BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ...

22
41 BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ AYAT 1-5 A. Al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5 Surat ini oleh para ulama’ disepakati turun di Makah sebelum nabi Muhammad saw. hijrah. Para ulama juga sepakat, bahwa wahyu al-Qur’an yang pertama turun adalah lima ayat pertama surat al-‘Alaq. Atas dasar inilah, Thabathaba’i berpendapat, dari konteks uraian ayat-ayatnya, maka tidak mustahil bahwa keseluruhan ayat-ayat surat ini turun sekaligus. 1 Berbeda dengan pendapat di atas, Ibnu Asyur sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab berpendapat bahwa lima ayat surat al-‘Alaq turun pada tanggal 17 Ramadhan. 2 Pendapat kedua inilah yang banyak diikuti oleh kebanyakan ulama. Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat Iqra’ Bismi Rabbika. Namanya yang tercantum dalam sekian banyak mushaf adalah surat al-‘Alaq, namun juga ada yang menamainya dengan surat iqra’. 3 Menurut Ibnu Katsir bahwa surat al-‘alaq ayat 1-5 merupakan surat yang berbicara tentang permulaan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, awal dari nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya dan sebagai tanbih (peringatan) tentang proses awal penciptaan manusia dari ‘alaqah. Ayat ini juga menjelaskan kemuliaan Allah SWT. yang telah mengajarkan manusia sesuatu hal (pengetahuan) yang belum diketahui, sehingga hamba dimuliakan Allah dengan ilmu yang merupakan qudrat-Nya. 4 Sementara itu, menurut Ali al-Shabuni bahwa surat al-‘Alaq disebut juga dengan surat Iqra’, ayat ini turun di Makah dengan memuat 3 hal: 1. menjelaskan awal turunnya wahyu kepada nabi Muhammad saw; 2. menjelaskan kekuasaan Allah tentang penciptaan 1 Muhammad Husain al-T} abat} aba’i, al-Miza>n fi Tafsi>r al-Qur’a>n, Juz 10, (Beirut: Lebanon: t.th.), hlm. 369. 2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 15. (Jakarta: Lentera Hati, 2004), hlm. 391. 3 Ibid. 4 Abu Fida al-Hafiz ibn Katsir al-Dimisqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, Jilid 4, (Beirut: Dar-al-Fikr, t.th.), hlm. 645.

Transcript of BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ...

Page 1: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

41

BAB III

MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT

AL-‘ALAQ AYAT 1-5

A. Al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5

Surat ini oleh para ulama’ disepakati turun di Makah sebelum nabi

Muhammad saw. hijrah. Para ulama juga sepakat, bahwa wahyu al-Qur’an

yang pertama turun adalah lima ayat pertama surat al-‘Alaq. Atas dasar inilah,

Thabathaba’i berpendapat, dari konteks uraian ayat-ayatnya, maka tidak

mustahil bahwa keseluruhan ayat-ayat surat ini turun sekaligus.1 Berbeda

dengan pendapat di atas, Ibnu Asyur sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab

berpendapat bahwa lima ayat surat al-‘Alaq turun pada tanggal 17 Ramadhan.2

Pendapat kedua inilah yang banyak diikuti oleh kebanyakan ulama.

Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat Iqra’

Bismi Rabbika. Namanya yang tercantum dalam sekian banyak mushaf adalah

surat al-‘Alaq, namun juga ada yang menamainya dengan surat iqra’.3

Menurut Ibnu Katsir bahwa surat al-‘alaq ayat 1-5 merupakan surat yang

berbicara tentang permulaan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya,

awal dari nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya dan sebagai tanbih

(peringatan) tentang proses awal penciptaan manusia dari ‘alaqah. Ayat ini

juga menjelaskan kemuliaan Allah SWT. yang telah mengajarkan manusia

sesuatu hal (pengetahuan) yang belum diketahui, sehingga hamba dimuliakan

Allah dengan ilmu yang merupakan qudrat-Nya.4 Sementara itu, menurut Ali

al-Shabuni bahwa surat al-‘Alaq disebut juga dengan surat Iqra’, ayat ini turun

di Makah dengan memuat 3 hal: 1. menjelaskan awal turunnya wahyu kepada

nabi Muhammad saw; 2. menjelaskan kekuasaan Allah tentang penciptaan

1 Muhammad Husain al-T}abat}aba’i, al-Miza>n fi Tafsi>r al-Qur’a>n, Juz 10, (Beirut:

Lebanon: t.th.), hlm. 369. 2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 15.

(Jakarta: Lentera Hati, 2004), hlm. 391. 3 Ibid. 4 Abu Fida al-Hafiz ibn Katsir al-Dimisqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, Jilid 4, (Beirut:

Dar-al-Fikr, t.th.), hlm. 645.

Page 2: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

42

manusia ; 3. menjelaskan tentang kisah celakanya Abu Jahal sebab mencegah

(melarang) nabi Muhammad saw. melaksanakan shalat.5

1. Redaksi Ayat dan Terjemahnya

اقرأ وربك ) 2(نسان من علقإلخلق ا )1(بك الذي خلقر مسابرأ اقم3(األكر( بالق لملمالذي ع)4( لعان إل ا مسناملمعي لم )5: العلق) . (5

-1( (1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan (2) Dialah Yang Menciptakan manusia dari segumpal darah (3)Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. al-‘Alaq: 1-5)6

2. Muna>sabah Ayat

Secara etimologi, muna>sabah berarti al-musyakalah dan al-

mugharabah yang berarti “saling menyerupai dan saling mendekati”.7

Salain arti itu, berarti pula “persesuaian, hubungan atau relevansi”.8 Secara

terminologis, muna>sabah adalah “adanya keserupaan dan kedekatan di

antara berbagai ayat, surat dan kalimat yang mengakibatkan adanya

hubungan”.9

Menurut Abdul Djalal mendefinisikan muna>sabah dengan hubungan

persesuaian antar ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat lain

yang sebelum sesudahnya.10 Hubungan tersebut bisa berbentuk keterikatan

makna ayat-ayat dan macam-macam hubungan atau keniscayaan dalam

pikiran, seperti hubungan sebab musabab, hubungan kesetaraan dan

5 Muhammad ‘Ali al-S{abuni, Safwah al-Tafa>si>r, Juz 3, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), hlm.

580. 6 Soenarjo dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 1079. 7 Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 91. 8 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 154. 9 Ramli Abdul Wahid, loc. cit. 10 Abdul Djalal, loc. cit.

