BAB III EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN...
Transcript of BAB III EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN...
40
BAB III
EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH
PADA SANTRI KELAS III DI MTs HUDLURUL HUDA PON-
PES ROUDLOTUT THOLIBIN “ASPIR”
KALIWUNGU KENDAL
A. Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” Kaliwungu Kendal
1. Keadaan Umum
Yang dimaksud keadaan umum di sini yaitu keadaan tentang Pon-
pes Roudlotut Tholibin yang meliputi:
a. Sejarah Singkat
Pon-pes (pondok pesantren) Roudlotut Tholibin “ASPIR”
(Asrama Santri Pendidikan Islam Roudlotut Tholibin) didirikan pada
tanggal 26 Desember 1986/29 Sya’ban 1406 H. oleh seorang ulama
yang bernama KH. Khudlori Ghozali, yang sekarang dipimpin oleh K.
Syaifuddin Syafi’i. Seiring dengan perkembangan zaman pondok
pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR” dituntut pula untuk
menampung aspirasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih
mapan lagi. Selang lima tahun yakni tahun 1990 didirikan Madrasah
Salafiyyah yang diberi nama Hudlurul Huda. Pertama didirikan hanya
dua ruangan, dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama dengan
panduan kitab kuning. Dengan semakin berkembangnya para santri
yang mendalami ilmu agama di pondok tersebut maka pada tahun
1997, Madrasah Salafiyyah Hudlurul Huda (MSHH) mendapatkan
Akte Notaris No. 32 tanggal 26 Desember 1997. Pada tahun 2001
Madrasah ini menambah sarana dan prasarana, adapun lokalnya
menjadi tiga tingkatan, yakni tingkatan SP (sekolah persiapan) waktu
yang ditempuh satu tahun, kemudian tingkatan MTs yang terdiri dari
41
tiga kelas dan tingkatan Madrasah Aliyah (MA) terdiri dari tiga kelas,
lalu tingkatan Takhassus.1
b. Letak Geografis
Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” terletak di Jl. Pandean
Gg. Pesantren desa Krajan Kulon Kaliwungu Kendal. Adapun batasan
lokasi Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” sebagai berikut:
1) Sebelah barat, berbatasan dengan kampung Sari Baru
2) Sebelah timur, berbatasan dengan kampung Kauman
3) Sebelah utara, berbatasan dengan kampung Pandean
4) Sebelah selatan, berbatasan dengan kampung Petekan.2
c. Struktur Organisasi Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR”
Pon-pes Roudlotut Tholibin sebagai lembaga pendidikan
seperti halnya lembaga pendidikan lain. Agar kegiatan dapat berjalan
dengan baik diperlukan manajemen organisasi yang perlu dibentuk.
Adapun susunan organisasi Pon-pes Roudlotut Tholibin
“ASPIR” yaitu:
1) Pengasuh : Kyai Syaefuddin Syafi’i
2) Koordinator Pengurus : 1. Ketua : Ust. Tasyrifin Salim
Ust. Nur Halim
2. Sekretaris : Ust. Alamuddin
Ust. M. Nasirul Anam
3. Bendahara : Ust. Alifudin
Ust. M. Nasehi
4. Seksi :
a. Jamiyah : Ust. A. Mawardi
Ust. Lutfi H.
b. Keamanan : Ust. Imam Syuyuti
Ust. Mudhakir
Ust. Nur Yazid
1 Wawancara dengan Kyai Sodikin, tanggal 9 Agustus 2005. 2 Observasi pada tanggal 27 Juli 2005.
42
Ust. Zamroni
c. Perlengkapan : Ust. A. Zaenudin
Ust. M. Tahrirudin
Ust. A. Salinun A.
d. Koperasi : Ust. Agus Fahmi
Ust. Wahyudi
Sedangkan secara struktural pemimpin tertinggi di MTs
Hudlurul Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” Kaliwungu
Kendal dipegang oleh salah seorang pemimpin, selaku penanggung
jawab.
