BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38894/3/BAB II.pdf · B.1....

21
9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Veno (2015) melukakan penelitian yang bertujuan untuk menentukan dampak dari mekanisme atau praktek good corporate governance yang diproksikan dengan dewan direksi, komisaris independen, total dewan komisaris, dan komite audit pada kinerja kuangan perusahaan. Teknik sampling yang digunakan adalah puposive sampling. Kriteria dalam menentukan sampling yang dipilih harus memenuhi kriteria yaitu perusahaan go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2011-2013. Berdasarkan metode purposive sampling yang digunakan, ada 31 perusahaan go public yang masuk dalam kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan direksi, komisaris independen, total dewan komisaris, dan komite audit berpengaruh terhadap kinerja kuangan perusahaan (ROE) (Veno, 2015). Menurut Widagdo dan Chariri (2014) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan, bahwa penerapan good corporate governance mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE, NPM, dan ROE). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan good corporate governance yang sesuai dengan peraturan yang berlaku akan mendorong perusahaan dalam meningkat kinerja perusahaan. Semakin baik sistem yang dipergunakan di suatu perusahaan akan membuat pengelolaan kegiatan operasi dan pengelola modal yang dimiliki oleh perusahaan semakin baik, sehingga laba

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38894/3/BAB II.pdf · B.1....

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Veno (2015) melukakan penelitian yang bertujuan untuk menentukan

dampak dari mekanisme atau praktek good corporate governance yang

diproksikan dengan dewan direksi, komisaris independen, total dewan komisaris,

dan komite audit pada kinerja kuangan perusahaan. Teknik sampling yang

digunakan adalah puposive sampling. Kriteria dalam menentukan sampling yang

dipilih harus memenuhi kriteria yaitu perusahaan go public yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2011-2013.

Berdasarkan metode purposive sampling yang digunakan, ada 31 perusahaan go

public yang masuk dalam kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan

direksi, komisaris independen, total dewan komisaris, dan komite audit

berpengaruh terhadap kinerja kuangan perusahaan (ROE) (Veno, 2015).

Menurut Widagdo dan Chariri (2014) berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan, bahwa penerapan good corporate governance

mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE,

NPM, dan ROE). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan good corporate

governance yang sesuai dengan peraturan yang berlaku akan mendorong

perusahaan dalam meningkat kinerja perusahaan. Semakin baik sistem yang

dipergunakan di suatu perusahaan akan membuat pengelolaan kegiatan operasi

dan pengelola modal yang dimiliki oleh perusahaan semakin baik, sehingga laba

10

bersih yang ingin dicapai perusahaan dapat ditingkatkan (Widagdo dan Chariri,

2014).

Menurut Martsila dan Meiranto (2013) dengan penelitian pengaruh

corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini

menguji pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan komisaris

independen, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial, konsentrasi

kepemilikan, dan leverage terhadap kinerja keuangan perusahaan yaitu ROA,

ROE, PER, dan Tobin’s Q. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi

berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan berpengaruh

positif signifikan terhadap ROA, tetapi berpengaruh negatif signifikan terhadap

PER. Konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan

ROE, tetapi terhadap PER berpengaruh negatif signifikan. Leverage berpengaruh

negatif signifikan terhadap ROE, PER dan Tobin’s Q. Penelitian ini juga

menemukan pengaruh positif signifikan terhadap antara ukuran perusahaan

dengan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA, ROE, PER,

dan Tobin’s Q (Martsila dan Meiranto, 2013).

Menurut Arifani (2012) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan, bahwa komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Hasil ini mengindentifikasikan, bahwa dibentuknya komite audit

untuk mengawasi manajemen dalam peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

Kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Hal ini mengindikasikan kepemilikan saham oleh institusi diluar

perusahaan mampu menjadi pengawas dalam pengambilan keputusan oleh

11

manajeman sehingga tercipta kinerja perusahaan yang baik. Komisaris

independen juga terbukti memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil

penelitian ini dalam kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa tidak memiliki

pengaruh dalam kinerja keuangan perusahaan. Kepemilikan manajerial minoritas

tidak dapat mempengaruhi meningkatnya kinerja keuangan perusahaan karena

pengambilan keputusan manajemen masih dipengaruhi oleh pemegang saham

yang lebih besar (Arifani, 2012)

Menurut Widhianningrum dan Amah (2012) dalam penelitian ini teknik

sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan metode sampling

judgement. Berdasarkan metode purposive sampling ada 28 perusahaan yang

memenuhi kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen

berpengaruh negatif pada kinerja keuangan perusahaan. Hal ini membuktikan

bahwa komisaris independen hanyalah sebuah formalitas yang digunakan dalam

memenuhi aturan. Sehingga tanggung jawab komisaris menjadi tidak efektif dan

kinerja perusahaan akan mengalami penurunan (Widhianningrum dan Amah,

2012).

Menurut Kusumastuti (2013) dalam penelitian ini good corporate

governance diprosikan dengan komite audit, dewan direksi, kualitas KAP, dan

komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan diperoleh

sampel sebanyak 88 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan

direksi dan kualitas KAP berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan,

12

sedangkan komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan (Kusumastuti, 2013).

Menurut Wijayanti dan Mutminah (2012) dari hasil analisis data dan

pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan, variabel ukuran perusahaan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan. Sedangkan variabel kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi,

rapat dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan jumlah komite audit

tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan kinerja keuangan perusahaan

perbankan (Wijayanti dan Mutmainah, 2012).

Kesimpulan dari penelitian terdahulu bahwa komisaris independen

memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Veno (2015), penelitian ini sejalan dengan hasil Arifani

(2012), sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Widhianningrum dan Amah

(2012) penelitian tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen tidak

mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Untuk ukuran dewan

komisaris dan dewan direksi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja

keuangan sesuai hasil penelitian yang dilakukan Veno (2015), Martsila dan

Meiranto (2013), dan Kusumastuti (2013), sedangkan hasil penelitian yang

dilakukan Wijayanti dan Mutmainah (2012) menunjukkan bahwa dewan

komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan dengan kinerja keuangan

perusahaan. Sedangkan komite audit memliki pengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widagdo dan Chariri (2013),

Veno (2015), dan Kusumastuti (2013). Untuk kepemilikan manajerial tidak

13

memeliki pengaruh sesuai terhadap kinerja keuangan perusahaan sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan Arifani (2012), sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Martsila dan Meiranto (2013) dengan hasil penelitian bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

B. Teori dan Kajian Pustaka

B.1. Teori Keagenan (Agency Teory)

Teori Agensi merupakan dasar dalam memahmi corporate governance.

Hubungan keagenan yaitu suatu hubungan kontrak anatra principal (investor) dan

agent (manajemen) (Jensen dan Meckling, 1976). Principal mendelegasikan

wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola suatu perusahaan kepada para

manajer (Lestari, 2013). Konflik kepentingan antara agen dan pemilik bisa terjadi,

karena kemungkinan agen tidak bertindak sesuai dengan kepentingan pihak

principal sehingga akan memunculkan biaya keagenan (agency cost). Manajer

(agent) memiliki tanggung jawab secara moral dalam mengoptimalkan

keuntungan para investor dengan kompensasi sesuai dengan kontrak. Oleh karena

itu, terdapat dua kepentingan di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak

memliki tujuan yang ingin dicapai dalam mempertahankan tingkat kemakmuran

yang dikehendaki (Sabrinna, 2010).

Teori agensi menggunakan tiga sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia

pada dasarnya memiliki sifat egois atau mementingkan diri sendiri (self interest),

(2) manusia memiliki daya pikir yang terbatas dalam hal persepsi masa

mendatang (bounded rationally), (3) manusia selalu menghindari resiko (risk

averse) ((Eisenhardt, 1989). Berdasarkan prinsip tiga sifat dasar manusia tersebut

14

manajer sebagai manusia kemungkinan besar bertindak berdasarkan kepentingan

pribadinya (opportunistik) (Wibisono, 2004).

Hubungan Agency teory mengakibatkan dua permasalahan yaitu pertama,

terjadinya informasi asimetris, dimana manajemen memiliki informasi yang lebih

mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi dari entitas pemilik, dan

kedua, terjadinya konflik kepentingan yang dikarenakan adanya ketidaksamaan

tujuan, dimana manajemen dalam bertindak tidak selalu sesuai dengan

kepentingan pemilik (Messier et al., 2006). Asimetri informasi terjadi dikarenakan

principal (Pemilik perusahaan) tidak berperan aktif dalam manajemen informasi

dan terjadinya ketidakseimbangan informasi antara pihak penyedia informasi

(manajemen) dengan pihak pemegang saham (stakeholders) sebagai pengguna

informasi.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) konflik kepentingan dapat terjadi

antara pihak-pihak yang berhubungan seperti pemegang saham dengan manajer

perusahaan (agency cost of equity) atau pemegang saham dengan kreditur (agency

cost of debt). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuangan

yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat mengurangi asimetri

konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan. Manajer sebagai pengelola

informasi dapat memberikan sinyal kepada pemegang saham mengenai kondisi

keuangan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang, karena pengelola

informasi lebih banyak mengetahui informasi yang sesungguhnya dibandingkan

dengan pemegang saham. Sinyal tersebut dapat dilakukan dengan menerbitkan

laporan keuangan. Sehingga dalam hubungan keagenan, manajemen diharapkan

15

membuat suatu kebijakan perusahaan berbentuk kebijakan keuangan yang

menguntungkan pemilik perusahaan (principal). Oleh karena itu, pihak

manajemen berkewajiban memberikan informasi kondisi perusahaan terhadap

pemilik perusahaan. Informasi kondisi perusahaan tersebut digunakan sebagai

bentuk monitoring tambahan yang dilakukan pemilik perusahaan (principal) untuk

mengatur prilaku agen.

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori

keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan

kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka

investasikan (Sabrinna, 2010). Corporat governance berhubungan dengan

bagaimana investor yakin akan dana yang di investasikan dapat memberikan

keuntungan dan tidak dicuri atau menginvestasikan ke dalam proyek yang tidak

menguntungkan bagi pihak investor (Sabrinna, 2010). Dengan kata lain corporate

governance diharapkan dapat menurunkan atau menekan biaya keganenan

(agency cost).

B.2. Good Corporate Governance (GCG)

a. Pengertian Good Corporate Governance

Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Comittee di tahun1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan

keuangan yang kemudian dikenal dengan Cadbury Report. Cadbury menjelaskan

Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan (Cadbury, 1992).

16

The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG, 2011)

Corporate Governance dimaknai sebagai serangkaian mekanisnme untuk

mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar sesuai dengan harapan para

pemangku kepentingan.

Forum for Corporate Governance in Indonesian (FCGI, 2001) Corporate

governance didefinisikan sebagai “seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola), pihak kreditur,

pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal

lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban, atau dengan kata lain suatu

sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”.

Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan good corporate governance

sebagai kumpulan dari hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi

agar dapar mendorong kinerja dari sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi

secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang

berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar

keseluruhan (Effendi, 2016).

Menurut Effendi (2016), good corporate governance adalah suatu sistem

pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama untuk mengelola

suatu resiko yang signifikan dalam memenuhi tujuan bisnisnya melalui

pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham

dalam jangka panjang.

Jadi good corporate governance adalah suatu sistem dan seperangkat

peraturan yang mengatur dan mengendalikan hubungan antara pihak-pihak yang

17

berkepentingan baik dari pihak internal maupun pihak eksternal yang berkaitan

dengan hak-hak dan kewajiban mereka dengan perusahaan yang diatur dalam

sistem pengawasan dan pengendalian perusahaan yang mengacu pada tujuan

perusahaan (Djazilah, 2017). Oleh karena itu, good corporate governance dapat

mengatur hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan untuk mencegah

terjadinya kesalahan dan pelanggaran dalam mengelola suatu perusahaan.

b. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Adapun manfaat yang akan diperoleh perusahaan dari penerapan good

corporate governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesian

(FCGI, 2001) adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan kinerja perusahaan

dengan terciptanya proses pengambilan keputusan yang baik, meningkatkan

efisiensi operasional perusahaan, dan meningkatkan pelayanan terhadap

stakeholders, (2) Mempermudah perusahaan dalam memperoleh dana dan

pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value, (3)

Mengembalikan kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya di

Indonesia, (4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan

karena akan meningkatkan Shareholders value dan deviden.

Penerapan corporate governance menurut Sabrinna (2010) dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Mengurangi agency cost yang merupakan biaya yang ditanggung pemegang

saham karena penyalahgunaan wewenang akibat dari pendelegasian

wewenang kepada pihak manajemen.

18

2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) sebagai dampak menurunnya

tingkat bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam perusahaan sejalan

dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.

3. Menciptakan dukungan para stakeholders dalam lingkungan perusahaan

terhadap keberadaan berbagai strategi perusahaan dan kebijakan yang

ditempuh perusahaan.

