.28
kebutuhan 7253 11.91 9.28 9.21 8.13 8.67 4.30 5.06 5.94 7.92 10.78 7.13 9.23 7.63 6.20 4.30 5.80 7.20 10.12 8.08 5.86 1.68 5.77 10.77 13.05
Terpakai 6712 11.02 8.58 8.52 7.53 8.02 3.98 4.68 5.50 7.33 9.97 6.60 8.54 7.06 5.74 3.98 5.37 6.66 9.36 7.48 5.42 1.56 5.34 9.97 12.07
Pengembangan 541 0.89 3.50 8.39 5.64 3.16 10.45 11.16 6.20 8.45 2.54 11.18 11.54 3.30 1.90 2.76 1.04 (1.42) (4.04) (2.21) 0.65 6.71 3.19 1.32 (0.80)
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember DesemberQ (debit) m³/dtk
Luas
(A)
Januari Februari Maret
55
Grafik Keseimbangan Air
Sumber :Pehitungan Debit Andalan Dengan Kebutuhan Air
7. Perhitungan Dimensi Saluran Pengembangan
a. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 13- Bam 14
. .
Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 541 ha
Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha
Efesien (e) = 0.72
Koesfisen C = 1
= 799.35 lt/dt/ha
= 0.779 m³/dt/ha
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Q Tersedia
Q Butuh
= 1 . .1.06 541
0.720Q
56
Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :
-Kofisien kekasaran (k) = 35
-Kemiringan talud (m) = 1.5
-Perbandingan b/h (n) = 1.5
-Kecepatan rencana (v) = 0.44 m³/dtk
Luas penampang( A )
= 1.82 m²
A =Q
V
=0.799
0.44A
Distribusi:
= ( b + m . H ) h b = n . h
= ( + 2 . h )h = . h
= = h m
h =
= m
b = n . h
= .
= m1.279
√1.817
2.5
0.852
1.5 0.852
A
1.817 1 1.5
2,0h² 1.817 1.5
57
b
h
w
Kesimpulan Sketsa
A = 541 ha
Q = 0.779 m3/dt
V = 0.44 m/dt
h = 0.75 m
b = 1.28 m
P = 4.35
m = 1.5
K = 35
R = 0.417
I = 0.000507
w = 0.513 m
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m²+ 1
= + 2 . √ 2 ² +
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.852 0.30
0.513
=0.44
35 0.558
0.0005
0.25 0.30
0.417
R⅔ 0.558
l =V
K R⅔
4.352
R =A
P
=1.817
4.352
1.279 0.852
1.279 1.705 1.803
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m²+ 1
= + 2 . √ 2 ² +
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.852 0.30
0.513
=0.44
35 0.558
0.0005
0.25 0.30
0.417
R⅔ 0.558
l =V
K R⅔
4.352
R =A
P
=1.817
4.352
1.279 0.852
1.279 1.705 1.803
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m²+ 1
= + 2 . √ 2 ² +
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.852 0.30
0.513
=0.44
35 0.558
0.0005
0.25 0.30
0.417
R⅔ 0.558
l =V
K R⅔
4.352
R =A
P
=1.817
4.352
1.279 0.852
1.279 1.705 1.803
58
b. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 14- Bam 15
. .
Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 474 ha
Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha
Efesien (e) = 0.72
Koesfisen C = 1
.
.
= 700.36 lt/dt/ha
= 0.700 m³/dt/ha
Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :
-Kofisien kekasaran (k) = 35
-Kemiringan talud (m) = 1.5
-Perbandingan b/h (n) = 1.5
-Kecepatan rencana (v) = 0.44 m³/dtk
Luas penampang( A )
. .
= 1.59 m²
59
Distribusi:
= ( b + m . H ) h b = n . h
= ( + 2 . h )h = . h
= = h m
h =
= m
b = n . h
= .
= m
A
1.592 1.3 1.3
2,0h² 1.592 1.3
0.980
√ 1.592
2.8
0.754
1.3 0.754
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 2 ² +
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
3.699
R =A
P
=1.592
3.699
0.980 0.754
0.980 1.508 1.803
0.25 0.754 0.30
0.488
=0.44
35 0.570
0.0005
0.25 0.30
0.430
R⅔ 0.570
l =V
K R⅔
60
b
h
w
Kesimpulan Sketsa
A = 474 Ha
Q = 0.700 m3/dt
V = 0.44 m/dt
h = 0.75 m
b = 0.98 m
P = 3.699
m = 1.5
K = 35
R = 0.43
I = 0.00049
w = 0.488 m
c. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 15- Bam 16
. .
Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 325 ha
Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha
Efesien (e) = 0.72
Koesfisen C = 1
.
.
= 480.20 lt/dt/ha
= 0.48 m³/dt/ha
Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :
-Kofisien kekasaran (k) = 35
61
-Kemiringan talud (m) = 1
-Perbandingan b/h (n) = 1.2
-Kecepatan rencana (v) = 0.42 m³/dtk
Luas penampang( A )
. .
= 1.14 m²
Distribusi:
= ( b + m . H ) h b = n . h
= ( + 1 . h )h = . h
= = h m
h =
= m
b = n . h
= .
= m
√ 1.143
2
0.756
1.2 0.756
A
1.143 1 1.2
2,0h² 1.143 1.2
0.907
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
0.756
0.907 1.512 1.414
0.375
R⅔ 0.520
l =V
K R⅔
3.046
R =A
P
=1.143
3.046
0.907
=0.42
35 0.520
0.0005
62
b
h
w
Kesimpulan Sketsa
A = 325 Ha
Q = 0.48 m3/dt
V = 0.42 m/dt
h = 0.75 M
b = 0.907 M
P = 3.046
m = 1.0
K = 35
R = 0.375
I = 0.0005
w = 0.489 M
d. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 16- Bam 17
. .
Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 304 ha
Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha
Efesien (e) = 0.72
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
0.756
0.907 1.512 1.414
0.375
R⅔ 0.520
l =V
K R⅔
3.046
R =A
P
=1.143
3.046
0.907
=0.42
35 0.520
0.0005
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.756 0.30
0.489
0.25 0.30
63
Koesfisen C = 1
.
.
= 449.17 lt/dt/ha
= 0.449 m³/dt/ha
Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :
-Kofisien kekasaran (k) = 35
-Kemiringan talud (m) = 1
-Perbandingan b/h (n) = 1.2
-Kecepatan rencana (v) = 0.41 m³/dtk
Luas penampang( A )
. .
= 1.096 m²
Distribusi:
= ( b + m . H ) h b = n . h
= ( + 1 . h )h = . h
= = h m
h =
= m
b = n . h
= .