Struktur Organisasi MTs Hudlurul Huda Pon-pes
Roudlotut Tholibin “ASPIR” Kaliwungu Kendal
Siswa / Santri
Seksi Pendidikan
- Ust. Ahmad Sayuti - Ust. Muhammad Nasir
Ketua PP Roudlotut Tholibin “ASPIR” K. Syaefuddin Syafi’i
Ketua Madrasah Kyai Sodikin
Wakil Madrasah Ust. Ahmad Mawardi
Seksi Perlengkapan
- Ust. Mudzakir - Ust. M. Nasekhi
Seksi Perpustakaan - Ust. Alamuddin
Wali Kelas
Guru / Ustadz
43
d. Kurikulum Pendidikan Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR”
Kaliwungu Kendal
Menurut Abdurrahman Wahid ada tiga penggolongan
kurikulum yang ada di pesantren yang banyak mengalami perubahan
dan berkembang dalam variasi bermacam-macam. Antara lain,
kurikulum penyajian non sekolah, kurikulum sekolah tradisional
(Madrasah Salafiyyah), pondok modern. Dari penggolongan kurikulum
tersebut penulis lebih condong pada penggolongan kurikulum sekolah
tradisional (Madrasah Salafiyyah).
Dalam hal ini kurikulum sekolah tradisional (Madrasah
Salafiyyah), di mana pelajaran telah diberikan di kelas dan disusun
berdasarkan kurikulum tetap yang berlaku untuk semua santri. Karena
kurikulumnya masih berdasarkan pada penahapan dan penjenjangan
berdasarkan urut-urutan teks kuno secara berantai.3
Dari uraian di atas, bahwa kurikulum pendidikan Pon-pes
Roudlotut Tholibin “ASPIR” di mana kurikulumnya membuat sendiri
sesuai dengan kebutuhan dan pengajarannya berpanduan pada kitab
kuning (klasik).4
Adapun kitab yang digunakan sebagai bahan studi antara lain
yang ada di dalam tabel berikut ini:
3 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS,
2001), hlm. 113.
44
Tabel 3.1
Kurikulum Pendidikan Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR”
Kaliwungu Kendal5
Tingkatan Kelas Bahan Studi SP (Sekolah Persiapan)
I 1. Ajurumiyah (Matan) 2. Al-Qur’an 3. Aqidatul Awam 4. Fashalatan 5. Akhlakul Lilbanin I 6. Hidayatus Shibyan 7. Sharaf (Istilah) 8. Tanhibul Muta’alim 9. Khothul Arabiyyah
Tingkatan Kelas Bahan Studi
I 1. Ajurumiyah (Matan) 2. Al-Qur’an 3. Aqidatul Awam 4. Fashalatan 5. Akhlakul lil Banin II 6. Safinatun Najah 7. Sharaf Lughawi (tsulatsi) 8. Awamil 9. Khulasah I
II 1. Al-Amrithi 2. Nadham Maqsud 3. Bafadhal 4. Jazariyyah 5. Qawaidul I’lal 6. Khulasah III 7. Tijandarari 8. Sharaf Lughawi (mazid dan
ruba’i) 9. Ta’limul Mutaalim
Tsanawiyah (MTs)
III 1. Alfiyah (awal) 2. Qawaidul I’rab 3. Fathul Qarib 4. Bulughul Maram I 5. Qami’ut Thughyan 6. Nuruddhalam
Tingkatan Kelas Bahan Studi
4 Wawancara dengan Kyai Sodikin, tanggal 9 Agustus 2005. 5 Observasi pada tanggal 27 Juli 2005.
45
I 1. Alfiyah Tasani 2. Fathul Mu’in 3. Kifayatul Awam 4. Bulughul Maram II 5. Idatul Faridl (mawaris) 6. Waroqot 7. Nadhom Baiquniyah
II 1. Jauharul Maknun 2. Sulamul Munawaroq 3. Faroidul Bahiyah 4. Arudh 5. Latoiful Isharoh 6. Fathul Mu’in II 7. Dasuqi 8. Sejarah 9. Ilmu Tafsir
MA (Madrasah Aliyah)
III 1. Uqudul Juman 2. Jam’ul Jawami 3. Almahali I - IV 4. Minhajul Abidin I 5. Tafsir Jalalain 6. Riyadus Sholihin
Tahassus 1. Fathul Wahab 2. Syarhul Hikam 3. Keorganisasian
e. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan.
