BAB III METODE PENELITIAN A. 1. Inquiry lab -...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. 1. Inquiry lab -...
28
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
1. Pembelajaran Inquiry lab
Pembelajaran inquiry lab yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah salah satu tahapan inquiry dengan metode eksperimen yaitu guided
inquiry. Inquiry lab ini diterapkan dengan eksperimen pada materi gerak
pada tumbuhan yaitu getropisme. Dalam pembelajaran inquiry lab ini,
siswa diberikan masalah oleh guru mengenai pengaruh gravitasi terhadap
arah pertumbuhan akar dan batang, kemudian siswa mengidentifikasi
permasalahan tersebut, memecahkan masalah tersebut dengan merancang
percobaan praktikum geotropisme melalui bimbingan dari guru dengan
cara mengidentifikasi variabel-variabel dalam penelitian/praktikum,
parameter terhadap perngukuran variabel terikat, merancang dan
menyusun alat dan bahan dari percobaan tentang geotropisme,
merencanakan cara mengambil data, dan merencanakan cara menyimpan
data, kemudian siswa melaksanakan percobaan dengan cara menggunakan
alat dan bahan, mengobservasi/mengambil data, menginterpretasi data, dan
menarik kesimpulan tentang pengaruh gravitasi terhadap arah
pertumbuhan akar dan batang, dan pada akhirnya siswa
mengomunikasikan hasil yang diperoleh dan mendiskusikannya dengan
kelompok lain.
2. Kemampuan Literasi sains
Kemampuan literasi sains yang dimaksudkan dalam penelitian adalah
nilai yang diperoleh dari perhitungan skor pada tes kemampuan literasi
sains siswa dengan indikator yang diadopsi dari PISA 2006, yaitu
mengidentifikasi masalah/pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena
ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah yang telah dikembangkan oleh
peneliti, di-judgment oleh ahli, dan telah melalui proses validasi dengan
nilai reliabilitas 0,92.
29
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Pencapaian Sikap Ilmiah
Pencapaian sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai
yang diperoleh dari perhitungan skor dari tes sikap ilmiah dengan
indikator yang terpadu, yakni dari PISA 2006 dan SAI II, yaitu dukungan
terhadap inkuiri ilmiah, dukungan terhadap sifat sains, keyakinan diri
sebagai pembelajar sains, dan ketertarikan terhadap sains yang telah
dikembangkan oleh peneliti, di-judgment oleh ahli, dan telah melalui
proses validasi dengan nilai reliabilitas 0,86.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen semu
(Quasi-Experimental), karena kelompok kontrol maupun eksperimen
dipilih tidak secara random. Pada kelas kontrol pembelajaran yang
diterapkan adalah metode konvensional sedangkan pada kelas eksperimen,
metode yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry lab dengan
tipe guided inquiry lab.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dipilih adalah Nonrandomized Control Group,
Pretest-Posttest Design. Dalam rancangan ini digunakan dua kelompok
subjek, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen yang dipilih tidak secara
random, keduanya diberikan pretest dan posttest. (Ary et.al., 2010).
Tabel 3.1 Desain penelitian yang digunakan
Sumber : (Ary et.al.,2010)
Keterangan
E : Kelompok eksperimen, diberikan model pembelajaran inquiry lab
Group Pretest Independent variabel Posttest
E Y1 X Y2
C Y1 - Y2
30
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C: Kelompok kontrol, tidak diberikan model pembelajaran inquiry lab,
menggunakan metode konvensional
X : Variabel bebas, model pembelajaran inquiry lab
Y: Pengukuran terhadap variabel bebas dengan Y1 : Pretest kelompok
kontrol dan eksperimen, Y2 : Posttest kelompok kontrol dan eksperimen
D. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 12
Bandung kelas VIII dan sampel yang diambil terdiri dari dua kelas yang
berbeda, kelas VIII.F merupakan kelas kontrol yang tidak diberikan
perlakuan model pembelajaran inquiry lab tetapi dengan metode
konvensional, sedangkan kelas VIII.E merupakan kelas eksperimen yang
pada pembelajarannya diterapkan model pembelajaran inquiry lab. Kelas
kontrol menggunakan metode konvensional karena pada prakteknya
memang pembelajaran sains diajarkan menggunakan metode ini.
