69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI...

74

Click here to load reader

Transcript of 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI...

Page 1: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

69

BAB IV

SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA

DI PURWAKARTA

Dalam bab ini, peneliti memaparkan hasil temuan dan pembahasan

mengenai permasalahan yang di kaji, dan merupakan interpretasi dari fakta-fakta

yang terkumpul tentang keberadaan kesenian tradisional wayang golek di

Purwakarta. Adapun pemaparan yang dijelaskan dalam penulisan ini

dikembangkan menjadi empat sub pokok bahasan. Pertama, mengenai kondisi

geografis dan sosial budaya masyarakat Purwakarta, Kedua mengenai latar

belakang dan perkembangan kesenian wayang golek di Purwakarta, yang akan di

bahas pula mengenai awal mula masuknya kesenian wayang golek ke wilayah

Purwakarta, struktur pertunjukan beserta kelengkapan peralatan pertunjukannya.

Ketiga, yaitu tentang faktor penghambat perkembangan kesenian wayang golek

purwa. Dan keempat, adalah mengenai upaya yang dilakukan dalam rangka

pelestarian kesenian taradisional wayang golek purwa baik dari pemerintah

setempat maupun dari seniman kesenian wayang golek.

A. Kondisi Geografis dan Sosial Budaya Masyarakat Purwakarta

Penulis memaparkan tentang kondisi geografis dan sosial budaya

masyarakat Purwakarta secara umum. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui

kaitan antara kondisi geografis dan sosial budaya masyarakat Purwakarta dengan

keberadaan kesenian tradisional wayang golek purwa di Kabupaten Purwakarta.

Page 2: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

70

1. Kondisi geografis, Geomorfologis, Klimatologis, dan Administratif

Kabupaten Purwakarta

Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat. Daerah Purwakarta berada pada posisi geografis antara 6º25' - 6º45' Lintang

Selatan dan 107º30' - 107º40' Bujur Timur. Dari segi transportasi dan komunikasi,

letak geografis Purwakarta cukup strategis, karena dilalui oleh jalan raya negara/

propinsi, jalan tol. Dan jalan kereta api. Jalan-jalan itu menghubungkan

Purwakarta dengan Bandung sebagai ibukota propinsi Jawa Barat (berjarak lebih-

kurang 60 km), dengan Jakarta ibukota negara (berjarak lebih-kurang 120 km),

dan Cirebon sebagai pelabuhan Jawa Barat sebelah Timur (berjarak lebih-kurang

160 km).

Morfologi tanah Kabupaten Purwakarta bervariasi, dari dataran rendah ke

dataran tinggi, dengan ketinggian 150-1500 meter di atas permukaan laut (dpl),

yang makin meninggi kearah pegunungan di bagian tenggara. Beberapa gunung

yang membentang dari Barat ke Timur, antara lain : G. Cantayan, G. Bongkok, G.

Cilalawi, G. Burangrang, G. Cupu, G. Dingdingsari, G. Haur, G. Gedongan, G.

Karadak, G. Kencana, G. Kacapi, G. Lembu, G. Mandalawangi, G. Masigit, G.

Parang, G. Pamoyanan, G. Panawingan, G. Pangukus, G. Sandaan, G.

Sanggabuana, dan G. Sembung.

Secara umum Kabupaten Purwakarta terletak dalam elevasi 83,60-670

meter dari permukaan laut (dpl), terdiri atas.

Page 3: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

71

a) Dataran tinggi (pegunungan) dengan luas lebih dari 30% dari luas wilayah

Kabupaten. Dataran itu di daerah selatan meliputi wilayah Kecamatan

Wanayasa, Kecamatan Darangdan dan Kecamatan Bojong.

b) Dataran berbukit meliputi hampir 50% dari seluruh wilayah Kabupaten,

yang mencakup Kecamatan-kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Plered,

Sukatani, Tegalwaru, Maniis, Pondoksalam, Kiarapedes, dan Pasawahan.

Bagian terbesar wilayah Barat merupakan daerah Bendungan Ir. H. Juanda

(Waduk Jatiluhur).

c) Dataran rendah dibagian utara dengan luas sekitar 20% dari luas wilayah

Kabupaten Purwakarta, yang meliputi Kecamatan-kecamatan Purwakarta,

Babakan Cikao, Bungursari, Cibatu dan Campaka (Hardjasaputra, 2008:29-

30).

Sedangkan kondisi geologi daerah Purwakarta terdiri dari batuan sedimen

klastik, berupa batu gamping, batu lempung, batu pasir konglomerat, batu pasir

dan batuan vulkanik. Sebagian jenis tanahnya adalah tanah latosol dan sebagian

kecil adalah tanah aluvial, andosol, grumosol, litosol, podsolik dan regosol.

Potensi tersebut mendorong munculnya kegiatan pertambangan. Purwakarta

berada pada cekungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dengan kemiringan

0-40 % dari DAS Cilamaya. Hal itu sangat berpengaruh pada hidrologi dan sistem

drainase daerah Purwakarta. Pada cekungan tersebut dibangun Bendungan Ir. H.

Juanda di Jatiluhur (seluas 7.757 ha) dan Cirata (seluas 182 ha), yang berfungsi

sebagai ”flow control” , irigasi, pembangkit tenaga listrik, juga sebagai sumber air

minum DKI Jakarta. Luas kedua waduk tersebut setara dengan 9,19% luas daerah

Page 4: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

72

Purwakarta. Pembangunan bendungan tersebut dimungkinkan oleh keberadaan

sejumlah sungai yang ada di daerah Purwakarta.

Purwakarta beriklim panas yang terbagi atas zona panas dan zona sedang,

berkisar antara 22º - 32º C pada siang hari dan 17º - 26º C pada malam hari.

Secara agroklimat Purwakarta berada di daerah lembab permanen (1-4 bulan

basah/tahun dengan curah hujan 100 mm/bulan). Jumlah bulan kering rata-rata 1-3

bulan/tahun. Curah hujan antara 1413 mm - 4501 mm/tahun, dengan curah hujan

rata-rata 3093 mm/tahun. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan

Januari, Februari, Maret dan Desember. Kondisi ini biasa terjadi di Kecamatan

Wanayasa (4501 mm). Hari hujan paling banyak adalah 148 hari. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta,

diperoleh data bahwa Kabupaten Purwakarta mempunyai luas wilayah sekitar

87.138, 369 Ha atau 871, 38 km², dimana luas ini terdiri dari luas tanah sawah

kering dan semacamnya 17.040, 139 Ha atau 170, 40 km², sedangkan luas tanah

kering (darat) 70.098, 176 Ha atau 700, 98 km² (Hardjasaputra, 2008: 31-33).

Adapun batas-batas wilayah administratif Kabupaten Purwakarta adalah

sebagai berikut.

a. Bagian Barat dan sebagian wilayah Utara berbatasan dengan Kabupaten

Karawang.

b. Bagian Utara dan sebagian wilayah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Subang.

c. Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Page 5: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

73

d. Bagian Barat Daya berbatasan dengan Kabupaten Cianjur (Hardjasaputra,

2008: 38).

Untuk lebih memperjelas gambaran tentang Kabupaten Purwakarta,

berikut ini dapat dilihat peta Kabupaten Purwakarta.

Peta 4.1 Peta Kabupaten Purwakarta

Sumber : www.Purwakarta.com

Pada masa pemerintahan Bupati R. Mukhtar (1969-1979) wilayah

administratif Kabupaten Purwakarta terdiri atas 7 Kecamatan. Salah satu

kecamatan yang berpenduduk paling sedikit adalah kecamatan Pasawahan yaitu

sebanyak 32.947 orang (1974). Pada saat itu Kecamatan Pasawahan terdiri atas 10

Page 6: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

74

desa yaitu, Pasawahan, Cihuni, Sawahkulon, Tanjungsari, Salem, Parakansalam,

Ciherang, Cisitu, Selaawi, dan Pondokbungur. Untuk lebih memperjelas

gambaran tentang Kecamatan Pasawahan, berikut ini dapat dilihat peta

Kecamatan Pasawahan.

Peta 4.2 Peta Kecamatan Pasawahan

Sumber: Kantor Kecamatan Pasawahan

Peta di atas merupakan wilayah Kecamatan Pasawahan yang merupakan

lokasi penelitian penulis dalam rangka kajiannya tentang Perkembangan Kesenian

Wayang Golek Purwa, alasan penulis mengambil lokasi penelitian di Kecamatan

Pasawahan adalah karena saat ini satu-satunya paguyuban yang masih bertahan

Page 7: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

75

dalam mengembangkan seni tradisional wayang golek purwa di Kabupaten

Purwakarta bertempat di Kecamatan Pasawahan, grup kesenian tersebut adalah

Wargi Mekar.

Untuk lebih memperjelas keadaan masyarakat di Kecamatan Pasawahan

maka penulis mencari informasi di kantor Kecamatan yang bersangkutan, dan

diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pembangunan dalam bidang ekonomi,

baik melalui proyek kabupaten dan propinsi maupun proyek nasional yang terjadi

di wilayah kabupaten Purwakarta, berangsur-angsur mendorong kehidupan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Purwakarta berubah ke arah yang lebih

baik. Kondisi ini tercermin dari potensi ekonomi dalam beberapa bidang, terutama

bidang pertanian, perkebunan, peternakan perikanan, dan industri. Begitu pula

dengan masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Pasawahan pada

dasarnya mereka hidup dan mempunyai mata pencaharian sebagai petani.

Keadaan ekonomi masyarakat yang makin bertambah baik akibat adanya

pembangunan dibidang ekonomi menyebabkan masyarakat khususnya yang ada di

Kecamatan Pasawahan, dan umumnya yang ada di wilayah Purwakarta

mempunyai tingkat kesejahteraan yang baik, hal itu secara langsung dapat

mempengaruhi daya beli masyarakat termasuk menyewa jasa para seniman

wayang golek purwa untuk mengadakan pertunjukan dalam berbagai acara, baik

itu acara hajatan, upacara ritual maupun pada saat hari raya lainnya.

Page 8: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

76

2. Perkembangan Penduduk dan Mata Pencaharian

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten

Purwakarta, berdasarkan luas wilayahnya Purwakarta dinyatakan sebagai kota

terkecil di Jawa Barat. Walaupun demikian perkembangan jumlah penduduknya

dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Sejak awal tahun 1969 jumlah

penduduk Kabupaten Purwakarta tiap tahun selalu meningkat terutama sejak

memasuki masa Orde Baru, jumlah penduduk Purwakarta terus bertambah. Secara

tidak langsung hal itu berhubungan erat dengan perubahan kondisi umum

ekonomi dan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik, sebagai salah satu

dampak dari program pembangunan.

Tabel 2.1 Data Penduduk Kabupaten Purwakarta

Menurut Jenis Kelamin pada Tahun 1969

NO.

KECAMATAN

P E N D U D U K Laki-laki Perempuan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Purwakarta Jatiluhur Campaka Plered Darangdan Wanayasa Pasawahan

47.296

18.948

24.489

37.617

25.629

16.809

16.128

47.290

18.589

24.779

38.286

27.859

17.894

16.819

94.586

37.537

49.268

75.903

53.488

34.703

32.947

Jumlah

186.916

191.516

378.432

Sumber : Sejarah Purwakarta

Page 9: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

77

Tahun 1974 Kabupaten Purwakarta berpenduduk 378.532 orang, terdiri

atas 187.016 laki-laki dan 191.516 perempuan, tersebar di 7 kecamatan yang

mencakup 70 desa. Pada Pelita I (1969-1975), pertumbuhan penduduk Purwakarta

dengan luas wilayah 978,02 kilometer persegi adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Purwakarta

Tahun 1969-1974

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan

Rata-rata/km²

1969 174.275 179.248 353.523 361

1970 173.450 187.499 360.949 369

1971 185.496 186.619 372.115 380

1972 187.014 188.713 375.727 384

1973 186.417 190.306 376.723 385

1974 187.016 191.516 378.532 387

Sumber : Sejarah Purwakarta Menurut statistik Jawa Barat tahun 1975, pada periode tersebut jumlah

penduduk Kabupaten Purwakarta paling sedikit apabila di bandingkan dengan

penduduk kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat. Tetapi pada tahun-tahun

berikutnya jumlah penduduk yang ada di Purwakarta terus mengalami

pertambahan, hal itu pada dasarnya disebabkan adanya migrasi dari luar

Kabupaten Purwakarta. Selain hal tersebut diakibatkan pula karena di Purwakarta

terdapat daya tarik yang menjadi faktor pendorong urbanisasi dan migrasi, antara

lain adanya kawasan industri dan banyaknya kegiatan pembangunan, baik

pembangunan perumahan maupun pembangunan infrastruktur.

Page 10: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

78

Persebaran penduduk di Purwakarta merupakan salah satu masalah yang

dihadapi oleh pemerintah daerah setempat, karena persebaran penduduk tidak

merata. Hal itu terjadi akibat daya dukung lingkungan tidak seimbang antara satu

kecamatan dengan kecamatan lainnya. Oleh karena itu, sebagian kecamatan

berpenduduk cukup padat dan sebagian lagi berpenduduk sedikit. Dampaknya

bagi pembahasan ini adalah dengan tingginya tingkat kelahiran dan persebaran

penduduk di Purwakarta, maka akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan

penduduk sehingga akan mempercepat perubahan, baik itu sosial maupun budaya

masyarakat setempat. Hal tersebut akan berakibat pada suatu perkembangan, yaitu

perkembangan kesenian wayang golek purwa.

Berdasarkan komposisi penduduk di atas bisa dilihat bahwa sebagian

masyarakat berada pada usia dewasa yaitu usia untuk menghasilkan produktifitas

pekerjaan. Kecamatan Pasawahan memiliki potensi tenaga kerja yang produktif

antara usia dewasa lebih dari 50%. Bila dimaksimalkan akan membuat Kecamatan

Pasawahan ini lebih maju dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain yang

ada di Purwakarta. Meningkatnya potensi tenaga kerja tidak terlepas dari tingkat

pendidikan yang dicapai oleh masyarakat. Mengenai perkembangan pendidikan

di Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 11: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

79

Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru yang Berada di

Bawah Pengawasan P&K dari Tahun 1981-1985 di Kabupaten Purwakarta

Tingkat

Pendidikan

Tahun Jumlah

Sekolah

Jumlah Murid Jumlah Guru

SD 1981

1982

1983

1984

1985

308

376

377

434

436

72.626

75.796

73.040

80.059

80.823

1.741

2.196

2.477

2.645

2.705

SLTP

SLTA

1981

1982

1983

1984

1985

1981

1982

1983

1984

1985

18

21

27

33

29

13

12

14

13

19

7.913

10.042

13.160

11.891

13.941

5.501

5.625

6.997

8.288

9.053

339

453

453

501

585

316

291

358

426

547

Sumber : BPS Purwakarta 1981-1985

Pada tabel tersebut nampak bahwa jumlah SD pada tahun 1983 terlihat

menurun sedangkan jumlah sekolah bertambah, demikian pula pada tingkat SLTP

pada tahun 1984 jumlah muridnya menurun dan juga jumlah sekolahnya menurun

Page 12: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

80

pada tahun 1985. Pada tingkat SLTA nampak sekali bahwa jumlah murid terus

bertambah sedangkan jumlah sekolah pada tahun 1984 menurun.

