BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep...

28
14 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopause 2.1.1. Pengertian Menopause adalah masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata-rata usia terjadinya menopause secara umum pada usia 40 sampai 58 tahun (Kusmiran, 2011). Menopause adalah periode yang dimulai dengan menurunnya fungsi organ reproduksi (Wahyuningsih, 2009). 1.1.2. Perubahan-perubahan pada Masa Menopause Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause (Lestary, 2010) diantaranya adalah: 1. Perubahan Fisik a. Uterus (rahim) Uterus mengecil yang disebabkan karena atrofi endometrium, hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat interstisial. Serabut otot menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan menonjol.

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

14

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Menopause

2.1.1. Pengertian

Menopause adalah masa berakhirnya siklus

menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa

periode menstruasi. Rata-rata usia terjadinya

menopause secara umum pada usia 40 sampai 58

tahun (Kusmiran, 2011). Menopause adalah periode

yang dimulai dengan menurunnya fungsi organ

reproduksi (Wahyuningsih, 2009).

1.1.2. Perubahan-perubahan pada Masa Menopause

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa

menopause (Lestary, 2010) diantaranya adalah:

1. Perubahan Fisik

a. Uterus (rahim)

Uterus mengecil yang disebabkan karena atrofi

endometrium, hilangnya cairan dan perubahan

bentuk jaringan ikat interstisial. Serabut otot

menebal, pembuluh darah miometrium menebal

dan menonjol.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

15

b. Tuba falopii (saluran telur)

Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek,

menipis dan mengkerut, endosalpingo menipis

mendatar dan silia menghilang.

c. Serviks (mulut rahim)

Serviks akan mengkerut sampai terselubung

oleh dinding vagina, kripta servikal menjadi

atropik, kanalis servikalis memendek, sehingga

menyerupai ukuran serviks fundus pada masa

adolesen.

d. Vagina

Vagina menipis sehingga rugae menghilang,

vaskularisasi berkurang, elastisitas berkurang,

sekret vagina menjadi encer, indeks kario piknotik

menurun, keasaman vagina meningkat sehingga

mudah terjadi infeksi, uretra ikut memendek

sehingga meatus eksternal melemah akibatnya

terjadi uretritis dan pembentukan karankula.

e. Dasar panggul

Kekuatan dan elastisitas menghilang, karena

sifat atrofi dan melemahnya daya sokong

disebabkan prolapsus uterus vaginal.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

16

f. Perineum dan anus

Lemak subkutan menghilang, atrofi, otot

sekitarnya menghilang yang menyebabkan tonus

spinkter melemah dan menghilang.

g. Vesica urinaria

Aktivitas kendali spinkter dan destrusor

menghilang, sehingga sering kencing tanpa sadar.

h. Kelenjar payudara

Diserapnya lemak subkutan, atrofi jaringan

parenkim, lobolkus menciut, stroma jaringan ikat

fibrosa menebal, puting susu mengecil, kurang

erektil, pigmentasi berkurang, sehingga payudara

menjadi datar dan mengendor.

2. Perubahan Fisiologi

Masa menopause ditandai dengan masa transisi

kira-kira lima tahun dari berhentinya fungsi

reproduksi, tetapi secara biologis menopause berarti

berhentinya menstruasi. Dengan berhentinya

menstruasi berarti proses ovulasi atau pembuahan

sel telur juga berhenti. Periode ini dianggap sebagai

masa transisi atau peralihan ke masa tua, yaitu masa

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

17

yang ditandai dengan berkurang dan menurunnya

vitalitas manusia.

Menopause merupakan tahap akhir proses biologi

yang dialami wanita berupa penurunan produksi

hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron

pada indung telur.

Mengenai terjadinya menopause ini, mula-mula

estrogen hanya menghalangi ovulasi atau pelepasan

telur, tetapi menstruasi masih tetap berlangsung,

tetapi makin lama haid menjadi jarang dan akhirnya

akan berhenti.

Di samping itu, penurunan drastis kadar hormon

estrogen dan progesteron akan diikuti berbagai

perubahan fisik seperti kulit mengendur,

inkontinensia pada waktu beraktivitas, dan lainnya.

