BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare...

28
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu etnofarmakologi. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh (Setyowati, 2010) dengan judul “Etnofarmakologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung Kalimantan Timur” tercatat 47 jenis tanaman yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat lokal Suku Dayak Tunjung Kalimantan Timur yang terdiri dari 27 suku. Jenis-jenis tanaman tersebut mayoritas suku Euphorbiaceae, Verbenaceae, Rubiaceae, dan Fabaceae. Pada umumnya penggunaan dan pengolahan tanaman tersebut masih secara sederhana, sedangkan bagian tumbuhan yang paling digunakan yaitu bagian daun (folium). Dari hasil penelitian (Efremila, Wardenaar & Sisillia, 2015) menyajikan penelitian dengan judul “Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Etnis Suku Dayak di Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor Kabupaten Landak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan sebagai obat di Desa Kayu Tanaman meliputi 17 Suku uang terdiri dari 50 jenis tanaman. Dan bagian tanaman yang paling banyak digunakan yaitu daun. Spesies tumbuhan obat yang digunakan di desa Kayu Tanam di dominasi oleh famili Zingiberaceae. Cara masyarakat dalam menggunakan tumbuhan obat sangat beragam diantaranya dengan cara digosok, dimakan, diminum, dioles, ditaburkan, ditempel dan diteteskan. Tetapi cara penggunaan yang paling sering dilakukan yaitu diminum. (Permatasari, Diniatik & Hartanti, 2011) menyajikan penelitian dengan judul “Studi Etnofarmakologi Obat Tradisional Sebagai Antidiare di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas”. Dari hasil penelitian ditemukan 10 tanaman untuk pengobatan diare jambu biji, kara, ketumbel, Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian.

Hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik

penelitian yaitu etnofarmakologi.

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh (Setyowati,

2010) dengan judul “Etnofarmakologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku

Dayak Tunjung Kalimantan Timur” tercatat 47 jenis tanaman yang digunakan

sebagai obat oleh masyarakat lokal Suku Dayak Tunjung Kalimantan Timur

yang terdiri dari 27 suku. Jenis-jenis tanaman tersebut mayoritas suku

Euphorbiaceae, Verbenaceae, Rubiaceae, dan Fabaceae. Pada umumnya

penggunaan dan pengolahan tanaman tersebut masih secara sederhana,

sedangkan bagian tumbuhan yang paling digunakan yaitu bagian daun

(folium).

Dari hasil penelitian (Efremila, Wardenaar & Sisillia, 2015)

menyajikan penelitian dengan judul “Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh

Etnis Suku Dayak di Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor Kabupaten

Landak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan

sebagai obat di Desa Kayu Tanaman meliputi 17 Suku uang terdiri dari 50

jenis tanaman. Dan bagian tanaman yang paling banyak digunakan yaitu

daun. Spesies tumbuhan obat yang digunakan di desa Kayu Tanam di

dominasi oleh famili Zingiberaceae. Cara masyarakat dalam menggunakan

tumbuhan obat sangat beragam diantaranya dengan cara digosok, dimakan,

diminum, dioles, ditaburkan, ditempel dan diteteskan. Tetapi cara

penggunaan yang paling sering dilakukan yaitu diminum.

(Permatasari, Diniatik & Hartanti, 2011) menyajikan penelitian

dengan judul “Studi Etnofarmakologi Obat Tradisional Sebagai Antidiare di

Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas”. Dari hasil penelitian

ditemukan 10 tanaman untuk pengobatan diare jambu biji, kara, ketumbel,

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

5

kunyit, lengkuas, manggis, nangka, pala, patikan kebo, pepaya. Simplisia

yang digunakan adalah daun, umbi, kulit buah, buah, biji, cara penggunaan

diremas-remas, ditumbuk, diseduh.

Dari hasil penelitian yang dilakukan (Mariani, Qowiyyah &

Fitriyanti, 2016) yang berjudul “Studi Etnofarmakognosi– Etnofarmakologi

Tumbuhan Sebagai Obat di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten

Tasikmalaya”, menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan sebagai obat

di Kampung Naga meliputi 28 suku yang terdiri dari 51 jenis, dengan suku

tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah Asteraceae. Tumbuhan obat

tersebut paling banyak digunakan sebagai penambah stamina tubuh. Daun

merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan, sedangkan

kebun merupakan tempat yang paling banyak tumbuhan tersebut diperoleh.

Cara pengolahan tumbuhan obat paling banyak dilakukan dengan cara

direbus.

Penelitian yang telah dilakukan belum menyeluruh ke berbagai

daerah lainnya di Indonesia karena pada kenyataannya penggunaan tumbuhan

sebagai obat tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Kalimantan

Timur, Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas dan Kampung Naga

Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya tetapi juga Kecamatan

Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap.

Pada penelitian kali ini tidak spesifik kepada salah satu penyakit

seperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem

pencernaan.

B. Landasan Teori

1. Etnofarmakologi

Etnofarmakologi ilmu yang mempelajari tentang kegunaan

tumbuhan yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan

pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku bangsa (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2015).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

6

2. Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi

dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan

ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri

mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit

tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi

memiliki kandungan efek sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek

mengobati. Tumbuhan obat yang dapat digunakan sebagai obat, baik

yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut

digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan disajikan sebagai obat guna

penyembuhan penyakit (Sastroamidjojo, 1997).

3. Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa

bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)

atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah

digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma

yang berlaku di masyarakat (Permenkes, 2012).

Pengobat tradisional adalah tenaga yang ilmu dan

keterampilannya diperoleh melalui turun-temurun atau pendidikan

nonformal (Pemerintah Republik Indonesia, 2014).