Berdasarkan penjelasan yang diperoleh dari BPS Purwakarta, bahwa

alasan keadaan pendidikan di Purwakarta seperti ini ialah disebabkan oleh

keadaan ekonomi atau biaya sekolah karena keadaan ekonomi masyarakat

pedesaan mempunyai pendapatan rendah terpaksa menarik anak-anaknya untuk

ikut bekerja untuk memperoleh tambahan pendapatan, sedangkan jumlah sekolah

berkurang pada umumnya merupakan sekolah swasta yang berada di daerah

pedesaan yang karena tidak ada biaya terpaksa menutup sekolahnya.

Lebih lanjut BPS Purwakarta memberikan penjelasan melalui wawncara

dengan Bapak Agus Suwono, bahwa penurunan jumlah siswa atau jumlah anak

usia sekolah karena pada tahun-tahun itu jumlah penduduk Purwakarta pun

mengalami penurunan. Ada pula faktor lain yang menyebabkan berkurangnya

sekolah ialah karena adanya program KB. Hal ini dimungkinkan karena dengan

berjalannya program KB maka pertumbuhan penduduk dapat dibatasi hal ini pun

berpengaruh terhadap jumlah anak usia sekolah. Adapun hubungan antara tingkat

pendidikan yang dicapai masayarakat Purwakarta dengan perkembangan kesenian

wayang golek di wilayah ini adalah bahwa tingkat pendidikan masyarakat akan

berpengaruh pada cara pandang mereka terhadap pentingnya upaya pelestarian

kesenian tradisional yang dirasa perlu dilakukan dalam rangka mencegah

musnahnya seni tradisi masyarakat Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Purwakarta, diperoleh data bahwa pada umumnya masyarakat yang

Page 13: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

81

berdomisili di bagian tengah Jawa Barat, pola kehidupan masyarakat Kabupaten

Purwakarta didominasi oleh kultur budaya sunda. Sejalan dengan perkembangan

zaman yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,

masyarakat Purwakarta banyak dipengaruhi oleh budaya asing. Namun demikian,

budaya masyarakat pada dasarnya tetap bernuansa budaya sunda dan budaya

agama, terutama budaya Islam.

Mayoritas penduduk Purwakarta (99,46%) adalah pemeluk agama Islam

(muslim), dan sisanya adalah non muslim. Dengan kata lain, penduduk

Purwakarta adalah masyarakat beragama. Hal itu antara lain ditunjukan oleh

keberadaan sejumlah sarana ibadah yang dibangun oleh pemerintah dan

masyarakat. Sarana ibadah itu terdiri atas masjid 907 buah, langgar 2.716 buah,

gereja 12 buah, dan 8 pura/kelenteng/vihara. Selain itu, terdapat sarana /fasilitas

pendidikan agama, yaitu 32 Madrasah Aliyah, dan 206 pondokpesantren.

Secara umum tingkat pendidikan SD/MI merupakan tingkat pendidikan

terbanyak yang dicapai oleh penduduk Kabupaten Purwakarta. Yaitu 33.42%

laki-laki dan 38.67% perempuan. Penduduk yang mencapai tingkat pendidikan

perguruan tinggi dan akademi/dipeloma hanya sedikit, yaitu laki-laki 1,57% dan

1,09, perempuan 1,13%, dan 0,49%.

Sarana pendidikan formal terdiri atas Sekolah Dasar 446 unit, Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama 41 unit, Sekolah Menengah Umum 18 unit, Sekolah

Menengah Kejuruan 18 unit, dan 4 perguruan tinggi dengan jenjang pendidikan

Strata 1. Dalam upaya meningkatkan kemajuan di bidang pendidikan secara

kuantitas dan kualitas, dikembangkan intensifikasi pendidikan formal dan non

Page 14: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

82

formal. Selain itu berlangsung pula latihan keterampilan kerja dan pendidikan

kaum wanita melalui Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.

Pelayanan Kesehatan Dasar dilaksanakan oleh 19 unit Puskesmas dan 54

unit Puskesmas Pembantu yang tersebar di seluruh Kecamatan. Fasilitas rujukan

dilayani oleh Rumah Sakit Umum Daerah “Bayu Asih” (Tipe C). Kegiatan

kesehatan kemasyarakatan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri melalui Pos

Pelayanan Terpadu berjumlah 833 unit Posyandu. Upaya pelayanan kesehatan

swasta dilaksanakan oleh Balai Pengobatan Swasta, rumah bersalin dan apotek,

serta fasilitas laboratorium kesehatan.

Kualitas kesehatan masyarakat mengalami peningkatan, sejalan dengan

perkembangan potensi pembangunan dan pengetahuan masyarakat mengenai

prilaku hidup bersih dan sehat. Secara normatif aspek yang ingin dicapai dalam

meningkatkan pembangunan manusia adalah meningkatkan Angka Harapan

Hidup (AHH), menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan menurunkan angka

kematian ibu melahirkan. Tahun 2001 angka kematian tercatat 52,68 per seribu

kelahiran hidup (Hardjasaputra, 2008: 42-44).

Berdasarkan kondisi geologinya, Purwakarta cukup kaya dengan bahan

tambang galian. Bahan tambang itu terdiri atas batu kali, batu andesit, batu

gamping, lempung, pasir, pasir kuarsa, sirtu, tras, fosfat, barit dan gips. Selain itu,

kondisi alam, termasuk jenis tanah berpengaruh pada keragaman hayatinya. Tanah

jenis alluvial dan latosol sangat baik untuk budidaya padi di sawah, palawija dan

perikanan darat.

Page 15: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

83

Jenis tanaman pangan yang dikembangkan oleh masyarakat adalah padi,

palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Potensi produksi sayuran terdiri dari

komoditas bawang, tomat, melinjo, buncis dan cabe. Komoditi buah-buahan

diantaranya pisang, nenas dan manggis. Sedangkan komoditi perkebunan yang

dijadikan unggulan adalah teh, bambu, kelapa, cengkeh, dan pisang abaka. Selain

itu, produksi hasil hutan berupa kayu pertukangan, kayu bakar, daun kayu putih

dan rotan. Sementara hewan peliharaan yang dikembangkan adalah sapi, kerbau,

domba, kambing, itik, ayam ras dan ayam buras. Selain perikanan kolam dan

perikanan air deras, perikanan jaring apung di Waduk Jatiluhur dan Cirata

merupakan potensi yang belum termanfaatkan secara optimal.

Salah satu bentuk keragaman hayati dan pelestarian plasma nutfah,

Kabupaten Purwakarta telah menentukan pohon Jamuju (Podocarpus imbricatus)

sebagai flora khas Kabupaten Purwakarta, serta ikan tawes (Puntius gonionotus),

dan ikan balidra (Notopterus chitala) sebagai fauna khas Kabupaten Purwakarta

(Hardjasaputra, 2008: 46).

Salah satu potensi penting dalam perekonomian Purwakarta adalah

industri, baik industri besar maupun industri sedang. Industri besar pada

umumnya berupa industri tekstil (termasuk benang tenun dan garment) dan bahan

kimia. Industri besar terkonsentrasi di Kecamatan Jatiluhur, Campaka dan

Bungursari. Hasil industri itu terutama benang tenun dan garment, memberikan

kontribusi besar bagi nilai ekspor sektor perdagangan. Sedangkan industri sedang

antara lain adalah industri keramik dan genteng yang berlokasi didaerah Plered.

Page 16: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

84

Industri keramik adalah salah satu potensi ekonomi yang ada di Kabupaten

Purwakarta, pada umumnya usaha keramik ini dilakukan oleh warga Desa Anjun

Plered secara turun-temurun, walaupun ada juga yang memulai bisnis ini tanpa

didahului oleh orang tua ataupun kerabatnya dalam arti kreatif mencari

pemasukan (uang) untuk mencukupi kebutuhan hidup. Selain itu masyarakat yang

ada di Kecamatan Plered juga mengusahakan industri genteng dan batu bata

dalam rangka memperbaiki taraf hidup mereka.

Melihat potensi alam serta keragaman hayati yang dimiliki Purwakarta

memungkinkan masyarakatnya mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan

tidak jarang pula banyak diantara penduduk di Kabupaten Purwakarta yang

bekerja sebagai buruh pabrik, selain dari profesi-profesi lain yang suudah lazim

dimiliki oleh penduduk yang ada di Indonesia (Hardjasaputra, 2008: 46).

3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Purwakarta

Kesenian tradisional yang berkembang dalam masyarakat akan

dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya masyarakat pendukungnya. Seni wayang

golek yang berkembang di Kabupaten Purwakarta tentunya juga dipengaruhi oleh

keadaan sosial budaya masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud sosial budaya

suatu masyarakat akan dicerminkan dalam suatu adat istiadat. Masyarakat

Purwakarta berpedoman pada adat istiadat Sunda. Masyarakat Sunda adalah

sekelompok orang yang hidup dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam

hidupnya menghayati dan menggunakan norma-norma serta nilai-nilai budaya

Sunda (Ekadjati, 1984: 130). Berdasarkan letak geografis Kabupaten Purwakarta

Page 17: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

85

yang masih berada dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan mayoritas mempunyai

penduduk dengan etnik Sunda, maka sudah sewajarnya bila bahasa yang

digunakan oleh masyarakat yang tinggal di Purwakarta adalah bahasa Sunda.

Secara umum masyarakat Purwakarta menggunakan bahasa Sunda berdialek

Priangan yang didalamnya terdapat undak-usuk basa (tingkatan bahasa). Menurut

pendapat Ardiwinata (1992: 20) dalam bukunya yang berjudul Tatakrama Oerang

Soenda yang menyatakan bahwa,

Dalam hubungan sehari-hari tingkatan bahasa Sunda yang dipergunakan di

Priangan meliputi :

1. Basa lemes pisan (bahasa yang sangat halus)

2. Basa lemes (bahasa halus)

3. Basa sedeng atau basa lemes keur sorangan (bahasa sedang atau bahasa

halus untuk diri sendiri)

4. Basa kasar (bahasa kasar)

5. Basa kasar pisan (bahasa sangat kasar).

Sebagian masyarakat Purwakarta terutama generasi tua, pemakaian undak-

usuk basa dalam komunikasi sehari-hari masih kuat dan sering digunakan, namun

di kalangan generasi muda pemakaian undak-usuk basa sepertinya sudah

memudar, artinya bahwa generasi muda sekarang sudah tidak lagi membedakan

tingkatan bahasa dalam komunikasi sehari-hari, namun bukan berarti mereka

sering menggunakan bahasa kasar.

Page 18: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

86

Sementara itu, masyarakat Purwakarta pada umumnya menganut agama

Islam, selain menjalankan kewajiban beragama dalam kehidupan sehari-hari

mereka masih memadukan antara ajaran agama dan adat. Hal ini dapat terlihat

dengan kebiasaan masyarakat Purwakarta bila akan memanen padi, mereka

umumnya selalu menyediakan sesajen untuk dipersembahkan pada sang penguasa

atas hasil panen yang baik. Setelah memanen padi selanjutnya masyarakat yang

umumnya para petani yang tinggal di Purwakarta selalu mengadakan selamatan

untuk mensyukuri hasil panen yang mereka peroleh. Dengan kenyataan seperti itu

menyebabkan susahnya untuk memisahkan antara adat dan agama karena kedua

unsur ini erat dan telah mengakar serta telah menjadi adat kebiasaan dan

kebudayaan masyarakat Purwakarta (wawancara masyarakat, 4 Agustus 2009).

Selain itu, masyarakat Purwakarta yang khususnya bermukim di pedesaan

banyak yang masih berkunjung ke makam-makam yang dianggap keramat untuk

menyampaikan permohonan atau doa sebelum mengadakan suatu usaha, pesta

atau perhelatan. Hal ini timbul karena masih adanya kepercayaan pada cerita-

cerita mitos, sehingga ajaran agamapun sering diliputi oleh kekuatan-kekuatan

gaib, seperti mengadakan upacara-upacara ritual apabila akan mendirikan rumah,

menanam dan memanen padi dan masih banyak hal lainnya yang dilakukan dan

bukan termasuk unsur-unsur agama Islam, tetapi masih sering dilakukan oleh

masyarakat setempat.

Cerita mitos dan nilai-nilai agama mempunyai fungsi untuk mengatur

sikap dan sistem nilai manusia serta mempertahankan tata tertib sosial dalam

lingkungan masyarakat yang belum banyak menggunakan prinsip-prinsip ilmu

Page 19: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

87

pengetahuan modern. Itulah sebabnya di daerah pedesaan disamping orang taat

menjalankan ajaran agama sering juga mereka melakukan hal-hal yang tidak

sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan kata lain sebagian besar dalam alam

pikiran masyarakat Purwakarta khususnya yang bermata pencaharian sebagai

petani dan berada di daerah pedesaan mengakui bahwa batas antara unsur-unsur

ajaran agama Islam dan bukan Islam berbanding tipis dan tidak dapat dibedakan.

Selain itu, nilai-nilai falsafah pewayangan juga sangat mempengaruhi

keadaan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Purwakarta. Seni pewayangan

dan padalangan mengandung unsur-unsur falsafah yang sangat berarti bagi

kehidupan manusia. Hal itu menunjukan bahwa seni pewayangan tidak semata-

mata hanya sebagai hiburan saja. Segala perlambang yang terdapat didalam dunia

pewayangan penuh dengan unsur-unsur yang meliputi silib, sindir, simbol, siloka

dan sasmita. Dari kelima unsur yang terdapat didalam seni pewayangan dan

padalangan tersebut dapat ditemukan falsafah tentang kehidupan. Demikian juga

dengan cerita atau lakon yang dibawakan Ki dalang selalu diakhiri dengan

kesimpulan dan memberikan penerangan mana yang baik dan buruk yang harus

bisa dibedakan oleh manusia dalam kehidupannya. Dari hal tersebut dapat dilihat

bahwa betapa banyaknya pelajaran hidup yang bisa didapat dari menonton

pagelaran kesenian wayang golek dab hal itu sangat berpengaruh pada kehidupan

sosial budaya masyarakat Purwakarta yang masih menggemari kesenian wayang

golek (Djunaedi, Penataran Dalang se Jawa Barat: 1981).

Page 20: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

88

B. Latar Belakang dan Perkembangan Kesenian Wayang Golek di

Purwakarta

1. Sejarah Masuknya Kesenian Wayang Golek ke Wilayah Purwakarta

Awal mula munculnya wayang golek tidak diketahui secara jelas karena

tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek

tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan

perkembangan dari wayang kulit. Disebutkan bahwa pada tahun 1583 M, Sunan

Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang

dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar mengemukakan

bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun “wayang purwo”

yang berjumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.

Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir,

bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit

sebagaimana halnya wayang kulit) oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.