Dalam jangka panjang, rendahnya kadar hormon

estrogen setelah menopause menimbulkan ancaman

osteoporosis (pengeroposan tulang). Semua gejala

tersebut tergantung pada kadar hormon estrogen

yang ada pada diri seseorang, sehingga bisa

berlangsung sebentar dan bisa pula menetap pada

seseorang.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

18

3. Perubahan Psikologi

Pada wanita yang mengalami menopause,

keluhan yang sering dirasakan antara lain, merasa

cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung, sulit

konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna – tidak

berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami

depresi.

Namun, tidak semua wanita akan mengalami

gangguan psikologis dalam menghadapi menopause,

seperti kecemasan dan ketakutan. Jadi, ada juga

wanita yang tidak merasakan adanya gangguan

pada kondisi psikisnya. Berat ringannya stres yang

dialami wanita dalam menghadapi dan mengatasi

menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana

penilaiannya terhadap menopause. Bagi wanita yang

menilai atau menganggap menopause itu sebagai

peristiwa yang menakutkan dan berusaha untuk

menghindarinya, maka stres akan sulit dihindari.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

19

2.1.3. Gejala dan Tanda Menopause

Menjelang menopause wanita sering tidak

mengetahuinya, tetapi pada akhirnya mereka menyadari

adanya perubahan pada tubuh. Gejala yang sering

dialami oleh wanita menopause (Lestary, 2010),

diantaranya adalah:

1. Perdarahan

Perdarahan akan muncul beberapa kali dalam

rentang beberapa bulan, kemudian berhenti sama

sekali. Menjelang masa menopause terjadi

perubahan pola haid, yang akhirnya akan berhenti

sama sekali.

2. Rasa panas (hot flush)

Munculnya rasa panas dimulai dari wajah hingga

menyebar ke seluruh tubuh, disertai dengan warna

kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa panas

muncul selama 30 detik sampai dengan beberapa

menit, diduga akibat menurunnya kadar estrogen

dalam darah.

3. Insomnia (susah tidur)

Kadar serotonim menurun pada wanita

menopause sebagai akibat dari menurunnya kadar

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

20

estrogen dalam darah. Serotonim berperan dalam

mempengaruhi suasana hati seseorang, sehingga

apabila serotonim menurun menyebabkan seseorang

menjadi mudah depresi dan susah tidur.

4. Kerutan pada vagina

Penurunan estrogen dapat menyebabkan vagina

menjadi kering dan tidak elastis, selain itu juga

munculnya rasa gatal-gatal pada vagina. Perubahan

pada vagina dapat menyebabkan wanita menopause

mudah terserang infeksi dan mengganggu hubungan

seksual.

5. Gejala perkemihan

Gangguan berkemih terjadi akibat penurunan

estrogen, yang menyebabkan penipisan jaringan

kandung kemih dan saluran kemih. Wanita

menopause dapat mengalami gangguan dalam

kontrol air seni, akibatnya sering kencing tanpa

disadari misalnya ketika batuk atau bersin. Wanita

menopause rentan untuk terjadi infeksi pada saluran

kemih.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

21

6. Gejala kecemasan

Gejala kecemasan yang muncul biasanya adalah

cemas, khawatir, bimbang, firasat buruk, takut akan

fikirannya sendiri dan mudah tersinggung, merasa

tegang, tidak tenang, gangguan konsentrasi,

gangguan daya ingat, sakit kepala dan sebagainya.

7. Gejala motorik

Gejala motorik yang sering muncul pada wanita

menopause adalah gemetar, tanpa sadar menggigit

kuku dan bibir, merasa letih setelah melakukan

aktivitas meskipun aktivitas yang ringan.

8. Gejala somatik

Gejala somatik yang muncul pada wanita

menopause adalah berkeringat yang berlebihan,

jantung berdetak lebih kencang, tangan dan kaki

menjadi basah oleh keringat, muka mudah kering,

tangan dan kaki mudah kesemutan, lebih sering

buang air kecil, mual, pusing, muka tampak pucat.

9. Perubahan fisik lain

Perubahan fisik lain yang bisa dialami oleh wanita

menopause baik pada organ reproduksi maupun di

luar organ reproduksi.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

22

10. Sembelit

Seluruh proses metabolisme menurun dengan

bertambahnya usia, kadar estrogen menurun

sehingga tubuh berusaha melakukan adaptasi.

