BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB...

10
17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Haraka Kitri Endah Desa Jatidukuh, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2016. 3.2 Variabel yang Diamati dalam Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian penyunsunan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jati (Tectona grandis L. F) ini adalah sifat kimia dan fisik tanah daerah penlitian serta faktor lingkungan, yaitu pH tanah, kandungan C- Organik tanah, kandungan P 2 O 5 tersedia, Ca, Mg, Na tukar, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, kejenuhan basa (KB), tekstur tanah, data curah hujan dan temperatur udara daerah penelitian serta kelas kelerengan. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dengan melakukan survey lapang kemudian dilakukan pengambilan data dengan pengukuran serta pencatatan data secara sistematis. Pengamatan, pengukuran dan pencatatan di lapang dilakukan pada titik contoh uji yang ditentukan secara purposive random sampling dengan unit analisis satuan lahan.

Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB...

Page 1: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Haraka Kitri Endah Desa Jatidukuh,

Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2016.

3.2 Variabel yang Diamati dalam Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian penyunsunan kelas kesesuaian

lahan untuk tanaman jati (Tectona grandis L. F) ini adalah sifat kimia dan fisik

tanah daerah penlitian serta faktor lingkungan, yaitu pH tanah, kandungan C-

Organik tanah, kandungan P2O5 tersedia, Ca, Mg, Na tukar, kapasitas tukar kation

(KTK) tanah, kejenuhan basa (KB), tekstur tanah, data curah hujan dan temperatur

udara daerah penelitian serta kelas kelerengan.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dengan melakukan survey lapang

kemudian dilakukan pengambilan data dengan pengukuran serta pencatatan data

secara sistematis. Pengamatan, pengukuran dan pencatatan di lapang dilakukan

pada titik contoh uji yang ditentukan secara purposive random sampling dengan

unit analisis satuan lahan.

Page 2: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

18

Pada satuan lahan, dilakukan pengamatan, pengukuran dan pencatatan data serta

pengambilan contoh uji tanah untuk dianalisis di laboraturium kemudian

diklasifikasikan menurut tingkat kesesuaian lahan dengan persyaratan tumbuh

tanaman jati yang dikeluarkan oleh FAO (Food and Agricultural Organiztztion)

pada tahun 1976

3.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diguakan dalam kelancaran penelitian ini

adalah.

a. Bahan.

Peta topografi PT Haraka Kitri Endah

Peta penggunaan lahan PT Haraka Kitri Endah

Data iklim selama 10 tahun (data curah hujan dan suhu udara)

Tabel kreteria kesesuaian lahan untuk tanaman Jati (Tectona

grandis).

Kondisi fisik lingkungan.

Literatur –literatur pendukung

b. Alat

Computer untuk membantu penyunsunan tabel kelas kesesuaian

lahan yang dihasilkam dari penelitian

Blangko isian untuk mencatat hasil pengamatan dari primer.

Spidol, alat tulis serta karton untuk membantu labeling

Bor tanah (auger/core) tipe belgi untuk mengebor tanah dan

mengambil contoh uji tanah.

Page 3: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

19

Pisau untuk membantu dalam pengambilan contoh.

Kamera dan video untuk dokumentasi.

3.5 Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi pengumpulan data yang berkaitan dengan

penelitian, seperti peta topografi, peta penggunaan lahan, data sekunder

seperti data iklim, suhu udara dan hasil survei. Hasil penelahan ini digunakan

sebagai referensi dan penentuan lokasi yang dijadikan areal pengamatan

penelitian. Observasi lapangan secara langsung dilakukan untuk verifikasi

lapangan.

2. Tahapan penentuan areal penelitian

Penentuan lokasi pengamatan dilakukan atas dasar bentuk wilayah

atau kelas kelerengannya. Tahapan yang dilakukan dalam penentuan titik

pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :

Menentukan lokasi yang dijadikan sebagai daerah penelitian . Daerah

yang ditunjuk merupakan areal yang ditanami dengan jenis tanaman

jati informasi ini diambil dari peta penggunaan lahan PT Haraka Kitri

Eendah.

Hasil dari deliniasi tersebut kemudian dioverlaykan dengan peta

topografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya.

Kelas lereng ditentukan dari garis kontur pada peta topografi dan

pengukuran di lapangan menggunakan “Abney level”.

Page 4: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

20

Dari hasil overlay tersebut dapat diketahui jumlah kelompok kelas –

lereng yang ada, dimana titik pengamatan pada peta penggunaan

lahan tersebut ditentukan.