= m0.888
√ 1.096
2
0.740
1.2 0.740
A
1.096 1 1.2
2,0h² 1.096 1.2
64
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.740 0.30
0.485
=0.41
35 0.513
0.0005
0.25 0.30
0.367
R⅔ 0.513
l =V
K R⅔
2.982
R =A
P
=1.096
2.982
0.888 0.740
0.888 1.480 1.414
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.740 0.30
0.485
=0.41
35 0.513
0.0005
0.25 0.30
0.367
R⅔ 0.513
l =V
K R⅔
2.982
R =A
P
=1.096
2.982
0.888 0.740
0.888 1.480 1.414
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.740 0.30
0.485
=0.41
35 0.513
0.0005
0.25 0.30
0.367
R⅔ 0.513
l =V
K R⅔
2.982
R =A
P
=1.096
2.982
0.888 0.740
0.888 1.480 1.414
65
b
h
w
Kesimpulan Sketsa
A = 304 Ha
Q = 0.449 m3/dt
V = 0.41 m/dt
h = 0.74 M
b = 0.888 M
P = 2.982
m = 1.0
K = 35
R = 0.367
I = 0.0005
w = 0.485 M
e. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 17- Bam 18
. .
Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 238 ha
Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha
Efesien (e) = 0.72
Koesfisen C = 1
.
.
= 351.656 lt/dt/ha
= 0.35 m³/dt/ha
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.740 0.30
0.485
=0.41
35 0.513
0.0005
0.25 0.30
0.367
R⅔ 0.513
l =V
K R⅔
2.982
R =A
P
=1.096
2.982
0.888 0.740
0.888 1.480 1.414
66
Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :
-Kofisien kekasaran (k) = 35
-Kemiringan talud (m) = 1
-Perbandingan b/h (n) = 1
-Kecepatan rencana (v) = 0.38 m³/dtk
Luas penampang( A )
. .
= 0.93 m²
Distribusi:
= ( b + m . H ) h b = n . h
= ( + 1 . h )h = . h
= = h m
h =
= m
b = n . h
= .
= m0.680
√ 0.925
2
0.680
1 0.680
A
0.925 1 1
2,0h² 0.925 1
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
2.604
R =A
P
=0.925
2.604
0.680 0.680
0.680 1.360 1.414
0.25 0.680 0.30
0.470
=0.38
35 0.502
0.0005
0.25 0.30
0.355
R⅔ 0.502
l =V
K R⅔
67
b
h
w
Kesimpulan Sketsa
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
2.604
R =A
P
=0.925
2.604
0.680 0.680
0.680 1.360 1.414
0.25 0.680 0.30
0.470
=0.38
35 0.502
0.0005
0.25 0.30
0.355
R⅔ 0.502
l =V
K R⅔
A = 238 Ha
Q = 0.35 m3/dt
V = 0.38 m/dt
h = 0.68 m
b = 0.68 m
P = 2.604
m = 1.0
K = 35
R = 0.355
I = 0.0005
w = 0.47 m
68
f. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 18- Bam 19
. .
Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 46 ha
Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha
Efesien (e) = 0.72
Koesfisen C = 1
.
.
= 67.697 lt/dt/ha
= 0.068 m³/dt/ha
Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :
-Kofisien kekasaran (k) = 35
-Kemiringan talud (m) = 1
-Perbandingan b/h (n) = 1.2
-Kecepatan rencana (v) = 0.38 m³/dtk
Luas penampang( A )
. .
= 0.179 m²
69
Distribusi:
= ( b + m . H ) h b = n . h
= ( + 1 . h )h = . h
= = h m
h =
= m
b = n . h
= .
= m
√ 0.179
2.3
0.279
1.2 0.279
A
0.179 1.3 1.2
2,0h² 0.179 1.2
0.335
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.279
0.335 0.558 1.414
0.159
R⅔ 0.294
l =V
K R⅔
1.123
R =A
P
=0.179
1.123
0.335
0.25 0.279 0.30
0.370
=0.38
35 0.294
0.0014
0.25 0.30
70
b
h
w
Kesimplan Sketsa
g. Perhitungan dimensi saluran ruas Bam 19- Bam 20
. .
Diketahui: Luas area pengembangan (A) = 46 ha
Kebutuhan air sawah (NFR) = 1.06 lt/dt/ha
Efesien (e) = 0.72
Koesfisen C = 1
.
.
= 38.991 lt/dt/ha
= 0.039 m³/dt/ha
Dari Kp 03 halaman 98 tabel A.2.2 di dapat :
-Kofisien kekasaran (k) = 35
A = 46 Ha
Q = 0.068 m3/dt
V = 0.38 m/dt
h = 0.279 m
b = 0.335 m
P = 2.604
m = 1.0
K = 35
R = 0.159
I = 0.0014
w = 0.37 m
71
-Kemiringan talud (m) = 1
-Perbandingan b/h (n) = 1.2
-Kecepatan rencana (v) = 0.38 m³/dtk
Luas penampang( A )
. .
= 0.103 m²
Distribusi:
= ( b + m . H ) h b = n . h
= ( + 1 . h )h = . h
= = h m
h =
= m
b = n . h
= .
= m
A
0.103 1 1.2
2,0h² 0.103 1.2
0.272
√ 0.103
2
0.227
1.2 0.227
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
0.912
R =A
P
=0.103
0.912
0.272 0.227
0.272 0.453 1.414
0.112
R⅔ 0.233
72
b
h
w
Kesimpulan Sketsa
keliling basah (p)
p = b + 2h √ m² + 1
= + 2 . √ 1 ² + 1
= + .
= m
Jari-jari hidraulis (R)
= m
= m
0.912
R =A
P
=0.103
0.912
0.272 0.227
0.272 0.453 1.414
0.112
R⅔ 0.233
Kemiringan saluran ( l )
²
.
²
.