Selain itu penambahan kalsium dan minimnya

konsumsi makanan yang mengandung serat

menyebabkan wanita menopause mengalami

sembelit.

2.1.4. Pencegahan Sindrom Menopause

Gejala menopause dapat dikurangi dengan

melakukan beberapa pencegahan (Proverawati, 2010),

diantaranya adalah:

1. Pengaturan makanan

Kopi, alkohol dan makanan yang pedas

sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan

gejala menopause. Mengkonsumsi kopi berlebihan

dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan

seperti; jantung berdebar, gelisah, sulit tidur, bahkan

mual dan muntah. Alkohol dapat mengubah

kolesterol, bahkan meningkatkan kolesterol.

Pengaturan makanan, juga harus disertai dengan

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

23

perilaku hidup sehat. Salah satunya adalah

mengurangi rokok, hasil penelitian menunjukkan

bahwa wanita perokok terbukti memiliki kadar

estrogen yang lebih rendah.

Wanita menopause dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan yang rendah lemak dan

kacang-kacangan (kedelai, kacang buncis, dan jenis

polongan yang lain). Protein dalam kedelai terbukti

dapat menurunkan kolesterol, bahkan mengandung

isoflavon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

wanita yang teratur mengkonsumsi makanan yang

berbahan dasar kedelai mengurangi resiko terjadinya

keganasan pada organ reproduksi.

2. Suplemen makanan

Wanita menopause mengalami penurunan kadar

estrogen dalam darah secara drastis, akibatnya

resiko osteoporosis meningkat. Kalsium sangat

diperlukan tubuh untuk mencegah terjadinya

osteoporosis, sehingga wanita menopause

dianjurkan untuk mengkonsumsi kalsium dalam

suplemen makanan. Selain kalsium untuk menjaga

agar tidak terjadi osteoporosis adalah dengan

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

24

mengkonsumsi vitamin D, karena vitamin D

membantu absorbsi kalsium yang dikonsumsi dan

mempertahankan kadar kalsium yang tetap normal

dalam tulang. Wanita menopause juga memerlukan

suplementasi vitamin E, karena vitamin E mampu

melindungi dan mempertahankan fungsi sel dari

serangan radikal bebas.

3. Teknik relaksasi

Relaksasi merupakan salah satu cara yang

dapat dilakukan sendiri oleh individu untuk

mengurangi stres, kekalutan emosi, dan bahkan

mampu mereduksi pelbagai gangguan-gangguan

fisiologis dalam tubuh. Melakukan relaksasi dapat

memberikan keuntungan secara fisik dan psikis,

antara lain; memberikan rasa tenang, mengurangi

detak jantung, mengurangi tekanan darah, mengatur

pernafasan, mengurangi atau bahkan terhindar dari

serangan panik, memperlancar aliran darah,

mengurangi pegal, menghilangkan gangguan

somatis, membantu kontrol yang baik jika sedang

emosi, meningkatkan kemampuan konsentrasi.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

25

4. Olahraga

Olahraga teratur minimal 30 menit dalam sehari

dapat memberikan manfaat bagi tubuh dan

mengurangi gejala yang muncul pada masa

menopause. Olahraga yang dilakukan berupa

olahraga ringan, dan tidak melebihi kemampuan fisik.

Rasa percaya diri serta energi dapat ditingkatkan

dengan berolahraga.

5. Cek kesehatan

Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan

lengkap dilakukan untuk mengetahui kemungkinan

wanita menderita berbagai penyakit yang muncul

pada masa menopause.

2.2. Konsep Aktivitas Seksual

2.2.1. Pengertian

Seks mengandung pengertian kelamin secara

biologis, yaitu organ kelamin pria dan perempuan.

Sementara itu, seksualitas mengandung pengertian

segala sesuatu yang berhubungan dengan seks.

Termasuk di dalamnya nilai, orientasi, dan perilaku

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

26

seksual dan bukan semata-mata organ kelamin secara

biologis (Pangkahila, dalam Martaadisoebrata, 2011).

Setiap manusia mempunyai dan merasakan adanya

dorongan seksual. Dorongan seksual adalah suatu

bentuk keinginan yang bersifat erotik yang mendorong

seseorang untuk melakukan aktivitas seksual sampai

kepada hubungan seksual. Dorongan seksual

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

1. Hormon seks, khususnya testosteron. Peranan

hormon ini mulai aktif pada masa remaja.

2. Rangsangan seksual yang diterima

3. Keadaan kesehatan tubuh secara umum

4. Faktor psikososial

5. Pengalaman seksual sebelumnya

Jika faktor-faktor tersebut mendukung, dorongan

seksual akan tetap baik (Pangkahila, dalam

Martaadisoebrata, 2011).

Aktivitas seksual adalah segala bentuk perilaku yang

memberikan rangsangan seksual sehingga

menimbulkan reaksi seksual, misalnya ciuman, rabaan,

atau seks oral. Hubungan seksual atau senggama

mempunyai pengertian yang khusus, yaitu masuknya

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

27

penis ke dalam vagina (Pangkahila, dalam

Martaadisoebrata, 2011).

Aktivitas seksual adalah segala tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini

dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik,

hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan

senggama maupun berimajinasi (Potter & Perry, 2005).

2.2.2. Identitas Seksual

Identitas seksual adalah pengenalan dasar tentang

seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan

dengan kondisi biologis, yaitu kondisi anatomis dan

fisiologis, organ seks, hormon, dan otak dan saraf

pusat. Identitas gender berkaitan dengan aspek

psikologis, yaitu bagaimana seseorang memutuskan

menafsirkan identitas seksual untuk dirinya atau citra

diri seksual (sexual self-image) dan konsep diri.

Secara singkat, identitas seksual seseorang bisa

dilihat dari kemampuan memahami sexual identity

(identitas kelamin) yakni kesadaran individu mengenai

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

28

pemahaman akan jenis kelaminnya secara biologis

yang kedua kemampuan memahami gender identity

(identitas jenis kelamin) yakni kesadaran akan jenis

kelamin kepribadiannya yang dibentuk oleh ciri-ciri fisik

yang diperoleh dari seks biologis yang saling

berhubungan dengan perilaku atau pengalaman di

lingkungan sekitar. Yang ketiga, identitas seksual

seseorang bisa dilihat dari kemampuan memahami

gender role behaviour (perilaku peranan jenis kelamin)

yakni semua yang dikatakan dan dilakukan seseorang

yang menyatakan bahwa dirinya itu seorang pria

ataupun wanita.

2.2.3. Dimensi Seksual

Dimensi seksual menurut Andarmoyo (2012) adalah

sebagai berikut:

1. Dimensi sosiokultural

Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan

peraturan kultural yang berada dalam lingkungan

masyarakat. Norma dan peraturan ini akan menjadi

batasan apakah perilaku yang dijalankan bisa

diterima di dalam komunitas kultur tersebut ataupun

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

29

tidak. Keragaman kultural secara global menciptakan

variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual

dan menghadirkan spektrum tentang keyakinan dan

nilai yang luas, misalnya termasuk cara dan perilaku

yang diperbolehkan selama berpacaran, apa yang

dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi

dan larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa

seseorang menikah, dan siapa yang diizinkan untuk

menikah. Sirkumsisi pada pria dan wanita adalah

contoh tradisi seksual kultural. Sirkumsisi pria adalah

pengangkatan prepusium atau kulup di atas gland

penis, selain untuk alasan higienis, juga sebagai

simbol keagamaan atau identitas etnik bagi

masyarakat tertentu. Sedangkan, sirkumsisi pada

wanita pada sebagian komunitas adalah suatu

warisan tradisi yang sangat lekat dalam budaya

kultural pada beberapa negara, terutama komunitas

kultural Islam.

Perilaku seksual serupa dengan perilaku sosial

lainnya. Seseorang akan berperilaku sesuai dengan

aturan dan norma yang digariskan dalam budaya

kultur tersebut. Hal ini bertujuan agar keberadaan

mereka dihargai dalam bertindak dan berperilaku.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

30

Mereka cenderung bermain sesuai aturan ketika

memilih seseorang untuk melakukan hubungan seks

dan ketika memilih seseorang untuk dinikahi,

bagaimana seseorang memahami aspek dunia

mereka bergantung pada siapa mereka secara sosial

dan dalam lingkungan sosial seperti apa mereka

tinggal. Lingkungan atau masyarakat dan agama

tertentu mendorong atau melarang pola seksualitas

tertentu.

