BAB II TINJAUAN TEORETIS antenatal merupakan bentuk ...€¦ · 1. Wanita hamil sampai akhir...

30
17 BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pelayanan Antenatal Care (ANC) 2.1.1.1 Definisi Pelayanan Antenatal Care (ANC) Pelayanan antenatal merupakan bentuk pelayanan yang dapat mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi kehamilan dapat dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2000). Dalam hal ini pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas Puskesmas (Depkes R.I., 1997). 2.1.1.2 Tujuan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Pelayanan antenatal care bertujuan untuk pengawasan terhadap wanita hamil, menyiapkan ibu hamil sebaik baiknya secara fisik maupun

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORETIS antenatal merupakan bentuk ...€¦ · 1. Wanita hamil sampai akhir...

17

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pelayanan Antenatal Care (ANC)

2.1.1.1 Definisi Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan antenatal merupakan bentuk

pelayanan yang dapat mencegah adanya

komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan

bahwa komplikasi kehamilan dapat dideteksi

sedini mungkin serta ditangani secara memadai

(Saifuddin, dkk., 2000). Dalam hal ini pelayanan

antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada ibu selama masa

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan

antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku

Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas

Puskesmas (Depkes R.I., 1997).

2.1.1.2 Tujuan Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan antenatal care bertujuan untuk

pengawasan terhadap wanita hamil, menyiapkan

ibu hamil sebaik baiknya secara fisik maupun

18

mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam

kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga

keadaan ibu dan bayi postpartum sehat dan

normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental.

Salah satu Penyebab langsung yang

ditetapkan dalam seminar Loka Karya Aliansi Pita

Putih 2008 sebagai faktor utama yang

menyebabkan kematian ibu (maternal) adalah

Pelayanan Antenatal care yang tidak memadai.

Lingkup pelayanan antenatal merupakan sarana

yang dapat membantu ibu selama proses

kehamilannya berlangsung. Dalam hal ini pada

pelayanan antenatal tidak hanya sekedar

pemeriksaan kehamilan biasa, tetapi ibu dibantu

untuk mempersiapkan proses persalinan yang

sehat, diberikan informasi seputar kehamilan yang

sehat dan tidak sehat serta kelangsungan

perawatan bayi pascah persalinan.

Wiknjosastro (1994 :154) menegaskan lagi

bahwa antenatal care harus diusahakan agar:

19

1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan

sekurang-kurangnya harus sama sehatnya

atau lebih sehat.

2. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus

ditemukan sejak dini dan diobati.

3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi

yang dilahirkan sehat fisik dan metal.

Saifuddin, dkk (2000 : 90) juga merumuskan

beberapa tujuan antenatal yaitu:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk

memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh

kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan

kesehatan fisik, mental, dan sosial Ibu dan

bayi

3. Mengenali secara dini adanya

ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan

dan pembedahan.

20

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,

melahirkan dengan selamat, Ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga

dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal .

Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk

memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu

maupun bayinya dengan jalan menegakkan

hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi

komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam

jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan

pendidikan. Asuhan antenatal penting untuk

menjamin proses alamiah dari kehamilan berjalan

normal dan tetap demikian seterusnya. Kehamilan

dapat berkembang menjadi masalah atau

komplikasi setiap saat (Pengembangan

Perawatan Ibu di Pusat Kesehatan Masyarakat,

Depkes RI : 81). Pada umumnya tujuan Antenatal

di berbagai sumber sama yaitu memiliki tujuan

untuk mensejahtrahkan ibu selama kehamilannya

berlangsung serta memantau tanda tanda

21

komplikasi kehamilan yang mungkin muncul

selama proses kehamilan tersebut berlangsung

dan membuat kehamilan yang dijalani ibu kurang

sehat serta membahayakan ibu dan calon bayi.

Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau

melalui kunjungan baru ibu hamil (K1) atau

disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil

sesuai standar paling sedikit empat kali dengan

distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali

pada triwulan dua dan dua kali pada triwulan

ketiga (K4) untuk melihat kualitas. Pelayanan K1

adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi

ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan

oleh tenaga kesehatan terampil (Dokter, Bidan,

dan Perawat). Ibu hamil (K4) adalah ibu hamil

yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai

standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi

pemberian pelayanan minimal satu kali pada

triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua

dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan

(Profil Kesehatan Propinsi NTT 2007 : 48)

22

Cakupan Kunjungan ibu hamil K4 adalah

cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh

pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan stándar

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Contohnya, Cakupan Kunjungan ibu hamil K4 =

Jumlah Kunjungan Ibu Hamil K4 dibagi jumlah

sasaran ibu hamil dalam satu tahun x 100 %

(dalam www.dinkesjambi.com/profilkesehatan5d.

phd. diakses pada tanggal 3 maret 2011).

2.1.1.3 Kebijaksanaan Program Pelayanan

Antenatal Care (ANC)

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan

paling sedikit 4 kali selama kehamilan: satu kali

pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan

kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga.

Pelayanan/asuhan standar minimal “7T”: (Timbang)

berat badan, Ukur (Tekanan) darah, Ukur (Tinggi)

fundus uteri, Pemberian Immunisasi (Tetanus

Toksoid) TT lengkap, pemberian Tablet zat besi,

minimum 90 tablet selama kehamilan, Tes terhadap

Penyakit Menular Seksual, dan Temu wicara dalam

23

rangka persiapan rujukan (Saifuddin, dkk., 2000 :

90).

Dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan Ibu hamil telah dikembangkan Strategi

Menyelamatkan Persalinan Sehat (Making

Pregnancy Safe) yakni sebuah inisiatif yang

dicanangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

pada tahun 2000. Ini merupakan komitmen untuk

mengurangi beban global akibat kematian,

kesakitan, dan kecacatan yang tidak perlu terjadi,

yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan,

persalinan, dan selama nifas. Making Pregnancy

Safer (MPS) mengharapkan agar ibu hamil,

melahirkan dan dalam masa setelah persalinan

(post natal) mempunyai akses terhadap tenaga

kesehatan yang terlatih, yaitu profesi kesehatan

yang terakreditasi (seperti bidan, dokter, atau

perawat) yang telah menempuh pendidikan dan

dilatih untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan

yang dibutuhkan dalam mengelola kehamilan

normal (tanpa komplikasi), persalinan dan periode

segera setelah melahirkan dan dalam

24

pengidentifikasian, pengelolaan dan rujukan atas

komplikasi yang diderita oleh ibu dan anak.

Strategi MPS meliputi tiga pesan kunci, yakni

setiap persalinan harus ditolong tenaga medis,

setiap komplikasi persalinan harus ditangani tenaga

adekuat (dokter ahli) dan setiap wanita usia subur

harus mempunyai akses pencegahan kehamilan

dan penanganan komplikasi keguguran. Pada

pelaksanaannya, strategi ini terbentur pada

keterbatasan jumlah tenaga yang berkualitas dan

berbagai kendala lainnya (Pedoman Kontribusi

Penting Menyelamatkan Persalinan Sehat dan

Buku KIA, Afiliasi Departement of Maternity, 2006).

2.1.1.4 Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care

(ANC)

Ilmu kebidanan atau obstetric merupakan

bagian dari Ilmu Kedokteran yang khusus

mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan

lahirnya bayi. Dengan demikian yang menjadi obyek

ilmu ini ialah kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi

yang baru dilahirkan. Pelayanan kebidanan menurut

25

Wiknjosastro, dkk, (1994:3-4) sangat terbatas.

Diantaranya :

1. Pengawasan serta penanganan wanita dalam

masa hamil dan pada waktu persalinan.

2. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah

persalinan.