Tidak sedikit dari masyarakat kita yang memiliki anggapan bahwa seni

padalangan atau pewayangan di Pasundan berasal dari Jawa Tengah. Hal ini

didasarkan pada kejadian sejarah bahwa orang Sunda pernah mendapat pengaruh

dari Mataram. Terlebih masih adanya bukti-bukti yang menguatkan hal tersebut,

diantaranya dalam pola raut (keureutan) muka wayang dan mahkota (hiasan

dikepala) yang meniru wayang kulit purwa. Kakawen atau suluk masih

menggunakan bahasa kawi atau Jawa Kuno, begitu pula dengan alur cerita

mengikuti pola cerita pujangga Jawa (Ki Dalang Suherman Elan Surawisastra,

wawancara, 2009).

Page 21: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

89

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa seni padalangan atau

pewayangan di Priangan datangnya dari Jawa Tengah, yang melewati Tegal dan

Cirebon. Akan tetapi, walaupun seni padalangan dan pewayangan berasal dari

Jawa Tengah tidak semua pola pagelaran dalam pertunjukan wayang meniru

wayang kulit purwa karena para seniman Sunda beranggapan bahwa pola

pagelaran wayang tersebut diolah dan diserasikan dengan selera masyarakat

Sunda, sehingga terjadi perbedaan antara wayang golek purwa di Jawa Barat

dengan wayang kulit di Jawa Tengah. Dengan kata lain, dalam pagelaran wayang

golek purwa, kita memiliki ciri khas sendiri (Soepandi, 1988: 23).

Mengenai sejarah masuknya wayang ke wilayah Priangan dijelaskan

bahwa sekitar tahun 1244 M wayang telah masuk ke Jawa Barat dibawa oleh

Prabu Surya Amiluhur. Bahkan, Brandes berpendapat sebelum datangnya

pengaruh Hindu para karuhun kita telah mengenal wayang. Namun, dari

pendapat-pendapat di atas kurang di sertai oleh bukti-bukti yang menguatkan

kebenarannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiryanapura mengenai asal-

usul Dalang, kita mendapatkan informasi mengenai sejarah masuknya wayang ke

Jawa Barat. Dijelaskan bahwa pada masa jabatan Bupati Bandung dipegang oleh

Indradireja atau Adipati Wiranatakusuma II yang menjabat tahun 1794-1829

berhasil mendatangkan dalang asal Tegal bernama Ki Dipa Guna Permana yang

bertugas menjadi dalang lebet atau dalang tetap di Kraton. Selain mementaskan

wayang Ki Dipa Guna Permana juga menurunkan keahliannya pada Ki Gubyar

yang menyebarkan wayang di Purwakarta dan Ki Klungsung yang menjadi guru

Page 22: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

90

Dalang-dalang di Garut. Jadi, dapat dikatakan bahwa Ki Dipa Permana

merupakan leluhur para Dalang di Pasundan atau Jawa Barat dan Ki Gubyar

sebagai dalang yang berhasil menyebarkan kesenian wayang golek di wilayah

Purwakarta.

Setelah Adipati Wiranatakusuma II lengser dan digantikan oleh Dalem

Karang Anyar atau Adipati Wiranatakusuma III tahun 1829-1846 menjabat

sebagai bupati Bandung, beliau memanggil dua dalang asal tegal, yaitu Ki

Darman dan Ki Surangsing. Kedua dalang tersebut mendapatkan tugas yang

berbeda, dimana Ki Darman ditugaskan untuk mencoba membuat wayang dari

bahan kayu atau wayang golek purwa dan kemudian menetap di Cibiru,

sedangkan Ki Surasungsing membuat gambelan sebagai pengiring jalannya

pertunjukan wayang dan kemudian beliau menetap di Cimahi.

Cerita-cerita Purwa merupakan sastra agama Hindu yang mengkisahkan

kepahlawanan misalnya Ramayana dan Mahabarata. Kedua sastra tersebut dengan

cepat menyerap dan menyebar di Indonesia, karena adanya keselarasan antara

kegemaran masyarakat pada waktu itu dengan isi cerita kedua epos tersebut.

Dengan diterimanya kebudayaan Hindu oleh masyarakat kita, maka timbul

akulturasi antara kebudayaan lokal, dalam hal ini kepercayaan animime-

dinamisme dengan kebudayaan Hindu. Berangkat dari sinilah banyak para

pujangga mulai menyalin kakawen-kakawen yang berasal dari bahasa sangsakerta

kedalam bahasa Jawa Kuno atau bahasa kawi dimana kedua bahasa tersebut lebih

dimengerti oleh masyarakat pada waktu itu.

Page 23: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

91

Sebelum membahas mengenai sejarah masuknya wayang khususnya

wayang golek ke Priangan, penulis sedikit menjelaskan mengenai sejarah

masuknya dan berkembangnya wayang secara umum.

Secara umum wayang merupakan seni kalangenan (jenis kesenian yang

tidak dipertontonkan bagi masyarakat umum dan hanya dipertunjukan

untuk hiburan kalangan tertentu) yang sangat akrab bagi sebagian besar

masyarakat Indonesia terutama masyarakat pulau Jawa. keberadaanya terus

berkembang dalam budaya bangsa Indonesia. Wayang dengan bentuk

pagelarannya merupakan karya cipta asli bangsa Indonesia yang diakui oleh

UNESCO sebagai karya adhi luhung dunia. Tahun 1988 di pulau Jawa terdapat

kurang lebih 40 jenis wayang yang digolongkan menurut ceritanya, cara pentas

dan cara pembuatannya. Kini hampir sepertiganya telah punah.

Menyusuri keberadaan wayang harus seiring dengan sejarah

perkembangan agama Hindu di Indonesia. Bukti awal tentang keberadaan

wayang terdapat diantaranya dalam prasasti Tembaga yang bertahun 840 M (762

Saka), isinya menyebutkan salah satu jenis pekerjaan yang bernama “Aringgit”

yang mengandung arti tukang wayang atau Dalang. Tukang Wayang atau Aringgit

ini juga dikenal dengan nama “Juru bharata” yaitu orang yang mampu medar

lalakon turunan Bharata, sama halnya dengan sebutan juru pantun yaitu orang

yang mampu medar (menceritakan) cerita pantun (wawancara dengan Ki Dalang

Suherman, 2009).

Kemudian dalam prasasti Ugrasena (896 M) disebutkan beberapa

kelompok kesenian, diantaranya yang disebut “Parbawayang”, atau pertunjukan

Page 24: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

92

wayang. Prasasti Balitung (907 M/829 saka) juga menyiratkan keberadaan

wayang yang tertera dalam kalimat “Sigaligi mawayang buat Hyang, macarita

Bhima Kumara”.

Menurut sumber lain (Jajang Suryana, 2001) bukti lebih tua dari yang

tercatat dalam Prasasti Tembaga, bahwa sekitar 778 M masa Wangsa Syailendra

hingga 907 M masa Wangsa Sanjaya keberadaan wayang, terutama wayang kulit

telah ada dan sering menampilkan cerita tentang roh nenek moyang, selanjutnya

setelah adanya akulturasi dari agama Hindu cerita Ramayana dan Mahabharata

mulai populer.

Wangsa Sanjaya memliki kepekaan yang lebih kental dalam menafsirkan

ajaran Hindu Siwa yang menjadi agama resmi Mataram Kuno saat itu. Hal

tersebut diwujudkan dengan mendirikan komplek Candi di Dieng yang semua

unsurnya baik nama, arsitektur, maupun lokasinya diambil dari kitab Mahabarata.

Sehingga seluruh tempat di Dieng sarat nuansa pewayangan dari nama Kawah,

telaga, sampai nama candi yang terbagi dalam empat komplek, yakni kelompok

Candi Dwarawati dan Parikesit, kelompok Candi Dwarawati Timur, kelompok

Candi Setyaki, Ontorejo, Petruk, Nala Gareng, dan Nakula-Sadewa, serta

kelompok Candi Arjuna, Semar, Sembodro, Puntadewa, dan Srikandi.

Umumnya setiap Candi Hindu dihiasi dengan relief dari kisah-kisah

wayang. Fragmen-fragmen tersebut merupakan substansi ide yang akhirnya

mendorong kalangan para seniman pada waktu itu untuk memvisualkannya dalam

bentuk lainnya. Adanya indikasi demikian maka peranan Candi Hindu dimasa

Page 25: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

93

Wangsa Sanjaya sebagai trah Galuh menjadi pemicu awal terciptanya seni

wayang di Nusantara.

Menurut perkiraan para Dalang berdasarkan cerita turun temurun. Wayang

kulit awal terbuat dari kulit kayu dengan dengan cerita berdasarkan Mahabharata

yaitu cerita Bhima Kumara. Selanjutnya muncul wayang yang dibuat dari daun

lontar (disebut wayang purwa awal). Dalam cerita Jawa, yang memiliki wayang

purwa adalah Sri Jayabaya, ketika bertahta di Mamongan, Kediri ( 939 M).

terbuat dari daun tal dan menggambarkan wajah para dewa, manusia zaman purba

atau purwa yang ditiru dari bentuk arca. Sedangkan wayang yang terbuat dari kulit

binatang diciptakan oleh Raden Panji Inukertapati pada 1223 M (Raden Panji

Ksatriaan) ketika menjadi Raja di Janggala. Tokoh yang berjuluk Prabu Surya

Amisena ini sebelumnya juga mengembangkan wayang daun tal. Pada jaman

itulah pertunjukan wayang kulit dengan semua kelengkapanya mulai terbentuk,

termasuk tatabeuhan dengan laras salendro dan awal penggunaan kakawen yang

begitu berpengaruh kepada perkembangannya. Kepopuleran pertunjukan wayang

juga tercantum dalam Kakawih Arjunawiwaha yang digubah oleh Empu Kanwa

sekitar abad ke 11. Hal itu menandakan bahwa seni wayang saat itu telah

berkembang dan berpengaruh serta sangat digandrungi oleh masyarakat.

Kemunculan wayang kulit yang kemudian diikuti oleh pertumbuhan

Wayang Lontar ( sekitar 934 M), dan wayang kertas atau wayang beber

( sekitar 1140 M ), menjadi awal morfologi dimensi bentuk selanjutnya. Pada

tahun 1315 Raja Brawijaya V menciptakan wayang krucil atau wayang klitik.

Jenis ini merupakan boneka dengan bahan dasar kayu namun bentuknya pipih,

Page 26: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

94

mendekati bentuk wayang kulit, sedangkan raut tokoh-tokohnya merupakan tiruan

dari raut wayang beber. barulah pada awal abad ke 16 muncul wayang tiga

dimensi yang disebut golek.

Perubahan ideologi agama dari masa Hindu dan Buddha ke masa Islam

juga berpengaruh kuat terhadap tatacara pagelaran wayang. Tahun 1515 Raden

Patah yang berkuasa di Demak merubah bentuk wayang agar tidak mirip

manusia (karena diharamkan dalam ajaran Islam). Penokohan wayang satu persatu

dipisahkan mandiri dan tidak di beberkan. Wayang tersebut terbuat dari kulit dan

diberi sampurit (jepitan) untuk menancapkan wayang. Namun belum ditatah,

hanya diberi warna saja untuk membedakan tokoh. Raden Patah dibantu oleh para

wali diantaranya Sunan Giri menciptakan keragaman tokoh wanara pada lakon

Ramayana. Sunan Bonang menciptakan bentuk-bentuk binatang seperti gajah,

kuda, garuda dan sebagainya. Sunan Kalijaga mengatur kelir, gebog dan

belincong. Sedangkan Raden Patah sendiri selain merubah gambar wayangnya

juga menciptakan Gugunungan serta mengatur janturan wayang. Karena ide

Sunan Kalijaga yang menciptakan kelir, gebog dan belincong yang menimbulkan

efek bayangan sehingga kemudian timbul anggapan bahwa wayang dimaknai

sebagai bayang-bayang manusia adalah berkat jasanya Sunan Kalijaga. Karena

sebelumnya tidak ada pagelaran wayang yang menggunakan bayangan sebagai

titik tampilan, sehingga pertunjukannyapun harus malam hari.

Saat itu wayang kulit mencapai masa keemasannya. Bahkan oleh para wali

sering pagelaran wayang pergunakan sebagai media ampuh penyebaran agama

Islam. Menurut beberapa cerita, Sunan Kalijaga mempunyai cara yang jitu untuk

Page 27: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

95

mengislamkan masyarakat yaitu dengan menggratiskan setiap pagelaran wayang.

Dan penonton hanya diwajibkan mengucapkan kalimah syahadat sebagai syarat

menonton pagelaran.

Kehadiran wayang trimatra baru muncul setelah perkembangan wayang

dwimatra semakin popular, Catatan khusus tentang wayang golek ditulis

diantaranya oleh M.A Salmun dan R.M Ismunandar, dengan kalimat senada

mereka menjelaskan bahwa pada abad ke 16 atau pada tahun 1583 M, Sunan

Kudus membuat wayang yang dapat dimainkan dengan kayu sehingga

pertunjukan wayang dapat dilaksanakan pada siang hari karena sebelumnya

pertunjukan wayang kulit harus dimalam hari.

Lebih rinci Ismunandar menjelaskan bahwa bentuk wayang seperti

boneka tersebut, mengambil bentuk ”wayang purwo” dengan cerita-cerita menak

(berjumlah tujuh puluh buah), diiringi gamelan salendro dan pertunjukanya tidak

memakai kelir, hanya memakai plangkan ( tempat meletakan wayang golek yang

terbuat dari kayu). Wayang ini disebut wayang golek. Wayang jenis ini

merupakan wayang yang berdiri utuh, bukan lagi wayang sebagai penutup pada

setiap pertunjukan wayang kulit, seperti yang disebutkan oleh sejumlah penulis

bahwa setelah usai pertunjukan wayang kulit, biasanya menjelang akhir pagelaran

selalu ditampilkan tarian dengan menggunakan wayang golek wanita dengan

tokoh yang tidak terdapat dalam cerita wayang.

Pada Wayang Golek Sunda saat ini, tarian tersebut dikenal dengan istilah

tari maktal yang dipakai di awal cerita. Golek sendiri dalam bahasa Jawa

mengandung arti mencari (nggoleki), dalam kaitannya sebagai penutup pagelaran

Page 28: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

96

dimaksudkan agar penonton dapat mencari makna atau inti pelajaran dari cerita

yang di gelar. Di Jawa Barat keberadaan wayang disinyalir sudah ada sebelum

abad ke 16 M, hal itu tersurat dari sumber naskah sejarah yang bernama

Sanghiang Siksa Kandang Karesian.

Naskah ini dianggap sebagai sumber sejarah yang lengkap karena

mempunyai isi semacam Ensiklopedia tentang pemerintahan, kepercayaan,

kebudayaan, kesusastraan, pertanian, etika, kemiliteran dan lain-lain dari

masyarakat sunda. Naskah dengan candrasangkala “nora catur sagara wulan”

atau 1440 saka ( 1518 M) merupakan petuah Sang Sadu sebagai prinsif hidup

masyarakat sunda. Pada poin ke empat tertulis Mikukuh Darma Pitutur yang

salah satunya petuahnya adalah menyangkut aspek budaya.