Secara ringkas, setiap masyarakat memainkan

peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai dan

sikap seksual, juga dalam membentuk atau

menghambat perkembangan dan ekspresi seksual

anggotanya. Peraturan ini menjadi bagian integral

dari cara berpikir individu dan menggarisbawahi

perilaku seksual, termasuk, misalnya saja,

bagaimana seorang menemukan pasangan

hidupnya, seberapa sering mereka melakukan

hubungan seks, dan apa yang mereka lakukan ketika

mereka berhubungan seks.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

31

2. Dimensi agama dan etik

Seksualitas juga berkaitan dengan standar

pelaksanaan agama dan etik. Ide pelaksanaan

seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan

seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan

keputusan seksual, spektrum sikap yang ditunjukkan

pada seksualitas di rentang dari pandangan

tradisional tentang hubungan seks hanya dalam

perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan

individu menentukan apa yang benar bagi dirinya.

Keputusan seksual yang melewati batas kode etik

individu dapat mengakibatkan konflik internal.

Michael et. al. (1994) dalam Andarmoyo (2012)

salah satu risetnya membagi responden menjadi tiga

kategori dengan dasar sikap dan keyakinan. Individu

yang masuk ke dalam kategori tradisional

mengatakan bahwa keyakinaan keagamaan mereka

selalu memberikan pedoman perilaku seksual

mereka. Dalam kategori ini, homoseksualitas, aborsi,

dan hubungan seks pranikah dan di luar nikah selalu

dianggap salah. Kategori relasional berkeyakinan

bahwa seks harus menjadi bagian dari hubungan

saling mencintai, tetapi tidak harus terjadi dalam

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

32

perkawinan. Kategori rekreasional mengatakan

bahwa kebutuhan seks tidak ada kaitannya dengan

cinta.

3. Dimensi psikologis

Banyak keyakinan dan sikap kita mengenai

perkembangan psikologis, moral, dan psikoseksual

wanita dan pria didasarkan pada teori dari Freud,

Erikson, dan Kholberg telah menentang asumsi ini.

Mereka menyatakan bahwa diri wanita didefinisikan

oleh hubungan dengan orang sementara diri pria

didefinisikan oleh perpisahan dan individualisi.

Seksualitas bagaimanapun mengandung

perilaku yang dipelajari. Sesuatu yang sesuai dan

dihargai, dipelajari sejak dini dalam kehidupan

dengan mengamati perilaku orang tua. Orang tua

biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama

pada anak-anaknya. Mereka sering mengajarkan

seksualitas melalui komunikasi yang halus dan non-

verbal. Seseorang memandang diri mereka sebagai

makhluk seksual berhubungan dengan tubuh dan

tindakan mereka, pesannya sering berbeda sesuai

gender. Riset telah rnenunjukkan bahwa orang tua

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

33

cenderung memperlakukan anak-anak perempuan

dan laki-laki secara berbeda, misalnya mendekorasi

kamar mereka secara berbeda. Mereka memberikan

dorongan dan penghargaan kepada anak laki-laki

yang melakukan eksplorasi dan yang mandiri,

sedangkan anak perempuan sering didorong untuk

menjadi penolong dan meminta bantuan. Baik ibu

maupun ayah juga cenderung mempertegas

permainan sesuai jenis kelamin pada anak-anak

prasekolah mereka.

Secara singkat, orang tua memperlakukan anak-

anak mereka secara berbeda berdasarkan gender.

Variasi seperti ini menyebabkan sebagian perbedaan

gender teramati. Namun demikian, juga

memungkinkan bahwa sebagian perbedaan gender

ditemukan secara biologis.

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksualitas

Keinginan seksual beragam diantara individu. Faktor-

faktor yang mempengaruhi seksualitas seseorang

(Potter&Perry, 2005) diantaranya adalah:

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

34

1. Faktor Fisik

Seseorang dapat mengalami penurunan keinginan

seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual dapat

menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan

hanya membayangkan bahwa seks dapat

menyakitkan saja, sudah menurunkan keinginan

seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan

seseorang untuk tidak merasakan seksual. Citra

tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh

perasaan penolakan atau pembedahan yang

mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan

seseorang kehilangan perasaannya secara seksual.