3. Perawatan bayi yang baru lahir.

4. Pemeliharaan laktasi

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

(Pusdiknakes) dalam (Panduan Pengajaran Asuhan

Kebidanan FIsiologis Bagi Dosen Diploma III,

Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2001) menetapkan

bahwa untuk bisa membantu seorang ibu melalui

kehamilan dan persalinan yang sehat bidan harus :

a. Membantu ibu dan keluarganya untuk

mempersiapkan kelahiran dan mengatasi keadaan

darurat

b. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya serta

masyarakat untuk mempersiapkan suatu rencana

kelahiran, termasuk mengidentifikasi seorang

penolong dan tempat bersalin, serta perencanaan

tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan

26

c. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan

masyarakat dalam mempersiapkan suatu rencana

bila terjadi komplikasi, meliputi:

1. Identifikasi kemana harus pergi dan bentuk

transportasi untuk mencapai tempat tersebut

2. Membuat rencana penyediaan donor darah

3. Mengadakan rencana persiapan finansial

4. Mengidentifikasi seorang pembuat

keputusan kedua bila pembuat keputusan

pertama tidak ada di tempat.

d. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi

yang timbul selama kehamilan, apakah itu bersifat

medis, bedah atau obstetrik.

e. Meningkatkan dan memantapkan kesehatan fisik,

mental dan sosial ibu serta bayi dengan

menyediakan pendidikan, suplementasi serta

immunisasi.

f. Membantu mempersiapkan ibu untuk pemberian

Air Susu Ibu yang lancar, menjalani masa nifas

yang normal, serta menjaga kesehatan anak

secara fisik, psikologis dan sosial.

27

Informasi penting yang ditetapkan

Pusdiknakes (WHO,JHPIEGO,2001) dalam

kunjungan ibu hamil pada trimester pertama, atau

sebelum minggu ke 14, yaitu :

a. Membangun hubungan saling percaya antara

bidan dan ibu agar supaya hubungan

penyelamatan jiwa bisa dibina bilamana perlu.

b. Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum

menjadi bersifat mengancam jiwa.

c. Mencegah masalah seperti neonatal tetanus,

anaemia kekurangan zat besi, penggunaan

praktek tradisional yang merugikan.

d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan

untuk menghadapi komplikasi, dan

e. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan

dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)

Informasi penting yang diberikan dalam

kunjungan ibu hamil pada trimester kedua, atau

sebelum minggu ke 28, yakni sama seperti dalam

kunjungan pada trimester pertama, ditambah

kewaspadaan khusus mengenai PIH (Pregnancy

Induced Hypertension) (ibu diberikan pertanyaan

28

mengenai gejala PIH, pantau tekanan darahnya,

evaluasi edemanya, periksa untuk mengetahui

protein/urine).

Informasi penting yang diberikan dalam

kunjungan ibu hamil pada trimester ketiga, atau

antara minggu ke 28 dengan 36, yakni sama seperti

dalam kunjungan pada trimester sebelumnya,

ditambah palpasi abdomen untuk mengetahui

apakah ada kehamilan ganda. Informasi penting

yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil pada

trimester keempat, atau setelah 36 minggu, yakni

sama seperti dalam kunjungan pada trimester

sebelumnya, ditambah pendeteksian letak bayi yang

tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan

kelahiran di rumah sakit (Pusdiknakes-WHO-

JHPIEGO, 2001).

2.1.2 Konsep Kehamilan

2.1.2.1 Defenisi Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280

hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

29

pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3

triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat

sampai 6 (enam) bulan, triwulan ketiga dari bulan

ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, dkk., 2000 : 89).

