BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain...
36 Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan metode penelitian yang meliputi desain penelitian,
partisipan, tahapan pengembangan instrumen dan prosedur penelitian.
3.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini, menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2010, hlm. 8), pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dan dalam proses
pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian, dan analisis datanya
bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan
dilakukan pencatatan. Hasil dari penelitian mengenai kematangan karir siswa
SMP adalah berupa angka, sehingga memudahkan proses analisis dan
penafsirannya dengan menggunakan hubungan statistik. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yag membutuhkan jawaban
penelitian secara deskriptif. Pada penelitian ini, pendekatan kuantitatif digunakan
untuk memperoleh data mengenai kematangan karir siswa SMP.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-pengembangan
(deskriptif-developmental). Metode ini merupakan sebuah desain penelitian yang
dirancang untuk mengembangkan salah satu pengembangan fisik (Alat ukur)
dalam pendidikan sekaligus mengembangkan hasil-hasil temuan dari penelitian
(Sevilla, 1993, hlm. 81-84)
37
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2 Partisipan Penelitian
Dalam mengembangan skala kematangan karir ini, penulis melibatkan
beberapa pihak diantaranya dosen ahli dan peserta didik Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Berikut penjelasan peneliti melibatkan partisipan dalam
penelitian ini;
1) Dosen ahli
Dalam penelitian ini melibatkan 3 orang dosen ahli untuk menumbang
(Judgement) kelayakan instrumen kematangan karir dari segi bahasa,
konstruk dan konten.
2) Peserta didik SMP
Pada Penelitian ini yang menjadi partisipan penelitian adalah peserta didik
kelas VIII SMP di Kota Bandung dilibatkan untuk menguji keterbacaan dan
bahasa, uji lapangan tahap I, uji lapangan tahap II dan pengujian draft akhir
Skala kematangan karir. Adapun perincian dari jumlah peserta didik yang
terlibat adalah sebagai berikut ;
a. Jumlah peserta didik yang terlibat dalam uji keterbacaan dan bahasa
Tabel 3.1
Peserta Uji Keterbacaan
Nama Sekolah
Jumlah peserta
didik yang
terlibat
SMP BPI Bandung 20 orang
SMP Angkasa LHS Bandung 15 orang
Total 35 orang
b. Jumlah peserta didik yang terlibat dalam uji lapangan tahap I
Tabel 3.2
Peserta Uji Lapangan Tahap I
Nama Sekolah
Jumlah peserta
didik yang
terlibat
SMPN 40 Bandung 35 orang
Total 35 orang
38
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Jumlah peserta didik yang terlibat dalam uji lapangan tahap II
Tabel 3.3
Peserta Uji Lapangan Tahap II
Nama Sekolah
Jumlah peserta
didik yang
terlibat
SMPN 29 Bandung 30 orang
Total 30 orang
d. Jumlah peserta didik yang terlibat dalam pengujian draft akhir
Tabel 3.4
Peserta Pengujian Draft Akhir
Nama Sekolah
Jumlah peserta
didik yang
terlibat
SMPN 10 BANDUNG 66 orang
SMPN 43 BANDUNG 60 orang
SMPN 1 BANDUNG 62 orang
SMPN 26 BANDUNG 69 orang
SMPN 19 BANDUNG 66 orang
SMPN 35 BANDUNG 71 orang
SMPN 5 BANDUNG 67 orang
SMPN 40 BANDUNG 60 orang
SMPN 45 BANDUNG 73 orang
MTsN 2 BANDUNG 61 orang
SMPN 8 BANDUNG 66 orang
SMPN 54 BANDUNG 64 orang
SMPN 31 BANDUNG 59 orang
SMPN 34 BANDUNG 67 orang
Total 917 orang
3.3 Prosedur Penelitian (Tahap Persiapan)
3.3.1. Definisi Konsep Kematangan Karir
Istilah karir sering dimaknai sebagai pekerjaan, posisi atau jabatan individu.