Klasifikasi dan jenis pengobat tradisional menurut (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia (Menkes), 2003) yaitu:

a. Pengobat tradisional keterampilan terdiri dari pengobat tradisional

pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris,

akupunkturis, chiropractor dan pengobat tradisional lainnya yang

metodenya sejenis.

b. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional ramuan

Indonesia (Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy,

aromatherapist dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya

sejenis.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

7

c. Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobat

tradisional dengan pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu

atau Budha.

d. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional

tenaga dalam (prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun

kebatinan dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.

a. Obat tradisional Indonesia mencakup jamu, obat herbal

terstandar, dan fitofarmaka, berikut pengertiannya :

1) Jamu

Jamu biasanya obat tradisional yang satu ini memiliki

bukti berupa data empirik, yaitu bukti akan manfaat yang

didasarkan pada pengalaman masyarakat yang telah

mengkonsumsi jamu secara turun-temurun.

2) Obat Herbal Terstandar

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat alam yang

dilakukan uji coba pada hewan, untuk memiliki data preklinik

dan bahan bakunya telah di standarisasi.

3) Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang

memiliki bukti preklinik dan bukti klinik yaitu uji coba pada

manusia. Dan bahan baku serta produk jadinya telah di

standarisasi (Yuningsih, 2012).

b. Penggunaan obat tradisional dinilai lebih aman dibandingkan

pengobatan secara modern. Menurut (Pramono and Katno,

2009) obat tradisional memiliki kelebihan dan kekurangan

sebagai berikut :

1) Kelebihan

Keunggulannya yaitu efek samping relatif rendah, satu

jenis spesies dapat memiliki lebih dari satu efek farmakologi

serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan

degeneratif.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

8

2) Kekurangan

Kekurangannya yaitu efek farmakologinya cenderung

lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis

serta belum dilakukan uji klinik dan mudha terinfeksi berbagai

jenis mikroorganisme.

c. Pemanfaatan Obat Tradisional

Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya

pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan

atau ilmu keperawatan, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatan (Menteri Kesehatan Republik

Indonesia (Menkes), 2003).

Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional dikenal

dengan istilah etnofarmakologi. Menurut Darmono, Etnofarmakologi

adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tumbuhan yang

memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan pengobatan

dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku bangsa dalam

kehidupan sehari-hari. Kajian etnofarmakologi adalah kajian tentang

penggunaan tumbuhan yang berfungsi sebagai obat atau ramuan

yang dihasilkan penduduk setempat untuk pengobatan.

Pemanfaatan obat tradisional dapat dibagi menjadi empat

kelompok, yaitu :

1) Promotif : Memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran

jasmani

2) Preventif : Mencegah penyakit

3) Kuratif : Sebagai pengobatan sendiri maupun untuk

mengobati orang lain, sebagai upaya

mendampingi atau mengganti obat jadi.

4) Rehabilitatif : Memelihara kesehatan (Yuningsih, 2012).

4. Penyakit Gangguan Sistem Pencernaan Dan Tanaman Obat

Sistem pencernaan adalah sistem organ makhluk hidup multisel

yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta

mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Secara spesifik, sistem

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

9

pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan, memecahnya menjadi

molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut ke dalam

aliran darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan.

Organ yang termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi

dua kelompok:

a. Saluran pencernaan

Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa

tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan,

memecah nya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian

tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di

dalam nya adalah : mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus

serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh

melalui anus.

b. Organ pencernaan tambahan (aksesoris)

Organ pencernaan tambahan ini berfungsi untuk membantu

saluran pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi dan lidah

terdapat dalam rongga mulut, kantung empedu serta kelenjar

pencernaan akan dihubungkan kepada saluran pencernaan melalui

sebuah saluran. Kelenjar pencernaan tambahan akan memproduksi

sekret yang berkontribusi dalam pemecahan bahan makanan. Gigi,

lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar pencernaan seperti

kelenjar ludah, hati dan pankreas (Marieb & Hoehn, 2010)

Yang termasuk dalam penyakit gangguan sistem pencernaan

yaitu:

a. Sariawan atau Stomatitis Aptosa Rekurens

1) Pengertian Sariawan

Radang mukosa mulut atau stomatitis adalah radang

yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih

kekuningan. Bercak ini dapat berupa bercak tunggal maupun

berkelompok. Radang mukosa mulut dapat menyerang selaput

lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta

langit–langit dalam rongga mulut (Setiati et al., 2014b).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

10

2) Patofisiologi

Menurut (Setiati et al., 2014b) bahwa faktor penyebab

radang mukosa mulut antara lain:

a) Trauma

Adanya riwayat trauma pada penderita sebagai

gejala awal misalnya tergigit, trauma sikat gigi, pemakaian

peralatan gigi, sehingga terjadi ulser pada mukosa mulut.

b) Infeksi

Radang mukosa mulut bisa terjadi karena infeksi

bakteri (tuberkilosis) atau jamur (kandidiasis) atau virus

(Epstein Barr)

c) Gangguan Pencernaan

Radang mukosa mulut sebelumnya dikenal dengan

nama dyspeptic ulcer namun jarang berkaitan dengan

penyakit gastrointestinal. Adanya hubungan dengan

penyakit ini biasanya karena terjadi defisiensi, terutama

defisiensi vitamin B12 atau asam folat yang terjadi secara

sekunder akibat malabsorbsi.

3) Manifestasi Klinik

Radang mukosa mulut disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain defisiensi vitamin seperti zat besi, asam folat, vitamin

B12 atau B kompleks, psikologis, trauma, endokrin, herediter,

alergi, imunologi, tergigit, luka ketika menyikat gigi, alergi

terhadap makanan ataupun adanya infeksi oleh bakteri, virus

ataupun jamur.