Khusus mengenai wayang, naskah ini menyebutkan : “ Hayang dek

nyaho di sakweh ning carita ma, geus ma: Darmajati, Sanghyang Hayu,

Jayasena, Sedanama, Pujayakarna, Ramayana, Adiparwa, Korawasrama,

Bimasorga, Ranggalawe, Boma, Sumana, Kalapurbaka, Jarini, Tantri.

Sing sawatek caritama, mamen Tanya ” , artinya : jika ingin tahu semua cerita

seperti Darmajati …. Dst. Segala sifat cerita bertanyalah kepada memen

(Dalang). Istilah memen atau dalang juga disebut dalam kata yang berbeda, yaitu

pada poin ke 5 yang disebut Ngawakan Tapa Di Nagara, tertulis kalimat “sing

sawatek guna, aya ma satya diguna di kahulunan, eta kehna turutaneun,

kena eta ngawakan tapa di nagara”.

Maksudnya, setiap orang yang memiliki keahlian, mulai dari anak gembala

sampai kepada pembesar negara, membaktikan keahliannya ke pada negara

Page 29: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

97

dengan penuh kesetiaan. Aneka keahlian yang tersebut salah satunya adalah medu

wayang atau dalang wayang. Dari keterangan tersebut, keberadaan seni wayang

di tatar sunda sudah berkembang pada masa itu. Melihat naskah tersebut yang

memuat berbagai aspek budaya dengan lengkap, maka boleh jadi keberadaan

wayang sendiri sudah ada pada masa-masa sebelumnya. Bahkan tidak menutup

kemungkinan keberadaaanya seiring dengan awal perkembangan wayang jaman

Mataram Kuno (masa Wangsa Syailendra dan Sanjaya, 778 M). Namun

perkembanganya untuk menjadi seni pertunjukan, tidak sepesat di wilayah Jawa.

Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama

khususnya Hindu yang mengalami akulturasi dengan ajaran asli sunda yaitu

agama Sanghyang.

Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian tidak menyebutkan jenis

wayang yang pernah ada pada masa itu, namun dapatlah ditarik kesimpulan

sepertinya para dalang (memen/medu wayang) mementaskan pagelaran wayang

dengan jenis wayang kulit atau wayang beber, seiring dengan populernya wayang

tersebut di wilayah Jawa pada masa itu. Menurut M.A Salmun pada buku

Padalangan 2 yang dicetak tahun 1954 masuknya wayang ke sunda berkat jasa

putra Prabu Surya Amisena yang bernama Maha Prabu Mahesa Tandreman

(Prabu Surya Amiluhur) yang menjadi raja di Pajajaran setelah kerajaan Janggala

yang diperintah sebelumnya, hancur tersapu banjir besar. (Namun keterangan

tentang tokoh ini tidak cocok dengan kajian sejarah Sunda). Raja inilah yang

mengembangkan wayang di Pajajaran. Malah tahun 1224 M , bahan wayang dari

daun lontar diganti dengan daluang, sejenis kertas yang tebal dan liat terbuat dari

Page 30: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

98

papagan saeh (papagan: irisan kayu, saeh: sejenis pohon yang kulitnya

bisa dipakai untuk membuat daluang/karton). Ukurannya ditambah, baik

tinggi maupun besarnya agar dapat terlihat dari jarak jauh.

Pada saat penyebaran agama Islam di Jawa Barat terutama di Cirebon,

tahun 1479-1568 wayang kulit juga dimanfaatkan oleh Sunan Gunung Jati sebagai

media pengislaman penduduk dengan menggunakan cara yang sama dengan

metode Sunan Kalijaga di Jawa Tengah. Daerah Sunda yang pertama kali

tersentuh oleh wayang golek yang diciptakan Sunan Kudus adalah daerah

Cirebon dengan nama Wayang Cepak yang mulai dikenal pada abad ke 16 pada

zaman Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati). Setelah itu kemudian tersebar

ke berbagai daerah terutama setelah adanya jalan Pos yang dibuat antara tahun

1808 sampai 1811 maka perkembangannya lebih jauh masuk ke daerah Priangan.

Sedangkan wayang golek purwa di Sunda mulai dikenal di abad ke 19 dengan

dibukanya jalan raya Daendels yang menembus daerah pedalaman priangan.

Selain Wayang Golek yang mulai digemari di wilayah pedalaman, tumbuh

pula varian wayang lainnya. Seperti Wayang Wong Sunda dan Wayang

Lilingong. Wayang Lilingong bisa disebut sebagai tiruan dari konsep Wayang

Krucil. Wayang Suluh muncul di Jawa Tengah setelah usai Perang Dunia ke II

yang diciptakan oleh Generasi Baru Angkatan Muda Republik Indonesia

berdasarkan keputusan Kongres Pemuda RI ke 2 yang difungsikan untuk memberi

penerangan tentang arti dan tujuan perjuangan revolusi kepada masyarakat yang

buta huruf pada waktu itu. Ceritanya diangkat dari kisah- perjuangan seperti

Perang Surabaya, Linggarjati, dan Perundiangan Renville . Maka tokoh-

Page 31: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

99

tokoh seperti Bung Karno, Bung Tomo Bung Hatta sampai van Mook dan Jendral

Spoor pun diukir dari bahan kulit.

Sedangkan di Jawa Barat muncul Wayang Golek Modern yang diciptakan

oleh R. Umar Partasuanda. Gagasan Wayang Modern tersebut timbul manakala

Jepang melarang adanya pertunjukan kesenian melewati pukul 12 malam.

Sedangkan pagelaran Wayang Golek biasanya sapeuting jeput. Akhirnya timbul

inisiatif untuk meringkas lakon dari 10 jam menjadi 3 jam tanpa kehilangan

essensi cerita. Kegiatan ngawayang ini ditampilkan di Jawatan Radio Jepang

dengan istilah ditambul.

Kemudian Partasuanda mengambil konsep atau unsur sandiwara untuk

dimasukan dalam pagelaran wayang diantaranya, dalang harus bisa lebih dari 2

orang, kemudian adanya setting/background yang dapat diganti-ganti sesuai

dengan suasana cerita. Dan ditunjang juga dengan adanya effek, baik lighting,

sound, sampai ke teknik pertempuran yang menggunakan arus listrik. Wayang

Modern tersebut bisa dikatakan sebagai hasil modifikasi dari teknik pembuatan

sebuah film (wawancara dengan Ki Dalang Suherman, 2009).

Dari penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa masuknya seni wayang golek

ke wilayah Purwakarta tidak terlepas dari sejarah masuknya wayang ke daerah

Priangan, karena wilayah Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat

maka tidak berlebihan pula bahwa seni wayang golek yang ada di Purwakarta

mendapat pengaruh langsung dari dalang yang menjadi pelopor berkembangnya

seni pewayangan dan padalangan yang berasal dari Jawa Tengah. Terlepas dari

hal tersebut Purwakarta juga memiliki kesenian daerah yang bersumber dari

Page 32: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

100

kesenian Jawa Barat itu sendiri. Sesuai dengan trend atau perubahan zaman, seni

yang ada di Kabupaten Purwakarta pun berkembang sampai akhirnya memiliki

identitas tertentu, terutama dalam bentuk gerak, tari, gaya, peralatan dan busana.

Masyarakat yang ada di Kabupaten Purwakarta masih berupaya

mempertahankan kesenian tradisional dari generasi ke generasi. Keberhasilan

masyarakat Purwakarta dalam mempertahankan kesenian-kesenian tradisional

terlihat dari masih bertahannya kesenian-kesenian tradisional tersebut sampai saat

ini, termasuk kesenian wayang golek purwa yang keberadaannya masih

dilestarikan sebagai salah satu warisan budaya bangsa.

2. Pertunjukan Kesenian Wayang Golek Purwa

Sebelum melaksanakan pagelaran wayang golek, dalang biasanya

melakukan ritual-ritual sebagai berikut :

1. Membakar kemenyan, dengan tujuan :

- Memanjatkan doa dan memohon perlindungan kepada Tuhan YME

- Menerapkan mantra atau jampi dengan tujuan memberikan sugesti kepada

penonton agar tidak meninggalkan pagelaran sebelum selesai.

2. Penyajian lagu yang dianggap sakral dan judulnya sesuai dengan adat atau

kebiasaan di daerah dimana pagelaran diselenggarakan. Misalnya di

Kabupaten Purwakarta dan Subang serta di beberapa daerah lainnya lagu

Kembang Gadung (wawancara Ki Dalang Suherman, 2009). Berikut

adalah syair lagu Kembang Gadung yang sering dinyanyikan dalam

pagelaran kesenian wayang golek Purwa khususnya di daerah Purwakarta.

Page 33: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

101

Kembang Gadung

Muji Syukur Ka Hyang Agung Ka Gusti Nu Maha Suci Kembang Gadung nu kahatur Ka sadaya kaom dangu Neda jembar hampurana Ka Gusti Nu Maha Suci Neda diaping dijaring Neda sapa’at pangriksa Sareng ka para karuhun Nyanggakeun ieu pangbakti Ulah bade hiri dengki Kembang gadung nu kahatur Nyanggakeun ieu pangbakti Pangbakti ti seuweu siwi.

Setelah melakukan ritual-ritual yang biasa dilakukan oleh Ki dalang,

selanjutnya pertunjukan wayang digelar, dan waktu penyelenggaraan biasanya

dilakukan semalam suntuk. Dalam penyelenggaraan pertunjukan wayang terdapat

struktur pertunjukan yang diawali dengan :

1. Tatalu

Tatalu merupakan suatu tanda pertunjukan wayang akan dimulai, selain itu

tatalu mempunyai fungsi untuk menarik masa atau penonton. Tatalu dimainkan

sebelum dalang naik ke atas panggung dan tatalu merupakan bentuk pagelaran

yang dimainkan di luar garapan dalang.

2. Tari Maktal atau Ngembankeun

Tari maktal atau ngembankeun merupakan pertunjukan awal dalang yang

bertujuan memperlihatkan keahlian dalang dalam menarikan wayang.

Page 34: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

102

3. Jejer

Yang dimaksud dengan jejer merupakan babak pertama dalam pagelaran

wayang golek dan Jejer merupakan awal permasalahan dari seluruh rangkaian

cerita yang akan digarap oleh dalang selama pagelaran. Jejer bila dilihat dari segi

filosofisnya merupakan simbol lahirnya manusia ke alam dunia.

4. Bebegalan

Bebegalan merupakan suatu adegan yang secara filosofis menggambarkan

bahwa manusia dimana sudah dewasa akan bertemu dengan masalah-masalah

hidup, oleh karena itu didalam babak bebegalan selalu diceritakan adanya

gangguan dari sekelompok perusuh yang akan menghalangi perjalanan tokoh yang

diceritakan dalam babak jejer. Secara otomatis dalam bebegalan kelompok

penghambat harus terkalahkan oleh tokoh utama dalam jejer. Selain itu, babak

bebegalan merupakan babak demonstrasi dalang dalam mempertontonkan teknik

olah wayang dalam adegan perang, sekaligus untuk merubah suasana penonton

dari situasi serius memperhatikan cerita jejer kepada situasi yang lebih menarik

yaitu dengan menyaksikan adegan peperangan dalam cerita wayang.

5. Nagara Sejen

Negara sejen merupakan adegan lanjutan dari babak jejer dengan tokoh

yang berbeda. Bila dilihat unsur filosofisnya Negara sejen menggambarkan

bahwa hidup di dunia ini ternyata makin lama manusia akan terus diuji dalam

rangka menguatkan jati dirinya serta mengasah kebijaksanaannya dalam

menghadapi segala masalah yang datang terus menerus dalam kehidupannya.

Page 35: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

103

6. Perang Kembang

Perang kembang merupakan adegan peperangan antara tokoh yang

diceritakan pada jejer dengan tokoh lain yang ada pada jejer Nagara sejen atau

yang lainnya sesuai alur cerita. Secara filosofis hal itu menggambarkan bahwa

tantangan hidup yang dihadapi manusia akan semakin banyak dan akan semakin

tinggi pula resiko yang akan dihadapi olehnya.

7. Patapan

Patapan adalah adegan selanjutnya yang biasanya menampilkan tokoh

agamis. Dalam tokoh adegan pada umumnya, tokoh utama dalam adegan yang

diceritakan jejer memohon pertolongan kepada tokoh didalam adegan patapan

untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya. Secara filosofi hal

itu menggambarkan bahwa manusia semakin tua harus banyak mendekatkan diri

kepada hal-hal yang baik.

8. Perang Ruket atau Perang Akhir

Perang ruket merupakan adegan terakhir dari suatu jalan cerita yang

digarap oleh dalang dan merupakan klimaks cerita. Dalam adegan ini tokoh yang

dijadikan peran utama dalam cerita berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapinya. Hal itu biasanya bisa berbentuk membuka tabir rahasia atau bentuk-

bentuk lain sesuai jalan cerita.

9. Tutug

Dalam adegan ini diceritakan berkumpulnya kembali tokoh yang dijadikan

peran utama dengan keluarga setelah dapat menyelesaikan segala permasalahan

Page 36: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

104

yang dihadapi, dan merupakan kesimpulan akhir dari cerita atau lakon yang

dipagelarkan (wawancara dengan Ki Dalang Suherman, 4 Agustus 2009).

1). Alat Musik dan Lagu yang digunakan dalam Pertunjukan Wayang

Golek Purwa

Karawitan dalam pertunjukan wayang merupakan salah satu seni yang

harus ada dan dipertontonkan. Adanya karawitan tidak bisa dipisahkan dari cerita

serta suasana lakon yang dipertunjukan. Oleh sebab itu dalan, juru kawih serta

juru gending harus seirama, satu jiwa dan satu rasa dalam pertunjukan kesenian

wayang golek. Misalnya dalang harus mempunyai suara yang bisa diubah-ubah

supaya bisa menimbulkan rasa sedih, bahagia, prihatin dan lain-lain. Sedangkan

juru kawih harus mengetahui bagaimana menyajikan rumpaka, bukan hanya

menuruti keinginannya sendiri, melainkan harus sesuai dengan adegan wayang

yang diperankan oleh dalang serta juru gending seharusnya mempunyai kepekaan

untuk membaca keadaan dalam cerita yang diperankan oleh dalang, misalnya bila

keadaan adegan wayang dalam cerita itu sedang sedih sudah seharusnya pula juru

gending menyajikan irama yang menggugah rasa sedih.

Dalam pertunjukan wayang golek keharmonisan yang dipertontonkan

bukan hanya dari segi penyajian dalang saja, tetapi harus ditunjukan pula dalam

segi posisi waditra-waditra gamelan yang dipakai. Keteraturan posisi waditra

sangat berpengaruh pada kualitas suara yang di hasilkan, serta hubungan fungsi

tabeuh setiap waditra. Seperti gambar di bawah ini adalah susunan posisi waditra

gamelan wayang golek gaya Priangan.

Page 37: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

105

Posisi Waditra-waditra Gamelan Wayang Golek Gaya Priangan

(Soepandi, 1988: 183).

