BAB III PEMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP ......20 BAB III P EMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP...

34
20 BAB III PEMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP PENDERITAAN Asal usul Sebutan Yahudi. Ada tiga sebutan untuk menunjuk bangsa Israil Alkitab 1 yaitu Israil, Ibrani dan Yahudi. 2 Sebutan itu menunjuk pada penduduk Palestina antara tahun 1000 sebelum masehi sampai sekarang (khususnya untuk sebutan Yahudi). Palestina terletak di persimpangan jalur-jalur perdagangan baik lewat jalan laut maupun darat melalui daerah subur bulan sabit Timur Tengah. Karena subur dan merupakan jalur perdagangan wilayah Palestina menjadi rebutan penguasa- penguasa di sekitarnya antara lain Mesir. Sebutan Israil menunjuk pada kehidupan bersama 12 suku-suku yang ada di Palestina, baik sebelum terbentuknya kerajaan Israil maupun sesudahnya. Israil dibentuk diantara kaum-kaum/suku-suku di Palestina semasa pendudukan Mesir pada jaman Kerajaan Baru sekitar tahun 1550-1150 sebelum masehi. Israil menegaskan dirinya sendiri dalam pertarungan antara kerajaan Mesir dan kerajaan Het atas wilayah Palestina (Robert B. Coote, 2012). Israil adalah nama untuk menunjuk kekuasaan suku atau konfederasi suku-suku yang dibentuk pada 1 Sebutan Israil Alkitab digunakan untuk membedakan dengan Israil modern. 2 John Titaley, dalam catatan kaki, pada pengantar buku, Pada Mulanya,Penciptaan dan Sejarah Keimaman,karangan Robert B. Coote, David Robert Ord (Salatiga dan Jakarta: Universitas Kristen Satya Wacana & BPK Gunung mulia, 2011).

Transcript of BAB III PEMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP ......20 BAB III P EMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP...

  • 20

    BAB III

    PEMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP

    PENDERITAAN

    Asal usul Sebutan Yahudi.

    Ada tiga sebutan untuk menunjuk bangsa Israil Alkitab1 yaitu Israil,

    Ibrani dan Yahudi.2 Sebutan itu menunjuk pada penduduk Palestina antara tahun

    1000 sebelum masehi sampai sekarang (khususnya untuk sebutan Yahudi).

    Palestina terletak di persimpangan jalur-jalur perdagangan baik lewat jalan laut

    maupun darat melalui daerah subur bulan sabit Timur Tengah. Karena subur dan

    merupakan jalur perdagangan wilayah Palestina menjadi rebutan penguasa-

    penguasa di sekitarnya antara lain Mesir.

    Sebutan Israil menunjuk pada kehidupan bersama 12 suku-suku yang ada

    di Palestina, baik sebelum terbentuknya kerajaan Israil maupun sesudahnya. Israil

    dibentuk diantara kaum-kaum/suku-suku di Palestina semasa pendudukan Mesir

    pada jaman Kerajaan Baru sekitar tahun 1550-1150 sebelum masehi. Israil

    menegaskan dirinya sendiri dalam pertarungan antara kerajaan Mesir dan

    kerajaan Het atas wilayah Palestina (Robert B. Coote, 2012). Israil adalah nama

    untuk menunjuk kekuasaan suku atau konfederasi suku-suku yang dibentuk pada

    1 Sebutan Israil Alkitab digunakan untuk membedakan dengan Israil modern.

    2 John Titaley, dalam catatan kaki, pada pengantar buku,Pada Mulanya,Penciptaan dan

    Sejarah Keimaman,karangan Robert B. Coote, David Robert Ord (Salatiga dan Jakarta: Universitas Kristen Satya Wacana & BPK Gunung mulia, 2011).

  • 21

    masa periode Kerajaan Baru dalam hubungannya dengan kekuasaan Mesir. Nama

    Israil itu sendiri berarti „El memerintah angkatan perang suku‟. Satu suku adalah

    jaringan keluarga-keluarga yang mengklaim berasal dari satu nenek moyang, yang

    dipimpin oleh kepala suku atau sheik yang juga sekaligus panglima perang.

    Ceritera tentang bapa leluhur Israil dalam Kejadian 12-50, menunjukkan

    suku-suku yang kemudian mengikatkan diri dalam konfederasi Israil. Bapa

    leluhur: Abraham , Ishak dan Yakub adalah para pemimpin suku/sheik dari suku-

    suku yang ada di Pelestina. Abraham, Ishak adalah pemimpin suku yang ada di

    wilayah selatan, sedang Yakub berasal dari suku di sebelah utara.

    Israil berkembang menjadi kekuatan di dataran tinggi yang didasarkan

    pada sektor pertanian yang makin luas. Karena kemunduran Mesir memungkinkan

    konfederensi suku Israil memperluas daerah pemukimannya dari dataran rendah

    bagian utara dan daerah perbatasan ke pusat dataran-dataran tinggi, serta

    menyatakan sebagai kekuasaan politik. Kultus dan yuridiksi tersebar di antara

    otoritas-otoritas lokal. Para imam dan kepala suku mempromosikan kultus El di

    bawah kemasyhuran Yahweh, yang pemujaannya ditegakkan hingga menjadi

    kultus resmi kerajaan Israil.3

    Sebutan Ibrani menunjuk kepada komunitas yang keluar dari dari Mesir.

    Komunitas yang keluar ini sering disebut sebagai budak-budak Ibrani. Dalam

    dokumen Mesir disebutkan adanya kelompok yang disebut apiru,yang

    kemungkinan bersumber dari terminologi hebrew (ivri, ibrani) yaitu orang-orang

    3 Robert B.Coote&Mary P. Coote, Kuasa, Politik dan Proses Pembuatan Alkitab (Jakarta:

    BPK Gunung Mulia, 2012), 29-30.

  • 22

    yang bekerja sebagai pemeras anggur, pekerja tambang, pengangkut batu.4

    Dokumen itu juga menyebutkan bahwa kelompok apiru merupakan kelompok

    yang berpindah-pindah dan merupakan kelompok ahli perang, dan pasukan

    tempur upahan.5

    Komunitas Ibrani dihubungkan dengan Musa. Tradisi Musa6 dikaitkan

    dengan pergerakan kelompok budak dari Mesir ke Kanaan sekitar abad 13 SM.

    Bagian besar dari tradisi Musa dirangkum sebagai berikut: keturunan Yakub di

    Mesir, yang bertumbuh menjadi suku yang besar, mengalami penindasan oleh

    penguasa Mesir yang baru. Musa menuntut pembebasan dalam nama Yahweh.

    Orang Israil keluar dari tanah Mesir, melewati laut, dan dalam berjalan melewati

    gunung ada kehadiran Yahweh, mengadakan perjanjian dengan Yahweh dan

    menerima hukum Yahweh. Sesudah kemurtadan dan pemberontakan, diantara

    Sinai dan Kadesh, orang-orang mencapai pinggir/perbatasan Kanaan dan

    sebagian tinggal di Transyordan.

    Tradisi bapa leluhur dan tradisi Musa dihubungkan dan disatukan dengan

    kultus Yahweh. Para pendatang dari Mesir dan orang-orang Israil meyakini

    pernyataan dan kultus Yahweh. Hal lain yang menyatukan adalah kesamaan

    dalam perlawanan terhadap Mesir. Tradisi Musa yang melawan dan keluar dari

    4 Ibid.

    5 Ensiklopedia Alkitab Masa kini (Bandung: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, OMF, 1999),

    411. Dalam kitab Kejadian 14:13, sebutan ibrani dihubungkan dengan Abraham, sebagai nama suku dan keturunannya, mungkin dihubungkan dengan kata ivri yang berarti melintas, melompat.

    6 Tradisi Musa dalam Kitab Keluaran, Imamat dan Bilangan hampir tiga kali panjang

    dari tradisi bapa leluhur dalam kitab Kejadian 12-50.

  • 23

    Mesir sama dengan keinginan suku-suku Israil yang juga ingin membebaskan dari

    kekuasaan Mesir. Mereka inilah yang kemudian disebut dengan Israil.

    Sejarah Israil berkembang dengan penaklukan Kanaan oleh Yosua, para

    hakim, persatuan liga suku-suku dalam pimpinan Saul dan jaman Kerajaan. Jaman

    Kerajaan diawali dengan pemerintahan Daud (1011 – 971 SM) yang mampu

    menyatukan suku-suku Israil (12 suku) dalam kekuasaannya. Kekuasaan Daud

    diteruskan oleh anaknya, Salomo (971-931 SM). Pada tahun 930 SM, kerajaan

    Israil pecah menjadi dua: Kerajaan Israil, di bagian utara dengan ibukota Samaria,

    dengan raja pertamanya Yerobeam dan Kerajaan Yehuda, di bagian selatan

    dengan ibukota Yerusalem dangan raja dari keturunan Daud. Pada tahun 723

    kerajaan Israil dihancurkan oleh Asyria, kerajaan Israil berakhir dan dalam

    kekuasaan Asyria. Pada tahun 586 kerajaan Yehuda dihancurkan oleh Babylonia,

    kerajaan Yehuda berakhir.7 Pada penghancuran Yerusalem, ibukota kerajaan

    Yehuda juga dihancurkan bait Allah. Masa ini disebut jaman pembuangan (exile).