Khususnya proses pembelajaran seperti gedung, ruang kelas, meja
kursi serta alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan
prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Seperti
halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika
dimanfaatkan secara langsung untuk proses pembelajaran, komponen
tersebut merupakan sarana pendidikan.6
6 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.
49
46
Bahwasanya keadaan sarana dan prasarana di Pon-pes
Roudlotut Tholibin “ASPIR” dalam kondisi cukup sebagai pendukung
pelaksanaan pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dari berbagai fasilitas
yang dimiliki, seperti adanya seperangkat komputer untuk membantu
administrasi, gedung serta sarana-sarana lain, dan adanya asrama
(pondok).7
Tabel 3.2
Keadaan Sarana dan Prasarana Pon-pes Roudlotut Tholibin
“ASPIR” Kaliwungu Kendal
No. Nama Sarana / Prasarana Jumlah A. Sarana
1. Buku Pelajaran 2. Rak buku 3. Meja dan kursi kantor 4. Almari 5. Meja belajar 6. Papan tulis 7. Jam dinding 8. Komputer 9. Tape 10. VCD
200 eks. 18 buah 10 pasang 18 buah 90 buah 8 buah 8 2 2 1
B. Prasarana 1. Gedung asrama / pondok 2. Gedung / ruang belajar 3. Kantor 4. Perpustakaan 5. Aula 6. Laboratorium syari’ah 7. Laboratorium bahasa 8. MCK 9. Sumur 10. Dapur 11. Ruang tamu 12. Kamar mandi 13. Majalah dinding 14. Telepon 15. Bak air wudhu 16. Kantin
18 kamar 8 ruang 2 ruang 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2
7 Observasi di Madrasah Salafiyyah Hudlurul Huda pada tanggal 27 Juli 2005.
47
2. Keadaan Khusus
Yang dimaksud keadaan khusus di sini yaitu tentang komponen-
komponen dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih di MTs Hudlurul
Huda kelas III Pon-pes Roudlotut Tholibin yang meliputi:
a. Pengajar (ustadz) dan santri
Yang dimaksud pengajar di sini adalah mereka para santri yang
telah mendapat kepercayaan dan telah dites langsung oleh pengasuh
pen-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” dan memiliki syahadah (ijazah),
dan sebagian ada yang berasal dari perguruan tinggi (S1). Dengan
ustadz yang berkualitas, baik dari segi ilmu, maupun akhlak
diharapkan santri yang dihasilkan juga berkualitas.8
Adapun santri pada kelas III periode 2004-2005 berjumlah 21
santri dari jumlah keseluruhan 206.
Tabel 3.3
Keadaan Ustadz MTs Hudlurul Huda Kelas III Pon-pes Roudlotut
Tholobin “ASPIR” Kaliwungu Kendal9
No. Nama Jabatan Mata Pelajaran
Tingkat Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
M. Tasripin Salim
Nasehi
Nursalim
Nasirul Anam
Ahmad Mawardi
A. Zamroni
Nur Yazid
Lutfi H.
Ustadz
Ustadz
Ustadz
Ustadz
Ustadz
Ustadz
Ustadz
Ustadz
Fiqih
Fiqih
Fiqih
Hadits
Tauhid
Akhlaq
Nahwu
Shorof
Sarjana (Unisula)
Sarjana (UWH)
Tahassus
Sarjana (IAIN WS)
Tahassus
Tahassus
Tahassus
Tahassus
b. Materi
Materi yang diajarkan di MTs Hudlurul Huda kelas III adalah
kitab klasik Fathul Qarib. Dalam penyampaian materi di sini apabila
8 Wawancara oleh Kyai Shodikin, pada tanggal 9 Agustus 2005. 9 Observasi pada tanggal 27 Juli 2005.
48
tidak mencapai target yang ditentukan, kemudian madrasah mencari
solusi dengan cara mengadakan jam tambahan di luar jam madrasah.