Instrumen atau waditra yang tergabung didalam unit gamelan wayang

golek purwa secara lengkap dan mempunyai fungsi yang tidak dapat dipisahkan

satu sama lainnya, waditra tersebut adalah:

• Rebab

• Kendang

• Gambang:

• Bonang

• Rincik (Bonang panerus)

• Saron pangbarep (Saron I)

• Saron II/Saron anak

JAGAT PANGGUNGAN/RAJA

JAGAT PASEBAN/PATIH JANTURAN KENCA

JURU LADEN II

BONANG

KOTAK

DALANG JANTURAN KATUHU

JURU LADEN I

REBAB GAMBANG

PASINDEN JURU ALOK

GENDER SARON I SARON II PEKING

KENDANG

KEMPUL GOONG KENONG

Page 38: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

106

• Peking

• Demung

• Jengglong

• Kempul dan Gong

Selain yang disebutkan di atas, kadang-kadang ada beberapa waditra atau

instrumen yang sengaja dihilangkan mengingat kondisi keuangan yang tidak

memadai, diantaranya yaitu waditra rincik atau peking. Didalam

perkembangannya, gamelan wayang yang lengkap adalah gamelan yang terdiri

atas gamelan pelog-salendro bahkan ada yang mempergunakan gamelan

surupan/laras/angga nada madenda atau minor di samping gamelan pelog dan

salendro.

Disamping kelengkapan waditra atau instrumen yang digunakan dalam

pertunjukan wayang golek, hal lain yang harus diperhatikan adalah lagu yang

dinyanyikan pada saat pertunjukan wayang golek berlangsung. Lagu atau

kakawen berasal dari kata Ka-kawi-an, kawi berarti bahasa kawi atau Jawa kuno.

Selain itu, ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa kakawen berasal dari

kata Ka-kawih-an, Kawih adalah lagu-lagu sekaran di daerah Pasundan. Dengan

kata lain kakawen adalah lagu-lagu Sunda yang terdapat dalam salah satu sekaran

(Soepandi, 1988: 137-138).

Dalam seni padalangan Jawa atau di beberapa tempat di Jawa Barat

kakawen sama artinya dengan suluk. Oleh karena itu banyak dalang yang

mengatakan bahwa lagu yang termasuk kakawen disebut suluk. Suluk berasal dari

kata seloka yang artinya adalah simbol-simbol, pepatah, dan penerangan-

Page 39: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

107

penerangan yang di rangkai kedalam syair atau puisi. Sedangkan menurut Prabu

Harjono, suluk adalah lagu-lagu yang dinyanyikan oleh dalang memakai syair

yang memberi penerangan atau petuah-petuah kepada masyarakat (Salmun, 1981:

22).

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa kakawen ialah

lagu-lagu sekaran yang di nyanyikan oleh dalang yang menggunakan bahasa

Kawi/Jawa Kuno yang dirangkai menjadi puisi dalam rangka memberikan

penerangan atau petuah kepada masyarakat.

Adapun kakawen yang sering digunakan dalam pagelaran wayang golek

adalah sebagai berikut:

Saur Nira

Saur nira tan ana panjang Sininggih sabda uninga Saur nira tan ana panjang

Sininggih sabda uninga Wala bakti dening asih Ya dening asih Wong asih ora ketara

Betet Ijo

Betet ijo kepodang ulese kuning Abang matuke ulese keduwung Sandang rawit puter gemeke ya lurik lurik Kadya bocah nganggo kakalung Sendon/Telutur

Sri tinon pasewakan Busana maneka warna Kebakpuspiteng udiana Miang hajrah sarwarukma Renggengmanik nawata narawata Narawungkang majuwala najuwala

Page 40: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

108

Saur nira adalah kakawen yang dilantunkan oleh dalang pada awal babak

setelah murwa (kakawen awal) yang kemudian dilanjutkan oleh syair Betet Ijo dan

diakhiri oleh Sendon/Talutur. Selanjutnya bila cerita berganti babak, maka diawali

dengan kakawen lainnya yang disesuaikan dengan adegan, contohnya :

• Adegan di dalam kraton mempergunakan kakawen syair Gedong Duwur.

Gedong Duwur

Gedong duwur kari samun Pagulingan sepi tingtrim Petetan samya murag Balingbing lan jeruk manis

Artinya:

Gedung tinggi sunyi senyap

Peristirahatan dingin sejuk

Tunas berjatuhan

Belimbing dan jeruk manis

• Sedangkan bila adegan tersebut menceritakan lakon berada didalam hutan

maka kakawen yang dipakai adalah Kayu Agung.

Kayu agung

Kayu agung babar wite Samya rembel godonge Samya rogol ya pangpange Sekar mekar ing galihe Pandele si pandan arum

Selain itu, dalam pertunjukan seni wayang terdapat nilai-nilai kebudayaan

tradisional yang dapat diwariskan pada generasi muda sekarang, nilai-nilai

tradisional tersebut antara lain adalah :

Page 41: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

109

a. Seni Ukir

Seni ukir yang terdapat dalam wayang golek dapat dilihat pada bentuk

ukiran muka wayang. Bentuk tersebut menjadi ciri khas atau karakteristik

dari wayang, yang antara lain ialah Ladak yaitu karakteristik wayang yang

bersifat sombong, angkuh dan selalu berperan antagonis sedangkan

Lungguh adalah karakteristik wayang yang menggambarkan karakter

pendiam dan berbudi luhur.

b. Seni Rupa

Seni rupa yang terdapat dalam wayang golek dapat dilihat dari warna-

warna polesan cat pada setiap wayang. Polesan cat dan warna yang

digunakan menggambarkan karakter dan mengandung arti misalnya,

- Skema warna merah menggambarkan kebringasan, sifat toma

(angkara murka), ketidaksabaran, rasa wera (amarah).

- Hitam dan biru menggambarkan ketentraman, kebangkitan rohani,

dan kedewasaan.

- Warna putih menggambarkan kemurnian, budi luhur dan tata

krama.

- Warna mas dan kuning merupakan ciri khas para narapati dan

kaum ningrat.

c. Seni Suara

Seni suara yang terdapat dalam wayang golek dapat didengarkan dalam

bentuk tembang-tembang Sunda yang dibawakan oleh Juru kawih, yang

Page 42: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

110

mengiringi atau mengisi acara pada saat pertunkukan wayang sedang

berlangsung.

d. Seni Tari

Seni tari yang terdapat dalam wayang golek dapat dilihat pada saat dalang

mempertunjukan tarian yang dibawakan oleh wayang.

e. Seni Sastra

Seni sastra yang terdapat dalam wayang golek dapat didengarkan dalam

bahasa yang digunakan dalam pagelaran wayang golek. Bahasa yang

digunakan bukan bahasa sehari-hari tapi menggunakan bahasa kraton.

Selain dari tata bahasa yang digunakan seni sastra dapat dilihat dari

penulisan cerita wayang seperti cerita Ramayana dan Mahabarata.

f. Tata Krama

Nilai tata krama yang terdapat dalam wayang golek dapat dilihat pada

ketaatan para dalang memeang teguh aturan atau pakem padalangan.

Selain itu nilai tata krama tersebut bisa dilihat dari bagaimana cara

meletakan wayang dalam sikap berdiri ataupun duduk pada orang yang

dianggap lebih tua (wawancara dengan Ki Dalang Suherman, 2009).

2). Anggota dalam Pertunjukan Wayang Golek Purwa

Garapan pagelaran wayang baik wayang kulit maupun wayang golek tidak

terlepas dari unsur-unsur pendukung. Unsur pendukung yang dimaksud meliputi

Dalang, nayaga, dan juru kawih. Ketiga pendukung yang secara khusus ini terkait

erat untuk mengadakan pertunjukan atau pagelaran wayang. Baik atau tidaknya

Page 43: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

111

pertunjukan wayang yang mereka sajikan kepada para penonton, tentunya sangat

dibutuhkan kekompakan atau harmonisasi garapan. Ketiga unsur tersebut harus

benar-benar profesional, dan didukung pula dengan peralatan yang memadai,

seperti gamelan, wayang/golek, panggung dan pengeras suara.

1. Dalang

Seseorang yang telah mendapat predikat dalang yang oleh sebagian

masyarakat sangat dihormati, sehingga apabila mereka memanggil seseorang

dengan sebutan dalang harus diawali dengan kata Ki (kiayi) yang artinya orang

berilmu. Oleh karena ituki dalang sebagai peran utama dalam pagelaran wayang

dituntut untuk menguasai berbagai ilmu yang ada kaitannya dengan

pewayangan/padalangan, hal itu antara lain :

- Ilmu sejarah. Khusus sejarah pewayangan dari asal-usul wayang sampai

kepada falsafahnya.

- Ilmu sastra (Jawa, Sunda dan Sansekerta atau Kawi)

- Ilmu karawitan minimal seorang dalang harus mengetahui nada dan suara

gamelan

- Ilmu tari

- Ilmu teater

- Ilmu kawih, dll

Hal-hal yang disebutkan di atas harus sudah dipahami dengan benar oleh

seorang dalang karena ilmu tersebut merupakan pokok dalam suatu pagelaran

wayang. Bila dalang tidak menguasai ilmu-ilmu tersebut, maka akan timbul

Page 44: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

112

cemoohan dari masyarakat terutama penonton yang menyaksikan pertunjukan

wayang.

Dalam suatu pertunjukan wayang fungsi atau peran seorang dalang sangat

dominan sekali dan banyak yang harus mereka lakukan. Misalnya dalang sebagai

penulis naskah atau skenario, dalang sebagai sutradara, dalang sebagai pemeran

utama, dan dalang sebagai penata gending atau musik pengiring (pengatur lagu).

Oleh karena itu, baik atau buruknya suatu pagelaran sangat ditentukan oleh

seorang dalang.

2. Nayaga/Pangrawit

Nayaga tidak kalah pentingnya dalam pertunjukan wayang. Mereka dapat

menentukan warna pagelaran wayang, bahkan nayaga dapat menghancurkan

pagelaran walaupun seberapa pentingnya seorang dalang, bila nayaganya kurang

menguasai, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Nayaga harus tahu

makna cerita yang dibawakan oleh ki dalang, sehingga nayaga bisa memberikan

isi lagu yang sesuai untuk mewarnai sebuah cerita wayang.

Salah satu contoh, apabila adegan sedih tentunya gamelan yang dimainkan

oleh seorang nayaga harus turut mewarnai kesedihan cerita wayang, sehingga

akan menggugah hati penontonnya. Jangan sebaliknya adegan sedih diiringi oleh

gamelan jaipongan.

Nayaga harus memahami betul ilmu karawitan, mereka dituntut bisa

bekerjasama dengan para pendukung lainya sebagai nayaga yang propesional.

Page 45: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

113

3. Juru Kawih

Juru kawih di Jawa biasa disebut Waranggana (Warangono), di daerah

Jawa Barat atau Priangan biasa menyebutnya dengan sebutan “Sinden” atau “Juru

kawih”. Juru kawih artinya orang yang melantunkan lagu sebagai pendukung

dalam lakon yang dibawakan oleh ki Dalang.

Juru kawih merupakan pemacu dalam kelangsungan kehidupan

rombongan atau grup kesenian wayang golek dimana ia bergabung. Juru kawih

yang baik adalah Juru kawih yang menguasai ilmu kawih atau tarik suara serta

didukung pula oleh pribadi dan figur juru kawih itu sendiri. Juru kawih bisa

mewarnai cerita sesuai dengan kehendak cerita itu sendiri, seperti halnya seorang

nayaga. Disaat adegan sedih lagu yang ia bawakan harus turut mewarnai cerita

yang sedang di pentaskan sehingga penonton akan tertarik dan terbawa suasana

(wawancara dengan Ki Dalang Suherman, 2009).

3). Fungsi Kesenian Wayang Golek Purwa

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, khususnya

kepada Dalang wayang golek purwa, bahwa fungsi pertunjukan wayang golek itu

sangat beragam, akan tetapi fungsi ritual merupakan fungsi yang paling utama

dalam pertunjukan wayang, termasuk di daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Fungsi

pertunjukan wayang tersebut antara lain :

a) Upacara Ngaruat

Walaupun masyarakat kita telah banyak dipengaruhi oleh industrialisasi,

namun masih banyak desa-desa khususnya yang ada di Jawa Barat mempunyai

Page 46: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

114

mata pencaharian sebagai petani tradisional yang tidak terlepas dari seni upacara

adat setempat, antara lain adalah upacara Ngaruat. Upacara ini adalah upacara

yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari bahaya pemangsaan Batara Kala,

diantaranya dilakukan kepada anak tunggal, saramba (empat orang anak laki-

laki), serambi (empat orang anak perempuan), pandawa (lima orang anak laki-

laki), pandawai (lima orang anak perempuan), nanggung bugang (kakak dan adik

atau semua anak yang ada di keluarga tersebut meninggal), pindah rumah, dan

mendirikan banugunan baru.

Selain itu masyarakat Sunda juga percaya bahwa yang akan menjadi

mangsa Batara Kala itu adalah talaga tanggal kaosar (seorang anak perempuan

yang diapit oleh dua orang anak laki-laki), pancuran emas (seorang anak laki-laki

yang diapit oleh dua orang anak perempuan), ugang-aging (semua anak dalam

keluarga tersebut meninggal). Untuk menyelamatkan diri dari bahaya Batara Kala,

mereka harus diruat. Baik dengan menggunakan wayang golek (khususnya bagi

orang-orang yang mampu), maupun diruat dengan menggunakan pantun (pada

umumnya untuk mereka yang kurang mampu). Pada dasarnya ruatan harus

menceritakan Batara Kala atau Sudamala. Anak yang diruat pada pagi harinya

harus dimandikan dengan cai pangruatan (air bunga dalam bokor yang berisi

uang receh yang disebut cangkrub cai). Setelah dimandikan, maka anak tersebut

dianggap selamat dari ancaman sang Batara Kala.

b) Sedekah Bumi

Sedekah bumi adalah salah satu upacara penghormatan terhadap roh-

roh yang dipercaya sebagai menguasai tanah. Di Banten, penguasa tanah itu

Page 47: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

115

dinamakan guriang tanah. Upacara ini adalah upaya para petani yang

menghendaki agar produksi pertaniannya meningkat, dan dilaksanakan tatkala

akan menebarkan benih padi, menuai padi, atau menyimpan padi ke dalam

lumbung masing-masing.

Didalam kegiatan ini bisanya dilaksanakan pertunjukan wayang golek

purwa terutama di daerah Priangan, sedangkan di daerah Cirebon masyarakatnya

melakukan pertunjukan wayang kulit. Mereka beranggapan bahwa jika tidak

melaksanakan upacara tersebut akan merasa tidak puas dan berdosa jika tidak

melaksanakan pertunjukan wayang. Lebih lanjut lagi mereka takut jika

dikemudian hari terjadi malapetaka yang tidak diinginkan. Itulah sebabnya Dalang

wayang golek maupun wayang kulit sangat berperan dalam masyarakat agraris.