3. Tahap Pengambilan Contoh Tanah

Tahapan pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah dilakukan mengacu

pada petunjuk teknis pengamatan tanah yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian

Tanah di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karangploso.

pengambilan contoh uji tanah dengan cara :

Memperhatikan wilayah sekitar untuk mengenal keadaan wilayah dan

melakukan pengeboran untuk mengetahui penyebaran dan

homogenitas sifat – sifat tanah dari lokasi tersebut.

Menetapkan lokasi yang tepat dengan cara melakukan pengeboran

sedalam 1 m di 2-3 tempat berjarak 1 m di sekitar lokasi /site yang

akan diambil contohnya untuk mengetahui kehomogenan tanah. Jika

pada 2-3 pengeboran tersebut menunjukkan keadaan yang sama,

maka tempat pengambilan contoh tanah sudah dianggap cukup tepat.

Contoh tanah diambil dari kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm, masing

– masing sekitar 1 kg.

4. Tahap Pengambilan Data Curah Hujan dan Temperatur

Pengambilan data curah hujan dilakukan pada BMKG Karangploso. Data

curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan pada daerah penelitian. Yang

akan diolah menjadi data jumlah bulan kering serta jumlah bulan basah pertahunya

pada kawasan tersebut.

Page 5: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

21

Pengambilan data temperatur rata – rata dilakukan pada BMKG

Karangploso. Data tersebut berupa data pada daerah penelitian data yang diperoleh

akan diolah menjadi data kelembaban pada daerah tersebut.

5. Tahap Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan di laboratorium BPTP Karang Ploso mengacu pada

petunjuk teknis analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Parameter –

parameter yang dianalisis disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu parameter –

parameter yang berkaitan dengan kesesuaian lahan. Parameter –parameter tanah

yang diamati adalah :

Tekstur tanah (Hidrometer) yaitu dengan cara mengambil 50 gram

contoh tanah dan ditambahkan zat kimia calgon sebanyak 0.4 cc dan

ditambahkan akuades sebanyak 875 cc. letakkan contoh tersbut pada

bak air yang mempunyai suhu tetap setelah itu letakkan alat

hydrometer.

Menghitung kemasaman tanah (pH) terdiri dari pH-H2O dan pH-KCL

dengan rasio (1:5) yang diukur dengan pH meter elektrik dengan cara

contoh uji tanah dimasukan dalam beaker glas sebanyak 1 kg setelah

itu di padatkan. Masukkan pH meter elektrik kedalam tanah yang

berada di dalam beaker gelas dan lihat nilai yang di tunjukkan.

Menghitung carbon organik menggunakan spektrofotometer dengan

menimbang 0,05 g contoh tanah kering dalam tabung reaksi.

Tambahkan 0,5 mL larutan dikromat 1N sambil dikocok, kemudian

tambahkan 0,75 mL Asam sulfat pekat kocok kembali dan diamkan

Page 6: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

22

selama 30 menit. Diencerkan dengan air bebas ion, tera menjadi 10

ml jika larutan sudah dingin. Ukur absorbansi larutan jernih

menggunakan spektrofotometer setelah 4 jam inkubasi pada suhu

ruang dengan panjang gelombang 581nm.

Menghitung kandungan P2O5 tersedia menggunakan metode olesan

(fosfat dalam susunan netral/alkali) dan metode bray-1 (fosfat dalam

susunan asam) dengan cara menimbang 1 gram contoh uji, masukkan

kedalam gelas piala dan ditambah dengan akuades. Contoh uji yang

diperoleh kemudian dipanaskan dan di saring endapannya kemudian

di cuci dengan 10 ml air suling panas. Filtrate ditampung dan

ditambahkan 10 ml NH₄Cl 2M dan 10 ml magnesia. Apabila masih

keruh maka ditambahkan dengan HCl 1:1 hingga larut. Kemudian

ditambahkan indicator PP dan diendapkan dengan NH₄OH dengan

perbandingan 1:10. Endapan didinginkan dalam lemari pendingin,

setelah dingin disaring kembali dan di cuci dengan NH₄OH dengan

perbandingan 1:20 sampai bebas klorida. Keringkan endapan dan

timbang sampai berat tetap. Kemudian hitung kadar P₂O₅ yang

terlarut dalam air.

Menentukan Penetapan susunan kation, kapasitas tukar kation (KTK)

dan kejenuhan basa (KB) ditetapkan dengan pengekstrakan

NH4OAC pH-7 yaitu dengan cara masukkan 5 gr tanah kering udara

ke dalam tabung cintrifuse 100 ml. Tambahkan 50 ml NH4OAc 1 N

pH 7, kocok selama 30 menit lalu centrifuse selama 10 – 15 menit.

Page 7: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

23

Saring hasil ekstrak tersebut ke dalam labu takar 100 ml. Ukur

kandungan basa-basa (K, Ca, Mg, dan Na) dengan menggunakan

Atomic Adsorben spectrotometer (AAS) dan tentukan kejenuhan

basanya. Untuk pencucian NH4+, tambahkan dengan 50 ml NH4OAc

0,01 N pH 7 kedalam tabung centrifuse, kocok selama 30 menit,

saring dan filtratnya dibuang. Cuci kembali dengan menambahkan 30

ml alkohol 96 % kedalam tabung centrifuse selama 30 menit,

centrifuse, saring dan filtrat dibuang. Pencucian NH4+ dengan

alkohol dilakukan beberapa kali (sekitar 3 kali) sampai bebas NH4+.

Hal ini diketahui dengan melihat ekstraknya. Apabila masih

berwarna kuning berarti masih ada ion NH4+. Setelah itu, tambahkan

tanah dengan NaCl 10 % pH 3 sebanyak 90 ml, kocok selama 30

menit, centrifuse, dan saring. Pindahkan ekstrak tersebut kedalam

labu didih dan tambahkan 20 ml NaOH 40 % lalu destilasi. Destilat

ditampung dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 25 ml asam borat 1.5

% dan 3 tetes indikator metil merah. Destilasi dihentikan jika destilat

yang ditampung mencapai kira-kira 50 ml. Sebelum destilasi, destilat

akan berwarna merah dan setelah destilasi, destilat akan berwarna

hijau. Titrasi destilat dengan HCl 0,1 N. Titik akhir titrasi tercapai

bila warna berubah dari hijau menjadi merah. Lakukan destilasi tanpa

tanah.

Page 8: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

24

6. Tahapan Pengolahan Data

Ada pun pengolahan data yang dilakukan yaitu :

Penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jati (Tectona

grandis) dilakukan dengan sistem matching antara persyaratan

penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman dengan data

karateristik lahan dari suatu wilayah. Kelas kesesuaian lahan

ditentukan oleh faktor fisik (karateristik lahan) pembatasan terbatas

dalam menilai kelas kesesuaian lahan.

Penentuan kelas kesesuaian lahan aktual dilakukan dengan cara:

a. Data karatristik/kualitas lahan pada masing-masing satuan kelas

lereng dihubungkan (matching) dengan data persyaratan

tumbuhan tanaman yang mengacu pada buku kriteria kesesuaian

lahan Senawi (1999). Kemudian masing-masing satuan kelas

lereng digolongkan apakah termasuk Ordo Sesuai (S) atau Tidak

Sesuai (N).

b. Pada masing- masing Ordo yang tergolong ke dalam Ordo telah

sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan, kemudian ditentukan

apakah tergolong ke dalam kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai

(S2) atau sesuai marjinal (S3).

c. Masing-masing kelas ditentukan sub kelasnya berdasrkan

karateristik lahan yang merupakaan faktor pembatas terberatnya

secara berurutan berdasarkan urutan karateristik lahan pada tiap-

tiap kualitas lahan.

Page 9: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

25

d. Hasil yang didapatkan dari evaluasi keseuaian lahan tersebut di

atas berupa tabel data dan peta kesesuaian lahan actual yang

menunjukan Ordo, Kelas dan Sub kelasnya.

e. Untuk mendapatkan data kesesuaian lahan potensial didapatkan

dengan cara menentukan upaya-upaya perbaikan

karateristik/kualitas lahan yang diperlukan untuk menaikkan

kelas kesesuaiaan lahannya berdasarkan input/masukkan yang

diperlukan, sehingga kelas kesesuaian lahan potensialnya akan

meningkat pada kelas yang terbaik, faktor pembatasnya hanya

dibatasi oleh faktor permanen yang tidak dapat dilakukan usaha –

usaha perbaikan.

f. Tahap Penyajian Hasil.

Tahap penyajian hasil berupa tabel data dan peta hasil kesesuaian

lahan untuk tanaman jati hasil dari matching antara persyaratan

penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman, dengan data karateristik

lahan dari suatu wilayah.

Page 10: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu ...eprints.umm.ac.id/54464/53/BAB III.pdftopografi untuk mengetahui kelas – kelas lerengnya. Kelas lereng ditentukan dari garis

26