Penentuan sampling menggunakan purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa siswa tersebut belum pernah memperoleh materi
gerak pada tumbuhan, memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan
kelas lainnya dan dapat memberikan informasi yang representatif dalam
membantu hasil penelitian (Fraenkel et.al., 2006).
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 12 Bandung semester genap
tahun ajaran 2012/2013.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui tiga buah instrumen yang dipakai, soal
yang diberikan berupa soal pretest dan posttest. Soal tersebut diberikan
kepada kelompok kontrol maupun eksperimen tentang literasi sains dan
sikap ilmiah siswa. Soal yang digunakan baik dalam pretest maupun
posttest untuk sikap ilmiah dan literasi sains sama dan konteks yang
diambil adalah tentang gerak pada tumbuhan dan keterlaksanaan sintaks
pembelajaran Inquiry lab dinilai selama pembelajaran berlangsung. Soal
pretest diberikan sebelum pembelajaran berlangsung, baik untuk kelas
31
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kontrol maupun eksperimen dan soal posttest diberikan setelah
pembelajaran berlangsung baik untuk kelas kontrol maupun eksperimen .
G. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
1. Instrumen kemampuan literasi sains
Berdasarkan contoh instrumen yang diselenggarakan oleh PISA dalam
Take The Test Sample Questions From OECD’s PISA yang diterbitkan
pada tahun 2009 dan dialihbahasakan oleh Hadinugraha (2012),
peneliti mengembangkan sendiri instrumen tes kemampuan literasi
sains yang disesuaikan dengan konteks dan konten yang sudah dikenali
siswa tentang gerak pada tumbuhan.
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penilaian literasi sains
Indikator umum Indikator khusus No
soal
Jumlah
soal
1.Identifikasi
permasalahan/
pertanyaan ilmiah
1.1 Mengenali permasalahan/pertanyaan
yang dapat diselidiki secara ilmiah
3,14 2
1.2 Mengidentifikasi kata-kata kunci
untuk memperoleh informasi ilmiah
15,10 2
1.3 Mengenal ciri khas kunci
penyelidikan ilmiah
4,12 2
2.Menjelaskan
fenomena ilmiah
2.1 Mengaplikasikan pengetahuan sains
dalam situasi yang diberikan
17,18 2
2.2Mendeskripsikan atau menafsirkan
fenomena secara ilmiah dan memprediksi
perubahan
2,5 2
2.3 Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi
dan prediksi yang tepat
9,13 2
3.Menggunakan
bukti ilmiah
3.1 Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik
kesimpulan
6,11 2
3.2 Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan
alasan dibalik kesimpulan
1,7 2
3.3 Merefleksikan implikasi sosial dari
perkembangan sains dan teknologi
8,16 2
Total 18
Sumber : (OECD,2006)
Penganalisisan butir soal dilakukan dengan cara menguji :
a. Validitas
Sebuah tes dapat dikatakan valid jika sesuai dengan keadaan
senyatanya, artinya tes dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur
32
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(Arikunto,2010). Untuk menghitung validitas instrumen yaitu dengan cara
menghitung koefisien validitas, menggunakan rumus korelasi Product
Moment. Proses uji validitas dibantu dengan menggunakan software
ANATESV4. Untuk melihat validitas dari setiap butir soal dilihat pada
kolom korelasi. Kemudian nilai perhitungan diinterpretasikan
menggunakan Tabel 3.3 berikut ini :
Tabel 3.3 Interpretasi koefisien korelasi