4) Tanaman obat yang berkhasiat sebagai sariawan

a) Ketimun (Cucumis sativus Linn.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam ketimun yaitu

saponin (Sastroamidjojo, 1997).

b) Legetan (Spilanthes acmella Murr.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam legetan yaitu

minyak terbang (spilantheen), spilanthol, phytestorine,

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

11

lemak, cholin, kalium malaat, kalisalpeter (Sastroamidjojo,

1997).

Zat berkhasiat yang terkandung dalam meniran

yaitu phyllantine (Sastroamidjojo, 1997).

c) Pala (Myristica fragrans Houtt.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam pala yaitu

minyak terbang. (Sastroamidjojo, 1997).

d) Pulosari (Alyxia stellata Ret. Sch. )

Zat berkhasiat yang terkandung dalam pulosari yaitu

cumarine, zat samak, zat pahit dan alkaloida

(Sastroamidjojo, 1997).

e) Saga (Abrus precatorius Linn.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam saga yaitu

glycerrizhine pada daun dan akar serta abrin pada biji.

(Sastroamidjojo, 1997).

f) Sembung (Blumea balsamifera Dc.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam sembung

yaitu minyak terbang, kapur barus dan borneol

(Sastroamidjojo, 1997).

b. Diare

1) Pengertian Diare

Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses

tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi

lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Apabila diare berlangsung

kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut. Dan apabila

diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare

kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir dan darah (Amin,

2015).

2) Patofisiologi

a) Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh

penurunan absorpsi natrium atau peningkatan sekresi

klorida

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

12

b) Perubahan motilitas usus

c) Peningkatan osmolaritas luminal

d) Peningkatan tekanan hidrostatik (Sukandar et al., 2008).

3) Tanaman obat yang berkhasiat anti diare

a) Anyang-anyang (Elaeocarpus grandiflorus Smith.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam anyang-

anyang yaitu minyak terbang (Sastroamidjojo, 1997).

b) Brotowali (Tinospora perculata Beumee.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam brotowali

yaitu pikoretin (zat pahit); pada daun terdapat alkaloida;

pada akar mengandung berberin dan columbine

(Sastroamidjojo, 1997).

c) Daun prasman (Eupstorium triplinerrve Vahl.)

Zat yang terkandung dalam daun prasman yaitu

minyak terbang dan kumarin (Sastroamidjojo, 1997).

d) Dringo (Acorus calamus Linn.)

Zat yang terkandung dalam dringo yaitu minyak

terbang (Sastroamidjojo, 1997).

e) Jamblang (Eugenia cumini Merr.)

Bagian tanaman yang digunakan yaitu kulit yang

mengandung zat samak 19% (Sastroamidjojo, 1997).

f) Jambu klutuk (Psydium guajava Linn.)

Zat yang terkandung dalam jambu klutuk yaitu zat

samak 90%, minyak, euchenol, damar 3% dan ca-oxalat

oada daun serta zat samak 30% pada kulit (Sastroamidjojo,

1997).

g) Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam jati belanda

yaitu lendir 10%, asam damar 9,3%, zat samak 2,7%, zat

pahit, glycose dan minyak lemak (Sastroamidjojo, 1997).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

13

h) Jambe (Areca catechu Linn.)

Zat yang terkandung dalam jambe yaitu zat samak

(14,2%), alkaloida (arecoline) (Sastroamidjojo, 1997).

i) Gebang (Corupha utan Lamk.)

Zat yang terkandung dalam gebang yaitu zat samak

(Sastroamidjojo, 1997).

j) Kelapa (Cocos nucifera Linn.)

Zat yang terkandung dalam air kelapa yaitu glukosa,

sakarosa, zat putih telur, asam arang dan zat samak

(Sastroamidjojo, 1997).

k) Kunyit (Curcuma longa Auct.)

Zat yang terkadung dalam kunyit yaitu curcumine

(Sastroamidjojo, 1997).

l) Lidah ayam (Polygala glomerata Lour.)

Zat yang terkandung dalam akar dan daun lidah

ayam yaitu methylsalicylat, saponin dan alkaloida

(Sastroamidjojo, 1997).

m) Manggis (Garnicia mangostana Linn.)

Zat yang terkandung dalam dinding buah manggis

yaitu zat sama dan yang terdapat pada getah yaitu damar

dan mangastine (Sastroamidjojo, 1997).

n) Meniran (Phyllanthus niruri Linn.)

Zat yang terkandung dalam meniran yaitu

phyllantine (Sastroamidjojo, 1997).

o) Tapak Liman (Elephantopus scaber Linn.)

Zat yang terkandung dalam tapak liman yaitu glikosida

(Sastroamidjojo, 1997).

c. Hepatitis

1) Pengertian Hepatitis

Hepatitis digunakan untuk semua jenis peradangan hati

(liver). Hepatitis dapat disebabkan oleh virus, obat-obatan

termasuk obat tradisional. Hepatitis yang paling banyak yaitu

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

14

hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis yang disebabkan

oleh virus memiliki banyak tahapan (akut, fulminan, dan kronis)

tergantung dari durasi atau keparahan infeksi (Sukandar et al.,

2008)

2) Patofisiologi Hepatitis virus akut

Virus dapat masuk ke sirkulasi dan terakumulasi pada

sinusoid hati dan bagian dalam dari hepatosit. Selanjutnya virus

akan bereplikasi di hepatosit dan menyebar masuk ke dalam

darah empedu dan cairan tubuh yang lain. Masa inkubasi

bervariasi. Virus hepatotropik menyebabkan luka pada hati

dikarenakan respon imun host atau dari virus langsung melukai

hepatosis seluler dan respon imun humoral secara langsung

melewati antigen virus (Sukandar et al., 2008).