Adapun pembahasan Fathul Qarib di sini yang disampaikan
hanya: Kitab Ahkam ath-Thaharah, Kitab Ahkam ash-Shalat, Kitab
Ahkam az-Zakat, Kitab Ahkamul Haji, Kitab Ahkamul Buyu’, Kitab
Ahkamul Faraid wal Washoya, Kitab Ahkamun Nikah, Kitab Ahkamul
Jihad.
c. Metode pengajaran
Metode merupakan komponen proses belajar mengajar yang
sangat penting. Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan ustadz
dalam mengadakan hubungan dengan santri saat berlangsungnya
pengajaran. Metode di sini merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih pada
kelas III bervariasi disesuaikan dengan kondisi pengajaran. Metode
yang digunakan dalam pengajaran selain metode ceramah juga
digunakan metode diskusi dan demontrasi serta tanya jawab.10
d. Evaluasi pengajaran
Evaluasi merupakan suatu cara untuk mengetahui sejauhmana
santri menguasai materi yang telah disampaikan dan untuk mengetahui
keberhasilan ustadz dalam pengajaran. Evaluasi di sini dilaksanakan
secara terencana.11
B. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Fiqih pada Santri Kelas III MTs
Hudlurul Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” Kaliwungu Kendal
Evaluasi menjadi bagian dari salah satu komponen sistem
pembelajaran yang ada di MTs Hudlurul Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin
“ASPIR” kelas III, tidak mungkin dihindari dalam setiap proses pembelajaran
mata pelajaran fiqih yang menggunakan kitab klasik Fathul Qorib sebagai
10 Wawancara dengan ustadz Nasehi, pada tanggal 1 Agustus 2005 11 Wawancara dengan Kyai Shodikin, pada tanggal 9 Agustus 2005.
49
kitab panduan/pegangan dalam pembelajaran. Dengan demikian kegiatan
evaluasi, orang dapat mengetahui hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh
ustadz maupun santri selama proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan evaluasi
pembelajaran mata pelajaran Fiqih di MTs Hudlurul Huda Pon-pes Roudlotut
Tholibin “ASPIR” Kelas III meliputi:
1. Evaluasi Proses Mata Pelajaran Fiqih
Suatu proses sistematis untuk memperoleh informasi mengenai
keefektivan atau menetapkan baik buruknya kegiatan pembelajaran dalam
membantu santri mencapai target yang ditetapkan oleh ustadz. Hasil dari
evaluasi proses yang telah dikumpulkan akan membantu dalam pengisian
nilai raport, dalam evaluasi proses maka dalam pelajaran Fiqih kelas III
pelaksanaannya terdiri dari:
a. Pre Test (tes awal)
Tes ini merupakan tes yang diberikan sebelum pengajaran
dimulai.12 Bahwa model tes awal yang dilaksanakan di kelas III, mata
pelajaran Fiqih dilaksanakan secara acak santri ditunjuk di depan
kelas.Bentuk pertanyaan secara lisan yakni membacakan materi yang
dibahas minggu lalu, apakah sudah benar dalam pembacaannya,
artinya apakah sesuai dengan aturan tata bahasa arab tingkat kata
(sharaf) dan struktur kalimat (nahwu). Kemudian mampu
menerjemahkan kata demi kata.13
Pre tes digunakan untuk mengecek materi yang telah dipelajari
beberapa pertemuan yang lampau. Jika seorang santri berhasil
membaca dan menterjemahkan dengan baik, maka pelajaran yang baru
dapat diberikan. Tetapi jika sebaliknya, maka santri mengulang
kembali pelajarannya.14
12 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: remaja
Rosdakarya, 1997), hlm. 28. 13Observasi pada Tanggal 27 Juli 2005 14 Wawancara dengan ustadz Tasripin tanggal 28 Juli 2005.
50
b. Ulangan Harian
Ulangan harian diberikan setelah proses pembelajaran
berakhir. Pelaksanaan ulangan harian dilakukan satu bulan penuh satu
kali pada setiap pokok bahasan yang dapat diselesaikan. Tes ini
disebut juga tes formatif. Dengan tujuan untuk mengetahui sampai di
mana pencapaian atau penguasaan santri terhadap bahan pelajaran
yang disampaikan meliputi pengetahuan maupun ketrampilan setelah
mengalami suatu kegiatan belajar. Sistem pelaksanaan pada setiap
akhir bulan ustadz melakukan ulangan, yang soal tersebut dibuat oleh
ustadz sesuai dengan materi, penilaian dimasukkan dalam daftar
catatan nilai santri.
2. Evaluasi Hasil Mata Pelajaran Fiqih
Evaluasi hasil belajar menekankan pada informasi tentang baik
buruknya hasil dari kegiatan belajar yang dicapai oleh santri sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan, meliputi:
a. Ulangan Membaca
Ulangan membaca merupakan bentuk dari tes lisan dan wujud
dari pre-tes selama pembelajaran. Di mana waktu pelaksaannya
bersamaan dengan ulangan semester gasal maupun genap.Adapun
ketentuan pencapaian target penguasaan sama dengan ulangan yang
lainnya seperti ulangan praktek dan ulangan semesteran.15
b. Ulangan Praktek
Menurut Nursalim,ulangan praktek diberikan dengan harapan
santri bisa mempunyai ketrampilan pelaksanaan ibadah tertentu.
Adapun materi pelajaran yang dipraktekkan di antaranya: shalat, haji,
nikah, dan pelaksanaannya dilakukan secara perorangan maupun
kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan ustadz. Apabila ada santri
yang kurang atau gagal dari target yang ditentukan maka santri yang
bersangkutan harus memenuhinya,dngan cara mengulang kembali
15 Observasi pada tanggal 17 Agustus 2005.
51
materi praktek yang telah ditunjukkan oleh ustadz. Dalam ulangan
praktek dijadikan titik sentral dalam ulangan.16
c. Ulangan Semester
Sesuai hasil dari penelitian bahwa dalam pelaksanaan ulangan
semesteran setelah semua materi pembahasan selesai diberikan. Bahan
yang diujikan dari awal ajaran sampai akhir. Pelaksanaan ulangan
serentak di tingkat madrasah Salafiyyah Hudlurul Huda yang sudah
terjadwal dan terprogram, baik semester gasal maupun semester genap.
Pada setiap ulangan semester mempunyai target/sasaran materi
yang harus dikuasai oleh santri. Adapun target yang ditetapkan
diketahui oleh ustadz pengampunya dan santri berusaha untuk
menguasainya dengan belajar sungguh-sungguh sesuai dengan materi
yang disampaikan. Namun apabila penguasaan atau pencapaian
ulangan seperti membaca praktek, serta ulangan semester, santri belum
mampu dan masih banyak yang kurang atau belum memenuhi harapan,
maka ustadz melakukan tindakan, yaitu santri diharuskan mengulang
atau mendalami materi yang belum dikuasai tersebut, yang istilah di
madrasah ini dikenal dengan her. Nilai hasil ulangan semesteran
dituangkan dalam bentuk catatan digunakan untuk mengisi buku yang
disebut raport.17
3. Standarisasi Penilaian
Standarisasi penilaian dalam pelaksanaan evaluasi mata pelajaran
Fiqih seperti halnya pada ulangan membaca, praktek, dan semesteran,
menggunakan norma yang ditetapkan secara mutlak oleh ustadz yang
bersangkutan berdasarkan atas jumlah soal serta prosentase atau target
penguasaan bahan ajar yang dipersyaratkan dengan batas minimal 60%.
Dengan demikian skor standar yang diperoleh santri kelas III didasarkan
16 Wawancara dengan Nursalim tentang pelaksanaan tes praktek pada tanggal 6 Agustus
2005. 17 Observasi pada tanggal 17 Agustus 2005.
52
pada norma absolut akan mencerminkan penguasaan santri terhadap materi
yang diberikan.18
4. Teknik Evaluasi
Menurut ustadz Nasehi,19 bahwa evaluasi di MTs Hudlurul Huda
menggunakan bentuk yang bervariasi seperti tes lisan, dipergunakan untuk
merespon santri dalam bahasa lisan (kemampuan membaca dan
menterjemahkan). Kemudian evaluasi bentuk tes tulis menggunakan tes
subjektif (uraian) serta tes praktek (pengamatan dengan menggunakan
skala penilaian). Adapun bentuk soal tertulis dan praktek terdapat dalam
lampiran.
Untuk lebih seksama dapat dilihat dalam tabel pelaksanaan
kegiatan evaluasi pembelajaran Fiqih kelas III di MTs Hudlurul Huda
Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” sebagai berikut:
Tabel 3.4 Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Pembelajaran Fiqih Kelas III di
MTs Hudlurul Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” Kaliwungu Kendal
No Jenis Pre Tes (tes awal) Ulangan
Harian Ulangan Bacaan
Ulangan Praktek
Ulangan Semesteran
1. Pengikut Setiap santri Setiap santri Setiap santri Setiap santri Setiap santri 2. Waktu Setiap tatap muka
pertemuan Satu bulan sekali
Dua kali tiap tahun
Dua kali tiap tahun
Dua kali tiap tahun
3. Bahan Setiap materi yang dibahas minggu lalu
Setiap pokok pembahasan sesuai diajarkan
Awal sampai akhir sesuai dengan petunjuk ustadz
Awal sampai akhir yang ditetapkan
Semua materi dari awal sampai akhir baik semester gasal maupun genap
4. Bentuk Lisan, sesuai dengan materi
Tertulis sesuai dengan materi
Lisan Observasi dilengkapi dengan skala penilaian
Tertulis
5. Sasaran atau objek yang dinilai
Kemampuan membaca dan menterjemahkan kitab pelajaran sesuai dengan materi
Kemampuan pengetahuan terhadap materi yang disampaikan
Kemampuan menterjemahkan
Kemampuan ketrampilan dalam pelaksanaan ibadah
Kemampuan pengetahuan terhadap materi yang disampaikan
6. Cara memberikan nilai
Tidak ada penilaian (tidak dinilai)
Tidak ada ketentuan
Sesuai dengan ketentuan ustadz yakni acuan patokan minimal 60%
Sesuai dengan ketentuan ustadz yakni acuan patokan minimal 60%
Sesuai dengan ketentuan ustadz yakni acuan patokan minimal 60%
7. Penyelenggara Ustadz mata pelajaran Fiqih Kelas III
Ustadz mata pelajaran Fiqih kelas III
Ustadz mata pelajaran Fiqih kelas III dan ustadz kelas
Ustadz mata pelajaran Fiqih kelas III dan ustadz kelas
Ustadz mata pelajaran Fiqih kelas III dan ustadz kelas
18 Wawancara dengan ustadz Nasehi tanggal 8 Agustus 2005. 19 Wawancara dengan ustadz Nasehi pada tanggal 1 Agustus 2005 tentang teknik evaluasi
dan bentuk-bentuknya.
53
5. Tujuan Evaluasi
Ada sejumlah tujuan mengapa harus melakukan evaluasi dalam
proses pembelajaran di MTs Hudlurul Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin
“ASPIR”. Menurut ustadz Tasripin, menjelaskan bahwa MTs Hudlurul
Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” mempunyai visi dan misi.
Visinya ialah menanamkan dan meningkatkan ruhul Islam dalam
perikehidupan beragama. Secara perorangan maupun bermasyarakat,
berdasarkan keikhlasan beribadah serta mengamalkan syari’at Islam
secara murni. Sedangkan misinya membentuk generasi muslim yang
berbudi luhur dan bertaqwa.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, diperlukan upaya yang
mengarah pada dua hal tersebut. Diantara upaya yang dilakukan ialah
pelaksanaan evaluasi yang bertujuan untuk: Pertama, mengetahui sampai
sejauhmana penguasaan materi yang telah diberikan, sehingga diketahui
tingkat kemampuan santri. Dengan mengetahui kemampuan santri, ustadz
dapat mengambil kebijakan terhadap apa saja yang menjadi kesulitan
santri bersangkutan. Tujuan kedua, untuk mengetahui seberapa efektif
teknik pembelajaran yang telah digunakan, apakah teknik yang dipakai
tepat dan sesuai dengan kondisi santri.20
6. Fungsi Evaluasi
Menurut ustadz Nasehi, evaluasi menjadi salah satu kunci
keberhasilan tidaknya proses pembelajaran. Mengenai fungsi evaluasi, Ia
mengungkapkan ada beberapa hal di antaranya fungsi evaluasi untuk
santri sendiri yakni di antaranya agar santri tahu seberapa besar
kemampuan dari hasil belajar yang dicapai, sebagai motivasi santri agar
lebih giat belajar. Selanjutnya fungsi evaluasi untuk ustadz yakni untuk
mengetahui keefektivan proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh
ustadz, sekaligus sebagai memotivasi ustadz untuk mengajar dengan
20 Wawancara dengan Ahmad Tasripin tentang Tujuan Evaluasi Pembelajaran pada
tanggal 28 Juli 2005.