Jadi penerapan good corporate governance memberikan manfaat yang

cukup besar terhadap suatu perusahaan seperti good corporate governance dapat

meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengambilan suatu perusahaan, good

corporate governance dalam mempermudah perusahaan dalam mendapatkan dana

yang digunakan dalam pembiayaan operisional perusahaan, dan good corporate

governance dapat mengurangi biaya agency cost dan biaya modal pada suatu

perusahaan.

c. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip utama dari good corporate governance yang menjadi

indikator biasanya dikenal dengan singkatan TARIF, yaitu Transparency

(transparansi), Accountability (akuntabilitas), Responsibility (responsibilitas),

Independency (independensi), dan Fairness (kesetaraan). Berikut penjelasan dari

masing-masing prinsip corporate governance berdasarkan pedoman umum good

corporate governance yang dikembangkan oleh Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG, 2006) adalah sebagai berikut:

19

1. Transparency (Transparansi)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan suatu bisnis, perusahaan

harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

untuk diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan

oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

kepentingan lainnya.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur

dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas

merupakan syarat yang diperlukan dalam mencapai suatu kinerja yang

berkesinambungan.

3. Responsibility (Responsibilitas)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independency (Independen)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

20

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak-

pihak lain.

5. Fairness (Keadilan)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Pedoman tentang good corporate governance yang dimuat dalam Komite

Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dijadikan kode etik perusahaan dalam

memberikan acuan kepada pelaku usaha dalam melaksanakan good corporate

governance secara konsisten dan konsekuen. Hal ini penting, mengingat

kecendrungan aktivitas usaha yang semakin global sehingga prinsip-prinsip

corporate governance yang terdiri dari keadilan, akuntabilitas, transparansi, dan

independen dapat dijadikan acuan dalam mengukur kinerja perusahaan untuk

menghasilkan suatu kinerja yang lebih baik.

d. Sturuktur Good Corporate Governance

1. Rapat Umum Pemegang Saham

Rapat umum pemegang saham merupakan struktur tertinggi yang dapat

mengangkat dan memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para pemegang

saham dalam melakukan kontrol terhadap manajemen (Bukhori, 2012).

Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan wadah atau tempat bagi para

pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan

modal yang di tanam dalam perusahaan dengan memperhatikan ketentuan

21

anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Pemegang saham sebagai

pemilik modal memiliki hak dan tanggung jawab untuk menentukan

keberlangsungan hidup perusahaan di masa mendatang. Rapat umum pemegang

saham bisa juga dijadikan bahan untuk mengevaluasi dan mengontrol kinerja dari

dewan komisaris dan direksi agar sesuai dengan pelaksanaan good corporate

governance. Oleh karena itu, rapat umum pemegang saham dapat menghasilkan

suatu keputusan yang penting bagi keberlangsungan usaha perusahaan dalam

jangka panjang.

2. Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang ada dalam

suatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris

merupakan bentuk praktis dari teori agensi (Bukhori, 2012). Di dalam sebuah

perusahaan, dewan komisaris melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan

mengontrol oportunis manajemen (Bukhori, 2012). Oleh karena itu, dewan

komisaris menjebatani kepentingan principal dan agent dalam suatu perusahaan.

Dewan komisaris sabagai bagian perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

dalam melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada dewan direksi untuk

memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance

(KNKG, 2006).

Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kinerja direksi untuk

memperoleh kebebasan tanggung jawab dari rapat umum pemegang saham.

Pertanggungjawaban dewan direksi kepada rapat umum pemegang saham

merupakan pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam pelaksanaan good

22

corporate governance. Fungsi dari dewan komisaris yang termasuk dalam

komisaris independen mencangkup dua hal berikut yaitu mengawasi direksi

perusahaan untuk mencapai kinerja dalam business plan dan memberikan

masukan atau nasihat kepada direksi mengenai suatu penyimpangan pengelola

usaha yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan memantau penerapan dan

efektivitas dari praktek good corporate governance (Sutedi, 2015). Dewan

komisaris sebagai pengawas perlu memberikan saran atas kinerja perusahaan dan

dapat membantu memeriksa pihak-pihak yang mempunyai kepentingan di dalam

kinerja perusahaan. Oleh karena itu, professional antara masing-masing divisi

suatu perusahaan menjadil hal yang dapat menentukan nasihat yang keluar dari

dewan komiaris.

3. Ukuran Dewan Direksi

Direksi merupakan organ perusahaan yang memiliki tugas dan tanggung

jawab secara kolegial dalam mengelola suatu perusahaan (KNKG, 2006).