3) Patofisiologi Hepatitis virus kronis

Pasien dengan hepatitis virus kronis memiliki lifosit

sitotoksik dan respon limfosit CD4 yang lemah. Pasien dengan

infeksi kronis HBC mengalami kekurangan produksi limfosit

sitotoksik atau respon interferon lemah, yang menyebabkan

limfosit tidak dapat mengarah ke sel target yang terinfeksi. Jika

replikasi virus terus terjadi dan kerusakan hepatosit tidak dapat

dihambat, maka hepatosit yang berfungsi akan menurun

bertahap. Fibrosis yang terjadi pada mekanisme perbaikan sela

akan merusak arsitektur dasar sel dan terjadilah nodul hepatik.

Fibrosis hati dengan nodul yang menyebar disebut sirosis

(Sukandar et al., 2008).

4) Manifestasi klinik

a) Infeksi dibagi menjadi 3 tahap didasarkan pada serologik

virus, inkubasi, hepatitis akut, dan penyembuhan.

b) Pada sebagian besar pasienhepatitis virus akut hanya

menunjukkan gejala ringan dan kerusakan pada sedikit

hepatosit. Penyakit hepatitis dengan gejala ringan dikekanl

dengan hepatitis anekterik.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

15

c) Sebagian pasien menglami kerusakan hepatosi yang cukup

banyak sehingga terjadi perubahan fungsi hati bermakna

yang ditandai dengan menurunnya metabolisme dan aliran

bilirubin menyebabkan terjadinya jaundice.

d) Tahap preikterik sering berkaitan dengan gejala infleunza

yang tidak spesifik seperti anoreksia, mual, muntah, rasa

lelah dan malaise. Fase ikterik pada umumnya disertai

dengan demam, mual, untah, sakit perut, urin berwarna

gelap, acholic stools (tinja tanpa empedu).

e) Gejala klinik disertai dengan kenaikan sedang sampai

bermakna serum bilirubin, gama-globulin dan hepatik

transaminase (4-10 kali normal). Serologik virus dan

antibodi dapat dideteksi pada tahap ini (Sukandar et al.,

2008).

5) Tanaman yang berkhasiat sebagai obat hepatitis

a) Kasumba keling (Bixa orellana Linn.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam kasumba

keling yaitu bixine, orelline, glikosida dan zat samak

(Sastroamidjojo, 1997).

b) Kunyit (Curcuma longa Auct.)

Zat yang terkandung dalam kunyit yaitu curcumine

(Sastroamidjojo, 1997).

c) Papaya (Carica papaya Linn.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam papaya yaitu

papaine, papayotine, papayachine. Dalam daun terkandung

zat carpaine. Dalam kulit akar mengandung zat kalium

myronaat (glikosida) dan myrosine (Sastroamidjojo, 1997).

d) Papare (Momordica Charantia Linn.)

Zat yang terkandung dalam daun papare yaitu zat

pahit momardicima, damar, asam damar dan minyak lemak

(Sastroamidjojo, 1997).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

16

d. Sakit lambung

1) Refluks gastroesofagus (GERD)

a) Pengertian Refluks Gastroesofagus

Refluks gastroesofagus adalah gerakan membalik isi

lambung menuju esofagus. Ketika esofagus berulangkali

kontak dengan material refluks untuk jangka waktu yang

lama, dapat terjadi inflamasi esofagus (refluks esofagus)

(Sukandar et al., 2008).

b) Patofiologi Refluks Gastroesofagus

(1) Kebanyakan pasien RGE, permasalahannya bukan

karena produksi asam yang berlebih, akan tetapi kontak

yang terlalu lama antara asam yang diproduksi dengan

mukosa esofagus.

(2) RGE sering kali disebabkan karena rusaknya tekanan

LES (Lower Esophageal Sphincter). Pasien mungkin

mengalami penurunan tekanan LES karena relaksasi

spontan LES, peningkatan sementara tekanan

abdominal atau lemahnya LES. Variasi makanan dan

obat dapat menurunkan tekanan LES.

(3) Masalah lain dalam mekanisme pertahanan mukosa

normal juga dapat menyebabkan berkembangnya RGE

diantaranya adalah terlalu lamanya esofagus terpapar

dengan asam.

(4) Faktor-faktor agresif yang dapat meningkatkan

kerusakan esofagus akibat refluks gastroesofagus

adalah asam lambung, pepsin, asam empedu dan enzim

pankreas. Komposisi dan volume refluks merupakan

faktor yang paling penting dalam menentukan akibat

refluks gastroesofagus (Sukandar et al., 2008).

c) Manifestasi klinik

Gejala yang khas yaitu rasa panas dalam perut atau

pirosis. Hal ini digambarkan sebagai sensasi hangat atau

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

17

panas substernal yang dapat menyebar ke leher dan sering

kali memburuk akibat aktivitas yang memperburuk refluks

esofagus ( posisi terlentang, terlalu membungkuk, makan

makanan yang tinggi lemak). Gejala yang lainnya yaitu

hipersaliva, bersendawa dan muntah (Sukandar et al.,

2008).