= m
Tinggi jagaan ( W )
W = . h +
= . +
= m
0.25 0.227 0.30
0.357
=0.38
35 0.233
0.0022
0.25 0.30
l =V
K R⅔
A = 19 Ha
Q = 0.039 m3/dt
V = 0.38 m/dt
h = 0.227 m
b = 0.272 m
P = 0.912
m = 1.0
K = 35
R = 0.112
I = 0.0022
w = 0.357 m
73
Tabel 4.20 Perencanaan Dimensi Saluran Tersier pada Daerah Irigasi
Sanrego Pengembangan
Sumber : Hasil perhitungan dimensi saluran
Tabel 4.21 Perencanaan Dimensi Saluran Sekunder pada Daerah Irigasi
Sanrego Pengembangan
Sumber : Hasi perhitungan dimensi saluran
No. Ruas Saluran Bangunan Petak tersier
sadap No. Nama Petak Luas (ha) Debit (l/dt)
A. Saluran sekunder Amming (lanjutan) 541.00
1 B.Am.13 - B.Am.14 B.Am.14 1 Am.14.ki 54.00 71.6
2 Am.14.ka 13.00 17.2
2 B.Am.14 - B.Am.15 B.Am.15 3 Am.15.ki 28.00 37.1
4 Am.15.ka.ka 30.00 39.8
5 Am.15.ka.ki 91.00 120.6
3 B.Am.15 - B.Am.16 B.Am.16 6 Am.16.ki 21.00 27.8
4 B.Am.16 - B.Am.17 B.Am.17 7 Am.17.ki 66.00 87.5
5 B.Am.17 - B.Am.18 B.Am.18 8 Am.18.ki.ki 32.00 42.4
9 Am.18.ki.tg.ki 68.00 90.1
10 Am.18.ki.tg.ka 35.00 46.4
11 Am.18.ki.ka 57.00 75.5
6 B.Am.18 - B.Am.19 B.Am.19 12 Am.19.ki 27.00 35.8
7 B.Am.19 - B.Am.20 B.Am.20 13 Am.20.ki 19.00 25.2
NO. RUAS SALURANAREAL
(ha)
PANJANG
(Km)
Q
(m³ / dtk )
V
(m/dtk)
b
(m)
h
(m)
m k w
(m)
i P R
A. SALURAN INDUK SANREGO
1 B.Am.13 - B.Am.14 541.00 0.134 0.80 0.44 1.28 0.85 1.50 35 0.51 0.000507 4.35 0.417
2 B.Am.14 - B.Am.15 474.00 1.713 0.70 0.44 0.98 0.75 1.50 35 0.49 0.000487 3.70 0.430
3 B.Am.15 - B.Am.16 325.00 0.341 0.48 0.42 0.91 0.74 1.00 35 0.49 0.000532 3.05 0.375
4 B.Am.16 - B.Am.17 304.00 2.042 0.45 0.41 0.89 0.74 1.00 35 0.49 0.000522 2.98 0.367
5 B.Am.17 - B.Am.18 238.00 0.887 0.35 0.38 0.68 0.68 1.00 35 0.47 0.000469 2.60 0.355
6 B.Am.18 - B.Am.19 46.00 0.787 0.07 0.38 0.28 0.28 1.00 35 0.37 0.001278 1.07 0.168
7 B.Am.19 - B.Am.20 19.00 0.645 0.04 0.38 0.23 0.227 1.00 35 0.36 0.002032 0.87 0.118
74
C. Hasil Pembahasan
Daerah Irigasi di sanrego, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone
awalnya didesain dengan areal seluas 9457 ha kebutuhan air sebesar
Qbutuh = 14.594 m³/dtk. Jaringan irigasi yang sudah dibangun seluas
areal 6712 ha dengan debit yang tepakai sebesar Q= 11.02 m³/dtk
sedangkan debit yang tersedia sebaesar 11.91 m³/dtk, sehingga masih
tersisa Q= 0.89 m³/dtk. Untuk pengembangan jaringan daerah irigasi
sanrego dapat disimpulkan bahwa masih ada debit tersisa sebesar Q=
0,89 m³/dtk, yang mampu memberi air seluas 541 ha (yang dapat
dikembangkan), jadi total areal keseluruhan seluas 7253 ha yang dapat
diairi dengan debit air tersedia pada bendung sanrego.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kemampuan ketersediaan debit Bendung Sanrego untuk
kebutuhan air irigasi Sanrego sangat memenuhi untuk mengairi
areal pengembangan seluas 541 ha.
2. Perencanaan pengembangan jaringan irigasi dapat laksanakan
sesuai dengan pedoman dan standar perencenaan teknis.
B. Saran
Disarankan untuk mengairi lahan seluas 9457 ha, perlu adanya
penampung air di hulu bendung seperti waduk atau bendungan, untuk
meningkatkan debit tersedia.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Tabel 1. Curah Hujan Efektif Rata-rata Bulanan dikalikan dengan ET
Tanaman Rata-rata Bulanan dan Curah Hujan Mean Bulanan (Mean
Monthly Rainfall)[USDA(SCS),1969]
Sumber: (Perencanaan jaringan irigasi) KP 01
LAMPIRAN 2
Tabel.2.Kebutuhan air di sawah untuk petak tersiaer jangka waktu
penyiapan lahan1,0 bulan
Sumber : Kriteria perencanaan (Kp 01)
Tabel A.2.4 Kebutuhan air di sawah untuk petak tersier jangka waktu penyiapan lahan 1,0 bulan
Bulan ETo P R WLR C1 C2 C3 C ETc NFR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)1)
Nov 1 5,1 2,0 2,0
2
Des 1 4,3 2,0 3,6 LP LP LP LP 10,72) 7,03) 2 1,1 LP LP LP 10,7 7,0
Jan 1 4,5 2,0 3,8 1,1 1,1 LP LP 10,7 7,0 2 2,2 1,05 1,1 1,1 1,08 4,94) 5,35)
Feb 1 4,7 2,0 4,1 2,2 1,05 1,05 1,1 1,07 5,0 5,1 2 1,1 0,95 1,05 1,05 1,02 4,8 3,8
Mar 1 4,8 2,0 5,0 1,1 0 0,95 1,05 0,67 3,2 1,3 2 0 0,95 0,32 1,6 0
Apr 1 4,5 2,0 5,3 0 0 0 0 2 LP LP LP LP 9,46) 4,37)
Mei 1 3,8 2,0 5,1 1,1 LP LP LP 9,4 4,3 2 1,1 1,1 LP LP 9,4 4,3
Jun 1 3,6 2,0 4,2 2,2 1,05 1,1 1,1 1,08 3,9 3,9 2 2,2 1,05 1,05 1,1 1,07 3,9 3,9
Jul 1 4,0 2,0 2,9 1,1 0,95 1,05 1,05 1,02 4,1 4,3 2 1,1 0 0,95 1,05 0,67 2,7 2,9
Agt 1 5,0 2,0 2,0 0 0,95 0,32 1,6 0 2 0 0 0 0
Sep 1 5,7 2,0 1,0
2
Okt 1 5,7 2,0 1,0
2
1) Kolom 2, 3, 5, 10 dan 11 dalam satuan mm/hari 2) Kebutuhan air total untuk penyiapan lahan : tanaman pertama M = (1,1 x 4,4) + 2 = 6,8
mm/hari. S = 300 mm/hari. IR = 10,7 mm/hari (Lihat Tabel A.2.1) 3) Kebutuhan air netto untuk penyiapan lahan sama dengan kebutuhan total dikurangi curah hujan
efektif rata-rata selama periode penyiapan lahan tanaman pertama 10,7 – 3,7 = 7,0 mm/hari.
4) ETc = ETo x C1, koefisien rata-rata tanaman. 5) NFR = ETc + P – Re + WLR.
6) Kebutuhan air total untuk penyiapan lahan : tanaman kedua M = (1,1 x 4,0) + 2 = 6,5 mm/hari. S = 250 mm; IR = 9,4 mm/hari (lihat Tabel A.2.1)
7) Kebutuhan air netto untuk penyiapan lahan sama dengan kebutuhan total dikurangi curah hujan efektif rata-rata selama periode penyiapan lahan tanaman kedua 9,4 – 5,1 = 4,3 mm/hari.
