BAB II TINJAUAN PUSTAKA - IMISSU Single Sign On of … · 2017-04-01 · Terhadap Kualitas...
-
Upload
truonghanh -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - IMISSU Single Sign On of … · 2017-04-01 · Terhadap Kualitas...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Menurut penelitian pertama yang dilakukan oleh Maria Tampubolon, Perdani
Sukmaningrum dan Serli Wijaya dengan judul penelitian "Analisa Kepuasan Senior Market
Terhadap Kualitas Pelayanan di Hotel Bintang 4 dan Bintang 5 di Surabaya". Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis data menggunakan skala likert dan analisis gap. Hasil dari
penelitian ini berdasarkan lima demensi kualitas pelayanan menunjukkan bahwa terdapat gap
antara harapan dan persepsi, dimana harapan lebih besar daripada persepsi. Adapun gap yang
terbesar antara harapan dan persepsi responden lanjut usia atas layanan hotel terjadi pada 4
indikator layanan antara lain: 1).Kemampuan staf dalam menangani komplain dengan baik;
2).Peralatan dan lingkungan yang aman dan nyaman; 3).Papan penunjuk arah mudah dilihat;
4).Pintu yang lebar untuk akses kursi roda. Sebaliknya, gap harapan dan persepsi yang terkecil
terdapat pada 2 indikator layanan yaitu 1).Pelayanan yang berkesan; dan 2). Porsi makanan
cukup, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden belum puas dengan seluruh atribut layanan
yang disediakan.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Joko Priyono dengan judul penelitian "Analisis
Kepuasan Konsumen Ditinjau Dari Kualitas Pelayanan Hotel Grand Setiakawan di Surakarta".
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data menggunakan Skala likert, Weight Serqual
analisis, dan Regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1).Tingkat kepuasan
pelanggan secara umum dalam kondisi puas ideal, kondisi tersebut ditunjukan dengan nilai skor
indeks kepuasan yang positif 279; 2).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima dimensi
pembentuk kualitas layanan terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas layanan
baik secara bersamasama maupun parsial terhadap kepuasan tamu Hotel Grand Setiakawan
Surakarta; 3).Variabel yang paling berpengaruh terhadap kepuasan tamu adalah assurance. Selain
itu, hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat dan positif antara variabel kualitas
layanan terhadap kepuasan pelanggan.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Krisna Mahendraswara dengan judul penelitian "Studi
Kualitas Pelayanan di Hotel Grand Candi Semarang". Pada penelitian ini menggunakan teknik
analisis data menggunakan Skala likert dan Importance Performence Analysis (IPA). Hasil
penelitian menunjukan bahwa 1). Variabel tangibles dan empathy dianggap penting dan sudah
cukup memuaskan pelanggan Hotel Grand Candi; 2).Variabel reliability, responsiveness dan
assurance masih memerlukan peningkatan kinerja; 3).Variabel yang menjadi prioritas dalam
peningkatan kinerja adalah tempat parkir yang memadai karena memiliki nilai tingkat
kepentingan yang paling besar serta memiliki jarak terjauh dari garis prioritas.
Penelitian keempat yang dilakukan oleh Juhari dengan judul penelitian "Aanalisis Pengaruh
Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Hotel Centrum Pangkalpinang". Pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis data menggunakan Regrensi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel tangibles, reliability ,
responsiveness, assurance) dan emphaty secara simultan berpengaruhpositif dan signifikan
terhadap loyalitas pelanggan pada Hotel Centrum. Sedangkan secara parsial, variabel kualitas
layanan yang terdiri dari variabel tangibles, emphaty berpengaruh secara signifikan terhadap
loayalitas pelanggan, sedangkan variabel reliability, responsivenessassurance terbukti,
tidakberpengaruh secara signifikan terhadaployalitas pelanggan pada Hotel Centrum
Pangkalpinang. Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi (R2) menunjukkan angkasebesar
0,605 yang artinya bahwa 60,5% variasidari variabel loyalitas pelanggan dapatdijelaskan oleh
variabel kualitas pelayanan, sedangkan 39,5% lainnyadijelaskan oleh variabel lain. Berdasarkan
hasil uji regresi berganda, variabel yang dominan mempengaruhi loyalitas pelanggan Hotel
Centrum Pangkalpinang adalah variabel empathy sebesar 0,443. Berdasarkan hasil penelitisn
terdahulu diatas diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dasar pertimbangan maupun
perbandingan bagi penelitian ini dalam upaya memperoleh arah dan kerangka berpirkir yang
lebih baik.
2.2. Tinjauan Konsep
2.2.1. Tinjauan Tentang Hotel
Menurut Suarthana dalam Wisnawa (2007:3), secara harfiah kata hotel berasal dari bahasa
latin, yaitu hospitium , yang berarti ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan
pengertian menjadi hotels. Hotels disewakan kepada masyarakat umum untuk menginap dan
beristirahat untuk sementara waktu. Seiring perkembangan dan adanya tuntutan terhadap
kepuasan di mana orang tidak meyukai peraturan yang terlalu banyak pada hotels, maka kata
hotels kemudian mengalami perubahan yakni penghilangan huruf "s" pada kata hotels mejadi
hotel.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hotel didefinisikan sebagai bangunan yang memiliki
banyak kamar untuk disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan bagi orang
yang sedang melakukan perjalanan dan merupakan suatu akomondasi yang dikelola secara
komersil yang disediakan bagi setiap orang yang memperoleh pelayanan, penginapan makanan
dan minuman.
Menurut Rumekso dalam Wisnawa (2007:3), hotel adalah bangunan yang menyediakan
kamar-kamar untuk menginap para tamu, makanan dan minuman serta fasilitas-fasilitas lain yang
diperlukan dan dikelola secara komersil untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan menurut
Sihite dalam Wisnawa (2007:3), mengartikan hotel sebagai suatu jenis akomondasi yang
menyediakan fasilitas pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta jasa-jasa lainnya
untuk umum yang tinggal untuk sementara waktu dan dikelola secara komersil.
Maka dapat disimpulkan bahwa hotel adalah sebagai suatu usaha jasa yang merupakan
sarana pendukung kegiatan pariwisata yang menyediakan fasilitas pelayanan penginapan,
makanan dan minuman, dimana pengelolaannya dilakukan secara profesional dan bersifat
komersil.
1. Klasifikasi Hotel
Menurut Sulastiono dalam Wisnawa (2007:3), klasifikasi hotel dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu :
1. Residential Hotel adalah hotel dimana wisatawan lama tinggal (menetap) dan biasanya
bangunannya menyerupai apartemen,menyediakan layanan yang diperlukan oleh penghuni,
tersedia pula ruang makan dan bar.
2. Transit Hotel adalah hotel yang diperuntukan bagi orang-orang yang melakukan bisnis
sehingga sering disebut commercial hotel, terletak di dalam kota dan pusat-pusat perdagangan.
3. Resort Hotel adalah hotel yang diperuntukan untuk orang-orang yang melakukan perjalanan
atau berlibur dan biasanya terletak dipegunungan atau pantai.
1. Departemen Dalam Hotel
Bagian-bagian atau departemen pada suatu hotel bervariasi tergantung ukuran dan besar
kecilnya hotel bersangkutan, namun pada umumnya secara garis besar departemen dalam hotel
dibagi menjadi dua yaitu, organisasi kantor depan (Front Office) dan organisasi kantor belakang
(Back Office). Adapun bagian-bagianya sebagai berikut (SK.Menparpostel No. km. 34 / NK 103
/ MPPT. 87):
1. Front Office
Organisasi kantor depan adalah departemen yang berhubungan dan langsung bersentuhan
dengan tamu, diantaranya :
a. Front Office Department adalah bagian yang berhuhubungan langsung dengan tamu dari tamu
check-in sampai tamu check-out. Departemen ini bertugas untuk menjual kamar, menerima
pemesanan kamar, memberi informasi dan menerima pembayaran.
b. Food and Beverage Department adalah bagian yang bertugas mengurus keperluan makanan
dan minuman tamu selama menginap di hotel.
c. Housekeeping Department adalah bagian yang bertugas memelihara kebersihan, kerapian dan
kelengkapan fasilitas-fasilitas yang ada dikamar.
2. Back Office
Organisasi kantor belakang adalah departemen yang tidak bersentuhan langsung dengan para
tamu tetapi menjadi penunjang kegiatan atau pendukung bagian yang berhubungan dengan tamu
dan juga sangat diperlukan, diantaranya :
a. Human Resouces Department adalah bagian yang berfungsi melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada di lingkungan kerja hotel. Departement ini
juga memiliki tugas dalam mengembangkan tenaga kerja yang ada serta mengatur dan
menyelenggarakan pendidikan maupun latihan kerja bagi karyawan.
b. Sales and Marketing Department adalah bagian yang bertugas memasarkan produk hotel dan
melakukan kegiatan- kegiatan pemasaran, termasuk mempromosikan dan menjual produk
hotel.
c. Accounting Department adalah bagian yang bertugas mengelolah keuangan dalam hotel,
termasuk penerimaan dan pengeluaran uang di hotel.
d. Engeneering Department adalah Bagian ini bertanggung jawab dalam kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan dan kontstruksi bangunan hotel, selain itu juga bagian ini
peralatan dan perlengkapan hotel yang bersifat mekanik (mesin) serta mengurus pengadaan
dan pemeliharaan instalasi listrik dan pengadaan air bersih untuk keperluan tamu maupun
untuk keperluan karyawan hotel.
e. Security Department adalah Departemen yang bertugas menjaga dan memelihara keamanan
sertaketertiban di dalam maupun dilingkungan hotel.
2.2.2. Tinjauan Tentang Kepuasan Tamu
Menurut Kotler dalam Tjiptono (2008:169), kepuasan pelanggan sebagai, perasaan suka atau
tidak suka seseorang terhadap suatu produk setelah membandingkan persepsi produk dengan
yang diharapanya. Sedangkan menurut Fornell dalam Tjiptono (2008:169), kepuasan pelanggan
juga dapat diartikan sebagai hasil evaluasi dari menyeluruh konsumen atas kinerja produk yang
dikonsumsinya.
Menurut Tse & Wilton dalam Tjiptono (2008:169), kepuasan merupakan respon pelanggan
terhadap evaluasi persepsi atas perbedaan antara harapan awal sebelum pembelian dan kinerja
produk sebagaimana dipersepsikan setelah memakai atau mengkonsumsi produk bersangkutan.
Sedangkan Dutka dalam Kresnamurti,dkk (2011:115), mengartikan kepuasan pelanggan
sebagai tingkatan dimana kinerja produk yang dirasakan memenuhi harapan pembeli. Jika kinerja
produk dibawah harapan, pelanggan tidak merasa puas. Begitu juga sebaliknya, Jika kinerja
memenuhi harapan, maka pelanggan merasa puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan
mendapatkan kepuasan yang tinggi atau sangat senang. Pelanggan membentuk harapannya
tergantung pada pengalaman pembelian dimasa lalu, pendapat teman dan informasi atau janji
perusahaan. Jadi dapat disimpulkan kepuasan pelanggan merupakan perasaan suka atau tidak
suka seseorang terhadap suatu produk yang dirasakan setelah membandingkan kinerja produk
dengan yang diharapkan, apakah sudah memenuhi harapan atau dibawah harapan.
1. Teknik Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler dalam Tijptono (2011:314), metode atau cara yang dapat dilakukan untuk
mengukur tingkat kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut :
1. Sistem Keluhan dan Saran (Complain and suggestion system )
Metode ini memberikan kesempatan yang luas kepada pelanggan perusahaan untuk
menyampaikan saran dan keluhan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kepuasan
pelanggan. Dengan demikian maka perusahaan dapat memperbaiki kekurangannya atau
mungkin lebih meningkatkan pelayanannya.
2. Ghost Shopping
Metode ini dilaksanakan dengan memperkerjakan beberapa orang untuk bersikap sebagai
pelanggan potensial terhadap produk perusahaan dan pesaing. Ghost Shopping merupakan
salah satu cara untuk menilai kepuasan pelanggan dengan cara melaporkan pengalaman
konsumen ketika membeli produk perusahaan dan pesaing.
3. Analisis Pelanggan yang Hilang (Lost Customer Analysis)
Metode ini dilakukan dengan cara menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli
produk perusahaan atau telah berpidah ke perusahaan pesaing untuk memahami sebab
berhenti atau berpindahnya pelanggan ke perusahaan pesaing. Apabila jumlah pelanggan yang
hilang tinggi maka perusahaan dapat dikatakan gagal memberi kepuasan pada pelanggannya.
4. Survei Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Survey)
Perusahaan perlu melakukan pengukuran langsung terhadap kepuasan pelanggan dengan cara
melakukan survei secarat teratur dapat dilakukan dengan menyebar kuesioner atau menelpon
pelanggan untuk mengetahui perasaan pelanggan saat mengkonsumsi produk dan jasa
perusahaan. Survei kepuasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Directly Reported Satisfaction
Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan seperti "Ungkapkan seberapa
puas anda terhadap pelayanan?" skala yang digunakan berupa : sangat tidak puas, tidak
puas, netral, puas, sangat puas.
b. DerivedSatisfaction
Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya harapan pelanggan
terhadap artibut tertentu dan besarnya kinerja yang dirasakan.
c. Problem Analysis
Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok, yang
pertama merupakan masalah yang dihadapi berkaitan dengan penawaran dan yang kedua
saran-saran untuk melakukan perbaikan.
d. Importance Performance Analysis
Dalam teknik ini, responden diminta untuk merengking atribut dari penawaran berdasarkan
derajat kepentingan setiap atribut tersebut.