Page 3: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

43

hubungan perlawanan. Muna>sabah juga dapat dalam bentuk penguatan,

penafsiran dan penggantian.11

Seperti yang telah dikemukakan di atas, mengenai muna>sabah, para

mufassir mengingatkan agar dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat

al-Qur’an, khususnya yang berkaitan dengan penafsiran ilmiah, seorang

dituntut untuk memperhatikan segi-segi bahasa al-Qur’an serta korelasi

antar ayat.12 Karena seperti diketahui, penyusunan ayat-ayat al-Qur’an

tidak didasarkan pada kronologi masa turunnya, tetapi pada korelasi

makna ayat-ayatnya, sehingga kandungan ayat terdahulu selalu berkaitan

dengan kandungan ayat kemudian.

Muna>sabah surat al-‘Alaq ayat 1-5 dapat dilihat dari muna>sabah

ayat dan muna>sabah surat sebagai berikut:

a. Muna>sabah ayat

Surat al-‘Alaq ayat 1-5 memiliki muna>sabah dengan ayat

sesedahnya, yaitu ayat 6 sebagai berikut:

) 6: العلق(كال إن اإلنسان ليطغى Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas (QS. Al-‘Alaq: 6)13

Kata كال dalam ayat di atas digunakan untuk menegur dengan keras.

Ayat ini juga memberikan pengertian, bahwa kandungan kalimat sesudahnya

berlawanan dengan isi pernyataan sebelumnya, yaitu betapa naifnya manusia.

Meski telah jelas keadaannya dan amat parah kemiskinannya dalam dirinya

sendiri, dan tidak ada lagi keraguan, bahwa Allah SWT. adalah Sang Pemilik

segalanya, namun manusia tetap bersikap melampaui batas. Ia menolak

11 Muna>sabah sangat penting perannya dalam penafsiran, di antaranya karena untuk 1.

menemukan makna yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-kalimat atau ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an, sehingga bagian dari al-Qur’an saling berhubungan dan tampak menjadi satu rangkaian yang utuh dan integral; 2. mempermudah pemahaman al-Qur’an; 3. memperkuat keyakinan atas kebenaran sebagai wahyu Allah; 4. menolak tuduhan, bahwa susunan al-Qur’an kacau. Ramli Abdul Wahid, op. cit., hlm. 94-95.

12 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Mizan: Bandung, 1998), hlm. 135.

13 Soenarjo dkk., op. cit., hlm. 1079.

Page 4: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

44

menunjukkan kepatuhannya kepada Tuhannya, sementara ia bertindak zalim

terhadap makhluk-Nya.14

b. Muna>sabah surat

Surat al-‘Alaq ayat 1-5 memiliki muna>sabah dengan surat

sesudahnya, yaitu surat al-Ti>n sebagai berikut:

)4: التني(لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقومي Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. al-Ti>n: 4)15

Kandungan surat sebelumnya, al-Ti>n lebih memfokuskan

pembicaraannya tentang aneka nikmat yang telah dianugerahkan Allah

SWT. kepada nabi Muhammad saw., sedangkan surat al-‘Alaq

mengingatkan beliau tentang kebersamaan Allah yang tujuan agar nabi

tidak ragu atau berkecil hati dalam menyampaikan risalah sesuai

dengan perintah-Nya.

Menurut Wahbah al-Zuhaili, bahwa korelasi ayat di atas dengan

surat al-‘Alaq sebagai penjelasan dengan bentuk manusia (الصورة) yang

merujuk pada surat al-‘Alaq ayat 2, yaitu ا لقلق إلخع ان منسن ,16 bahwa

manusia diciptakan dari segumpal darah serta dalam bentuk yang

paling sempurna (paling baik dibandingkan dengan bentuk makhluk

lainnya). Di samping itu, surat al-‘Alaq juga menjelaskan tentang

keadaan akhirat yang merupakan penjelas bagi ayat sebelumnya.17

Selain surat al-Ti>n ayat 4, surat al-‘Alaq juga memiliki korelasi

dengan ayat terakhir surat al-D{uha ayat 11 sebagai berikut:

)11: الضحى(حدث وأما بنعمة ربك ف

14 Muhammad ‘Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, terj. Muhammad Bagir, (Bandung: Mizan,

1999), hlm. 252. 15 Soenarjo dkk., op. cit., hlm. 1076. 16 Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir fi Akidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj, (Lebanon:

Dar al-Fikr al-Mu’ashir, t.th.), hlm. 311. 17 Ibid.

Page 5: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

45

Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). (QS. al-D{uha: 11)18

Menurut Quraish Shihab, bahwa nabi saw. di sini diperintahkan

untuk membaca guna lebih memantapkan lagi hati beliau. Ayat di atas

bagaikan menyatakan: bacalah wahyu-wahyu Ilahi yang sebentar lagi

akan banyak engkau terima, dan baca juga alam dan masyarakatmu.

Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan pengetahuan.

Bacalah semua itu, tetapi dengan syarat hal tersebut engkau lakukan

“dengan” atau “demi” nama Tuhanmu yang selalu memelihara dan

membimbingmu dan yang menciptakan semua makhluk kapan dan di

manapun.19

3. Setting Sosial Budaya Bangsa Arab Waktu Turunnya Ayat 1-5

a. Zaman Jahiliyah

Periode sebelum Islam, masyarakat Arab dikenal dengan

“zaman Jahiliyah”. Disebut demikian karena adanya ketidakteraturan

politik, agama dan masyarakat sebelum datangnya Islam. Namun

sebenarnya ada sifat-sifat baik yang dialami di kalangan orang Arab

sebelum Islam. Sifat-sifat tersebut akan menjadi salah satu ciri bangsa

ini setelah zaman Islam. Mereka merupakan bangsa yang pintar

berpidato, lancar bicara, kuat ingatan, tegas keputusan, mahir berkuda,

loyal, amanah dan bebas dari pengaruh luar. Abul Hasan Ali Nadqi

menulis: “Tetapi isolasi yang berabad-abad di dalam Jazirah dan

desakan yang tidak wajar terhadap kepercayaan nenek moyang mereka

mengakibatkan moral dan kesehatan jiwa meraka sangat tidak

menentu. Pada abad ke-6 M mereka berada di lembah kebobrokan

moral, kebejatan dan kemusyrikan yang gelap dan selalu

memperturutkan nafsunya mengikuti sifat-sifat kehidupan primitif

yang lain”.

