BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN MOHAMMAD FAUZIL...
Transcript of BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN MOHAMMAD FAUZIL...
34
BAB III
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
TENTANG KELUARGA DAN PENDIDIKAN ANAK
A. Latar Belakang Sosial
Mohammad Fauzil Adhim adalah seorang penulis yang berkompeten
tentang keluarga dan pendidikan anak, beliau mengawalinya sebagai kolumnis
di berbagai majalah yang kaitannya dengan keluarga. Dari beberapa bukunya
yang telah diterbitkan, diantaranya kupinang engkau dengan hamdalah, kado
pernikahan untuk isteriku, menjadi best seller, sehingga namanya tidak cukup
asing bagi kalangan para remaja muslim.
Beliau dilahirkan pada tanggal 29 Desember 1972 di daerah Mojokerto
sebuah kabupaten yang berbatasan dengan Jombang. lbunya bernama
Aminatuz Zuhriyah berasal dari keluarga pesantren Bahrul Ulum Tambak
Beras Jombang, sedang ayah berasal dari Pacitan, termasuk keluarga pesantren
Termas.1
Dari Pacitan yang berpindah ke daerah Banyuwangi, nenek dari ibu
juga berasal dari keluarga kiai, tetapi pesantrennya telah bubar pada saat Fauzil
(masih kecil), sehubungan dengan pesantren ini dulunya menjadi tempat
belajar kader NU dan kader Muhammadiyah2
1. Pendidikan, pengalaman dan karya-karya Muhammad Fauzil Adhim
Pendidikan formal beliau
– SDN Ketidur, Kecamatan Mojokerto Jawa Timur.
– SMPN Kutorejo, Mojokerto
– SMAN 2 Jombang
– SI Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Beliau menikah pada saat masih kuliah dengan seorang akhwat
bernama Siti Mariana Anas beddu, sampai sekarang telah dikaruniai empat
1 Dokumen Pribadi Fauzil, (tulisan tidak diterbitkan) 2 Ibid
35
putra, yaitu Fathimatuz Zahra, Muhammad Husain As-Sajjad, Muhammad
Hibatillah Hasanin. Muhammad Nashiruddin An-Nadwi.
Alamat sekarang : Jln. Monjali Gg. Masjid Mujahadah RT 15 RW
40 Karangjati, SIA, Sleman, Yogyakarta.
2. Pengalaman kerja
– Koresponden majalah Ayahanda (Jakarta), freelance, 1994-1995
– Staf pengajar sekolah guru taman kanak-kanak Islam terpadu
(SGTKIT), Yogyakarta, 1996-1998
– Dosen psikologi keluarga (marriage dan parenting) dan psikologi
komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, 2001-2004
Kolumnis tetap jendela keluarga majalah suara Hidayatullah mulai
Agustus 2002 khusus untuk masalah parenting.
– Kolumnis tetap majalah An-nida' selama setahun sampai Agustus 2003
– Pengaruh rubrik konsultasi psikologi majalah Nebula, majalah
komunitas ESQ Jakarta
3. Kegiataan sekarang ini
– Staf pengajar fakultas psikologi Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
– Kolumnis tetap majalah Hidayatullah Surabaya untuk kolom Tarbiyah.
– Kolumnis tetap untuk harian umum republika untuk renungan jum'at
kolom DIY-Jateng.
– Menjadi pemateri tetap untuk pelatihan menulis ibu-ibu rumah tangga
di Yogyakarta.
– Menjadi pemateri tetap forum diskusi parenting para orang tua di
Yogyakarta.
– Narasumber dalam berbagai forum diskusi, seminar talkshow
diberbagai daerah seluruh Indonesia tentang masalah-masalah
pernikahan, keluarga dan pendidikan.
36
– Pembina SDIT Hidayatullah Yogyakarta sekaligus menjadi anggota
team perancang kurikulum SD unggulan.
4. Karya-karya Mohammad Fauzil Adhim
– Kupinang Engkau dengan Hamdalah
– Mencapai Pernikahan Barokah
– Disebabkan oleh Cinta
– Kado Pernikahan untuk Isteriku
– Indahnya Pernikahan Dini
– Agar Cinta Bersemi Indah
– Membuat Anak Gila Membaca
– Membuka Jalan ke Syurga
– Menuju Kreativitas
– Janda
– Saat Anak Kita Lahir
– Dunia Kata Mewujudkan Impian Menjadi Penulis Brilian
– Saatnya untuk Menikah
– Di ambang Pernikahan
– Bahagia Saat Hamil bagi Ummahat
– Salahnya Kodok, Bahagia Mendidik Anak bagi Ummahat
– Mendidik Anak Menuju Taklid
– Menembus UMPTN Tanpa Stres
– Bersikap terhadap Anak
– Memasuki Pernikahan Agung
B. Pemikiran Mohammad Fauzil Adhim tentang Keluarga
1. Pembentukan Keluarga
Al-Qur'an telah menjelaskan berbagai aspek kehidupan,
diantaranya menyangkut penciptaan yang telah mengejutkan dan membuat
detak kagum para ilmuan masa kini dan tidak menyisakan celah keraguan
sedikitpun dalam ketepatannya bagi siapapun dan apapun kedudukan atau
37
posisinya serta fakta bahwa (Al-Qur'an) merupakan pembimbing dalam
kehidupan manusia. Allah berfirman
قنيتى للمدفيه ه بيال ر ابالكت 2: البقرة. (ذلك( "Inilah kitab yang tiada keraguan di dalanmnya sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa". (QS. al-Bagarah: 2)3
Kemurahan dan rahmat Allah tampak melalui fitrah seluruh
pasangan jenis apapun (berupa) kecenderungan, daya tank, hubungan
cinta, afinitas (ketertarikan atau simpati) yang kuat satu sama lain yang
dapat menuntun (masing-masing pasangan), menuju perkawinan,
membangun kesempurnaan perkawinan, kelahiran dan pertambahan
populasi.
Keberpasangan, kopulasi, dan reproduksi d.i dunia, tanamtanaman
dan hewan-hewan didasarkan pada aturan-aturan penciptaan dan
keteraturan yang benar berkaitan dengan instink-instink.4
Hal tersebut merupakan isu vital dan program yang bagus dan
alamiah, bagaimanapun harus dilaksanakan dan didasarkan pada
peraturan-peraturan Allah yang bermanfaat yang telah ditunjukkkan dalam
Al-Qur'an dan dalam perkataan-perkataan mulia para Nabi dan para imam
maksum, unsur-unsur dari kebenaran ini (perkawinan) telah dianugerahkan
kepada pria dan wanita dalam bentuk instink-instink, daya tarik,
persahabatan, cinta dan kebahagiaan, serta tersusun dengan kehendak bijak
Allah SWT.
Mohammad Fauzil Adhim menjelaskan sebuah pernikahan
adalah mencapai pernikahan yang barakah beliau mendasarkan pada
kisah Ukail Bin Abi Thalib yang ditegur oleh Rosulullah SAW yang
berbunyl; "katakanlah oleh kalian": jawab Uqail semoga Allah
3 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag RI, 1986), hlm. 8 4 Husyain Ansyarian, Membangun Keluarga Yang Dicintai Allah, hlm. 30
38
memberkahi anda sekalian dan melimpahkan barakah kepada anda,
demikian yang diperintahkan kepada kita.5
Ada beberapa alasan yang cukup relevan dengan mencapai sebuah
pernikahan-pernikahan yang barakah, Mendo'akan barokah yang
dimaksudkan disini adalah: Pertama mendoakan agar mereka menjadi
suami-istri yang penuh barakah, sehingga sekelilingnya ikut terkena
barakahnya Kedua mendoakan agar mereka mendapatkan barakah.6
Ada beberapa proses untuk mencapai barakah, orang terlebih
dahulu memperoleh salam dan rahmat. Sebuah keluarga bisa barokah jika
didalamnya ada sakinah, mereka merasakan ketentraman, dalam keadaan
keguncangan kesulitan atau dikaruniai kesuksesan suami dan istri,
merasakan ketentraman saat bersama.
Dengan membentuk keluarga barakah bisa melahirkan banyak
keutamaan, termasuk tumbuhnya sunnah Hasanah (kebiasaan baru yang
baik), sebaliknya, pernikahan yang tidak ada barakahnya sama sekali, bisa
melahirkan berbagai sunnah Sayyi'ah (kebiasaan baru yang buruk)
sebagaimana barakah, keburukan dari sunnah Sayyi'ah bisa berkembang
terus sampai bentuk yang kuat dan jelas, sehingga menjadi kultur yang
cukup diantara suami isteri.
Senada dengan yang disampaikan oleh Musthofa Aziz tentang.
keluarga yang barakah yaitu "Keluarga muslim harus bertujuan untuk
membentuk insan-insan takwa sehingga keluarga muslim tersebut akan
mendapat berkah dari Allah SWT".7
Sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT berikut ini:
ولو أن أهل القرى آمنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء واألرض )96: األعراف(. ولـكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون
5 Moh Fauzil Adhim, Kado Pernikahan Untuk Istriku, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002),
hlm. 26 6 lbid., 28 7 Mustafa Aziz, op. cit., hlm. 38
39
"Jikalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami itu), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya". (QS. al-Araf 96).8
Pembentukan keluarga juga bisa dipengaruhi oleh pertama kali
ketika akan membentuk keluarganya, menurut Mohammad Fauzil Adhim
dalam proses pembentukan keluarga ada tiga hal yang paling mendasar.
a. Niat
Ada berbagai interpretasi dalam memahami niat dari
pembentukan keluarga. Allah telah memerintahkan pada kita untuk
menikah.9 Dengan niat yang sungguh-sungguh untuk segera
melangsungkan pemikahan supaya diluruskan dahulu, dengan
mensucikan niat prasangkaan, bagi orang-orang yang telah kuat
tekadnya (Azzam).
Seorang yang telah menikah, berarti menyelamatkan setengah
dari agamanya bahkan bagi seorang remaja berarti menyelamatkan dua
pertiga dari agamanya.10
b. Menjaga kehormatan
Kita sering menjumpai beberapa hadits yang memberi jaminan
kepada kita yang ingin menikah demi menjaga kehormatan dan
kesucian farjinya. Sudah menjadi keharusan bagi manusia untuk bisa
menjaga eksistensinya di muka bumi ini maka dengan menjaga
kehormatannya merupakan sebuah upaya untuk memposisikan dirinya
di alam semesta ini.
c. Memenuhi sunnah Rasul
Rasulullah tidak pernah mengharapkan umatnya untuk
menghabiskan hidupnya dengan membujang, karena itu beliau
memperingatkan kepada kita untuk memenuhi amr' tersebut, masih
8 Soenarjo, op. cit., hlm. 237 9 Mohammad Fauzil Adhim, op. cit., hlm. 159 10 Ibid., hlm. 62
40
banyak orang yang merasa itu sangat berat, apalagi zaman sekarang
ini, hal ini bisa disebabkan karena internal dan eksternal seseorang.
Proses pemilihan jodoh Rosul telah memberikan beberapa
kriteria, yang mesti diperhatikan sehingga tidak sembarang mencari
atau memutuskan talon teman hidupnya, supaya tetap mengikuti
syari'at agama ketika dalam proses selektifitas.
تنكح : النىب صلى اهللا عليه وسلم : اىب هريرة رضي اهللا عنه عن فإظفر بذات , ولدينها, وجلماهلا,وحلسبها, ملاهلا: املرأة ألربع
)رواه الترميذى. (تربت يداك. الدين Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dan Nabi SAW : wanita itu dinikahi karena empat faktor : karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, pilihlah yang bagaiman, mudah-mudahan anda beruntung (berhasil baik)" (HR. Jamaah kecuali Tirmidzi).11
Menciptakan nuansa Islami dalam rumah untuk meraih
mardlotillah (ridlo Allah SWT) adalah suatu dambaan bagi setiap
keluarga muslim. Hal tersebut bukan hanya merupakan hisapan jempol
belaka manakala mau bersungguh-sungguh merealisasikannya.12
Dengan mengacu pada normatif seharusnya alasan untuk menikah
mempunyai suatu niat yang positif bila proses pembentukan awal sudah
tidak mempunyai landasan kerangka fikir yang sesuai dengan syariat,
maka hal ini merupakan awal dari runtuhnya suatu bangunan karena
didirikan di tempat yang tidak bisa menopang bangunan tersebut, lain
halnya bila bangunan yang ingin di kontruks berada pada fondamen yang
kokoh dan kuat maka bangunan tersebut bisa cukup kokoh, untuk tetap
berdiri dan berfungsi melindungi penghuninya.
11 Sunan At-Tirmidzi, Jamius Shosih, Juz III Darul Kutub Beirut, Libanon 279, hlm. 396 12 Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002),
hlm. 35
41
2. Perceraian
Tidak ada yang berharap pernikahannya harus terbentur oleh
konflik-konflik, apalagi sampai menyebabkan gelombang besar
menghantam mahligai rumah tangga yang dengan sungguh-sungguh
dibangun sejak awal, sehingga ada yang terampas haknya, dalam hal ini
yang merasakan langsung adalah dari pihak anak, karena dengan
perceraian tidak ada lagi tempat menggantungkan diri, jiwanya goyah
karena tercerabut oleh keadaan.
Bahtera rumah tangga ibarat kapal yang berlayar di lautan yang
setiap saat terbentur oleh ombak dilautan dan hal ini bisa menimpa
siapapun, kapanpun Mohammad Fauzil Adhim menjelaskan ada beberapa
hal yang menyebabkan perceraian, sebagian besar disebabkan oleh sesuatu
hal yang tidak sepatutnya menjadi penyebab perceraian.
a. Perbedaan yang wadag
Suami istri yang secara psikis belum matang, mudah
terpengaruh oleh perbedaan yang sifatnya wadag (sangat permukaan)
contohnya, suami-istri kadang mempersoalkan tentang perbedaan
selera makan atau perbedaan perilaku ketika makan, mereka bisa
mengalami konflik terbuka, hanya gara-gara persoalan kecil.13
b. Sikap terhadap teman hidup
Dalam hal ini Mohammad Fauzil Adhim mencontohkan
perbedaan sikap terhadap ulang tahun, bisa memicu konflik bila tiada
proses tabayyun (saling memberi dan meminta penjelasan) secara
lapang dada, masing-masing berjalan dengan asumsi sendiri-sendiri,
keduanya tidak saling meluruskan kekeliruan, tetapi saling
menyalahkan, dan orang cenderung tidak mau disalahkan.14
Selanjutnya sikap tidak mau melakukan tabayyun ini membuat
masing-masing tidak bisa memperbaiki hubungan, mereka tidak bisa
menemukan titik temu dan saling menyadari kekhilafan untuk
13 Mohammad Fauzil Adhim, Disebabkan Oleh Cinta, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), hlm. 207
14 Ibid., hlm. 214
42
kemudian menemukan yang terbaik, atau dengan kata lain tidak bisa
melakukan ishlah (perbaikan).
c. Perbedaan prinsip keimanan
Perubahan naik turunnya keimanan atau perubahan dalam
menghayati keimanan kepada Allah, kadang tidak terjadi secara
bersamaan dan seimbang antara suami-istri, perbedaan ini bisa
memunculkan konflik lebih-lebih pada orang yang baru menggali
penyadaran, biasanya sangat peka terhadap kesalahan orang lain dan
cenderung mudah bersikap reaktif, begitu ada kesalahan segera
ditanggapi, repotnya kadang tidak bijak caranya.15
Konflik semacam ini bisa muncul bukan karena salah satunya
mengalami perubahan secara mencolok tanpa diimbangi oieh (antara
suami-isteri saling menunjukkan egonya), kadang konflik bisa muncul
karena memang ada perbedaan yang mendasar dalam memahami dan
meyakini soal-soal aqidah.
3. Menjaga eksistensi keluarga
Segala sesuatu yang ada disekitar kita, ternyata jika tidak pandai
memelihara dan merawatnya maka akan mudah rusak dan musnah, namun
kebanyakan kita hanya pandai memanfaatkan sisi guna dari sesuatu yang
dibarengi dengan langkah-langkah pemeliharaan dan perawatan yang
berkesinambungan, bahkan ironisnya tanpa disadari kebanyakan dari kita
justru lebih pandai dan lincah melakukan perusakan dan pemusnahan
hingga kembali sadar setelah nilai guna tidak lagi bisa dinikmati.
Mohammad Fauzil Adhim mengungkapkan beberapa konsep
tentang menjaga eksistensi keluarga ketika terjadi konflik yang mengarah
pada perceraian diantarnya;
a. Melakukan Ishlah
15 Ibid., hlm. 216
43
Melakukan ishlah tidak berarti suami-istri mengkompromikan
apapun yang dianggap tidak sesuai, asal keharmonisan hubungan
keduanya bisa terjaga dengan baik, tidak demikian, lebih-lebih kalau
ketidak sesuaian sikap itu menyangkut hal-hal tentang benar dan salah,
akan tetapi keduanya menemukan titik perbedaan ketika harus
mengoreksi perilaku yang salah.
b. Dialog
Dialog suami-istn dimaksudkan untuk mengikis hambatan
psikis, kadang masalah bukan karena tidak kecocokan di kedua belah
pihak, malainkan karena kurangnya kesempatan bagi keduanya untuk
saling berdialog dari hati ke hati, boleh jadi hanya dengan dialog atau
sekedar obrolan ringan, konflik yang sulit dicari solusinya dapat
mencair sendiri.16
Usaha ini dilakukan untuk bisa memperbaiki hubungan,
membangun kembali bagian yang retak, memaafkan kesalahan-
kesalahan teman hidup kita dan memberi kesempatan kepada teman
hidup kita untuk memperbaiki diri, mau menerimanya bahwa untuk
malakukan perbaikan perlu proses dan waktu.
c. Mencari penengah
Jika konflik sudah tidak bisa diatasi dengan dialog, hal ini bisa
disebabkan karena keduanya sudah tidak bisa mengadakan dialog lagi,
sementara keadaan semakin kritis, maka kehadiran penengah yang
adil, hal ini sesuai firman Allah surat an-Nahl ayat 90 sebagai berikut
ini:
واإلحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عـن إن الله يأمر بالعدل
. الفحشاء والمنكـر والبغـي يعظكـم لعلكـم تـذكرون
)90:النحل(
16 Disebabkan Oleh Cinta, hlm. 22
44
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran".17
Bisa diterima penengah yang adil dan mengerti tentang
keduanya serta berdiri ditengah-tengah, artinya dia netral dan tidak
cenderung membela salah satu pihak, dan ia belum mengetahui
permasalahan diantara keduanya.
d. Sabar
Saat koflik memuncak, maka yang dibutuhkan adalah
kesabaran, yang meliputi kerelaan menerima, ketahanan menghadapi,
kemampuan menahan din dari melakukan sesuatu yang mampu
memperkeruh permaslahan.18
Sabar tidak sama dengan ketidakberdayaan sebagaimana
kadang di fahami sebagian orang, sabar juga bukan kejumudan,
sehingga kita hanya terdiam tak melakukan apa-apa, tetapi sabar lebih
condong kepada kemampuan mengendalikan diri untuk tidak
mengambil tindakan sebelum tepat saatnya, tetapi sabar iebih
cenderung kepada usaha untuk menjaga kejernihan.
17 Soenarjo, op. cit., hlm. 415 18 Mohammad Fauzil Adhim, Disebabkan Oleh Cinta, hlm. 220
45
C. Pemikiran Mohammad Fauzil Adhim tentang Pendidikan Anak
1. Hakekat Pendidikan
Menurut Mohammad Fauzil Adhim, dengan merunut pada
hakekatnya penciptan manusia, yaitu mampu berperan sebagai kholifah
tidak hanya sekedar diciptakan untuk sekedar memakmurkan bumi sebab
jika hanya untuk itu manusia diciptakan, maka tidak ada perbedaan
mengapa manusia diciptakan, hal ini berarti tugas keholifahan memiliki
nilai lebih dibandingkan dengan para malaikat dan makhluk ciptaan Allah
lainnya, nilai lebih kekholifahan itu terletak pada kelengkapan tatanan
yang harus dipenuhi oleh manusia dari sang pencipta.19
Sisi kebiasaan cenderung melekat kuat dan sulit menerima hal
baru-terutama apabila mendapat pembenaran menurut angan-angannya
disisi lain mudah terhapus begitu saja.
2. Prinsip-prinsip utama dalam mendidik anak
Ada beberapa pendekatan yang digunakan Rosulullah dalam
mendidik anaknya, hal ini bisa kita contoh dalam mendidik anak kita,
seperti, pendekatan-pendekatan positif, dengan lembut, kemesraan,
menahan diri dengan tidak marah dan lain-lain.20
3. Metode mendidik anak dalam keluarga
Metode mendidik anak sesuai dengan tahapan usia. Pertama;
Masa bayi dan kanak-kanak, masa ini pendidikan terutama dilakukan
dengan memberi sentuhan pada dzauqnya.21 Kedua; Masa tamyiz atau
ketika anak mulai mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, serta mana yang salah dan benar dengan kemampuan akalnya, pada
masa ini orang tua menjelaskan dengan bayan (penjelasan) dan
pendisiplinan.22
Ketiga; Masa menjelang taklif, orang tua mendidik dengan
merangsang tanggung jawab, menumbuhkan missinya serta memberi
19 Mohammad Fauzil Fauzil, Bercermin Pada Nabi, (tulisan tidak diterbitkan), hlm. 8 20 Ibid., hlm. 14 21 Ibid. 22 Ibid.
44
46
pendidikkan agama dan akhlak dengan bayan serta burhan (paparan
argumentatif).23
Keempat; Mendidik anak sesuai karakter, tiap anak membawa
keunikan sendiri-sendiri, tiap anak juga memiliki kecerdasan sendiri yang
berbeda, meskipun ia dibesarkan oleh orang tua yang sama, yang sama
dengan lingkungan yang sama, namun anak memiliki kecenderungan
sendiri-sendiri yang berbeda, cara terbaik dalam mensikapi hal ini adalah
dengan mendidik mereka sesuai karakter masing-masing, jangan lupa
keunikan mereka secara cerdas.24
Perlu adanya pendekatan pada anak, salah satunya yaitu cara
bermain, meningkatkan tingkat kecerdikan anak, dengan merangsang
fungsi-fungsi inderanya.25 Proses pendampingan terhadap anak dengan
mengedepankan menjaga sisi kejiwaan anak karena yang mengalami masa
perkembangan awal menjadi hal yang penting.
Masa kanak-kanak membutuhkan berbagai keperluan demi untuk
perkembangannya, dalam hal ini sating berbeda menurut tingkatannya,
masa ini harus selalu diperhatikan dan dicukupkan dengan hal-hal yang
sesuai dengan fitrah yang telah diciptakan Allah agar fitrah tetap baik.26
Orang tua sering memperlakukan anaknya sama, antara orang
dewasa dan masa kanak-kanak hal ini bisa menyebabkan psikhis anak
tereduksi masa-masa yang semestinya bisa is nikmati, untuk itu perlu
memahami berbagai hal dalam memperlakukan anak agar sesuai dengan
usianya.
Pendekatan yang sesuai menurut Moh Fauzil Adhim secara
sederhana ada dua. Pertama kesesuaian menurut usia, kedua, kesesuaian
yang berhubungan dengan keunikan tiap-tiap anak, prinsip kesesuaian
menurut usia (Age Appropriateness) memberikan perlakuan sesuai jenjang
23 Ibid., hlm. 14 24 Mohammad Fauzil Adhim, Pendidikan Berkarakter, (tulisan tidak diterbitkan) 25 Husain Abdullah, at-Tarbiyah al-Islamiyah, (Beirut: Darul Fikir Arabi, 1988),
hlm. 132 26 Abdul Kholik, Pendidikan Anak Putri dalam Keluarga, terj. Kathur Suhardi, (Jakarta
Timur: Pustaka al-Kautsar, 1994), hlm. 41
45
47
usia anak, tiap-tiap rentan usia anak yang khas, hal ini menuntut
pendekatan yang berbeda.27
Proses pembelajaran secara kognitif ini akan berhasil jauh lebih
baik apabila sebelumnya telah ada proses pembelajaran melaui aspek
afeksi dan konasinya, berpadunya pembelajaran yang menyentuh tiga
aspek secara menyeluruh. Membuat anak memiliki sikap yang benar-benar
kokoh.
Keluarga muslim merupakan lembaga pendidikan yang paling
penting untuk mengubah manusia, sehingga Allah pun akan merubah
keadaan yang ada pada suatu kaum.
- Menerapkan Supporting Comminication dalam mendidik anak
Proses komunikasi yang mendukung, dengan menumbuhkan
keyakinan pada diri anak bahwa ia mampu melakukan tugas.28
a). Meyakinkan kemampuannya
Terkadang anak merasa tidak percaya diri atas kemampuan yang ia
miliki untuk itu perlu support dari semua pihak, supaya rasa
mindernya berkurang dan mengembangkan potensisnya.
b). Sekecil apapun adalah keberhasilan
Penghargaan terhadap keberhasilan anak akan menunjang
prestasinya, sebagaimana ungkapan Mustaqim sebagai berikut
"Tanpa pengertian dan pemahaman yang lengkap, maka motive yang murni tidak akan ada dalam diri si pelajar bila jalan menuju kearah perwujudan dan motivasi murni ini mengalami rintangan maka pengahargaan bisa dipillih alternatif sementara sampai dengan motive yang asli bisa dalam diri mereka".29
c). Setiap inisiatif positif merupakan anugerah
Sebagaimana niat yang baik sudah bernilai pahala,
dalam melakukan supporting Communication kita harus belajar
27 Mohammad Fauzil Adhim, Agar Mereka Menutup Aurat, (tulisan tidak diterbitkan), hlm. 1 28 Dokumen Fauzil 29 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
1988), h1m. 61
46
48
mengahargai setiap inisiatif positif, meski itu belum terjadi,
sesungguhnya setiap tindakan itu bermula dari pikiran, perasaan
dan inisiatif, maka kita perlu belajar melihat bahwa setiap inisiatif
positif merupakan anugerah.30
Perlu ada motivasi bagi anak ketika memiliki inisiatif secara
persuasif, karena bisa membuat anak merasa nyaman dengan ide-
ide barunya yang lahir imaginasinya, sehingga anak tidak
mengalami cidera dalam berfikir, dari sisi kejiwaan anak merasa
orang-orang di sekelilingnya mampu memahaminya. D. Implikasi Konsep Keluarga Muslim menurut Mohammad Fauzil Adhim
terhadap Pendidikan Anak
Dengan adanya pelurusan niat dalam sebuah pernikahan, supaya
pernikahan bisa mencapai barokah, sehingga suatu saat nanti keluarganya
mampu mengaplikasikan segala yang telah diperintahkan dan yang dilarang
oleh Allah.31
Pasca pembentukan keluarga muslim, akan ada persamaan persepsi
antara suami istri sehingga tahu apa yang mesti dilakukan pasca pernikahan,
karena mempunyai agenda besar dalam hidupnya, jadi proses selektifitas yang
dilakukan selama ini akan bisa dirasakan setelah menjalani kehidupan
berumah tangga.
Dalam hal ini antara suami-istri mampu mengadakan pengelolaan,
terhadap rumah tangga karena menjaga eksistensi pasca pernikahan sama
beratnya dengan pembentukannya.32 Bentuk komunikasi dalam keluarga
banyak memberi kontribusi dalam pendidikan anak, karena kondisi keluarga
bisa tercermin dari bagaimana pola hidup yang ada dalam satu keluarga.33
30 Mohammad Fauzil Adhim, Mengajak Anak Berpuasa, (tulisan tidak diterbitkan),
h1m. 33 31 Wawancara dengan Fauzil Adhim tanggal 15 Oktober 2004 32 Ibid., Dokumen pribadi 33 Ibid., Dokumen pribadi
49
Pola hidup tersebut bisa membentuk bagaimana kepribadian anak,
untuk itu perlu persiapan sejak awal pembentukan keluarga, dalam hal ini A.
Tafsir menegaskan bahwa proses pemilihan jodoh merupakan proses
persiapan pendidikan.34 Sedangkan masa aktif mendidik anak dimulai
semenjak diketahui adanya janin dalam rahimnya, dari sinilah di mulai
bagaimana orang tua proaktif dalam mensikapi sang janin, semenjak dini hal
ini merupakan kesadaran dari orang tua yang bisa memahami apa yang
seharusnya dilakukan ketika sudah memasuki pendidikan aktif.
1. Membentuk Keluarga Sakinah
Dengan adanya niat tujuan dan pengelolaan yang sesuai dengan
ajaran Islam maka akan terbangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa
rohmah sebagaimana dalam Q. S. Ar-Rum : 21
ا وهوا إليكنساجا لتوأز أنفسكم نلكم م لقاته أن خآي منل وعج )21: الروم. (بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu diberi dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram keadaannya, dan jadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. ArRum: 21)35
Berbekal pemahaman sakinah, mawaddah, wa rohmah, hal ini
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat,
yang berimbas meningkatkan kesejahteraan masyarakat tertentu.
2. Membentuk Pribadi Muslim
Orang tua yang tercerahkan akan mempengaruhi generasi
selanjutnya karena dalam keluarganya akan tercipta suatu kebiasaan
tertentu yang normatif, dan berlaku dalam keluarga tersebut.
34 A. Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995),
hlm. 11. 35 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag, 1985), hlm. 644.
50
Adanya budaya dalam keluarga akan terbentuk sebuah nilai yang
ada dalam suatu keluarga, bagaimana bisa tercipta suatu budaya keluarga,
hal ini membutuhkan kesadaran dari pihak suami dan istri.36 Islam
memandang manusia sebagai makhluk pendukung dan pencipta
kebudayaan, dengan akal, ilmu dan perasaan, ia membentuk kebudayaan
dan sekaligus mewariskan kebudayaannya itu kepada anak dan
keturunannya, kepada orang/kelompok lain yang dapat mendukungnya,
kesanggupan mewariskan dan menerima warisan ini sendiri merupakan
anugerah Allah yang menjadikan makhluk manusia itu mulia.37
Sebagaimana firman Allah yang menjelaskan tentang potensi
untuk mentransfer pengetahuan:
قلى كذلكرينما آخا قواهثنرأو28: الدخان. ( و( Demikianlah (kata Tuhan) Kami mewariskan semua itu kepada kaum yang lain. (Q.S. 44: Ad-Dukhaan :28)38
Hal ini ditegaskan lagi dalam surat lain yang berbunyi:
رض ونجعلهم أئمة ونريد أن نمن على الذين استضعفوا في األنوارثنيالو ملهع5: القصص. (ج(
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (Q.S. 28: Al-Qashash : 5)39
Pewaris berarti penerus dan penyambung kebudayaan dan
selanjutnya, meningkatkan dan mengembangkan kebudayaan, menjadi
kewajiban manusia yang diberi kemampuan untuk mejadi pemegang
amanah yang paling tinggi bila dibandingkan dengan makhluk yang lain.
36 Wawancara Dengan Fauzil Adhim I Ramadhan 1425 H/15 November 2004, Jam 09.30-
11.30. 37 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 8. 38 Soenarjo, op. cit., hlm. 810. 39 Ibid., hlm. 609.
51
Dengan mengawali niat yang benar dan mempunyai orientasi yang
jelas, serta mengelola rumah tangga dengan baik maka akan memunculkan
“budaya keluarga”, hal ini bisa kita lihal pada proses pendidikan yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, kepada masyarakat dan juga
keluarganya, sehingga terjadi perubahan yang cukup signifikan, Inilah
yang perlu kita ambil pelajaran.
لقالذي خ كبم رأ باسا.اقر لقلقإل خع ان مننس. كبرأ واقر
)5-1: العلق. (علمنسان ما لم يإل علم ا. الذي علم بالقلم.كرمألا“Bacalah dengan nama Tuhan-mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-Alaq : 1-5 )40
Ayat tersebut menunjukkan betapa yang Maha pencipta telah
memuliakan manusia melebihi kodratnya, di antara kemuliaan yang
diberikan Allah kepada manusia adalah Dia telah meningkatkan tingkat
darah yang melekat di dinding rahim ke tingkatan sebagai manusia yang
memiliki potensi untuk mengetahui.
Sudah menjadi konsekuensi logis bagi setiap manusia, untuk dapat
memanfaatkan segala potensi essensi yang telah diamanahkan oleh SAW
kepadanya, maka sosok pribadi muslim yang terbentuk dari keluarga
muslim, yang dibutuhkan zaman sekarang, supaya mampu menetralisir
segala persoalan pada saat ini dan turut menjaga generasi mendatang.
Marcel A.Boisard mengidentifikasi beberapa corak khusus dari
pribadi muslim, sebagai berikut :
a. Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban pokok yang
harus dilaksanakan oleh seorang muslim, yang mencakup seluruh
lapangan hidupnya, baik yang mneyangkut tugas terhadap Allah,
maupun terhadap masyarakat.
40 Ibid., hlm. 1079
52
b. Dengan ajaran kewajiban ini menjadikan seorang siap sedia untuk
berpartisipasi dan beramal saleh dan bersedia untuk mengorbankan
jiwanya demi terlaksananya ajaran agama, pratek ibadah yang harus
dilaksanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti, hal in] akan
mendorong rasa kekeluargaan terhadap sesamanya.
c. Konsepsi Al Qur'an tentang alam yang menggambarkan penciptaan
manusia secara harmonis dan seimbang dibawah perlindungan Allah
SWT.41
Berdasarkan ajaran Islam maka seorang pribadi muslim tidak
egoistik tetapi seorang pribadi yang penuh dengan sifat pengabdian baik
kepada Allah maupun kepada sesamanya.
Allah telah menyusun hukum-hukum berumah tangga dalam
masyarakat, merinci hukum-hukum perkawinan, perceraian dan waris,
sunnah Rasulullah juga telah menjelaskan hak suami-istri, hak bapak atas
anak, hak anak atas bapak, kewajiban bagi semua anggota keluarga, Islam
memberi perhatian besar terhadap keluarga, karena peranan keluarga
sangat penting, apalagi untuk membangun masyarakat Muslim.42
Pendidikan kita telah gagal melahirkan manusia, karena sekolah
memperlakukan peserta didik semata sebagai hard disk yang siap
dimasuki informasi apa saja, tetapi tanpa program untuk mengolahnya,
setiap hari mereka hanya belajar menyimpan informasi kedalam otak, dan
mengingat kembali saat ulangan. Sementara pendidikan agama nyaris
tidak ada, yang disebut sebagai pendidikan agama sebenarnya adalah
pelajaran menghafal dengan materi agama, dan dalam partisi otak diberi
nama pendidikan atau pelajaran agama, ini berakibat sangat fatal terhadap
perkembangan religiusitas. Lebih khusus lagi spiritualitas-peserta didik.
Gara-gara penanamaan pelajaran menghafal sebagai pendidikan agama,
peserta didik mengalami dereligiusasi dan despiritualisasi yang
menyedihkan.
41 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendididkan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 202 42 Kholid Ahmad asy-Syantu, Pendidikan Anak Putri dalam Keluarga, Penerjemah
Khatur Suhardi, (Jakarta Timur: CV. Pustaka al-Kautsar, 1993), hlm. 41
53
Model pendidikan yang mereduksi agama menjadi hanya seperti
pelajaran bahasa indonesia, IPA. Hal ini membuat potensi ruhiyah peserta
didik tumpul dan mati. Bertambahnya jam pelajaran agama tidak
menambah kekuatan ruhiyah mereka, sebaliknya justru bisa rentan
masalah. Mereka kehilangan kepercayaan pada agama, meskipun mereka
tetap beragama. Setidaknya saat ini, itulah yang terjadi, anak-anak kita
banyak yang mengalami disorientasi hidup.
Anak dilahirkan dalam keluarga yang terdiri dari ayah ibu saudara,
yang melaksanakan pendidikan anak, merawatnya hingga sampai pada
masa dewasa, ketika dewasa anak mampu hidup secara terpisah dengan
kedua orang tuanya.43
Tentang bagaimana posisi keluarga dalam pendidikan anak seperti
yang diungkapkan Muhammad Nur Abdul Hafidz tentang keluarga
muslim yang diibaratkan bagaikan pioner dari sebuah masyarakat Islam,
rumah diibaratkan sebagai benteng aqidah.44
Secara fitrah sejak manusia dilahirkan telah membawa potensi,
yang menjadi tanggungjawab keluarga, untuk bisa dibimbing dan
diarahkan supaya potensinya tidak terbengkalai tanpa tujuan yang jelas,
disia-siakan begitu saja, dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
anak, Islam memandang bahwa selain potensi bawaan, peran orang tua
mempunyai pengaruh terhadap anak, orang tua adalah lingkungan pertama
yang mengadakan kontak langsung dengan anak hal ini bisa dilakukan
dengan cara “good and interactive”. 45
Lingkungan anak termasuk cara perlakuan orang tua merupakan
faktor penting dalam pembentukan kepribadian, pembiasaan sikap,
kecenderungan dan pandangan terhadap hidupnya. Dengan pandangan
filosofis manusia sebagai homo sapien yaitu makhluk yang mempunyai
43 Sholeh Abdul Aziz, At-Tarbiyatu Wathorquth al-Tadris, Juz I Darul Ma'arif Bimathor,
t.th., hlm. 84 44 Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Jakrta: Inisiasi Press, 2000), hlm. 79 45 Kamran Buseri, Ontologi Pendidikan Islam dan Dakwah, (Yogyakarta: UII Press,
2003), hlm. 10
54
kemampuan untuk berilmu pengetahuan dari sinilah manusia mempunyai
curiosity yang tinggi terhadap segala yang ada disekitarnya, oleh karena
itu manusia bisa didik.
Sebagaimana ungkapan Muhammad Qutb bahwa kedua orang tua
merupakan figur yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak,
karena intensitas interaksi antara orang tua dengan anak lebih banyak
dibandingkan waktunya diluar.46
Orang tua merupakan figur yang diuswahi seharusnya mampu
memberikan tauladan yang baik, kepada anaknya sehingga anak ketika
pada masa imitasion tidak salah mengambil figur, salah dalam mencari
figur berakibat fatal untuk pembentukan pribadi yang mengalami proses.
Proses berfikir yang efektive memiliki dasar dan kerangka yang
jelas dengan didasari rasa tanggung jawab, iman disini meyakini dalam
hati, mengucapkan dengan lesan serta mengamalkan dengan perbuatan,
karena iman sebagai rujukan proses berfikir secara aktual yang
dimanifestsikan dalam bentuk amal sholeh yaitu suatu bentuk aktifitas,
kerja kreatif yang berupa tauhid untuk mewujudkan Rahmatallil Alamin,
keseimbangan bagi alam dan segala isinya.47
Islam selau mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan
menunutut ilmu pengetahuan, dengan demikian mereka dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah dapat menyelami
hakekat alam, dapat menganalisa segala pengalaman yang telah alami
umat terdahulu.
Lalu Mohammad Fauzil memberi kasus Aya Lorrine Monro yang
menangani sebuah SMU dengan latar belakang sebagian siswa, berasal
dari keluarga yang broken-home dan hidup dengan logika kekerasan. Ada
dua hal yang harus la selesaikan pertama, membangkitkan high level of
expectation (tingkat harapan yang tinggi) mereka di motivasi untuk
46 Khatib Ahmad Syaltut, Menumbuhkan Sikap dan Moral dan Spiritual Anak dalam
Keluarga Muslim,Terjemah Ibnu Burdah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hlm. 16 47 Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Ernitional Spiritual Quotion), (Jakarta: Arga, 2001), hlm.
66
55
memiliki target-target, tujuan dan cita-cita besar. Kedua, meletakkan
landasan berupa keyakinan (belief) yang kuat sebagai penggerak untuk
melakukan dan mencapai terbaik (the spirit of excellence).
Proses untuk membangkitkan kekuatan ruhiyah berupa keyakinan
yang kuat pada Allah, serta kesadaran akan kasih sayang dan kekuasaan
Allah harus mencakup semua aspek, pendidikan dirancang untuk secara
seimbang memberi sentuhan yang menggerakkan aspek kognitif, afektif,
konatif, psikomotorik, dan spiritual anak, tidak bisa dipisah-pisahkan
pendidikan yang hanya menyentuh salah satu aspek saja, akan lunak dan
rapuh, boleh jadi tampaknya kuat tetapi tidak memiliki landasan yang
kuat.
وإذ قال ربك للمالئكة إني جاعل في األرض خليفة قالوا أتجعل فيها ا وفيه فسدن يقال م لك سقدنو دكمح حبسن نحناء ومالد فكسي
)30: البقرة. (إني أعلم ما ال تعلمونSesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahakan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 2:30)48
Anak-anak yang memiliki motivasi intrinsik, merasa nyaman
dengan apa yang dikerjakan, menemukan kegembiraan saat menghadapi
tantangan, bahagia ketika mengerjakan tugas-tugas sehingga is terlibat
penuh secara emosional. Mereka berpartisipasi melakukan kegiatan karena
menemukan kegembiraan, kebahagiaan, keasyikan atau makna dan apa
yang dilakukannya, bukan demi memperoleh hadiah. Dalam tindakan itu
sendiri, ada yang dia dapatkan sebagaimana pendaki gunung memperoleh
48 Ibid., hlm. 13
56
kepuasan. Kebahagiaannya terletak pada kemampuannya mengatasi
rintangan. Bukan pada decak kagum orang yang memandang.49
Dalam pendidikan tidak bisa terlepas dari sebuah keterbatasan dan
kelebihan dari anak didik kelebihan merupakan yang dimiliki anak, hal ini
merupakam motivasi bagi anak untuk tetap berkembang menjadi manusia
yang baik hal ini di tunjang oleh konsep fitrah.
Pendidikan Islam juga bertujuan untuk mengembangkan potensi-
potensi baik jasmaniah maupun rohaniah emosional maupun intelektual,
serta ketrampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup secara
mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusia yang berfikir
bebas sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan
masyarakat serta dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya
dihadapan Allah.50
Tujuan pendidikan membentuk insan ulil albab yang dilakukan.
secara integral, supaya manusia mampu memposisikan diri sebagai utusan
dari Allah di dunia ini. Proses pemenuhan mencapai tingkat tersebut tidak
begitu saja dapat diperoleh secara instan, namun perlu tahapan-tahapan
yang wajib dilalui dan dilaksanakan selama manusia masih mampu
berproses untuk mengadakan sebuah perubahan (pada diri sendiri ).
Perlu adanya tanggungjawab dari semua unsur pendidikan bila
ingin mencapai tujuan dengan menafikan salah satu unsur merupakan
suatu kendala dalam dunia pendidikan, hal ini sama dengan menafikan
fungsi dari salah.satu pemeran dalam dunia pendidikan, tingginya
signifikansi dari semua pihak baik keluarga masyarakat dan sekolah,
pendorong kesuksesan anak dimasa depan, untuk itu buatlah anak berfikir
dengan tercerahkan.
Lingkungan juga berperan dalam pendidikan anak, oleh karena itu
sebesar apa porsi keluarga dalam melaksanakan proses pendidikan anak
49 Kreatif Tanpa Musik Cerdas Tanpa Sempoa, Dokumen Mohammad Fauzil Adhim,
hlm 18 50 Yusuf al-Qardhawy, Pendidikan Islam dan Madrasah al-Banna, Terjemahan Bustani
A, Ghani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm. 101
57
akan nampak tingkat keberhasilannya ketika anak sudah melakukan
interaksi dengan masyarakat, karena itu keluarga ibaratnya memberikan
sebuah landasan awal dan bagaimana mengarahkan anaknya supaya
mempunyai kepribadian yang kuat sehingga mampu memfilter segala
fenomena yang terjadi.
Membuat anak yang mampu mengakselerasikan segala potensi
daya imajinasi yang dimiliki, dalam bentuk bentuk riil namun tidak
meninggalkan transendensi yang harus dijadikan parameter dalam segala
aktivitasnya, tidak mudah terwarnai oleh arus negatif dampak dari
globalisme, survive bagi anak hal ini merupakan sebuah harapan dari
pelaksanaan suatu pendidikan, dalam kondisi apapun, mampu dihadapi
oleh seorang anak yang telah ditempa dengan proses pendidikan dalam
keluarga muslim.