2) Tukak peptik

a) Pengertian tukak peptik

Tukak peptik adalah gangguan tukak pada saluran

pencernaan bagian atas yang pembentukannya memerlukan

asam dan pepsin. Tukak berbeda dengan gastritis karena

tukak mencapai mucosa muscularis. Tukak dibagi menjadi

3 bentuk yaitu ulcer yang disebakan oleh Helicobacter

pylori, obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dan

kerusakan mukosa yang berhubungan dengan stres (ulcer

stress) (Sukandar et al., 2008).

b) Patofisiologi tukak peptik

(1) Kebanyakan tukak terjadi dengan adanya asam dan

pepsin saat H. Pylori, NSAID atau faktor lain

mengganggu pertahanan mukosa normal dan

mekanisme penyembuhan. Tingkat minimal dari

sekresia asam lambung adalah penting untuk

pembentuk tukak. Sekresi basal asam basal pada malam

hari biasanya dapat memperparah pasien dengan

penyakit tukak duodenal.

(2) NSAID kronis (aspirin) digunakan untuk penyakit yang

berhubungan dengan erosi pendarahan gastrik, tukak

duodenal dan tukak lambung. NSAID dapat

menyebabkan luka gastroduodenal melalui 2 cara yaitu

secara langsung atau iritasi topikal dari jaringan epitel

dan dengan menghambat sintesa sistem endogenous

mukosa saluran cerna yaitu prostaglandin.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

18

(3) Merokok dapat meningkatkan resiko tukak dan

besarnya sebanding dengan banyaknya rokok yang

dihisap setiap harinya. Merokok dapat mengganggu

proses penyembuhan penyakit tukak dan kemungkinan

penyakit tersebut dapat kambuh lagi (Sukandar et al.,

2008).

c) Manifestasi klinik

(1) Kebanyakan pasien dengan tukak duodenal mengalami

kesakitan pada malam hari sehingga membangunkan

mereka dari tidur, yang terjadi selama 12 jam malam

dan jam 3 pagi

(2) Kesakitan berlangsung selama 1 hingga 3 jam setelah

makan dan biasanya rasa sakit akan berkurang dengan

makan.

(3) Pasien tukak sering mendapatkan sindrom dispeptik

seperti rasa panas dalam perut dan perut gembung.

Mual, muntah anoreksia dan turun berat badan

(Sukandar et al., 2008).

d) Tanaman yang digunakan sebagai obat lambung

(1) Daun kentut (Paedoria foetida Linn.)

Zat yang terkandung dalam daun kentut yaitu skatol

atau indol (Sastroamidjojo, 1997).

(2) Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Zat yang terkandung dalam jahe yaitu gingerol

(Sastroamidjojo, 1997).

(3) Kaki kuda (Centella asiatica Urban.)

Zat yang terkandung dalam kaki kuda yaitu vellarine

(pada akar) dan zat samak (pada daun) (Sastroamidjojo,

1997).

(4) Mungsi (Carum copticum Benth.)

Zat yang terkandung dalam mungsi yaitu minyak

terbang (Sastroamidjojo, 1997).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

19

(5) Pala (Myristica fragans Houtt.)

Zat yang terkandung dalam pala yaitu minyak terbang

(Sastroamidjojo, 1997).

e. Konstipasi

1) Pengertian konstipasi

Konstipasi merupakan periode buang air besar kurang

dari 3 kali seminggu untuk wanita dan 5 kali seminggu untuk

pria atau periode tanpa pergerakan usus selama 3 hari (Sukandar

et al., 2008).

2) Patofisiologi konstipasi

Konstipasi pada umumnya terjadi akibat dari rendahnya

konsumsi serat atau penggunaan obat-obat yang dapat

menimbulkan konstipasi seperti opiat. Yang dapat menyebabkan

konstipasi juga antara lain gangguan sistem pencernaan ,

gangguan metabolisme dan gangguan endokrin (Sukandar et al.,

2008).

3) Manifestasi klinik

Pasien mengeluh tentang rasa tidak nyaman dan perut

kembung, pergerakan usus yang hilang timbul, feses dengan

ukuran kecil, perasaan penuh dan kesulitan serta sakit saat

mengeluarkan feses (Sukandar et al., 2008).

4) Tanaman yang digunakan sebagai obat konstipasi

a) Aren (Arenga pinnata Merr.)

Zat yang terkandung dalam aren yaitu sakarosa dan glukosa

(Sastroamidjojo, 1997).

b) Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam bangle yaitu minyak

atsiri, damar, pati dan tanin (Sastroamidjojo, 1997).

e) Kunyit (Curcuma longa Auct.)

Zat yang terkadung dalam kunyit yaitu curcumine

(Sastroamidjojo, 1997).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

20

f) Papaya (Carica papaya Linn.)

Zat berkhasiat yang terkandung dalam papaya yaitu

papaine, papayotine, papayachine. Dalam daun terkandung

zat carpaine. Dalam kulit akar mengandung zat kalium

myronaat (glikosida) dan myrosine (Sastroamidjojo, 1997).

g) Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.)

Zat yang terkandung dalam rhizoma temulawak yaitu pati

(Sastroamidjojo, 1997).

f. Radang usus

1) Pengertian radang usus

Radang usus idiopatik ada dua bentuk yaitu radang usus

besar dan penyakit crohn. Radang usus besar adalah radang

pada mukosa kolon dan rektum . Penyakit Crohn adalah radang

transmural mukosa saluran cerna yang dapat terjadi pada

berbagai saluran cerna (Sukandar et al., 2008).

2) Patofisiologi radang usus

a) Penyebab radan usus adalah infeksi atau immunologik.

Mikroorganisme diduga sebagai penyebab awal radang

usus. Teori imunologi berasumsi bahwa radang usus

disebabkan oleh reaksi sistem imun yang tidak sesuai.

b) Merokok menyebabkan peningkatan penyakit Crohn

(Sukandar et al., 2008)

3) Manifestasi klinik

a) Radang usus besar

(1) Kebanyak pasien dengan radang usus besar mengalami

serangan hilang-timbul setelah interval waktu yag

bervariasi tanpa gejala.