Koefisien Korelasi
(r)
Tafsiran
0,80 ≤ r < 1,00 Validitas sangat tinggi
0,60 ≤ r < 0,80 Validitas tinggi
0,40 ≤ r < 0,60 Validitas sedang
0,20 ≤ r < 0,40 Validitas rendah
0,00 ≤ r < 0,20 Validitas sangat rendah
(Arikunto,2010)
b. Uji Realibilitas Soal
Sebuah tes dikatakan dapat dipercaya jika dapat memberikan hasil
yang tetap walaupun tes tersebut diberikan secara berulang-ulang. Tes
dikatakan reliable apabila hasil-hasil tes menunjukkan ketetapan, artinya,
jika kepada siswa-siswa diberikan tes yang serupa pada waktu yang
berbeda maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama
dalam kelompok (Arikunto,2010). Proses uji reliabilitas dibantu dengan
menggunakan software ANATESV4, kemudian diinterpretasikan
menggunakan kriteria:
Tabel 3.4 interpretasi koefisien realibilitas
Rentang Koefisien Realibilitas Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Arikunto, 2010)
c. Daya Pembeda
33
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah). Proses perhitungan uji daya pembeda
dibantu dengan menggunakan software ANATESV4, kemudian hasil
perhitungannya diinterpretasikan menggunakan kriteria:
Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda
Rentang daya pembeda Interpretasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2010)
d. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah. Soal sukar akan menyebabkan siswa
putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauan siswa. oleh karena itu dibutuhkan keseimbangan yaitu
adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara
proporsional. Proses perhitungan tingkat kesukaran dibantu dengan
menggunakan software ANATESV4, kemudian hasil perhitungannya
diinterpretasikan menggunakan kriteria:
Tabel 3.6 Klasifikasi indeks kesukaran
Rentang tingkat kesukaran soal Interpretasi
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2010)
e. Kualitas Pengecoh
Efektivitas pengecoh ini sangat penting, ebuah distraktor atau
pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut
mempunyai daya tarik yang besar bagi kelompok siswa yang kurang
34
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memahami suatu konsep atau bahan. Proses perhitungan kualitas pengecoh
dibantu dengan menggunakan software ANATESV4. Data kualitas
pengecoh yang muncul dalam output ANATES diinterpretasikan pada
kriteria yang terdapat dalam program ANATES.
35
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No.
soal
Tingkat
kesukaran Keterangan
Daya
pembeda keterangan
Kualitas pengecoh Validitas Keterangan Keputusan Reliabilitas
A B C D
1 0,36 Sedang 0,54 Baik Kurang baik Baik Baik 0,40 Cukup Dipakai 0,92
Sangat
tinggi 2 0,72 Sedang 0,54 Baik Kurang baik Kurang baik Baik 0,56 Cukup Dipakai
3 0,45 Sedang 0,64 Baik Baik Sangat baik Sangat baik 0,62 Tinggi Dipakai
4 0,50 Sedang 0,67 Baik Sangat baik Baik Sangat baik 0,57 Cukup Dipakai
5 0,82 Mudah 0,50 Baik Baik Baik Baik 0,58 Cukup Dipakai
6 0,67 Sedang 0,72 Baik sekali Baik Baik Kurang baik 0,58 Cukup Dipakai
7 0,63 Sedang 0,83 Baik sekali Baik Baik Baik 0,57 Cukup Dipakai
8 0,60 Sedang 0,64 Baik Baik Baik Buruk 0,46 Cukup Dipakai
9 0,65 Sedang 0,73 Baik sekali Baik Baik Sangat baik 0,63 Tinggi Dipakai
10 0,35 Sedang 0,37 Cukup Baik Sangat baik Baik 0,34 Rendah Dipakai
11 0,36 Sedang 0,67 Baik Sangat baik Baik Sangat baik 0,42 Cukup Dipakai