Menurut Kotler dalam Winahyuningsih (2000:7), penilaian kepuasan pelanggan mempunyai 3
bentuk yang berbeda yaitu:
a. Positif Disconfirmation, dimana kinerja lebih baik dari harapan
b. Simple Confirmation, dimana kinerja sama dengan harapan
c. Negatif Disconfirmation, dimana kinerja lebih buruk dari harapan
2. Indikator Kepuasan Pelanggan
Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Tjiptono (2011:198), menyebutkan
kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan, maka
untuk mengukur kepuasan pelanggan digunakan teori TERRA sebagai indikator pembentuk
kepuasan pelanggan, lima indikator tersebut, meliputi:
a. Tangible (Bukti Fisik), berkenan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material
seperti gedung dan tata letak ruangan, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian,
kenyamanan ruangan, kelengkapan perlatan komunikasi dan penampilan karyawan.
b. Emphaty (Empati), yaitu ketersediaan karyawan untuk lebih peduli memberikan perhatian
pribadi kepada pelanggan mencakup kemudahan komunikasi dan pemahaman terhadap
kebutuhan dan masalah pelanggan.
c. Responsiveness (Daya Tanggap), yaitu ketersediaan karyawan untuk membantu pelanggan
dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan (complaint) dari
tamu.
d. Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberi jasa sesuai dengan yang
dijanjikan, terpecaya, akurat dan konsisten.
e. Assurance (Jaminan), yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan
kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.
3. Manfaat Kepuasan Pelanggan
Menurut Tjiptono (2011:288), kepuasan pelanggan dapat memberikan manfaat-manfaat
sebagai berikut:
a. Berdampak positif terhadap loyalitas planggan.
b. Berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan, terutama pembelian ulang.
c. Menekan biaya transaksi di masa depan, biaya-biaya komunikasi pemasaran, penjualan dan
layanan pelanggan.
d. Menekan resiko berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan.
e. Meningkatkan toleransi harga terhadap ketersediaan pelanggan untuk membayar dan
pelanggan tidak cenderung berpindah tempat.
f. Menumbuhkan rekomendasi.
g. Pelanggan cenderung lebih represif terhadap produk perusahaan.
h. Meningkatkan kekuatan perusahaan terhadap mitra bisinis dan jaringan distribusi.
2.2.3. Tinjauan Tentang Loyalitas Tamu
Menurut Griffin dalam Wisnawa (2007:7), loyalitas pelanggan secara umum dapat diartikan
sebagai kesetiaan seseorang terhadap suatu barang atau jasa tertentu. Loyalitas pelanggan
merupakan kelanjutan dari kepuasan konsumen walaupun tidak multak merupakan hasil
kepuasan konsumen. Seorang pelanggan dapat dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan
tersebut menunjukan prilaku pembelian secara teratur atau paling sedikit dua kali dalam selang
waktu tertentu. Menurut Oliver dalam Kresnamurti (2011:115), loyalitas adalah suatu komitmen
yang kuat untuk melakukan pembelian ulang, berlanggan suatu produk atau pelayanan secara
konsisten serta tidak terpengaruh pada lingkungan yang ada atau upaya aktifitas pemasaran para
pesaing, serta aspek-aspek lain yang dapat mendorong pelanggan beralih ke perusahaan lain.
Sedangkan Mowen dan Minor dalam Putro,dkk (2014:4), menyatakan loyalitas sebagai
kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap positif terhadap suatu brand, mempunyai komitmen
terhadap suatu brand dan bermaksud meneruskan pembelian dimasa mendatang. Menurut Auh, s
dalam Sudarti (2012:97), loyalitas pelanggan merupakan kesediaan untuk melakukan pemebelian
ulang dan tetap bersedia melakukan pembelian ulang meskipun dengan adanya kenaikan harga.
Terjadinya loyalitas merek pada konsumen itu disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan
dan ketidakpuasan dengan merek tersebut yang terakumulasi secara terus menerus disamping
adanya persepsi tentang kualitas produk. Berdasarkan pernyataan tersebut Ali hasan (125:2002)
mengartikan, Loyalitas pelanggan sebagai orang yang membeli secara teratur dan berulang-ulang,
mereka secara terus menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk
memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan
membayar produk tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan merupakan sikap positif, komitmen dan kesediaan untuk
melakukan pembelian ulang dan tetap bersedia melakukan pembelian ulang meskipun dengan
adanya kenaikan harga serta aspek-aspek lain yang dapat mendorong pelanggan beralih ke
perusahaan lain.
Pelanggan yang puas akan melakukan pembelian ulang pada waktu yang akan datang dan
memberitahukan kepada orang lain atas kinerja produk dan jasa yang dirasakan. Dalam hal ini
dapat Soesanto dalam Juhari (2012:17), meyimpulkan bahwa pelanggan yang loyal tidak dapat
diukur dari berapa banyak dia membeli, tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang,
termasuk disini merekomenasikan orang lain untuk membeli. Loyalitas pelanggan sangat penting
bagi suatu perusahaan jasa untuk meningkatkan keuntungan, karena apabila konsumen tidak
loyal terhadap suatu perusahaan maka dipastikan mereka akan berpaling ke perusahaan lain.
Dalam mempertahankan loyalitas pelanggan, perusahaan dapat melakukannya dengan
memberikan pelayanan yang baik.
1. Karakteristik Pelanggan yang Loyal
Pelanggan (customer) memiliki perbedaan dengan konsumen (consumer). Seseorang
dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri dengan membeli
produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui
pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu , apabila dalam jangka waktu tertentu
tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan
tetapi sebagai pembeli atau konsumen.
Menurut Griffin dalam Budi (2013:58), karakteristik pelanggan yang loyal dapat dilihat
berdasarkan kriteria berikut:
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur (Repeat Purchase)
2. Membeli antar lini produk dan jasa (Pay More)
3. Mereferensikan kepada orang lain (Advocate)
4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing (Retention)
Menurut Maulan dalam Putro, dkk (2014:4), seseorang pelanggan dikatakan setia atau loyal
apabila pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu
kondisi dimana mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu
tertentu. Upaya memberikan kepuasan pelanggan dilakukan untuk mempengaruhi sikap
pelanggan, sedangkan konsep loyalitas pelanggan lebih berkaitan dengan perilaku pelanggan
daripada sikap dari pelanggan. Griffin dalam Putro,dkk (2014:4), berpendapat seorang konsumen
juga dikatakan loyal apabila dia mempunyai suatu komitmen yang kuat untuk menggunakan atau
membeli lagi secara rutin sebuah produk atau jasa.
2. Manfaat Loyalitas Pelanggan
Menurut Hasan (121:2000), loyalitas pelanggan terhadap perusahaan merupakan salah satu
aset perusahaan, yang menunjukkan mahalnya nilai sebuah loyalitas karena dalam membangun
loyalitas banyak tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan waktu yang sangat lama.
Akan tetapi sekali loyalitas pelanggan dapat dibangun, akan memberikan manfaat yang besar
bagi perusahaan, antara lain:
a. Mengurangi biaya pemasaran
b. Trade leverage
c. Menarik pelanggan baru
d. Merespons ancaman pesaing
e. Nilai kumulatif bisnis berkelanjutan
3. Indikator Loyalitas Pelanggan
Menurut Zeithaml dalam Juhari (2012:17), menyebutkan indikator dari loyalitas pelanggan
sebagai berikut :
1. Say positive things adalah mengatakan hal yang positif tentang produk yang telah dikonsumsi.
2. Recommend friend adalah merekomendasikan produk kepada teman.
3. Continue Purchasing adalah pembelian yang dilakukan terus menerus terhadap produk yang
telah dikonsumsi.
Pelanggan yang loyal pada dasarnya dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan
perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru dan pelanggan yang loyal dapat membantu
mendapatkan pelanggan baru dengan merekomendasikan melalui informasi dari mulut ke mulut.
2.2.4. Tinjauan Tentang Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler dalam Putro,dkk (2014:2), pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Pelayanan merupakan prilaku produsen dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan konsumen. Pelayanan
dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan atau tindakan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen yang memberikan manfaat atau kepuasan.
Menurut Lewis and Boom dalam Lubis (2013:78), kualitas pelayanan adalah ukuran
seberapa baik tingkat pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan pelanggan. Sedangakan
Tjiptono menyatakan, Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan
(Lubis,2013:78). Menurut Kotler dalam Juhari (2012:16), kualitas pelayanan juga dapat diartikan
sebagai cara membandingkan persepsi layanan yang mereka harapkan dengan kenyataan yang
mereka terima. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah
penilaian yang diberikan kepada pelayanan yang diterima terhadap pelayanan yang diharapkan,
jika pelayanan yang diberikan lebih dari harapan konsumen maka pelayanan dikatakan sangat
baik, begitu juga sebaliknya jika pelayanan tidak Psesuai dengan yang diharapkan maka
pelayanan dikatakan tidak baik dan apabila pelayanan sama dengan harapan maka pelayanan
dikatakan baik.
2.2.5. Tinjauan Tentang Tamu
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tamu diartikan sebagai orang yg datang berkunjung
ke tempat orang lain atau ke perjamuan, orang yg datang untuk menginap di hotel, atau orang
yang datang untuk membeli suatu barang. Tamu juga dapat diartikan sebagai seseorang atau
sekelompok orang yang datang untuk mengunjungi instansi atau organisasi, untuk kepentingan
pekerjaan baik kedinasan maupun pribadi.
Rismayanti (2014:34), mengartikantamu (Guest) sebagai seseorang yang datang untuk
menggunakan kamar (menginap) atau tamu yang datang walaupun tidak untuk menginap tetapi
bermaksud menggunakan fasilitas atau pelayanan lain di dalam hotel dan menghendaki
pelayanan yang disediakan oleh hotel, sedangkan menurut Sujatno (2008:6), Tamu adalah orang-
orang yang mempunyai perasaan, emosi, rasa suka dan tidak suka dan orang yang selalu merasa
benar yang menghendaki pelayanan yang ada dihotel dan menggunakan fasilitas hotel dan
membayarnya . Jadi dapat disimpulkan Tamu dapat diartikan sebagai orang yang datang ke hotel
yang menggunakan fasilitas dan menerima pelayanan dari hotel.
1. Jenis-Jenis Tamu
a. Walk in Guest, adalah tamu yang datang ke hotel untuk menginap, tanpa pesan tempat
(reservation) terlebih dahulu.
b. Reguler Guest, adalah tamu hotel biasa. Artinya tamu tersebut bukan tamu penting, dan bukan
tamu yang telah berulang-ulang menginap di hotel tersebut dan juga bukan tamu yang
menginap dalam waktu yang cukup lama.
c. VIP (Very Important Person) Guest, adalah tamu yang dianggap sangat penting, karena
jabatannya dalam pemerintahan atau perusahaan atau organisasi hotel, atau anggota dari suatu
club tertentu.
d. Customer Guest, adalah tamu langganan yang bukan baru sekali saja datang dan menginap di
hotel, tetapi sudah berkali-kali atau berulang-ulang menggunakan fasilitas dan pelayanan hotel.
e. Long Staying Guest, adalah tamu yang datang menginap atau tinggal di hotel dalam waktu
yang cukup relatif lama.
f. Group Guest, adalah tamu yang datang menginap di hotel itu secara rombongan, biasanya
dikoordinir oleh biro perjalanan tertentu.
g. Individual Guest, adalah tamu yang datang menginap di hotel bukan dalam suatu kelompok.
Datang ke hotel secara pribadi bukan sebagai member dari suatu grup tertentu.
Perbedaan istilah tamu seperti diatas bukanlah dimaksudkan untuk membedakan perlakuan
terhadap tamu, namun dengan tujuan memberikan pelayanan kepada tamu dengan sebaik-
baiknya atau semaksimal mungkin mendekati apa yang diharapkannya.
2.2.6. Tinjauan Tentang Persepsi Kualitas Jasa
Menurut Tjiptono (2011:180), kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan
berakhir dengan kepuasan pelanggan serta persepsi positif terhadap kualitas jasa. Tjoptono
(2008:85) juga berpendapat pelanggan merupakan pihak yang membeli dan mengkonsumsi data
maka, pelangganlah yang menilai tingkat kualitas jasa sebuah perusahaan. Penilaian pelanggan
terhadap kinerja layanan yang diterimanya bersifat subyektif, karena tergantung pada persepsi
masing-masing individu.
Menurut Sri Astuti dalam Kanca,dkk (2015:13), persepsi berasal dari Bahasa Inggris yaitu
"perception" yang berarti penglihatan atau daya memahami. Selain itu,Kotler dalam Kanca,dkk
(2015:13) menyatakan persepsi juga dapat diartikan sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan
gambaran keseluruhan yang berarti.
Menurut Rangkuti dalam Kanca,dkk (2015:13), persepsi pelanggan diidentifikasi sebagai
suatu proses di mana individu memilih, mengorganisasikan, serta mengartikan stimulus yang
diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Kesan yang diterima individu sangat
tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berfikir dan belajar,
serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam individu.
Wirata dalam Kanca,dkk (2015:13), mengatakan persepsi seseorang mengenai suatu hal,
benda atau pelayanan yang diberikan oleh orang lain adalah berbeda-beda, karena tiap-tiap
individu memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian atau menanggapi sesuatu. Persepsi
seseorang sangat tergantung pada perasaan individu tersebut terhadap hal-hal yang mereka lihat
dan rasakan. Lebih-lebih persepsi seseorang terhadap pelayanan walaupun seseorang telah
merasa memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kadang-kadang orang yang menerima
pelayanan tersebut persepsinya berbeda tergantung pada situasi dan kondisi orang yang
dilayani.Persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa, berpengaruh terhadap tiga faktor antara
lain: tingkat kepentingan pelanggan, kepuasan pelanggan dan nilai.
Sedangkan menurut Rangkuti dalam Kanca,dkk (2015:14), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi pelanggan atas suatu jasa adalah:
a. Harga ( price)
b. Citra (image)
c. Tahap pelayanan
d. Momen pelayanan
1. Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Febrianti (2001:103), proses dasar dalam
pembentukan persepsi seseorang meliputi:
1. Perceptual Selection
Konsumen mengambil dan memilih rangsangan yang diterima (yang dianggap sesuai dengan
dirinya). Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen akan sangat selektif dalam memilih
informasi, yaitu yang akan membantu konsumen dalam mengevaluasi merek yang akan
memenuhi kebutuhan dan memenuhi atau cocok dengan kepercayaan.
2. Perceptual Organization
Konsumen tidak memisahkan rangsangan-rangsangan yang sudah dipilih dari lingkungan.
Konsumen mengelompokkan informasi-informasi yang diterima dari berbagai sumber dan
menyusunnya secara utuh yang memiliki arti khusus sehingga konsumen dapat mengambil
keputusan berdasarkan hal tersebut.
3. Perceptual Interpretation
Konsumen biasanya menghubungkan rangsangan yang diterima pada faktor-faktor yang
paling disukai dan sesuai dengan diri konsumen. Pengalaman masa lalu dan interaksi sosial
membantu terbentuknya harapan, yang kemudian memberikan pilihan-pilihan yang nantinya
digunakan untuk menginterpretasikan rangsangan.
2.2.7. Tinjauan Tentang Harapan (Ekspetasi) Pelanggan
Menurut Tjiptono (2011:181), dalam konteks kualitas produk atau kepuasan pelanggan telah
dicapai konsesus bahwa harapan pelanggan memainkan peran penting sebagai standar
perbandingan dalam mengevaluasi kualitas jasa maupun kepuasan pelanggan. Tjiptono (2008:86)
juga berpendapat, dalam hal ini kinerja sebuah produk dapat dinilai setelah pelanggan membeli
dan mengkonsumsinya lalu dibandingkan dengan harapan sebelum pembelian utuk mengetahui
kualitas layanannya baik atau buruk.
Harapan Pelanggan menurut Olson & Dover dalam Tjiptono,dkk (2011:181), diartikan
sebagai keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang dijadikan
standar atau acuan dalam menilai produk. Menurut Hill dalam Febrianti (2001:103), harapan atau
ekspetasi adalah apa yang dipikirkan oleh konsumen yang harus disediakan oleh penyedia jasa.
Sedangkan menurut Han dan Leong dalam Febrianti (2001:103), harapan bukan merupakan
prediksi dari apa yang akan disediakan oleh penyedia jasa. Harapan akan timbul saat konsumen
memerlukan jasa.
Schiffman dan Kanuk dalam Febrianti (2001:103), menyatakan harapan bukan merupakan
prediksi dari apa yang akan disediakan oleh penyedia jasa. Harapan akan timbul saat konsumen
memerlukan suatu barang atau jasa. Orang biasanya melihat apa yang mereka harapkan untuk
dilihat, dan apa yang mereka harapkan untuk dilihat biasanya berdasar atas kebiasaan dan
pengalaman masa lalu. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut maka dapat
disimpulkan harapan atau ekspetasi adalah apa yang dipikirkan atau keyakinan konsumen
sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang harus disediakan oleh penyedia jasa, yang
akan timbul saat konsumen memerlukan suatu barang atau jasa. Mereka melihat apa yang mereka
harapkan untuk dilihat berdasarkan atas kebiasaan dan pengalaman masa lalu.
Sebelum melakukan konsumsi akan suatu pelayanan, konsumen telah terlebih dahulu
memiliki harapan (ekspetasi) terhadap pelayanan yang akan diterimanya dari internet, brosur dan
lain-lain. Menurut Zeithaml dalam Kanca (2015:14), Ekspetasi atau harapan ideal konsumen
dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan yaitu:
a. Personal needs,
b. Explicit service promises,
c. Implicit service promises
d. Word of mouth communication
e. Past experience
1. Faktor-Faktor Pembentuk Harapan (Ekspetasi)
Menurut Horovitz dalam Febrianti (2001:103), harapan (expectation) dapat terbentuk oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Communications by the service provider
Para penyedia jasa akan saling bersaing untuk mengkomunikasikan jasanya kepada konsumen.