54
sungguh-sungguh. Untuk lebih mudah mengklasifikasikan santri yang
berhasil dan kurang berhasil sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan
atau her yang sekiranya diperlukan.21
7. Manfaat Evaluasi
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai
pelaksaanaan evaluasi, dapat diketahui bahwasanya evaluasi mempunyai
arti penting dan manfaat yang besar bagi santri, ustadznya, madrasah serta
bagi wali santri.
Bagi santri hasil evaluasi, memberikan informasi tentang
sejauhmana santri telah menguasai bahan pelajaran yang telah
disampaikan ustadz, sehingga dengan evaluasi santri dapat mengukur
kemampuannya sendiri. Mereka menjadi termotivasi untuk selalu belajar
mengenai hukum dalam ilmu Fiqih dengan sebaik-baiknya, serta belajar
membaca kitab klasik dengan baik dan benar.
Dengan adanya evaluasi ustadz memperoleh petunjuk mengenai
keadaan santri, sehingga ustadz bisa mengambil langkah-langkah
kebijakan untuk memperbaiki pemahaman maupun pengetahuan, bacaan
serta gerakan dalam prakteknya. Di samping itu, evaluasi sebagai
motivator bagi ustadz untuk berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya
agar santri lulus semua dalam evaluasi.
Keberhasilan proses pembelajaran Fiqih di MTs Hudlurul Huda
Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” sangat berarti bagi keberadaan
madrasah ini sebagai tempat belajar yang bervisi menjadikan gerakan
muslim yang berbudi luhur dan bertakwa dan mengamalkan syari’at
Islam. Hasil evaluasi diperoleh guna melihat sejauhmana kondisi belajar
yang diciptakan mampu atau tidak dalam rangka membantu santri untuk
trampil dalam gerakan di antaranya mempraktekkan manasik haji serta
21 Wawancara dengan ustadz Nasehi pada tanggal 8 Agustus 2005.
55
membaca kitab literatur klasik. Begitu juga orang tua akan merasa sangat
senang apabila prestasi belajar anaknya berhasil.22
C. Hasil Evaluasi Pembelajaran Fiqih pada Santri Kelas III MTs Hudlurul
Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” Kaliwungu Kendal
Sesuai hasil penelitian bahwa hasil evaluasi dari ulangan harian dapat
difungsikan untuk mengukur sejauhmana santri telah mencapai taraf
penguasaan bahan pelajaran. Dan hasil dari ulangan praktek, membaca dan
semesteran dijadikan untuk memperbaiki kinerja ustadz dalam pengelolaan
pembelajaran, serta semua materi yang sudah disampaikan merupakan target
yang dicapai.
Menurut ustadz Nasehi 23 para santri kelas III dalam pembelajaran
Fiqih dapat membaca, menterjemahkan serta menguasai, memahami, dan
mempraktekkan materi yang diajarkan secara penuh dengan baik, namun
dalam beberapa hal masih terdapat kesulitan dalam materi pelajaran. Oleh
karena itu perlu memperoleh perhatian yang lebih untuk memperbaiki hasil
yang telah diperoleh. Secara tidak langsung santri yang masih belum
memahami dalam pelajaran kebanyakan santri tidak atau kurang
memperhatikan pada waktu ustadznya menyampaikan materi atau kurangnya
belajar santri.
Hasil evaluasi diperoleh dari penilaian ulangan harian, ulangan
membaca, ulangan praktikum, dan semesteran berupa semua penguasaan
materi disampaikan kepada santri dalam proses belajar mengajar, mengenai
kemampuan pengetahuan berfikir (aspek kognitif) dan kemampuan
ketrampilan (aspek psikomotorik) pada hasil evaluasi terhadap ulangan
dinyatakan cukup berhasil (terlampir).