    Setelah Babylonia dikalahkan Persia maka bangsa Israilpun menjadi bagian dari

    kekuasaan Persia. Raja Darius memberikan pilihan bagi orang-orang Israil untuk:

    tetap tinggal di Babil, menjadi bagian Persia dan pulang ke Israil/Yehuda. Dengan

    demikian ada tiga kelompok pada masa yang disebut paska pembuangan (post

    exile).

    Setelah sejak abad 13 SM, bangsa Israil yang hidup di Palestina dengan

    merdeka sebagai suatu bangsa, mulai abad ke 6 SM terjadi perubahan radikal

    7 Edwin R. Thiele, A Chronology of The Hebrew Kings (Grand Michigan: The Zondervan

    Corporation, 1978), 75.

  • 24

    dalam batas geografi dan kerangka sosio historis (sociohistoric framework)

    berubah secara radikal di Palestina. Penduduk Israil berkembang secara terpencar

    di negara-negara asing karena: pembuangan, pengusiran dan emigrasi. Bangsa

    Israil tidak lagi dapat mengatur diri sendiri, tetapi menjadi bagian koloni dari

    kekuasaan imperialis mulai dari Neo-Babylonia, Persia, Mesir (wangsa Ptolemik),

    Syria (wangsa Seleukid), Yunani dan Romawi. Kondisi ini menantang keturunan

    Israil kuno (old Israil) untuk membentuk identitas diri, ideologi dan organisasi

    kehidupan (organizational life), kesadaran diri (self consius). Pada periode ini

    nama Yahudi (Yehudim, Ibrani) mulai dikenal. Sampai tahun 586 SM nama

    Yahudi (Yehudim) terbatas berarti penduduk Yehuda (Judahites, atau Judeans,

    Latin). Sebutan itu menunjuk anggota suku Yehuda atau warga Yehuda sebagai

    bagian dari kerajaan Israil. Pada masa penyebaran dan pembangunan kembali

    Yerusalem, dan Yehuda menjadi propinsi Yehuda sebagai bagian kekuasaan

    bangsa lain. Sebutan Yahudi juga digunakan bagi semua yang berhubungan

    dengan Israil kuno dan mengikuti kepercayaan kepada Yahweh.

    Istilah Yahudi awalnya terbatas pada “Yuhadites”, penduduk Yehuda,

    yang kemudian juga berarti Yahudi (Jews), penganut agama Yahweh yang

    diinterpretasikan dalam hukum oleh para imam dan sabda nabi-nabi. Pada periode

    Israil kolonial inilah, muncul karakter yang kuat dari tradisi Yahudi yaitu hukum

    dari para imam dan tradisi bait suci (temple cultis) sebagai pusat kehidupan umat

    serta tumbuhnya tulisan orang bijak (wisdom writings) serta tulisan apokaliptik.8

    Pada periode ini juga Alkitab Ibrani (Hebrew Bible) menjadi lengkap, dengan

    8 Norman K.Gottwald, Hebrew Bible, A Socio-literary Introduction (Philadelphia: Fortress

    Press, 1987), 415.

  • 25

    adanya penyempurnaan tradisi sejarah yang resmi yang menjadi Hukum (the Law)

    dan sabda-sabda keselamatan (salvation oracles) menjadi Nabi-nabi (the

    Prophets) dan ditambah Tulisan-tulisan (the Writings).

    Tulisan-tulisan (the writings) merupakan kumpulan dari: tulisan sejarah

    (historical writings), Pujian (songs), ceritera pendek (short stories), tulisan

    hikmat/kebijaksanaan (wisdom writings) dan tulisan apokaliptik (apocalyptic

    writings). Beberapa Tulisan-tulisan yang memiliki genre sendiri, khususnya

    pujian (songs) dan tulisan hikmat/kebijaksanaan memiliki analog atau pelopor

    (forerunner) dari dua bagian lain dari Alkitab Ibrani (Hukum dan Nabi-nabi).

    Tulisan sejarah, Tawarikh (the Cronicler’s) merupakan penulisan kembali dari

    Samuel – Raja-raja. Tulisan dalam Daniel merupakan refleksi dari tulisan para

    Nabi. Tulisan-tulisan menunjukkan pengetahuan para penulisnya terhadap dua

    bagian kitab yang lain, yaitu Hukum dan Nabi-nabi. Dalam bahasa Yunani

    Tulisan-tulisan disebut Hagiographa (Sacred writings, Yunani) dan dipakai

    baik oleh gereja Katholik maupun Protestan.

    Para Imam, Nabi-nabi dan Orang Bijak.

    Dalam masyarakat Israil ada tiga golongan yang mempunyai pengaruh

    terhadap kehidupan orang Israil, yaitu: imam, nabi dan orang bijak.9 Imam

    berhubungan dengan kehidupan kultis. Tugas para imam disamping

    mempersembahkan korban juga mempelajari dan menginterpretasikan aturan

    kultis dan dan memberikan pendapat dan instruksi berkaitan dengan kehidupan

    9 Dalam Yeremia 18:18, dikatakan:”..., sebab imam tidak akan kehabisan pengajaran,

    orang bijaksana tidak akan kehabisan nasehat dan nabi tidak akan kehabisan firman...”.

  • 26

    kultis umat, melalui ibadah dan pengorbanan. Pada awal sejarah Israil tugas imam

    berasal dari suku Lewi. Aturan-aturan penyembahan diturunkan dari generasi ke

    generasi. Pada pemerintahan Daud, Daud menunjuk Abyatar (keturunan Lewi)

    sebagai imam besar di wilayah utara dan Zadok sebagai imam besar di wilayah

    selatan (Yehuda). Pada abad ke enam SM, setelah era kerajaan israil berakhir,

    Yehuda menjadi provinsi, bagian dari Persia. Secara politik para imam tidak

    mempunyai kekuasaan, tetapi sangat berkuasa dalam bidang keagamaan.10

    Kedudukan imam menjadi sangat kuat karena agama menjadi identitas bagi orang

    Yahudi. Legitimasi kewibawaan, aturan dan perintah imam didasarkan kepada

    kepercayaan kepada Yahweh, sehingga mereka berhak membuat dan menafsirkan

    hukum. Pada masa keyahudian peran para imam menjadi sangat besar karena

    keyahudian mencampurkan kehidupan keagamaan dengan kehidupan sosial

    politik, kekuasaan imam seperti raja.11

    Para nabi adalah adalah orang yang berbicara atas nama Tuhan.Dalam

    kehidupan Israil mula-mula, sebelum terbentuk kerajaan sebutan nabi menunjuk

    kepada abdi Allah (misal dalam 1 Samuel 9:6 -8). Abdi Allah adalah orang yang

    dapat melihat dan menginterpretasikan kebenaran pada masa lalu, sekarang dan

    masa depan. Abdi Allah memiliki jawaban untuk setiap masalah dan khususnya

    yang berkaitan dengan masa depan. Mereka juga memberikan pesan penting

    tentang kehendak Tuhan bagi umat-Nya. Pengetahuan dari abdi Allah yang

    10 Karena besarnya kekuasaan maka sering terjadi terjadi persaingan dan perebutan

    jabatan imam dari keturunan Lewi (sebagai penerus Musa) dengan keturunan Zadok sebagai representasi keturunan Harun.

    11 John Titaley dalam kata pengantar buku, Pada Mulanya,karangan Robert B.Coote &

    David Robert Ord (Jakarta: BPk Gunung Mulia, 2011), XIII.

  • 27

    mendalam dipercaya merupakan anugerah dari Tuhan.12

    Pada periode berikutnya

    nabi dihubungkan dengan kehidupan kerajaan. Pada periode ini ada kelompok

    nabi dan nabi individual. Kelompok nabi adalah para nabi yang hidup bersama,

    biasanya tempat yang digunakan untuk penyembahan adalah di Gilgal dan Gibeah

    (2 Raja-raja 4:38). Nabi individual (the individual prophets) adalah mereka yang

    mendapat predikat nabi Allah. Pada jaman kerajaan merekalah yang diminta

    nasehat raja . Para raja adalah pilihan Tuhan dalam rangka melayani Tuhan, suatu

    saat raja melakukan hal yang salah, menyalahgunakan otoritasnya. Dalam situasi

    demikian, nabi berbicara atas nama Tuhan untuk mengingatkan dan menunjukkan

    jalan yang Tuhan inginkan.13

    Meskipun era kerajaan berakhir, peran nabi tetap ada

    dalam kehidupan bangsa Israil/Yahudi, yaitu menyampaikan keinginan Tuhan

    bagi umat dan mengingatkan atau membesarkan hati mereka dalam situasi

    kehidupan yang terjadi. Legitimasi kewibawaan nabi diperoleh sebagai orang

    yang menyampaikan kehendak Tuhan.

