BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak penelitian telah dilakukan mengenai keandalan sistem tenaga listrik.
Perkiraan beban mendapat perhatian yang cukup besar terutama guna perencanaan
penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti
keandalan berdasarkan perkiraan beban dan rencana operasi oleh PLN.
(Meliopoulos dkk, 2005) meneliti keandalan sistem di sisi transmisi dan distribusi
tenaga listrik.
(Cheng dkk, 2009) meneliti model sistem keandalan dengan metode graph
dimana model terdiri dari 3 level hirarki seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Model Level Hirarki Keandalan Sistem (Cheng dkk, 2009).
Pada tugas akhir ini akan diteliti keandalan sistem pada level I disebut
sebagai bulk power level, sebagaimana penelitian yang dilakukan Zein, dkk dan
Subekti, dkk. Perbedaannya pada penelitian terdahulu menganalisa perkiraan
ketersediaan daya sistem secara global sedangkan pada penelitian ini dianalisa
6
keandalan sistem dengan memasukkan faktor operasi unit pembangkit dalam
setahun.
2.1 Daya Tersedia Dalam Sistem
Daya tersedia dalam sistem tenaga listrik haruslah cukup untuk melayani
kebutuhan teanga listrik dari pelanggan. Daya bergantung kepada daya
terpasang unit-unit pembangkit dalam sistem dan juga bergantung pada
kesiapan operasi unit-unit tersebut. Berbagai faktor seperti gangguan
kerusakan dan pemeliharaan rutin, menyebabkan unit pembangkit menjadi
tidak siap operasi. Keandalan operasi sistem tidak hanya bergantung pada
cadangan daya tersedia dalam sistem tetapi juga pada besar kecilnya nilai
FOR per tahun dari unit-unit pembangkit yang beroperasi. Keandalan operasi
sistem akan makin tinggi apabila daya tersedia dalam sistem makin terjamin.
Tingkat jaminan tersedianya (availability) dalam sistem bergantung pada :
a. Besarnya cadangan daya tersedia
b. Besarnya Forced Outage Hours unit pembangkit dalam satu tahun
Ukuran sering tidaknya unit pembangkit mengalami gangguan
dinyatakan dengan Forced Outage Rate (FOR) atau unavailabilty.
Keterangan :
Ut : jam unit terganggu
Ub : jam unit beroperasi
............................ (1)
......................... (2)
7
Konsep unavailibility (FOR) dan availability ditunjukkan pada persamaan (1)
dan (2).
Apabila sebuah unit pembangkit mempunyai FOR = 0,07 maka
kemungkinan unit ini beroperasi adalah sesuai rumus availibility atau 1- 0,07
FOR, sedangkan kemungkinan mengalami gangguan adalah 0,07 sesuai
dengan nilai FORnya. Dengan demikian maka besarnya cadangan daya
tersedia yang bisa diandalkan bergantung juga pada FOR unit-unit
pembangkit.
Makin kecil FOR nya makin tinggi jaminan yang didapat, sebaliknya
makin besar FOR makin kecil jaminan yang didapat. Apabila sistem tenaga
listrik terdiri dari beberapa pusat tenaga listrik maka tingkat jaminan
tersedianya daya dalam sistem bergantung pada komposisi unit-unit
pembangkit yang ada dalam sistem.
Apabila sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa pusat listrik dan setiap
pusat listrik terdiri dari beberapa unit pembangkit maka tingkat jaminan
tersedianya daya dalam sistem bergantung pada komposisi unit-unit
pembangkit yang ada dalam sistem.
Contoh sebuah sistem yang terdiri dari empat unit :
Tabel 2.1 Contoh sistem terdiri empat unit pembangkit
NO UNIT DAYA FOR
1 500 KW 0.01
2 1000 KW 0.06
3 1000 KW 0.06
4 1250 KW 0.05
8
Menentukan banyak kombinasi yang terjadi dalam operasi sistem tenaga
listrik sebagimana persamaan berikut :
Banyak kombinasi = 2n ................................................(3)
Keterangan : n = banyaknya pembangkit
Dengan empat unit pembangkit ada 24 = 16 kombinasi pembangkit yang
bisa terjadi dalam operasi sistem ditinjau dari segi penyediaan daya. Setiap
kombinasi dapat dihitung kemungkinan terjadinya dengan menggunakan
FOR seperti pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kombinasi Empat Pembangkit
No
UNIT pembangkit Besar daya ( W ) KEMUNGKINAN 1 2 3 4
1 1 1 1 1 0 (1-0,01)(1-0,06)(1-0,06)(1-0,05) = 0,831026
2 0 1 1 1 500 0,01(1-0,06)(1-0,06)(1-0,05) = 0,008394 3 1 0 1 1 1000 (1-0,01) 0,06(1-0,06)(1-0,05) = 0,053044 4 1 1 0 1 1000 (1-0,01)(1-0,06)0,06(1-0,05) = 0,053044 5 1 1 1 0 1250 (1-0,01)(1-0,06)(1-0,06)0,05 = 0,043736 6 0 0 1 1 1500 (0,01)( 0,06)(1-0,06)(1-0,05) = 0,000536 7 1 0 0 1 2000 (1-0,01)(0,06)(0,06)(1-0,05) = 0,003386 8 1 1 0 0 2250 (1-0,01)(1-0,06)(0,06)(0,05) = 0,002792 9 0 1 1 0 1750 (0,01)(1-0,06)(1-0,06)(0,05) = 0,000442 10 0 1 0 1 1500 (0,01)(1-0,06)(0,06)(1-0,05) = 0,000536 11 1 0 1 0 2250 (1-0,01)(0,06)(1-0,06)(0,05) = 0,002792 12 1 0 0 0 3250 (1-0,01)(0,06)(0,06)(0,05) = 0,000178 13 0 1 0 0 2750 (0,01)(1-0,06)(0,06)(0,05) = 0,000028 14 0 0 1 0 2750 (0,01)(0,06)(1-0,06)(0,05) = 0,000028 15 0 0 0 1 2500 (0,01)(0,06)(0,06)(1-0,05) = 0,000034 16 0 0 0 0 3750 (0,01)(0,06)(0,06)(0,05) = 0,000002
TOTAL = 1,000000
Keterangan :
Unit yang diberi simbol (1), yaitu unit yang beroperasi.
Unit yang diberi simbol (0), yaitu unit yang mengalami outage.
9
Dengan menggunakan hasil-hasil tertulis yang terdapat pada tabel 2.2
dapat disusun tabel 2.3 yang menggambarkan kemungkinan forced outage
serta besarnya daya yang bersangkutan untuk sistem dengan empat unit
pembangkit.
Tabel 2.3 Besar daya outage dan kemungkinannya.
Besar daya outage (MW) Kemungkinan
0 0.831026
500 0.008391
1000 0.053044+0.053044=0.106088
1250 0.043738
1500 0.000536+0.000536=0.001072
1750 0.000442
2000 0.003386
2250 0.002792+0.002792=0.005584
2500 0.000034
2750 0.000028+0.000028=0.000056
3250 0.000178
Apabila dalam sistem ditambahkan unit ke 5 dengan daya sebesar 1500
KW dan nilai FOR = 0,05 maka dengan cara serupa penyusunan tabel akan
didapatkan 25 = 32 kombinasi yang akan terjadi. Kemungkinan terjadinya 16
kombinasi dengan unit ke 5 beroperasi adalah kombinasi yang ada pada tabel
2.2 dikalikan dengan nilai 1-FOR unit ke-5. Selanjutnya 16 kombinasi yang
lain dengan unit ke-5 tidak beroperasi karena outage adalah kombinasi yang
ada pada tabel 2.2 dikalikan dengan nilai FOR unit ke-5. Selanjutnya dari
perhitungan ini bisa diisi pula kolom besarnya daya yang beroperasi yaitu 16
10
kombinasi masing-masing seperti tabel 2.2 ditambah 1500 MW dan 16
kombinasi yang lainnya ditambah 0 MW.
Secara umum uraian diatas dapat ditulis dengan persamaan sebagai
berikut :
YN ={(YN-1+X ) dan (YN-1+0)} ............................ (4)
Keterangan:
YN : Angka-angka yang menunjukkan besar daya beroperasi setelah ada
unit ke-n
YN-1 : Angka-angka yang menunjukkan besar daya sebelum ada unit ke-n
(pada contoh uraian diatas angka-angka ini adalah angka-angka
besar daya pada tabel 2.3
X : Daya unit ke–n
Kemungkinan terjadinya daya N setelah ada unit ke-n untuk angka-angka
daya N dalam persamaan (3) adalah:
PN (YN-1+X ) = PN-1 ( YN-1) (1-FORN) ....................(5)
PN (YN-1+0 ) = PN-1( YN-1) ( FORN) ........................(6)
Keterangan:
PN : Kemungkinan terjadinya setelah ada unit ke-n
PN-1 : Kemungkinan terjadinya sebelum ada unit ke-n
FORN : Forced outage rate unit ke-n
Dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas untuk sistem tenaga
lisrik dengan n pembangkit dapat dihitung kemungkinan terjadinya setiap
kombinasi daya yang terjadi. Nilai cadangan daya tersedia dalam sistem dapat
11
dihitung juga. Jika cadangan daya bernilai negatif maka akan terjadi
pemadaman dalam sistem.
2.2 Konsep Umum Keandalan
Keandalan adalah kemungkinan bekerjanya suatu peralatan atau sistem
sesuai dengan fungsinya dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi
operasi tertentu. Keandalan sistem tenaga listrik merupakan suatu ukuran
tingkat pelayanan sistem terhadap pemenuhan kebutuhan energi listrik
konsumen.
Ada empat faktor yang berhubungan dengan keandalan, yaitu
probabilitas, bekerja sesuai dengan fungsinya, periode waktu dan kondisi
operasi.
a. Probabilitas (probability)
Probabilitas (probability) adalah suatu ukuran yang dapat dinyatakan
secara angka dengan nilai antara 0 dan 1 atau antara 0 dan 100%.
b. Bekerja sesuai dengan fungsinya/unjuk kerja
Faktor yang menandakan perlunya diadakan kriteria-kriteria tertentu
untuk menyatakan peralatan atau sistem beroperasi secara memuaskan.
c. Periode waktu
Faktor yang menyatakan ukuran dari periode waktu yang digunakan
dalam pengukuran probabilitas.
d. Kondisi Operasi
Faktor ini menyatakan pada kondisi operasi yang dilakukan untuk
mendapatkan angka keandalan.
12
Suatu unit pembangkit dapat keluar dari sistem operasi tenaga listrik,
sehingga tidak dapat membangkitkan energi listrik untuk mensuplai daya
listrik. Dalam keadaan ini, unit pembangkit mengalami outage. Outage
(pelepasan) adalah keadaan dimana suatu komponen tidak dapat bekerja
sesuai fungsinya.
2.3 Keandalan Sistem Tenaga Listrik
Dalam sistem tenaga listrik, pembangkit listrik sebagai produsen dan
beban listrik sebagai konsumen memiliki hubungan yang erat dan saling
berketergantungan. Jumlah daya listrik yang diproduksi setiap waktu harus
sama dengan kebutuhan beban yang terpasang. Jumlah produksi yang tidak
sama dengan kebutuhan beban akan membawa dampak teknis dan ekonomis.
Jumlah produksi yang melebihi beban secara teknis akan menaikkan
frekuensi listrik diatas 50 hz dan secara ekonomis mengakibatkan
pemborosan energi. Sebaliknya jumlah produksi yang kurang dari kebutuhan
beban akan menurunkan frekuensi listrik dan bahkan dapat mengakibatkan
pemadaman atau pelepasan beban.