Akan tetapi menurut Super istilah karir merupakan jalannya peristiwa-peristiwa
kehidupan yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab individu terhadap
pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya dan merupakan
serangkaian posisi-posisi yang diberikan upah atau tidak berupah yang diduduki
individu sejak masa remaja hingga pensiun, namun teori dasar dari karir atau kerja
39
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
itu sendiri merupakan perwujudan konsep diri, individu berusaha menetapkan
konsep diri pada saat memilih pekerjaan, salah satu caranya adalah dengan
mengukur diri apakah mampu atau tidak dengan berfikir realistis pada saat
memilih pekerjaan tertentu. Karena pilihan karir itu merupakan soal mencocokan
(matching) antara konsep diri dengan pekerjaan yang akan diambil (Manhiru,
1992 hlm. 32-34; Munandir 1996, hlm. 96).
Pencapaian karir individu tidak akan lepas dari proses yang ditempuhnya,
dan menurut Super (Patton, Lokan, 2001 hlm. 35), menggambarkan
perkembangan kematangan karir harus dilihat sebagai proses keberlangsungan
serangkaian tahap perkembangan, yang dicirikan oleh tugas-tugas perkembangan
tertentu dan dapat diukur. Hal ini yang menyebabkan Super mencetuskan istilah
kematangan karir “Career maturity”,
Super mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan individu untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Kesiapan yang dimaksud didalamnya
terdapat kesiapan kognitif maupun kesiapan afektif, dan juga mengindikasikan
bahwa kematangan karir individu adalah “…congruence between an indiviadual’s
vocational behavior and the expected vocational behavior at the age“, artinya
“...kesesuaian individu antara perilaku karier dan perilaku karier pada rentang usia
tertentu”. yang berarti bahwa individu yang dipandang matang karirnya oleh
Super adalah individu yang telah menyelesaikan tahapan perkembangan karir
yang sesuai dengan tugas perkembangan individu tersebut. (Super, 1991;
Ilfiandra, 1997; Sharf, 1992).
Super berpendapat bahwa kematangan karir merupakan kesiapan individu
untuk membuat pilihan karir yang tepat dengan tugas perkembangan, tidak hanya
bersangkutan dengan tercapainya tugas perkembangan individu saja tetapi juga
dengan terwujudnya perilaku menghadapi tugas-tugas dari suatu periode
pengembangan tertentu, kematangan karir pada kuntinum ini dijelaskan dalam hal
dimensi sikap dan kompetensi yang akan memberikan informasi yang relevan
untuk konseling dan tujuan pendidikan serta strategi karir. (Sharf, 1992 hal.155;
Zunker, 1986 hlm. 27-28)
40
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Super (Seligman, 1994 hlm.28) menjelaskan bahwa proses kematangan
karir memiliki lima elemen yaitu; perencanaan karir (career plainning), eksplorasi
karir (career exploration), pengetahuan tentang membuat keputusan (decision
making), pengetahuan tentang informasi dunia kerja (world of work information),
pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang disukai (knowledge of prefereed
occupational group) dan realism keputusan karir (reality orientation).
Berikut adalah penjelasan dari kelima elemen tersebut;
1) Perencanaan karir (career plainning) pada konsep kematangan karir Super
merujuk pada pemahaman diri serta keterlibatan individu dalam aktivitas
merencanakan karir.
2) Eksplorasi karir (career exploration) pada konsep kematangan karir Super
adalah mengukur keinginan individu untuk mencari sumber-sumber
informasi karir dan memanfaatkannya.
3) Pengetahuan tentang membuat keputusan (decision making) pada konsep
kematangan karir Super memuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip
pengambilan keputusan
4) Pengetahuan tentang informasi dunia kerja (world of work information)
pada konsep kematangan karir Super adalah kemampuan mengenal dunia
kerja, pilihan pekerjaan, peran kehidupan dan pekerjaan. sesuai dengan
informasi yang didapat.
5) Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang disukai (knowledge of
prefereed occupational group) pada konsep kematangan karir Super adalah
kemampuan mengidentifikasi pekerjaan, perlengkapan yang harus disiapkan
sesuai dengan minat pekerjaan yang diinginkan
6) Realisme keputusan karir (reality orientation) adalah mengembangkan
pengetahuan mengenai diri, pilihan yang nyata, konsisten dalam memilih,
memiliki nilai yang jelas, memiliki minat, objektif, dan memiliki
pengalaman bekerja.
41
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.2. Definisi Operasional Variabel
Skala Kematangan Karir siswa SMP (SKKS) yang disusun pada penelitian
ini dilandasi oleh teori karir Super tentang kematangan karir (career maturity).
Penulis menganggap bahwa proses kematangan karir merupakan salah satu
tahapan terpenting dalam tugas perkembangan, Peserta didik yang berada di
Sekolah Menengah Pertama berada pada tahap eksplorasi jika menurut proses
perkembangan karir Super, yang mana peserta didik sedang memikirkan berbagai
alternatif pilihan sekolah lanjutan yang akan diambil, mereka belum bisa
menentukan pekerjaan yang akan ditempuh sesudah menyelesaikan Sekolah
lanjutannya nanti dikarenakan pengambilan keputusannya belum terikat atau
belum pasti.
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan kematangan karir individu adalah
kesiapan individu dalam menyelaraskan pilihan karir dengan tingkatan
perkembangan untuk membuat suatu keputusan karir berdasarkan pilihan yang
realistis. Skala Kematangan Karir ini didefinisikan sebagai alat untuk mengukur
kemampuan individu dalam membuat keputusan karir yang tepat, agar bisa
dipergunakan untuk membantu mengungkap kematangan karir siswa SMP dan
membantu guru BK dalam membuat layanan bimbingan karir. Skala Kematangan
Karir ini meliputi dua aspek kematangan karir; Aspek afektif dan Aspek kognitif,
Berikut adalah penjelasan dari setiap sekala serta aspek-aspek yang ada
didalamnya, adalah sebagai berikut ;
1) Aspek afektif yang dimaksud adalah persetujuan seseorang terhadap
keputusan karir yang akan diambilnya, adapun aspeknya terdiri dari; a)
perencanaan karir, b) eksplorasi karir, c) realisme keputusan karir
2) Aspek kognitif yang dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam
membuat selusi dalam beberapa permasalahan yang berkenaan dengan
pemilihan keputusan karir, adapun aspeknya terdiri dari; a) pengetahuan
tentang membuat keputusan, b) pengetahuan tentang informasi sekolah
lanjutan
42
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.3. Kisi-kisi
Tabel 3.5
Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Siswa Sebelum Judgement
Variabel Aspek Indikator No. Item Σ
Skala
Afektif
Perencanaan karir Memahami kelebihan dan kekurangan diri terkait pemilihan sekolah lanjutan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
12
Memiliki rencana studi lanjut 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19
7
Eksplorasi karir Memiliki informasi serta mengetahui peluang sekolah lanjutan
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27
8
Mengetahui peluang karir setelah sekolah lanjutan
28, 29, 30, 31, 32
5
Realisme keputusan karir
Paham dalam menyikapi kelebihan dan kekurangan pada diri yang berhubungan dengan pilihan sekolah lanjutan yang diinginkan
33, 34 ,35, 36, 37
5
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan sekolah lanjutan
38, 39, 40, 41, 42
5
Skala Kognitif
Pengetahuan tentang membuat keputusan
Memahami usaha membuat keputusan sekolah lanjutan
1, 2, 3 3
Mengetahui cara orang lain membuat keputusan sekolah lanjutan
4, 5, 6 3
Mampu memanfaatkan informasi yang telah didapatkan untuk menentukan keputusan sekolah lanjutan
7, 8, 9 3
Pengetahuan tentang informasi sekolah lanjutan
Mampu memilih kegiatan positif disekolah lanjutan
10, 11, 12 3
Mengetahui lingkungan sekolah lanjutan
13, 14 2
Pengetahuan tentang sekolah lanjutan yang disukai
Mengetahui langkah yang perlu dipersiapkan di sekolah lanjutan yang dipilih
15, 16, 17 3
Mampu mengidentifikasi alasan dalam memilih sekolah yang dipilih
18, 19, 20 3
43
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.4. Pedoman Skoring dan Norma Penafsiran
Skala Kematangan karir ini menggunakan instrumen 2 bentuk instrumen
yang berbeda. Tapi untuk penyekoran kedua datanya dilakukan dengan merujuk
kepada penyekoran skala Likert. Berikut merupakan pedoman penyekoran yang
diadaptasi dari model skala Likert.
