BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1....

19
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bagian Selatan yang terletak pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah sebagai berikut: 1. Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang 2. Timur : Kabupaten Tasikmalaya 3. Selatan : Samudera Indonesia 4. Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Gambar 3.1. Peta Wilayah Kabupaten Garut

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1....

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bagian

Selatan yang terletak pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan

107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah

sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang

2. Timur : Kabupaten Tasikmalaya

3. Selatan : Samudera Indonesia

4. Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kabupaten Garut

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

30

Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung

sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland

bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut

mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan

Kabupaten Bandung serta berperan dalam mengendalikan keseimbangan

lingkungan.

Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan April sampai dengan

Agustus 2010 dengan rincian penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Jenis Kegiatan Alokasi waktu dalam bulan (tahun 2010) April Mei Juni Juli Agustus

1 Pra penelitian

a. Studi literatur b. Observasi

2

Penelitian a. Studi literatur b. Wawancara c. Observasi

3 Penyusunan Laporan Sumber: Diolah Peneliti Tahun 2010

B. Desain Penelitian

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian” (Moh. Nazir PH. D, 1988: 99). “Dalam pengertian

yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisa

data saja” (E. A. Suchman, 1967).

Proses desain penelitian terdiri dari dua bagian, yaitu perencanaan penelitian dan pelaksanaan penelitian atau proses oprasional penelitian. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesa serta kaitannya dengan teori dan

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

31

kepustakaan yang ada. Proses selebihnya merupakan tahap oprasional dari penelitian (Moh. Nazir PH. D, 1988: 100).

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif kuantitatif. Berikut ini adalah beberapa teori yang

berhubungan dengan desain penelitian yang ditentukan:

Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam desain studi deskriptif ini, termasuk desain untuk formulatif dan eksploratif yang berkehendak hanya untuk mengenal fenomena-fenomena untuk keperluan studi selanjutnya. Dalam studi deskriptif juga termasuk: Studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu; Studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimisasikan bias dan memaksimumkan reliabilitas (Moh. Nazir PH. D, 1988: 105).

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998: 15).

Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa ‘metodologi kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati’ (Moleong,

2007: 3).

Penelitian kuantitaif menurut Dean Winchester dalam buku yang ditulis oleh

Indrayanto adalah ‘penelitian yang ilmiah dan sistematis terhadap bagian-bagian

dan fenomena serta hubungannya dengan bertujuan untuk menggunakan model-

model sistematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dengan fenomena alam’

(Dean Winchester, tth). “Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang

berpijak pada pandangan positivisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang

bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata” (Uep Tatang Sontanin,

2010: 9).

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

32

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini tidak menggunakan variabel penelitian seperti halnya

penelitian-penelitian kuantitatif lainnya melainkan mengunakan indikator karena

hanya memiliki variabel tunggal yaitu pembangunan kepariwisataan di Kabupaten

Garut. “Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai” (Moh.

Nazir, 1988: 149). “variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari

satuan pengamatan” (Ating Somantri, 2006: 27). “Indikator adalah sesuatu yang

dapat memberikan petunjuk atau keterangan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2003: 430). Indikator merupakan alat untuk mengukur kegiatan yang sudah

dilakukan atau mengukur variabel yang mau dijelaskan (Uep Tatang Sontanin,

2010: 95). Indikator tersebut didukung oleh beberapa komponen, sub komponen,

dan sub indikator penelitian sebagaimana tertera pada tabel berikut ini:

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Indikator komponen Sub komponen Keterangan Pembangunan kepariwisataan

Kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan kepariwisataan

RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)

Studi dokumenter

Peran instansi pemerintah daerah dan pihak terkait

Koordinasi pembangunan Wawancara dan studi dokumenter Kerja sama pembangunan Wawancara dan studi dokumenter

Kendala pembangunan Praperencanaan Wawancara dan studi dokumenter Pasca perencanaan Wawancara dan studi dokumenter

Komponen pembangunan Aksesibilitas Observasi dan wawancara Fasilitas pelayanan Observasi dan wawancara Atraksi/Objek wisata Observasi dan wawancara Perizinan usaha Wawancara dan studi dokumenter Informasi dan promosi Observasi dan wawancara Pengendalian dan pengarahan wawancara

Sumber : Diolah Peneliti Tahun 2010

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

D. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa tape recorder

untuk merekam pembicaraan pada saat wawancara dengan responden, kamera

untuk memvisualisasikan objek-objek yang dibutuhkan seperti objek wisata, jalan,

fasilitas wisata, dan lain-lain serta seperangkat alat tulis untuk mencatat hal-hal

yang dianggap perlu.

