BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB...

13
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu pertama yang berjudul “Etnofarmakologi Dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung Di Kalimantan Timur” yang disusun oleh Francisca Murti Setyowati memperoleh 47 jenis tumbuhan dengan suku paling banyak Euphorbiaceae perbedaan pada penelitian ini yaitu perbedaan lokasi dan perbedaan karakteristik lokasi yang diteliti selain itu pada penelitian terdahulu kurang mengkaji farmakologi dari setiap penyakit. Namun pada penelitian terdahulu sama- sama membahas tanaman yang digunakan di daerah tempat penelitian, bagian tumbuhan yang digunakan, cara memperoleh tumbuhan dll. Penelitian terdahulu kedua berjudul “Studi Etnofarmakognosi- Etnofarmakologi Tumbuhan Sebagai Obat Di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalayayang disusun oleh Ria Mariani, Atun Qowiyyah, dan Lis Fitriyanti, memperoleh 51 jenis tumbuhan dengan suku paling banyak Asteraceae perbedaan pada penelitian ini yaitu perbedaan lokasi dan karakteristik lokasi yang diteliti selain itu penelitian terdahulu kurang mengkaji mengenai farmakologi dari penyakit. Namun pada penelitian terdahulu sama- sama membahas mengenai tumbuhan, bagian tumbuhan, cara memperoleh tumbuhan dll. Penelitian terdahulu ketiga berjudul Studi Etnofarmakologi Obat Tradisional Sebagai Anti Diare Di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumasdisusun oleh Diah Permatasari, Diniatik, dan Dwi Hartanti. Terdapat 10 jenis tanaman yang digunakan sebagai diare. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini lebih umum dalam membahas penyakitnya. Namun antara penelitian terdahulu dan penelitian ini sama- sama mencari data tumbuhan yang digunakan di daerah yang akan diteliti. Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pertama yang berjudul “Etnofarmakologi Dan Pemakaian

Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung Di Kalimantan Timur” yang disusun oleh

Francisca Murti Setyowati memperoleh 47 jenis tumbuhan dengan suku paling

banyak Euphorbiaceae perbedaan pada penelitian ini yaitu perbedaan lokasi dan

perbedaan karakteristik lokasi yang diteliti selain itu pada penelitian terdahulu

kurang mengkaji farmakologi dari setiap penyakit. Namun pada penelitian terdahulu

sama- sama membahas tanaman yang digunakan di daerah tempat penelitian, bagian

tumbuhan yang digunakan, cara memperoleh tumbuhan dll.

Penelitian terdahulu kedua berjudul “Studi Etnofarmakognosi- Etnofarmakologi

Tumbuhan Sebagai Obat Di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten

Tasikmalaya” yang disusun oleh Ria Mariani, Atun Qowiyyah, dan Lis Fitriyanti,

memperoleh 51 jenis tumbuhan dengan suku paling banyak Asteraceae perbedaan

pada penelitian ini yaitu perbedaan lokasi dan karakteristik lokasi yang diteliti selain

itu penelitian terdahulu kurang mengkaji mengenai farmakologi dari penyakit.

Namun pada penelitian terdahulu sama- sama membahas mengenai tumbuhan,

bagian tumbuhan, cara memperoleh tumbuhan dll.

Penelitian terdahulu ketiga berjudul “Studi Etnofarmakologi Obat Tradisional

Sebagai Anti Diare Di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas” disusun oleh

Diah Permatasari, Diniatik, dan Dwi Hartanti. Terdapat 10 jenis tanaman yang

digunakan sebagai diare. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini lebih

umum dalam membahas penyakitnya. Namun antara penelitian terdahulu dan

penelitian ini sama- sama mencari data tumbuhan yang digunakan di daerah yang

akan diteliti.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

5

B. Etnobotani- etnofarmakologi

Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam

keperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

data botani taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat

kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan, asosiasi yang mempelajari hubungan

tetang timbal balik antara manusia dengan tanaman dan tentang pemanfaatan tanaman

itu yang paling diutamakan demi kepentingan budaya dan kelestarian alam.

Etnofarmakologi ini merupakan cabang dari etnobotani yang mempelajari tentang

pengobatan. (Permatasari, D. et, al., 2011). Etnobotani merujuk pada kajian

interaksi antara manusia dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif

dari suatu pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki

masyarakat setempat yang meliputi kajian dalam botani, kajian dalam

etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik,

dan kajian etnoekologi (Kusumaningrum, D. 2010)

Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tanaman

yang memiliki efek farmakologi yang memiliki hubungan dengan pengobatan dan

pemeliharaan kesehatan oleh masyarakat sekitar (suku). Kajian etnofarmakologi

adalah kajian tentang penggunaan tanaman yang berfungsi sebagai obat atau ramuan

yang diolah oleh penduduk sekitar dan digunakan sebagai pengobatan (Hadju, V. et,

al 2016).

Etnofarmakologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang tanaman obat dan

farmakologinya untuk mencegah, mengobati penyakit umum, mendokumentasikan

pengetahuan tradisional melalui evaluasi fungsi tanaman obat. Kelangsungan hidup

manusia tergantung pada alam mengarah ke pencapaian masyarakat pedesaan yang

memiliki pengetahuan unik dan endemic tentang tanaman obat untuk mencegah dan

menyembuhkan penyakit yang diderita (Mirdeilami, S, Z. et, al. 2011).

Etnofarmakologi dalam pengertian modern hanya menjadi mungkin dengan

kemampuan ilmiah untuk mempelajari efek dari zat dan ekstrak pada model sistem.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

6

C. Tumbuhan Obat

1. Pengertian tumbuhan obat

Menurut Sada, J,T dan R,H,R Tanjung (2010) Tumbuhan obat adalah

tumbuhan yang salah satu atau seluruh bagian pada tumbuhan tersebut

mengandung zat aktif yang berkhasiat bagi kesehatan yang dapat dimanfaatkan

sebagai penyembuh penyakit. Menurut Makalalag, I (2014) Tumbuhan obat

merupakan tumbuhan yang penggunaan utamanya untuk keperluan obat-obatan

tradisional. Pemanfaatan jenis tumbuhan obat merupakan salah satu kebiasaan

masyarakat karena tumbuhan obat bersifat alami dari pada penggunaan obat

modern.

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang mengandung ratusan sampai ribuan

komponen senyawa kimia yang dinyatakan bahwa senyawa kimia yang terkandung

pada tumbuhan ada yang bersifat racun dan ada juga yang bersifat menyembuhkan

penyakit pada manusia. Oleh sebab itu, analisis kandungan kimia dan efek

farmakologis tumbuhan obat sangat penting untuk dilakukan (Wardiah et al,2015).

Tumbuhan obat tradisional adalah suatu bahan atau ramuan bahan alam dalam

hal ini tumbuhan yang telah diketahui dan digunakan secara turun temurun dalam

pengobatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat tradisional

sering disebut juga dengan TOGA (Tanaman Obat Keluarga), TOGA biasanya

ditanam oleh para keluarga, seperti dikebun maupun halaman rumah dengan

berbagai jenis tumbuhan yang berkhasiat dan digunakan sebagai kebutuhan

pengobatan keluarga. Tumbuhan ini biasanya digunakan sebagai pengobatan untuk

pertolongan pertama seperti batu, demam. Biasanya tanaman yang sering di tanam

di berbagai kebun atau halaman adalah temulawak, kunyit, sirih, kembang sepatu,

sambiloto dan sebagainya. Tumbuhan obat tradisional juga tidak hanya sengaja

ditanam masyarakat namun sering kali hanya tumbuh liar di sekitar rumah atau

jalan- jalan. Olahan yang sering digunakan masyarakat dalam mengkonsumsi

taumbuhan obat adalah jamu (Nursiyah, 2013).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

7

Menurut WHO (2003) Tumbuhan telah membentuk dasar dari obat tradisional

sistem yang telah digunakan selama ribuan tahun. Obat tradisional mengacu pada

praktik kesehatan, pendekatan, pengetahuan dan keyakinan menggabungkan

tanaman, hewan dan obat-obatan berbasis mineral, terapi spiritual,-teknik panduan

teknik-dan latihan, diterapkan tunggal atau dalam kombinasi untuk mengobati atau

untuk mendiagnosa dan mencegah penyakit atau mempertahankan kesejahteraan

(Karou, D. et., al 2007).

Apabila mengacu pada Etnofarmakologi dan Etnobotani, maka tanaman obat

dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu :

a. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui dan

dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat ini terbagi menjadi 3

yaitu :

1) Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain,

dengan khasiat yang sama.

2) Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat didaerah lain, tapi

dengan khasiat yang berbeda.

3) Tumbuhan yang digunakan sebagai obat hanya di daerah tersebut (tidak

digunakan sebagai obat di daerah lain).

b. Tumbuhan obat modern sebagai bahan dasar (precursor) baik bahan asli

maupun untuk sintesis. Tumbuhan obat ini telah dibuktikan mengandung

senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat

dipertanggungjawabkan secara medis.

c. Tumbuhan obat potensial yang belum dikenal, yaitu berdasarkan informasi

diduga sebagai obat tetapi belum jelas penggunaan dan kegunaannya secara

medis (Runtunuwu, A, E. 2013)

Tumbuhan obat lebih mudah didapatkan, karena tidak memerlukan resep

dokter. Hal ini mendorong terjadinya ketidaktepatan penggunaan obat tradisional

karena kesalahan atau kurangnya informasi terhadap penggunaan obat tradisional.

Penggunaan obat tradisional memiliki efek samping yang kecil dibanding dengan

obat kenvensional( modern), namun perlu diperhatikan dalam kepastian bahan

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

8

aktif yang belum terjamin terutama penggunaan obat tradisional secara rutin.

Berdasarkan World Health Organization (WHO), baik tumbuhan maupun produk

alam lainnya telah dimanfaatkan sebagai obat- obatan dalam kesehatan, sekitar

70% dari seluruh populasi tanamn tropis didunia terdapat 30.000 dan ada spesies

tanaman tersebut yang tumbuh ditemukan diwilayah Indonesia sekitar 75%.

Oleh karena itu kebanyakan pengobatan yang dilakukan masyarakat Indonesia

banyak menggunakan tanaman herbal atau rempah. (Firdaus, I, N, A. 2015).

Selama sepuluh tahun terakhir, tumbuhan obat telah menjadi topik kepentingan

umum. Hingga saat ini diperkirakan banyak negara berkembang yang sebagian

besar masyarakatnya sangat mempercayai tabib dan tumbuhan obat sebagai sarana

pemenuhan kebutuhan kesehatan. Bersamaan dengan ini, banyak orang di negara

berkembang kembali pada pengobatan tradisional tetapi sebagai pengobatan yang

saling melengkapi (complementary medicine) dengan pengobatan modern Dengan

keragaman tumbuhan obat serta pemanfaatan dalam hal pengobatan, maka

pengobatan tradisional mulai lebih diminati oleh masyarakat dan mulai beralih

menggunakan obat herbal (Meytia, D, 2013).

Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan baik yang sudah ataupun belum

dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan obat juga

merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan tradisional yang telah

digunakan sejak lama dan memberikan dampak farmakologi. Pengobatan

tradisional secara langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan upaya

pelestarian pemanfaatan sumber daya alam hayati, khususnya tumbuhan obat.

mengelompokkan tumbuhan berkhasiat obat sebagai berikut:

a. Tumbuhan obat tradisional, merupakan jenis tumbuhan yang diketahui atau

dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan

baku obat tradisional.

b. Tumbuhan obat modern, merupakan jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah

dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, dan

penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan secara medis.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

9

c. Tumbuhan obat potensial, merupakan jenis tumbuhan yang diduga

mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif obat, tetapi belum

dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai bahan obat dan

penggunaannya secara tradisional belum diketahui (Yatias, E, A, 2015).

Tumbuhan obat terdiri dari beberapa macam habitus. Habitus berbagai jenis

adalah sebagai berikut :

a. Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang

jelas dan bercabang jauh dari permukaan.

b. Perdu adalah tumbuhan berkayu yang tidak seberapa besar dan bercabang

dekat dengan permukaan.

c. Herba adalah tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair.

d. Liana adalah tumbuhan berkayu dengan batang menjalar/memanjat pada

tumbuhan lain.

e. Tumbuhan memanjat adalah herba yang memanjat pada tumbuhan lain atau

benda lain.

f. Semak adalah tumbuhan yang tidak seberapa besar, batang berkayu,

bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau di dalam tanah.

g. Rumput adalah tumbuhan dengan batang yang tidak keras, mempunyai ruas-

ruas yang nyata dan seringkali berongga (Yatias, E, A, 2015)

WHO (World Health Organitation) juga memprediksi pada tahun 1985 bahwa

sekitar 80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat, (Herbal

medicine, phytoterapi, phytomedicine, atau botanical medicine) untuk

pemeliharaan kesehatan primernya (murni, S,A, 2012). Keanekaragaman

tumbuhan obat obatan dapat menunjang adanya ketersediaan obat- obat tradisional

yang siap pakai (Makalalag, I. 2014).

Obat tradisional adalah ramuan dari berbagai jenis bagian tanaman yang

mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang sudah

dilakukan sejak zaman dahulu secara turun –menurun.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

10

Obat bahan alam yang ada diindonesia dapat dikategorikan menjadi 3 jenis,

Yaitu :

a. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi

seluruh bahan tanaman yang digunakan dalam meramu jamu tersebut harus

hidienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah

digunakan secara turun temurun selama berpuluh- puluh tahun bahkan

mungkin bisa asampai ratusan tahun. Dan pada umumnya, ramuan jamu di

lakukan atas dasar resep dari leluhur. Jamu, tidak perlu dibuktikan secara klinis

namun cukup dengan bukti empiris turun temurun.

b. Obat herbal Terstandar (Scientific based medicine)

Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak

atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang dan

mineral. Dalam melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang

komplet serta mahal, dengan tenaga kerja yang mendukung dan intelektualnya

dalam membuat ekstrak. Selain tekonologi yang maju, dibuktikan pula dengan

bukti ilmiah dengan bukti pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti

standar yang ditentukan.

c. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disertakan

dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar, ditunjang

dengan pembuktian ilmiah sampai uji klinik pada manusia dengan kriteria

memenuhi syarat inilah, protocol uji telah disetujui, pelaksanaan yang

kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji telah memenuhi

syarat. Dengan adanya uji klinik profesi medis akan lebih yakin dalam

menggunakan obat tradisional dan dapat merekomendasikan menggunakan

obat herbal dalam pelayanan kesehatan. (Firdaus, I, N,A, 2015).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

11

Penggolongan obat tradisional menurut yang dikeluarkan Badan

Pengawasan Obat dan Makanan secara garis besar obat tradisional dapat

dibedakan menjadi :

1) Hasil TOGA (Tanaman Obat Keluarga)

Obat tradisional yang dimanfaatkan, pada umumnya digunakan oleh

keluarga. Terdapat standarisasi yang perlu dilakukan adalah kebenaran

tanaman yang digunakan dan kebersihan dalam proses pembuatannya.

2) Jamu

Jamu yang digunakan untuk pengobatan sendiri terdiri atas:

a) Jamu Racikan

Usaha peracikan, pencampuran atau dalam pengolahan obat tradisional

dengan bentuk rajangan, serbuk, cairan pilis, tapel ataupun param

dalam sekala kecil, dijual dari satu tempat penandaan atau merek

dagang.

b) Jamu Gendong

Ini adalah suatu usaha peracikan, pencampuran, pengolahan dan

pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis atau param

tanpa penandaan atau merek dagang yang tertera dan tanpa dijajakan.

3) Industri Obat Tradisional (IOT)

Ini merupakan industry yang memproduksi obat tradisiona dengan total aset

diatas Rp. 600.000.000 tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

4) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)

Ini merupakan industry obat tradisional dengan total asset kurang atau sama

dengan Rp.600.000.000 tidak termasuk pada harga tanah dan bangunan (

Depkes RI, 1999)

Sediaan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat disebut dengan

Herbal medicine atau Fitofarmaka. Menurut Keputusan MenKes RI No. 761

tahun 1992. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan

kekhasiatannya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang

dapat memenuhi syarat yang berlaku (Depkes RI, 1999)

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

12

Strategi WHO dalam hal obat tradisional mencakup empat tujuan utama yaitu

(WHO, 2002) :

1) Mengintegrasikan secara tepat obat tradisional dalam sistem pelayanan

kesehatan nasional dengan mengembangkan dan melaksanakan kebijakan

nasional obat tradisional dengan berbagai programnya.

2) Meningkatkan keamanan (safety), khasiat dan mutu dengan memperkuat

knowledge-base obat tradisional dan regulasi dan standar jaminan mutu

(quality assurance standar).

3) Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional terutama

untuk masyarakat yang tidak mampu.

4) Mempromosikan penggunaan obat tradisional secara tepat oleh tenaga

profesional medik maupun oleh konsumen.

Indonesia sebagai negara anggota, perlu menjabarkan strategi global WHO

tersebut dalam suatu kebijakan nasional yang komprehensif dengan program-

program yang memiliki arah dan sasaran ke depan yang jelas dengan melibatkan

partisipasi aktif seluruh sektor terkait.

2. Penggunaan Tumbuhan Obat

Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang landasan obat tradisional

dengan dikeluarkannya keputusan menteri kesehatan RI

No.381/Menkes/SK/III/2007 tentang kebijakan obat tradional nasional

(KOTRANAS). Tujuan dari dikeluarkannya keputusan ini adalah agar dalam

ketersediaan obat tradisional dapat menjamin mutu, khasiat dan keamanannya,

dan dapat teruji secara ilmiah dan dapat dimanfaatkan secara luas baik untuk

pengobatan sendiri maupun untuk pelayanan formal.

Untuk pengobatan tanaman sebagai obat biasanya masyarakat menggunakan

tanaman dengan cara ditempelkan, diminum, dimakan atau diremas ini dilakukan

untuk mendapatkan efek terapi yang di inginkan. Dalam era ini, penggunaan

tanaman obat masih sering digunakan oleh masyarakat sekitar. Ini sesuai dalam

keinginan pemerintah dalam mengembangkan tentang penggunaan obat

tradisional secara empiric dan ramuant tradisional, dalam penggunaan obat

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

13

tradisional ini tidak hanya sebagai obat saja namun juga dapat digunakan sebagai

pemelihara kesehatan (Stepanus, 2011).

Kelebihan penggunaan obat tradisional yaitu relative lebih aman disbanding

obat konvensional, efek samping yang ditimbulkan relative rendah, cara

memperoleh tumbuhan obat tersebut mudah bahkan dapat dibudidayakan sendiri

dirumah, murah, dapat di ramu oleh semua orang, dalam suatu ramuan memilik

kandungan beranekaragam memiliki efek yang sinergis, ada banyak tumbuhan

yang memiliki efek farmakologi lebih dari satu, lebih sesuai terhadap penyakit

metabolic dan generative. Selain memiliki kelebihan tanaman obat juga memiliki

kekurangan yaitu mayoritas memiliki efek farmakologi yang lemah, bahan baku

yang digunakan belum berstandar, dan belum dilakukan pengujian mengenai

efektivitas dan keamanannya (Ningsih, I, Y, 2016).

Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara

maju adalah :

a. Meningkatnya usia harapan hidup pada saat prevalensi penyakit kronik

meningkat.

b. Adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu seperti

kanker.

c. Semakin meluasnya akses informasi obat herbal di seluruh dunia (Hidayat

2006).

Berdasarkan data hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun

2001 persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional dalam

pengobatan sendiri selama kurun waktu empat tahun Cenderung meningkat dari

angka 15,6% menjadi 30.2% dan terus meningkat dari tahun ke tahun hingga

pada tahun 2006 menjadi 38,30% (Mamahani, A, F, 2015).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

14

3. Bagian tumbuhan obat yang digunakan

Bagian- bagian tumbuhan obat yang digunakan secara umum sebagai obat

adalah

a. Rimpang (rhizome) misalnya kunceng, empawa, nggebok.

b. Akar (radix) misalnya halalang, bopot, celopai, kunceng, Rumput Pacar.

c. Umbi (tuber) misalnya uwi,

d. Bunga (Flos) misalnya serempuli,

e. Buah (Fruktus) misalnya pinang, perija, asam jawa,

f. Biji (semen) misalnya kapok, Rangan, Petai Cina.

g. Daun (folium) misalnya Harub, Rumput bulu, Embung, Luntas, Tempera,

Serempuli, Rumput pacar, Katuk, Marpeta, Bentaleng, Sangkarut.

