BAB III KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA … · didapatkan adalah akses ke semua obyek sesuai...

36
BAB III KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH A. Daya Tarik Wisata LakuLampah Wisata LakuLampah merupakan program atau wisata yang sangat menarik dimana peserta akan diajak untuk masuk menjelajahi dan merasakan langsung kekayaan sejarah dan budaya. Program wisata ini memperkenalkan warisan sejarah dan kekayaan budaya dengan sudut pandang yang sedikit berbeda dengan edukasi sejarah yang telah ada. Melalui program ini diharapkan masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri akan mengetahui lebih dekat dan bahkan merasakan langsung gairah kehidupan budaya serta mengenal lebih dalam mengenai warisan sejarah yang dimiliki Indonesia. Bentuk kegiatan Wisata LakuLampah adalah fun edukasi. Pada program ini peserta dibawa berkeliling ke suatu tempat yang memiliki cerita, mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah seperti bangunan tua, candi, museum, pasar tradisional, benteng, atau keraton, dengan memasuki rumah-rumah penduduk untuk mencari cerita yang bersumber dari pemilik rumah dan pelaku sejarah suatu tempat, dan benda atau tempat lain yang memiliki nilai sejarah. Wisata LakuLampah juga membawa peserta untuk melihat dan terjun langsung dalam kehidupan sosial masyarakat yang memiliki kaitan sejarah dan budaya, kerajinan dan kesenian, serta wisata kuliner. Kegiatannya dengan terjun langsung pada suatu objek kunjungan untuk mempelajari suatu hal dan sering memasuki jalan atau gang kecil yang jarang atau hampir banyak orang tidak tahu dengan 28

Transcript of BAB III KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA … · didapatkan adalah akses ke semua obyek sesuai...

28

BAB III

KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH

A. Daya Tarik Wisata LakuLampah

Wisata LakuLampah merupakan program atau wisata yang sangat menarik

dimana peserta akan diajak untuk masuk menjelajahi dan merasakan langsung

kekayaan sejarah dan budaya. Program wisata ini memperkenalkan warisan

sejarah dan kekayaan budaya dengan sudut pandang yang sedikit berbeda dengan

edukasi sejarah yang telah ada. Melalui program ini diharapkan masyarakat baik

di dalam maupun di luar negeri akan mengetahui lebih dekat dan bahkan

merasakan langsung gairah kehidupan budaya serta mengenal lebih dalam

mengenai warisan sejarah yang dimiliki Indonesia.

Bentuk kegiatan Wisata LakuLampah adalah fun edukasi. Pada program

ini peserta dibawa berkeliling ke suatu tempat yang memiliki cerita, mengunjungi

bangunan-bangunan bersejarah seperti bangunan tua, candi, museum, pasar

tradisional, benteng, atau keraton, dengan memasuki rumah-rumah penduduk

untuk mencari cerita yang bersumber dari pemilik rumah dan pelaku sejarah suatu

tempat, dan benda atau tempat lain yang memiliki nilai sejarah. Wisata

LakuLampah juga membawa peserta untuk melihat dan terjun langsung dalam

kehidupan sosial masyarakat yang memiliki kaitan sejarah dan budaya, kerajinan

dan kesenian, serta wisata kuliner. Kegiatannya dengan terjun langsung pada

suatu objek kunjungan untuk mempelajari suatu hal dan sering memasuki jalan

atau gang kecil yang jarang atau hampir banyak orang tidak tahu dengan

28

29

keberadaan gang tersebut. Pada setiap Wisata LakuLampah selain mengunjungi

tempat-tempat bersejarah, juga disajikan kuliner yang khas dari daerah yang

dikunjungi, misalnya disuguhkan Pondoh Pecel, yaitu pecel yang disuguhkan

dengan gendhar, Nasi Kebuli pada seri Kedung Lumbu, Roti Widoro, yakni

merek roti legendaris di Solo, Es Dawet Gempol Pleret pada seri Jejak Thomas

Karsten, dan sebagainya. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy

Fawzy A. tanggal 24 April 2016)

Gambar 1

Kegiatan Wisata LakuLampah mengunjungi MCK yg dibangun oleh

Mangkunegaran, berlokasi di Kelurahan Ketelan, Solo.

(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)

Adapun selain berjalan, Wisata LakuLampah sering mengadakan kegiatan

berupa gowes atau bersepeda. Kegiatan ini dilakukan jika objek yang akan

dikunjungi letaknya selain berjauhan, juga tidak memungkinkan jika ditempuh

dengan berjalan kaki. Kegiatan yang dilakukan dengan berjalan kaki atau

bersepeda ini bertujuan untuk menguak sejarah dan budaya suatu tempat akan

tersampaikan dengan baik, dan bisa diterima oleh masyarakat. Selain itu, dengan

30

adanya Wisata LakuLampah ini sangat berpotensi untuk menggali budaya dan

sejarah yang ada pada suatu objek sasaran. (Wawancara dengan Koordinator

LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 24 April 2016)

B. Penyusunan Tema Wisata LakuLampah

LakuLampah melihat sejarah dan budaya bukan hanya sebagai obyek

untuk dinikmati tetapi lebih sebagai warisan budaya yang patut dipelajari dan

diambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Wisata ini sengaja

memperkenalkan sejarah dan budaya yang sudah ada dengan sudut pandang yang

berbeda. Objek bersejarah dan memiliki kebudayaan dikemas menjadi sebuah

wisata yang menyenangkan, edukatif, dan menarik. Terkemasnya Wisata

LakuLampah menjadi suatu wisata yang menarik membutuhkan pemikiran yang

lebih untuk mencari obyek sejarah dan budaya yang mempunyai cerita di

dalamnya, karena setiap bulan Wisata LakuLampah dilaksanakan dengan tema

yang berbeda. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A,

tanggal 1 Juni 2016)

Penentuan obyek yang akan dikunjungi berdasarkan momentum yang ada

dari sebuah event. Selain itu, obyek yang ditentukan dilihat dari adanya cerita dan

sejarah obyek tersebut yang menarik untuk ditelusuri. Ketika telah terpilih obyek

mana yang akan dikunjungi, maka LakuLampah mencatatnya dan membuat daftar

masukan. Obyek dipilih berdasarkan situasi dan kondisi yang ada, apakah dapat

terlaksana dan memungkinkan untuk mengadakan wisata di obyek tersebut. ide

31

untuk mengunjungi obyek baru yang akan menjadi tujuan kegiatan selanjutnya

juga dapat berdasarkan saran dari peserta yang ikut serta.