12 0,42 Sedang 0,36 Cukup Sangat baik Baik Kurang baik 0,35 Rendah Dipakai
13 0,22 Sukar 0,33 Cukup Sangat baik Buruk Buruk 0,45 Cukup Dipakai
14 0,32 Sukar 0,16 Jelek Sangat baik Sangat baik Sangat baik 0,70 Tinggi Dipakai
15 0,50 Sedang 0,73 Baik sekali Baik Sangat baik Baik 0,53 Cukup Dipakai
16 0,52 Sedang 0,91 Baik sekali Buruk Sangaat baik Kurang baik 0,73 Tinggi Dipakai
17 0,42 Sedang 0,64 Baik Kurang baik Baik Buruk 0,58 Cukup Dipakai
18 0,50 Sedang 0,91 Baik sekali Baik Baik Sangat baik 0,70 Tinggi Dipakai
Tabel 3.7 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains Siswa
36
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Kuesioner sikap yang digunakan adalah kuesioner dengan indikator terpadu yakni
yang berasal dari PISA 2006 dan kuesioner yang telah disusun oleh Dr. Richard
Moore yakni Scientific Attitude Inventory II (1997) yang sesuai dengan definisi sikap
ilmiah dari Bennet (Anwer et.al., 2012) yakni sikap yang berkaitan dengan practical
work. Izin penggunaan SAI II telah diberikan oleh Dr. Moore melalui e-mail
(Lampiran F.3). Kuesioner disusun dalam bentuk skala Likert-5 (sangat setuju, setuju,
netral/ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju). Kisi-kisi kuesioner sikap
ilmiah dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner sikap ilmiah
Indikator
umum Indikator Khusus
No. Soal dan
Orientasi Jawaban
Positif Negatif
Dukungan
Terhadap
Inkuiri
Ilmiah
Menghargai perbedaan pandangan dan pendapat
ilmiah (berfikiran terbuka) untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut 3)
4 5
Mendukung penggunaan informasi faktual dan
eksplanasi rasional agar tidak terjadi bias 3)
6 15
Menunjukkan pemahaman bahwa proses yang logis,
kritis dan cermat diperlukan dalam mengambil
kesimpulan 3)
16 17
Dukungan
terhadap
Sifat Sains
Menunjukkan pemahaman bahwa sains memiliki
keterbatasan : teori dan prinsip sains adalah tentatif
dan mendekati kebenaran serta tidak semua
permasalah dapat dapat dijawab oleh sains 1)
18 7
Meyakini bahwa saintis harus memiliki kejujuran
intelektual, objektivitas dalam observas. Observasi
dan eksperimen adalah dasar dari penerapan sains1)
12 22
Keyakinan
diri sebagai
pembelajar
sains
Keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara
efektif 2)
21 14
Keyakinan dalam menangani kesulitan dalam
menyelesaikan masalah2)
1 2
Keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah
yang tinggi2)
3 19
Ketertarikan
terhadap
sains
Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu
sains dan mempraktikan sains3)
13 20
Menunjukkan keinginan untuk memperoleh tambahan
pengetahuan dan keahlian ilmiah, menggunakan
beragam sumber dan metode ilmiah3)
8 9
Menunjukkan keinginan untuk mencari informasi dan
memiliki ketertarikan terus-menerus terhadap sains3)
10 11
Jumlah 11 11
37
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(Sumber : Moore & Foy, 1997; OECD, 2006)
Keterangan :
1). Indikator hanya terdapat dari PISA
2). Indikator hanya terdapat dari SAI II
3). Indikator ada pada PISA dan SAI II
Sebelum dijadikan sebagai instrumen penelitian, kuesioner diujicoba terlebih dahulu
dan hasil pehitungannya diolah menggunakan bantuan softwere ANATESV4 uraian
untuk menguji tingkat kesukaran,validitas, reliabilitas, dan daya pembeda soal. Dan
hasilnya sebagai berikut :
Tabel 3.9 Rekapitulasi analisis butir soal kuesioner sikap ilmiah siswa
No.