Ketersediaan dan keberlangsungan suplai energi perlu dijamin dengan
keandalan sistem yang baik. Keandalan adalah probabilitas dari perangkat
atau sistem untuk melakukan fungsinya secara memadai, dalam periode
waktu tertentu, di bawah kondisi operasi yang tertentu pula. Di sini data
pengamatan masa lalu berguna untuk membuat perkiraan kinerja di masa
depan (Prada, José Fernando, 1999).
13
Keandalan sistem memiliki aspek kuantitas dan kualitas. Aspek kuantitas
berupa jumlah cadangan daya listrik sedangkan aspek kualitas berupa nilai
kinerja unit pembangkit listrik. Cadangan daya listrik diperoleh bila jumlah
kapasitas daya semua unit yang beroperasi lebih besar dibandingkan jumlah
daya kebutuhan beban. Aspek kuantitas ini dapat dicapai dengan perencanaan
operasi unit pembangkit dengan memperhatikan perkiraan beban yang akan
terjadi. Tentunya semakin besar cadangan yang disediakan semakin besar
pula biaya yang dibutuhkan (Marsudi, 2006).
Nilai kinerja pada unit pembangkit diambil dari jumlah durasi gangguan
unit per satuan waktu, biasanya dalam satu tahun, dalam istilah asing disebut
dengan forced outage rate (FOR) yaitu kemungkinan terjadinya gangguan
pada unit tersebut dalam persen atau angka desimal. Misalkan suatu unit
memiliki kapasitas daya 100 MW dan FOR 0,01 berarti probabilitas
terjadinya gangguan pada unit tersebut sebesar 0,01 atau 1%. Hal ini berarti
pula probabilitas terjadinya kehilangan kapasitas daya sebesar 100 MW juga
1%. Dalam sistem interkoneksi, sejumlah unit terhubung dalam satu sistem
sehingga untuk probabilitas kehilangan sejumlah kapasitas daya dihitung dari
total probabilitas gangguan pada unit berkaitan dengan jumlah kapasitas daya
yang dimaksud.
Untuk mempertahankan kinerja unit pembangkit, harus dilakukan
pemeliharaan setelah periode tertentu pelayanan. Jadwal pemeliharaan yang
tidak optimal berdampak pada biaya produksi yang lebih tinggi dan
menurunkan keandalan sistem. Selain itu jadwal pemeliharaan yang tidak
14
optimal mempengaruhi fungsi perencanaan operasi juga tidak optimal,
termasuk penjadwalan bahan bakar, pemanfaatan optimal sumber daya air,
perencanaan pengembangan sistem tenaga listrik, perhitungan kehandalan
dan biaya produksi. Pertimbangan-pertimbangan tersebut mendorong adanya
pengembangan strategi yang mampu merumuskan jadwal optimal
pemeliharaan unit pembangkit.
Jadwal pemeliharaan pembangkit yang optimal meningkatkan keandalan
sistem operasi, mengurangi biaya pembangkit listrik dan memperpanjang
umur pakai unit pembangkit. Selain itu, jadwal perawatan dioptimalkan
berpotensi menunda beberapa pengeluaran modal untuk pabrik baru dan
memungkinkan pekerjaan pemeliharaan penting untuk dilakukan.
Selama beberapa dekade yang lalu dipakai metode empiris untuk
membuat analisa tingkat keandalan yang cukup memuaskan yaitu perhitungan
tanpa memasukkan rencana pengeluaran unit pembangkit dari sistem untuk
pemeliharaan. Perkembangan sistem tenaga listrik yang semakin besar dan
semakin kompleks memerlukan teknik analisa yang lebih tepat yaitu dengan
memasukkan jadwal pemeliharaan unit pembangkit. Hal ini berarti koordinasi
operasi dan pemeliharaan mesti dibuat sebaik mungkin.
Dalam subbab 2.1 telah dibahas mengenai kombinasi kemungkinan
terjadinya forced outage dalam sistem berkembang dengan bertambahnya
unit pembangkit. Besarnya daya yang mungkin mengalami forced outage
juga dapat dihitung sesuai perkembangan sistem seperti tertulis dalam tabel
2.3. Berbeda dengan subbab 2.2 pendekatan akan kita lakukan dari segi
15
besarnya daya yang mengalami forced outage mulai dari sistem yang
mempunyai satu unit pembangkit, dua unit pembangkit dan seterusnya
dengan mengunakan unit-unit pembangkit yang terdapat pada tabel 2.1.
A. Sistem terdiri dari Unit 1 saja
Tabel 2.4 Sistem terdiri unit 1
KW on outage Kemungkinan terjadinya
0 (1-FOR1)=0.99
250 0
500 FOR1=0.01
Pada Tabel 2.4 dan Tabel-Tabel berikutnya kolom KW on outage dibuat
dengan kenaikan 250 KW.
B. Sistem terdiri dari Unit 2 saja
Tabel 2.5 Sistem terdiri unit 2
KW on outage Kemungkinan terjadinya
0 (1-FOR2)=0.94
250 0
500 0
750 0
1000 FOR2=0.06
Dari tabel 2.4 dan tabel 2.5 dapat disimpulkan bahwa :
1) Nilai dari KW on outage x yang tidak sama dengan nilai daya unit
pembangkit kemungkinan terjadinya adalah nol
2) Nilai KW on outage = 0 kemungkinan terjadinya = 1- FOR
16
3) Nilai KW on outage = daya unit pembangkit, kemungkinan terjadinya
= FOR
C. Sistem terdiri Unit 1 dan Unit 2
Tabel 2.6 Sistem terdiri dari unit 1 dan unit 2
KW on outage Kemungkinan terjadinya
0 (1-FOR1) (1-FOR2)= 0. 9504
250 0
500 FOR1 (1-FOR2)= 0.0096
750 0
1000 (1-FOR1) FOR2 =0.0594
1250
1500 FOR1×FOR2 = 0.0006
Total 1.0000
Dari tabel 2.4, tabel 2.5 dan tabel 2.6 terdapat ada hubungan sebagai
berikut;
1) Dari nol KW on outage yang merupakan nilai permulaan pada tabel
2.6 kemungkinan terjadinya = (1-FOR1) (1-FOR2)
2) Nilai KW terbesar on outage pada tabel 2.6 merupakan penjumlahan
dari nilai terbesar on outage pada tabel 2.4 dan tabel 2.11 yaitu 500
KW +1000 KW=1500 KW kemungkinan terjadinya = FOR1 × FOR2
3) Nilai KW on outage untuk tabel 2.6 yang berada diantara nol dan nilai
terbesar 1500 KW kemungkinan terjadinya KW on outage adalah
sebagai berikut:
17
a. Apabila tabel 2.4 maupun tabel 2.5 masing-masing nilainya= 0
maka tabel 2.6 juga bernilai= 0
b. Apabila hanya disalah satu tabel 2.4 atau tabel 2.5 bernilai nol
maka tabel 2.6 bernilai = nilai salah satu tabel yang yang tidak
sama dengan nol kali (1- FOR) unit dari yang bernilai nol
Uraian diatas digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.7 Perbandingan antara tabel 2.4, tabel 2.5 dan tabel 2.6
S
e
Sekarang kita tinjau apabila dalam sistem yang terdiri dari dua unit
pembangkit ini ditambahkan dengan unit ke 3.