Menurut beberapa penelitan menyebutkan bagian yang sering digunakan

dalam penelitian adalah daun. (Setyowati, F, M, 2010)

Menurut survei yang dilakukan WHO, sebagian besar negara anggotanya (65

%) memiliki regulasi atau peraturan perundang -undangan obat herbal. Regulasi

tersebut mengatur obat herbal sebagai obat yang diresepkan, obat bebas (OTC =

over the counter), obat swamedikasi, suplemen makanan, makanan kesehatan,

makanan fungsional atau kategori lainnya (Hidayat, M,A, 2006).

D. Karakteristik Kutawaru

Kutawaru merupakan daerah pedesaan di jawa tengah yang terletak di

kecamatan cilacap tengah kabupaten cilacap. Batas wilayah kutawaru adalah sebelah

utara berbatasan dengan wilayah desa brebeg, sebelah selatan berbatasan dengan

kelurahan tambak reja, sebelah barat berbatasan dengan desa ujung manik, sebelah

timur berbatasan dengan kelurahan donan. transportasi yang sering digunakan

penduduk sekitar untuk menuju kutawaru adalah perahu karena, apabila menuju

kutawaru harus melewati lautan terlebih dahulu. Adapun jalur darat yang dapat

dilewati namun, jalan dalam jalur darat tersebut telah mengalami kerusakan sehingga

masyarakat sekitar kebanyakan lebih memilih menggunakan jalur laut. Karena akses

jalan yang harus menyebrang maka, pada daerah kutawaru tidak memiliki puskesmas

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

15

karena jauh dari kota. Oleh karena itu di kelurahan kutawaru memiliki satu

pelayanan kesehatan yaitu PKD (Poliklinik Kesehatan Desa). Poliklinik kesehatan

desa tersebut di domisili oleh bidan – bidan yang praktek di kutawaru dan belum ada

praktek dokter yang berada dikelurahan kutawaru. Mata pencaharian masyarakat

kelurahan kutawaru kebanyakan sebagai pedagang dan petani. Luas wilayah

kutawaru adalah 3.645.037 ha yang terbagi dalam 4 lingkungan yaitu lingkungan 1,

lingkungan 2, lingkungan 3 dan lingkungan 4.

E. Battra (Pengobat Tradisional)

Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah mengenal dan

terkenal pandai dalam melakukan peracikan jamu dan obat- obat tradisional lainnya.

Berbagai macam tumbuhan, akar-akaran, dan bahan- bahan alamiah lainnya diracik

sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ramuan-

ramuan tersebut digunakan pula untuk menjaga kondisi agar badan tetap sehat,

mencegah penyakit dan sebagian untuk mempercantik diri. Kepintaran dalam

melakukan peracikan bahan- bahan itu diwariskan oleh nenek moyang secara turun

temurun, dari satu generasi kegenerasi lain sampai sekarang. Menurut kementrian

kesehatan Republik Indonesia melalui Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Battra adalah orang yang mengetahui berbagai macam tanaman obat dan

juga mengetahui tentang meramu obat, yang melakukan praktek pengobatan

tradisional, pengetahuan tentang pengobatan tradisional diperoleh battra secara turun

temurun (Firdaus, I, N, A, 2015).

Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan,

keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori -teori, keyakinan, dan

pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan

atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan,

diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental. Selain itu,

pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan alternatif yang bisa

didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara

pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan. pengobatan

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4574/3/NUNIK MASRIFATUN BAB II.pdfkeperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai

16

tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu cara penyembuhan tradisional atau

traditional healing yang terdiri dari pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya serta

obat tradisional atau traditional drugs yaitu menggunakan bahan -bahan yang telah

tersedia dari alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini

terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil dari bagian -

bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat yang

diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar -kelenjar, tulang- tulang maupun

dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber mineral atau garam- garam yang bisa

didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah.(Dermawan, R, 2013).

Battra memiliki pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan obat berdasarkan

informasi yang diperoleh oleh nenek moyang atau pendahulunya dan berdasarkan

pengalaman. Secara umum yang menjadi battra adalah para dukun bayi, dukun pijet

dan orang yang sudah sepuh yang paham dengan pengobatan tradisional.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017