Tabel 3.6
Pola Skor Respons
Skala Afektif
Pernyataan
Opsi Alternatif Respon
Sesuai Ragu-ragu Tidak
Sesuai
Favorable (+) 3 2 1
Unfafvorable (-) 1 2 3
Tabel 3.7
Pola Skor Respon
Skala Kognitif
Pernyataan
Opsi Alternatif Respon
A B C
Favorable (+) 3 2 1
Setelah data yang didapat diberikan skor kemudian dilakukan
pengelompokkan data yang bertujuan untuk menempatkan responden pada tiga
kategori tinggi, sedang dan rendah. Perhitungan kategori tingkat kematangan karir
pada instrumen kematangan karir dilakukan berdasarkan pendapat Azwar (2012
hlm. 147-149) yaitu sebagai berikut.
1) Menghitung jumlah item angket kematangan karir
2) Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban dari setiap pertanyaan,
scoring dapat dilihat pada poin penjelasan sebelumnya.
3) Mencari skor minimum
44
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Mencari skor maksimum
5) Mencari luas jarak sebaran
6) Mencari satuan deviasi standar ( )
7) Menghitung mean teoretis ( )
Setelah diketahui nilai mean teoretisnya, maka dapat ditentukan kriteria
kematangan karir dengan menggunakan interval kategori sebagai berikut.
Tabel 3.8
Kategorisasi Kematangan Karir Peserta Didik
No Interval Kategori
1 ( ) Matang
2 ( ) ( ) Belum matang
3 ( ) Tidak Matang
Sumber (Azwar, 2012 hlm. 149)
Tabel 3.9
Penafsiran Kategori Norma Skala Kematangan Karir Siswa SMP
Kategori Tafsiran Kematangan Karir
Matang Kesiapan peserta didik dalam membuat keputusan karir yang
tepat tergolong matang
Belum
matang
Kesiapan peserta didik dalam membuat keputusan karir yang
tepat tergolong belum matang.
Tidak
matang
Kesiapan peserta didik dalam membuat keputusan karir yang
tepat tergolong belum matang
3.3.5. Format Instrumen
Format instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala.
Menurut Sukamadinata (2008 hlm. 225) skala merupakan teknik pengumpulan
data yang bersifat mengukur, karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-
angka. Skala yang digunakan adalah skala deskriptif dari bentuk skala sikap
Likert yaitu berupa pertanyaan atau pernyataan yang memiliki jumlah alternatif
jawab ganjil lebih dari tiga alternatif jawaban.
45
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian ini, Skala kematangan karir siswa SMP dikembangkan
menjadi dua bentuk skala, yaitu skala afektif dan kognitif, Pada dasarnya kedua
Skala ini menggunakan skala penilaian (likert). Dengan tiga jawaban, akan tetapi
jika pada Skala Afektif memiliki pilihan jawaban, yakni : Sesuai (S), Ragu-ragu
(RR) dan Tidak sesuai (TS). Sedangkan Skala Kognitif memiliki pilihan jawaban;
“A”, “B” dan “C”
Untuk kepentingan pedoman penyekoran tiap item, menggunakan metode
rasch model. Untuk melihat apakah item yang diberikan kepada responden sudah
bisa mengukur atau belum.
3.4 Prosedur Penelitian (tahap Pelaksanaan)
3.4.1. Penimbangan (Judgement) Instrumen oleh Dosen Ahli
Uji kelayakan instrumen ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan
instrumen dari segi bahasa, isi dan konstruk. Karir Siswa SMP yang sesuai dengan
harapan. Penimbangan perlu dilakukan guna mendapatkan alat ukur yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Bia terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai,
maka butir pernyataan tersebut akan dibuang atau hanya direvisi, yang kemudian
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian
3.4.2. Uji Keterbacaan dan Bahasa
Uji keterbacaan dilakukan kepada peserta didik yang tidak dijadikan anggota
sampel penelitian, Uji keterbacaan serta bahasa dilaksanakan di dua sekolah yaitu;
di SMP BPI Bandung dan SMP Angkasa Lanud HUsein Sastranegara Bandung.