18 Soenarjo dkk., op. cit., hlm. 1071. 19 M. Quraish Shihab, Tafsir ..., op. cit., hlm. 392.

Page 6: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

46

Selama berabad-abad tidak ada Nabi di kalangan bangsa Arab

sebelum Islam, tidak ada Nabi lagi setelah nabi Isma’il ‘alaihissalam.

Mereka tidak mempunyai ideology agama dan pengetahuan yang

berdasarkan wahyu.

Adapun tentang keadaan bangsa Arab pada zaman Jahiliyah

dapat ditinjau dari beberapa kondisi, di antaranya:

1) Kondisi sosial

2) Kondisi politik

3) Kondisi keagamaan.20

Untuk lebih memperjelas kondisi dan keadaan bangsa Arab

tersebut, perlulah penulis jelaskan kondisi dan keadaan bangsa Arab di

atas.

1) Kondisi social

Kondisi sosial bangsa Arab makin lama makin memburuk,

mereka lebih suka bermabuk-mabukan dari kehidupan itu sendiri.

Kesusatraan Arab kuno berbau minuman keras dan banyak

mengekspresikan minuman-minuman tersebut, took-toko minuman

keras lengkap dengan spanduknya dihiaasi dengan hiasan yang

semarak. Kesenangan berikutnya yang juga banyak digemari

adalah judi. Mengurangi perjudian dianggap pekerjaan tidak

hormat, seorang penjudi akan emmpertaruhkan segala yang

dimiliki dalam sekali taruhan, setelah kalah tentu akan pulang

dengan muka menunduk penuh duka. Riba juga sangat mereka

gemari. Orang yang berhutang terkadang harus membayar melebihi

hutangnya kepada pemilik uang.

Wanita di kalangan mereka tidak mempunyai hak dan

kehormatan sosial, mereka merupakan makhluk Tuhan yang paling

menderita kala itu. Mereka memandang wanita sebagai barang

yang bergerak dan sangat meremehkannya. Laki-laki bebas

20 Majid Alikhan, Muhammad saw. Rasul Terakhir, (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 26-

27.

Page 7: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

47

mengawini wanita berapapun dan kemudian menceraikannya

kapanpun diingini. Hak wariss wanita dicabut dengan semena-

mena. Para jandaa tidak diizinkan menikah lagi. Mereka juga

mengalami diskriminasi makanan dan aspek yang lain dalam

kehidupan berumah tangga.

Orang Arab kala itu malu mempunyai anak perempuan,

seringkali si bapak langsung mengubur bayi perempuannya hidup-

hidup walaupun tentu jiwanya menjerit-jerit. Banyak pula

membunuh anaknya karena takut miskin. Kesombongan dan takut

miskin merupakan sebab utama dilakukannya kekejaman ini.21

Salah satu tradisi umum dalam masyarakat Jahiliyah adalah

mengawini ibu tiri, bahkan kadang-kadang saudara perempuan

sendiri. Seorang anak laki-laki tertua mengawini janda ayahnya

(ibu tiri) sebagai warisan, seperti hak milik lainnya. “Kehidupan

yang menyedihkan itu mereka lakukan sebelum dating Rasulullah

saw., beliaulah yang kemudian mengangkat deerajat wanita dari

lembah kehinaan ke posisi yang terhormat dan bermartabat”.

Dan perbudakan juga sangat umum di klangan bangsa Ara,

budak diperlakukan sangat tidak manusiawi. Pemilik budak

memegang otoritass hidup matinya budak. Mereka tidak diizinkan

untuk kawin, baik di antara mereka sendiri maupun dengan orang

merdeka, bila melanggar mereka akan mendapat hukuman yang

menakutkan.22

2) Kondisi politik

Seluruh bangsa Arab benar-benar menikmati

kemerdekaannya, kekaisaran yang dipandang maju waktu itu.

Kekaisaran Romawi dan Persia tidak memperhatikan bangsa Arab,

malahan menganggapnya masyarakat biadab, miskin dan

kelaparan. Bangsa Arab sendiri terbagi dalam beberapa suku

21 Ibid., hlm. 27. 22 Ibid., hlm. 28.

Page 8: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

48

bngsa, setiap suku mempunyai syeikhnya sendiri. Saling curiga

antar suku sudah demikian umum, sehingga insiden kecil saja

dapat membawa permusuhan dan dendam yang berlangsung

sampai beberapa generasi. Pepatah mereka mengatakan:

“Tolonglah saudaramu, baik sedang menganiaya ataupun dianiaya,

mereka sangat dipengaruhi oleh pepatah di atas. Kesombongan

antar suku sudah demikian kuat, sehingga setiap orang

menganggap dirinya dari keturunan yang paling mulia.

Insiden yang sangat remehpun dapat menyulut api

peperangan antar suku, seluruh Jazirah seperti sarang penyengat.