soal
Tingkat
kesukaran Keterangan
Daya
pembeda Keterangan Validitas Keterangan Reliabilitas Keputusan
1 0,67 Sedang 0,32 Cukup 0,68 Tinggi 0,86 Dipakai
2 0,54 Sedang 0,36 Cukup 0,51 Cukup Sangat
tinggi Dipakai
3 0,70 Sangat
mudah 0,25 Cukup 0,62 Tinggi Dipakai
4 0,69 Sedang 0,18 Jelek 0,48 Cukup Dipakai 5 0,62 Sedang 0,20 Jelek 0,40 Cukup Dipakai 6 0,67 Sedang 0,40 Cukup 0,65 Tinggi Dipakai
7 0,49 Sedang 0,21 Cukup 0,36 Rendah Direvisi 8 0,75 Mudah 0,16 Jelek 0,48 Cukup Dipakai 9 0,54 Sedang 0,29 Cukup 0,53 Cukup Dipakai
10 0,80 Mudah 0,29 Cukup 0,44 Cukup Dipakai 11 0,62 Sedang 0,20 Jelek 0,45 Cukup Dipakai
12 0,72 Mudah 0,36 Cukup 0,62 Tinggi Dipakai 13 0,73 Mudah 0,27 Cukup 0,52 Cukup Dipakai 14 0,64 Sedang 0,41 Baik 0,61 Tinggi Dipakai
15 0,54 Sedang 0,43 Baik 0,64 Tinggi Dipakai
16 0,71 Mudah 0,23 Cukup 0,50 Cukup Dipakai 17 0,61 Sedang 0,21 Cukup 0,45 Cukup Dipakai
18 0,54 Sedang 0,18 Jelek 0,35 Rendah Direvisi
19 0,57 Sedang 0,09 Jelek 0,36 Rendah Direvisi 20 0,61 Sedang 0,32 Cukup 0,55 Cukup Dipakai 21 0,60 Sedang 0,16 Jelek 0,46 Cukup Dipakai 22 0,72 Mudah 0,40 Cukup 0,63 Tinggi Dipakai
38
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Lembar Observasi, digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan
sintaks pembelajaran Inquiry lab dalam pembelajaran yang dilakukan
oleh peneliti. Observer melakukan pengamatan sintaks pembelajaran
dengan menggunakan sintaks pembelajaran Inquiry lab (Wenning,
2011) dengan tahapan : (1) Observation, (2) Manipulation, (3)
Generalization, (4) Verification, dan (5) Application (Lampiran E.2).
4. Lembar Kerja Siswa (LKS), digunakan untuk membantu dalam
keterlaksanaan proses pembelajaran inquiry lab. Pembuatan LKS ini
juga telah dikonsultasikan dengan Wenning melalui email (Lampiran
F.2).
Instrumen dikembangkan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Membuat instrumen yang disesuaikan dengan fenomena alam yang
dikenal oleh siswa tentang gerak pada tumbuhan dan disesuaikan
dengan indikator literasi sains dan pada PISA 2006 . Untuk sikap
ilmiah disesuaikan dengan indikator PISA 2006 dan SAI (II) (Moore
dan Foy,1997) dan untuk sintaks pembelajaran berdasarkan indikator
dasar dari Wenning (2011).
2. Dilakukan judgment terhadap instrumen yang dibuat oleh dosen ahli
3. Dilakukan uji coba instrument.
4. Dilakukan analisis butir soal literasi sains dan sikap ilmiah.
5. Dilakukan uji instrumen kembali untuk soal yang kurang baik yang
telah direvisi.
H. Pengolahan Data
1. Pengolahan keterlaksanaan sintaks pembelajaran
a. Menghitung skor dari aspek pembelajaran yang dinilai
b. Menghitung persentasi skor yang diperoleh dengan rumus berikut :
Persen keterlaksanaan = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚𝑥 100%
c. Menentukan kategori keterlaksanaan model pembelajaran
berdasarkan Tabel 3.10 berikut ini :
39
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.10 Kriteria keterlaksanaan model pembelajaran
Persentase
Keterlaksanaan(%)
Kategori
81-100 Baik sekali
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Kurang sekali
(Harahap, 1982)
2. Pengolahan Data Tes Kemampuan Literasi Sains
a. Menghitung skor yang diperoleh siswa
b. Melakukan perhitungan nilai siswa yang dihitung dengan
menggunakan rumus :
N = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
skor maksimal𝑥 100
c. Melakukan uji statistika
1) Uji Prasyarat
Uji prasyarat merupakan uji awal yang akan menentukan
apakah hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik
ataukah nonparametrik. Uji prasayarat ini terdiri atas dua bagian
yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji ini akan
dilakukan melalui software statistik SPSS 16.
a. Uji Normalitas; untuk menentukan apakah populasi
berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis dalam pengujian ini adalah :
H0 = data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi >
0,05 maka H0 diterima, jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak.
b. Uji Homogenitas; untuk menentukan apakah asumsi varians
apakah homogen atau tidak.