2. Faktor Hubungan

Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan

perhatian seseorang dari keinginan seks. Tingkat

seberapa jauh mereka masih merasa dekat satu

sama lain dan berinteraksi pada tingkat intim

bergantung pada kemampuan mereka untuk

bernegosiasi dan berkompromi. Keterampilan seperti

ini memainkan peran yang sangat penting ketika

menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan.

Penurunan minat dalam aktivitas seksual dapat

mengakibatkan ansietas hanya karena harus

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

35

mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa

yang diterima atau menyenangkan.

3. Faktor Gaya Hidup

Penggunaan atau penyalahgunaan alkohol atau

tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan

dalam berhubungan, dapat mempengaruhi keinginan

seks. Sebagian orang tidak mengetahui bagaimana

menetapkan waktu bekerja dan di rumah untuk

mencakupkan perilaku seksual. Misalnya pada

pasangan yang bekerja, mungkin merasa terlalu

terbeban sehingga mereka merasa cumbuan seksual

dari pasangannya sebagai tuntutan tambahan bagi

mereka. Individu seperti ini sering mengungkapkan

bahwa mereka perlu waktu untuk menyendiri untuk

berpikir dan istirahat sebagai hal yang lebih penting

dari seks.

4. Faktor Harga Diri

Tingkat harga diri seseorang juga dapat

menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas.

Jika harga diri seksual tidak pernah dipelihara

dengan mengembangkan perasaan yang kuat

tentang seksual-diri dan dengan mempelajari

keterampilan seksual, seksualitas mungkin

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

36

menyebabkan perasaan negatif atau menyebabkan

tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat

menurun dalam banyak cara. Rendahnya harga diri

seksual dapat juga diakibatkan oleh kurang

adekuatnya pendidikan seks, peran yang negatif, dan

upaya untuk hidup dalam pengharapan pribadi.

2.2.5. Aktivitas Seksual pada Masa Menopause

Kekurangan estrogen dan progesteron dapat

menurunkan libido wanita dengan menciptakan

perubahan-perubahan fisik yang secara sederhana

membuat tindak senggama kurang nikmat. Kekeringan

dan penipisan dinding vagina dapat menimbulkan

ketidaknyamanan fisik selama senggama, sebagaimana

kejang otot vagina. Perubahan dalam fungsi saraf dapat

mematikan rasa di bagian-bagian tubuh yang biasanya

peka, dan perubahan dalam sirkulasi darah dapat

menurunkan respon fisik jika timbul rangsangan, yang

menjadikannya makin sulit untuk mencapai orgasme

(Northrup, 2006).

Beberapa penelitian ginekologi membuktikan bahwa

kadar estrogen yang cukup merupakan faktor terpenting

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

37

untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah

vagina dari kekeringan sehingga tidak menimbukan

nyeri saat bersenggama. Wanita dengan kadar estrogen

50pg/ml, lebih banyak mengeluh masalah seksual seerti

vagina kering, perasaan terbakar, gatal, dan sering

keputihan. Akibat cairan vagina berkurang, umumnya

wanita mengeluh sakit saat senggama sehingga tidak

mau lagi melakukan hubungan seks. Nyeri senggama

ini akan bertambah buruk apabila hubungan seks makin

jarang dilakukan, yang terpenting adalah melakukan

hubungan seks secara teratur agar elastisitas vagina

tetap dapat dipertahankan sehingga rasa sakit saat

senggama dapat diatasi dan orgasme dapat tercapai

saat berhubungan seksual. Libido/dorongan seksual

juga mempengaruhi aktivitas seksual di usia

menopause, akan tetapi hal tersebut sangat dipengaruhi

oleh faktor seperti perasaan, lingkungan, dan faktor

hormonal (Baziad, 2003).

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

38

2.2.6. Perubahan Respon Seksual pada Wanita Menopause

Tabel 2.1 Perubahan Respon Seksual

Fase Respon Seksual

Respon Seksual Wanita Dewasa

Respon Seksual Wanita Menopause

Fase Perangsangan (arousal)

Klitoris menegang karena rangsangan sehingga meningkatkan gairah seksual.