Biasanya yang menjadi tema atau judul dari kegiatan LakuLampah adalah

nama obyek yang akan dikunjungi dengan menambahkan kata-kata yang menarik

berdasarkan sejarah atau cerita dari suatu obyek kunjungan tersebut. Maka setelah

terpikirkan daerah mana yang akan menjadi obyek kunjungan, koordinator dengan

anggotanya berdiskusi untuk menentukan titik-titik tertantu yang akan dikunjungi.

Setelah itu mencari informasi mengenai obyek yang akan dikunjungi melalui

internet dan literature buku-buku yang terdapat di perpustakaan seperti di

Mangkunegaran, Museum Radya Pustaka, dan Monumen Pers. Jika internet dan

buku juga belum memberikan informasi, maka diadakan survei lapangan ke obyek

pilihan tersebut dengan bertanya kepada penduduk asli setempat, sesepuh, dan

atau juru kunci. (Wawancara dengan Divisi Bidang Penelitian dan Pengembangan,

Dicky Bangun, tanggal 3 Juni 2016)

C. Profil Wisatawan

Profil wisatawan mengacu pada sifat tertentu dari tipe wisatawan yang

berbeda, yang khususnya dihubungkan dengan kebiasaan perjalanan, tuntutan, dan

kebutuhannya. Kemudian dibedakan dalam beberapa variabel yang bertujuan

untuk menganalisis wisatawan berdasarkan uraian yang dijelaskan pada masing-

masing variabel. Beberapa variabel yang digunakan untuk menganalisis

wisatawan Wisata LakuLampah adalah variabel Demografik, berisi mengenai

pekerjaan, umur, jenis kelamin wisatawan, kemudian variabel Psikografik yang

32

berisi mengenai tujuan utama berwisata, hal yang membuat tertarik untuk

mengikuti program LakuLampah, fasilitas yang dibutuhkan selama berwisata,

kebersihan objek yang dikunjungi, dan dari mana mendapatkan informasi

mengenai program wisata LakuLampah, dan yang terakhir adalah variabel

Geografik memaparkan mengenai telah berapa kali mengikuti kegiatan Wisata

LakuLampah, dengan siapa mengikuti kegiatan, dan durasi kegiatan yang

dilakukan.

Berikut ini penjelasan mengenai analisis wisatawan berdasarkan variabel

yang telah dijelaskan sebelumnya dan wawancara dengan wisatawan yang

mengikuti kegiatan Wisata LakuLampah:

1. Variabel Demografik

Tabel 1

No. Kategori Keterangan Jumlah %

1. Pekerjaan Pelajar, mahasiswa 7 70

Guru, dosen 1 10

Wiraswasta 2 20

TOTAL 10 100

2. Umur < 16 tahun - 0

16 – 25 tahun 8 80

>25 tahun 2 20

TOTAL 10 100

3. Jenis kelamin Laki-laki 4 40

Perempuan 6 60

TOTAL 10 100

Kesimpulannya adalah peserta yang mengikuti kegiatan mayoritas adalah

mahasiswa dan pelajar berumur antara 16 tahun hingga 25 tahun yang

menjadikan wisata LakuLampah sebagai sarana mempelajari sejarah. Peserta

juga seimbang antara laki-laki maupun perempuan.

33

2. Variabel Psikografik

Tabel 2

No. Kategori Keterangan Jumlah %

1. Tujuan utama berwisata Rekreasi 4 40

Sarana pembelajaran 5 50

Lainnya 1 10

TOTAL 10 100

2. Hal yang membuat tertarik

untuk mengikuti kegiatan

Sikap masyarakat 1 10

Keanekaragaman

budaya

6 60

Keindahan alam 3 30

TOTAL 10 100

3. Fasilitas yang dibutuhkan

selama berwisata

Modern 4 40

Tradisional 6 60

TOTAL 10 100

4. Kebersihan objek yang

dikunjungi

Bersih 6 60

Cukup 2 20

Kotor 2 20

TOTAL 10 100

5. mendapatkan informasi

mengenai program wisata

LakuLampah

Teman/keluarga 4 40

Internet 6 60

Brosur - 0

Radio/televisi - 0

TOTAL 10 100

Kesimpulannya adalah mayoritas peserta tertarik mengikuti kegiatan untuk

mengetahui keanekaragaman budaya, dan tujuannya untuk rekreasi serta

sebagai sarana pembelajaran.Peserta membutuhkan fasilitas modern dan

tradisional cukup seimbang, tergantung tema yang diangkat pada saat

kegiatan.Kemudian peserta mendapatkan informasi mengenai kegiatan

melalui internet dan teman atau keluarga.

34

3. Variabel Behavioristik

Tabel 3

No. Kategori Keterangan Jumlah %

1. Berapa kali mengikuti

kegiatan

Sekali 3 30

Dua kali 4 40

Tiga kali 3 30

>tiga kali -

TOTAL 10 100

2. Melakukan kegiatan dengan Sendiri 5 50

Keluarga 1 10

Teman 4 40

TOTAL 10 100

3. Lama kegiatan < 7 jam 6 60

7 – 9 jam 3 30

>9 jam 1 10

TOTAL 10 100

4. Kegiatan yang dilakukan

tersebut

Terlau pendek 2 20

Terlalu lama - 0

Efektif/pas 8 80

TOTAL 10 100

Kesimpulannya adalah peserta telah mengikuti beberapa kegiatan yang

dilakukan, antara dua hingga tiga kali, mengikuti sendiri dan dengan

teman.Kegiatan LakuLampah merupakan kegiatan kunjungan pendek antara

5-6 jam pada setiap pelaksanaan, dan dirasa efektif oleh para peserta.