(2) Pasien dengan gejala ringan, mengalami <4 kali buang

air besar perhari dengan atau tanpa darah dan laju

endap eritrosit normal.

(3) Pasien dengan penyakit sedang mengalami >4 kali

buang air besar perhari tetapi dengan gangguan

sistemik minimal.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

21

(4) Pasien dengan penyakit berat, mengalami lebih adri

enam kali buang air besar perhari dengan darah, dengan

adanya gangguan sistemik yang ditunjikkan dengan

adanya demam, takikardi, anemia atau laju endap

eritrosit > 30 (Sukandar et al., 2008).

b) Penyakit crohn

Penyakit crohn ditandai dengan diare dan nyeri

perut atau lesi perirektum/perianal (Sukandar et al., 2008).

4) Tanaman yang digunakan sebagai obat radang usus

a) Kaki kuda (Centella asiatica Urban.)

Zat yang terkandung dalam kaki kuda yaitu

vellarine (pada akar) dan zat samak (pada daun)

(Sastroamidjojo, 1997).

b) Kapuk (Eriodendron aufractuosum D.C.)

Zat yang terkandung dalam kapuk yaitu zat samak,

getah akan berwarna merah ketika kering (Sastroamidjojo,

1997).

c) Legundi (Vitex trifolia Linn.)

Zat yang terkandung dalam legundi yaitu minyak

terbang, cineol dan alkaloida (Sastroamidjojo, 1997).

d) Lidah buaya (Aloe vera Linn.)

Zat yang terkandung dalam lidah buaya yaitu aloe

emodin (Sastroamidjojo, 1997).

e) Turi (Sesbania grandiflora Pers.)

Zat yang terkandung dalam turi yaitu getah (gom) dan

zat merah (Sastroamidjojo, 1997).

g. Mual muntah

1) Pengertian mual muntah

Mual merupakan keinginan untuk muntah atau gejala

yang dirasakan di tenggorokan dan di daerah sekitar

lambung,yang menandakan kepada seseorang bahwa ia kan

segera muntah. Muntah merupakan pengeluaran isi lambung

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

22

melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan yang

sangat kuat (Sukandar et al., 2008).

2) Patofisiologi mual muntah

a) Tiga tahapan yang saling berurutan dan berikatan dari

emesis melalui mual, kontraksi perut dan muntah. Mual

sangat erat dengan keinginan untuk muntah dan dikaitkan

dengan kaku lambung. Gerakan mutah yang tidak disadari

adalah gerakan otot perut dan otot rongga dada sebelum

muntah. Tahapan akhir dari mual dan muntah yaitu

dorongan kuat isi lambung karena retroperistalsis.

b) Muntah dipicu oleh rangsangan impuls afferen ke pusat

muntah, sel-sel nukleus di medulla. Rangsangan diterima

dari pusat sensor, seperti kemoreseptor (Chemoreceptor

Trigger Zone), korteks serebri dan aferen viseral dari faring

dan saluran cerna. Saat terangsang impuls aferen diintegrasi

di pusat pengatur muntah, menghasilkan rangsangan ke

pusat salivasi, pusat pernafasan, faringeal, saluran cerna dan

otot-otot perut yang menyebabkan muntah.

c) CTZ yang terletak di area postrema ventrikel keempat otak

adalah organ utama sensor kimia untuk emesis dan

seringkali berhubungan dengan zat kimia yang dapat

menyebabkan muntah.

d) Banyak reseptor-reseptor neurotransmitter terletak di pusat

pengatur muntah, CTZ dan di saluran cerna (Sukandar et

al., 2008).

3) Manifestasi klinik

a) Mual dan muntah di klasifikasikan secara sederhana dan

kompleks.

b) Kriteria mual muntah sederhana yaitu muncul kadang-

kadang dan dapat sembuh sendiri atau dengan penggunaan

minimal metode atau obat antiemetik; Pada pasien yang

mengalami gangguan kesehatan ringan seperti

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

23

ketidakseimbangan cairan elektrolit, nyeri atau yang tidak

patuh terhadap terapi; yang bukan disebabkan oleh

pemberian atau penggunaan zat-zat yang berbahaya.

c) Kondisi kompleks meliputi gejala yang tidak cukup di atasi

oleh terapi tunggal antiemetik yang menyebabkan pasien

mengalami kemunduran akibat ketidakseimbangan cairan

elektrolit, nyeri atau yang tidak patuh terhadap terapi atau

yang disebabkan oleh zat berbahaya dan keadaan

psikogenik.

d) Mual dan muntah seringkali terjadi setelah operasi (perut,

mata telinga, hidung dan tenggorokan) yang pada umumnya

berkaitan dengan kejadian mual dan muntah dua kali lipat

lebih sering daripada penyebab lainnya. Perempuan

mengaami kejadian mual dan muntah tiga kali lipat lebih

banyak dibanding pria, dan tidak tergantung pada tipe

operasi atau anestesi yang diberikan. Anak-anak memiliki

kecenderungan mual dan muntah dua kali lebih banyak

dibandingkan dewasa.

e) Faktor resiko lainnya yang dapat dihubungkan dengan

meningkatnya gejala setelah operasi meliputi pasien dengan

kelebihan berat badan, bertambahnya umur, riwayat muntah

karena gerakan (motion sickness) atau sesudah pembedahan,

terapi obat seperti obat premedikasi dan anastesi.

f) Banyak wanita mengalami mual dan muntah selama masa

kehamilan (Sukandar et al., 2008).

4) Tanaman yang digunakan sebagai obat mual muntah

a) Katumbar (Cariandrum sativum Linn.)

Zat yang terkandung dalam katumbar yaitu sabinen,

geraniol, skopoletin, felandren, kamfena, linalool dan a-

karpinene (Sastroamidjojo, 1997).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

24

h. Pankreatitis

1) Pengertian pankreatitis

Peyakit pankreatitis akut (PA) merupakan inflamasi

pankreas yang disertai dengan rasa sakit hebat pada perut bagian

atas dan peningkatan konsentrasi serum lipase dam amilase.

Mayoritas pasien dengan PA ringan akan sembuh total, namun

PA berat akan mengalami komplikasi lokal seperti penumpukan

cairan akut, nekrosis pankreas, abses dan pseudosit.

Penyakit pankreatitis kronis (PK) merupakan sindrom

kerusakan dan inflamasi pankreas akibat kerusakan pankreas

berkepanjangan. Karakteristik PK adalah fibrosis yang

irreversible dan kerusakan jaringan eksokrin dan endokrin,

tetapi bukan suatu penyakit yang progresif. Kebanyak pasien

menderita seperti sakit pada abdomen periodik. Kegagalan

pankreas progresif menyebabkan gangguan pencernaan dan

diabetes mellitus (Sukandar et al., 2008).

2) Patofisiologi pankreatitis

a) Penyakit pankreatitis akut (PA)

(1) PA diawali dengan aktivasi awal zimogen pankreas

(enzim yang tidak aktif) dalam sel asinar, iskemik

pankreas atau sumbatan saluran pankreas.

(2) Pelepasan enzim pankreas yang aktif secara langsung

menyebabkan kerusakn lokal dan sekitarnya. Tripsin

akan merusak membran sel dan mengaktifkan enzim-

enzim pankreas lainnya. Lipase merusak sel-sel lemak,

memproduksi zat yang merusak, menyebabkan

penyakit pankreas lanjut dan rasa sakit pada pankreas

bertambah.

(3) Pelepasan sitokin merusak sel asinar dan meningkatkan

respon radang. Sel asinar yang rusak akan melepas

kemotaksis dan menarik neutrofil, makrofag, dan sel

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

25

lain ke daerah inflamasi, meningkatkan permeabilitas

kapiler yang menyebabkan udem.

(4) Infeksi pankreas mungkin akibat dari meningkatnya

permeabilitas usus halus dan translokasi bakteri koloni

(5) Komplikasi lokal meliputi perut kembung, nekrosis

pankreas, pembentukan pseudosit dan asites pankreas

(Sukandar et al., 2008).

b) Penyakit pankreas kronik (PK)

(1) PK merupakan penurunan fungsi pankreas yang

bersifat irreversible. Kerusakan permanen dari

kerusakan pankreas menyebabkan gangguan eksokrin

dan endokrin.

(2) Etanol menyebabkan peningkatan inflamasi hingga

nekrosis jaringan dan dengan berjalannya waktu terjadi

fibrosis.

(3) Rasa sakit pada abdomen mungkin berhubungan

dengan peningkatan tekanan intraduktal yang timbul

akibat sekresi pankreas, inflamasi pankreas dan

abnormalitas saraf pankreas.

(4) Malabrsorpsi protein dan lemak terjadi pada penurunan

sekresi enzim sampai 90% . Sekresilipase menurun

lebih cepat daripada enzim proteolitik. Penurunan

bikarbonat menurunkan pH duodenal <4 (Sukandar et

al., 2008).

3) Manifestasi klinik

a) Penyakit pankreas akut

(1) Gambaran awal dari sakit tidak nyaman di perut

sampai sakit menusuk, syok, dan gangguan pernafasan.

Nyeri perut (95%), biasanya di epigastrik, menyebar ke

kuadran atas belakang. Awalnya tiba – tiba dan

digambarkan sebagai sakit seperti tersayat atau

menusuk. Nyeri cenderung menetap untuk beberapa

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

26

hari. Mual, muntah (85%) dan umumnya diikuti nyeri.

Abdomen yang rusak bisa menimbulkan rasa sakit,

syok, pernapasan yang tidak norma. Sakit pada

abdomen merupakan gejala, utama dari epigastrik, dan

radiasi. Gejala ini terjadi secara spontan, dengan

adanya intensitas yang sama. Pada umumnya rasa sakit

ini bisa berhari – hari. Apalagi saat muntah yang selalu

disertai rasa sakit.

(2) Gambaran umum yang berkaitan dengan penyebaran

inflamasi dan nekrosis, ditandai dengan adanya

epigastrik lunak, distensi abdomen, hipotensi dan

demam ringan. Pada kasus berat, bunyi perut

berkurang atau hilang. Sesak napas dan sakit takipnea

adalah tanda komplikasi komplikasi pernapasan akut.

b) Penyakit pankreatitis kronis

(1) Gambaran utama adalah sakit perut, malabsorpsi,

penurunan berat badan, dan diabetes kuning (jaundice)

terjadi pada 10% pasien.

(2) Sakit yang dilaporkan pasien adalah nyeri tumpul pada

perut yang menyebar kebelakang. Dapat terjadi nyeri

yang episode atau konsisten. Nyeri terasa dalam sering

malam hari dan tidak memberi respons pada

pengobatan. Mual, muntah sering menyertai nyeri.

Serangan berat berakhir dari beberapa hari sampai

beberapa minggu dan bertambah parah dengan makan

dan melemah dengan berhentinya minum alkohol.