Mengalami penurunan gairah seksual karena terjadi perubahan pada genetalia, yaitu atropi labia mayora dan ukuran klitoris menurun.

Fase datar (Plateu)

Terjadi lubrikasi pada vagina, diikuti payudara membesar dan putting menegang.

Penurunan lubrikasi vagina karena kelenjar Bartholin mengalami atropi. Penurunan lubrikasi pada vagina mengakibatkan kemungkinan terjadi infeksi dan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa panas saat berhubungan dan nyeri.

Fase Orgasme (orgasm)

Mencapai puncak gairah seksual, terjadi dalam waktu singkat.

Lubrikasi baru terjadi kurang lebih 5 menit atau bisa juga menjadi lebih lama. Penurunan vasokongesti dan lubrikasi pada vagina menyebabkan kekeringan pada vagina sehingga mengakibatkan nyeri saat berhubungan seksual dan gangguan orgasme.

Fase Resolusi (resolution)

Setelah orgasme berkahir, wanita kembali dalam keadaan normal secara perlahan.

Setelah orgasme berakhir, wanita merasa lebih cepat kembali dalam keadaan normal.

Sumber: Andarmoyo, 2012; Azizah, 2011.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

39

2.2.7. Hambatan Aktivitas Seksual pada Masa Menopause

Pada usia menopause, terdapat berbagai hambatan

untuk melakukan aktivitas seksual yang dapat dibagi

menjadi hambatan eksternal dan hambatan internal

(Azizah, 2011).

1. Hambatan eksternal

Merupakan hambatan aktivitas seksual yang

datang dari lingkungan, biasanya berupa pandangan

sosial (mitos negatif), yang menganggap bahwa

aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan setelah

mengalami menopause (Azizah, 2011).

2. Hambatan internal

Merupakan hambatan aktivitas seksual yang

terutama berasal dari subyek lanjut usia sendiri.

Hambatan internal psikologik sering kali sulit

dipisahkan secara jelas dengan hambatan eksternal.

Seringkali seseorang yang sudah mengalami

menopause sudah merasa tidak bisa dan tidak

pantas berpenampilan untuk bisa menarik lawan

jenisnya (Azizah, 2011).

Hambatan internal psikologik di usia menopause

disebabkan karena kurangnya informasi dan

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

40

pengetahuan tentang dampak penurunan fungsi

reproduksi terhadap penurunan respon seksual masa

menopause, yang sebenarnya dapat diperoleh

melalui program pelayanan kesehatan reproduksi di

fasilitas kesehatan, sehingga mengakibatkan

terjadinya kecemasan, depresi, dan stres saat

menghadapi usia menopause (Varney, 2004).

Hambatan internal yang lain yaitu berupa masalah

fisik. Aktivitas seksual di usia menopause bagi

sebagian wanita mengalami perubahan berupa

penurunan aktivitas seksual. Hal ini dikaitkan dengan

penurunan fungsi seksual yang berupa kekeringan

vagina, dyspareuni (sakit/nyeri saat bersenggama),

berkurangnya elastisitas vagina, berkurangnya

lubrikasi (perlendiran) saat bersenggama. Penurunan

fungsi tersebut akan menimbulkan penolakan untuk

melakukan aktivitas seksual yang pada umumnya

timbul oleh rasa nyeri saat berhubungan seksual,

ketidaknyamanan saat berhubungan seksual yang

timbul karena ketakutan oleh rasa sakit saat

bersenggama dan menurunnya dorongan/hasrat

seksual (Northrup, 2006).

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Menopauserepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9042/3/T1_462009045_BAB II.pdf · seks diri secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi

41

2.3. Perspektif Teoretis

Skema 2.1

Perspektif Teoretis

Sumber: Andarmoyo, 2012; Lestary, 2010; Northrup, 2006; Proverawati, 2010; Varney, 2004.

Keterangan :

: Tidak Diteliti

: Diteliti

Perubahan fisik

Perubahan

psikologi

Hambatan

aktivitas seksual

Perubahan respon seksual

Aktivitas seksual

Perubahan

fisiologi

Menopause

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

aktivitas seksual