Pengelolaan perusahaan yang dilakukan dewan direksi bertujuan untuk

menghasilkan profitabilitas (keuntungan) untuk memastikan kesinambungan

hidup perusahaan. Dewan direksi memiliki peran yang begitu besar dalam

perusahan dan memiliki pertanggungjawaban penuh atas segala bentuk

operasional yang ada di perusahaan. Anggota direksi dipilih dan diberhentikan

oleh rapat umum pemegang saham melalui proses yang transparan.

Direksi memiliki pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam

bentuk laporan tahunan yang memuat laporan kegiatan perusahaan, laporan

keuangan, dan laporan pelaksannan good corporate governance. Laporan tahunan

23

yang dibuat oleh direksi harus memperoleh persetujuan dari rapat umum

pemegang saham. Pertanggungjawaban yang dilakukan direksi sebagai bentuk

perwujudan akuntabilitas perusahaan dalam melaksanakan asas good corporate

governance. Fungsi dari direksi menurut Komite Nasional Kebijakan Governance

(2006) sebagai berikut

1. Kepengurusan

Dalam kepengurusan dewan direksi harus membuat atau menyusun visi,

misi, dan nilai-nilai perusahaan serta program jangka panjang dan jangka pendek

perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh dewan komisaris dan rapat umum

pemegang saham. Selain itu direksi harus mampu dalam mengendalikan

sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan dan membuat tata tertib dan pedoman

kerja kepada karyawannya dalam melaksanakan tugas agar dapat terarah dan

efektif serta dapat digunakan sebagai alat penilaian dalam kinerja perusahaan.

2. Manajemen Resiko

Direksi membuat dan melaksanakan suatu sistem manajemen resiko

perusahaan yang mencangkup seluruh aspek kegiatan yang ada di perusahaan.

Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan baik, perusahaan

memerlukan penanggung jawab terhadap pengendalian resiko tersebut.

3. Pengendalian Internal

Dalam pengendalian internal, dewan direksi harus menyusun dan

melaksanakan sistem pengendalian internal yang handal dalam menjaga kekayaan

dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan.

4. Komunikasi

24

Dewan direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara

perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi

sekretaris perusahaan. Sekretaris perusahaan memiliki tanggung jawab kepada

direksi dan setiap laporan pelaksanaan tugas sekretaris perusahaan harus

disampaikan kepada dewan komisaris.

5. Tanggung Jawab Sosial

Dalam mempertahankan kesinambungan perusahaan, direksi diharapkan

mampu memastikan terpenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan. Dewan

direksi harus mempunyai perencanaan yang jelas dan fokus dalam melaksanakan

tanggung jawab sosial perusahaan.

B.3. Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja kuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi

keuangan perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga

dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaaan keuangan perusahaan tersebut

(Dwiermayanti, 2009). Kinerja keuangan perusahaan sebagai alat ukur dalam

mengukur kualitas suatu perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan

dilakukan untuk melakukan pengendalian dan perbaikan atas suatu kegiatan

operasional perusahaan (Veno, 2015). Kinerja kuangan perusahaan dapat diukur

dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan.

Informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan, terutama profitabilitas

diperlukan dalam menilai suatu perubahan sumber daya ekonomi yang mungkin

dikendalikan di masa depan dengan parameter kinerja tersebut adalah laba (IAI,

2007). Laba bagi suatu perusahaan merupakan hal yang penting dan diperlukan

25

dalam komponen keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Laba di suatu

perusahaan dapat memberikan sinyal yang baik mengenai kinerja operasional

perusahaan di tahun berikutnya. Dengan adanya peningkatan laba dari tahun ke

tahun, akan memberikan dampak yang baik bagi kinerja perusahaan.

Salah satu dasar penilaian mengenai kondisi kinerja keuangan disuatu

perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan perusahaan.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang

dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba (Fahmi,

2011). Oleh karena itu adanya penilaian kinerja akan membantu perusahaan dalam

menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya untuk

menentukan keputusan-keputusan mendesak di masa yang akan datang. Dalam

penelitian ini peneliti ingin mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan

Return On Equity (ROE).

Menurut Brigham and Houston (2015) menyatakan ROE merupakan rasio

laba bersih terhadap ekuitas biasa yang mengukur tingkat pengembalian atas

investasi pemegang saham biasa. Dengan kata lain return on equity digunakan

untuk mengukur tingkat evektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan (Rossi dan Penggabean,

2012). ROE merupakan rasio yang membandingkan laba sesudah pajak dengan

total ekuitas. ROE yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan yang tinggi untuk para pemegang saham dan

menunjukkan pertumbuhan perusahaan kedepannya (Wati, 2013). Oleh karena itu,

semakin tinggi nilai atau hasil ROE yang di peroleh maka menunjukkan semakin

26

efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan

keuntungan atau laba (Rossi dan Penggabean, 2012).