Di daerah Sumedang terdapat istilah ngidepkeun, yaitu upacara

menerima dan menyimpan padi di lumbung. Pada kegiatan tersebut diadakan

upacara penghormatan terhadap Dewi Padi yang disertai dengan saajian Jentreng

atau ngekngek, yaitu sebuah alat petik dan sebuah alat gesek yang disebut

tarawangsa. Ada pula yang mementaskan wayang golek purwa dalam upacara

tersebut terutama bagi mereka yang mampu serta menggemari seni wayang golek.

Selain yang disebutkan di atas, wayang golek purwa juga biasa

dipertunjukan oleh orang-orang yang akan melaksanakan upacara kenduri,

khitanan puteranya, menikahkan anak gadisnya, serta pada hari-hari nasional,

terutaa HUT RI pada bulan Agustus. Pementasan wayang golek purwa dengan

Dalang dan Juru kawih merupakan kebanggaan dan pameran kekayaan budaya

bangsa. Fungsi lain yang terdapat dalam kesenian wayang golek purwa adalah

Page 48: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

116

wayang golek purwa sebagai sarana pengembangan alam pikiran orang Jawa

Barat. Wayang golek merupakan mitologi yang mempertentangkan sebuah

dualitas kosmologi antara langit dan bumi, bulan dan matahari, makhluk-nakhluk

khayangan(dewa-dewa) dan makhluk-makhluk bumi (manusia). Hal ini,

melambangkan alam pikiran orang Jawa yang bertolak dari suatu distingsi antara

dua segi dua fundamental realitas, yaitu segi lahir dan batin. Kedua segi ini

bersatu dalam diri manusia.

Pandangan dualistik ini tercermin dalam struktur cerita wayang, baik

dalam Mahabarata maupun Ramayana. Dalam cerita Mahabarata terdapat dua

kelompok yang saling bertentangan, yaitu kelompok Pandawa yang memerankan

satria-satria yang berwatak baik dan kelompok Kurawa yang memerankan satria-

satria yang berwatak tidak baik, sombong, angkuh, licik dan sebagainya. Dalam

penempatannyapun disetiap pagelaran kelompok Pandawa berada di sebelah

kanan dalang dan Kurawa disebelah kiri dalang. Selain itu terdapat tokoh-tokoh

seperti Abiyasa, Dorna dan Kresna yang semuanya merupakan praga-praga untuk

menjabarkan konsep ekuilibrium dalam menjaga keseimbangan alam.

Demikian dalam cerita Ramayana dimana ada dua kelompok yang

bertentangan, yaitu kelompok Rama dengan satria-satria baik dan kelompok

Rahwana dengan satria-satria yang buruk.

Secara lahiriah, kesenian wayang merupakan hiburan yang mengasyikkan

baik ditinjau dari segi wujud maupun seni pakelirannya. Namun demikian dibalik

apa yang tersurat ini terkandung nilai adiluhung sebagai santapan rohani secara

tersirat. Peranan seni dalam pewayangan merupakan unsur dominan. Akan tetapi

Page 49: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

117

bilamana dikaji secara mendalam dapat ditelusuri nilai-nilai edukatif yang sangat

penting dalam kehidupan manusia.

Unsur-unsur pendidikan tampil dalam bentuk perlambang. Oleh karena itu

sampai dimana seseorang dapat melihat nilai- nilai tersebut tergantung dari

kemampuan menghayati dan mencerna bentuk-bentuk simbol atau lambang dalam

pewayangan. Dalam lakon-lakon tertentu misalnya baik yang diambil dari Serat

Ramayana maupun Mahabarata sebenarnya dapat diambil pelajaran yang

mengandung pendidikan. Bagaimana peranan Kesenian Wayang sebagai sarana

penunjang Pendidikan Kepribadian Bangsa, rasanya perlu mendapat tinjauan

secara khusus. Berdasarkan sejarahnya, kesenian wayang jelas lahir di bumi

Indonesia. Sifat lokal genius yang dimiliki bangsa Indonesia, maka secara

sempurna terjadi pembauran kebudayaan asing, sehingga tidak terasa sifat

asingnya.

Berbicara kesenian wayang dalam hubungannya dengan Pendidikan

Kepribadian Bangsa tidak dapat lepas dari pada tinjauan kesenian wayang itu

sendiri dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila sebagai

falsafah negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, merupakan ciri khusus

yang dapat membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Pancasila adalah

norma yang mengatur tingkah laku dan perikehidupan bangsa. Menurut TAP

MPR - Rl No. II/ MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, disana

dikemukakan bahwa untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktub

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Perlu menetapkan Ketetapan

yang mengatur Garis- Garis Besar Haluan Negara yang didasarkan atas aspirasi

Page 50: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

118

dan Kepribadian Bangsa demi penghayatan dan pengamalan kehidupan

kenegaraan yang demokratis - konstitusional berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Pengertian Kepribadian Bangsa adalah suatu ciri khusus yang konsisten

dari bangsa Indonesia yang dapat memberikan identitas khusus, sehingga secara

jelas dapat dibedakan dengan bangsa lain. Rumusan Pancasila secara resmi

ditetapkan dengan syah sebagai falsafah Negara dan pandangan hidup bangsa

Indonesia sejak berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 alinea 4 tercanang rumusan Pancasila yang berbunyi:

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan

Indonesia. dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia. Jiwa Pancasila seperti yang termaktub dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, bukanlah masalah yang baru

dalam dunia pewayangan.

� Asas Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam dunia pewayangan dikenal tokoh yang biasa disebut "Hyang

Suksma Kawekas" Tokoh ini tidak pernah diwujudkan dalam bentuk wayang,

tetapi diakui sebagai Dewa yang Tertinggi. Tokoh Dewa - Dewa yang diwujud

kan dalam bentuk wayang, misalnya Batara Guru, Batara Narada, Batara Wisnu,

Batara Brahma, Batara Kamajaya dan lain sebagainya dalam pewayangan

digambarkan seperti manusia biasa. Mereka juga dilukiskan memiliki watak serta

Page 51: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

119

tabiat yang banyak persamaannya dengan manusia lumrah. Dalam cerita-cerita

mereka sering pula berbuat salah, bahkan tidak jarang terpaksa minta bantuan

manusia dalam menghadapi hal-hal tertentu. Kekawih Arjunawiwaha misalnya,

merupakan contoh yang jelas. Pada saat raksasa Nirwatakawaca mengamuk di

Suralaya karena maksudnya meminang Dewi Supraba ditolak para Dewa. Para

Dewa tidak mampu menghadapinya. Untuk mengamankan Suralaya para Dewa

minta bantuan bagawan Mintaraga atau bagawan Ciptaning yaitu nama Arjuna

saat menjadi pertapa. Sebagai imbalan jasa karena bagawan Ciptaning berhasil

membunuh Raksasa Nirwatakawaca diberi hadiah Dewi Supraba dan Pusaka

Pasopati. Disini terlihat bahwa kebenaran yang bersifat mutlak hanya dimiliki

Dewa Tertinggi yaitu Hyang Suksma Kawekas. Ajaran ini tidak jauh berbeda

dengan ajaran yang terkandung di dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

� Asas Kemanusiaan.

Jiwa yang terkandung dalam sila Kemanusiaan, pada hakekatnya suatu

ajaran untuk mengagung-agungkan norma-norma kebenaran. Bahwasanya

kebenaran adalah di atas segala- galanya. Kendatipun kebenaran mutlak hanya

berada di tangan Tuhan Yang Maha Esa, namun untuk menjaga keseimbangan

kehidupan antara manusia perlu dipupuk kesadaran tenggang rasa yang besar.

Kebenaran yang sejati mempunyai sifat unifersil, artinya berlaku kapan saja,

dimana saja dan oleh siapapun Juga. Tokoh dalam dunia pewayangan yang

memiliki sifat dan watak mengabdi kebenaran banyak jumlahnya. Sebagai contoh

dapat dipetik dari Serat Ramayana. Di dalam Serat Ramayana dikenal putera

Alengka bernama Raden Wibisono yang mempunyai watak mencerminkan ajaran

Page 52: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

120

kemanusiaan.

Kisah inti dalam Serat Ramayana berkisar pada kemelut yang terjadi di

antara Prabu Dasamuka yang merampas isteri Rama. Tindakan Prabu Dasamuka

ini dinilai berada diluar batas kemanusiaan. Raden Wibisono sadar akan hal

tersebut, Prabu Dasamuka dianggap melanggar norma perikemanusiaan. Oleh

karena itu Raden Wibisono ikut aktif membantu Raden Rama untuk memerangi

saudaranya sendiri. Demi kemanusiaan Raden Wibisono rela mengorbankan

saudara sendiri yang dianggap berada difihak yang salah.

� Asas Persatuan

Dalam dunia pewayangan tokoh yang memilih jiwa kebangsaan tinggi

terlukis pada diri tokoh Kumbakarna digambarkan dalam bentuk raksasa, namun

memiliki jiwa ksatria. Sebagai adik Raja Dasamuka, Kumbakarna memiliki sifat

yang berbeda. Kumbakarna menentang tindakan Prabu Dasamuka yang merampas

Dewi Sinta isteri Rama.

Sikap menentang sama dengan sikap Raden Wibisono, tetapi jalan yang

ditempuh berbeda. Raden Wibisono menentang dengan aktif memihak Raden

Rama, tetapi Kumbakarna tetap berfihak Alengka demi negaranya. Niatnya bukan

perang membela kakaknya, tetapi bagaimanapun juga Alengka adalah negaranya

yang wajib dibela walaupun harus mengorbankan jiwa raga.

Oleh karena itu nama Kumbakarna tercanang sebagai nasionalis yang sejati. Benar

atau salah Alengka adalah negaranya.

Page 53: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

121

� Asas Kerakyatan/Kedaulatan rakyat.

Dalam dunia pewayangan dikenal tokoh punakawan yang bernama Semar.

Semar adalah punakawan dari para ksatria yang luhur budinya dan baik

pekertinya. Sebagai punakawan Semar adalah abdi, tetapi berjiwa pamong,

sehingga oleh para ksatria Semar dihormati.

Penampilan tokoh Semar dalam pewayangan sangat menonjol. Walaupun

dalam kehidupan sehari-hari tidak lebih dari seorang abdi, tetapi pada saat-saat

tertentu Semar sering berperan sebagai seorang penasehat dan penyelamat para

ksatria disaat menghadapi bahaya baik akibat ulah sesama manusia maupun akibat

ulah para Dewa. Dalam pewayangan tokoh Semar sering dianggap sebagai Dewa

yang ngejawantah atau Dewa yang berujud manusia. Menurut Serat Kanda

dijelaskan bahwa Semar sebenarnya adalah anak Syang Hyang Tunggal yang

semula bernama Batara Ismaya saudara tua dari Batara Guru.

Semar sebagai Dewa yang berujud manusia mengemban tugas khusus menjaga

ketenteraman dunia dalam penampilan sebagai rakyat biasa. Para ksatria utama

yang berbudi luhur mempunyai keyakinan bilamana menurut segala nasehat

Semar akan mendapatkan kebahagiaan. Semar dianggap memiliki kedaulatan

yang hadir ditengah-tengah para ksatria sebagai penegak kebenaran dan keadilan.

Dengan kata lain Semar adalah simbul rakyat yang merupakan sumber kedaulatan

bagi para ksatria atau yang berkuasa.

� Asas Keadilan Sosial

Unsur keadilan dalam dunia pewayangan dilambangkan dalam diri tokoh

Pandawa. Pandawa yang terdiri dari Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula dan

Page 54: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

122

Sadewa secara bersama-sama memerintah Negara Amarta. Kelimanya

digambarkan bersama bahagia dan bersama-sama menderita Tiap-tiap tokoh

Pandawa mempunyai ciri watak yang berlainan antara satu dengan lainnya, namun

dalam segala tingkah lakunya selalu bersatu dalam menghadapi segala tantangan.

Puntadewa yang paling tua sangat terkenal sebagai raja yang adil dan jujur ;

bahkan diceriterakan berdarah putih. Puntadewa dianggap titisan Dewa Dharma

yang memiliki watak menonjol selalu mementingkan kepentingan orang lain, rasa

sosialnya sangat besar (Sutini: Sejarah perkembangan wayang).

4. Perkembangan Kesenian Wayang Golek Purwa di Kabupaten

Purwakarta Tahun 1968-1990

Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang tergolong kaya akan

keanekaragaman budayanya. Kekayaan tersebut dapat tercermin dengan

banyaknya jenis-jenis kesenian yang hidup dan berkembang di seluruh pelosok

wilayah budayanya. Kesenian yang merupakan salah satu aspek kebudayaan

sangatlah menonjol diantara aspek-aspek budaya lainnya. Kesenian dapat pula

mencirikan potensi budaya daerah setempat.

Seni padalangan dalam hal ini pertunjukan wayang golek adalah salah

satu produk kebudayaan rakyat (Folk culture), yang berkembang secara turun-

temurun melalui paguron dalang dengan bentuk ragam gaya dan alirannya.

Masing-masing kesenian wayang golek kini tengah memasuki era perkembangan

yang pesat, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga keberadaannya sangat

akrab dengan selera tatanan masyarakat industri yang memandang wayang golek

Page 55: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

123

sebagai sarana hiburan segar, merakyat dan dapat memberikan makna spritual

melalui kandungan nilai-nilai filosofisnya.

Iklim kondusif yang menjadikan seni wayang golek dapat masuk pada

semua lapisan masyarakat adalah adanya kepuasan penonton yang terpenuhi

seleranya, dan hal itu merupakan hasil keterampilan dengan berbagai bentuk

kreativitas dalang sebagai seniman pelaku. Dengan demikian tidak mengherankan

apabila di Jawa Barat banyak muncul dalang kondang dengan gaya dan ciri

khasnya masing-masing.

Menurut pembagian wilayahnya, padalangan Jawa Barat terbagi menjadi

dua gaya atau aliran, yaitu padalangan gaya Cirebon (wilayah pantai utara) yang

terkenal dengan jenis pertunjukan wayang kulit purwa. Daerah persebarannya

meliputi Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. Selain wayang kulit purwa di

Cirebon banyak muncul pertunjukan wayang topeng disamping wayang golek itu

sendiri, dan kini keberadaannya masih bertahan.

Gaya padalangan lainnya adalah wayang golek Priangan, yang daerah

sebarannya meliputi Bandung, Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur,

Purwakarta, dan Subang. Sedangkan untuk daerah seperti Sukabumi, Bogor,

Karawang dan Bekasi memiliki gaya tersendiri sebagai sub gaya Priangan

(Cahyahedi, 2000: 1-2).