D. Pelaksanaan Kegiatan Wisata LakuLampah

Mulai bulan Agustus 2015 hingga Juni 2016, sudah ada 12 pelaksanaan

Wisata LakuLampah dengan tema dan tempat yang berbeda. Sebelum mengikuti

kegiatan, peserta mendaftar melalui media sosial seperti facebook, twitter dan

35

instagram. Kemudian setelah mendaftar, peserta perlu membayar senilai yang

sudah tertera dalam poster kegiatan sebagai donasi kegiatan dan partisipasi.Kuota

jumlah peserta sudah ditentukan sebelumnya oleh panitia. Pada setiap pelaksanaan

wisata terdapat narasumber atau guide yang berbeda-beda. Selain dari panitia,

tersedia juga pemandu yang berasal dari masyarakat lokal, sesepuh, pemangku

adat, juru kunci, atau seorang dosen. (Wawancara dengan Divisi Bidang Guiding,

Inayah Hasny, tanggal 24 April 2016)

Berikut ini penjelasan mengenai kegiatan Wisata LakuLampah mulai dari

bulan Agustus 2015 sampai bulan Juni 2016:

1. Cerita Modernitas Mangkunegaran (Agustus 2015)

Gambar 2

Peserta mengunjungi Penjara Kerajaan Mangkunegaran.

(Sumber: lakulampah.tumblr.com)

Kegiatan pertama LakuLampah setelah berubah nama yang

sebelumnya bernama Blusukan Solo dilaksanakan pada tanggal 30

36

Agustus 2015 dan dikenakan biaya sebesar Rp 60.000,-. Fasilitas yang

didapatkan adalah akses ke semua obyek sesuai rute yang telah ditentukan,

materi sejarah setiap obyek yang dikunjungi, dan makan siang Lodoh

Pindang, yang konon merupakan makanan kesukaan Mangkunegoro IV,

yaitu perpaduan opor ayam dengan gudeg. Peserta dapat membayarkan

donasi langsung ke sekretariat LakuLampah, maksimal satu hari sebelum

acara dilaksanakan.

Kegiatannya bercerita mengenai Modernitas Mangkunegaran

sebelum kemerdekaan Indonesia dan akan membahas lebih mengenai

pasukan modern pertama di Jawa yang akrab disebut sebagai Legioon

Mangkunegaran. Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 14.00.

Diawali dengan berkumpul di halaman Pura Mangkunegaran. Dilanjutkan

dengan memasuki bagian dalam pura. Setelah itu menuju pada bagian luar

Pura Mangkunegaran tepatnya ke Penjara Kerajaan Mangkunegaran yang

berada di Kampung Jeksan di kawasan Mangkunegaran. Dari namanya,

Kampung Jeksan sudah mencerminkan bahwa dahulu wilayah ini

merupakan daerah kejaksaan kerajaan. Para tahanan yang akan dipenjara

konon harus memasuki lorong bawah tanah dahulu dari Prangwedanan

menuju penjara ini. Kemudian kegiatan diakhiri dengan mengunjungi

pemukiman penduduk di belakang bangunan Kavalerie Artileri, yang

dulunya merupakan pemukiman prajurit Mangkunegaran. (Wawancara

dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

37

2. De Colomadu Suikerfabriek (September 2015)

LakuLampah mengangkat tema masa kejayaan Mangkunegaran

pada saat Mangkunegoro IV bertahta, namun tidak bertempat di kawasan

Pura Mangkunegaran, melainkan di bekas Pabrik Gula Colomadu.

Dilaksanakan pada hari Minggu, 20 September 2015 dengan donasi Rp

35.000,- untuk tiap peserta. Kegiatan merupakan rangkaian kegiatan

Suikerfabriek Series, yang kemudian terdapat kegiatan Suikerfabriek

bagian kedua.Maka pendaftar “De Colomadu Suikerfabriek” mendapatkan

keuntungan pada acara berikutnya yakni dengan diskon 50%.

Gambar 3

Peserta memasuki Pabrik Gula Colomadu.

(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)

Acara dimulai pada pukul 09.00 hingga pukul 12.30 WIB, dan

langsung berkumpul di lokasi.Kegiatan dilakukan dengan mengelilingi

kawasan pabrik gula, termasuk mengunjungi sebuah makam dari selir

Mangkunegoro, dan Ndalem Mbesaran yang merupakan salah satu

38

bangunan tersisa di Pabrik Gula Colomadu. (Wawancara dengan

Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

3. Suikerfabriek Tasikmadoe (Oktober 2015)

Suikerfabriek Tasikmadoe adalah rangkaian Suikerfabriek Series

kedua yang diselenggarakan oleh LakuLampah. Tepatnya dilaksanakan

pada tanggal 4 Oktober 2015 dengan donasi Rp 60.000,-. Titik kumpul

berada langsung di Pabrik Gula Tasikmadu, dan Pamedan Kavaleri

Mangkunegaran bagi peserta yang ingin menuju lokasi Pabrik Gula

bersama-sama.

Gambar 4

Peserta mengantri untuk mengambil Pondoh Pecel, salah satu makanan

khas Karanganyar.

(Sumber: lakulampah.tumblr.com)

Pabrik Gula Colomadu saat ini sudah tidak beroperasi, sedangkan

Pabrik Gula Tasikmadu masih tetap beroperasi hingga saat ini. Tidak jauh

berbeda dengan kegiatan sebelumnya, kegiatan Suikerfabriek Tasikmadoe

membahas tentang masa kejayaan Mangkunegoro IV. Keunikan acara ini

39

adalah pada saat makan siang disediakan makanan khas Karanganyar,

yaitu Pondoh Pecel, seperti pecel pada umunya namun tidak menggunakan

nasi, melainkan gendhar. Sejak awal salah satu tujuan dari Wisata

LakuLampah tidak hanya mempelajari mengenai bangunan bersejarah atau

budaya, namun juga makanan atau kuliner khas suatu daerah yang

dikunjungi. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy

A, tanggal 1 Juni 2016)

4. Kedung Lumbu (November 2015)

Gambar 5

Tempat sentra tenun yang dikunjungi oleh LakuLampah.

(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)

Tepatnya pada tanggal 14 November 2015 diadakan kegiatan yang

ke-empat dengan judul Kedung Lumbu.Banyak yang menyebutnya

sebagai salah satu desa awal mula adanya Surakarta, beberapa peninggalan

masa lalu masih tersisa di kampung ini. Dalam perkembangannya banyak

etnis Arab yang tinggal di daerah ini. Dengan donasi Rp 75.000,- peserta

40

akan mendapatkan materi, air mineral, makan siang berupa Nasi Kabuli

Ayam dan Susu Kenari. Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 09.30 –

14.00. Dimulai dengan berkumpul di pagelaran Keraton Kasunanan,

setelah itu melewati SD Kauman, dan mengunjungi pabrik tenun

peninggalan Belanda yang masih berproduksi secara turun-temurun.

(Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1

Juni 2016)

5. Laku Wonogiri (Desember 2015)

Wonogiri merupakan sebuah daerah di sebelah selatan Surakarta

yang memiliki banyak cerita. Terlebih cerita akan spiritualnya,

Mangkunegaran yang merupakan „pemilik‟ wilayah ini tentu mendominasi

dalam hal cerita, juga cerita akan Panembahan Senopati. Semuanya akan

dibahas pada kegiatan Lakulampah tanggal 20 Desember 2015 dengan

donasi Rp 200.000,-. Peserta berangkat mulai pukul 05.00 menggunakan

kereta Bathara Kresna melalui stasiun Purwosari menuju Wonogiri.

Gambar 6

Peserta tiba di Stasiun Wonogiri.

(Sumber: lakulampah.tumblr.com)

41

Sesampainya di Wonogiri kemudian peserta melanjutkan kegiatan

menuju Kahyangan, tempat Panembahan Senopati yang berkaitan dengan

Mangkunegaran. Kemudian menuju Desa Matah, serta disediakan snack

Roti Widoro untuk peserta, yakni sebuah roti legendaries sejak 1922 yang

dibuat oleh cheff dari Keraton Surakarta bernama Wongsodinomo.

(Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1

Juni 2016)

Gambar 7

Roti bolu buatan pabrik Roti Widoro.

(Sumber: lakulampah.tumblr.com)

6. Cerita di sisi Jalur Kereta (Desember 2015)

Gambar 8

Peserta di depan Gardu Pandang yang saat ini sudah tidak berfungsi.

(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)

42

Kota Solo memiliki empat stasiun kereta, yakni stasiun Purwosari,

Stasiun Solo Kota, Stasiun Solo Balapan, dan Stasiun Jebres. Masing-

masing stasiun ini memiliki sejarah akan adanya dua kerajaan di Kota

Solo. LakuLampah mencoba untuk menelusuri cerita dari dua stasiun yaitu

Stasiun Solo Balapan dan Stasiun Jebres. Dengan donasi Rp 25.000,-.

Dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2015 mulai dari pukul 09.00

hingga pukul 13.00, diawali dengan berkumpul di depan Pasar Ayu

Balapan.Rute yang dilewati adalah sepanjang jalur kereta mulai dari

Stasiun Balapan hingga Stasiun Jebres.Salah satu obyek menarik yang

dilewati adalah sebuah bangunan yang dulu perannya begitu besar yakni

sebagai gardu pandang pengirim sinyal jika ada kereta api yang melintas,

menurut narasumber yang ditemui waktu itu, yakni Bapak Giono

Suprapto. Kini bangunan itu sudah tidak berfungsi dan hanya dibiarkan

begitu saja.Kemudian mengunjungi bangunan bernama Gedong Kuning,

yang dulunya digunakan sebagai pabrik Gaplek dan pernah menjadi

tempat persembunyian tentara gerilyawan. (Wawancara dengan

Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

7. Seribu Cerita di Kampung Sewu (Januari 2016)

Kegiatan LakuLampah pada awal tahun 2016 dilakukan pada

tanggal 17 Januari 2016 dengan donasi Rp 25.000,-. Berkumpul pada jam

09.00 di Kelurahan Kampung Sewu, hingga selesai pukul 13.30. Peserta

yang mengikuti sejumlah 30 orang, dan akan mendapatkan fasilitas makan

siang, air mineral, dan materi. Kampung Sewu adalah sebuah daerah di

tepian sungai Bengawan Solo, dengan banyak cerita yang terkandung

43

didalamnya, termasuk cerita akan kemegahan Pelabuhan Beton di masa

lampau. Kegiatan diawali dengan berkumpul di Kelurahan Kampung Sewu

dimana para peserta akan disambut oleh Bapak Lurah Kampung Sewu.

Gambar 9

Peserta melewati kawasan Kampung Sewu.

(Sumber: lakulampah.tumblr.com)

LakuLampahbekerjasama dengan Net TV yang sebelumnya telah

berkoordinasi untuk melakukan liputan kegiatan di Kampung Sewu.

Kegiatan dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah peninggalan

penewu, rumah-rumah yang menjadi ciri khas Kampung sewu, hingga

menyeberangi sungai Bengawan solo dengan menggunakan gethek.

(Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1

Juni 2016)

44

8. Cuta Blunda di Surakarta (Januari 2016)

Gambar 10

Peserta berkumpul di depan Benteng Vastenburg untuk memulai kegiatan.

(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)

Kawasan Eropa di Surakarta sangat menarik untuk ditelusuri. Ada

pula yang berkata bahwa benteng di Solo tidak hanya Benteng

Vastenburg. benar atau tidaknya pernyataan ini akan ditelusuri dalam

kegiatan LakuLampah Cuta Blunda, bersama dengan penulis Paper Studi

tentang Benteng-benteng di Surakarta yaitu Bimo Hernowo lulusan

Utrecht University, Belanda. Tepatnya pada tanggal 24 Januari 2016

dengan donasi Rp 10.000,- untuk mendapatkan materi Studi tentang lokasi

benteng-benteng di Surakarta dan peta lama Surakarta. Terdapat 60 peserta

yang mengikuti kegiatan. Dimulai dari berkumpul di sisi barat Benteng

Vastenburg pada pukul 09.00, kemudian menyusuri kawasan Loji Wetan,

stasiun Solo Kota, dan menyusuri terduga benteng di tahun 1600-an.

45

Kegiatan berakhir pada pukul 12.00 siang. (Wawancara dengan

Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

9. Daur Masa Kampoeng Laweyan (Maret 2016)

Obyek bersejarah lainnya yang tidak kalah menarik untuk

ditelusuri adalah Kampung Laweyan, yang terkenal dengan salah satu

sentra industri batik di Kota Solo. Kampung Batik Laweyan telah menjadi

saksi perjalanan sejarah lintas generasi sejak era Kerajaan Pajang, era

Samanhudi pada jaman pergerakan nasional yang merupakan pendiri

Serikat Dagang Islam, dan hingga kini tetap bertahan sebagai Kampung

Batik. LakuLampah mengadakan kegiatan pada tanggal 27 Maret 2016

dengan donasi Rp 50.000 diikuti oleh 70 orang peserta. Fasilitas yang

didapatkan adalah donasi untuk semua obyek, makan siang, air mineral,

dan materi.

Gambar 11

Bunker milik salah satu rumah keluarga di Laweyan.

(Sumber: instagram.com/lakulampah)

Kampung Laweyan telah lama menjadi ikon kampung batik di

Kota Solo. Dibalik nama besarnya sebagai kampung batik, Laweyan juga

menyimpan banyak sejarah yang tidak kalah menarik untuk dijelajahi.

46

Masjid Laweyan merupakan saksi sejarah Kerajaan Pajang. Sungai

Kabanaran juga menjadi saksi bahwa di sana pernah menjadi Bandar

Kabanaran, yaitu tempat terjadinya aktifitas perdagangan antar kaum

pribumi. Keberadaan bunker di Kampung Laweyan pun menjadi daya tarik

tersendiri, yang konon bunker tersebut dipakai masyarakat Laweyan untuk

menyimpan barang berharga seperti perhiasan. Loji-loji tua yang megah

turut menjadi saksi bahwa kampung ini pernah melahirkan saudagar-

saudagar besar, terbukti eksportir batik pertama berasal dari Kampung

Batik Laweyan. Kegiatan diawali mulai pukul 08.00 hingga pukul 15.30.

(Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1

Juni 2016)

10. Jejak Thomas Karsten (April 2016)

Gambar 12

Peserta di depan bangunan yang didesain oleh Thomas Karsten. Bangunan

tersebut saat ini masih digunakan sebagai rumah keluarga.

(Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

47

Kegiatan LakuLampah selanjutnya merupakan seri sepeda.Peserta

diwajibkan menggunakan sepeda karena dari obyek satu ke obyek lainnya

saling berjauhan. Tepatnya pada tanggal 24 April 2016 dengan donasi Rp

20.000,-. Fasilitas yang didapatkan adalah air mineral, materi, donasi ke

lokasi, dan Es Dawet Gempol Plered yang merupakan minuman khas kota

Solo. Peserta diajak untuk menelusuri beberapa bangunan yang didesain

oleh arsitek Thomas Karsten, yaitu Pasar Gede Solo, kawasan Villa Park,

dan Masjid Al-Wustha Mangkunegaran.

Kawasan Villa Park dulunya merupakan sebuah taman yang

dikelilingi kompleks perumahan elit pemilik perkebunan di daerah

Mangkunegaran. Villa Park terinspirasi dari Garden City yang dirancang

oleh perancang kota idola Karsten, yakni Howard. Karsten merupakan

penasehat perencanaan pembangunan Masjid Al-Wustha pada tahun

1934.Karena pada saat itu Thomas Karsten menjadi salah satu orang

terdekat Mangkunegara VII.Masjid yang terletak di sebelah barat

Mangkunegaran ini dibuatnya artistik, dengan memadukan budaya Jawa,

Timur Tengah, dan Eropa. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah,

Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

11. Laku Keprabon (Mei 2016)

Pada bulan Mei 2016, Kampung Keprabon menjadi tujuan

penjelajahan LakuLampah selanjutnya. Tepatnya dilaksanakan pada

tanggal 28 Mei 2016, dengan donasi Rp 75.000,- peserta akan

mendapatkan fasilitas makan malam, air mineral, dan materi. Kegiatan

berawal mulai pukul 15.30, kemudian mengunjungi obyek yakni rumah

48

keturunan Djoefri Prijomartono, seorang pengusaha percetakan Abdul

Jabar, rumah itu dibangun sebelum tahun 1900 dan masih tetap utuh

hingga saat ini. Keluarga keturunan Djoefri Prijomartonoakan menjadi

narasumber pada kegiatan bulan Mei.

Gambar 13

Peserta berada di depan rumah Djoefri Prijomartono.

(Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Keprabon dulunya pada tahun 1950-an dalam satu RW terdapat

lebih dari 10 hotel. Hotel yang telah berdiri sejak tahun 1950-an tersebut

juga menjadi salah satu objek kunjungan. Kemudian kegiatan diakhiri

dengan makan malam bersama para peserta dengan menikmati Nasi Liwet

Wongso Lemu yang sudah ada sejak tahun 1950. (Wawancara dengan

Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

49

12. Jejak Thomas Karsten 2 (Juni 2016)

Gambar 14

Objek kunjungan peserta yakni salah satu bangunan yang dirancang oleh

Thomas Karsten. Bangunan tersebut saat ini digunakan untuk kantor

perusahaan asuransi Jiwasraya.

(Sumber: lakulampah.tumblr.com)

LakuLampah membuat dua seri pada Jejak Thomas Karsten karena

bangunan yang dibuat oleh Karsten dirasa masih banyak yang menarik

untuk ditelusuri. Seperti yang diinginkan LakuLampah tahun ini untuk

mencapai kawasan Jawa Tengah, Jejak Thomas Karsten 2 memilih

beberapa obyek yang berada di kawasan Kota Tua Semarang, salah

satunya adalah Gereja Blenduk Semarang. Dilaksanakan pada tanggal 5

Juni 2016 dengan donasi Rp 150.000, dan fasilitas yang didapatkan oleh

peserta adalah donasi di Semarang, materi, makan siang, transportasi

pulang-pergi dan selama di Semarang, dan souvenir. Dimulai pada pukul

05.00 dari Stasiun Solo Balapan.

Setelah sampai di Stasiun Tawang Semarang, peserta kemudian

melanjutkan perjalanan ke kawasan Kota Tua Semarang untuk bertemu

50

dengan para narasumber yakni Lopen Semarang, komunitas pecinta

sejarah di Semarang. Setelah Gereja Blenduk, kemudian peserta menuju

kantor yang saat ini ditempati oleh PT. Jiwasraya Semarang yaitu bekas

gedung Nederlandsch Indische Leven Sverzeking De Lifrente

Maatschaapij (NILLMI) yang dirancang oleh arsitek ternama pada masa

Hindia-Belanda, Herman Thomas Karsten. Di dalam gedung ini terdapat

lift bermerek OTIS yang jika dilihat dariumur pembangunannya yakni

1916, kuat kemungkinan bahwa ini merupakan gedung dengan lift pertama

di Nusantara. Pasar Johar, salah satu pasar yang terkenal di Semarang ini

pun juga menjadi bangunan rancangan Karsten. (Wawancara dengan

Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

E. Analisis SWOT Wisata LakuLampah

Pendekatan analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui adanya potensi

yang lebih dari suatu objek penelitian yaitu meliputi: Kekuatan (Strength), dan

Kelemahan (Weakness) bagi lingkungan internal, maupun peluang (Opportunity)

dan Ancaman (Threat) yang dimiliki lingkungan eksternalnya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, analisis SWOT dari pemasaran Wisata LakuLampah

adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength)

a. Memperkenalkan warisan sejarah dan kekayaan budaya dengan sudut

pandang yang sedikit berbeda dengan edukasi sejarah yang telah ada.

b. Melestarikan dan mempelajari sejarah dengan membawa peserta untuk

melihat dan terjun langsung dalam kehidupan sosial masyarakat yang

51

memiliki kaitan sejarah dan budaya, kerajinan dan kesenian, serta

wisata kuliner.

c. Mempunyai tema kunjungan yang berbeda setiap bulannya.

d. Kegiatan fun edukasi yang menarik dan selalu menemukan hal baru.

e. Untuk kalangan umum, sehingga tidak ada batasan umur bagi peserta.

f. Adanya website resmi, facebook, twitter dan instagram LakuLampah.

2. Kelemahan (Weakness)

a. Biaya untuk mengikuti kegiatan terkadang terlalu mahal.

b. Tidak adanya tanda atau simbol khusus yang menandakan seorang

peserta sehingga orang lain dapat dengan mudah menyusup mengikuti

kagiatan ini, misalnya dengan co-card atau kartu identitas.

c. Peserta yang sudah mendaftar namun tidak hadir pada saat kegiatan.

3. Peluang (Opportunity)

a. Merupakan satu-satunya kegiatan wisata di Solo yang mengupas

sejarah dengan model fun edukasi dan langsung terjun ke masyarakat.

b. Kebanggaan kepada budaya dan sejarah dapat meningkat seiring

dengan terus berlangsungnya kegiatan ini yang kental akan budaya dan

sejarah Kota Solo khususnya.

c. Nilai-nilai sejarah yang diperoleh dari kegiatan wisata dapat mendidik

orang lain agar mengambil pelajaran yang bermanfaat.

d. Adanya pelaksanaan kegiatan setiap bulannya dapat menambah

kunjungan ke Kota Solo.

4. Ancaman (Threats)

52

a. Terdapat kegiatan yang lebih menarik seperti mendaki gunung,

snorkeling di laut, dan sebagainya.

b. Semakin banyak tempat-tempat bersejarah tidak terawat yang akhirnya

digunakan pengusaha untuk mendirikan bangunan baru seperti Mall

dan Hotel.

c. Pariwisata luar negeri, seperti Asia hingga Eropa dan Amerika, karena

salah satu alasan seseorang berwisata adalah prestise dimana orang

akan lebih merasa bangga jika telah melakukan wisata ke luar negeri.

Setelah melakukan Analisis SWOT tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa untuk menambah peminat Wisata LakuLampah, kelemahan dan ancaman

dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki kegiatan.Contohnya seperti

pada saat kegiatan, sebaiknya peserta diberikan tanda pengenal atau penanda

bahwa orang tersebut merupakan peserta kegiatan, dapat menggunakan co-card

atau slayer. Kemudian ancaman bangunan bersejarah yang tidak terawat untuk

dijadikan bangunan baru seperti mall atau hotel dapat dijadikan sebuah kegiatan

khusus untuk membahas perawatan bagaimana yang seharusnya dilakukan untuk

sebuah bangunan kuno.

F. Strategi Pemasaran Wisata LakuLampah

Pemasaran dan promosi merupakan aspek yang paling penting dalam

pemasaran dan pengenalan program atau Wisata LakuLampah kepada masyarakat.

LakuLampah selama ini dapat dikenal masyarakat karena adanya promosi dalam

pelaksanaan kegiatan setiap bulannya. Pemasaran pariwisata pada hakekatnya

53

adalah usaha untuk mencari keseimbangan antara permintaan (demand) dan

penawaran (supply) sedemikian rupa sehingga keduanya mencapai kepuasan bagi

wisatawan dan keuntungan bagi penyedia jasa wisata atau daerah tujuan wisata

(Oka A. Yoeti, 1996:40). Sedangkan promosi adalah suatu komunikasi

pemasaran, artinya aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan

dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang

ditawarkan parusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2008:219).

Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan harus diorganisasikan secara

terpadu dan memerlukan suatu pelaksanaan manajemen pemasaran yang pada

hakekatnya merupakan tindakan dari konsep pemasaran. Penerapan bauran

pemasaran atau marketing mix pada produk dan jasa Wisata LakuLampah adalah

sebagai berikut:

1. Product (produk)

Produk yang ditawarkan oleh komunitas LakuLampah merupakan

sebuah wisata minat khusus untuk wisatawan yang tertarik dalam

bidang sejarah dan budaya Indonesia.

2. Price (harga)

Harga yang ditawarkan oleh wisata LakuLampah memiliki jumlah

yang berbeda-beda tergantung dari durasi pelaksanaan kegiatan, objek

yang dikunjungi, serta fasilitas yang didapatkan. Berkisar mulai harga

Rp 10.000 hingga Rp 200.000 untuk masing-masing peserta pada

setiap kegiatan.

3. Promotion (promosi)

54

LakuLampah melakukan promosi untuk memasarkan produknya

melalui media sosial facebook, twitter, dan instagram. Sedangkan

adanya website digunakan untuk memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai komunitas LakuLampah, serta kegiatan apa saja

yang dilakukan.

4. Place (tempat atau distribusi)

Jaringan distribusi komunitas LakuLampah selain menggunakan

media sosial sebagai bahan promosi, juga sering ikut serta dalam

kegiatan komunitas lain dimana LakuLampah ditunjuk sebagai pengisi

acara atau narasumber.

Penyedia jada pariwisata saat ini semakin berlomba-lomba untuk menjual

produk Wisata Minat Khusus, termasuk komunitas LakuLampah. Maka untuk

mencapai hasil yang maksimal, penyedia jasa pariwisata harus mengikuti suatu

rencana tindakan yang dilakukan terlebih dahulu. Rencana tindakan inilah yang

disebut strategi. Oleh karena itu, penyedia jasa pariwisata sangat perlu suatu

strategi yang dapat membantu meningkatkan produk penjualannya. Strategi yang

dimiliki Komunitas LakuLampah dalam memasarkan produknya kepada

konsumen adalah sebagai berikut:

1. Tema yang berbeda pada setiap kegiatan.

Tema merupakan persoalan utama yang akan diungkapkan oleh suatu

pihak. Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu terdiri dari

objek, peristiwa kejadian, dan sebagainya. Tema juga merupakan satu

gagasan, pikiran atau persoalan utama yang mendasari sebuah karya dan

terungkap secara langsung atau tidak langsung. Persoalan-persoalan yang

55

disuguhkan kemudian mendapatkan pokok persoalan secara keseluruhan.

Semuanya menentukan rupa tema yang akan dikemukakan. Syarat

memilih tema yang baik adalah dengan mencari tema yang menarik

perhatian, tema yang diketahui dengan baik, dan tema yang dibatasi ruang

lingkupnya. Tema dapat diperoleh melalui pengalam pribadi maupun

orang lain, melalui pengamatan, melalui imajinasi maupun melalui

penalaran.

Pada dasarnya Wisata LakuLampah termasuk sebuah wisata khusus

untuk peminat sejarah dan budaya Indonesia. LakuLampah berusaha untuk

mengubah pemikiran masyarakat yang menilai bahwa mempelajari sejarah

adalah hal yang membosankan. Maka dibuatlah sebuah wisata yang

menarik dan edukatif untuk mengenalkan sejarah dan budaya yang ada di

Indonesia, khususnya Kota Solo. Sejauh ini pelaksanaan kegiatan memiliki

tema seperti membahas seorang arsitek yang mendesain bangunan

bersejarah, menelusuri keberadaan benteng-benteng yang berada di Kota

Solo, melihat jejak peninggalan pabrik gula milik raja Mangkunegaran.

Tidak selalu mengenai bangunan bersejarah, makanan khas daerah yang

dikunjungi juga berusaha diangkat oleh LakuLampah, seperti Roti Widoro

yang legendaris, Ledre khas Laweyan, dan Londoh Pecel khas

Karanganyar. Seperti yang telah disebutkan di awal, variasi tema ini dibuat

agar masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan ini merasa bahwa

mempelajari sejarah tidak selalu membosankan.LakuLampah memberikan

konsep Fun Edukasi agar lebih mudah untuk diterima masyarakat.

56

2. Promosi melalui media sosial.

Menjadi hal yang lumrah bila keberadaan media sosial saat ini

dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan bisnis. Dengan konsep yang

lebih modern, lebih unik, penyedia jasa mencoba untuk menyampaikan

visi dan misi bisnis mereka melalui media sosial yang saat ini banyak

digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat dari bermacam-macam

kalangan tingkat ekonomi. Serta sebagai alat promosi untuk memasarkan

produk agar memudahkan calon konsumen mendapatkan informasi.

Berbagai cara dilakukan seperti menampilkan gambar produk yang

menarik, variasi produk, terjangkaunya harga, dan lainnya. LakuLampah

menjadikan media sosial sebagai peluang untuk memasarkan produk

wisatanya, sekaligus sebagai media untuk belajar sejarah.

Gambar 15

Ulasan mengenai Kampung Sewu pada website LakuLampah, yaitu

www.thumblr.com/lakulampah.

57

Berawal dengan membuat akun pada media sosial facebook, twitter

dan instagram, LakuLampah kemudian membuat poster mengenai

kegiatan wisata yang akan diselenggarakan. Poster itu kemudian diunggah

pada masing-masing media sosial, yang telah tercantum nama kegiatan,

hari dan tanggal pelaksanaan, donasi yang perlu dibayar, fasilitas yang

didapatkan, bagaimana cara mendaftar, dan kuota peserta. Pendaftaran

dilakukan melalui link website yang sudah tertera pada poster, calon

peserta cukup mengisi data diri seperti nama lengkap, alamat email, dan

nomor telefon. Disamping mengenai pengumuman pendaftaran

pelaksanaan kegiatan LakuLampah, media sosial juga berperan untuk

memberitahukan kegiatan Lakulampah yang selama ini sudah

dilaksanakan melalui resume kegiatan. Sehingga masyarakat yang belum

sempat mengikuti pelaksanaan Wisata LakuLampah pada bulan tertentu

dapat menyimak melalui resume yang dibagikan melalui media sosial

tersebut. Semacam ini yang dimaksud bahwa media sosial dapat dijadikan

media pembelajaran.

Gambar 16

Form pendaftaran untuk peserta yang diakses melalui media sosial

LakuLampah.

58

Gambar 17

Poster LakuLampah seri Keprabon

(Sumber: data arsip Danu Putra W. selaku divisi bidang Publikasi)

Promosi yang dilakukan tidak hanya pada saat sebelum kegiatan

dilaksanakan, namun juga pada saat kegiatan, dan juga ketika kegiatan

telah selesai dilakukan. Pada saat kegiatan berlangsung contohnya,

peserta mengunggah foto kegiatan pada media sosial yang mereka

miliki, dengan begitu orang lain akan mengetahui kegiatan yang

dilaksanakan. Cara ini menjadi salah satu strategi tersendiri bagi

LakuLampah, karena secara tidak langsung para peserta juga ikut serta

untuk mengenalkan kegiatan Wisata LakuLampah. Cara ini membawa

dampak positif pada saat kegiatan telah selesai dilakukan, di setiap akun

media sosial LakuLampah menjadi banyak permintaan pertemanan atau

59

follower yang mengikuti (wawancara dengan Koordinator

LakuLampah, Fendy Fawzy A. tanggal 1 Juni 2016).

3. Penambahan Sub Divisi.

Organisasi, baik sebagai keseluruhan dan tiap-tiap bagian yang ada

didalamnya harus memberikan sumbangan atau kontribusi bagi

tercapainya tujuan perusahaan. Organisasi dianggap efisien apabila

strukturnya memungkinkan tercapainya sasaran perusahaan dengan efektif.

Sedangkan struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi,

dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Individu yang terdapat

di dalam struktur organisasi telah mempunyai tugas dan tanggung jawab,

serta dapat membagi dan mempersatukan pekerjaan yang harus dikerjakan.

Penambahan suatu bidang, divisi atau cabang tertentu dapat dilakukan

dengan maksud untuk memenuhi permintaan pasar.

Peserta yang mengikuti kegiatan Wisata LakuLampah sangat beragam,

mulai dari siswa sekolah dasar, sekolah menengah, mahasiswa, hingga

yang telah bekerja. Untuk peserta kalangan siswa sekolah dasar biasanya

mereka mengikuti kegiatan ini karena ajakan orang tua mereka yang juga

ikut serta dalam Wisata LakuLampah. Hal ini dirasa perlu untuk

mengembangkan sub-sub divisi khusus kegiatan yang targetnya adalah

anak-anak, karena anak-anak dirasa perlu untuk belajar dan

mengembangkan sejarah dan budaya yang dimiliki Indonesia. Tidak hanya

sub divisi untuk target peserta anak-anak, LakuLampah juga menambah

sub divisi yang bertanggung jawab dalam acara kegiatan di luar Kota Solo.

60

Karena tahun ini target pelaksanaan kegiatan tidak hanya di Kota Solo dan

sekitarnya, namun hingga Jawa Tengah.

4. Inovasi Paket Wisata.

Paket wisata diartikan sebagai suatu perjalanan wisata dengan satu atau

beberapa tujuan kunjungan yang disusun dari beberapa, minimal dua,

fasilitas perjalanan tertentu dalam suatu acara perjalanan yang tetap, serta

dijual sebagai harga tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari

perjalanan wisata. Paket wisata sebagai barang komoditas merupakan

barang dan jasa yang diminati konsumen untuk dimiliki / dirasakan

manfaat dan gunanya untuk kehidupan konsumen. Suatu barang dan jasa

yang dipasarkan dan dijual sesuai dengan harapan atas kebutuhan dan

keinginan konsumen yang bermanfaat atau berguna bagi kehidupannya,

sehingga konsumen merasa puas atas barang dan jasa tersebut.

Paket wisata ditelaah sebagai sebuah perencanaan, karena produk yang

disampaikan kepada wisatawan masih berupa perencanaan, belum

dilaksanakan. Wisatawan diharapkan dapat memberikan nilai atas produk

perencanaan yang belum dilaksanakan tersebut. Bagi sebuah paket wisata,

perlu diperhatikan bahwa perencanaan merupakan suatu proses, bukan

suatu tahapan pekerjaan. Walaupun merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan, perencanaan sama sekali tidak

dapat disamakan dengan persiapan suatu pekerjaan. Produk perencanaan

perjalanan wisata diimplisitkan dalam program perjalanan atau tour

itinerary. Tour itinerary merupakan perekat dari semua rangkaian elemen

komponen produk paket wisata. (Nuriata, 2014: 12-15)

61

LakuLampah merencanakan untuk membuat sebuah manajemen baru

yang lebih profesional agar bisa mengikuti perkembangan.LakuLampah

tetap akan membuat kegiatansetiap bulannya dengan tema yang berbeda,

karena sejak awal kegiatan tersebut yang menjadi ciri khas komunitas.

Namun yang berbeda adalah, kedepannya LakuLampah membuat sebuah

paket wisata yang dapat dinikmati tidak hanya sekali pada sebulan, tetapi

dapat dinikmati sewaktu-waktu oleh wisatawan yang tertarik oleh konsep

Wisata LakuLampah. Maka setiap orang yang ingin melakukan wisata

sejarah di dalam maupun luar Kota Solo mendapatkan akses yang lebih

mudah. Pesertanya pun bisa dari kalangan mana saja, mulai dari pelajar,

mahasiswa, hingga umum. Diharapkan dengan manajemen baru ini Wisata

LakuLampah akan menambah kunjungan wisatawan ke Kota Solo dan

sekitarnya.

Penyusunan harga paket wisata dirangkai dari seluruh komponen biaya

penyusun paket wisata, karena itu penentuan biaya komponen yang

diperkirakan akan dikeluarkan sangat menentukan dalam penyusunan

harga paket wisata tersebut. prosedur dalam menentukan perhitungan

penyusunan biaya paket wisata yang dapat mencapai pendekatan untuk

menentukan harga adalah:

a. Menginventarisasi seluruh biaya komponen penyusunan paket yang

dapat dihitung.

b. Menyusun harga berdasarkan perhitungan, tidak menurut perasaan

atau perhitungan kira-kira.

62

c. Menjumlahkan seluruh biaya untuk sejumlah peserta, lalu

kemudian melakukan pembagian dengan jumlah peserta yang

dihitung/diperhitungkan.

d. Sejak awal perhitungan telah mencari biaya yang menyatakan biaya

per peserta, lalu kemudian dilakukan penjumlahan untuk mencari

jumlah biaya per orang.

e. Pada jumlah biaya per orang yang diperoleh, ditambahkan

perhitungan besarnya surcharge, mark-up, dan margin, atas

keuntungan yang diharapkan ditentukan sesuai dengan

kebijaksanaan dari masing-masing perusahaan. Terakhir bila

diperlukan, dalam harga jual termasuk perhitungan kondisi dari

harga, misalnya menyangkut komplimen.

Berikut ini adalah perencanaan paket wisata baru yang dilakukan oleh

Wisata LakuLampah disertai dengan perhitungan harga:

Tabel 4 Paket Wisata Sejarah Solo

Paket Wisata Keterangan

Solo Historical Trip

Untuk 30 peserta

Durasi 5 jam

Wisata dimulai pada pukul 15.00 dengan menyusuri

kawasan Kampung Batik Kauman yang menjadi

salah satu kampung batik ternama di Kota Solo.

Setelah itu mengunjungi Masjid Agung Surakarta

yang memiliki jam matahari dapat digunakan

hingga saat ini.

Pada pukul 18.00 perjalanan dilanjutkan menuju

Kampung Keprabon untuk makan malam di nasi

liwet Wongso Lemu yang legendaris di Kota Solo.

63

Tabel 5 Perhitungan Harga Paket Wisata

Komponen Wisata Biaya Variabel Biaya Tetap

Transportasi (Bus) Rp 1.500.000

Biaya Parkir (2x) Rp 60.000

Tip untuk Kru (Bus) Rp 200.000

Biaya Guide Rp 150.000

Makan Malam Rp 40.000

Donasi Rp 100.000

TOTAL Rp 2.010.000 Rp 40.000

Total biaya per peserta

Perhitungan = Rp 2.010.000 + Rp 40.000

30 Rp 107.000

Harga setelah ditambah keuntungan 15%

Keuntungan = Rp 16.050

Rp 123.050

Harga Jual Rp 123.500