40
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hipotesis dalam pengujian ini adalah :
H0 = variansi pada setiap kelompok sama (homogen)
H1 = variansi pada setiap kelompok tidak sama (tidak homogen)
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi >
0,05 maka H0 diterima, jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak
2) Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan yakni melalui uji dua rata-rata
serta membandingkan gain yang ternormalisasi yang diperoleh
pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Jenis uji dua rata-rata
yang digunakan bergantung kepada skala pengukuran variabel,
jenis hipotesis. Jika skalanya berupa skala numerik dan jenis
hipotesisnya adalah komparatif dengan ,membandingkan dua
kelompok yang tidak berpasangan dengan jumlah data ≥ 30 dan
data berdistribusi normal maka dilakukan uji parametrik yaitu uji t
independen, namun jika data tidak berdistribusi normal maka
dilakkan uji Mann-Whitney.
Hipotesis dalam pengujian berikut ini adalah :
H0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi >
0,05 maka H0 diterima, jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak.
d. Menghitung nilai N-gain dengan rumus :
<g> = 𝑇2−𝑇1
𝐼𝑠−𝑇1
Keterangan :
<g> : N-gain T2 : nilai posttest
T1 : nilai pretest Is : skor maksimal
41
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.11 Kriteria N-gain
Rentang Kriteria
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≥ g ≥ 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
(Hake, 1999)
3. Pengolahan Data Tes Sikap Ilmiah
a. Menghitung skor yang diperoleh siswa
Analisis kuesioner sikap ilmiah menggunakan skala Likert-5. Berikut
adalah skor yang akan diberikan pada tiap tipe jawaban, sesuai dengan
orientasi jawaban yang diharapkan :
Tabel 3.12 Cara pemberian skor kuesioner sikap ilmiah
Jawaban Responden Soal Berorientasi
Jawaban Positif1)
Soal Berorientasi
Jawaban Negatif 2)
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Ket :
1) Soal berorientasi jawaban positif : soal yang diharapkan agar
responeden menjawab dengan jawaban berorientasi positif
2) Soal berorientasijawaban negatif : soal yang diharapkan agar
responeden menjawab dengan jawaban berorientasi negatif
b. Melakukan perhitungan nilai siswa yang dihitung dengan
menggunakan rumus :
Nilai siswa = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
skor maksimal𝑥 100
c. Melakukan uji statistika
I. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian terdapat beberapa prosedur penelitian
agar penelitian ini terarah dan mudah dilkukan, tahapan tersebut terdiri
dari :
42
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Tahap Persiapan
Studi literatur, mengumpulkan informasi tentang literasi sains,
sikap ilmiah, inquiry, inquiry lab, praktikum guided inquiry lab,
eksperimen dalam materi gerak pada tumbuhan, dan geotropisme.
Field study, mengambil informasi ke sekolah tempat penelitian
tantang pembelajaran yang dilakukan, kondisi ruangan kelas, dan
waktu pembelajaran.
Pembuatan proposal penelitian, bimbingan dengan dosen
pembimbing, seminar proposal, dan revisi proposal penelitian
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Penyusunan tes kemampuan literasi sains, sikap ilmiah, dan lembar
observasi keterlaksanaan sintaks model pembelajaran inquiry lab
Judgment instrumen kepada dosen pembimbing dan dosen ahli
Instrumen tes kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah diujicoba
pada siswa yang pernah mendapatkan materi gerak pada tumbuhan
Analisis butir soal instrumen dan dilakukan revisi
Pengulangan uji coba instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pretest untuk kelompok kontrol dan eksperimen
Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry lab
pada kelas eksperimen dan
Pelaksanaan pembelajaran konvensional di kelas kontrol
Pelaksanaan posttest untuk kelompok kontrol dan eksperimen
3. Tahap Penarikan kesimpulan
Analisis dan mengolah data hasil penelitian menggunakan
statistika
Pembahasan data hasil penelitian
Penarikan kesimpulan
43
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penyusunan laporan peneitian.
J. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur penelitian
44
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu