BAB II file · Web viewPengertian . Hipertropi prostat (benign prostatic hypertrophy) adalah...
-
Upload
nguyendiep -
Category
Documents
-
view
235 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of BAB II file · Web viewPengertian . Hipertropi prostat (benign prostatic hypertrophy) adalah...

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Hipertropi prostat (benign prostatic hypertrophy) adalah pembesaran
adenomatous dari klenjar prostat (Barbara C.Long, Perawatan Medikal
Bedah, Edisi 3. 2006)
b. Hipertropi prostat adalah pertumbuhan nodul- nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut mulai dari bagian
periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan
kelenjar normal yang tersisa. (Shylvia A,Lorraine M. Patofisiologi. Edis 6
Volume 2. 2006)
c. Hipertropi prostat merupakan suatu penyakit yang sering ditemukan pada
pria yang berusia lebih tua dari 50 tahun. Dimana istilah hipertropi prostat
kurang tepat karena yang terjadi sebenarnya hyperplasia kelenjar
periuretral. (Mansjoer A, Suprohaita,ikaw, setia wulan w, Kapita selekta
Kedokteran, edisi 3 jilid 2, 2007)
d. Hipertropi prostat merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum
pada pria lanjut usia dan penyebab kedua yang paling sering untuk
intervensi media pada pria diatas usia 60 tahun (brunner dan Suddart,
Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 Vol.2. 2006)
9

e. Hypertropi prostat merupakan suatu kelainan yang sering terdapat pada
kelenjar prostate, lebih sering terjadi setelah berusia lebih dari 50 tahun
dan berhubugan dengan pembesaran prostat yang jinak (Schwartz, Intisari
Prinsip Ilmu bedah edisi 6, 2006)
2. Anatomi Fisiologi
1. Sistem Ginjal dan Saluran Kemih
Organ –organ yang termasuk dalam saluran kemih terdiri dari : ginjal,
ureter, vesica urinaria, dan uretra, berdasarkan letaknya di bagi dua yaitu
saluran kemih bagian atas dan bawah :
Adapun bagian ginjal terdiri atas :
1. Ginjal
1) Kedudukan
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari
cavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi verbal
lumbalis 3, melekat langsung pada dinding belakang abdomen.
2) Bentuk
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan,
setiap ginjal panjangnya 6-7 ½ cm dan tebalnya 1 ½ - 2 1/2 . Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena hati menduduki
ruang banyak disebelah kanan.
10

3) Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal adalah :
a) Menproduksi erytrhropoetin yang dilepaskan sebagai respon
menurunnya tekanan oksigen dalam suplay darah ginjal, yang
biasanya disebabkan karena kekurangan sel darah merah.
Erythropoetin menstimulasi produk sel darah merah di sumsum
tulang. Defenisi Erythropoetin akan menyebabkan anemia yang
sering terjadi pada gagal ginkal.
b) Vitamin D diaktivasi di ginjal selain dalam hati. Vitamin D sangat
penting untuk mengabsorbsi kalsium dari usus. Paien gagal ginjal
akan mengalami gangguan keseimbangan kalsium dalam fosfat.
c) Memproduksi renin yang berperan dalam pengaturan tekanan
darah. Renin dilepaskan sebagai respon penurunan tekanan darah
arterial, iskemia ginjal dan penurunan volume cairan ekstraseluler,
peningkatan norepinefrin, meningkatnya konsentrasi natrium.
d) Pengeluaran renin dari ginjal akan mengakibatkan pengubahan
angiotensinogen (suatu glikoprotein yang di buat oleh hati)
menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian di ubah menjadi
angiotensin II oleh suatu enzim konversi yang ditemukan di dalam
kapiler paru-paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah
melalui efek vasokontriksi arteriole perifer dan merangsang sekresi
aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang
11

reabsorbsi natrium dalam tubulus distal dan duktus pengumpul.
Selanjutnya peningkatan reabsorsi natrium mengakibatkan
peningkatan reabsorbsi air dengan demikian volume plasma akan
meningkat. Peningkatan volume plasma ikut berperan dalam
peningkatan tekanan darah. Produksi renin yang berlebihan terjadi
paa gangguan perfusi renal.
e) Prostaglandin disintesa lebih banyak jaringan tubuh termasuk
ginjal. Di ginjal terutama disintesa di medulla. Prostaglandin
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang dapat darah
menpengaruhi peningkatan aliran darah ginjal dan meningkatkan
ekskresi natrium. Pengaruh renin dan prostaglandin akan
menpertahankan tekanan darah tetap normal / seimbang.
f) Kegagalan ginjal yang berakibat kehilangan fungsi jaringannya
akan mengkonstribusi terjadi hipertensi.
4) Tes fungsi ginjal terdiri dari :
a) Tes pembentukan protein (albumin)
Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus, maka protein
dapat bocor masuk kedalam urin
b) Mengukur konsentrasi ureum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka ureum darah
naik di atas kadar normal (20 – 40) mg %
12

c) Tes konsentrasi
Dilarang makan dan minum selama 12 jam untuk melihat samapi
berapa tinggi, berat jenisnya naik.
5) Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsul renalis
yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua, lapisan luar
terdapat lapisan korteks (substansi medularis) berbentuk kerucut yang
disebut renal pyramid, puncuk kerucut tadi mengahdapi kaliks yang
terdiri dari lubang – lubang kecil disebut papila renalis, tiap – tiap
pyramid dilapisi satu dengan yang lain oleh kolumna renalis jumlah
renalis 15 – 19 buah.
Garis – garis yang terlihat pada pyrmid disebut tubulus nefron yang
merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari : Glomerulus,
tubulus proksimal, Lengkung henle, Tubulus distal, dan tubulus
urinarius.
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selam 24 jam
dapat mnenyaring darah 170 liter, arteri renalis membawa darah murni
dari aorta ke ginjal, lubang – lubang yang terdapat pada pyramid renal
masing – masing membentuk kalpiler satu malphigi yang disebut
glomerulus, pembuluh afferent yang bercabang dengan bentuk kapiler
dimana vena renalis yang membawa darah ke ginjal ke vena kava
inferior.
13

6) Peredaran darah ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan areteri renalis, arteri ini ini berpasangan kiri dan kanan,
areteri renalis bercabang menjadi arteri interlobularis yang berada di
tepi ginjal bercabang membentuk gumpalan – gumpalan ini dikelilingi
oleh alat yang disebut simpai bowmen, di sini terjadi penyadangan
pertama di kapiler darah yang meninggalkan kapsula bowmen
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vana kava inferiior.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume
yang sama dengan 20 – 50 % curah jantung (5.000 ml / menit) sedang
berat kedua ginjal < 1 % dari berat seluruh tubuh pada orang dewasa
berat ginjal kira – kira 140 gram.
7) Persyarafan ginjal
Ginjal mendapat persyarafan renalis (vasomotor) syaraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, syaraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Anak ginjal (kelenjar suprarenal), diatasnya sebuah kelenjar buntu
yang menghasilkan 2 macam hormon yaitu adrenalin dan hormon
kortison, adrenalin dihasilkan oleh medulla.
8) Proses pembentukan urin (air kemih)
Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowmen
befungsi untuk menampung hasil filtrasi filtrasi dari glomerulus. Pada
14

tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali dari zat –zat yang
sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala
ginjal terus berlanjut ke ureter. Urin berasal dari darah yang di bawa
arteri renalis, masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang
padat yaitu sel dari bagian plasma darah.
Ada 3 tahappembentukan urin :
1) Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena adanya tekanan –
tekanan yang berperan dalam proses laju filtrasi glomeruli yang
cepat ini seluruhya bersifat pasif, dan tidak dibutuhkan energi
metabolik untuk proses filtrasi tersebut. Tekanan filtrasi berasal
dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus
dan kapsula bowman. Tekanan hidrostatik darah dalam kapiler
glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini di bawa oleh
tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman serta tekanan
osmotik koloid darah. Maka terjadi penyerapan darah, sedangkan
sebagian yang sering adalah bagian cairan darah kecuali protein,
cairan yang sering ditampung oleh simpai bowman yang terdiri
dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain – lain,
diteruskan ke tubulus ginjal.
15

2) Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat,
prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabssorbsi terjadi pada tubulus atas, sedangkan pada tubulus
ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerarpan sodium dan ion
bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus
bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan
reabsorbsi vakultatif dan sisanya dialirkan pada papila reanis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke luar.
2. Ureter
Terjadi dari saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal
di kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 – 30 cm, dengan
lebar ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding rongga pelvis :
a) Dinding di luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b) Lapisan tengah lapisan otot polos
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
16

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peistaltik tiap
5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk kedalam
kandung kemih (vesica urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin
melalui ureter yang disekresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam
bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk kedalam kandung
kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia
muskulis pelvis renalis, pembuluh darah, syaraf dan pembuluh darah,
syaraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitrnya
mempunyai syaraf sensorik.
Adapun fungsi ureter adalah menyalurkan urin dari ginjal ke kandung
kencing.
Sedangkan bagian bawahnya adalah sebagai berikut :
1. Vesica urinaria ( Kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan menyempit seperti balon
karet, terletak dibelakang simpisis pubis di dalam rongga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang di kelilingi oleh otot
yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesica umbilikasi
milieus bagian vesica urinaria terdiri dari :
a. Fundus bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium recto vesicale
yang berisi jaringan doktus deferent, vesiseminalis dan prostat.
17

b. Korpus yaitu bagian antara vertex dan fundus
c. Korteks bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari 3 lapisan yaitu : lapisan
sebeluh luar (peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika
submukosa, dan mukosa (lapisan bagian dalam).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stress
reseptor yang terdapat di dinding kandung kemih dengan jumlah ±
250 Cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi).
Akibatnya akan terjadi refleks kontraksi dinding kandung kemih,
dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinkter internus segera
didikuti oleh relaksasi spinter eksternus, akhirnya terjadi
pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan
rangsangan kandung kemih dan relaksasi spinter eksternus secara
volunter bertujuan untuk mencegah atau mengehentikan miksi.
Kontrol volunter ini hanya mungkin bila syaraf – syaraf yang
menangani kandung kemih uretra. Medulla spinalis dan otak masih
utuh, bila ada kerusakan pada syaraf – syaraf tersebut maka akan
terjadi inkontinensia urine (kencing keluar terus menerus tanpa
disadari) da retensi urin (kencing tertahan) persyarafan dan
peredaran darah vesica urianria. Persyarafan diatur torakal, lumbal
dan cranial dari sistem persyarafan otonom. Torakal, lumbal
18

berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraki spinter intern.
Peritonium melapisi kandung kemih sampai kira – kira perbatasan
ureter masuk kandung kemih. Peritonium dapat di gerakkan
membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih
berisi penuh.
Pembuluh darah arteri vesicalis superior berpangkal dari
umbilikasi bagian distal, vena membentuk anyaman di bawah
kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus
limfatikus sepenjang arteri umbilikalis. Adapun fungsi kanung
kemih adalah bekerja sebagai penampung urin.
2. Uretra
Uretra merupakan sebuah saluran sempit yang berjalan dari leher
kandung kemih kelubang luar, dilapisi membran mukosa yang
bersambung dengan membran yang dilapisi kandung kemih
meatus urinarius terdiri atas serabut otot lingkar yang menbentuk
spingter uretra. Panjang uretra untuk laki – laki ± 17 – 22,5 cm.
Uretra pada laki –laki terdiri dari :
a. Uretra prostatik
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavenosa
19

2. Anatomi Fisiologi Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat termasuk dalam isi pelvis laki – laki dengan vesica
urinaria dan vas deferens. Sekresi prostat , secret didapatkan dengan
pemijatan secara lembut, cairan protat normal normal mengandung 3 – 5
sel darah putih perlapangan pandangan besar.
Kelenjar prostat kira – kira sebesar buah walnut atau buah kenari besar
letaknya di bawah vesica urianria, mengelilingi uretra dan terdiri atas
kelenjar majemuk, saluran – saluran dan otot polos. Prostat mengeluarkan
secret cairan yang bercampur secrte dari testis.
Fungsi cairan :
a. Pelumas
b. Produksi ejakulat
c. Finansial untuk ejakulasi
Uretra laki – laki terdiri dari : Lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
lapisan sub mukosa.
3. Etiologi
Benign prostat hyprplasia adalah pembesaran jaringan kelenjar prostat
yang bersifat jinak, walaupun tidak diketahui secara pasti penyebabnya
sebab tidak bersifat universal terjadi pada usi alanjut. Namun demikian
diperkirakan bahwa peningkatan jumlah sel prostat sebgai hasil dari
adanya perubahan endokrin yang berhubungan dengan proses penuaan,
terjadi akumulasi dihydroxytestosteron (hormon endrogen utama dalam
20

kelenjar prostat),stimulasi estrogen,dan aktivitas hormon pertumbuhan
lokal lainnya dianggap berperan dalam terjadinya benign prostatik
hyperplasia (Parakrama chandrasanom. Ringkasan Patologi Anatomi,
Edisi 2.2006)
4. Insiden
Benign Prostatic Hyperplasia sering ditemukan pada usia lanjaut. Oleh
karena itu, tidak ada pencegahan utamanya. Insiden meningkat pada pria
kulit hitam dan kurang pada Asia
Masalah ini terjadi pada 50 % pria di atas 50 tahun, dan 75 % pria di atas
70 tahun. Yang utama adalah deteksi dini merupakan pencegahan
sekunder yang baik. Deteksi dini diperlukan guna menangani secara cepat
sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan
obstruksi saluran perkemihan bagian bawah, sebaikanya pemeriksaan
prostat dilakukan pada usia 40 tahun. ( htt / www.Visual dx health
com/adult/hypertropiprostat.htm, dan http://www.mayoclinic.com/
health/hypertropi prostat )
5. Patofisiologi
Kandung kemih yang berfungsi sebagai waduk air seni dan juga
sebagai pompa alam untuk memompakan air senikeluar tubuh harus
berkontraksi lebih kuat untuk mengimbangi sesuatu tahanan outflow pada
leher kandung kemih.Seiring dengan ini maka otot detrusor kandung
kemih menga-lami hipertrofi, akibatnya terbentuk trabekula, cellula dan
21

divertikula. Sedangkan tekanan didalam kandung kemih me-ninggi, bisa
dari 20 - 40 cm air menjadi 50 - 100 cm air atau lebih sampai melampaui
tahanan outflow. Keadaan ini kita sebut masa kompensasi.Pada masa ini
otot detrusor lebih sensitif sehingga dengan penambahan sejumlah kecil
saja dari air seni penderita lang-sung berhajat untuk membuang air kecil
yang mendesak,tanpa bisa ditunda seketika pun. Walaupun pancaran dan
aliran air seni masih biasa. Hal ini terjadi berulang-ulang,siang dan
malam bahkan pada malam hari lebih sering. Bila proses berlangsung
terus dan tahanan outflow lebih meningkat,maka daya kontraksi dan
tekanan didalam kandung kemihharus lebih tinggi lagi untuk
mengimbangi daya tahanan dengan demikian gangguan buang air
kecilpun bertambah
Pancaran air seni lemah , aliran air seni kecil dan penderita harus
menunggu sebentar untuk memulai buang air kecil.Pada suatu saat daya
kontraksi otot detrusor melemah, masakontraksi jadi lebih pendek, otot-
otot jadi menipis, masadekompensasi telah terjadi. Saat ini daya pompa
kandung kemih untuk mengalirkan air seni keluar tubuh lebih kecil dari
pada daya tahanan outflow, sehingga pengosongan kandung kemih tidak
sempurna, sisa air seni masih ada tertinggal,yang kita sebut air seni sisa
(residual urine). Adanya air seni sisa terjadi statis, dan ini mudah
menghimbau peradangan dan mengakibatkan edema submucosa kandung
kemih, akibat infiltrasi dari plasma cel, lymphocytes dan polymorpho
22

nuclear cells. Pembentukan batu mudah terjadi. Pada saat ini gangguan
buang air kecil bisa lebih hebat lagi, rasa nyeri, pedih, berdarah, dan
panas seperti terbakar sewaktu buang air kecil. Pada masa dekompensasi
ini air seni sisa makin lama makin bertambah banyak. Dengan demikian
daya tampung dari kandung kemih jadi lebih kecil. Hajat buang air kecil
jadi lebih sering, sedang daya kontraksi otot detrusor sudah melemah.
Penderita harus mengedan untuk buang air kecil, tetapi pancaran air seni
tetap lemah,aliran air seni kecil sekali, menetes dan akhirnya bisa ter-
tahan pengeluaran air seni dari subtotal menjadi total. Ada dua macam
masa dekompensasi yaitu masa dekompensasi akut dan masa
dekompensasi kronis. Pada masa dekompensasi kronis kandung kemih
bisa terisi 1000 - 3000 cc air seni,dengan demikian kandung kemih
membesar dan meregang dengan hebatnya sehingga daya kontraksi
menghilang dan mengakibatkan overflow incontinence . ( htt /
www.Visual dx health com/adult/hypertropiprostat.htm, dan
http://www.mayoclinic.com/ health/hypertropi prostat )
23

24
Gambar penyulit-penyulit prostate

6. Manifestasi klinik
Benign Prostate Hyperplasia biasanya terjadi secara perlahan-lahan
sehingga dalam perkembangannya kadang-kadang tidak dirasakan
sebagai gangguan. Perlu diketahui pada usia lanjut, akan terjadi
peningkatan frekuensi berkemih. Bila seorang mengeluh bahwa jumlah
dan kekuatan aliran urin tidajk terjadi secara normal, maka patut di
curigai terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia dan perlu di lakukan
pengkajian lebih lanjut.
a. Pada Grade I
Mula – mula klien sejak berbulan-bulan mengeluh kalau kencing tidak
lampias, pancaran lemah, sering kencing malam (Nokturia)
b. Pada Grade II
Bila mukosa terasa panas, sakit, disuria, nokturia, bertambah hebat
karena adanya sisa kencing dan mudah terjadi infeksi, kadang –
kadang terdapat panas tinggi, menggigil dan nyeri daerahj pinggang.
c. Pada Grade III
Gejala – gejala semakin berat
d. Pada Grade IV
Buli – buli penuh, penderita merasa kesakitan, air kencing keluar
menetes secara periodik.
25

Akibat pembesaran prostat, akan sangat berbahaya terjadinya obstruksi
perkemihan yang komplit dan terjadi retasi.
Retasi dapat dipicu oleh :
a. Infeksi
b. Peminum alkohol
c. Hambatan pengosongan
d. Tirah baring
Beberapa obat dapat menyebabkan retensi, seperti obat bersifat
dekongestan, anticholinergic, dan anti depresant. Obstruksi dapat
menyebabkan nyeri yang sangat sehingga perlu segera dilakukan
pemasangan kateter.
Beberapa Upaya untuk mengkaji Benign Prostatic Hyperplasia
a. Lakukan pemeriksaan fisik secara umum, termasuk digital rectal
examination (DRE)
b. Pemeriksaan laboratorium : darah, urin, dan fungsi ginjal
c. X – Ray termasuk intravenouse pyelogram dan cystosgraphy
d. Prosedur tindakan lain : misalnya kateterisasi dan cystoscopy
7. Komplikasi :
Klien Benign Prostate Hyperplasia akan menimbulkan resiko infeksi
saluran kemih akibat kandung kemih tidak mengalami pengosongan
sempurna yang disebabkan oleh adanya uretra. Urine residu akan
26

merupakan lingkungan yang baik sebagai tempat berkembang biaknya
bakteri.
Batu dapat berbentuk sebagai akibat terjadinya alkalinizaion dari urin
residu. Robekan pembuluh darah akibat peregangan yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya hematuria. Peningkatan tekanan pada kandung
kemih akan menyebbkan dinding kandung kemih mengalami peregangan
dan menyebabkan terbentuknya divertikula. Komplikasi yang sangat
serius akibat retensi urin adalah disfungsi kandung kemih, hydroureter,
kerusakan jaringan parenkhim ginjal akibat hydrinephrosis, dan terjadi
pyelonefritis. Dan komplikasi di atas dapat menyebabkan gagal ginjal
(renal failure)
8. Tes diagnostik
Urinalis : Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukkan SDM,SDP,kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat),
serpihan mineral, bakteri PUS ; PH mungkin asam (meningkatkan sistin
dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat)
Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat.
Kultur urin : mungkin menunjukkan ISK (stapilococcus aureus, proteus,
klebsiela, pseudomonas).
27

Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,
fosfat, protein, elektrolit.
BUN / kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi pada serum / rendah
pada urin) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia /nekrosis.
Kadar klorida dan bikarbonat serum : peninggian kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus
ginjal.
Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi /
septikimia.
SDM : biasanya normal
Hb / Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
(mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi /
gagal ginjal).
Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urin)
Foto rontgen KUB : menunjukkan adanya kalkuli dan / atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
IVP : memberikan inoformasi yang cepat urolitiasis seperti penyebab
nyeri abdominal atau panggul menunjukkan abnormalis pada pada
struktur anatomic (distensi uretra) dan garis bentuk kalkuli.
28

Sistouretrokopi : Visualisasi langsung kandung kemih dan uretra dapat
menunjukkan batu dan / atau efek obstruksi.
Skan CT : mengidentifikasi / menggambarkan kalkuli dan massa lain,
ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.
Ultrasound ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu
9. Penatalaksanaan medik
Tujuan penanganan medik yaitu memperbaiki aliran urin dari kandung
kemih, mengurangi / menghilangkan gejala – gejala dan mencegah atau
menangani komplikasi akibat Benign prostatic Hyperplasia
Apabila ditemukan klien berindikasi peningkatan obstruksi urtera,
dilakukan tindakan penanganan sesuiai indikasi. Berbagai tindakan
sebagai pilihan penanganan Benign Prostatic Hyperplasia dapat
dikategorikan dalam tindakan pengonbatan non surgical invasisf (invasive
tanpa tindakan pembedahan) dan surgical invasie (tindakan invasive)
a) Terapi pengobatan :
Pemberian hormon dapat mengurangi / menghambat pertumbuhan
jaring mealui penghambatan hormon androgen pengobatan dilakukan
secara kontinue. Efek samping dari pengobatan ini adalah disfungsi
ereksi, diaman ditemukan 10 % dari klien mengalami penurunan libido
(Lewis, Heitkemper & Dirksen : 2000 )
Pengobatan herbal dapat dilakukan untuk klien Benign Prostatic
Hyperplasia.
29

b) Non surgical inasive
Pemasangna indwelling kateter temporer digunakan untuk mengurangi
gejala. Pemasangan dalam waktu yang lama agar dihinndari guna
mencegah terjadinya resiko infeksi, pemasangan balon dilatasi dalam
uretra untuk meregangkan sehingga aliran urin menjadi bebas dan
lancar. Tindakan pemasangan balon ini merupakan tindakan yang
tidak permanen (bersifat sementara)
c) Surgical terapi
Tindakan pembedahan dilakukan guna mengatasi adanya obstruksi
urin akibat Benign prostatic hyperplasia. Bagian dari kelenjar prostat
yang menyebabkan obstruksi dilakukan pengangkatan yangdisebut
Prostatectomy.
Indikasi Prostatectomy adalah sebagai berikut :
1) Bagian atas saluran kemih mengaami dilatasi (hydrouretra,
Hydrneprosis) dan adanya gangguan fungsi ginjal
2) Nyeri yang hebat
3) Total urinarti obstruction
4) Pengobatan yang diberikan kurang berespon
5) Adanya batu kandung kemih, sebagai bukti adanya obstruksi yang
lama sehubunan dengan benign prostatic hyperplasia
6) Obstruksi yang lama dengan adanya hydroureter dan
hydroneprhosis yang menggangu fungsi ginjal
30

7) Hematuria yang lama dan hebat
8) Menurunnya kualitas hidup sebagai akibat benign protatic
hyperplasia.
9) Retensi urinari yang kronik
10) Adanya infeksi saluran kemih yang berulang – ulang
Penanganan Pra Bedah
Tujuan persiapan klien pra bedah adalah mempertahakan output urin
dan mencegah komplikasi
Klien yang mengalami retasi akut memerlukan tindakan pembedahan.
Biasanya pada kondisi ini perlu dipertimbangkan pemasangan kateter
Prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat jaringan
prostat yang membesar, yaitu :
1) Transurtehral Resection Of the Prostat (TURP)
2) Suprapubic prostatectomy
3) Retropubic prostatectomy
4) Perineal prostatectomy
Prosedur diaas ditemukan oleh ukuran dari prostat dan kondisi umum
kesehatan klien.
a. Transurtehral incision Of the Prostat (TUIP)
Dilakukan pada klien dengan resiko tinggi, juga pada obstruksi
ringan, atau pada klien usia yang masih mudah. Isisi dilakukan
kedalam jaringan prostate guna mengurangi obstruksi pada bagian
31

leher kandung kemih, insisi pada di buat secara unilateral dan
bilateral. Dilakukan monitor output urin dan kemunkinan
hematuria yang dilakukan 24 jam pertama melalui indwelling
kateter.
b. Suprapubic prostatectomy
Peningkatan masssa jaringan dilakukan secara luas (diatas 60 g)
yang bisa dilakukan pada kanker prostat. Insisi dilakukan dibagian
bawah garis tenah abdomen melalui kandung kemih sampai pada
bagian depan prostat. Tindakan ini dengan mengangkat seluruh
kelenjar dan selanjutnya uretra dijahitkan pada kandung kemih.
Setelah pembedahan, dipasang kateter pada bagian suprapubis
yang dipasang melalui insisi abdominal yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya tekanan pada jahitan yang memungkinkan
untuk penyembuhan kandung kemih. Indwelling kateter dipasang
kedalam kandung kemih melalui uretra guna mencegah terjadinya
striktur. Dilakuakn irigasi kandung kemih pada 24 jam pertama.
c. Retropubic prostatectomy
Digunakan untuk mengankat secara radikal yang dilakukan pada
kanker prostate insisi pada bagian bawah garis abdomen sampai
pada kelenjar prostat. Setelah pembedahan, dipasangn indwelling
kateter yang dipasang melalui uretra kedalam kandung kemih.
Dipasang drain pada daerah insisi abdomen guna mengeluarkan
32

cairan melalui area tersebut. Pada tindakan ini tidak cilakukan
insisi kandung kemih, agak sulit dilakukan reseksi suprapubik dan
retropubis.
d. Perineal prostatectomy
Tindakan ini jarang dilakukan, tetapi dilakukan pada kanker
prostat, insisi di buat melalui antara skrotum dan anus. Oleh karena
itu, kemungkinan dapat meluas kearah rectum maka klien
sebelumnya dilakukan huknah, diberi antibiotik dan diet rendah
serat. Setelah pembedahan dipasang indwellng kateter melalui
uretra. Dipasang drain pada daerah insisi. Dilakukan pergantian
balutan setiap kali defekasi guna mencegah terjadinya infeksi pada
daerah insisi.
Kerugian : walaupun semua tindakan beresiko disfungsi ereksi,
tetapi tindakan perineal resection merupakan insiden tertinggi,
inkotinen urin, resiko infeksi karena berdejatan dengan anus.
33

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditujukan kepada individu, kelopmpok
dan masyarakat baik sehat maupunb sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan masyarakat.
1. Pengkajian
Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah kebituhan perawat bagi klien.
a. Tujuan Pengkajian
Untuk memberikan suatu gambaran yang terus menerus mengenai
kesehatan klien yang memungkinkan tim perawatan merencanakan asuhan
keperawatan pada klien secara perorangan
b. Langkah Pengkajan
1) Pengumpulan data
Akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan / keperawatan
yang meliputi kebutuhan fisik, spiritual, lingkungan klien
a) Sumber Data
(1) Klien
(2) Keluarga / orang terdekat / teman
(3) Status / catatan klien ( laboraorium, riwayat medik, catatan
perkembangan, dokumentasi keperawatan )
34

(4) Tenaga profesional lainnya
b) Metode Pengumpulan Data
1. Observasi : Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
2. Wawancara : Percakapan untuk mengumpulkan data
3. Catatan : Catatan klinik, dokumentasi, status
4. Literatur : Buku – buku, makalah
c) Lingkup ( Data yang dikumpulkan )
(1) Biodata yang berisi identitas klien : Nama, umur, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medik, serta identitas penanggung jawab dari klien
(2) Alasan masuk : Saat pertama kali klien masuk rumah sakit
dengan keluhan sakit pada daerah abdomen akibat retensi urine
(3) Riwayat kesehatan sekarang : Awal terjadinya keluhan, usaha
untuk mengurangi keluhan, hasilnya sampai kondisi klien saat
dikaji
(4) Riwayat kesehatan lalu : Menggambarkan keadaan kesehatan
sebelum klien di rawat di rumah sakit
(5) Riwayat kesehatan keluarga yang berisi genogram tiga generasi
yang menggambarkan adanya anggota keluarga yang mengidap
penyakit yang sama
35

(6) Riwayat psikososial yang berisi tentang :
- Pola konsep diri yang menggambarkan pandangan klien
tentang penyakit yang diderita
- Pola koping menggambarkan klien merasa dirinya sakit
sehingga memerlukan perawatan
- Pola kognitif menggambarkan pengetahuan klien tentang
penyakit yang diderita
- Pola interaksi menggambarkan hubungan klien dengan
keluarga serta perawat
(7) Pemeriksaan Fisik :
- Sistem pernafasan
Bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi tambahan,
bentuk dada simetris
- Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung normal, tidak terdapat bunyi tambahan,
arteri karotis kuat
- Sistem pencernaan
Gaster tidak terasa nyeri, anoreksia, mual, nyeri pada
abdomen, tidak ada pembesaran ginjal dan hati
36

- Sistem indra
Tidak terdapat udema pada kelopak mata, fungsi
penglihatan baik, fungsi penciuman baik, fungsi
pendengaran baik
- Sistem saraf
Kesadaran klien composmentis ( GCS : 15 ), kekuatan otot
normal, keseimbangan dan koordinasi baik terhadap
perintah dan tindakan
- Sistem muskuloskeletal
ROM sesuai dengan gerakan, tidak ada perubahan pada
vertebrae, tidak terdapat scoliosis, lordosis, kifosis
- Sistem integumen
Turgor kulit jelek akibat kekurangan volume cairan,
membran mukosa kering
- Sistem endokrin
Kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
- Sistem perkemihan
Terdapat disuria, ada rasa panas, hematuria, piuria, miksi
keluar sedikit – sedikit tapi sering, inkontinensia urin,
oliguria
37

- Sistem reproduksi
Kelenjar prostat mengalami pembesaran akibat peningkatan
secara abnormal jumlah sel normal
- Sistem imun
Sistem imun tidak mengalami perubahan
(8) Aktivitas sehari – hari terdiri atas :
- Nutrisi ( makanan dan minuman )
Anoreksia, mual, muntah
- Eliminasi ( BAB / BAK )
BAB lancar, BAK : aliran urine tidak lancar, disuria, aliran
urin tidak lamoias, pancaran lemah
- Istirahat tidur
Klien sering terjaga pada malam hari akibat klien sering
miksi sedikit – sedikit tapi sering
- Personal hygene
Klien tidak mampu merawat diri
- Mobilitas fisik
Ketidakmampuan klien untuk bergerak atau keterbatasan
klien melakukan aktivitas
- Rekreasi
Tidak ada kegiatan rekreasi klien akibat keterbatasan
mobiitas fisik
38

- Penggunaan rokok / alkohol / obat-obatan
Klien mengkonsumsi obat
(9) Tes Diagnostik terdiri dari hasil laboratorium
d) Jenis data terbagi dua yaitudata subjektif dan data objektif
(1) Data subjektif
Menunjukkan perserpsi dan sensai klien tentang masalah
kesehatan, klien mengungkapkan persepsi dan perasaan
subjektif
Contoh data subjektif :
(a) Klien mengeluh kalau kencing tidak lampias, pancaran
lemah
(b) Klien mengatakan sering kencing pada malam hari
(c) Klien mengatakan bila miksi terasa panas
(d) Klien mengatakan sakit habis miksi
(e) Klien mengatakan nyeri pada pinggang
(2) Data objektif
Berdasarkan pada fenomena yang dapat diamati
dipertunjukkan secara aktual data objektif dapat diamati,
diukur dan merupakan informasi yang dikumpulkan perawat
melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
39

Contoh data objektif :
(a) Nampak nyeri tekan pada prostat
(b) Klien demam
(c) Panas tinggi 40 – 41 0 C
(d) Penurunan berat badan
(e) Anoreksia
(f) Mual
(g) Muntah
40

2. Dampak penyimpangan terhadap KDM
Hypertropi prostate
Obstruksi uretra dan dorongan ke vesika urinaria
Dekompensasi otot-otot destrusor
Aliran urin menurun
Ketidakmampuan berkemih untuk mengeluarkan urin
RETENSI URIN
Tekanan vesika urnaria yang lama (distensi kandung
kemih)
Peregangan vesika urinaria
Merangsang ujung-ujung saraf dari vesika urinaria
Impuls nyeri ke hypothalamus
Nyeri dipersepsikan
NYERI
GANGGUAN KONSEP DIRI
Proses penyakit
Perubahan status kesehatan
Koping individu tidak efektif
Stressor
Kecemasan
ANSIETAS
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
Kurang informasi
KURANG PENGETAHUAN
Luka bekas operasi
Kemungkinan invasi mikroorganisme kedalam
tubuh
RESIKO INFEKSI
Urinary refluks
Hidroureter
Hidroneprosis
Disfungsi ginjal
Gagal ginjal
Ketidakseimbangan elektrolit
RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Pembesaran pada kelnjar prostate
Pembedahan
Terputusnya kontinutas jaringan
Pelepasan zat protolitik
Ditransmisikan ke saraf perifer
Cortex cerebri
NYERI
Merangsang RAS
Sering terjaga
GANGGUAN POLA ISTIRAHAT TIDUR
Sakit bila bergerak
Takut bila bergerak
Keterbatasan mobilitas fisik
GANGGUAN AKTIVITAS MOTORIK
Etiologi :Degenerasi (bertambahnya usia)
Perubahan keseim,bangan testosterone dan estrogen
Terjadinya akumulasi dihvdroxvtestosteron
Hyperplasia kelenjar prostate
41

2. Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi :
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas, diagnosa
keperawatan di rumuskan berdasarkan prioritas masalah, diagnosa yang lazim
terjasi pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : Hypertropi prostat
sebagai berikut :
a. Pre Operasi
1) Retensi urin berhubungan dengan pembesaran prostat / obstruksi
uretrha
2) Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih
atau obstruksi uretrha dan dorongan vesica urinaria
3) Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyakitnya
4) Kurang pengetahuan tentang prognosis atau kebutuhan pengobatan
berhuibungan dengan kurangnya informasi
5) Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca
obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu
distensi secara kronis, ketidakseimbangan elektrolit
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme patogen
3) Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan ras
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan .
42

3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Pre operasi
Diagnosa I
Retensi urin berhubungan dengan pembesaran prostat / obstruksi uretrha
1) Tujuan
Klien akan bebas dari gejala-gejala benign prostatic hyperplasia di
tandai dengan kriteria : tidak ditemukannya adanya frequency,
urgency, hesistatic, aliran yang melemah, nocturia
2) Intervensi
Tabel 1Rencana Tindakan Keperawatan Hypertropi Prostat
Diagnosa I
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk berkemih tiap
24 jam dan bila tiba-tiba dirasakan
2. Awasi dan catat waktu dan jumlah
setiap berkemih, perhatikan
penurunan keluaran urin dan
perubahan berat jenis
3. Perkusi / palpasi area supra pubik
4. Dorong masukan cairan sampai 3000
ml per hari dalam toleransi campur
1. Meminimalkan retensi urine distensi
berlebihan pada kandung kemih
2. Retensi urin meningkatkan telkanan
dalam saluran perkemihan atas yang
mempengaruhi fungsi ginjal, adanya
defisit aliran darah ginjal mengganggu
kemampuan untuk memfilter dan
mengkonsumsi subtansi
3.Distensi kandung kemih dapat
dirasakan di area supra pubik
4. Peningkatan aliran cairan
mempertahankan perfusi ginjal dan
43

bila diindikasikan
5. Kolaborasi pemberian obat anti
spasmadic
6. Kateterisasi untuk residu urin dan
biarkan kateter tak menetap sesuai
indikasi
kandung kemih pertumbuhan bakteri
5. Menghilangkan spasme kandung
kemih sehubungan dengan iritasi oleh
kateter
6. Menghilangkan atau mencegah retensi
urin dengan mengempiskan adanya
stiktur uretral. Catatan dekompensasi
kandung kemih harus dilakukan
dengan menambah 200 ml untuk
mencegah hematuria ( ruptur
pembuluh darah pada mukosa kandung
kemih yang terlalu distensi ).
Diagnosa II
Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih atau
obstruksi uretra dan dorongan vesica urinaria.
a. Tujuan
Nyeri teratasi atau berkurang dengan kriteria :
- Nyeri hilang atau berkurang / terkontrol
- Tampak rileks
- Keadaan umum baik
44

b. Intervensi
Tabel 2Rencana Tindakan Keperawatan Hypertropi Prostat
Diagnosa 2
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas dan lamanya
2. Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan.
3. Ajarkan tindakan relaksasi misalnya
tekhnik nafas dalam.
4. Atur posisi klien senyaman mungkin .
5. Kolaborasi pemberian analgetik
6. Berikan diet tinggi serat
1. Memberi informasi untuk membantu
dan menetukan pilihan / keefektifan
intervensi.
2. Tirah baring mungkin diperlukan pada
awal selam fase retensi akut, namun
ambulasi dini dapat memperbaiki pola
berkemih normal dan menghilangkan
nyeri kolik
3. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
kembali perhatian dan dapat
menigkatkan kemampuan koping.
4. Memberikan kenyamanan kepada
klien dan sebagai relaksasi
5. Menurunkan nyeri
6. Agar mendorong klien mengdan saat
defeksi sehingga menimbulkan
regangan pada area jahitan
45

Diagnosa III
Ganggua konsep diri berhubungan dengan penyakitnya.
Tujuan
Dapat bedaptasi dengan lingkungan dan orang sekitar dengan baik tanpa
rendah diri dengan kriteria :
- Klien dapat bergaul dengan orang lain
- Klien tidak merasa malu
a. Intervensi
Tabel 3Rencana tindakan keperawatan Hypertropi Prostat
Diagnosa 3
Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien untuk
mengekspresikan perasaanya
khusunya mengenai penilain dirinya
2. Berikan informasi tentang kondisi
tidak ditularkan secara seksual
3. Berikan informasi
tentang anatomi dasar seksual dan
tingkatkan dialog dengan klien
4. Anjurkan
menghindari makanan berbumbu,
alkohol
1. Memberikan kesempatan untuk
berekspresi dengan menyatakan
pendapat.
2.Mungkin merupakan ketakutan yang
tidak dibicarakan
3. Memiliki info anatomi, membantu kita
memahami inflikasi tindak lanjut
sesuai dengan efek penampilan
seksual
4. Dapat menyebabkan iritasi prostat dan
masalah kongesti
5. Menurunkan resiko terapi tak tetap,
46

5. Diskusikan
perlunya pemberitahuan pada perawat
kesehatan lain tentang diagnosa
contoh pebggunaan dekongestan
antipolinergik dan anti depresan
meningkatkan retensi urin dan dapat,
mencetuskan episode akut
Diagnosa IV
Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
a. Tujuan
Klien dapat menyatakan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria
sebagai berikut :
- Klien dan keluarga memahami penyakitnya
- Berpartisipasi dalam hal pengobatan
- Melakukan perubahan yang perlu
47

b. Intervensi
Tabel 4Rencana Tindakan Keperawatan Hypertropi Prostat
2008
Intervensi Rasional
1. Kaji ulang proses, penyakit
pengalaman kien.
2. Tekankan perlunya nutrisi yang baik,
anjurkan konsumsi buah,
meningkatkan dietr tinggi serat.
3. Diskusikan pembatasan aktivitas
awal, contoh : menghindari
mengankat bertat.
4. Instruksikan perawatan kateter urin
bila ada, identifikasi sumber alat /
dukungan
5. Kaji ulang tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi medik
1. Memberikan dasar pengetahuan
dimana klien dapat membuat pilihan
informasi.
2. Meningkatkan penyembuhan dan
mencegah komplikasi
3. Peningkatan tekanan abdominal
meregangkan kandung kemih dan
prostat menimbulkan resiko
perdarahan
4. Meningkatkan kemandirian dan
kompetetnsi dalam peratwatan diri
5. Intervensi cepat dapat mencegah
kompliukasi
48

Diagnosa V
Resiko terhadap kekurangna volume cairan berhubungan dengan pasca
obstruksi diuresis dari drainase cepat dari kandung kemih yang terlalu distensi
secara kronis, ketidakseimbangan elektrolit.
a. Tujuan
Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria :
- Nadi perifer teraba
- Tanda – tanda vital stabil
- Pengisian kapiler baik
- Membran mukosa lembab
49

b. Intervensi
Tabel 5Rencana tindakan keperawatan Hypertropi Prostat
Diagnosa 5
Intervensi Rasional
1. Awali keluhan dengan hati – hati tiap
jam bila diindikasikan. Perhatikan
keluaran 100 – 200 ml / jam
2. Dorong penigkatan pemasukan oral
berdasarkan kebutuhan individu
3. Awasi tekanan darah, nadi dengan
serius, evaluasi pengisian perifer
4. Tingkatkan tirah baring dengan
kepala tinggi
5. Awasai elektrolit khususnya natrium
6. Berikan cairan IV (Garam faal
hipertonik) sesuai dengan kebutuhan
1. Diuresis cepat dapt menyebabkan
kekurangan volume cairan total
cairan karena ketidakcukupan
individu
2. Klien dibatasi pemasukan oral dan
upaya mengontrol gejala urinaria,
homeostatik, pengurangan cadangan
dan peningkatan resiko dehidrasi /
hipervolemia.
3. Kemampuan deteksi dini / intervensi
hipovolemik sistemik
4. Menurunkan kerja jantung,
memudahkan homeostatis sirkulasi
5. Bila pengumupulan cairan terkumpul
dari area ekstraseluler, Na dapat
mengikuti perpindahan
menyebabkan hipotermia
6. Menggantikan kehilangan cairan dan
Na untuk mencegah memperbaiaki
hipovolemia
50

b. Post Op
Diagnosa I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
a. Tujuan
klien akan mengatakan nyeri berkurnag atau hilang dengan kriteria :
- Klien tenang dan ekspresi wajah rileks
- Klien dapat istarahat dengan tenang
- Nyeri abdomen hilang
- Tidak ada nyeri tekan
b. Intervensi
Tabel 6Rencana tindakan keperawatan Post Op Hypertropi Prostat
Diagnosa 1
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan posisi
semifowler sesuai indikasi
3. Berikan tindakan kenyamanan,
contoh pijakan punggung, nafas
1. Perubahan dalam lokasi / intensitas
tidak umum tetapi dapat
menunjukkan terjadinya komplikasi
nyeri cenderung menjadi konstan
lebih hebat dan menyebar keatas,
nyeri dapat lokal bila terjadi abses.
2. Memudahkan drainase cairan / luka
karena gravitasi akan membantu
meminimalkan nyeri karena gerakan.
3. Meningkatkan relaksasi dan
mungkin meningkatkan kemampuan
51

dalam.
4. Observasi Vital sign setiap 8 jam.
5. Penatalksanaan pemberian obat
analgetik.
koping pasien dan fokuskan kembali
perhatian.
4. Vital sign dapat berubah karena
nyeri dan dapat merupakan indikator
dalam menilai perkembangan
penyakit klien
5. Menurunkan Laju metabolisme dan
iritasi usus karena toksin sirkulasi /
lokal yang membantu
menghilangkan nyeri dan
menigktakan penyembuhan
Diagnosa II
Resiko infeksi Berhubungan dengan invasi mikroorganisme patogen
a. Tujuan
Klien akan terbebas dari infeksi dengan kriteria :
- Tidak ditemukan tanda – tanda infeksi
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
52

b. Intervensi
Tabel 7Rencana tindakan keperawatan Post Op hypertropi prostate
Diagnosa 2
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
2. Kaji tanda – tanda vital (suhu)
3. Lakuakan perawatan luka dengan
tekhnik septik dan aseptik
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Mengetahui adanya proses infeksi
2. Terjadinya peningkatan suhu
menandai adanya proses infeksi
3. Baluatan basah menyebabkan kulit
iritasi dan memberikan media untuk
pertumuhan bakterin peningkatan
resiko infeksi pada luka
4. Dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri dan mencegah
terjadinya infeksi sehingga
mempercepat kesembuhan
Diagnosa III
Gangguan Pola istrahat tidur berhubungan dengan peningkatan ras
a. Tujuan
klien akan mempertahankan pola tidur terpenuhi dengan kriteria :
- Klien dapat tidur nyenyak
- Klien tenang
- Klien pucat
53

b. Intervensi
Tabel 8Rencana tindakan keperawatan Post Op Hypertropi Prostat
2008
Intervensi Rasional
1. Kaji pola tidur klien
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
3. Hindari melakukan tindakan tindakan
pada saat klien tidur
4. Berikan informasi pada klien dan
keluarga tentang pentingnya istrahat
tidur pada klien
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian sedatif (diasepam)
1. Untuk mengetahui cukup tidaknya
waktu istrahat klien dalam 1 hari
2. Lingkunagan yang tenang dapat
membantu klien tidur nyenyak
3. Agar istrahat tidur klien tidak
terganggu.
4. Meningkatkan pengetahuan pada
klien dan keluarga tentang
pentingnya istrahat tidur bagi klien
5. Diasepam dapat menyebabkan tidur
klien nyenyak
Diagnosa IV
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
a. Tujuan
Klien akan mempertahankan posisi optimal dengan kriteria :
- Mampu mempertahankan keseimbangan tubuh
- Mampu melaksanakan aktivitas sehari – hari pada tahap rehabilitasi
sesuai kemampuan
54

b. Intervensi
Tabel 9Rencana tindakan keperawatan Post Op Hypertropi Prostat
Diagnosa 4
Intervensi Rasional
1. kaji kemampuan klien untuk
melakukan aktivitas .
2. Atur posisi klien dan ubahlah secara
teratur tiap 2 jam.
3. bantu klien melakukan gerakan –
gerakan sendi.
4. Bantu klien untuk melakukan
aktivitas dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari (mandi, makan, eliminasi)
5. Lakukan massase, perawatan kulit dan
mempertahankan alat –alat tenun
bersih dan kering
6. Letakkan klien pada posisi nyaman
untuk menghindari kerusakan karena
tekanan.
1. Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas dan memudahkan dalam
intervensi selanjutnya.
2. Mengubah posisi klien secara
teratur dapat menigkatkan sirkulasi
keseluruh tubuh dan mencegah
adanya penekanan pada organ
tubuh yang menonjol
3. Mempertahankan fungsi – fungsi
sendi dan mencegah penurunan
tonus dan kekuatan otot dan
mencegah kontraktur
4. Memudahkan klien melakukan
aktivitas dan kebutuhan klien
terpenuhi.
5. Meningkatkan sirkulasi elastisitas
dan integritas kulit
6. Posisi dari daerah yang sakit hanya
dalam jangka waktu tertentu hal ini
dilakukan untuk meningkatkan
sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
55

7. Anjurkan keluarga klien untuk turut
membantu melatih dan memberi
motivasi.
7. Libatkan Keluarga sangat berarti
dalam memberikan dukungan moril
klien akan optimis dalam
keterbatasannya
Diagnosa V
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
a. Tujuan
Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun sampai tingkat
dapat diatasi dengan kriteria :
- Klien tampak rileks
- Mengatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
- Menunjukkan tentang perasaan dan penurunan rasa takut
56

b. Intervensi
Tabel 10Rencana tindakan keperawatan Post Op Hypertropi Prostat
Diagnosa 5
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat ansietas
2. Berikan informasi tentang proses
penyakit dan antisipasi tindakan.
3. Jadwalkan istrahat adekuat dan priode
menghentikan tidur
4. Temani atau atur supaya ada
seseorang bersama klien sesuai
indikasi
1. Ketakutan terjadi karena nyeri
hebat, meningkatkan perasaan sakit,
penting pada proses diagnostik dan
kemungkinan pembedahan
2. Mengetahui apa yangdapat
menurunkan ansietas.
3. Membatasi kelemahan, menghemat
energi, dan dapat menigkatkan
kemampuan kopig
4. Dukungan yang terus menerus
mungkin menbantu pasien
memperoleh kembali kontrol lokasi
internal dan mengurangi ansietas /
rasa takut ke tingkat yang dapat
diatasi
57

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal.
Jenis tindakan yang dilakukan :
a. Secara mandiri (independent) adalah tindakan yang diperakarasai sendiri
oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalah atau
menanggapi reaksi karena stressor (penyakit) atau independent merupakan
tindakan apa yang dapat di implementasian oleh perawat tanpa pesanan
dokter dan masih dalam wewenang perawat, misalanya membantu klien
perawatan sehari-hari (mandi ) dan memberikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering.
b. Secara ketergantungan /kolaborasi.
Adalah tindakan keperwatan bila perawat bekerjasama dengan tim
perawatan kesehatan yang lain dalam mebuat keputusan bersama yang
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien, contoh : pemberian
obat dengan resep dokter.
c. Secara rujukan (dependent) adalah tindakan keperawatan atas dasar
rujukan (psikologi, dokter, psikiatri).
58

5 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Penilaian
keperawatan berguna untuk mengukur keberhasilan dari rencana pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
59