Kehamilan harus dibedakan dengan keadaan

atau penyakit yang dalam pemeriksaan kehamilan

diragukan, atau sebagai diagnosis banding

kehamilan menurut (Mochtar, dkk.,1998 : 45 – 46)

seperti :

1. kehamilan palsu (pseudocyesis = kehamilan

spuria): Gejala dapat sama dengan kehamilan,

seperti amenorea : tidak ada atau terhentinya

haid secara abnormal (Kamus Kedokteran

Dorland :38), perut membesar, mual, muntah, air

susu keluar, dan wanita dapat merasakan

gerakan janin. Namun pada pemeriksaan, uterus

tidak membesar, tanda- tanda kehamilan lain dan

reaksi kehamilan negatif. Penyebab yang paling

sering dijadikan alasan utama yaitu karena

gangguan psikologis, seorang wanita mempunyai

keinginan yang kuat untuk hamil serta

30

menyimpulkan sendiri perubahan-perubahan

kecil pada dirinya sebagai suatu kehamilan, serta

didukung oleh hasil tes positif (tapi masih

dinyatakan false positif = positif palsu) (dalam

http://doktersehat.com/kehamilan-palsu-

pseudocysis/ diakses 26 Oktober 2011)

2. Mioma Uteri : Perut dan rahim membesar, namun

pada perabaan, rahim terasa padat, terasa

seperti berbenjol–benjol. Tanda kehamilan

negatif dan tidak dijumpai tanda–tanda

kehamilan lainnya.

3. Kista Ovarii : Perut membesar dan dapat

bertambah besar , namun pada pemeriksaan

dalam rahim teraba sebesar biasa. Reaksi

kehamilan negatif, tanda – tanda kehamilan lain

negatif.

4. Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin :

pada pemasangan kateter keluar banyak air

kencing.

5. Hematometra: Uterus membesar karena terisi

darah yang disebabkan himen inperforata,

stenosis vagina atau serviks.

31

Pada dasarnya kehamilan merupakan proses

fisiologis yang terjadi dalam kehidupan wanita dan

memiliki serangkaian gejala yang hampir sama atau

bahkan sama dengan beberapa kemungkinan

kejadian yang lainnya. Proses kehamilan merupakan

sebuah proses yang pasti didukung dengan gejala

dan tanda tanda yang dapat dibuktikan hasilnya.

2.1.2.2 Defenisi Maternal (Ibu Hamil)

Gravida atau wanita hamil (Kamus

Kedokteran Dorland :483) dapat dikatakan sedang

memasuki periode kehamilan apabila ibu melakukan

tes kehamilan : semua jenis tes yang dapat

mendeteksi keberadaan human chorionic

gonadotropin (HCG). Deteksi dini kehamilan oleh

seorang wanita dapat memungkinkan perawatan

dimulai sejak dini. Human chorionic gonadotropin

dapat diukur dengan radioimunoesai dan dideteksi

dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar

20 hari sejak periode menstruasi terakhir (LMP : last

menstrual period). Keberadaan hormon ini dalam

urine pada awal kehamilan merupakan dasar

32

berbagai tes kehamilan bagi seluruh gravida di

laboratorium serta dapat dideteksi dalam urine 14

hari setelah konsepsi (Ganong, 1989 : 104).

2.1.2.3 Tanda Kehamilan

Beberapa perubahan fisiologis tubuh selama

masa kehamilan dikenal sebagai tanda kehamilan.

(Cunningham,dkk., 1995) menetapkan dua kategori

tanda kehamilan yakni tanda presumtif : perubahan

yang dirasakan wanita, tanda kemungkinan:

perubahan yang bisa di observasi oleh pemeriksa.