Maksud dari uji keterbacaan dan bahasa itu sendiri dimaksudkan untuk mengukur
sejauh mana keterbacaan item pernyataan yang kurang dipahami, sehingga
kalimat dalam item pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud
dari pernyataan tersebut. untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat
dipahami secara bahasa dan penulisannya.
46
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4.3. Uji Lapangan Tahap I & II
Uji coba lapangan ini dilakukan dua kali, yaitu tahap I dan tahap II, Adapun
maksud pengujian lapangan dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan/kesahan
(validity) dan mengetahui tingkat konsistensi (reliability) alat ukur yang disusun
dan digunakan dalam penelitian.
3.4.4. Pengujian Validitas
Menurut Arikunto (2002, hal. 144) Validitas merupakan suatu ukuran yang
menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan sebuah instrumen. Semakin tinggi
hasil validitas maka instrumen yang diujikan semakin valid atau sahih begitupula
semakin rendah validitas sebuah instrumen maka instrumen kurang valid.
Sedangkan validitas menurut Rasch Model adalah seberapa jauh pengukuran oleh
instrumen dapat mengukur atribut yang seharusnya diukur. Hal ini dimaksudkan
bahwa instrument yang digunakan mengukur sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Sumintono, B. dan Widhiarso, W. 2014, hal. 33-34)
3.4.5. Pengujian Reliabilitas
Uji reabilitas menunjukan bahwa instrumen dapat dipercaya sebagai alat
pengumpul data, karena insterumen tersebut sudah cukup baik, Untuk
menentukan relibialitas digunakan rumus K-R 21, sebagai berikut ;
(
) (
( )
)
Keterangan :
= reabilitas
= rata-rata skor total
= banyaknya butir
= Varian total
47
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5 Prosedur Penelitian (Tahap Pelaporan)
3.5.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan di 14 Sekolah Menengah Pertama yang
tersebar di 7 wilayah di Kota Bandung, pembagian wilayah dapat dilihat di
(lampiran 2). Setelah menentukan tanggal serta waktu penyebaran dimasing-
masing sekolah. Maka penyebaran Skala Kematangan Karir siswa SMP dimulai
senin tanggal 24 April 2017 sampai dengan sabtu tanggal 20 Mei 2017.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada saat penyebaran Skala
Kematangan Karir siswa SMP adalah sebagai berikut;
1) Membuka dengan salam dan perkenalan dengan singkat
2) Menyampaikan secara singkat maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan
dilakukan
3) Membagikan lembar identitas dan lembar jawaban dan menjelaskan tata
cara pengisiannya
4) Setelah semuanya selesai mengisi lembar identitas dengan lengkap lalu
mulai dibagikan buku Skala Kematangan Karir siswa SMP
5) Setelah memastikan semua peserta didik mendapatkan buku, lalu
membacakan pendahuluan buku dan dilanjutkan membacakan instruksi
pengerjaan skala afektif
6) Mempersilahkan peserta didik menjawab pernyataan
7) Setelah memastikan semua peserta didik menjawab bagian pertama (skala
afektif) dilanjutkan dengan membacakan instruksi pengerjaan skala kognitif
8) Mempersilahkan peserta didik menjawab pernyataan
9) Setelah memastikan semua peserta didik menjawab bagian kedua (skala
kognitif), maka peneliti meminta peserta didik mengumpulkan buku serta
lembar jawaban di meja guru yang ada didepan kelas.
10) Menutup pertemuan dengan doa dan berterimakasih serta diakhiri dengan
salam.
Lembar Jawaban siswa kemudian diperiksa kelengkapannya satu persatu.
Data yang diperoleh berupa skor dari masing-masing sekolah yang menjadi
sampel penelitian, kemudian diinput menggunakan Microsoft Excel yang
48
Nurlathif Muhyidin, 2017 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selanjutnya diolah menggunakan aplikasi Winsetep untuk mendapatkan hasil
pengujian setiap item, mendapatkan validitas dan reliabilitas, norma dan
menyusun manual instrumen kematangan kasir siswa SMP secara lengkap.