Sehingga seseorang tak pernah bisa menduga bilakah akan

dirampok atau dibunuh. Banyak orang diculik di depan mata

teman-temannya sendiri ketika sedang melakukan perjalanan

dalam kafilah. Kerajaan yang berkuasa waktu itu emmerlukan

armadaa yang kuat dan jaminan keselamatan dari kepala suku bila

kafilah mereka atau delegasi mereka hendak melakukan perjalanan

ke tempat lain.23

3) Kondisi keagamaan

Bangsa Arab adalah bangsa penyembah berhala, agama

mereka tidak bisa memberi sumbangan, baik material maupun

spiritual kepada mereka. Pada mulanya berhala yang mereka

sembah diperkenalkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan,

tetapi kemudian berubah status, setelah mereka mempertuhankan

berhala tersebut. Setiap kota, suku dan tempat mempunyai dewa

atau dewi sendiri-sendiri. Berhala-berhala tersebut mereka bikin

dengan bentuk yang bebas sesuai keinginan mereka. Ka’bah yang

dibangun nabi Ibrahim dan Isma’il di kelilingu 360 berhala, empat

yang utama al-Uzza, al-Latta, Manat dan Hubal sangat dipuja-puja

dan diharap-harap oleh hampir seluruh bangsa Arab. Dan setiap

rumah tangga di Makkah memiliki berhala pribadi, sehingga bila ia

23 Ibid., hlm. 29.

Page 9: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

49

hendak melakukan perjalanan jauh, maka langkah terakhir sebelum

berangkat adalah menyembah dan memohon karunia kepada dewa

keluarga tersebut.

Mereka juga mempercayai malaikat, roh, jin, binatang,

matahari dan bulan. Malaikat mereka anggap sebagai puteri Tuhan,

sedang jin dianggap sebagai pemegang kekuasaan bersama Tuhan

dalam mengendalikan dunia dan beberapa pohon juga mereka beri

status dewa.

Karena itu masyarakat Arab sebelum Islam, tenggelam dalam

keburukan berbarisme dan tahyul. Kondisi moral dan spiritual

bangsa Arab sangat menyedihkan, begitu juga di bagian dunia yang

lain, sehingga sangat memerlukan campur tangan Tuhan.24

Karena itu ketika manusia merintih akibat penindasan dan

penganiayaan, kezhaliman dan ekkejaman, kemungkaran dan

tahyul, Allah yang Maha Kuasa mengirim utusan-Nya yang

terakhir Rasulullah Muhammad saw., untuk menyadarkan dan

untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan ke jalan yang

terang.25

b. Kondisi Bangsa Arab

Untuk mengetahui kondisi dan wilayah bangsa Arab secara

mendalam dapat dilihat dari empat aspek, yaitu aspek geografis,

antropologis, sosiologis, dan ekonomisnya.

1) Geografis

Jazirah Arab terletak di Asia Baratdaya. Ketiga pantainya

dikelilingi oleh Laut Merah di Barat, Teluk Arab dan Teluk Oman

di Timur serta Laut Arab di Selatan, menempati posisi yang unik

dalam peta dunia kuno, ketika Amerika dan Benua Australia belum

ditemukan. Ia terletak dititik pertemuan tiga benua Asia, Afrika

dan Eropa. Jazirah Arab merupakan Jazirah terbesar di dunia,

24 Ibid., hlm. 30-31. 25 Ibid., hlm. 32.

Page 10: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

50

luasnya kira-kira 1.300.000 mil persegi. Secara geologis jazirah ini

merupakan perluasan sahara Afrika, dari sana kemudian dipisahkan

oleh celah Nil dan cekungan Laut Merah. Jazirah ini dibagi

menjadi beberapa bagian, yang terpenting ialah Hijaz, Nejd,

Yaman, Hadramaut dan Oman.

Dataran tinggi jazirah Arab membentang di sepanjang pantai

mencapai ketinggian antara 6000 sampai 9000 kaki di Hijaz,

tempat lahirnya Islam dengan dua kota suci Makkah dan Madinah.

Daerah di bagian Baratdaya, Yaman merupakan satu-satunya

daerah yang hujannya teratur dalam jazirah yang gersang ini,

sehingga terjaminlah pemanfaatan lahan. Nejd merupakan pusat

keramaian di jazirah tengah bagian utara, baik untuk padang

pengembalaan ternak. Selain kedua daerah ini hampir seluruh bumi

jazirah ini merupakan lahan tandus tetapi beberapa oase tersebar di

berbagai tempat.

Di sana tidak ada sungai dan hutan yang tetumbuhannya

selalu menghijau. Di seluruh jazirah hanya ada empat kelompok

kolam (hampir serupa dengan danau), yakni Ahsa, Kharj, Aflaj dan

Najran. Di samping itu banyak terdapat sumber air dan sumur-

sumur di beberapa daerah, khususnya di Madinah, Tha’if, Yaman,

Hadhramaut, Oman dan Makkah. Zamzam merupakan sumber air

yang paling terkenal di jazirah Arab.26

2) Antropologis

Orang-orang kuno yang ti9nggal di Arabia membentuk

suku-suku atau keluarga-keluarga. Sebagian dari mereka ada yang

membangun rumah tinggal permanen dan membangun perkotaan,

dengan demikian jadilah mereka penduduk kota. Tetapi

kebanyakan mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke

tempat lain mencari padang rumput yang subur untuk kambing

serta domba-domba mereka. Mereka dikenal sebagai suku Badui,

26 Ibid., hlm. 34-35.

Page 11: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

51

penghuni padang pasir. Bila mereka berhenti sementara waktu di

suatu tempat, mereka tinggal dalam tenda-tenda. Selera hidup

mereka sama sekali berbeda dengan orang ko0ta. Mereka sangat

tergantung pada susu dan daging kambing atau onta, mereka tidak

suka bercocok tanam dan tidak mencoba mengembangkan

perdagangan dan kerajinan.27

3) Sosiologis

Bangsa Arab sebelum Islam, hidup bersuku-suku (kabilah-

kabilah) dan berdiri sendiri, satu sama lain kadang-kadang saling

bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional, yang ada

pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar perhubungan dalam

kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa ashabiyah (kesukuan) amat

kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bilamana terjadi salah

seorang di antara mereka teraniaya, maka seluruh anggota kabilah

itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka “tolong

saudaramu baik dia menganiaya atau teraniaya”.

Sesudah bangsa Arab itu memeluk agama Islam, mulailah

dengan cepat rasa kekabilahan itu lenyap dari mereka, dan

timbullah dengan suburnya rasa kesatuan persaudaraan dan

kesatuan agama, yaitu kesatuan umat manusia id bawah satu

naungan panji kalimah syahadah. Dasar pertalian darah diganti

dengan dasar pertalian agama. Demikianlah bangsa Arab yang

tadinya hidup bercerai-berai, berkelompok-kelompok dan berkat

agama Islam mereka menjadi satu kesatuan bangsa, kesatuan umat

yang mempunyai pemerintahan pusat dan mereka tunduk kepada

satu hukum yaitu hukum Allah dan Rasul-Nya.