Untuk meningkatkan ketepatan pengamatan, maka ada beberapa cara yang dapat ditempuh, antara lain: Peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam pembicaraan; Peneliti menggunakan kamera; Pengamat bukan terdiri dari satu orang saja, tetapi terdiri lebih dari satu orang. Dalam hal ini masing-masing pengamat mencatat fenomena, dan nanti catataan masing-masing dibandingkan (Moh. Nazir Ph. D, 1988: 218)

E. Populasi dan Sampel

‘Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa

orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya

atau menjadi objek penelitian’ (Kuncoro, 2003). Sedangkan Cooper dan Emory

(1997) mengungkapkan bahwa ‘populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang

dapat kita gunakan untuk membuat beberapa kesimpulan. Elemen adalah subjek di

mana pengukuran tersebut dilakukan’. Sedangkan sampel adalah “sebagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Moh. Nazir PH. D, 1988:

325).

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua instansi

pemerintah daerah Kabupaten Garut. Sedangkan teknik sampling yang digunakan

adalah non-probability sampling. “Teknik non-probability sampling adalah teknik

yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel” (Moh. Nazir PH. D, 1988).

39

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

Sampling nonprobabilitas (non-probability sampling) merupakan pemilihan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan peneliti, sehingga dengan tipe sampling non-probability ini membuat semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, 2006: 82).

Berikut ini adalah sampel untuk wawancara dengan instansi pemerintah

derah yang diambil berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) pemerintah

daerah Kabupaten Garut yang berhubungan dengan pembangunan kepariwisataan:

1. Dinas-dinas

a. Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Cipta Karya

b. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM

c. Dinas Perhubungan

d. Dinas Kehutanan

e. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

f. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan

g. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan

h. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura

2. Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat dan Lembaga Lainnya

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

b. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

c. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

teknik observasi, wawancara, dan studi dokumenter. Teknik tersebut berdasar

pada teori yang diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

Teknik observasi, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti; Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dari responden atas dasar inisiatif pewawancara dengan menggunakan alat berupa pedoman atau schedule wawancara, yang dilakukan secara tatap muka (personal, face to interview) maupun melalui telepon (telephone interview); Pemeriksaan dokumentasi/studi dokumenter, dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, 2006: 32, 33).

G. Prosedur dan Teknik Analisis Pengolahan Data

Semua data dan informasi yang terkumpul sesuai dengan kebutuhan

pemecahan rumusan masalah kemudian dianalisis menggunakan SWOT untuk

menghasilkan beberapa strategi dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten

Garut. Adapun beberapa pengertian analisis SWOT menurut para ahli adalah

sebagai berikut:

Analisis SWOT dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi, sehingga strategi kebijakan dapat dirumuskan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2000: 18-20).

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) adalah suatu

metode perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu kegiatan atau organisasi. Berikut

ini adalah penjelasan satu persatu untuk analisis SWOT:

1. Strength (kekuatan) merupakan kondisi internal yang menunjang suatu

organisasi untuk mencapai objektif yang diinginkan.

2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi internal yang menghambat suatu

organisasi untuk mencapai suatu objektif yang diinginkan.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi eksternal yang menunjang suatu

organisasi untuk mencapai objektifnya.

4. Threats (ancaman) merupakan kondisi eksternal yang menghambat suatu

organisasi untuk mencapai objektifnya.

Pendekatan dalam analisis SWOT terdiri dari dua pendekatan, yaitu

Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT dan Pendekatan Kuantitatif Analisis

SWOT. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua pendekatan tersebut:

1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh

Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor

eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor

internal (kekuatan dan kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu

strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan

eksternal. Berikut ini adalah matriks SWOT yang dimaksud:

Tabel 3.3 Matriks SWOT

Internal Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) S/O W/O

Ancaman (T) S/T W/T

Sumber: Rangkuti Tahun 2000

Penjelasan untuk matriks tersebut adalah sebagai berikut:

a. Comparative Advantages (SO). Sel ini merupakan pertemuan dua elemen

kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu

organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

b. Mobilization (ST). Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan

kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang

merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar

tersebut, kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

c. Divestment/Investment (WO). Sel ini merupakan interaksi antara

kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini

memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia

sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan

yang ada tidak cukup untuk menggarapnya.

d. Damage Control (WT). Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah

dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi

dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan

membawa bencana yang besar bagi organisasi.

2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data kualitatif SWOT di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui

perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998)

yang bertujuan untuk mengetahui secara pasti posisi organisasi yang

sesungguhnya. Perhitungan tersebut dilakukan melalui lima tahap, yaitu:

a. Menentukan bobot (a) dan rating (b) dan skor (c = a x b) pada setiap faktor

SWOT.

b. Menentukan jumlah bobot, rating dan skor pada setiap faktor SWOT.

c. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan

faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya

menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

d. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (X,Y) di kuadran

SWOT.

e. Menentukan strategi dari masing-masing tiga peringkat tertinggi key

internal factor SWOT.