LAMPIRAN 3
Tabel.3.Tabel hubungan antara T, ea, w dan f(t)
Suhu (T) ºC
Ea w (1-w) f(t)
mbar E1(0-2.50 m)
24.0 24.2 24.4 24.6 24.8
29.85 30.21 30.57 30.94 31.31
0.735 0.737 0.739 0.741 0.745
0.265 0.263 0.261 0.259 0.257
15.40 15.45 15.50 15.55 15.60
25.0 25.2 25.4 25.6 25.8
31.69 32.06 32.45 32.83 33.22
0.747 0.749 0.751 0.753 0.755
0.255 0.253 0.251 0.249 0.247
15.65 15.70 15.75 15.80 15.85
26.0 26.2 26.4 26.6 26.8
33.62 34.02 34.42 34.83 35.25
0.757 0.759 0.761 0.763 0.765
0.245 0.243 0.241 0.239 0.237
15.90 15.94 15.98 16.02 16.06
27.0 27.2 27.4 27.6 27.8
35.66 36.09 36.50 36.94 37.37
0.767 0.769 0.771 0.773 0.775
0.235 0.233 0.231 0.229 0.227
16.10 16.14 16.18 16.22 16.26
28.0 28.2 28.4 28.6 28.8
37.81 38.25 39.14 39.61 40.06
0.777 0.779 0.781 0.783 0.785
0.225 0.223 0.221 0.219 0.217
16.30 16.34 16.38 16.42 16.46
Sumber: Suharjono
Tabel.4 Harga f(u) untuk rumus penman
u
(m/dt)
f(u) = 0,27 (1+u x 0,864)
,0 ,2 ,4 ,6 ,8
0
1
2
3
4
0.270
0.503
0.737
0.970
1.203
0.317
0.550
0.783
1.016
1.250
0.363
0.597
0.830
1.063
1.296
0.410
0.643
0.877
1.110
1.343
0.457
0.690
0.923
1.156
1.390
Sumber: Suharjono
LAMPIRAN 4
Tabel.5 Harga f(ed) untuk rumus penman
ed
mbar
f(ed) = 0,34 – 0,44(ed)^0,5
,0 ,25 ,5 ,75
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
0.170
0.164
0.159
0.153
0.148
0.143
0.138
0.134
0.129
0.124
0.120
0.116
0.111
0.107
0.103
0.099
0.095
0.091
0.087
0.083
0.080
0.076
0.168
0.163
0.157
0.152
0.147
0.142
0.137
0.132
0.128
0.123
0.119
0.115
0.110
0.106
0.102
0.098
0.094
0.090
0.086
0.082
0.079
0.075
0.167
0.161
0.156
0.151
0.146
0.141
0.136
0.131
0.127
0.122
0.118
0.113
0.109
0.105
0.101
0.097
0.093
0.089
0.085
0.082
0.078
0.074
0.165
0.160
0.155
0.149
0.144
0.140
0.135
0.130
0.126
0.121
0.117
0.112
0.108
0.104
0.100
0.096
0.092
0.088
0.084
0.081
0.077
0.073
Sumber: Suharjono
LAMPIRAN 5
Tabel.6 Harga f(n/N) untuk rumus penman
n/N
(%)
F(n/N) = 0.1+0.9 n/N
,0 ,2 ,4 ,6 ,8
30
40
50
60
70
80
0.370
0.460
0.550
0.640
0.730
0.820
0,388
0.478
0.568
0.658
0.748
0.838
0406
0.496
0.586
0.676
0.766
0.856
0.424
0.514
0.604
0.694
0.784
0.874
0.442
0.532
0.622
0.712
0.802
0.892
Sumber: Suharjono
Tabel.7 Besar angka koefisien bulanan (c ) untuk rumus penman
Bulan c Bulan c
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
1.1
1.1
1.0
0.9
0.9
0.9
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
0.9
1.0
1.1
1.1
1.1
1.1
Sumber: Suharjono
LAMPIRAN 6
Tabel .8. Data Hujan Bulanan dan Hujan Harian Maksimum Sts. Maradda
Sumber : Diolah dari Data Hujan Harian dari Seksi Hidr0,ologi Dinas PSDA Sul-sel
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
1990 54 124 128 91 325 226 180 26 0 41 0 132 1327 57
1991 90 63 226 230 452 113 87 38 0 0 195 38 1532 115
1992 76 181 148 282 81 216 301 20 68 32 145 69 1619 76
1993 116 64 104 174 207 357 249 225 0 65 45 227 1833 140
1994 210 128 245 182 254 312 230 614 0 110 365 101 2751 195
1995 152 83 127 182 428 568 340 46 41 40 217 107 2331 75
1996 107 63 78 156 237 202 307 230 25 110 83 118 1716 75
1997 143 94 170 243 140 307 413 0 0 0 26 233 1769 175
1998 123 233 396 314 437 313 788 518 179 295 63 82 3741 175
1999 191 115 143 929 346 267 464 64 73 158 278 262 3290 240
2000 132 88 176 242 175 381 166 23 14 182 174 121 1874 79
2001 114 100 121 283 172 238 94 12 30 53 104 173 1494 75
2002 409 124 55 166 710 36 380 0 0 0 15 13 1908 125
2003 23 79 89 334 403 283 235 59 109 49 125 271 2059 214
2004 68 57 78 296 168 69 155 0 0 0 154 129 1174 145
2005 104 118 108 272 459 107 54 63 0 99 174 103 1661 105
2006 42 180 82 22 236 69 407 0 10 0 0 81 1129 195
2007 93 183 35 145 192 334 374 113 30 45 93 51 1688 110
2008 95 64 218 294 482 384 207 84 43 176 72 117 2236 126
2009 74 10 92 32 6 40 263 10 50 52 371 110 1110 145
2010 70 157 183 185 411 780 573 465 248 289 256 112 3725 187
2011 70 93 38 120 185 110 158 11 24 145 165 222 1341 89
2012 26 196 160 201 239 257 231 19 23 78 92 61 1583 100
2013 84 63 92 188 237 79 132 230 64 - 156 71 1396 77
2014 44 - 97 61 206 25 72 119 421 364 162 188 1759 150
2015 55 13 134 126 221 260 24 - - - 1 42 876 90
TahunJumlah Curah Hujan Bulanan (mm)
Jumlah
Curah Hujan
Harian Max
(mm)
LAMPIRAN 7
Tabel .9. Data Hujan Bulanan dan Hujan Harian Maksimum Sts. Sanrego
Sumber : Diolah dari Data Hujan Harian dari Seksi Hidrologi Dinas PSDA Sul-sel.