Salah satunya dengan cara memberikan janji-janji melalui iklan dan media lainnya. Janji-janji
tersebut nantinya akan menimbulkan harapan dalam diri konsumen.
2. Price paid
Semakin besar jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen, maka semakin besar harapan
konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang lebih memuaskan dibandingkan bila
mengeluarkan uang dalam jumlah kecil.
3. Past experience
Jika seorang konsumen pernah menikmati pelayanan yang memuaskan di suatu tempat, maka
konsumen akan mengharapkan pengalaman yang sama seperti yang pernah dialami, pada waktu
menggunakan lagi layanan yang sama.
4. Similar experience
Bila konsumen merasa puas pada pelayanan yang diberikan, konsumen akan menceritakan
pengalaman tersebut kepada teman atau relasinya sehingga teman atau relasi ini akan
menggunakan pelayanan tersebut dan berharap mendapatkan pengalaman yang sama.
2.2.8. Gap Kesenjangan Kualitas Pelayanan
Kualitas layanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan atau yang
dipersepsikan dengan layanan yang telah dirasakan atau dipersepsikan pelanggan dengan
pelayanan yang diinginkan atau diminta konsumen. Selisih antara persepsi dan harapan disebut
dengan gap atau kesenjangan kualitas pelayanan (Budi,2013,51). Gap dapat dihitung dengan cara
mengurangkan persepsi dengan harapan. Nilai gap negatif menunjukan kualitas pelayanan yang
kurang baik sehingga perlu ditingkatkan, sedangkan nilai gap positif menunjukan bahwa tingkat
kinerja terhadap kualitas pelayanan melebihi tingkat harapan tamu atau sama dengan harapan
tamu. Idealnya, nilai tingkat kinerja dan tingkat harapan adalah nol, yang artinya tingkat kinerja
terhadap suatu pelayanan adalah sama dengan tingkat harapan. Semakin besar nilai negatif suatu
gap pada suatu kualitas pelayanan maka semakin besar prioritas perbaikan kualitas pelayanan
tersebut.
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Tjiptono (2011:217), Gap dibagi menjadi
lima yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa sebagai berikut:
a. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen (Knowledge Gap)
Manajemen tidak mempersepsikan ekspetasi pelanggan terhadap kualitas jasa secara tidak
akurat dan tidak memahami dengan tepat apa yang menjadi keinginan konsumen. Akibatnya
manajemen perusahaan penyedia jasa tersebut tidak mengetahui bagaimana suatu jasa
seharusnya didesain dan jasa-jasa pendukung apa saja diinginkan konsumen.
b. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa
(Standards Gap)
Gap ini menunjukan bahwa spesifikasi kualitas jasa tidak konsisten dengan persepsi
manajemen terhadap ekspetasi kualitas jasa. Manajemen belum menetapkan standar kualitas
dengan jelas, atau manajemen telah menetapkan standar kualitas yang jelas tetapi tidak
konsisten dan pihak manajemen tidak berkomitmen kuat untuk mencapai standar kualitas
tersebut.
c. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (Delivery Gap)
Gap ini menunjukan bahwa spesifikasi kualitas jasa tidak terpenuhi oleh kinerja dalam proses
produksi dan penyampaian jasa. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kesenjangan ini,
misalnya karyawan yang kurang terampil, beban kerja yang berat dan karyawan tidak dapat
memenuhi standar kinerja yang ditetapkan.
d. Gap antara pennyampaian jasa dan komunikasi eksternal (Communications Gap)
Gap ini menunjukan bahwa janji-janji yang disampaikan melalui aktivitas komunikasi
pemasaran tidak konsisten dengan jasa yang disampaikan kepada para pelanggan. Harapan
pelanggan dipengaruhi iklan atau janji yang diberikan perusahaan, apabila janji yang
diberikan tidak terpenuhi maka akan timbul persepsi negatif terhadap kualitas jasa perusahaan.
e. Gap antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan (Service Gap)
Gap ini menujukan bahwa jasa yang di dipersepsikan tidak konsisten dengan jasa yang
diharapkan. Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan berdasarkan
kriteria yang berbeda atau keliru menginterprestasikan kualitas jasa bersangkuatan. Gap ini
menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif seperti kualitas yang buruk dan adanya masalah
dalam kualitas pelayanan.