4) Ekonomis

Meskipun terdapat beberapa perhatian yang bersifat

konservatif, penaklukan Arab, pendudukan sebagian besar

penduduk Arab pada sejumlah pusat-pusat perkampungan militer

27 Ibid., hlm. 37.

Page 12: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

52

dan konsolidasi rezim baru melahirkan gerakan perubahan yang

luas mengenai pola-pola perdagangan internasional, perniagaan

wagra kota dan pertanian. Dengan menyatukan beberapa wilayah

bagian Sasania dan Bizantium di Timur Tengah menajdi sebuah

pemerintahan, beberapa halangan politis dan strategis perdagangan

menjadi hilang dan sebuah fondasi utama untuk kebangkitan

perdagangan telah terhampar. Euphrate yang membatasi antara

Persia dan wilayah Bizantium telah musnah dan Transoxiana,

untuk pertama kalinya dalam sejarah disatukan menjadi sebuah

imperium Timur Tengah. Sekalipun demikian muncul beberpa

perbatasan baru antara Syiria dan Anatolia yang semula merupakan

bagian dari sebuah pemerintahan. Keprihatinan akan kemajuan

perdagangan mengilhami ekspansi Arab ke Asia Tengah dan India,

dan pengembangan kota-kota di Syiria Utara, Iraq, Iran dan

Transoxiana, Baasrah dan belakangan disusul Baghdad

berkembang menjadi dua kota sangat makmur.28

Pada saat yang sama, pemukiman juga mendukung

hancurnya perbedaan penduduk Arab dan non Arab. Sebagai

sebuah ibukota dan pusat perdagangan, Basrah menarik hasrat

pemukiman non Arab. Tentara dan administrator dari rezim lama

tergolong sebagia kelompok besar. Gubernur Arab memulangkan

pasukan dari wilayah Timur untuk bertugas sebagai polisi dan

pengawal. Juru tulis, pengumpul pajak, manajer perkebunan,

kepala-kepala kampung dan pemilik tanah bersama-sama menuju

pemerintahan pusat. Selain itu pedagang musiman, perdagangan

jarak jauh dan pekerjaan rendahan, termasuk di dalamnya para

nelayan tempat pemandian, tukang tenun dan pemintal berpindah

ke kota baru. Basrah yang berkembang menjadi pusat administrasi

dan menjadi pusat industri pakaian dan sebagai kota perdagangan

28 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam¸terj. Ghufron A. Mas’adi, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1999), hlm. 68.

Page 13: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

53

yang berhubungan dengan Iran, India, Cina dan Arabia, maka

warga Arab menjadi pengusaha, pedaagang, seniman dan pekerja

untuk melengkapi minimnya gaji militer mereka dengan

pendapatan tambahan tersebut.29

B. Hakikat membaca dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5

1. Makna Membaca dalam Surat al-‘Alaq Ayat 1-5

Kata iqra’ ( رأاق ) terambil dari kata kerja qara’a (قرأ) yang pada

mulanya berarti menghimpun, sehingga apabila huruf atau katanya

dirangkai dan mengucapkan rangkaian kata itu, maka berarti telah

menghimpunnya atau membacanya. Kata ini berbeda artinya dengan

nad}ara, ra’a> dan bas}ar. Nad}ara berarti تأمل الشيء بالعين . Artinya mencita-

citakan sesuatu dengan mata.30 ra’a> adalah melihat dengan mata dengan

memperhitungkan satu hal yang diperhitungkan. Ra’a biasanya dikaitkan

dengan ilmu, sehingga berarti pandangan dengan mata dan hati.31 Bas}ar

adalah sama dengan mata ( العين) yang berarti kuatnya penglihatan dan

kuatnya idra’.32

Dengan demikian, realisasi perintah رأ اق pada ayat tersebut tidak

mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, dan tidak

pula harus diucapkan, sehingga terdengar oleh orang lain. Karena dalam

beberapa kamus ditemukan beraneka ragam arti dari kata tersebut, antara

lain: menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti,

mengetahui ciri-ciri sesuatu dan lain sebagainya yang semua bermuara

pada arti menghimpun. Di samping itu, bila diteliti ayat tersebut juga tidak

menyebutkan objek bacaan, dan ketika itu Jibril as. Ketika itu juga tidak

membaca teks tertulis. Oleh karena itu, dalam suatu riwayat dinyatakan

29 Ibid., hlm. 74. 30 Abu Fadl Hambal al-Di>n Muhammad ibn Mukarram ibn Manz}ur al-Afriki al-Misri,

Lisan al-‘Arab, Jilid 5, (Beirut: Dar al-Sadir, t.th.), hlm. 215. 31 Ibid., Jilid 14, hlm. 291. 32 Ibrahim Anis dll., al-Mu’ja>m al-Wasi>t}, Juz 1, (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiah, 1996),

hlm. 59.

Page 14: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

54

bahwa nabi saw. bertanya: “ma aqra’?” (ما أقرأ), apakah yang harus saya

baca?33

Menurut Quraish Shihab bahwa objek membaca pada ayat-ayat

yang menggunakan akar kata qara’a ditemukan bahwa ia terkadang

menyangkut suatu bacaan yang bersumber dari Tuhan (al-Qur’an dan kitab

suci sebelumnya), misalnya dalam surat al-Isra ayat 45 dan Yunus ayat 94,

namun juga terkadang juga objeknya adalah suatu kitab yang merupakan

himpunan karya manusia atau dengan kata lain bukan bersumber dari

Allah, misalnya dalam surat al-Isra’ ayat 14.34

Banyak penafsiran yang dikemukan oleh para ahli tafsir tentang

objek bacaan yang dimaksud. Ada yang berpendapat wahyu-wahyu al-

Qur’an, sehingga perintah itu dalam arti bacalah wahyu-wahyu al-Qur’an

ketika dia turun nanti. Ada juga yang berpendapat objeknya adanya ismi

rabbika sambil menilai huruf ba’ yang menyertai kata ismi adalah sisipan,

sehingga berarti bacalah dengan nama Tuhanmu atau berdzikirlah.