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
1990 46.2 94.04 79.56 83.2 219.1 146.1 124.5 26.33 6.517 33.34 12.59 75.3 947 43.4
1991 95 33 207 378 385 105 85 28 0 0 20 259 1595 106
1992 56 262 127 637 202 410 356 38 63 47 91 61 2350 82
1993 39 99 389 230 785 610 108 8 0 0 170 246 2684 97
1994 140.6 68.19 103.7 429.9 178.1 212.1 212.1 368.5 0 38.09 197.5 120.9 2070 144.3
1995 124.5 72.9 104.7 101.5 351.0 502.9 284.4 43.5 14.8 17.2 159.6 81.5 1858 71.1
1996 250.5 234.8 70.8 104.6 155.2 177.3 250.8 223.1 14.5 68.3 64.5 160.1 1774 88.6
1997 85.0 85.2 113.2 208.5 94.3 255.4 192.8 0.0 0.0 0.0 58.0 203.9 1296 114.8
1998 70 104 221 191 163 231 212 228 21 19 196 41 1697 72
1999 133 55 82 46 132 68 84 24 30 77 74 132 937 44
2000 64 20 88 90 141 282 58 25 1 47 42 29 887 48
2001 39 37 12 165 113 200 70 8 44 73 114 115 990 72
2002 238 102 85 117 622 130 115 0 0 0 41 119 1569 123
2003 52 84 100 337 300 319 305 63 67 48 98 298 2071 129
2004 87 79 135 240 162 49 121 0 0 0 53 60 986 67
2005 70 19 417 214 345 113 20 49 10 74 165 267 1763 235
2006 190 410 185 123 292 329 70 0 17 0 0 164 1780 115
2007 157 166 57 339 238 431 419 105 51 37 112 81 2193 99
2008 107 67 160 248 534 0 0 121 59 304 159 166 1925 79
2009 221 31 104 226 81 9 267 0 75 119 240 132 1505 89
2010 60.0 123.3 131.4 135.3 304.2 570.9 457.9 344.5 175.1 210.1 201.6 120.2 2834 131.5
2011 70.7 47.5 40.5 73.9 178.1 86.5 130.1 29.5 22.7 132.1 167.0 141.7 1120 81.2
2012 16 320 77 199 267 290 287 37 22 117 173 131 1936 95
2013 170 78 31 165 499 0 0 66 121 20 111 69 1330 115
2014 88.4 39.6 119.7 96.6 353.3 307.3 112.4 134.8 368.0 110.2 69.4 86.5 1886 144.5
TahunJumlah Curah Hujan Bulanan (mm)
Jumlah
Curah Hujan
Harian Max
(mm)
LAMPIRAN 8
Tabel .10 Data Hujan Bulanan dan Hujan Harian Maksimum Sts. Palattae
Sumber : Diolah dari Data Hujan Harian dari Seksi Hidrologi Dinas PSDA Sul-sel.
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
1990 71 139 122 135 305 225 202 49 27 44 15 108 1442 58
1991 614 454 225 180 695 64 112 45 0 0 136 95 2620 159
1992 97 78 225 302 121 318 408 25 89 93 170 143 2069 88
1993 84 77 124 279 315 687 304 330 0 125 79 215 2619 182
1994 329 128 134 0 170 502 601 318 0 25 165 379 2751 187
1995 137 52 171 156 503 770 430 44 12 23 158 82 2538 100
1996 713 800 57 143 172 260 406 415 30 150 167 148 3461 183
1997 85 131 113 271 123 352 141 0 0 0 76 180 1472 121
1998 124 106 253 369 395 254 752 346 143 86 299 105 3232 136
1999 144 101 259 575 371 349 874 57 181 225 245 197 3578 180
2000 207 83 228 135 395 663 196 38 27 277 153 80 2482 130
2001 198 92 130 385 138 283 69 4 27 8 94 87 1515 86
2002 235 126 181 272 718 430 58 9 0 0 143 78 2250 188
2003 127 127 122 261 283 372 282 108 84 57 136 290 2249 87
2004 72 64 133 401 158 64 225 0 17 0 117 162 1413 168
2005 68 75 189 222 465 123 120 68 0 103 70 155 1658 78
2006 176 176 121 0 0 537 65 0 0 0 0 128 1203 143
2007 171 88 106 165 305 437 409 97 58 95 86 103 2120 140
2008 173 74 201 415 736 505 228 160 79 303 78 158 3110 150
2009 92 49 104 113 81 126 293 13 61 90 272 184 1478 119
2010 61 162 258 199 418 844 583 601 243 226 168 112 3875 173
2011 118 60 106 120 299 93 209 59 44 198 171 181 1658 112
2012 33 133 223 178 291 377 307 88 - 145 99 220 2094 163
2013 238 95 77 306 265 162 167 57 123 - 166 167 1823 78
2014 177 51 209 232 652 596 198 231 - 13 39 38 2436 201
2015 130 73 214 162 225 439 61 - - - - 181 1485 99
TahunJumlah Curah Hujan Bulanan (mm)
Jumlah
Curah Hujan
Harian Max
(mm)
LAMPIRAN 9
Tabel .11 Data Hujan Bulanan dan Hujan Harian Maksimum Sts. Tappale
Sumber : Diolah dari Data Hujan Harian dari Seksi Hidrologi Dinas Balai Besar Pompengan
Jenneberang Sul-sel.
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
1990 52 95 50 94 198 101 91 27 0 42 35 42 827 50
1991 27 20 11 147 426 10 5 30 0 0 0 85 761 100
1992 117 48 136 60 195 359 398 141 241 216 475 129 2515 91
1993 194 341 270 380 514 457 164 66 0 0 0 0 2386 79
1994 0 0 0 1470 246 0 0 440 0 0 200 0 2356 165
1995 184 141 103 42 409 591 318 76 0 0 227 119 2210 98
1996 184 91 134 96 174 217 247 218 0 0 0 351 1712 88
1997 89 102 142 282 93 316 150 0 0 0 125 361 1660 135
1998 71 185 337 809 908 685 1149 228 601 175 205 61 5414 150
1999 118 80 196 445 227 107 360 18 198 262 121 177 2309 138
2000 96 5 178 147 282 594 135 30 0 143 155 134 1899 123
2001 535 106 43 280 94 253 76 0 55 72 102 129 1745 130
2002 273 79 166 115 583 536 32 0 0 0 15 138 1937 101
2003 5 45 88 416 214 302 399 23 9 38 33 334 1906 85
2004 86.1 75.9 129.8 342.0 183.4 67.5 181.8 0.0 5.3 0.0 75 82 1229 136.7
2005 35 158 53 1121 295 1095 77 0 0 70 219 244 3367 250
2006 0 121 35 95 274 400 76 12 0 0 0 33 1046 155
2007 146 130 43 237 257 606 375 10 45 76 111 161 2197 133
2008 138 78 144 250 571 329 161 188 6 306 226 81 2478 100
2009 97 0 268 112 66 145 307 0 0 27 62 22 1106 200
2010 79 151 107 171 403 715 563 328 253 351 343 111 3575 200
2011 85 23 15 39 203 125 131 47 20 164 303 130 1285 110
2012 22 125 85 247 257 300 276 42 - 75 253 213 1895 118
2013 157 101 20 132 462 317 603 117 134 16 120 132 2311 134
2014 128 55 160 89 530 609 170 173 - 4 50 88 2056 204
2015 tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad
Jumlah
Curah Hujan
Harian Max
(mm)
TahunJumlah Curah Hujan Bulanan (mm)
LAMPIRAN 10
Tabel .12 Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Pada Stasiun Palattae
Tabel .13 Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Pada Stasiun Tappale
Sumber :Seksi hidrologi
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 1 47 17 30 7 72 67 34 78 55 26 29 33 0 8 22 0 0 29 15 42 13 41 9
2006 55 15 23 34 6 36 0 0 0 0 45 143 0 56 0 0 0 0 0 0 0 0 24 67
2007 50 25 25 0 45 21 23 23 20 83 70 40 140 65 15 35 23 0 0 40 43 25 20 25
2008 13 69 19 34 33 40 58 110 77 90 150 28 86 14 24 18 43 22 98 22 12 26 77 12
2009 11 46 14 11 41 48 24 17 18 29 20 56 38 84 13 0 33 19 26 25 48 119 70 30
2010 27 0 61 19 22 102 66 60 71 56 106 173 118 116 110 148 52 28 43 34 35 27 30 28
2011 40 46 28 20 12 62 10 43 80 93 19 30 52 30 25 6 32 5 25 112 45 39 37 42
2012 8 7 23 22 61 34 21 50 47 35 163 72 110 35 41 13 0 0 7 75 43 14 25 100
2013 78 22 52 7 29 35 61 57 48 21 50 28 25 35 17 8 74 0 0 0 48 64 37 25
2014 60 20 28 6 25 97 84 34 142 201 63 92 18 81 90 25 0 0 0 13 0 25 15 7
TahunJanuari Februari Maret April Mei DesemberJuni Juli Agustus September Oktober Nopember
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 0 35 15 73 0 25 175 250 58 38 250 220 50 220 0 0 0 0 10 25 57 50 95 45
2006 0 0 35 28 0 20 40 50 45 38 55 155 40 32 9 3 0 0 0 0 0 0 0 33
2007 10 53 45 45 13 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 10 28 20 58
2008 15 65 28 30 28 8 45 25 75 100 88 33 45 18 25 35 6 0 72 41 29 100 20 0
2009 6 46 0 0 76 0 26 25 25 13 0 145 200 0 0 0 0 0 0 16 10 23 0 22
2010 28 6 50 0 42 39 69 17 103 45 106 200 80 127 115 73 50 31 40 81 75 110 34 0
2011 0 85 0 23 0 8 4 28 81 35 0 100 21 0 27 0 20 0 0 110 75 81 24 37
2012 11 11 26 38 8 35 26 57 58 25 100 72 76 23 23 0 0 0 14 31 36 53 118 45
2013 50 17 27 12 0 20 37 50 65 134 130 35 72 97 16 57 64 0 0 16 25 59 19 45
2014 42 51 38 9 113 47 28 25 86 204 85 88 37 103 72 15 0 0 0 4 24 15 0 55
TahunJanuari Februari Maret April Nopember DesemberMei Juni Juli Agustus September Oktober
LAMPIRAN 11
Tabel .14 Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Pada Stasiun Maradda
Tabel .15 Data Curah Hujan Rata-Rata ½ Bulan Pada Stasiun Sanrego
Sumber :Seksi hidrologi
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 15 50 18 51 4 36 54 27 62 105 24 22 18 11 0 21 0 0 12 20 50 38 39 6
2006 11 17 51 51 31 16 5 17 78 21 0 25 50 0 0 0 8 0 0 0 0 0 19 45
2007 10 24 31 110 20 0 56 18 23 61 76 43 95 75 12 52 20 0 0 18 28 20 15 0
2008 15 32 27 7 35 41 34 86 73 60 126 25 84 13 10 17 25 0 38 41 11 22 55 19
2009 9 50 7 0 37 21 15 9 6 0 0 25 31 94 10 0 29 21 27 25 35 145 38 32
2010 19 22 44 25 39 21 36 57 62 19 82 132 125 120 87 127 63 42 23 39 39 52 45 19
2011 32 20 1 61 13 9 7 42 25 53 6 70 41 41 11 0 0 110 110 37 81 45 89 34
2012 9 5 27 63 35 46 35 43 66 35 100 81 91 5 0 19 0 30 15 35 9 35 14 22
2013 25 5 28 6 25 38 10 77 35 36 35 0 27 10 43 20 32 0 0 0 26 55 25 10
2014 32 0 0 0 20 55 25 10 65 24 13 0 12 37 31 15 100 150 59 88 55 25 54 25
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember DesemberTahun
Januari Februari
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2005 7 50 30 30 22 10 67 50 27 66 90 20 99 51 6 30 24 0 0 13 40 20 34 11
2006 7 20 60 20 5 18 43 4 40 40 37 183 0 66 7 13 12 0 0 0 15 0 53 55
2007 7 50 30 30 22 10 67 50 27 66 90 20 99 51 6 30 24 0 0 13 40 20 34 11
2008 13 18 20 3 40 19 34 75 79 58 0 0 0 0 25 13 23 0 57 35 15 53 60 20
2009 45 81 18 0 35 11 18 71 14 30 9 0 47 89 0 0 25 50 65 18 42 48 45 28
2010 23 7 35 22 20 42 20 80 66 15 75 109 50 120 90 80 25 24 32 69 35 62 37 0
2011 13 53 4 38 20 22 12 71 67 57 15 40 26 3 49 0 29 0 0 52 33 45 38 25
2012 16 0 40 95 20 15 32 57 60 30 60 80 80 35 20 7 0 17 42 40 13 80 38 20
2013 5 13 6 8 27 4 2 29 3 23 7 14 2 42 12 17 2 0 0 20 22 54 10 13
2014 6 25 7 7 15 31 5 27 5 172 3 94 2 90 7 20 0 0 0 0 0 43 11 23
Agustus September Oktober Nopember DesemberTahun
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
LAMPIRAN 12
Tabel .16 Data Debit Rata-rata 1/2 Bulanan Sungai Sanrego
Sumber : Diolah dari data pos duga air sungai Sanrego – Turungeng
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2000 10.48 8.36 10.26 6.98 5.41 13.01 13.72 10.98 7.97 20.41 17.77 26.53 15.50 0.00 6.49 6.42 4.83 4.20 - - - - - -