Berikut ini adalah gambar kuadran positioning matriks SWOT.

Gambar 3.2. Positioning Kuadran SWOT

Arti dari masing-masing kuadran tersebut, diuraikan sebagai berikut:

1. Kuadran I (positif, positif). Ini merupakan situasi yang sangat

menguntungkan, memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Posisi ini menandakan sebuah organisasi

yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang ditawarkan adalah

“Progresif,” artinya organisasi dalam kondisi prima sehingga sangat

dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan

dan meraih kemajuan secar secara maksimal.

Peluang (O)

Kekuatan (S)

Kelemahan (W)

Ancaman (T)

1. Strategi Bertumbuh Agresif 3. Strategi Stabil Pertumbuhan

4. Strategi Bertahan Hidup 2. Strategi diversifikasi

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

2. Kuadran II (positif, negatif). Meskipun menghadapi berbagai ancaman,

namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

jangka panjang dengan cara diversifikasi. Posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah “Diversifikasi Strategi,” artinya

organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan

berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk

terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena

itu, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi

taktisnya.

3. Kuadran III (negatif, positif). Menghadapi peluang yang sangat besar tetapi

di lain pihak masih menghadapi beberapa kelemahan internal. Strategi yang

dapat diambil adalah meminimalkan kelemahan yang ada sehingga peluang

dapat dimanfaatkan. Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah

namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah

“Ubah Strategi,” artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi

sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat

menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

4. Kuadran IV (negatif, negatif). Ini merupakan situasi yang sangat tidak

menguntungkan. Di satu sisi menghadapi ancaman eksternal dan di sisi lain

menghadapi kelemahan internal. Posisi ini menandakan sebuah organisasi

yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

diberikan adalah “Strategi Bertahan,” artinya kondisi internal organisasi

berada pada pilihan dilematis. Oleh karena itu organisasi disarankan untuk

menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak

semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya

membenahi diri. (Rangkuti, 2000: 20)

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi adalah

matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang

dan ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki. Penelitian ini menghasilkan sintesa berupa strategi-

strategi dan rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam hal pembangunan

kepariwisataan di Kabupaten Garut. Strategi tersebut keluar berdasarkan analisis

dari positioning di kuadran SWOT, apakah keberadaan instansi pemerintah daerah

dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Garut berada pada situasi yang

sangat menguntungkan, masih memiliki kekuatan dari segi internal, menghadapi

beberapa kelemahan internal, atau merupakan situasi yang sangat tidak

menguntungkan.

Penelitian ini menggunakan analisis penggabungan antara pendekatan

kuantitatif dan kualitatif SWOT dengan tahapan sebagai berikut:

1. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal

perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut

persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan,

hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, serta

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh

secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisasi.

Adapun tahapan kerjanya yaitu sebagai berikut:

a. Membuat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang

mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk

aspek eksternal yang mencakup perihal opportunities (peluang) dan threats

(ancaman) bagi organisasi.

b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala

yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.

Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai berikut:

0.05 = di bawah rata-rata

0.10 = rata-rata

0.15 = di atas rata-rata

0.20 = sangant kuat

Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.

c. Menentukan rating dari critical success factors antara 1 sampai 4, dengan

keterangan sebagai berikut:

1 = di bawah rata-rata,

2 = rata-rata,

3 = di atas rata-rata,

4 = sangat bagus.

Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi organisasi. Dengan

demikian, nilainya didasarkan pada kondisi organisasi.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

d. Mengalikan bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor semua

critical success factors.

e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi yang

dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan

cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari

ancaman-ancaman yang diterimanya. Sementara itu, skor total sebesar 1,0

menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang

ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.

2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal organisasi

berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan

informasi aspek internal organisasi dapat digali dari beberapa fungsional

organisasi, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem

informasi, dan produksi/operasi. Adapun tahapan kerjanya adalah sebagai berikut:

a. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang

memiliki nilai:

1 = sangat lemah,

2 = tidak begitu lemah,

3 = cukup kuat,

4 = sangat kuat.

b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala

yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.

Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai berikut:

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

0.05 = di bawah rata-rata

0.10 = rata-rata

0.15 = di atas rata-rata

0.20 = sangat kuat

c. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk

menentukan nilai skornya.

d. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi yang

dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan

bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang

berada di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya

pada matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya

tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.

3. Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal (KAFI dan KAFE)

Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal merupakan proses

penyaringan dari sekian banyak point yang dianalisis sehingga menghasilkan tiga

peringkat dengan skor terbesar sebagai sebuah setrategi organisasi. Seperti halnya

Matriks IFE dan EFE tahapan kerja KAFI dan KAFE pun sama. Akan tetapi

kriteria yang digunakannya berbeda, yaitu sebagai berikut:

a. Bobot menggunakan angka 1 – 20

b. Rating menggunakan angka 1 – 4

c. Skor merupakan hasil kali bobot dan rating

d. Ranking menggunakan peringkat I – VII

4. Matriks TOWS/SWOT

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis ini dilakukan dengan memasangkan faktor eksternal dan faktor internal sehingga dapat dirumuskan suatu kebijakan dan diambil dari Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal (KAFI dan KAFE) sehingga hanya tiga point terbesar yang selanjutnya dikolaburasikan. (Fred R. David dalam Husein Umar 2005: 249-253).

Setiap analisis akan memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan yang

selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan bagi yang mempelajari hasil

analisis tersebut, begitupun dengan analisis SWOT yang tidak terlepas dari

kelemahan dan kelebihannya yaitu sebagai berikut:

1. Kelemahan Analisis SWOT

Analisis SWOT diperlukkan dalam penyususnan strategi organisasi agar

dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Walaupun analisis SWOT

dianggap sebagai suatu hal yang penting namun kadang dalam analisis ini akan

menghadapi masalah yang meupakan kelemahan dari SWOT itu sendiri. Masalah-

masalah tersebut diantaranya:

a. The Missing link Problem, masalah ini timbul karena hilangnya unsur

keterkaitan, yaitu gagalnya menghubungkan evaluasi terhadap faktor

internal dan evaluasi terhadap faktor eksternal. Kegagalan tersebut akan

berimbas pada lahirnya suatu keputusan yang salah yang mungkin saja

untuk menghasilkannya sudah memakan biaya yang besar.

b. The Blue Sky Problem, masalah ini identik dengan langit biru dimana langit

yang biru selalu membawa kegembiraan karena cuaca yang cerah. Hal ini

menyebabkan pengambil keputusan kadang terlalu cepat dalam menetapkan

sesuatu keputusan tanpa mempertimbangkan ketidakcocokan antara faktor

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

internal dan faktor eksternal sehingga meremehkan kelemahan organisasi

yang ada dan membesar-besarkan kekuatan dalam organisasi.

c. The Silver Lining Problem, masalah yang berkaitan dengan timbulnya suatu

harapan dalam kondisi yang kurang menggembirakan. Hal ini timbul karena

pengambil keputusan mengharapkan sesuatu dalam kondisi yang tidak

menguntungkan. Masalah akan timbul apabila pengambil keputusan

meremehkan pengaruh dari ancaman lingkungan tersebut.

d. The all Things to All People Problem, suatu falsafah yang dimana

pengambil keputusan cenderung untuk memusatkan perhatian pada

kelemahan organisasinya. Sehingga banyak waktu yang dihabiskan hanya

untuk memeriksa kelemahan yang ada dalam organisasi tanpa melihat

kekuatan yang ada dalam organisasi tersebut.

e. The Putting The Cart Before The Horse Problem, Mereka memulai untuk

menetapkan strategi dan rencana tindak lanjut sebelum menguraikan secara

jelas terhadap pilihan strateginya. Semua kendala di atas haruslah dihindari

oleh semua organisasi sektor publik dalam melakukan analisis SWOT

karena sebenarnya analisis SWOT apabila dilakukan dengan tepat sejak

awal akan membantu organisasi sektor publik dalam mencapai visi, misi dan

tujuan yang ditetapkan. (Tariuzsagy's Blog, 2010)

Selain itu, Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisis

SWOT, bahwa analisis SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang

ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin

akan dihadapi oleh organisasi, bukan sebuah alat analisis ajaib yang mampu

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 1. 2.a-research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0707623_chapter3.pdf · sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah

memberikan jalan keluar yang instans bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh

organisasi.

2. Kelebihan Analisis SWOT

Kelebihan analisis merupakan suatu pertimbangan positif yang bisa

menguatkan hasilnya sehingga mudah untuk dibenarkan. Adapun kelebihan

SWOT yang dimaksud adalah:

a. Peneliti memiliki kebebasan untuk menentukan penilaian sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan.

b. Peneliti dapat memperoleh strategi dari hasil analisis SWOT

c. Meupakan sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa

digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan.

d. Merupakan alat yang cukup baik, efektif, dan efesien serta sebagai alat yang

cepat dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan

pengembangan awal program-program inovasi baru.

e. Merupakan alat bantu untuk memperluas visi dan misi suatu organisasi,

melalui pendekatan sistematik melalu proses instropeksi dan mawas diri

kedalam, baik bersifat positif maupun negatif.

f. Merupakan sebuah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan

situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh suatu

organisasi.

g. Analisis SWOT berperan dalam melakukan penilaian kesesuaian konsep dan

pelaksanaan program saat program berjalan maupun di akhir program

sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan penilaian yang objektif.