Berbicara mengenai bagimana kesenian wayang golek muncul dan

berkembang di wilayah Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari peranan

masyarakat dan warga Jawa Barat sendiri sebagai pendukung dan peminat

kesenian wayang golek. Berdasarkan sumber yang ditemukan oleh peneliti dan

Page 56: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

124

dari hasil wawancara dengan narasumber terutama Ki Dalang Suherman, maka

diperoleh keterangan bahwa masuknya seni wayang golek ke wilayah Priangan

termasuk ke wilayah Purwakarta tidak terlepas dari sejarah munculnya wayang di

daerah Jawa, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari kerajaan

Memenang/Kediri. Tercatat dalam sejarah, pada tahun 861 M, Raja Hindu

Jayabaya dari Memenang Jawa, memerintahkan seniman-senimannya untuk

membuat gambar dari patung-patung leluhurnya di atas daun palem. Dia

kemudian menyebutnya wayang Purwa. Selanjutnya wayang Purwa pun

mengalami pergeseran makna, hingga saat ini wayang Purwa lebih dikenal

sebagai wayang kulit. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran

relief cerita Ramayana pada candi Penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat

menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang

setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Bhatara

Wisnu. Pigur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Bhatara Guru

atau Sanghyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.

Kemudian wayang ini berkembang sebagai salah satu sarana pemujaan

yaitu untuk menopang kehidupan religius pada masa berkembangnya kerajaan

Hindu-Buddha, yaitu sebagai sarana pemujaaan terhadap Sanghyang Widhi,

dalam cerita wayang mengandung unsur penghormatan terhadap arwah nenek

moyang, terbukti dengan berlangsungnya kegiatan ngeruat, ngaruat, yang

melengkapi sebuah pertunjukan wayang. Hal ini juga sangat erat kaitannya

dengan sumber cerita wayang itu sendiri yaitu kisah (lakon) didalamnya yang

diambil dari dua buah epic terkenal dari cerita kehidupan masyarakat Hindu yang

Page 57: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

125

berasal dari India. Yang pertama lakon wayang ini diambil dari epic Ramayana

yang didalamnya mengisahkan mengenai perjuangan tokoh Sri Rama yang ingin

merebut kembali sang istri yaitu Dewi Sinta dari dekapan seorang denawa atau

raksesa yang bernama Rahwana. Selain kisah Ramayana biasanya lakon

pewayangan ini juga diambil dari epic Mahabarata yang didalamnya mengisahkan

tentang pertentangan yang terjadi antara Pandawa (anak-anak dari Pandu

Dewanata yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) dengan Kurawa

(anak-anak dari Destarata adik dari Pandu Dewanata yaitu Suyodana atau

Duryodana, Dursasana, dan saudara-saudaranya yang semuanya berjumlah seratus

orang bersaudara), selain itu dipihak Kurawa ini juga ada seorang saudara

kandung dari Pandawa yaitu Karna yang memiliki karakter setia dan lebih

memilih untuk membantu Kurawa, karena dia merasa berhutang budi dan

akhirnya pertentangan ini berakhir melalui pertumpahan darah yang memuncak di

padang Kurusetra.

Menurut dugaan, sebagaimana wayang kulit didaerah Jawa, wayang golek

digunakan oleh para wali untuk menyebarkan Islam ditanah Pasundan. Karena

ajaran Hindu sudah cukup akrab di masyarakat Sunda kala itu, sehingga cerita

Mahabarata dari tanah Hindu dimodifikasi untuk mengajarkan ketauhidan.

Misalnya, dalam cerita Mahabarata para Dewa punya wewenang yang sangat

absolut sebagai penentu nasib dan takdir yang tidak bisa disanggah, maka wali

membuat objek baru yang posisinya lebih kuat yaitu lewat tokoh Semar yang

pada akhirnya Semar tersebut turun ke bumi karena kesalahannya untuk

mendampingi setiap kejadian dalam babak Bharata Yudha, baik sebagai penengah

Page 58: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

126

atau sebagai eksekutor. Selain itu pada tahun 1564 Sunan Bonang memanbah

semarak pagelaran wayang golek ini dengan menyertakan iringan gamelan, dan

juga salah satu trik yang digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk mengislamkan

masyarakat pada waktu itu dengan jalan menggunakan dua kalimah syahadat

sebagai tiket masuk sehingga secara langsung orang yang menonton pertunjukan

wayang golek ini memeluk agama Islam.

Berbicara mengenai bagaimana kesenian wayang golek muncul dan

berkembang di wilayah Jawa Barat (Priangan) tidak dapat dilepaskan dari peranan

masyarakat dan warga Jawa Barat sendiri sebagai pendukung dan peminat

kesenian wayang golek. Oleh karena itu, sejarah kemunculan wayang golek ini

akan coba saya ungkapkan berdasarkan keterangan dari tokoh yang saya

wawancarai dan dari beberapa sumber literatur yang penulis temukan. Menurut

sumber yang penulis temukan ada dua kelompok ahli yang memperkirakan secara

berbeda tentang asal mula wayang: yang pertama adalah kelompok Jawa yang

mengangap bahwa wayang adalah hasil olah gagasan asli masyarakat Jawa tanpa

bantuan bangsa Hindu (India), dan pendapat yang kedua adalah dari kelompok

India yang beranggapan adanya pengaruh langsung kebudayaan India terhadap

lahirnya kesenian wayang.

Menurut kitab Siksa Kandang Karesian, yang ditulis pada tahun 1518 M,

disebutkan bahwa leluhur kita sudah mengenal wayang. Didalam sumber tersebut

disebutkan bahwa mereka sudah mulai mencatat nama tokoh-tokoh wayang,

diantaranya adalah Darmayanti, Sanghyang Bayu, Jayasena, Sedamana, Mpu

Jayakarma, Ramayana, Adiparwa, Korawasarma, Bimasorga, Rangga Lawe,

Page 59: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

127

Boma, Sumana, Kala Purba, Jarini, Tantri dan disebutkan pula nama dalang dalam

kita tersebut. Nama tokoh-tokoh wayang yang telah disebutkan diatas adalah

nama-nama tokoh yang ada dalam cerita Ramayana dan Mahabarata. Ada juga

yang mengatakan bahwa wayang golek yang ada di Jawa Barat berasal dari Jawa

Timur, yang dibawa oleh Prabu Surya Amiluhur kira-kira pada tahun 1244 M.

Tetapi masih sedikit sumber yang mendukung pendapat tersebut. Bahkan menurut

Brandes sebelum datangnya orang Hindu bangsa kita sudah mengenal wayang.

(Soepandi, 1988 : 32).

Perkembangan wayang golek di Jawa Barat diawali dengan kemunculan

wayang golek Purwa yang mulai lahir di Priangan, yang secara pasti ada kaitan

langsung dengan wayang golek menak Cirebon yang biasa disebut wayang golek

papak atau golek cepak. Tetapi, kaitan tersebut hanya sebatas kesamaan raut golek

yang trimatra (bentuk tiga dimensi), unsur cerita golek yang secara langsung akan

menentukan raut tokoh golek, sama sekali berbeda. Golek menak bercerita tentang

wong agung menak, raja menak atau Amir Ambyah, yang berunsur cerita Islam.

Sedangkan golek Purwa ceritanya lebih bersumber dari agama Hindu, yaitu

Mahabarata dan Ramayana.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiryanapura, masuknya

wayang golek ke wilayah Jawa Barat diawali pada tanggal 2 Oktober 1799,

bertepatan dengan menjabatnya Indradireja (Wiranatakusuma III) sebagai Patih

Citeurep Dayeuh Kolot yang mendatangkan Dalang dari Tegal, yaitu dalang Ki

Dipa Guna Permana yang sengaja diundang untuk melakukan pemenatasan

wayang bersama murid-muridnya. Kemudian setelah salah satu dalang dari Tegal

Page 60: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

128

itu melakukan pementasan, berlanjut pada tahun 1829-1846 murid dari Ki Dipa

Guna Permana yang berasal dari Tegal itu diundang kembali oleh Adipati

Wiranatakusuma III untuk datang ke Bandung dan menjadi dalang di kraton.

Kemudian jenis wayang yang berkembang selanjutnya adalah jenis wayang

Papak atau wayang menak dengan bentuk trimatra (tiga dimensi) yang merupakan

hasil paduan antara gagasan Dalem Karang Anyar, pada masa akhir masa

jabatanya sebagai Bupati Kabupaten Bandung tahun 1840-an, dengan Ki Darman

sebagai seorang juru wayang kulit asal Tegal yang tinggal di Cibiru, Kabupaten

Bandung. Pada awalnya, hasil ciptaan Ki Darman berupa golek gepeng yang

meniru pola raut wayang kulit (Somantri, 1989). Dalem Karang Anyar yaitu

Wiranatakusuma III berperan menyempurnakan raut golek awal itu hingga bulat

torak seperti bentuk wayang sekarang ini.

Keturunan Ki Darman sampai saat ini masih terus menghidupkan kegiatan

pembuatan golek. Tersebarnya pusat pembuatan golek di kawasan Jawa Barat,

seperti di Jelekong, Ciparay, Salacau, Cimareme, Sukabumi, Bogor, Karawang,

Indramayu, Cirebon, Garut, Ciamis, dan ditempat lainnya ditunjang oleh

keturunan dan murid-murid Ki Darman yang mengembangkan kegiatannya di luar

Cibiru yang tetap dijadikan “kiblat” bagi pembuatan golek yang melahirkan gaya

Cibiruan.

Pada perkembangan berikutnya, Giriharja yaitu kelompok dalang yang

tinggal di Jelekong dan Ciparay menjadi “kiblat” kedua, yang melahirkan gaya

Giriharjaan, terutama setelah adanya gembrakan di tahun 1980-an. Gebrakan

yang dimaksud oleh kelompok Giriharja yang di motori oleh Ade Kosasih

Page 61: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

129

Sunarya adalah upaya para dalang Giriharja dalam menghadirkan pola dan isi

pertunjukan golek yang berbeda dengan pola pertunjukan golek yang telah mapan

tetapi mulai tidak disukai oleh masyarakat pada waktu itu. Giriraharja tetap

menginduk pada gaya Cibiruan, tetapi dengan memperketat gaya meniru setepat-

tepatnya ciri-ciri raut yang ada pada wayang kulit. Dalam gaya Cibiruan yang

aslipun muncul usaha baru yang dimotori oleh M. Duyeh untuk mencoba

menyempurnakan raut golek Cibiruan yang ramping menjadi raut yang lebih

membulat, serta menambahkan pola hias bunga dengan warna merah. Gaya

Cibiruan yang asli dan Giriharjaan dianggap oleh M. Duyeh kurang menampilkan

ciri Jawa Barat, dan hanya sebagai pengekor wayang kulit. Sejak tahun 1920-an

pertunjukan wayang golek mulai diiringi oleh sinden, dan sejak saat itulah

popularitas sinden sangat menanjak bahkan mengalahkan popularitas wayang

golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah,

yaitu sekitar tahun 1960-an. Dalam pertunjukan wayang golek lakon yang biasa

dipertunjukan adalah lakon Carangan, hanya kadang-kadang saja dipertunjukan

pula lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang

menciptakan lakon Carangan yang bagus dan menarik. Hal tersebut secara

langsung sangat berpengaruh pada perkembangan seni wayang golek purwa yang

berkembang di wilayah Purwakarta (wawancara dengan Ki Dalang Suherman,

2009).

Di dalam kehidupan masyarakat Sunda, pertunjukan wayang golek tidak

hanya berperan sebagai sarana hiburan. Didalamnya juga terkandung nilai-nilai

yang bisa dipetik bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai tersebut tidak hanya

Page 62: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

130

bersangkutan dengan hal-hal spiritual dan religius. Tetapi juga bersangkutan

dengan persoalan-persoalan etika kehidupan, bahkan berpolitik dan bernegara.

Dengan bahasanya sendiri, wayang golek bahkan mampu menerjemahkan

fenomena politik dan kenegaraan yang kaku, formal, dan penuh ketabuan ke

dalam bahasa awam yang cair dan mudah di pahami. Melihat fenomena tersebut

tidaklah mengherankan jika selama rentang waktu tertentu, wayang golek pernah

dijadikan simbol gengsi dan memiliki tempat khusus di hati masyarakat Sunda.

Setiap pertunjukan wayang golek, akan selalu dipenuhi penonton.

Masalahnya sekarang adalah seberapa jauh kedudukan pertunjukan

wayang golek mempunyai arti yang cukup penting bagi pengembangan rohani

masyarakat Sunda dewasa ini, setelah berbagai bentuk hiburan lainnya yang

datang dari Barat. Apabila memang laju budaya yang datang dari Barat tersebut

adalah sebuah arus nilai yang harus ditaklukan oleh seni tradisional, termasuk

oleh wayang golek. Sehingga seni tradisional bisa tetap ada dan berkembang di

masyarakat.

Salah satu faktor yang menghambat atau menurunnya minat masyarakat

terhadap seni wayang golek adalah salah satunya mengenai kendala bahasa yang

digunakan dalam pagelaran wayang, yaitu menggunakan bahasa Sunda kraton

atau bahasa Sunda menak, padahal sekarang pengajaran bahasa Sunda di lembaga-

lembaga pendidikan terutama di sekolah-sekolah sudah sangat terbatas, oleh

karenya untuk mengatasi masalah ini maka perlu adanya kerjasama antara

pemerintah, institusi, sekolah, dan pihak orang tua untuk mewariskan nilai-nilai

budaya yang terkandung dalam kesenian wayang golek kepada generasi muda

Page 63: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

131

sedini mungkin. Salah satu wujud nyata dari hal ini mungkin dapat dicontohkan

dari apa yang telag coba dirintis oleh Dewan Kuarator Yayasan Pusat Kebudayaan

(YPK) yang merasa berkewajiban menangkal arus penurunan daya apresiasi

tersebut. Hal itu diwujudkan dengan cara menghidupkan kembali pertunjukan

wayang golek yang diselenggarakan setiap dua minggu sekali di gedung kesenian

YPK yang berlokasi di jalan Naripan, Bandung.

Terjadinya penurunan daya apresiasi masyarakat tersebut antara lain bisa

dilihat dari adanya kenyataan jika pertunjukan tersebut sangat sedikit jumlahnya,

hal itu terutama dapat dilihat di wilayah Purwakarta sendiri. Minat masyarakat

Purwakarta dalam mendukung dan melestarikan kesenian wayang golek ini

memang mengalami penurunan, hal itu dapat dibuktikan dengan menurunnya

jumlah frekuansi pagelaran wayang golek yang diselenggarakan di daerah

Purwakarta. Selain itu, menurunnya popularitas seni wayang golek di Purwakarta

dapat dilihat dari banyaknya jumlah dalang yang masih aktif melakukan

pementasan wayang di wilayah Purwakarta. Untuk memperjelas hal tersebut dapat

dilihat dari tabel di bawah ini (wawancara dengan Ki Dalang Suherman, 2009).

Tabel 2.4 Nama-nama dalang di Kabupaten Purwakarta Tahun 1969-2009

No Nama Dalang Alamat

1.

2.

3.

4.