    Orang bijak adalah orang yang memiliki hikmat/kebijaksanaan karena

    pengetahuan, pengalaman dan pengamatannya atas kehidupan. Pada 2500 SM

    telah berkembang kelompok-kelompok orang bijak di daerah Mesopotamia dan

    Mesir. Pada tahun1300-an SM orang bijak juga ada dalam kehidupan suku-suku

    Israil. Dalam kehidupan bangsa Israil, orang bijak sudah ada sejak awal dari

    12 David F.Hinson, Old Testament Introduction 1:History of Israil (London and

    Southampton: the Camelot Press Ltd, 1973), 92.

    13 Ibid., 93.

  • 28

    sejarah Israil.14

    Gerakan hikmat dimulai dari hidup kesukuan, hikmat dipakai

    untuk mempersiapkan tiap-tiap generasi dalam menerima tanggung jawab

    keluarga, tanah dan kepemimpinan masyarakat. Orang bijak berkewajiban untuk

    menasehati orang yang menghadapi keputusan yang sulit atau yang memerlukan

    nasihat untuk bertindak tepat. Selain itu , orang bijak juga memikirkan masalah

    yang rumit dan membuat pernyataan yang sesuai.

    Pada masa kerajaan, Daud dan penerusnya merekrut orang-orang bijak

    untuk membantu dalam mengatur dan membuat keputusan.15

    Pada masa

    pembuangan orang-orang bijak mendapat posisi yang baik dalam pemerintahan

    Babylonia, karena Raja menerima mereka sebagai pekerjanya.16

    Setelah masa

    pembuangan, para orang bijak Yahudi yang kembali ke Yehuda mempunyai

    kebijaksanaan hidup yang semakin lengkap dengan tambahan kebijaksanaan dari

    bangsa –bangsa di sekitarnya.17

    Pengaruh dari kebijaksanaan dari luar Yahudi

    kemudian disesuaikan oleh orang bijak Yahudi sebagai ajaran hikmat. Hikmat

    diperoleh dari dua sumber utama: pengalaman dan pemikiran. Hikmat berdasar

    pengalaman, didasari pengamatan terhadap perkara-perkara yang terjadi dalam

    14 Hal ini nampak dalam misal: para Hakim 5:29 tentang jawaban dayang yang paling

    bijak kepada ibu Sisera. 2 Samuel 14: 2-20, tentang penyebutan seorang perempuan bijak dari tekoa, 2 Samuel 16:23, tentang Ahitofel, yang nasehatnya sama dengan petunjuk dari Allah.

    15

    Dalam 2 Samuel 16:15-17:14, disebutkan nama Ahitofel dan Husyai sebagai penasihat Daud dan Absalom.

    16 Dalam Kitab Daniel, diceriterakan pemuda-pemuda Yahudi dibawa ke istana raja

    untuk belajar hikmat, kebijaksanaan. Daniel 4: 1 menyatakan: “anak-anak muda yang tiada suatu cela,yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja di istana raja”.

    17 Beberapa amsal yang ditulis orang bijak Israil nampak mirip dengan tulisan hikmat dari

    Mesir, Pengajaran Amenope. Contoh: Amsal 23: 10:”Jangan engkau memindahkan batas tanah yang lama dan memasuki ladang anak-anak yatim” mirip dengan salah satu Pengajaran Amenope:”Janganlah menghapuskan batas-batas dari tanah yang dapat ditanami atau mengganggu letak dari tali batas.

  • 29

    hidup manusia dan akibatnya. Hikmat yang bedasar pemikiran lebih bersifat

    teoritis dan merupakan hasil penelitian para ahli dalam bidang tertentu. Hikmat

    berdasar pemikiran dapat ditemukan dalam wejangan hikmat (Amsal 8),

    pembahasan masalah penderitaan (Ayub) dan renungan makna hidup manusia.18

    Legitimasi kewibawaan orang bijak didasarkan dengan pengetahuan,

    pengalaman dan kebijaksanaan yang disampaikan.

    Orang Yahudi Sebagai Umat Pilihan Allah.

    Bangsa Israil meyakini bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Dasar

    dari keyakinan ini dibangun dari ceritera pemilihan bapa-bapa leluhur sebagai

    orang yang dipanggil, yang dimulai dengan pemilihan Abraham (Kej. 13:1-3,

    15:1-6). Pemilihan individu-individu itu kemudian diteruskan dengan pemilihan

    orang Israil sebagai suatu bangsa dengan Musa sebagai simbol yang membawa

    Israil keluar dari tanah Mesir.

    Sejarah Deuteronomik (Deuteronomic History), yang diawali dengan era

    Musa dan pemberian hukum (deuteronomi), era Yosua dan penaklukan tanah

    Kanaan, era para hakim dan masa penindasan, dan era kerajaan sampai

    berakhirnya kerajaan Yehuda,19

    menunjukkan pemilihan dan sekaligus dukungan

    Allah atas umat Israil sebagai umat pilihan-Nya.

    18 David E.Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008),

    94. 19

    Norman Gottwald, Norman K.Gottwald, The Hebrew Bible, A Socio-literrary Introduction (Philadelphia: Forttress Press, 1985), 240.

  • 30

    Penetapan bangsa Israil sebagai pilihan Allah, dinyatakan dengan

    perjanjian20

    (covenant) antara umat Israil dengan Allahnya. Perjanjian itu:

    Pertama, menetapkan bahwa TUHAN menjadi Allah Israil dan sebaliknya Israil

    menjadi umat pilihan Allah. Kedua, umat Israil harus hidup dalam ketaatan

    kepada TUHAN dengan menjalankan hukum-hukum-Nya, ketika umat taat maka

    TUHAN akan mencurahkan berkat tetapi sebaliknya apabila tidak taat maka akan

    ada hukuman sebagai konsekuensinya. Dalam kitab Ulangan21

    (Deuteronomy)

    kedua hal tersebut menjadi jelas.

    Kitab Ulangan, terutama fasal 12-28 menunjukkan prinsip yang diyakini

    umat Israil yaitu berkat dan kutuk.22

    Apabila umat hidup dalam ketaatan maka

    TUHAN akan memberkati dengan berlimpah tetapi sebaliknya apabila umat tidak

    hidup dalam ketaatan maka TUHAN akan menghukum, memberikan kutuk dalam

    bentuk berbagai penderitaan.

    Sesudah masa pembuangan, keyakinan akan status sebagai umat pilihan

    Allah tetap ada dalam kehidupan orang Israil, meskipun mereka bukan lagi bangsa

    merdeka dan ada dalam kekuasaan bangsa lain. Demikian juga dengan

    pemahaman berkat dan kutuk, tetap ada dalam kehidupan orang Israil, yang juga

    disebut orang Yahudi. Orang Yahudi merupakan kelanjutan Israil kuno dan

    kepercayaan kepada Yahweh.

    20

    Dalam bahasa Ibrani menggunakan kata berith, yaitu perjanjian yang mengikat kedua belah fihak yang ada nilai hukumnya.

    21 Menurut W.S. Lazor, kitab Ulangan merupakan bentuk kitab perjanjian antara umat

    Israil dengan Allahnya, W.S. Lazor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, Taurat dan Sejarah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014, cet. 20), 257. 22

    Kitab Ulangan (Deuteronomy) ada ketika raja Yosia (641-606) melakukan reformasi, dengan ditemukannya gulungan kitab Taurat di Bait Allah.

  • 31

    Dalam pembentukan identitas baru orang Yahudi maka dikembangkan

    keyakinan bahwa mereka adalah umat yang kudus, dikuduskan Allah.

    Keyakinan akan status sebagai umat pilihan dan umat yang kudus,

    berhadapan dengan kenyataan yang dialami, hidup sebagai bangsa yang terjajah.

    Pada situasi ini muncullah tulisan – tulisan kebijaksanaan.

    Pemahaman Orang Yahudi Terhadap Penderitaan Menurut Kitab Ayub.

    Posisi kitab Ayub dalam Kanon

    Kitab Ayub merupakan bagian dari kitab – kitab kebijaksanaan. Kitab-

    kitab kebijaksanaan merupakan bagian dari dari Kitab-kitab (ketuvim, the

    writings). Kitab-kitab merupakan bagian ketiga dari kanon Ibrani, sesudah Taurat

    (Tora) dan Nabi-nabi (Nevi’im). Kitab-kitab sebagai bagian ketiga dari Alkitab

    Ibrani (Hebrew Bible) berupa satu kelompok tulisan yang terdiri dari: tulisan

    sejarah (historical writings): Tawarikh dan Ezra-Nehemia, pujian (songs):

    Mazmur, Kidung Agung, Ratapan, ceritera pendek (short stories): Rut, Ester,

    Yunus, tulisan kebijaksanaan/hikmat (wisdom writings): Amsal, Ayub,

    Pengkotbah dan Tulisan apokaliptik (apocalyptic writing): Daniel.