KW on
outage
Kemungkinan terjadinya
Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6
0 1-FOR1=0.99 1-FOR2=0.94 (1-FOR1) (1-FOR2)
= 0. 9504
250 0 0 0
500 FOR1=0.01 0 FOR1 (1-FOR2)
= 0.0096
750 0 0 0
1000 0 FOR2=0.06 (1-FOR1) FOR2
= 0.0594
1250 0 0
1500 0 0 FOR1×1-FOR2 = 0.0006
18
D. Sistem terdiri dari Unit 1, Unit 2 dan Unit 3
Tabel 2.8 Sistem terdiri dari unit 1, unit 2 dan unit 3
KW on outage Kemungkinan terjadinya
0 (1-FOR1) (1-FOR2) (1-FOR3) = 0.0874764
250 0
500 FOR1 (1-FOR2)(1-FOR3) = 0.008836
750 0
1000 (1-FOR1) FOR2(1-FOR3) + (1-FOR1) (1-FOR2)
FOR3 = 0.111672
1250 0
1500 FOR1 FOR2(1-FOR3)+FOR1 (1-FOR2) FOR3
= 0.111672
1750 0
2000 (1-FOR1) FOR2 FOR3 = 0.003564
2250 0
2500 FOR1 FOR2 FOR3= 0.000036
total =1.000
Akan kita tinjau bagaimana tabel 2.6 untuk sistem yang terdiri dari unit 1
dan unit 2 berkembang menjadi tabel 2.8.
19
Tabel 2.9 Perbandingan antara tabel 2.6 dan tabel 2.8
KW on
outage
Kemungkinan terjadinya
Tabel 2.6 Tabel 2.8
0 (1-FOR1) (1-FOR2) = 0. 9504 (1-FOR1) (1-FOR2)(1-FOR3) =
0.0874764
250 0 0
500 FOR1 (1-FOR2) = 0.0096 FOR1 (1-FOR2)(1-FOR3) = 0.008836
750 0 0
1000 (1-FOR1) FOR2 =0.0594 (1-FOR1) FOR2(1-FOR3)
+ (1-FOR1) (1-FOR2) FOR3 =
0.111672
1250 0 0
1500 FOR1×1-FOR2 = 0.0006 FOR1 FOR2(1-FOR3)
+FOR1 (1-FOR2) FOR3= 0.111672
1750 0 0
2000 0 (1-FOR1) FOR2 FOR3 = 0.003564
2250 0 0
2500 0 FOR1 FOR2 FOR3= 0.000036
Dari tabel 2.9 dapat disimpulkan bahwa:
1) KW on outage dari tabel 2.8 yang sama dengan KW on outage tabel
2.6 kemungkinan terjadinya harus dikalikan (1-FOR ).
2) KW on outage dari tabel 2.8 adalah KW on outage tabel 2.6
ditambah dengan:
Nilai nol, selanjutnya kemungkinan terjadinya adalah seperti pada
Tabel 2.6 dikalikan dengan (1-FOR3).
20
Nilai KW unit 3, selanjutnya kemungkinan terjadinya adalah seperti
Tabel 2.6 dikalikan FOR3.
3) Jika dalam sistem terdapat s unit yang mempunyai kapasitas sama ,
maka dalam perhitungan kemungkinan terjadinya KW on outage ada
s nilai KW on outage yang mengandung penjumlahan dari s suku.
Dengan menggunakan pengertian-pengertian hasil analisa pada Tabel 2.7
dan Tabel 2.9 maka dapat disimpulkan sebagai beikut;
Tabel n unit = {Tabel (n-1) unit+0} ......................................(7)
{Tabel (n-1) unit+Pn} ....................................(8)
Keterangan :
Pn : kapasitas unit ke-n
Sedangkan kolom kemungkinan terjadinya adalah:
Untuk tabel (n-1) unit + 0 = kemungkinan terjadinya pada tabel (n-1) unit
kali (1-FORn). Untuk tabel( n-1) unit + Pn adalah sama dengan,
persamaan 7 dan 8, persamaan 5 dan 6.
Dengan menggunakan kesimpulan-kesimpulan diatas kita hitung tabel
2.10 untuk sistem dengan 4 unit. Unit keempat mempunyai kapasitas
1250 KW dengan FOR=0.05.
21
Tabel 2.10 Sistem empat unit pembangkit
KW on outage Kemungkinan terjadinya outage
0+0 0.0874764 (1-FOR4) = 0.831026
250+0 0
500+0 0.008836 (1-FOR4) = 0.008394
750+0 0
1000+0 0.111672 (1-FOR4) = 0.106088
1250+0 0
1500+0 0.111672 (1-FOR4) = 0.001072
1750+0 0
2000+0 0.003564 (1-FOR4) = 0.003386
2250+0 0
2500+0 0.000036 (1-FOR4) = 0.000034
0+1250 0.0874764 FOR4 = 0.043738
250+1250 0
500+1250 0.008836 FOR4 = 0.000442
750+1250 0
1000+1250 0.111672 FOR4 = 0.005584
1250+1250 0
1500+1250 0.111672 FOR4 = 0.000056
1750+1250 0
2000+1250 0.003564 FOR4 = 0.000178
2250+1250 0
2500+1250 0.000036 FOR4 = 0.000002
Pada perhitungan angka-angka kolom kemungkinan terjadinya outage
Tabel 2.10 tidak ada penjumlahan seperti halnya pada Tabel 2.8. hal ini
disebabkan karena tidak ada unit lain yang menyamai kapasitas unit 1250
KW.
22
Pemilihan langkah KW on outage sebesar 250 KW tampaknya banyak
meimbulkan baris nol. Baris nol ini akan hilang apabila unit berikutnya
berkapasitas 250 KW. Apabila baris nol dihilangkan maka Tabel 2.10
menjadi Tabel 2.3.
Dengan mengingat kaidah-kaidah yang berlaku mengenai perkembangan
tabel KW on outage seperti pada subbab 2.4, khusunya persamaan (7)
dapat dibuat tabel KW on outage beserta kemungkinan terjadinya untuk n
unit pembangkit secara berangsur-angsur.
Suatu sistem tertentu jumlah unit pembangkitnya tertentu, dapat dihitung
kemungkinan terjadinya forced outage tertentu untuk KW atau MW
tertentu. Apabila beban sistem ini naik tetapi unit pembangkitnya tidak
ditambah, maka LOLP = p × t akan bertambah besar.
2.4 Probabilitas Kehilangan Beban
Penjadwalan pemeliharaan unit pembangkit dalam sistem tenaga
merupakan masalah optimasi kombinatorial berskala besar dengan fungsi
objektif dan kendala yang non linear. Probabilitas kehilangan beban dalam
istilah asing disebut Loss Of Load Probability (LOLP), menunjukkan indeks
resiko sistem. Nilai tahunan LOLP ini menjadi fungsi objektif yang perlu
diminimalkan.
Konsep pendekatan dalam menghitung LOLP terdiri dari tiga bagian
yaitu model perhitungan untuk kapasitas daya, model perhitungan untuk
beban dan model perhitungan untuk resiko gangguan. Kapasitas daya dan
beban keduanya mempunyai resiko gangguan. Gangguan ini dapat
23
mengakibatkan sistem kehilangan beban. Sehinggan menurunkan keandalan
sistem. Besarnya beban dipengaruhi dari besarnya daya yang tersedia. Karena
setiap saat beban dapat meningkat, maka pasokan daya jg harus ditingkatkan
mengikuti beban. (Billinton, 1996) menyebut ini secara berurutan sebagai
generation model, load model dan risk model seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Konsep perhitungan LOLP (Billinton, 1996).
Pendekatan untuk perhitungan kapasitas daya (generation model)
dibentuk dari data kapasitas daya dalam sistem dengan probabilitas terjadinya
pemadaman ditunjukkan pada gambar 2.3.
24
Gambar 2.3. Diagram Kesiapan Unit Pembangkit untuk Perhitungan Kapasitas
Daya Sistem (Marsudi, 2006).
Pendekatan untuk perhitungan beban (load model) dibentuk dari kurva
variasi beban puncak harian, berupa fungsi beban terhadap waktu setiap hari,
kemudian dikonversi dalam bentuk kurva durasi beban, yang mewakili durasi
beban dalam suatu periode tertentu .
Gambar 2.4. Kurva beban harian dan kurva durasi untuk Perhitungan Beban
(Marsudi, 2006).