2001 11.35 9.42 31.00 32.45 28.28 40.97 93.64 82.10 9.59 6.60 23.62 10.49 5.91 6.28 4.82 3.63 4.88 5.25 4.94 4.33 4.00 8.52 13.38 11.28
2002 11.01 10.91 9.34 8.73 7.20 11.55 9.13 7.25 41.96 8.20 12.47 9.54 5.56 3.31 3.26 3.53 3.88 4.16 3.39 3.08 3.01 3.00 4.52 5.76
2003 8.58 8.55 9.41 11.77 7.68 8.73 7.12 11.70 23.05 10.58 6.29 14.39 10.35 6.35 3.75 2.94 2.40 2.50 2.19 1.91 2.51 4.29 5.29 49.40
2004 11.91 10.72 21.24 12.12 9.23 14.43 10.46 7.38 10.15 8.16 8.17 5.35 5.56 7.64 4.37 2.69 2.27 2.16 1.80 1.53 1.40 2.32 3.27 3.09
2005 2.67 5.02 6.57 15.38 10.04 9.17 17.06 11.07 11.66 10.38 8.99 8.50 7.85 7.56 5.42 4.43 3.84 3.03 3.20 2.90 2.61 5.15 6.44 6.48
2006 0.00 12.09 9.48 8.17 7.52 6.81 10.66 7.98 7.14 7.85 15.39 8.55 0.00 6.06 5.37 4.61 3.96 3.88 3.66 3.45 3.35 3.43 3.42 3.40
2007 11.60 10.88 15.11 13.17 8.61 7.63 10.30 11.59 7.43 6.72 7.79 9.21 5.07 5.20 5.31 5.35 5.24 5.32 5.27 6.07 8.27 8.35 8.32 21.46
2008 15.54 10.87 10.41 10.91 16.23 17.42 15.84 11.29 13.81 40.32 35.38 20.09 17.26 8.83 7.32 7.17 7.03 6.50 5.98 9.27 11.74 12.43 12.61 10.33
2009 9.98 15.54 16.91 11.27 11.18 10.46 10.89 14.02 11.40 12.51 8.82 7.32 6.59 9.61 6.74 4.62 3.52 3.25 3.63 3.51 3.50 5.98 4.71 5.44
2010 12.90 15.63 9.23 11.09 9.62 13.79 9.62 10.12 15.78 12.48 13.33 26.42 9.97 5.43 6.91 17.04 25.46 17.45 12.88 15.17 21.76 19.75 11.29 9.20
DesemberJuni Juli Agustus September Oktober NopemberTahun
Januari Februari Maret April Mei
LAMPIRAN 13
Gambar 1.1 Peta Daerah Irigasi Sanrego
D.I. SANREGO 6.712 HA
AREAL PENGEMBANGAN
Gambar 1.1 Peta Aliran Sungai Disekitar Daerah Irigasi Sanrego
BENDUNG SANREGO
68 Ha
35 Ha
30 Ha
13 Ha
91 Ha
21 Ha
28 Ha
54 Ha
32
H
a
57
H
a
27
H
a
68
H
a
19
H
a
SKEMA AREA PENGEMBANGAN
AREA: 541 Ha
B.A
m.1
4
B.A
m.1
5
B.A
m.1
6
B.A
m.1
7
B.A
m.1
8
B.A
m.1
9
B.A
m.2
0
S A L U R A N S E K U N D E R A M I N G
B.A
m.1
3
Bangunan Sadap
L E G E N D A :
Bangunan Bagi Sadap
Jembatan
Bangunan Bagi
Saluran Sekunder
Saluran Muka
Bangunan Ukur
km
.1
1.1
63
km
.1
1.3
64
B.A
m.1
4a
km
.1
2.4
35
B.A
m.1
5a
km
.1
2.6
02
B.A
m.1
5b
km
.1
5.5
61
B.A
m.1
8a
km
.1
6.3
33
B.A
m.1
8b
km
.1
7.3
82
km
.1
8.1
14
B.A
m.1
9a
km
.1
9.2
63
B.A
m.2
0a
km
.1
2.2
30
km
.1
5.2
82
km
.1
4.4
22
km
.1
2.9
10
km
.1
3.8
03
B.A
m.1
6a
km
.1
8.7
20
km
.1
9.4
50
B.A
m.1
7a
Eksisting Pengembangan
km
.1
5.1
49
k
m
.
0
.
0
2
5
k
m
.
0
.
7
2
0
Am. 15 ka.ki.M
km
.1
1.6
37
B.A
m.1
4b
Talang
B
.
A
m
.
1
8
.
k
i
.
k
a
.
a
k
m
.
0
.
4
8
0
B
.
A
m
.
1
8
.
k
i
.
k
a
.
a
B
.
A
m
.
1
8
.
k
i
.
k
a
k
m
.
0
.
8
0
0
B
.
A
m
.
1
8
.
k
i
.
k
i
k
m
.
0
.
7
3
8
B
.
A
m
.
1
8
.
k
i
.
k
i
.
a
Gorong - gorong Jalan
Bangunan Terjun
BAm.12
BAm.11
BAm.10
BAm.14
BAm.15
BAm.17
BAm.18
BAm.20
S
.
S
.
M
a
s
a
g
o
S
.S
. A
m
in
g
E
x
i
s
t
i
n
g
S
a
l
.
S
e
k
.
A
m
i
n
g
BAm.13
AKHIR SALURAN EXISTING
AWAL SALURAN BARU
Balle
Tabenrung
B
a
r
u
t
u
n
g
P
a
n
g
e
m
p
a
n
g
e
B
u
r
u
n
g
p
u
t
e
M
a
c
c
a
Bulu
H
u
d
o
n
g
Batu
lappa
C
a
g
u
n
i
Palattae
L
a
t
e
l
l
a
n
g
P
a
k
i
t
a
U
t
t
i
b
a
t
u
e
BAm.16
BAm.19
13.00
Am. 14 ka.
17.29
30.00
Am. 15 ka.ka.
39.89
54.00
Am. 14 ki.
71.81
28.00
Am. 15 ki.
37.23
21.00
Am. 16 ki.
27.93
6
6
.
0
0A
m
.
1
7
k
i
.
8
7
.
7
7
32.00
Am. 18 ki.ki.
42.55
35.00
Am.18ki.1.ka.
46.54
57.00
Am. 18 ki.ka.
75.80
19.00
Am. 20 ki.
25.27
68.00
Am.18ki.1.ki.
90.43
27.00
Am. 19 ki.
35.90
U
0.50
0 2
1.0 1.5 2.0 2.5 Km
Skala 1 : 25.000
4 6 8 10 cm
91.00
Am. 15 ka.ki.
121.01
Box T
Box T
S
.
S
.
A
m
i
n
g
Jalan Desa
Jalan Inspeksi
Batas Kecamatan
Batas Petak Tersier
Batas Kabupaten
Gorong Gorong Pembawa
Gorong Gorong Pembuang
Jalan Utama
Bangunan Pembilas/Pembuang
Sipon
Talang
Bangunan Sadap
Bangunan Akhir Type Box
Jembatan
Jembatan Orang
L E G E N D A
Saluran Skunder Baru
Sungai
Kantor Dinas/Rumah Dinas
Titik Tetap(BM )
Nama Petak Tersier
Debit (l/dt.)
Luas Potensial(ha.)
Bangunan Terjun
Pekampungan
BAm.21
LATELLANG
BATU LAPPA
MASAGO
PATIMPENG
BALLE
Am.18ki.1
Saluran Skunder Lama
AREA EXISTING
KECAMATAN
KAHU
68 Ha
35 Ha
30 Ha
81 Ha
114 Ha
96 Ha
61 Ha
41 Ha
86 Ha
13 Ha
41 Ha
47 Ha
23 Ha
29 Ha
42Ha
28 Ha27 Ha
87 Ha
40 Ha
72 Ha
107 Ha
46 Ha
38 Ha 102 Ha43 Ha
30 Ha98 Ha
22 Ha 18 Ha 34 Ha
91 Ha
21 Ha
28 Ha
54 Ha
70 Ha
74 Ha
134 Ha
92 Ha
15 Ha
52 Ha
37 Ha
72 Ha
59 Ha
69 Ha
43 Ha
68 Ha
93 Ha
105 Ha
45 Ha
47 Ha
32 H
a
32 H
a
52 H
a
22 H
a
63 H
a
41 H
a
39 H
a
84 H
a
74 H
a
35 H
a
45 Ha
16 Ha
18 Ha
63 Ha
39 Ha
45 Ha
103 Ha
18 Ha
31 Ha
25 Ha
86 Ha
16 Ha
67 Ha
100 Ha
20 Ha
72 Ha
48 Ha
66 Ha
104 Ha
47 Ha
44 Ha
106 Ha
18 Ha
35 Ha
44 Ha
81 Ha
13 Ha
30 Ha
41 Ha
9 Ha
44 Ha
62 Ha
48 Ha28 Ha
32 Ha
53 Ha
107 Ha
28 Ha
86 Ha
57 Ha
58 Ha11 Ha 19 Ha
52 Ha
44 Ha
44 Ha
33 Ha
57 Ha
16 Ha
72 Ha
16 Ha 114 Ha
60 Ha
70 Ha
22 Ha 36 Ha
42 Ha
61 Ha
39 Ha
66 Ha
67 Ha
64 Ha
37 Ha
57 H
a
27 H
a
68 H
a
100 H
a
20 H
a
12 H
a
72 H
a
28 H
a
89 H
a
25 H
a
23 H
a
23 H
a
84 H
a
44 H
a
37 H
a
15 H
a
SALURAN.