22 Wawancara dengan ustadz Tasripin tentang “manfaat evaluasi” tanggal 2 Agustus
2005. 23 Wawancara dengan ustadz Nasehi tanggal 3 Agustus 2005.
56
Adapun proses penilaian dalam menilai raport meliputi: nilai rata-rata
ulangan harian, nilai praktikum, nilai bacaan, nilai ulangan semesteran.24
Dengan rumus 4
Ts Tm Tp Th +++=NR .
Keterangan: NR : Nilai Raport
Th : Nilai rata-rata harian
Tp : Nilai praktikum
Tm : Nilai kemampuan membaca
Ts : Nilai semester25
Sedangkan penilaian terhadap sikap atau tingkah laku keseharian
santri (aspek afektif) hanya disimpulkan pada setiap semester yang
dicantumkan ke dalam buku raport meliputi aspek kelakuan, kerajinan,
kebersihan. Karena sikap keseharian santri dianggap baik di dalam ruang kelas
maupun di luar kelas yakni lingkungan asrama tidak ada masalah dan patuh
terhadap tata terbit yang berlaku dalam penilaian ini dilakukan dengan
pengamatan dengan instrumen skala sikap setiap santri kelas III. (terlampir)
Laporan kemajuan belajar santri merupakan sarana komunikasi antara
madrasah, santri dan wali santri. Oleh karena itu laporan santri dan wali santri
adalah bagian penting dalam upaya mengembangkan dan menjaga hubungan
kerjasama antara madrasah, santri dan orang tua/wali santri. Dalam laporan
prestasi tiap santri dapat dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal
dalam menguasai suatu tugas atau dalam bentuk yang disebut raport
(terlampir)
Dari hasil penelitian mengenai evaluasi pembelajaran Fiqih di MTs
Hudlurul Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” santri kelas III diketahui
bahwasannya keberhasilan suatu evaluasi sangat dipengaruhi oleh sedikitnya
beberapa faktor yaitu: Pertama, ustadz, mayoritas ustadz yang menjadi
pendidik di MTs Hudlurul Huda Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR”
merupakan alumni setempat yang mendapat restu untuk menyampaian
ilmunya yang diperoleh dan memiliki syahadah (ijazah) serta sebagian ada
24 Wawancara dengan ustadz Nasehi pada tanggal 20 Agustus. 25 Observasi pada tanggal 20 Agustus 2005..
57
yang berasal dari perguruan tinggi (S1) sehingga mereka menguasai apa yang
diajarkannya.
Namun karena ada suatu hal yang menyebabkan kurang maksimalnya
hasil evaluasi yang diharapkan seperti sikap atau keputusan ustadz yang
kurang tegas ketika melihat kesalahan santri dalam mengerjakan soal dan
sikap tegas ustadz ketika menilai kemampuan santri, tidak segan untuk
mengadakan her kepada santri yang belum mencapai harapan.26
Faktor kedua mengenai bahan kurikulum seperti sarana penunjang,
berupa bahan dan alat. Untuk praktek sudah mewakili sebagai kegiatan
praktek manasik haji walaupun jumlah bahan dan alat sangat terbatas,
sehingga dalam mendemontrasikan santri saling bergantian.27
Ketiga ialah santri, pada dasarnya santri kelas III MTs Hudlurul Huda
Pon-pes Roudlotut Tholibin “ASPIR”, memiliki kemampuan yang baik dalam
memahami dan menguasai suatu materi yang diberikan, karena tingkatan MTs
Kelas III ini merupakan kelas yang sudah bisa membaca kitab (pelajaran).
Namun ada sebagian santri cenderung kurang hati-hati ketika membaca kitab
(pelajaran).28
26 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 6 Agustus 2005 mengenai “Faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil evaluasi”. 27 Wawancara dengan ustadz Nursalim “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
evaluasi” pada tanggal 6 Agustus 2005. 28 Wawancara dengan ustadz Nasehi tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
evaluasi” pada tanggal 6 Agustus 2005.