    Tulisan kebijaksanaan/hikmat didominasi oleh bentuk sastra berupa amsal

    dan nasehat, baik yang sederhana maupun yang rumit. Secara tradisional hikmat

    dihubungkan dengan Salomo, seorang raja dengan jejak kebijaksanaan, yang

    dianggap sebagai penulis Amsal, Pengkotbah dan kebijaksanaan Salomo. Tetapi

    hikmat juga dihubungkan tulisan dari Mesir dan Mesopotamia, sehingga tulisan

    hikmat bersifat terbuka dan luas. Tulisan kebijaksanaan jarang berkaitan dengan

  • 32

    sejarah, tidak mudah diketahui waktu penulisan dan setting dari tradisi

    kebijaksaaan.23

    Dalam kanon Ibrani urutannya sebagai berikut : Taurat (Tora): 1.Kejadian,

    2. Keluaran, 3. Imamat, 4. Bilangan, 5. Ulangan. Nabi-nabi (Nebi‟im): a. Nabi-

    nabi yang dahulu: 6. Yosua, 7. Hakim-hakim, 8. Samuel, 9. Raja-raja. b. Nabi-

    nabi yang kemudian: 10. Yesaya, 11. Yeremia, 12. Yehezkiel, (12 nabi kecil): 13.

    Hosea, 14. Yoel, 15. Amos, 16. Obaja, 17. Yunus, 18. Mikha, 19. Nahum, 20.

    Habakuk, 21. Zefanya, 22.Hagai, 23. Zakharia, 24.Maleakhi. Kitab-kitab/Tulisan-

    tulisan(Ketuvim): 25. Mazmur, 26. Amsal, 27. Ayub24

    , 28.Kidung Agung, 29.

    Rut, 30. Ratapan, 31. Pengkotbah, 32. Ester, 33. Daniel, 34. Ezra-Nehemia, 35.

    Tawarikh.

    Dalam kanon Yunani, yang kemudian menjadi Alkitab yang digunakan

    Protestan urutannya sebagai berikut : Taurat (Tora): 1.Kejadian, 2. Keluaran, 3.

    Imamat, 4. Bilangan, 5. Ulangan. Sejarah: a. Sejarah yang pertama: 6. Yosua, 7.

    Hakim-hakim, 8. Rut, 9. 1 Samuel, 10. 2 Samuel, 11. 1 Raja-raja, 12. 2 Raja-raja.

    b. Sejarah yang kedua: 13. 1 Tawarikh, 14. 2 Tawarikh, 15. Ezra, 16. Nehemia,

    17. Ester. Sastra: 18. Ayub, 19. Mazmur, 20. Amsal, 21. Pengkotbah, 22. Kidung

    Agung. Nubuat: a. Kitab nabi-nabi besar: 23. Yesaya, 24. Yeremia, 25. Ratapan,

    26. Yehezkiel, 27. Daniel. Kitab nabi kecil: 28. Hosea, 29. Yoel, 30. Amos, 31.

    23 Norman K.Gottwald, The Hebrew Bible,A Socio-literrary Introduction (Philadelphia:

    Forttress Press, 1985), 564. 24

    Dalam tradisi Ibrani, kitab Mazmur, kitab Ayub dan kitab Amsal selalu dihubungkan. Kitab Mazmur selalu diurutan pertama, sedang kitab Ayub dan Amsal dapat bergantian.

  • 33

    Obaja, 32. Yunus, 33. Mikha, 34. Nahum, 35. Habakuk, 36. Zefanya, 37. Hagai,

    38. Zakharia, 39. Maleakhi.

    Kitab Ayub sebagai Tulisan Kebijaksanaan.

    Tulisan kebijaksanaan (wisdom writing) berkembang pesat pada abad 6 SM dan

    sesudahnya di Palestina. Mulai periode ini Israil telah menjadi koloni dari

    bangsa-bangsa: Babilonia baru, Persia, Makedonia, Mesir (wangsa Ptolemea), dan

    Syria (Wangsa Seleukid). Pada periode ini nama Yahudi (Yehudim) yang awalnya

    terbatas pada penduduk Yehuda (Yudahites), menjadi berarti Yahudi (Jews),

    pengikut agama Yahweh yang diinterpretasikan dalam hukum dan sabda nabi,

    Gottwald,1987, 410). Pada masa ini berlimpah produksi tulisan-tulisan yang

    menjadi jalan untuk menemukan hukum, perkataan nabi-nabi atau tulisan-tulisan

    (the writings). Kitab Ayub, Amsal, Pengkotbah ditulis pada periode ini sebagai

    tulisan hikmat yang mendidik (didactic wisdom).25

    Kitab-kitab/tulisan kebijaksanaan memiliki gaya dan isi yang berbeda-

    beda. Tetapi ada ciri khas yang membedakan dengan kitab-kitab yang lain:26

    1. Sedikit perhatian terhadap tradisi-tradisi besar Pentateukh, seperti

    hukum Sinai, perjanjian, ibadat, panggilan khusus Israil;

    2. Tidak memperhatikan sejarah Israil sebagai suatu bangsa;

    25 Dalam kanon Ibrani terdapat 24 kitab yang dibagi dalam tiga kelompok : 1. Taurat

    (tora), terdiri : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. 2. Nabi (Neviim), terdiri :a. Nabi-nabi terdahulu: Yosua, Hakim-hakim,Samuel, Raja-raja.b. Nabi-nabi kemudian: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Duabelas nabi kecil: Hosea,Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi. 3.Tulisan-tulisan: Mazmur, Ayub, Amsal, Rut, Kidung Agung, Kohelet, Ratapan, Ester, Daniel, Ezra-Nehemia, Tawarikh.

    26

    Diane Bergant,CSA dan Robert J.Karris,OFM (ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 393.

  • 34

    3. Mencari makna hidup dan penguasaan hidup yang diketahui dari

    pengalaman dan tidak hanya dari iman;

    4. Kegairahan untuk menyelidiki problem yang tidak diketahui dan yang

    sukar-sukar dari penyakit, penderitaan, kematian, ketidaksamaan kaya

    miskin, berkat ilahi kepada manusia yang tampaknya semena-mena;

    5. Rasa ingin tahu akan dunia sebagai pengalaman universal dari semua

    bangsa dan semua orang;

    6. Suatu komitmen untuk mencari sikap moral yang tepat, cara baik

    untuk hidup.

    Kitab Ayub merupakan kitab hikmat yang terbesar dari kitab-kitab hikmat

    lainnya. Kitab Ayub sebagian besar ditulis dalam bentuk puisi. Kitab Ayub secara

    khusus menyelidiki tentang masalah penderitaan. Penulis kitab Ayub

    menyampaikan pemahamannya tentang penderitaan melalui tokoh-tokoh: Ayub,

    Elifas, Bildad, Zofar dan Elihu. Kitab Ayub diperkirakan ditulis pada abad 5,

    setelah orang Yahudi kembali dari negeri pembuangan ke tanah Kanaan.27

    Sebagai tulisan kebijaksanaan, kitab Ayub memiliki beberapa gaya

    (genre). Gaya-gaya itu nampak dalam fasal-fasal kitab Ayub antara lain: Himne

    (hymne), pujian terhadap sumber kebijaksanaan (fasal 28), dialog, percakapan

    kontroversial, ratapan dan tuntutan yang disajikan dalam bentuk puisi (fasal 4-

    31) , penyebutan fenomena alam baik kosmologi, geografi maupun metereologi.28

    27 Dr. AL.Purwo Hadiwardoyo,MSF, Catatan-catatan Singkat tentang Kitab Suci

    (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 24.

    28 Norman K.Gottwald, The Hebrew Bible,a Socio-literary Introduction (Philadelphia: Fortress

    Press, 1987), 565.

  • 35

    Wim van der Weiden (2012), menyatakan bentuk sastra dari kitab Ayub

    adalah dialog literer. Dialog literer dipergunakan untuk menyampaikan gagasan

    penulis tentang masalah tertentu kepada pembacanya melalui dialog tokoh utama

    dengan lawan berbicara, lazimnya tokoh utama menyampaikan ajaran atau

    gagasan yang baru, sedang teman atau lawan bicaranya menyampaikan pendapat

    yang berlawanan. Penulis kitab Ayub ingin menyatakan pendapat dan

    pemahamannya tentang penderitaan dengan menyajikan percakapan antara tokoh

    utama (Ayub) dan lawan bicaranya (teman-temannya: Elifas, Bildad dan Zopar).

    Dalam kitab Ayub amsal dan teguran, nasehat yang merupakan bagian dari

    struktur dialog yang berisi perbantahan. Gaya-gaya itu nampak dalam fasal-fasal

    kitab Ayub antara lain: Himne (hymne), pujian terhadap sumber kebijaksanaan

    (fasal 28), dialog, percakapan kontroversial, ratapan dan tuntutan yang disajikan

    dalam bentuk puisi (fasal 4-31).

    Kitab Ayub merupakan tulisan kebijaksanaan dengan tema penderitaan.

    Penderitaan yang terjadi pada tokoh Ayub, seorang yang hidupnya benar. Penulis

    kitab Ayub menyampaikan pendapat-pendapat tentang penderitaan dalam dialog

    para tokoh. Para tokoh memberikan argumen mengenai penderitaan untuk

    memberi pemahaman pada pembacanya.