C. Perumusan Hipotesis

C.1. Pengaruh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terhadap kinerja

keuangan perusahaan

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ perusahaan

yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu perusahaan. Sebagai struktur

tertinggi, RUPS perusahaan memiliki kewenangan untuk mengangkat dan

memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para pemegang saham dalam

melakukan kontrol terhadap manajemen (Bukhori, 2012). Pemegang saham

sebagai pemilik modal memiliki hak dan tanggung jawab untuk menentukan

keberlangsungan hidup perusahaan di masa mendatang.

Adanya hak dan tanggung jawab tersebut dikarenakan pemilik modal telah

memberikan wewenang kepada perusahaan untuk mengelola kekayaannya.

Sehingga pemilik modal mempunyai harapan bahwa dengan memberikan

wewenang kepada perusahaan untuk dikelola maka mereka akan memperoleh

keuntungan. Rapat umum pemegang saham bisa juga dijadikan bahan untuk

mengevaluasi kinerja dari dewan komisaris dan direksi agar sesuai dengan

pelaksanaan good corporate governance. Oleh karena itu, dalam rapat umum

pemegang saham dapat menghasilkan suatu keputusan yang penting bagi

keberlangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang yang tujuannya untuk

meningkatkan kinerja keuangan dari suatu perusahaan.

27

: Rapat Umum Pemegang Saham berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan.

C.2. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja keuangan

perusahaan

Pendelegasian principal kepada agent membuat principal tidak dapat

mengawasi kinerja manajer, sehingga keputusan manajer sering tidang sesuai

dengan keinginan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Dibentuknya dewan

komisaris untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan pengawasan dan

memastikan bahwa perusahaan sudah melaksanakan corporate governance

(Widagdo dan Chariri, 2014).

Berdasarkan pedoman good corporate governance di Indonesia secara

hukum dewan komisaris memiliki tugas untuk melakukan pengawasan dan

memberikan nasehat kepada dewan direksi. Oleh karena itu banyaknya jumlah

dewan komisaris, maka akan membantu pengawasan terhadap dewan direksi akan

lebih baik dan masukan atau motivasi atas kinerjanya menjadi lebih banyak.

Sehingga kinerja manajemen akan lebih baik dan dapat meningkatkan kinerja dari

suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Veno (2015) dan Martsila dan

Meiranto (2013) mengatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan.

: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

C.3. Pengaruh ukuran dewan direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan

Dewan direksi memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu

perusahaan. Dewan direksi memiliki tugas untuk menentukan arah segala sumber

daya yang dimiliki perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek

28

(Bukhori, 2012). Dewan direksi salah satu mekanisme yang sangat penting dalam

good corporate governance, dimana kinerjanya menentukan kinerja perusahaan

(Sulistyowati, 2017). Semakin besar ukuran dewan direksi, maka semakin tinggi

kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan dapat memberikan

masukan dalam menyelesaikan masalah yang beragam. Dengan kata lain, dewan

direksi mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang

dilakukan oleh Veno (2015) dan Kusumastuti (2011) mengatakan bahwa dewan

direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

: Ukuran Dewan Direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka yang sudah

diuraikan bahwa rapat umum pemegang saham dapat menghasilkan suatu

keputusan yang penting bagi keberlangsungan usaha dalam jangka panjang yang

tujuannya untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Ukuran dewan

komisaris yang sudah dijelaskan oleh Veno (2015) dan Martsila dan Meiranto

(2013) yang mengatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan dilihat dari fungsinya dibentuk dewan komisaris untuk bertanggung

jawab dalam melaksanakan pengawasan dan memastikan bahwa perusahaan

sudah melaksanakan corporate governance (Widagdo, 2014). Selain itu ukuran

dewan direksi menurut Veno (2015) dan Kusumastuti (2011) mengatakan bahwa

dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dewan direksi

merupakan salah satu mekanisme yang sangat penting dalam good corporate

29

governance, dimana kinerjanya menentukan arah dari seluruh sumber daya yang

ada di perusahaan (Sulistyowati, 2017).

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Rapat Umum Pemegang

Saham (X )

Ukuran Dewan Komisaris

(X )

Ukuran Dewan Direksi (X )

Kinerja Keuangan

Perusahaan (ROE)

(Y)