25
Gambar 2.5. Perpotongan Kapasitas Daya dengan Kurva Durasi Beban untuk
Perhitungan Resiko LOLP.
Resiko indeks LOLP dihitung dengan cara mencari perkiraan jumlah hari
dimana beban puncak harian akan melebihi kapasitas tersedia.
LOLP = P x t.............................................................(9)
Keterangan :
LOLP : nilai LOLP.
P : probabilitas kehilangan beban.
P = nilai mutlak/absolute dari perkalian (nilai kombinasi1-
FOR1).(nilai kombinasi2-FOR2).(nilai kombinasi ke-n
– FOR ke-n)
t : waktu kehilangan beban.
Kurva durasi beban digunakan untuk menghitung indeks LOLP
dinyatakan dalam jumlah hari dalam periode yang ditentukan ketika beban
diperkirakan melebihi kapasitas pembangkit yang tersedia. Indeks ini
mengukur kecukupan keseluruhan unit pembangkit untuk memenuhi total
26
beban sistem, tidak mempertimbangkan kendala transmisi atau sumber energi
yang tersedia dalam sistem.
Nilai LOLP dapat diperkecil dengan menambah daya terpasang atau
menurunkan nilai Forced Outage Rate (FOR) unit pembangkit, karena dua
langkah ini dapat memperkecil probabilitas daya tersedia b pada gambar 1
menjadi terlalu rendah sehingga memotong kurva lama beban dengan nilai t
yang lebih lama.
Penentuan besarnya nilai LOLP dari suatu sistem harus
mempertimbangkan besarnya peran penyediaan tenaga listrik pada sistem
tersebut atau dengan kata lain berapa besar kerugian yang dialami pemakai
energi listrik (konsumen) apabila terjadi interupsi atau gangguan penyediaan
pasokan energi listrik.
Misalnya dalam sitem yang berupa sebuah PLTD dengan bebeapa unit
pembangkit yang memasok tenaga listrik kesebuah pabrik. LOLP dari sistem
ini ditentukan dengan mempertimbangkan berapa kerugian yang timbul
apabila pabrik mengalami gangguan pasokan tenaga listrik, yang dinyatakan
dalam Rupiah per kWh terputus.
Pada sistem yang besar seperti sistem tenaga listrik yang dikelola oleh
PLN, penentuan nilai LOLP ini haruslah mempertimbangkan harga Rupiah
per kWh terputus secara nasional. Hal ini disebabkan karena dengan
terputusnya pasokan tenaga listrik dari PLN, berarti menimbulkan kerugian
nasional.
27
Standar PLN mengenai LOLP adalah 3 hari per tahun untuk sistem
interkoneksi Jawa (JAMALI) hari dan 5 hari per tahun untuk sistem di luar
Jawa.
2.5 Perhitungan Kapasitas Daya dalam Sistem
Perhitungan kapasitas daya dalam sistem tenaga listrik menggunakan
perkiraan jumlah jam unit mengalami gangguan dalam istilah asing disebut
force outage hours (FOH) dan perkiraan jumlah jam unit memberi pelayanan
dalam istilah asing disebut service hours (SH) ditunjukkan pada diagram
gambar 3. Selanjutnya nilai probabilitas kejadian unit pembangkit mengalami
gangguan pada interval waktu tertentu dalam istilah asing disebut force
outage rate (FOR) dihitung dengan persamaan berikut :
2.6 Tabel Probabilitas Daya Keluar dari Sistem
Tabel probabilitas daya keluar dari sistem berisi kemungkinan tingkatan
kapasitas daya yang keluar dari sistem dan yang tersedia dalam sistem.
Probabilitas daya keluar dari sistem secara individual dihitung dengan
mengalikan semua nilai FOR yang ikut menyumbang jumlah daya keluar dari
sistem tertentu. Selanjutnya untuk perhitungan LOLP digunakan probabilitas
kumulatif yaitu FOR untuk daya keluar dari sistem sama dengan atau lebih
besar dari jumlah tertentu.