Bobak, dkk, (2004) menetapkan 3 tanda kehamilan,

dan tanda terakhir yang di tetapkan adalah tanda

positif atau tanda pasti.

a. Bukti presumtif kehamilan (Cunningham, dkk.,

1995 : 16) didasarkan pada gejala dan tanda

tanda subyektif, antara lain :

1. Mual dengan atau tanapa muntah.

2. Gangguan kencing.

3. Keletihan.

4. Merasakan gerakan janin.

33

Tanda tandanya meliputi berhentinya

menstruasi, perubahan anatomik di payudara,

perubahan warna mucosa vagina, pigmentasi

kulit meningkat dan pembentukan stria

abdominal , keyakinan seorang wanita terhadap

kehamilannya.

b. Bukti kemungkinan kehamilan (Cunningham,

dkk., 1995 : 17) gejala-gejalanya antara lain

1. Pembesaran abdomen: setelah 12 minggu

kehamilan, uterus dapat diraba melalui

dinding abdomen tepat diatas tulang simfisis

dan terasa sebagai tumor. Kemudian uterus

secara bertahap bertambah besar sampai

akhir kehamilan. Umumnya pembesaran

abdomen selama usia subur pada wanita,

secara kuat mengesankan kehamilan.

2. Perubahan bentuk ukuran uterus, dan

konsistensi terus ( setelah beberapa minggu

pertama kehamilan korpus uteri (badan

rahim) hampir membulat dan diameter uterus

rata-rata 8 cm dicapai pada kehamilan 12

minggu. Pada pemeriksaan bimanual, korpus

34

uteri selama kehamilan teraba liat atau elastis

dan terkadang menjadi sangat lunak).

3. Perubahan antomis serviks : pada kehamilan

6-8 minggu serviks sering menjadi sangat

lunak. Ketika kehamilan semakin tua, kanalis

seriviks dapat menjadi cukup longgar

sehingga memungkinkan ujung jari pemeriksa

masuk.

4. Kontraksi Braxton Hicks: uterus mengalami

kontraksi yang dapat diraba tanpa disertai

nyeri dengan interval yang teratur mulai dari

masa kehamilan dini. Kontraksi ini dapat

bertambah jumlah serta amplitudonya jika

uterusnya di massage : tindakan terarah

dengan menggesek, mengusap,memijat

bagian tubuh ( Kamus Kedokteran Edisi 2000

: 211).

5. Balotemen: Mendekati pertengahan

kehamilan, ketukan yang ditimbulkan untuk

mengecek janin dalam amnion dan dirasakan

oleh jari jari pemeriksa, (6) gambaran fisik

janin dan (7) Hasil uji Endokrin : tes adanya

35

HCG ( human chorionic gonadotropin) dalam

plasma ibu dan ekskresinya dalam urine.

c. Bukti positif kehamilan (Bobak, dkk., 2004 : 107)

antara lain

1. Sonografi/ ultrasonography: Gambaran struktur

dalam tubuh dengan mencatat gema pulsa

gelombang ultrasonik yang diarahkan kedalam

jaringan (Kamus kedokteran Dorland : 1133 ),

2. bunyi detak jantung janin (DJJ)

3. Pemeriksa melihat dan merasakan gerakan

bayi.

2.1.2.4 Kematian Ibu Maternal

Kematian maternal adalah kematian wanita

sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari

sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung

dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh

apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau

penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau

oleh penyebab tambahan lainnya (Wiknjosastro,

dkk.,1994: 22). Dalam bukunya Ilmu Kebidanan edisi

ketiga cetakan kelima Wiknjosastro (1999 : 7)

36

mengatakan ukuran yang dipakai untuk menilai baik

buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity

care) dalam suatu negara atau daerah ialah

kematian maternal (maternal mortality), kemudian

berdasarkan defenisi kematian maternal diatas

Wiknjosastro mengelompokan golongan kematian

maternal. Diantaranya adalah :

1. kematian obstetrik langsung (direct obstetric

death)

2. kematian obstetrik tidak langsung (indirect

obstetric death)

3. kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak

berhubungan dengan kehamilan dan

persalinan, misalnya kecelakaan.

Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh

komplikasi selama masa kehamilan, proses

persalinan, masa nifas, atau penanganannya. Di

negara-negara sedang berkembang sebagian besar

penyebab ini adalah perdarahan, infeksi, gestosis, dan

abortus. Kematian tidak langsung disebabkan oleh

penyakit atau komplikasi lain yang sudak ada sebelum

kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi,

37

penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria

dan lain-lain. Kematian maternal ini merupakan

suatu kejadian yang harus di waspadai oleh setiap

individu baik sebagai ibu hamil, sebagai petugas pada

pelayanan kebidanan maupun sebagai keluarga atau

masyarakat yang ikut menjaga kesejahtraan ibu hamil

tersebut. Damayanti (2009) menambahkan salah satu

faktor yang paling mempengaruhi tingginya angka

kematian ibu adalah sikap dan perilaku ibu itu sendiri

selama hamil dan didukung oleh pengetahuan ibu

terhadap kehamilannya, serta kurangnya partisipasi

masyarakat yang disebabkan tingkat pendidikan ibu

yang rendah dan kedudukan sosial budaya yang tidak

mendukung. Jika ditarik lebih jauh beberapa perilaku

tidak mendukung tersebut juga bisa membawa resiko-

resiko terhadap kejadian kematian maternal. Kematian

Seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap

kesehatan dan kelangsungan perkembangan anaknya

dan juga mempengaruhi keluarga yang mendidik serta

membantu proses perkembangan anak yang

dilahirkan tersebut, Kematian seorang ibu mempunyai

dampak yang lebih luas sampai diluar lingkungan

38

keluarganya yang dimaksud disini adalah ibu adalah

seorang pekerja produktif yang hilang, yang mampu

memelihara dan membimbing generasi penerus,

merawat lanjut usia dan mampu menyumbang

stabilitas di masyarakat (Keselamatan Ibu, 1999 dalam

http://www.path.org/files/Indonesian_16-special.

diakses pada tanggal 26 oktober 2011).

2.1.3 Determinan Perilaku

Green (1980), mencoba menganalisis perilaku

manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa

kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi

oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior

causes) (Notoatmodjo, 1993: 102-103). Perilaku itu

sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor,

yakni :

a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan

sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan

kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang

39

dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat

dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku

kesehatan, misalnya pemeriksaan kehamilan bagi

ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran

ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik

bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di

samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi,

sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong

atau menghambat ibu untuk periksa hamil,

misalnya orang hamil tidak boleh disuntik (periksa

hamil termasuk memperoleh suntikan anti

tetanus), karena suntik bisa menyebabkan anak

cacat. Karena faktor ini terutama yang positif

mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering

disebut faktor pemudah.

2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan

sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan

40

sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit,

Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa,

Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan

sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut: untuk berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung,

misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan

tersebut di atas, ibu hamil yang mau periksa hamil

tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat

periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan

mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau

tempat periksa hamil; misalnya Puskesmas,

Polindes, Bidan Praktek, ataupun Rumah Sakit.

Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-

faktor ini disebut faktor pendukung.

3. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama

(toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk

petugas kesehatan. Termasuk juga di sini

41

Undang-Undang, peraturan-peraturan baik dari

Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait

dengan kesehatan. Hal ini dapat dijelaskan

sebagai berikut: untuk berperilaku sehat,

masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif dan dukungan

fasilitas saja, malainkan diperlukan perilaku

contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh

agama, para petugas, lebih-lebih para petugas

kesehatan. Di samping itu Undang-Undang,

peraturan-peraturan, dan sebagainya diperlukan

untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Seperti contoh perilaku periksa hamil tersebut di

atas; di samping pengetahuan dan kesadaran

pentingnya periksa hamil, serta kemudahan

memperoleh fasilitas periksa hamil, juga

diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat

setempat. Demikian juga diperlukan peraturan

atau perundang-undangan yang mengharuskan

ibu hamil melakukan periksa hamil.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

42

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang

bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas,

dan sikap dan perilaku para petugas kesehatan

terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku.