    Penulis dan Waktu Penulisan Kitab Ayub.

    Penulis dan waktu penulisan kitab Ayub tidak dapat dipastikan. Ayub

    sebagai nama kitab bukanlah penulisnya. Meskipun tidak menyebut penulisnya,

    penulis kitab Ayub adalah orang yang memiliki pengetahuan dan pengamatan

  • 36

    yang peka terhadap keadaan manusia yang menyedihkan akibat penderitaan dan

    mempunyai pemahaman teologis yang mendalam. Penulis kitab Ayub menguasai

    kebudayaan dan mengerti pergumulan dalam kehidupan masyarakat Yahudi yang

    mempunyai pendapat yang berbeda tentang penderitaan. Penulis kitab Ayub juga

    sangat menguasai bidang sastra dan mampu menampilkan perdebatan dan dialog

    dalam bentuk sastra yang indah. Penulis kitab Ayub adalah orang Yahudi/Israil,

    yang ditunjukkan dalam pandangannya akan kuasa Allah, seruannya akan

    keadilan Allah dan etikanya yang tak dapat disalahkan (Ayub 31:1-40).29

    Penulis

    memilih tempat kejadian ceritera ditanah Us, di luar Israil, karena tempat itu

    adalah sumber kisah kuno itu dan juga penderitaan yang dialami tokoh utama

    dalam kitab Ayub menggambarkan pengalaman manusia secara universal.30

    Waktu penulisan kitab Ayub tidak diketahui dengan pasti. Beberapa hal

    dalam kitab Ayub, terutama dalam prolog (fasal 1-2) dan epilog (fasal 42: 7-17)

    menunjukkan situasi pada jaman leluhur, antara lain: Ayub mempersembahkan

    sendiri kurban bakaran, harta milik Ayub seperti harta milik Abraham dan

    Yakub: unta, lembu, keledai dan budak-budak, masa hidup Ayub 140 tahun,

    penyebutan seorang pahlawan kuno yang saleh bernama Ayub dalam kitab

    Yehezkiel bersamaan dengan Nuh dan Daniel (Yehezkiel 14:14,20).31

    29 W.S. Lazor, Pengantar Perjanjian Lama 2, Sastra dan Nubuat (Jakarta: BPK Gunung

    Mulia, 2013), 108,109.

    30 Tanah Us diperkirakan terletak di bagian selatan Edom . Edom merupakan salah satu

    pusat kebijaksanaan berkembang.

    31 Tokoh Ayub dihubungkan dengan salah satu nama tokoh legenda yang terkenal

    karena kebenarannya pada jaman dahulu kala yaitu Nuh, Daniel/Dan’el (bukan Daniel dalam kitab Daniel) dan Ayub (Yehezkiel 14:14, 20).

  • 37

    Menurut Gottwald (1985) kitab Ayub ditulis oleh seorang bijak anonim

    pada masa pembuangan dan awal kembalinya bangsa Yahudi ke Palestina. Orang

    bijak penulis kitab Ayub bermaksud membongkar ikatan ajaran moral dan dogma

    yang mengurangi (reducing) kebijaksanaan yang dianggap memberi keterangan

    sederhana tentang hubungan mutlak antara tindakan manusia dan nasibnya.

    Penderitaan orang benar (innocent suffering) memang ada dan itu menjadi

    persoalan dengan ajaran moral dan dogmatis yang berkaitan dengan penyebab dan

    akibat dari tindakan manusia. Penulis menyatakan bahwa memang ada

    penderitaan bagi yang tidak bersalah, sesuatu yang kebijaksanaan dogmatis tidak

    bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

    Untuk memperkuat argumennya penulis kitab Ayub mempergunakan

    sebuah ceritera tua (old populer tale) yang terkenal mengenai seorang penderita

    yang sangat saleh yaitu Ayub.32

    Dalam legenda tua itu Ayub adalah seorang yang

    dipuji karena kebenaran dan kekuatan doanya. Dengan menggunakan Ayub,

    pandangan penulis Kitab Ayub, yang kontroversial dengan ajaran moral dan

    dogmatis kebijaksanaan yang ada pada kehidupan orang Yahudi abad 6 SM dan

    sesudahnya, dapat diterima oleh pembacanya,33

    karena tokoh Ayub dikenal umum

    sebagai orang saleh dan benar di hadapan Allah.

    32 Dalam legenda, yang juga dikutip dalam Yehezkiel 14:14,20, ada tiga tokoh yang

    terkenal karena kebenarannya, Ayub karena penderitaannya, Nuh, karena ketaatannya dan Danel (bukan Daniel, tokoh dalam Alkitab), yang ada dalam sastra Ugarit sebagai raja yang sangat murah hati.

    33

    Menurut Wim van der Weiden, apa yang ditulis oleh penulis/penyair kitab Ayub merupakan kritik tajam terhadap ajaran kebijaksanaan dan kehidupan moral pada saat itu, sehingga dianggap berbahaya. (Wim van der Weiden, Seni hidup, Sastra kebijaksanaan Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2012, cet.6), 106.

  • 38

    Kitab Ayub ditulis dalam bentuk prosa dan puisi. Bagian prosa sebagai

    prolog dan epilog disadur dari ceritera tua tentang Ayub34

    yang sudah menjadi

    ceritera rakyat. Bagian puisi dari kitab Ayub (fasal 3:1-42:6) ditulis pada masa

    kemudian. Kemiripan Puisi Kitab Ayub dengan kitab Yeremia(Ayub 3:3-36

    dengan Yeremia 20:14-18), bagian akhir kitab Yesaya (terutama nyanyian hamba

    Tuhan yang menderita), dengan Mazmur 8 (ayub 7:17, 18 dengan Mazmur 8:6,7)

    dan dengan Amsal 8 (Ayub 15:7,8 dengan Amsal 8: 22, 25). Semua tulisan itu

    menunjuk ke abad 7 SM atau sesudahnya sebagai waktu penulisan.

    Kata „Ayub‟ berasal dari bahasa Ibrani „iyyob’. Kata ini berarti ganda, arti

    yang pertama adalah „menjadi musuh‟ atau ‟dia yang diperlakukan sebagai

    musuh‟. Arti yang kedua „di mana bapaku/Allahku‟. Dengan pengertian tersebut,

    pertama dalam penderitaannya, tokoh Ayub seakan-akan berhadapan dengan

    Allah yang memperlakukan dia sebagai musuh. Arti yang kedua, tokoh Ayub

    mempertanyakan di mana dan peran Allah dalam penderitaannya.

    Struktur kitab Ayub.

    Susunan kitab Ayub tampak sebagai berikut:35

    - Pembukaan/prolog (Prosa) Ayub 1-2

    - Ratapan Ayub (puisi) Ayub 3

    - Dialog antara Ayub dan ketiga Sahabatnya Ayub 4-27

    34 Ceritera tentang penderitaan orang benar ada dalam kehidupan bangsa-bangsa di

    Mesotamia dan Mesir. Salah satu ceritera kebijaksanaan yang terkenal mengenai penderitaan adalah “teodise dari Babel”, yang berbentuk dialog penderita dan sahabatnya. Ibid.

    35 W.S.Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, Sastra dan Nubuat (Jakarta: BPK Gunung

    Mulia, 2012, cet.13), 112.

  • 39

    (dalam tiga babak kecuali dengan Zopar hanya 2 babak)

    - Syair tentang hikmat (puisi himne) Ayub 28

    - Keluhan Ayub (puisi) Ayub 29-31

    - Kata-kata Elihu (puisi) Ayub 32-37

    - Jawaban Allah kepada Ayub (puisi) Ayub 38-42:6

    - Penutup/epilog (Prosa) Ayub 42:7-17

    Bentuk keseluruhan kitab Ayub adalah A-B-A (prosa – puisi – prosa).

    Bagian prosa yang berupa prolog dan epilog dianggap lebih tua daripada bagian

    puisi. Dialog pokok yang merupakan inti dari kitab ini disajikan dalam bentuk

    puisi dan dibingkai oleh ratapan dan keluhan Ayub yang merupakan kata-kata

    awal dan akhir dalam hubungannya dengan dialog antara Ayub dan teman-

    temannya. Menurut Win van der Weiden (2012) menyatakan bahwa pidato-pidato

    Elihu (ayub 32-37) merupakan sisipan besar, yang disisipkan kemudian untuk

    memperkuat argumen dari teman-teman Ayub, karena argumen-argumen dari

    ketiga sahabat Ayub tidak cukup berdaya melawan pendapat Ayub.

    a. Pembukaan (Ayub 1-2).

    Kitab Ayub dibuka dengan dengan prosa yang menggambarkan

    drama dalam adegan pendek: Ayub diperkenalkan (1:1-5), dialog pertama

    Yahweh – Iblis (1:6-12), kemalangan pertama (1:13-22), dialog kedua

    Yahweh-Iblis (2:1-7a), kemalangan terakhir (2:7b-11), kunjungan Ketiga

    teman Ayub (2:11-13).