(3) Steathothea (Kehilangan lemak melalui feses) dan

zontorrhea (kehilangan protein melalui feses) sering

dijumpai pada kebanyakan pasien dan menyebabkan

kehilangan berat badan.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

27

(4) Diabetes pankreas sering terlambat muncul dan ini

umumnya berkaitan dengan klasifikasi pankreas.

Neuropati kadang terjadi (Sukandar et al., 2008).

i. Sirosis dan Hipertensi portal

1) Pengertian mual sirosis

Sirosis merupakan hasil akhir dari rusaknya hepatosit

yang ditandai dengan rusaknya struktur normal hati akibat

terbentuknya jaringan ikat dan nodul. Hipertensi portal

merupakan komplikasi dari sirosis (Sukandar et al., 2008)

2) Patofisiologi sirosis dan hipertensi portal

Struktur permanen hati berunah karena kerusakan sel

yang berkepanjangan ( penyakit hati kronis ≥ 6 bulan). Sebagian

besar gangguan hati kronis berkembang menjadi sirosis yang

ditandai dengan terbentuknya jaringan ikat dan jarigan parut

serta nodul. Proses perkembangan tersebut irreversibel dan

dapat menyebabkan gagal hati. Sering kali sirosis hati

berkembang menjadi kanker hati.

Jaringan parut yang terjadi dapat menghambat aliran

darah yang masuk ke hati yang berakibat pada peningkatan

tekanan darah di vena portal (hipertensi portal). Hipertensi

portal juga dapat terjadi akibat pembengkakan hati, sumbatan di

vena portal, hambatan aliran darah dari vena hepatik ke jantung.

Hipertensi portal menyebabkan menumpuknya cairan di ruang

peritonial (asites) dan pembesaran limfa. Penyakit hati lanjut

menyebabkan menurunnya sintesa protein plasma sehingga

terjadi udem interstitial yang menyeluruh (Sukandar et al.,

2008).

3) Manifestasi klinik

a) Keluhan pasien yang biasa terjadi yaitu pruritus, urin

berwarna gelap, ukuran lingkar pinggang meningkat,

turunnya selera makan dan turunnya berat badan. Ikterus

(kuning pada kulit dan mata) muncul kemudian.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

28

b) Tanda klinik kalsik pada sirosis adalah telapak tangan

merah, pelebaran pembuluh darah, ginekomastia bukan

tanda spesifik. Tanda yang khas pada sirosis adalah

peningakatan waktu protombin (Sukandar et al., 2008).

5. Karakteristik Kecamatan Dayeuhluhur

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Dayeuhluhur (Badan Pusat Statistik,

2016)

Dayeuhluhur adalah sebuah kecamatan keturunan Tatar Pasundan

di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Dayeuhluhur adalah

salah satu kecamatan yang ada di Cilacap yang mengamalkan budaya

Sunda.

Luas wilayah Kecamatan Dayeuhluhur adalah 18,506 Ha dan

sebagian besar kondisi geografis berupa pegunungan. Ketinggian

kecamatan dayeuhluhur 198 mdpl yang merupakan wilayah tertinggi di

Kabupaten Cilacap dan beriklim tropis. Kecamatan Dayeuhluhur

termasuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap dan berada paling barat

berjarak kurang lebih 120 Km dari Kota Cilacap.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

29

Dayeuhluhur mempunyai 14 desa yaitu Bingkeng, Bolang,

Cijeruk, Cilumping, Ciwalen, Datar, Dayeuhluhur, Hanum, Kutaagung,

Matenggeng, Panulisan, Panulisan timur, Panulisan barat, Sumping hayu.

Jumlah penduduk kecamatan Dayeuhluhur tahun 2015 yaitu

49.749 jiwa yang terdiri dari 24.675 penduduk laki-laki dan 25.074

penduduk perempuan. Sebagian besar mata pencaharian sebagai petani.

Kecamatan dayeuhluhur memiliki sarana prasarana kesehatan yaitu

hanya ada 2 puskesmas, 5 puskesmas pembantu, 12 poskesdes dan 63

posyandu , serta 3 orang dokter, 28 bidan, 27 para medis lain dan 47

dukun bayi (Badan Pusat Statistik, 2016).

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

30

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Perizinan

Menentukan sampel penelitian :

1. Informan (dukun bayi, dukun

pijat, produsen jamu dan

penjual jamu) Dengan cara :

nonprobably sampling dengan

teknik purposive sampling

Pengambilan data sampel :

Wawancara informan mengenai

jenis-jenis tumbuhan, penggunaan

atau pemanfaatan jenis-jenis

tumbuhan yang digunakan sebagai

obat tradisional pada sistem

pencernaan di Kecamatan

Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap

Perizinan :

1. Surat pengantar dari fakultas

2. KESBANGPOL Cilacap

3. BAPPEDA Cilacap

4. Surat pengantar dari

kecamatan untuk tiap desa

5. Ethical Clearance

Survei lokasi dan jumlah

pengobat tradisional di

Kecamatan Dayeuhluhur

Analisis data :

1. Deskriptif

2. Determinasi

Analisis Hasil : Analisis deskriptif kualitatif dan penyusunan laporan akhir

Pengambilan data sampel

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9000/3/BAB II.pdfseperti diare tetapi satu gangguan sistem seperti penyakit gangguan sistem pencernaan. B. Landasan

31

D. Hipotesis

1. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat gangguan sistem pencernaan di

Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap yaitu dari famili

Euphorbiaceae dan Zingiberaceae.

2. Penggunaan tanaman sebagai obat gangguan sistem pencernaan pada

masyarakat di Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap paling sering

dengan cara direbus.

Studi Etnofarmakologi Tumbuhan... Rina Rayagunita Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2018