Namun demikian, mengapa Nabi saw. menjawab: “saya tidak dapat

membaca”. Seandainya yang dimaksud adalah perintah berdzikir tentu

beliau tidak menjawab demikian, karena jauh sebelum datang wahyu

beliau senantiasa melakukannya.35

a. Abu Fida al-Hafiz ibn Katsi>r al-Dimisqi

Menurut Ibn Katsi>r, bahwa surat al-‘Alaq ayat i-5 merupakan

salah satu permulaan rahmat Allah dari sekian ni’mat Allah kepada

hambanya. Hal ini dapat dilihat dari ungkapannya sebagai berikut:

، وهن اول رمحة رحم اهللا ا العباد واول نعمة انعم اهللا ا عليهم وفيها التنبيه على ابتداء خلق الناس من علقة وان من كرمه تعاىل ان

36 .علم اإلنسان مامل يعلم فشرفه وكرمه بالعلم

33 M. Quraish Shihab, Tafsir ..., op. cit., hlm. 393. 34 M. Quraish Shihab, Membumikan .., loc. cit. 35 M. Quraish Shihab, Tafsir ..., loc. cit. 36 Abu Fida al-Hafiz ibn Katsi>r al-Dimisqi, op. cit., hlm. 645.

Page 15: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

55

Artinya: Itu adalah awal dari salah satu rahmat-rahmat Allah yang diberikan kepada hambanya, dan awal dari salah satu ni’mat-ni’mat Allah yang diberikan kepada hambanya. Di dalam ayat itu mengandung peringatan tentang awal penciptaan manusia dari segumpak darah. Sesungguhnya salah satu dari kemuliaan Allah adalah mengajarkan manusia dari sesuatu yang ditidak tahu, kemudian memuliakan manusia dengan ilmu.

b. Fahr al-Ra>zi

Menurut Fahr al-Ra>zi, bahwa أ اقا برمس ركب dalam surat al-‘Alaq

ayat 1 berarti perintah membaca al-Qur’an dengan meminta

pertolongan kepada Allah SWT. Karena membaca ini sebagai alat

untuk mencapai kemudahan.37 Sementara itu, Firman Allah SWT. علم

لمبالق memiliki dua maksud, sebagai berikut:

بالقلم وجهان أحدمها ان املراد من القلم الكتابة الىت تعرف ا علموجعل القلم كتابة عنها والثاىن أن املراد علم , األمور الغائبة

38 .اإلنسان لكتابة بالقلمArtinya: redaksi ‘allama bi al-Qalam memiliki dua maksud.

Maksud pertama, bahwa dengan pena dapat digunakan untuk menulis segala sesuatu yang yang belum diketahui (gaib), sehingga fungsi pena ini adalah untuk menuliskannya. Kedua, berarti menerangkan kepada manusia bahwa untuk menulis digunakan alat bantu pena.

Pada ayat selanjutnya Allah berfirman: يعلم لم ام نسانإل ا ملع ,

artinya: Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya. Ayat ini pada dasarnya memiliki hubungan makna

dengan ayat sebelumnya, بالقلم علم . Menurut Fahr al-Ra>zi, ayat ini

berarti يعلمه لم ام لقلمنسان باإلا ملع .39 Artinya, Dia mengajarkan kepada

manusia dengan perantaraan qalam terhadap apa yang tidak

diketahuinya.

37 Fahr al-Ra>zi, Tafsir Fahr al-Ra>zi, Juz 31, (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.), hlm. 13. 38 Ibid., hlm. 17. 39 Ibid.

Page 16: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

56

c. Abi Laits al-Samarqandi

Menurut Abi Laits al-Samarqandi, bahwa membaca dalam surat

itu adalah membaca dengan nama memohon pertolongan Allah SWT.

dan membaca wahyu yang telah diberikan nabi Muhammad saw. Oleh

karen itu, أ اقابرمس ركب dalam ayat ini mengandung maksud untuk

mengingat Allah SWT. yang telah menciptakan makhluk.40

d. Muhammad ‘Ali al-S{abuni

Muhammad ‘Ali al-S{abuni, menafsirkan ayat tersebut sebagai

berikut:

41وقد دل على كمال كرمه أنه علم العباد مامل يعلموا Artinya: “Sesungguhnya ayat tersebut menunjukkan kesempurnaan

kemuliaan Allah. Dialah dzat yang memberi pengetahuan kepada hamba-hamba-Nya terhadap sesuatu yang belum mereka ketahui”

Kata ‘alaq ( علق) sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad ‘Ali

al-S{abuni adalah jama’ dari kata ‘alaqah (علقة) yang berarti الجامد، الدم

بالرحم تعلق ألنها علقة سميت , artinya: darah yang menggumpal, dinamakan

‘alaqah karena berhubungan dengan rahim.42 Ayat kedua ini

menjelaskan tentang penciptaan manusia, yaitu berupa nutfah, yaitu

segumpal air yang telah terpadu dari mani laki-laki dan mani

perempuan, yang setelah 40 hari lamanya. Air itu telah menjelma jadi

segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma

pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging (mud}gah).

e. Ahmad Must}afa al-Maraghi

Menurut al-Maraghi, bahwa manusia dapat membaca pada

dasarnya berkat kekuasaan Allah dan kehendak Allah yang telah

menciptakannya. Karena sebelum itu, manusia tidak pandai membaca

dan menulis. Kemudian datang perintah Allah agar manusia membaca,

40 Abu Laits Nashr ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Ibrahim al-Samarqandi, Tafsi>r al-Samarqandi>, (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiah, t.th.), hlm. 493.