    Beberapa hal yang penting dari bagian pembukaan adalah:

    pertama, Ayub diperkenalkan sebagai orang Us, orang yang saleh dan jujur,

  • 40

    takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Penunjukan Us sebagai tempat

    tinggal Ayub bukan hanya menunjukkan pusat hikmat36

    tetapi sekaligus

    menunjukkan universalitas peristiwa yang dialami Ayub. Penyebutan nama

    Allah37

    sebagai Eloah, yang bergelar El Shadday, Allah yang Mahakuasa,

    yang merupakan sebutan yang umum untuk menyebut Sang Causa Prima.

    Pernyataan bahwa Ayub disebut sebagai orang yang saleh dan jujur, takut

    akan Allah dan menjauhi kejahatan, yang bahkan diulangi sampai tiga kali,

    satu kali oleh narator, dua kali oleh Allah, menunjukkan fakta akan kualitas

    kebenaran tokoh Ayub.38

    Kedua, Ayub dianugerahi kekayaan yang

    berlimpah, bukan saja kekayaan anak, tetapi juga kekayaan ternak dan budak

    yang sangat besar,39

    sehingga dikatakan sebagai orang terkaya di daerah

    Timur (Ayub 1:2,3). Dalam kekayaannya Ayub tetap menjaga dan

    memelihara kebenarannya (bandingkan Ayub 1:5). Ketiga, muncul iblis

    dalam persidangan ilahi. Iblis (satan, Ibrani) dalam kitab Ayub bukanlah

    nama diri seperti dalam teologi kristen, tetapi jabatan atau tugas sebagai

    36 Tanah Us yang terletak di sebelah selatan Edom. Edom pada waktu itu menjadi

    tempat berkembangnya hikmat.

    37 Eloah adalah bentuk tunggal dari Elohim, Pdt. Prof. Emanuel Gerrit Singgih,PH.D, Dua

    Konteks (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 139.

    38 Kata saleh dalam bahasa ibrani tam, menunjuk seorang yang sempurna, tidak bercacat

    dan tidak bercela dalam segala segi kehidupan manusia. Kata jujur dalam bahasa Ibrani yasyar, menunjuk seorang yang selalu bersikap dan bertindak benar sesuai dengan norma kehidupan manusia. Kata takut akan Allah dalam bahasa Ibrani yare Elohim, menunjuk seorang yang menyadari hubungannya dengan Allah, sehingga senantiasa menghormati dan menaati-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Kata menjauhi kejahatan dalam bahasa Ibrani sar mera, menunjuk seorang yang mempunyai hati nurani jernih, sehingga dengan sengaja dan konstan memilih yang baik serta menolak yang jahat. P.Hendrik Nyiolah, Misteri Penderitaan dan Kematian Manusia, Suatu telaah Biblis (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2011, cet.2), 42-45.

    39 Anak, ternak dan budak adalah simbol kekayaan pada waktu itu.

  • 41

    penuntut atau pendakwa.40

    Dalam hal Ayub, iblis mendakwa Ayub hidup

    dalam kebenaran karena sudah diberkati secara berlimpah. Keempat, Ayub

    tetap mempertahankan kebenarannya, walaupun penderitaan yang lengkap

    menimpanya (bandingkan Ayub 2:10). Kelima, kedatangan ketiga sahabat

    Ayub untuk menghibur dan menjadi pintu dialog tentang penderitaan.

    b. Ratapan Ayub.

    Puisi ratapan dalam fasal 3 menyingkapkan kemanusiaan Ayub yang utuh.

    Perbedaan yang tajam antara kesalehan yang diperlihatkan dalam

    pembukaan memang disengaja oleh pengarang. Trauma akibat bencana

    yang dialaminya sudah mereda dan ketakutan akan keadaannya yang

    menyedihkan membuat Ayub terpukul dan menderita. Ayub melihat tanda-

    tanda berkat Allah telah lenyap dalam hidupnya. Walaupun tidak

    dinyatakan secara langsung, namun jelas Allah telah menjadi musuhnya.41

    Ayub menggugat siapa yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup

    yang ia permasalahkan.42

    c. Dialog puitis (fasal 4-27).

    Fasal 4-27, merupakan inti dari masalah yang diperdebatkan,

    masalah penderitaan. Dialog, percakapan kontroversial, dan tuntutan yang

    disajikan dalam bentuk puisi. Percakapan antara Ayub dan teman-

    temannya dibagi dalam tiga putaran. Satu putaran terdiri dari enam pidato:

    40 Jan Fokkelman, Menemukan makna Puisi Alkitab (Jakarta: BPK gunung Mulia, 2009),

    206. 41

    Salah satu arti kata Ayub adalah “menjadi musuh” atau “dia yang diperlakukan sebagai musuh”.

    42 W.S.Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, Sastra dan Nubuat (Jakarta: BPK Gunung

    Mulia, 2012, cet.13), 113,114.

  • 42

    Elifas-Ayub,Bildad-Ayub,Zopar-Ayub. Putaran pertama (4-15) dan kedua

    (15-21). Pada putaran ketiga tidak ada pidato dari Zopar.43

    Dialog berjalan

    dengan keras, teman-teman Ayub menyerang Ayub dan Ayubpun semakin

    kuat mempertahankan pendapatnya, tidak ada pemecahan.

    d. Syair tentang Hikmat (fasal 28).

    Setelah dialog panjang dan keras, diikuti sebuah selingan dengan

    madah (himne) hikmat, renungan-renungan mengenai hikmat. Gambaran

    yang melukisan keindahan hikmat sekaligus kesulitan untuk mencapainya.

    Bab ini terpisah dari keseluruhan kitab Ayub, para ahli berpendapat

    bahwa madah ini disisipkan sebagai selingan bagi penyusun.44

    e. Keluhan Ayub. (fasal 29-31).

    Keluhan Ayub merupakan protes terhadap sorga. Ayub merangkum

    peristiwa yang terjadi: Pertama, Ayub menuturkan kembali peristiwa di

    tanah Us, kejadian tragis yang mengubah dari berkat dan kedudukan

    terhormat (fasal 29) menjadi hinaan dan celaan (fasal 30). Kedua, sumpah

    Ayub untuk membuktikan ia tidak bersalah, dengan menguraikan panjang

    lebar kebajikan etis dan keagamaan (fasal 31:1-34). Akhirnya, Ayub

    menyatakan harapannya untuk didengar oleh Allah dan kesiapan untuk

    dihukum bila kesalahannya dapat dibuktikan (fasal 31:35-40).

    43 Banyak para ahli berpendapat bahwa kekacauan dalam putaran ketiga bukan karena

    proses penyalinan yang lama melainkan disengaja. Tujuannya untuk mengacaukan pendapat Ayub, dengan menyisipkan beberapa pidato Bildad dan Zopar dalam pidato Ayub (misal dalam Ayub 24: 18-24,26:5-14 dan 27:13-23). Sehingga dikesankan Ayub menyadari kekeliruan ajara kebijaksanaan dan kembali ke ajaran kebijaksanaan dalam hal pembalasan. Wim van der Weiden, Seni hidup, Sastra kebijaksanaan Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2012, cet.6), 115-117.

    44 Dianne Bergant,CSA dan Robert J. Karris, OFM(ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama

    (Yogyakarta: Kanisius, 2006, cet.6), 419.

  • 43

    f. Kata-kata Elihu (fasal 32-37).

    Dalam percakapan puitis yang keras, dihadirkan tokoh Elihu (dengan

    pengantar prosa dalam Ayub 32:1-5). Elihu berusaha mengoreksi pendapat

    Ayub dan teman-temannya. Para ahli meyakini bahwa bahwa pidato Elihu

    merupakan tambahan pada kitab asli. alasan yang dipakai:45

    1. Secara mendadak Elihu masuk melalui beberapa ayat redaksional

    dalam bentuk prosa.

    2. Elihu mulai bicara setelah dialog selesai (32:11-17).

    3. Di luar Ayub 32-37 tidak ada sepatah kata mengenai Elihu.

    4. Kekacauan adegan oleh sisipan pidato Elihu. Setelah permintaan penuh

    tantangan dari Ayub kepada Allah(fasal 31) seharusnya muncul

    tanggapan dari Allah dalam teofani.

    5. Seluruh suasana dari fasal 32-37 yang berbeda dari dialog Ayub dan

    teman-temannya. Dalam pidato Elihu tidak muncul keprihatinan

    terhadap penderitaan Ayub seperti teman-temannya.

    g. Jawaban Allah (fasal 38:1-42:6).

    Jawaban Allah meredakan ketegangan. Akhirnya yang ditunggu

    Ayub terjawab, teofani Allah hadir dalam badai (Ayub 38:1). Jawaban

    Allah dalam bentuk puisi dengan ungkapan mitologis dan dunia

    kosmologis. Melalui itu semua penulis kitab Ayub membuat ketegangan

    dengan memperhadapkan Ayub dengan dengan kuasa-Nya yang langsung

    dan betul-betul dahsyat.