2.2 Perspektif Teoretis

Bagan I

Hubungan Pemanfaatan Antenatal care

Kehamilan merupakan periode unik dalam

setiap kehidupan. Kehamilan adalah sebuah proses

fisiologis yang dapat dialami oleh semua wanita

Proses kehamilan Lingkungan

maternal/ibu

hamil

Kematian

ibu,komplikasi

kehamilan

Kebutuhan selama

periode kehamilan :

rencana perawatan,

konsultasi kehamilan

Pelayanan antenatal care

Kurang pengetahuan

tentang penanganan

perawatan kehamilan ,

konsultasi kehamilan

Pemanfaatan pelayanan

antenatal

43

subur dalam jangka periode tertentu. Lamanya

kehamilan dari proses ovulasi sampai partus adalah

kurang lebih 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih

dari 300 hari (43 minggu) (Wiknjosastro, dkk.,1999 :

125). Proses atau gejala terjadinya kehamilan pada

beberapa kejadian dalam fisiologis tubuh atau

proses beberapa gejala penyakit pada umumnya ada

yang sama gejalanya yang sering disebut dengan

diagnosis banding kehamilan (Mochtar, 1998 :45)

misalnya seperti kehamilan palsu, mioma uteri, Kista

ovarii dan masih banyak lagi diagnosis banding

kehamilan lainnya.

Wanita hamil atau gravida dapat dilihat dari gejala

fisiologis kehamilan atau tanda kehamilan yang

muncul pada dirinya. Ada tiga kategori yaitu

presumsi, perubahan yang dirasakan wanita

(misalnya amenore, keletihan, perubahan pada

payudara), tanda kemungkinan yaitu perubahan yang

diobservasi oleh pemeriksa (misalnya tanda hegar,

Ballotment, tes kehamilan dan tanda pasti (misalnya

ultrasonografi, denyut jantung janin).

44

Kematian maternal adalah kematian wanita

sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari

sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung

dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh

apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau

penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau

oleh penyebab tambahan lainnya (Wiknjosastro,

dkk., 1994: 22). Dalam hal ini perhatian seorang

wanita hamil dan lingkungan terhadap kehamilan

juga perlu diperhatikan dengan baik. Seperti

pengawasan terhadap wanita hamil secara teratur

dan tertentu (Wiknjosastro, 1999 : 154). Kelalaian

atau ketidak patuhan ibu dalam melakukan

kunjungan antenatal care dapat menimbulkan resiko

lain pada kehamilan tersebut seperti komplikasi

kehamilan yang dapat berujung pada kematian

maternal.

Pelayanan antenatal adalah pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan

antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku

Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas

45

Puskesmas (Depkes R.I., 1997). Pelayanan

antenatal care bertujuan untuk pengawasan wanita

hamil. Ialah menyiapkan ibu hamil sebaik baiknya

secara fisik maupun mental serta menyelamatkan ibu

dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa

nifas, sehingga keadaan ibu dan anak postpartum

sehat dan normal (Wiknjosastro, 1994 : 154). Adalah

sangat penting kesadaran seorang wanita hamil

untuk memeriksakan kehamilan pada dokter ahli

kebidanan, dokter ahli lain, dokter umum, bidan,

perawat bidan, dan dukun terlatih pada suatu

komunitas tertentu dalam Indonesia ada pusat pusat

kesehatan Puskesmas dan KIAnya ( Mochtar, 1998 :

47).

Pada dasarnya setiap manusia atau wanita

lebih khususnya memiliki respon yang berbeda

tentang kehamilannya, berangkat dari kesadaran

untuk memeriksakan kehamilanya serta memenuhi

kebutuhannya saat kehamilan berlangsung didukung

dengan sikap serta poengetahuannya terhadap

kehamilan tersebut dan respon lingkungan untuk ikut

bersama sama mensejahterakan ibu hamil selama

46

prosesnya untuk mendapatkan derajat kesehatan

yang baik sampai pada proses persalinan.