Gandasuhayat

Suhada

Ihing

Mi’at Gandamiharja

Ciseureuh, Purwakarta

Ciseureuh, Purwakarta

Cikopak, Purwakarta

Campaka, Purwakarta

Page 64: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

132

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

Komin

Wirta

Unus

Uci Sanusi

Mamat Juharamuda

Juhara

Oman

Jawani

Oji Sopandi

Wiraatmaja

Aros Suryana

Aan Sonjaya

Enjang

Rahmat

Kosim

Suherman Elan Surawisastra

Juhamad

Bono

Dayat Gandaputra

Didi

Samin

Icut Saputra

Aseng Sonjaya

Tegal munjul, Purwakarta

Maracang, Purwakarta

Pondok salam, Purwakarta

Cihuni, Purwakarta

Plered, Purwakarta

Wanayasa, Purwakarta

Taringgul, Purwakarta

Cilingga, Purwakarta

Purwakarta

Cianting, Purwakarta

Campaka, Purwakarta

Bunder, Purwakarta

Maracang, Purwakarta

Maracang, Purwakarta

Maracang, Purwakarta

Pasawahan, Purwakarta

Darangdan, Purwakarta

Darangdan, Purwakarta

Ciseureuh, Purwakarta

Darangdan, Purwakarta

Bungursari, Purwakarta

Jatiluhur, Purwakarta

Campaka, Purwakarta

Page 65: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

133

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

Asep Toni

Amin Wigana

Mamad

Ajat Sudrajat

Ujang Jaya Taryana

Suwardi Taryana

Aska Wiganda

E. Kosasih

Campaka, Purwakarta

Campaka, Purwakarta

Darangdan, Purwakarta

Campaka, Purwakarta

Cianting, Purwakarta

Bungursari, Purwakarta

Purwakarta

Purwakarta

Sumber : Data PEPADI Kabupaten Purwakarta Tahun 1990.

Sedangkan dalang yang masih aktif melakukan pementasan wayang golek

di Purwakarta pada perkembangan selanjutnya sudah sangat sedikit jumlahnya,

hal itu bisa dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2.5 Nama-nama Dalang yang masih Aktif Melakukan Pementasan Wayang

Golek di Kabupaten Purwakarta Tahun 2009

No. Nama Dalang

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Suherman Elan Surawisastra

Ujang Jaya Taryana

E. Kosasih Barnas Somantri

Amin Wiganda

Dede Nurkolab

Asep Toni

Samin Sonjaya

Enjang

Page 66: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

134

9.

10.

Rahmat

Kosim

Sumber : Data PEPADI Kabupaten Purwakarta Tahun 1993.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada perkembangannya kesenian

tradisional mulai mengalami kemunduran dan kurang diminati oleh masyarakat

pada umumnya. Hal itu pada hakikatnya diakibatkan oleh beberapa faktor yang

menyebabkan mundurnya seni wayang golek yang tadinya merupakan kesenian

primadona yang diagung-agungkan serta mempunyai nilai falsafah hidup yang

sangat banyak, ternyata harus tergeser oleh banyaknya kesenian-kesenian luar

yang datang ke negara kita sehingga masyarakat pun mulai tergusur arus

globalisasi yang melanda bangsa kita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Purwakarta tanggal 4

Agustus 2009, peneliti memperoleh informasi bahwa menurunnya minat

masyarakat Purwakarta dalam mendukung dan melestarikan kesenian wayang

golek memang mengalami penurunan, hal ini dapat dibuktikan dengan

menurunnya jumlah frekuensi pagelaran wayang yang dipertunjukan di daerah

Purwakarta. Selain itu berdasarkan penuturan dari narasumber yang telah peneliti

wawancarai yaitu Ki Dalang Suherman bahwa kesenian wayang golek sudah

mulai tergusur oleh kesenian atau budaya yang baru. Faktor lain yang

menyebabkan menurunnya minat masyarakat terhadap kesenian wayang golek

adalah karena biaya yang relatif tinggi yang harus dikeluarkan untuk

menyelenggarakan perrtunjukan wayang golek, oleh karena itu sekarang

Page 67: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

135

masyarakat lebih memilih untuk menggunakan hiburan lain yang lebih praktis dan

murah, misalnya organ tunggal.

Selain itu menurut penuturan Ki Dalang Suherman bahwa pada

perkembangannya sekarang fungsi wayang golek mengalami pergeseran dari yang

tadinya berfungsi sebagai sarana pewarisan nilai-nilai budaya luhur (adhiluhung),

misalnya pewarisan nilai tata krama, penyebaran agama yang didalamnya terikat

pada berbagai macam aturan yang ketat (pakem padalangan) kini telah mengalami

perubahan dalam berbagai aspek, misalnya dalam bentuk wayang itu sendiri atau

dalam bahasa yang digunakan. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan dari

masyarakat terhadap kesenian wayang golek agar kesenian ini bisa beradaptasi

dengan perkembangan zaman, misalnya fungsi dari wayang golek sekarang ini

lebih mengutamakan aspek hiburan dan ekonomi semata, walaupun hal itu harus

mengesampingkan aturan-aturan yang menjadi identitas dari kesenian wayang

golek ini sehingga mungkin jika dibiarkan akan dapat menggerus kelestarian dan

kemurnian dari kesenian wayang golek ini, namun apabila kesenian ini masih

mempertahankan aturan-aturan yang masih bersifat konservatif (kolot) tanpa

beradaptasi dengan perkembangan zaman, maka kesenian ini akan ditinggalkan

oleh generasi berikutnya.

Page 68: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

136

C. Faktor Penghambat Perkembangan Kesenian Wayang Golek Purwa

Manusia dan seni merupakan dua hal yang tidak adapt dipisahkan, karena

manusia memiliki kebutuhan yang mendasar yaitu kebutuhan untuk berekspresi.

Lewat aktivitas seni manusia bisa mengekspresikan emosi, pikiran serta

kehendaknya secara seimbang.

Dalam mengarungi sebuah kehidupan sudah pasti manusia akan

berhadapan dengan apa yang dinamakan masalah. Dalam hal ini tentu masalah

tersebut akan adapt menghambat kehidupan manusia menuju apa yang

diimpikannya. Jelas disini bahwa secara ilmiah, untuk menuju suatu kesuksesan

manusia tentu sebelumnya akan menghadapi berbagai hambatan. Sama halnya

dengan kesenian, untuk bertahan atau mengembangkan suatu kesenian, apalagi

yang bersifat tradisional diperlukan kerja keras untuk menghadapi segala

hambatan tersebut.

Kondisi kesenian wayang golek purwa sebagai salah satu kesenian

tradisional yang dari masa ke masa terus mengalami pergeseran fungsi, seiring

dengan terjadinya arus perubahan maka kesenian wayang golek pun hanya

menjadi sebuah tontonan saja tanpa berfikir dan merenungi nilai-nilai apa yang

terkandung didalamnya. Bahkan sebagian masyarakat terutama dari kalangan

generasi muda tidak terlalu menyukai kesenian wayang golek. Keadaan ini

semakin lama semakin memprihatinkan sehingga kesenian wayang golek yang

merupakan kesenian tradisional Sunda, akan sedikit demi sedikit mengalami

kepunahan. Fenomena kemunduran serta kurang begitu dikenalnya kesenian

wayang golek yang terjadi pada sebagian masyarakat di Kbupaten Purwakarta

Page 69: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

137

tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mengikutinya. Dibawah ini dipaparkan

mengenai faktor internal maupun eksternal yang menjadi penghambat dalam

perkembangan kesenian wayang golek purwa.

1. Faktor Internal

a. Pribadi Dalang

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa dalang,

diperoleh informasi bahwa mundurnya seni padalangan disebabkan oleh pribadi

dalang itu sendiri. Pribadi dalang yang dimaksud meliputi :

1) Kurang menjaga harga diri

Prilaku dalang yang tidak sesuai dengan predikat dalang yaitu itu

satunya adalah dalang berfungsi sebagai juru didik. Oleh karena itu,

dalang harus mempunyai berkepribadian luhur, berkarisma dan

berwibawa.

2) Kurangnya Latihan

Dalang kurang memilki kemampuan yang maksimal sesuai dengan

perkembangan pengetahuan masyarakat atau penonton.

3) Kurangnya Hubungan

Dalang tidak memilki konektifitas atau hubungan baik dengan

instansi-instansi atau lembaga-lembaga yang sekiranya akan

menguntungkan dalang itu sendiri (wawancara dengan Ki Dalang

Suherman, 2009).

Page 70: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

138

2. Faktor Eksternal

1) Pengaruh Kesenian Luar atau Kesenian Modern

Dengan kemajuan zaman, banyak bermunculan bentuk kesenian-kesenian

modern yang lebih menarik dan dianggap lebih simpel bila dibandingkan dengan

kesenian tradisional, hal itu terutama bagi generasi muda, pada dasarnya hal ini

merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh seni tradisional yang anggotanya

lebih banyak dibanding seni lain, salah satu contoh kesenian luar yang banyak

diminati oleh generasi muda sekarang seperti organ tunggal, layar tancap, dan lain

sebagainya.

2) Pengaruh Teknik Modern

Dengan kemajuan teknologi, demikian banyak bentuk pagelaran atau

pertunjukan yang oleh masyarakat dianggap lebih menarik dibandingkan

pagelaran seni wayang golek. Hal itu bisa dilihat dari teknik penyajiannya serta

alat-alat yang digunakan, dan oleh generasi muda hal tersebut dianggap lebih

menarik dan diminati dibandingkan dengan seni tradisional yang dianggap kuno

untuk selera zaman sekarang.

4) Lingkungan Masyarakat

Tumbuh dan berkembangnya jenis kesenian akan bergantung kepada

lingkungan masyarakatnya sendiri, salah satu contohnya jika lingkungan

masyarakatnya mayoritas kurang berkemampuan serta mengerti akan arti penting

kesenian tradisional maka di daerah itu pertunjukan wayang golek akan sangat

tidak diminati dan kurang berkembang. Selain itu, bila lingkungan masyarakatnya

Page 71: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

139

merupakan masyarakat agamis yang fanatik maka pagelaran seni tradisional akan

mendapat hambatan (wawancara dengan Ki Dalang Suherman, 1 Agustus 2009).

D. Upaya yang dilakukan Pemerintah Purwakarta dalam Mengembangkan

Kesenian Wayang Golek

Wayang sebagai salah satu seni tradisional Indonesia dalam berbagai

bentuk dan fungsinya telah berkembang sejak lama. Sudah dikenal pada masa pra

sejarah dan berkembang hingga kini, dengan melintasi pengalaman sejarah yang

panjang. Seni pewayangan dapat dikatakan adalah produk asli bangsa Indonesia

karena tumbuh dan berkembang dari akal budi bangsa Indonesia yang

berkembang menjadi seni budaya yang indah dan penuh kandungan ajaran hidup

dan kehidupan yang bermanfaat.

Berbagai bentuk wayang telah berkembang di Indonesia, beraneka bentuk

dan cerita yang semuanya itu sangat akrab dengan masyarakat Indonesia. Oleh

karena itu, wayang digemari oleh pendukungnya terutama masyarakat Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa wayang dalam berbagai bentuk dan fungsinya dari

waktu ke waktu telah berjasa dalam memberikan hiburan kepada masyarakat.

Selain itu, dengan menayksikan pertunjukan seni wayang juga banyak

memberikan keuntungan yang bermanfaat pada masyarakat seperti penerangan

pembangunan, ajaran-ajaran hidup dan lain-lain. Untuk itu perlu adanya suatu

pelestarian yang harus dilakukan oleh berbagai pihak diantaranya ialah :

Page 72: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

140

1. Upaya yang dilakukan Pemerintah

Sesuai dengan visi-misi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Purwakarta yaitu pertama melestarikan seni tradisional dan kedua

mengemas seni tradisional agar tetap di gandrungi oleh masyarakat dengan cara

koordinasi dengan instansi terkait dan promosi. Maka dari itu, melestarikan

kesenian tradisional daerah adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan.

Untuk itu upaya pelestarikan kesenian wayang golek purwa yang sudah dilakukan

oleh pemerintah Purwakarta, yaitu dengan cara mengikuti ajang perlombaan

Binojakrama Padalangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Edi Sedyawati

(1981: 50) yang menyatakan bahwa “mengembangkan seni pertunjukan

tradisional Indonesia berarti memperbesar volume penyajiannya, dan meluaskan

wilayah pengenalannya”.

Mengingat banyaknya keuntungan atau manfaat yang dapat kita ambil dari

menonton pertunjukan wayang golek, sudah sepantasnya bila pemerintah sebagai

salah satu lembaga yang dapat mendukung pelestarian kesenian tradisional sunda

terutama kesenian wayang golek menggalakan program pemerintah dalam rangka

pelestarian kesenian tradisional tersebut. Dalam upaya melestarikan, membina dan

mengembangkan seni wayang golek saat ini, pemerintah telah menggalakan

kebijakan dan langkah-langkah yang dapat di laksanakan dalam rangka pelestarian

budaya tradisional.

Page 73: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

141

2. Upaya yang dilakukan Seniman

Pemerintaha adalah suatu alat atau penggerak keputusan, oleh karena itu

harus ada pihak yang menjalankan keputusan atau kebijakan tersebut. Dalam

bidang kebudayaan pihak tersebut adalah seniman, yaitu orang yang terjun

langsung melaksanakan kebijakan-kebijakannya. Oleh karena itu usaha

pelestarian bukan hanya diperlukan dari pemerintah saja tetapi diperlukan juga

peran dari para senimannya.

Demikian adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh para seniman wayang

golek purwa untuk tetap melestarikan kesenian wayang diantaranya adalah :

1. Penataran dan Saresehan

Penataran merupakan suatu bentuk upaya untuk menambah

wawasan dan pengetahuan dalang dalam rangka meningkatkan

kemampuannya. Baik dalam segi pengetahuan umum atau pengetahuan

secara khusus bidang padalangan.

2. Binojakrama Padalangan

Binojakrama padalangan merupakan upaya evaluasi sampai sejauh

mana kemampuan dalang dalam menggarap seninya untuk dapat

memenuhi selera penonton dengan tetap berpijak kepada tetekon atau

pakem padalangan sehingga dalang yang bersangkutan mempunyai ukuran

kemampuannya sendiri.

Page 74: 69 SENI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_054306_bab_iv.pdf · (Waduk Jatiluhur). c) ... dan Cirata (seluas 182 ha), ... penduduk Kabupaten

142

3. Mengeluarkan Buku atau Diktat

Pada umumnya para dalang memiliki pengetahuan dari hasil

mendengar secara turun temurun dari gurunya. Sehingga kata-kata baik

itu Murwa atau kakawen banyak yang salah menurut kamus oleh karena

itu dengan banyaknya buku atau diktat yang bisa dibaca atau dipelajari

oleh para dalang akan meningkatkan pengetahuannya dan menyamakan

pengetahuan para dalang secara keseluruhan.

4. Perkumpulan atau Organisasi

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas salah satu penghambat

perkembangan para dalang adalah kurangnya hubungan oleh karena itu

sangat perlu para dalang untuk mempunyai atau masuk dalam sebuah

organisasi atau perkumpulan.

5. Pagelaran

Banyaknya jumlah pagelaran yang dilaksanakan oleh para dalang

akan menambah pengalaman yang bermanfaat dan akan menunjang

pada meningkatnya kemampuan dalang itu sendiri. Hal ini dibuktikan

dengan dilibatkannya dalang dalam pagelaran-pagelaran, baik yang

bersifat kampanye atau penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat

atau penonton (wawancara Ki Dalang Suherman, 1 Agustus 2009).