    45

    Wim van der Weiden, Seni hidup, Sastra kebijaksanaan Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2012, cet.6), 189.

  • 44

    h. Penutup ( fasal 42:7-17).

    Pada bagian penutup pengarang kembali ke bahasa prosa untuk

    membuktikan ketidakbersalahan Ayub. Pembuktian ketidakbersalahan itu

    Ayub dimulai dengan hardikan yang berulang-ulang kepada ketiga teman

    Ayub (fasal 42:7-8), memulihkan peran Ayub sebagai imam dan nabi

    (fasal 42:8, bandingkan Ayub 1:5), memulihkan harta milik dan keluarga

    Ayub (Ayub 42:10,12-15), memperpanjang hidupnya, serta

    melipatgandakan keturunannya (Ayub 42:10), rasa hormat dari kerabat

    (Ayub 42:11) dan pada gilirannya Ayub mendoakan sahabat sahabatnya

    (Ayub 42:10) dan menunjukkan kebaikan kepada anak-anak

    perempuannya (Ayub 42:15).

    Pemahaman Kebijaksanaan Yahudi tentang Penderitaan

    a. Isi ringkas kitab Ayub.46

    Kitab Ayub dibuka dengan ceritera prosa seorang sheik kaya dari negeri

    Us yang bernama Ayub. Ia hidup pada jaman bapa-bapa leluhur, dengan ijin

    Tuhan ia dicobai Iblis, supaya menjadi jelas motivasi mengapa Ayub begitu saleh,

    dengan pamrih atau tanpa pamrih. Kendati dalam dua seri pencobaan Ayub

    kehilangan seluruh keluarga, segala harta milik dan kesehatannya, namun ia tetap

    bersikap benar pada Tuhan dan memperlihatkan kesalehannya yang tanpa pamrih.

    Datanglah tiga teman Ayub untuk menghiburnya (fasal 1-2).

    46

    Ibid,101-103.

  • 45

    Setelah bagian prosa yang membuka kitab Ayub, dimulai bagian puisi.

    Langsung pada fasal 3, tokoh Ayub yang muncul sangat berbeda dengan Ayub

    yang sabar dan saleh dari dua fasal sebelumnya. Ayub dalam fasal 3 adalah

    seorang penderita yang melalui pergumulan yang amat hebat. Ayub dengan

    monolognya menyuarakan keluhan tentang nasibnya. Setelah keluhan Ayub,

    dibuka dialog yang penuh perdebatan antara Ayub dan teman-temannya yang

    telah datang untuk menghiburnya: Elifas, orang Teman, Bildad orang Suah dan

    Zopar orang Naama. Masing - masing teman berbicara dan Ayub menjawabnya,

    semuanya berlangsung dalam tiga ronde: fasal 4-14; 15-21; 22-27. Tema pokok

    dalam dialog adalah konflik antara pendapat tradisional mengenai penderitaan

    sebagai hukuman Tuhan, yang disuarakan oleh teman Ayub dan kritik Ayub yang

    memperkenalkan diri bahwa sebagai bukti bahwa pendapat tradisional itu sudah

    tidak dapat dipertahankan lagi. Sepanjang 24 fasal tidak ada titik temu,

    kesepakatan, sebaliknya kedua pendapat dibela dengan cara yang semakin keras,

    kasar dan dialog menghadapi jalan buntu.

    Pada situasi itu disajikan madah hikmat tentang kebijaksanaan yang tidak

    dapat ditemukan oleh manusia, hanya oleh Allah saja. Madah fasal 28 ini

    menggarisbawahi kegagalan dari Ayub dan ketiga temannya, semua yang

    dianggap bijaksana untuk menemukan pemecahan dari masalah mengenai

    penderitaan orang benar.

    Ayub mengakhiri dialog dengan tema-temannya dengan sebuah monolog

    puisi. Ayub menutup dialog dengan monolog yang panjang dalam fasal 29-31.

    Secara berturut-turut ia menggambarkan keadaan penuh hormat dan kemuliaan

  • 46

    sebelum ia mengalami penderitaan. Ia mengakhiri dengan sederetan sumpah

    menyatakan ketidakbersalahannya dan meminta Allah untuk menjawabnya.

    Tiba – tiba, sebelum Allah menanggapi, muncul tokoh Elihu,47

    yang

    diperkenalkan sebagai pemuda yang diam selama dialog berlangsung, tetapi

    berdiam diri karena menghormati yang lebih tua. Dengan percakapan puitis

    (dengan pembukaan prosa, Ayub 32:1-5), yang mengandung hardikan dan

    pengajaran, Elihu berusaha mengoreksi Ayub dan teman-temannya. Pada

    akhirnya pendapat Elihu melalui empat pidatonya (Ayub 32-37) ingin

    memperkuat pendapat tradisional tentang penderitaan sebagai hukuman.

    Akhirnya harapan Ayub agar Allah menjawabnya terkabul (Ayub 38-

    42:6). Allah tidak mempertanggungjawabkan nasib Ayub, Ia hanya memberi

    kesempatan kepada Ayub untuk mencapai kesadaran baru yang amat penting:

    manusia dalam kekecilan dan keterbatasannya tidak dapat menilai apalagi

    menghakimi Allah dan tindakan-Nya. Di dalam dunia ini, dan dalam seluruh

    karya Allah ada begitu banyak misteri. Dalam misteri besar itu, ada misteri kecil ,

    yaitu derita Ayub. Ayub tetap tidak mengetahui misteri penderitaannya tetapi

    tidak ada lagi permusuhan dengan Allah.

    47 Elihu dalam bahasa ibrani berarti Dialah Allah.

  • 47

    Epilog berakhir dengan pemulihan nasib Ayub. Akhir kitab ini dilengkapi

    dengan gambaran bagaimana Allah memulihkan Ayub sebagai hamba-Nya (Ayub

    42:7-8), mengembalikan harta milik Ayub, bahkan melampaui keadaan semula.48

    b. Pemahaman Orang Yahudi terhadap penderitaan.

    b.1. Pemahaman Kebijaksanaan Tradisional.

    Ketiga teman dialog Ayub mengemukakan pendapat tradisional dari guru-

    guru kebijaksanaan yang sekaligus menjadi pendapat umum guru-guru sekolah

    kebijaksanaan yang diajarkan pada orang-orang Yahudi, sehingga juga menjadi

    pendapat umum orang Yahudi tentang penderitaan. Argumentasi dasar dari Elifas,

    Bildad dan Zopar dapat dirumuskan sebagai berikut:49

    a. Segala penderitaan di dunia ini disebabkan oleh Allah.

    Dalam kepercayaan monoteis yang dianut bangsa Yahudi, segala

    sesuatu dihubungkan dengan Allah sebagai causa prima, penyebab utama.

    Pendapat itu berakar dari pernyataan yang jauh lebih tua, seperti misalnya

    dalam Amos 3:6b,”Adakah terjadi malapetaka dalam kota dan Tuhan

    tidak melakukannya”. Demikian juga tentang kisah tulah-tulah di Mesir

    (Keluaran 7-12).

    b. Penderitaan harus diartikan sebagai hukuman dari fihak Allah yang

    ditimpakan kepada manusia karena dosanya.

    48 Penggembalian secara berlipat ganda mungkin mengingatkan akan hukum Israil

    bahwa seorang pencuri harus membayar dua kali lipat harga binatang yang dicurinya (keluaran 22:4).

    49 Wim van der Weiden, Seni hidup, Sastra kebijaksanaan Perjanjian Lama (Yogyakarta:

    Kanisius, 2012, cet.6), 118-120.

  • 48

    Pandangan ini didasari oleh aturan-aturan agama yang bersifat

    dogmatis yang dianut oleh bangsa Yahudi. Dogma tentang berkat dan

    kutuk, dengan tegas mengatakan bahwa orang benar akan diberkati dan

    orang yang bersalah akan dihukum, menerima kutuk dari dari Allah.

    c. Orang/Ayub menderita, maka ia adalah seorang pendosa, yang harus

    bertobat untuk mendapat pemulihan.

    Penderitaan Ayub menunjukkan kebenaran mutlak bahwa Ayub

    berdosa. Karena itu harus dituntun kepada pertobatan, Ayub harus

    mengakui dan menyesali dosa-dosanya di hadapan Allah. Langkah ini

    berdasarkan pandangan umum di Israil, bahwa seorang pendosa yang

    bertobat dapat mengharapkan pengampunan, pemulihan dan berkat dari

    Tuhan.50

    Berdasar argumentasi yang disusun tersebut, kebijaksanaan tradisional

    Yahudi memahami penderitaan:

    1. Penderitaan berasal dari Allah.

    Pemahaman dan kepercayaan bangsa Yahudi bahwa Allah adalah

    Causa Prima, penyebab segala sesuatu. Allah yang Mahakuasa, Pengasih

    dan Penyayang adalah juga adalah Allah yang Maha adil. Allah

    memberikan penderitaan kepada manusia dalam rangka keadilan-Nya.