41 Muhammad ‘Ali al-S{abuni, loc. cit. 42 Ibid., hlm. 554.

Page 17: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

57

sekalipun tidak bisa menulis. Sebab Allah SWT. menurunkan sebuah

kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak bisa menulisnya.43

Perintah رأاق sebagaimana dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5

merupakan perintah Allah yang diulang-ulang, sebab membaca tidak

bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah dilakukan dengan

berulang-ulang dan dibiasakan, sehingga membaca menjadi suatu

bakat. Karena dalam suku pertama saja, bacalah, telah terbuka

kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini, selanjutnya

Nabi saw., disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu

atas nama Allah, Tuhan yang telah menciptakan sebagaimana Firman

Allah SWT. dalam surat al-‘Alaq ayat 2 sebagai berikut: نسان من إلخلق ا

.Artinya, Dialah Yang Menciptakan manusia dari segumpal darah .علق

f. Wahbah al-Zuhaili

Menurut Wahbah al-Zuhaili, bahwa رأاق dalam surat al-‘Alaq

ayat 1-5 adalah perintah membaca yang diawali dengan menyebut

nama Tuhan atau membaca dengan meminta pertolongan kepada Allah

dengan menyebut namanya, yaitu dzat yang mewujudkan dan

menciptakan segala makhluk. Ayat ini mengandung isyarat, bahwa

Allah mensifatkan dzatnya sebagai khaliq sebagai peringatan terhadap

permulaan ni’mat-ni’mat Allah SWT. dan keagungan-Nya.44 Wahbah

al-Zuhaili menambahkan, bahwa membaca ( رأاق ) dalam potongan أاقر

ماألكر كبرو adalah sebagai li ita’ki>d (للتأآيد) sebagai penguat, bahwa

membaca tidak akan berhasil, kecuali dengan mengulang-ulang dan

mengulang kembali.45

g. Muhammad Abduh

43 Ahmad Must}afa al-Maraghi, Tafsi>r al-Mara>ghi, Juz 28, (Mesir: Must}afa Bab al-Halabi,

t.th.), hlm. 198. 44 Wahbah al-Zuhaili, op. cit., hlm. 316. 45 Ibid., hlm. 317.

Page 18: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

58

Bagi Muhammad Abduh, bahwa kelima ayat pertama dari surat

al-‘Alaq adalah komunikasi verbal pertama Allah SWT. kepada nabi

Muhammad saw. Menurutnya, dalam ayat ini bahwa yang dibaca

adalah nama ( بكر مساب ), sebab “nama” mengantarkan kepada

pengetahuan tentang dzat. Penciptaan kemampuan membaca akan

menarik perhatian manusia ke arah pengetahuan tentang dzat (Allah

SWT.) serta sifat-sifat-Nya semuanya. Karena membaca merupakan

suatu ilmu yang tersimpan dalam jiwa yang aktif, sedangkan

pengetahuan tersebut masuk ke dalam pikiran manusia atas perkenan

dan ijin Allah SWT., melalui kemurahan-Nya, ilmu-Nya, qudrat-Nya

serta iradah-Nya.46

h. Hamka

Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca. Beliau adalah

ummi, yang boleh berarti buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak

pula pandai membaca dan menulis. Meskipun tidak pandai menulis,

namun ayat-ayat itu akan dibawa langsung oleh Jibril kepadanya

diajarkannya, sehingga dia dapat menghafalnya di luar kepala, dengan

sebab itu akan dapatlah dia membacanya. Allahlah yang menciptakan

semuanya, Rasul saw. yang tidak pandai menulis dan membaca itu akan

pandai kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepadanya, sehingga

jika wahyu-wahyu itu telah turun kelak. Bacaan itu diberi nama al-

Qur’an, karena al-Qur’an berarti bacaan, sehingga seakan-akan Allah

berfirman: bacalah, atas qudrat-Ku dan iradat-Ku.47

Sedangkan nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran

hidup itu adalah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha

Kasih dan Sayang kepada makhluk-Nya: لمالذي علم بالق , artinya: Yang

mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Itulah kekuasaan

Allah dan kemuliaan-Nya yang tertinggi, yang mengajarkan manusia

berbagai ilmu, dibuka-Nya rahasia, diserahkan-Nya berbagai kunci

46 Muhammad ‘Abduh, op. cit., hlm. 249. 47 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 10, (Singapura: Pustaka Nasional, 1999), hlm. 8059.

Page 19: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

59

untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam (pena), di

samping lidah untuk membaca, Allah pun mentakdirkan pula, bahwa

dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan

kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai

hal yang dapat dipahamkan oleh manusia.48

i. Quraish Shihab

Setelah Allah memerintahkan membaca dengan nama Allah yang

menciptakan manusia dari segumpal darah, maka Allah meneruskan

lagi menyuruh membaca dengan nama Tuhan. Sebagaimana tercermin

dalam surat sesudahnya: اقرأ وربك األآرم, artinya: Bacalah dan

Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Berkaitan dengan ayat ini, Quraish

Shihab berpendapat, bahwa kata rabbika disebut dalam al-Qur’an

sebanyak 224 kali. Kata tersebut biasa diterjemahkan dengan Tuhanmu.

Kata rabb (رب) berasal dari kata tarbiyah (تربية) yang berarti

“pendidikan”. Kata-kata yang bersumber dari akar kata ini memiliki arti

yang berbeda-beda, namun pada akhirnya arti-arti itu mengacu pada arti

pengembangan, peningkatan, ketinggian, kelebihan serta perbaikan.

Kata rabb apabila berdiri sendiri, maka yang dimaksudkan adalah

Tuhan yang tentunya antara lain karena Dialah yang melakukan

tarbiyah (pendidikan) yang pada hakikatnya adalah pengembangan,

peningkatan serta perbaikan makhluk yang didik-Nya.49

2. Urgensi Membaca dalam Surat al-‘Alaq Ayat 1-5

Perintah membaca sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah

SWT. dalam surat al-‘Alaq 1-5 sebagai wahyu pertama pada dasarnya

memuat perintah Nabi untuk membaca. Menurut Quraish Shihab, bahwa

perintah membaca (iqra’) adalah kata pertama dari wahyu pertama yang

diterima oleh Nabi Muhammad saw. Karena pentingnya kata ini, maka

dalam ayat tersebut diulang dua kali dalam rangkaian surat tersebut.

48 Hamka, op. cit., hlm. 8060. 49 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’am al-Karim: Tafsir atas Surat-surat Pendek

Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), hlm. 82.