SEKUNDER
LABURASSENG
SALURAN.
SEKUNDER
MATTOANGIN
BMT.1 BMT.2 BMT.3
Bpr.1
Bpr.2
Bpr.3
Bpr.4
Bpr.5
Bpr.6
Bpr.7
Bpr.8
Bpr.9Bpr.10
Btp.1
Blb.1
Blb.2
Blb.3
Bpa.1
Bpa.2
Bpa.3
Bpa.4
Bpa.5
Bpa.6
BS.0
BS
.1
BS
.2
BS
.3
BS
.4
BS
.5
BS
.6
BS
.7
BS
.8
BS
.9
BS
.10
BS
.11
Bp.1
Bp.2
BMa.1
BBT.1
BBT.2
BBT.3
BJr.1
BJr.2
BJr.3
BCa.1
BCa.2
SALURAN.
INDUK.SANREGO.
BEND.BIRU
SANREGO WEIR
BENDUNG SANGREGO
PAROTA
WEIR
BENDUNG
PAROTA
SKEMA JARINGAN DI SANREGO
AREA 7.253 Ha
19 H
a
SKEMA AREA PENGEMBANGAN
AREA: 541 Ha
94
95
96
97
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
104
104
105
105
105
106
106
107
107
108
109
109
110
110
111
111
111
111
112
112
112
112
112
112
113
113
113
113
113
113
113
113
113
114
114
114
114
114
114
114
115
115
115
116
116
116
116
117
117
117
117
117
117
117
118
118
118
119
119
119
119
119
120
120
121
122
123
124
125
126
127
127
128
128
129
129
129
13
0
130
131
132
133
134
135
136
137
138
138
139
135
139
140
14
0
140
140
14
1
141
142
142
14
2
14
2
142
142
142
143
143
143
143
14
3
143
143
143
144
144
144
144
144
144
144
145
14
5
14
5
145
145
145
145
145
146
146
146
146
146
146
146
146
147
147
147
147
147
147
147
147
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
14
9
149
14
9
149
149
149
149
149
149
149
149
150
150
160
150
150
150
150
150
151
151
15
1
151
151
152
152
152
152
152
152
152
153
153
153
153
153
153
153
154
154
154
154
154
154
154
154
155
155
155
155
155
155
155
155
155
155
155
155
155
156
156
156
156
156
156
156
156
156
156
156
156
157
157
157
157
157
157
157
157
157
157
157
157
157
158
158
158
158
15
8
158
158
158
158 158
158
158
158
159
159
159
159
159
159
159
159
159
159
159
159
16
0
16
0
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
16
1
161
161
161
161
161
161
161
161
161
161
161
161
161
162
16
2
162
162
162
162
162
162
162
162
162
162
162
163
163
163
163
163
163
163
163
163
163
163
163
163
16
4
164
164
164
164
164
164
164
164
164
164
164
165
165
165
165
165
165
165
165
165
165
165
165
166
166
166
166
166
166
166
166
166
166
166
167
167
167
167
167
167
167
167
167
167
167
168
168
168
168
168
168
168
169
169
169
169
169
169
170
170
170
170
170
170
170
171
171
171
171
171
171
171
172
172
172
172
172
172
173
173
173
173
173
173
173
173
174
174
174
174
174
174
174
174
174
174
174
175
175
175
175
175
175
175
175
176
176
176
176
176
176
176
176
176
177
177
177
177
177
177
177
178
178
178
178
179
179
179
179
180
180
180
180
180
180
181
181
181
181
182
18
2
182
183
184
185
185
185
186
187
188
189
190
190
191
192
193
194
195
195
195
196
196
196
197
197
198
198
199
200
201
202
S
.
S
.
A
m
in
g
A
K
H
I
R
S
A
L
U
R
A
N
E
X
I
S
T
I
N
G
A
W
A
L
S
A
L
U
R
A
N
B
A
R
U
B
a
l
l
e
Tabenrung
Batu
lappa
L
a
t
e
l
l
a
n
g
P
a
k
i
t
a
U
t
t
i
b
a
t
u
e
180.000
180.500
181.000
181.500
182.000
182.500
183.000
183.500
184.000
184.500
180.500
181.000
181.500
182.000
182.500
183.000
183.500
184.000
184.500
9.4
52
.0
00
9.4
51
.5
00
9.4
51
.0
00
9.4
50
.5
00
9.4
50
.0
00
9.4
49
.5
00
9.4
49
.0
00
9.4
48
.5
00
9.4
48
.0
00
9.4
47
.5
00
9.4
47
.0
00
9.4
46
.5
00
9.4
52
.0
00
9.4
51
.5
00
9.4
51
.0
00
9.4
50
.5
00
9.4
50
.0
00
9.4
49
.5
00
9.4
49
.0
00
9.4
48
.5
00
9.448.000
9.4
47
.5
00
9.4
47
.0
00
9.4
46
.5
00
152
170
X =
182.491,011
Y =
9.449.311,102
Z =
154,963
X =
181.576,022
Y =
9.451.106,111
Z =
150,588
145
140
155
150
130
155
140
135
150
145
160
130
180
150
155
160
165
165
170
BA
m.1
2
BA
m.1
1
BA
m.1
0
BA
m.1
4
BA
m.15
BA
m.20
BA
m.1
6
B.M
.1
ki.ka
.M
BA
m.1
8ki.1
.ki.M
AREA EXISTING
AR
EA
E
XIS
TIN
G
AR
EA
E
XIS
TIN
G
BA
m.1
5ka
.ki.M
BA
m.1
8ki.1
.ka
.M
BA
m.1
3
BA
m.1
7
BA
m.1
8
BA
m.1
9
BM
.1
1
BM
.1
2
13.00
Am
. 14 ka.
30.00
Am
. 1
5 ka
.ka
.
54.00
Am. 14 ki.
28.00
Am
. 15 ki.
21.00
Am
. 16 ki.
66.00
Am
. 17 ki.
32.00
Am
. 18 ki.ki.
35.00
Am
.18ki.1.ka.
57.00
Am
. 1
8 ki.ka
.
19.00
Am
. 2
0 ki.
68.00
Am
.18ki.1.ki.
27.00
Am
. 1
9 ki.
91.00
Am
. 15 ka.ki.
BA
m.1
8.ki.1
Peta Situasi
Dokumentasi BAM.13
Dokumentasi Mercu Bendung
Dokumentasi Pintu Intake
Dokumentasi Saluran Induk