    2. Penderitaan yang dialami manusia disebabkan dosa yang dilakukan.

    50 Pandangan kebijaksanaan yang menunjukkan kemalangan-pertobatan-pemulihan

    nampak dalam doa Salomo dalam 1 Raja-raja 8.

  • 49

    Dalam kehidupan bangsa Yahudi yang tidak dapat dipisahkan

    kehidupan sosial dan agamawinya. Pemahaman penderitaan karena dosa

    berasal dari ajaran dan aturan-aturan agama51

    yang kemudian menjadi

    kebijaksanaan dalam praksis kehidupan, moral dan kultus agamawi.

    3. Penderitaan adalah hukuman Allah atas dosa yang dilakukan manusia.

    Kebijaksanaan ini berakar dari dogma agama, khusus ajaran berkat

    dan kutuk. Orang yang melakukan kehendak Allah, hidup dalam

    kebenaran akan selalu mendapat berkat dari Tuhan yang berupa kekayaan,

    status sosial, kesehatan dan sebagainya. Sebaliknya, orang yang berbuat

    dosa akan mendapatkan hukuman dari Allah karena kesalahan-

    kesalahannya, penderitaan adalah bentuk hukuman Allah.

    4. Penderitaan dilakukan Allah dalam rangka pengajaran untuk membawa

    manusia kepada pertobatan.

    Kebijaksanaan yang berkaitan dengan moral dan dogma

    tradisional memandang pertobatan merupakan cara untuk menghentikan

    hukuman Allah, karena manusia kemudian mau hidup dengan moral dan

    dogma sesuai dengan ajaran kebijaksanaan.

    Dalam kitab Ayub pemahaman tentang penderitaan disuarakan oleh ketiga

    teman Ayub.52

    Elifas, Bildad dan Zopar, yang kemudian diperkuat oleh pidato

    51 Sebagai contoh Hukum Deuteronomik, seperti yang ada dalam kitab Ulangan.

    52

    Ada banyak pendapat tentang latar belakang ketiga sahabat Ayub. Menurut Albertus Purnomo,OFM, Elifas dapat digambarkan sebagai konselor, Bildad seorang teolog dan Zopar adalah seorang sarjana. Albertus Purnomo,OPM, Bertarung dengan Allah (Yogyakarta: Kanisius, 2015), 196.

  • 50

    Elihu.53

    Ketiga orang ini dengan argumen yang berbeda, memiliki dasar

    pemahaman yang sama, yaitu penderitaan merupakan akibat langsung dari dosa,

    kebenaran senantiasa mendatangkan pahala dari Tuhan sebaliknya kejahatan

    mendatangkan pembalasan dari-Nya.

    Menurut Albertus Purnomo (2015) pemahaman kebijaksanaan tradisional

    tentang penderitaan sebagai hukum restribusi. Berdasarkan hukum ini, orang yang

    benar akan diganjar dengan berkat melimpah, sedangkan orang yang jahat akan

    dihukum dengan penderitaan dan sengsara. Hukum restribusi sebenarnya

    rumusan lain dari hukum balas jasa, dengan sistem ini orang dicintai dan dihargai

    bukan karena pribadinya, tetapi atas apa yang dilakukan. Ketika orang gagal

    melakukan yang seharusnya, ia tidak pantas untuk dihargai dan dicintai.

    b.2. Pemahaman Penulis Kitab Ayub.

    Pemahaman tentang penderitaan berdasar kebijaksanaan tradisional,

    ternyata tidak dapat menjawab realitas dalam kehidupan yang sesungguhnya.

    Dalam realitas kehidupan, ada orang benar yang hidupnya mengalami penderitaan

    dan ada orang fasik yang dilimpahi kebahagiaan. Dalam perspektif kepercayaaan

    agamawi maka kasih dan keadilan Allah dapat diperdebatkan. Ketika orang benar

    mengalami penderitaan maka bisa menggugat kasih dan keadilan Allah. Dan

    itulah yang dilakukan oleh penulis Ayub, melalui tokoh Ayub, menggugat

    pemahaman tradisional tentang penderitaan.

    53 Pidato Elihu disisipkan dalam kitab Ayub, dengan maksud memperkuat argumen

    ketiga teman Ayub, yang tidak dapat melawan argumen Ayub.

  • 51

    Melalui tokoh Ayub, pengarang memberikan pemahaman berkaitan

    dengan penderitaan, yaitu :

    1. Tidak selalu ketaatan kepada Allah berkorelasi langsung dengan

    kelimpahan berkat.

    Dalam prolog, tokoh Ayub54

    digambarkan sebagai orang yang

    benar dihadapan Allah dan mendapatkan kekayaan sebagai anugerah

    Allah. Mengacu kebijaksanaan tradisional yang diyakini orang Yahudi,

    orang benar diberkati.55

    Tetapi pada prolog juga ditunjukkan penderitaan

    yang dialami tanpa ada kejahatan yang dilakukan, ternyata tidak

    mengubah ketaatan dan kebenaran Ayub kepada Allah (Ayub 1:21,22;

    Ayub 2:10).

    2. Tidak selalu penderitaan berkaitan dengan pelanggaran. Ayub

    menunjukkan bahwa penderitaannya bukan karena ia melakukan kejahatan

    yang kemudian patut dihukum. Karena itu Ayub menolak untuk

    menyatakan kesalahannya dan melakukan pertobatan, karena memang ia

    tidak melakukan kesalahan. Ayub menolak dakwaan bahwa ia telah

    bersalah. Penolakan Ayub menunjukkan penentangannya terhadap

    kebijaksanaan tradisional.

    3. Ayub tidak mengerti dengan pasti, penyebab mengapa ia menderita. Ayub

    hanya bisa memahami sebagai ciptaan, ia tidak mampu memahami

    54 Dengan dimunculkan dalam prolog, pengarang ingin menempatkan Ayub tokoh idola,

    penolong (Savior), yang mampu memberikan sesuatu yang baru, seperti tokoh Musa. (Norman K.Gottwald, The Hebrew Bible,A Socio-literrary Introduction (Philadelphia: Forttress Press, 1985), 218.

    55 Ditunjukkan dengan penyebutan nama TUHAN (YAHWEH).

  • 52

    penciptanya dengan penuh. Bagi Ayub, penderitaan merupakan bagian

    dari misteri ilahi (misterio Dei). Lewat pengamatan misteri-misteri itu,

    Ayub dituntun Allah kepada pengakuan misteri yang bernama TUHAN.56

    “Sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku

    mencabut perkataanku, dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan

    abu”. (Ayub 42: 5b-6). Allah membimbing Ayub kembali kepada sikap

    iman, dan dalam ketenangan karena kepercayaan yang penuh kepada

    Tuhannya, Ayub menerima dan melanjutkan hidup.

    4. Pengarang kitab Ayub memberikan pemahaman tentang penderitaan

    sebagai misteri ilahi, dan karena ia merasa tidak mampu memahami

    misteri ilahi, maka yang penting adalah bagaimana bersikap terhadap

    penderitaan. pengarang Ayub mewakili pemahaman orang bijak,

    mengajarkan bahwa tidak perlu lagi memperdebatkan penderitaan tidak

    atau selalu berkaitan dengan hukuman karena ketidaktaatan, karena itu

    hanya akan menambah penderitaan bagi yang menderita. Yang terbaik

    adalah memahami penderitaan sebagai bagian dari tatareksa Allah yang

    penuh kasih, sehingga manusia mampu tetap beriman dan melangkah,

    melanjutkan kehidupannya.

    Pemahaman pengarang Ayub tentang penderitaan yang berbeda bahkan

    bertentangan dengan pemahaman tradisional Yahudi, ternyata menolong:

    56 Ayub 28 menjadi himne hikmat yang menengahi perdebatan Ayub dan ketiga

    temannya, sekaligus mengingatkan keterbatasan manusia dalam memahami Yang Mahakuasa.

  • 53

    1. Bagi orang Yahudi, kitab Ayub memberikan kekuatan psikologis-

    religius, bahwa penderitaan yang dialami sebagai bangsa bukanlah

    karena ketidaktaatan mereka, tetapi memang kehendak Allah yang

    harus dijalani, yang merupakan misteri ilahi. Umat dibebaskan dari

    rasa bersalah ketika mereka harus menderita, sehingga dapat

    menjalani dan melewati penderitaan dengan tetap meyakini sebagai

    umat pilihan Allah dan kudus.

    2. Bagi pembaca bisa melihat penderitaan yang terjadi dalam kehidupan

    manusia sebagai bagian dari tatareksa ilahi.57

    Penderitaan bukanlah

    akhir, karena melalui penderitaan Allah juga hadir dan memberikan

    pemulihan.

    57 Dalam perspektif tersebut, kita dapat menerima berbagai bentuk penderitaan terjadi

    dalam kehidupan manusia tanpa sikap menuduh. Peristiwa-peristiwa: letusan gunung Sinabung, peristiwa Tsunami di Aceh, korban G-30-S, penderitaan dan pembantaian orang-orang Yahudi pada jaman Hitler, dan sebagainya.