Page 20: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

60

Mungkin mengherankan bahwa perintah tersebut ditujukan pertama kali

kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab sebelum turun al-

Qur’an, bahkan Nabi dikenal sebagai pribadi yang tidak pandai membaca

suatu tulisan sampai akhir hayatnya. Namun keheranan ini akan hilang jika

disadari bahwa arti iqra’ adalah bentuk perintah yang tidak hanya ditujukan

kepada pribadi nabi Muhammad saw. semata-mata, namun juga untuk umat

manusia sepanjang sejarah kemanusiaan, karena realisasi/perintah tersebut

merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.50

Semangat membaca sebagaimana dipesankan dalam surat al-‘Alaq

tersebut menurut Chabib Thoha memiliki empat prinsip pokok, yaitu:

1. Membaca Asma dan kemuliaan Allah

2. Membaca teknologi genetika

3. Membaca teknologi komunikasi

4. Membaca segala yang belum terbaca51

Chabib Thoha menambahkan, bahwa perintah membaca di sini

secara historis bukan hanya bersifat individual, melainkan menjadi sebuah

gerakan. Kebangkitan ini disertai dengan semangat kebersamaan dalam

menuntut ilmu. Kebersamaan antara pria dan wanita bukan sekedar

memiliki hak yang sama, melainkan semua kewajiban untuk menuntut ilmu

yang disertai dengan semangat keterbukaan dan tenggang rasa yang

tinggi.52 Hal ini sebagaimana tercermin dalam surat al-Mud}asir ayat 1-3

sebagai berikut:

ثردا المهاأي1(ي ( ذرفأن قم)2 (رفكب كبرو)3-1: املدثر ) (3( (1) Hai orang yang berkemul (berselimut), (2) bangunlah, lalu berilah peringatan! (3) dan Tuhanmu agungkanlah (QS. al-Mud}asir: 1-3)

Menurut Endang Saefudin Anshari, bahwa makna iqra adalah

bacalah dan bacakanlah dan ajarkanlah. Kandungan makna iqra’ secara

luas berarti wa tawasaubil haqq ( وتواصوا بالحق) dalam surat al-As}r ayat 3

50 Quraish Shihab, Membumikan ..., op. cit., hlm. 167 51 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),

hlm. 17 52 Ibid.

Page 21: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

61

yang berarti” saling berwasiat kebenaran, yang mengandung arti: mencari,

menggali untuk menemukan kebenaran dan mengajarkan kebenaran kepada

orang lain.53

Kata iqra’ adalah fi’il amr (kata perintah) dari kata kerja qara’a

(membaca) dan dari masdar qira’atan dan qur’atan (bacaan). Dalam ilmu

Ushul fiqh, fiil amr itu menunjukkan pada wajib dan kewajiban, sesuatu

yang harus dikerjakan, dengan ketentuan apabila kewajiban itu

dilaksanakan, maka pelaksanaannya itu mendapat pahala. Sebaliknya

apabila kewajiban itu tidak dikerjakan, maka orang yang wajib

mengerjakannya itu berdosa. Dengan demikian, ber-iqra’ berarti membaca

dan membacakan, mempelajari dan mengajarkan, mencari, menggali untuk

menemukan kebenaran, kemudian pada gilirannya menyampaikan

kebenaran tersebut kepada orang lain, penilaian dan kepastian hukumnya

wajib, sesuatu yang harus ditunaikan, dengan pengertian lain apabila tugas

itu dilaksanakan, maka pelaksanaannya berpahala, dan sebaliknya bila

tugas itu tidak ditunaikan, maka orang yang bertugas itu berdosa.54

Atas dasar inilah, Muhammad ‘Ali al-S{abuni berpendapat sebagai

berikut:

هذا أول خطاب اهلى وجه اىل النيب صلى اهللا عليه وسلم وفيه دعوة اىل اى اقراء يا حممد . القراءة والكتابة والعلم، ألنه شعار دين اإلسالم

القران مبتدئا ومستعينا باسم ربك اجلليل، الذى خلق مجيع املخلوقات، 55 واوجد مجيع العوامل

Artinya: Ayat ini merupakan awal seruan ilahi kepada nabi saw. Di dalamnya terkandung nilai dakwah (ajakan) untuk membaca, menulis dan hikmah. Karena hal itu merupakan usaha syiar agama Islam. Maksudnya bacalah hai Muhammad al-Qur’an dengan diawali dan dengan pertolongan nama Tuhanmu yang

53 Endang Saefudin Anshari, “Iqra’ sebagai Mabda” dalam M. Chabib Thoha, F. Syukur

dan Priyono, Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 87.

54 Ibid., hlm. 88. 55 Muhammad ‘Ali al-S{abuni, op. cit., hlm. 554.

Page 22: BAB III MEMBACA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ALAQ …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · Nama yang populer pada masa sahabat Nabi saw. adalah surat

62

Maha Luhur, yaitu dzat yang menciptakan segala makhluk, mewujudkan segala ilmu.

Perintah baca dari Allah dalam konteks mencari kearifan (wisdom)

juga mempunyai implikasi membacaa fenomena alam dan fenomena sosial

dengan segala dinamika yang tidak pernah berhenti. Alam dan lingkungan

seharusnya merupakan kelas terbuka untuk aktivitas pembelajaran. Dampak

positif dari cara pandang ini adalah alam dipandang sebagai the mother

nature (ibu pertiwi). Sebagai ibu yang dihormati setiap anak, haram besar

untuk dikotori dengan tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Lingkungan sekitar biasa memperlihatkan kenyataan, bahwa manusia

sering memperlakukan bumi sebagai prostitute dalam rangka pemuasan diri

tanpa batas.56 Dengan demikian, membaca bukan sekedar fenomena

melihat tulisan sebagai catatan, namun juga peka terhadap situasi dan

kondisi sekitar. Dengan demikian, surat al-‘Alaq ayat 1-5 memiliki korelasi

dengan pembelajaran. Sebab surat al-‘Alaq ayat 1-5 merupakan alat

pendidikan yang secara langsung memperkenalkan tradisi baca dan tulis.

56 Abdurrahman Mas’ud, Antologi Studi Agama dan Pendidikan, (Semarang: Aneka Ilmu,

2004), hlm. 73.