BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia (geriatrik) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60
tahun ke atas karena adanya proses penuaan yang menimbulkan berbagai
masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila umur tersebut atau proses
menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental, dan sosial
(Parellangi, 2018).
Lanjut usia dihadapkan dengan mitos yang menjauhkan dari
lingkungan sosial. Berdasarkan berbagai mitos biologi di dalam hidupnya,
lansia dianggap selalu mengeluh mengenai fisik dan penyakitnya. Jika
dikaitkan dengan memori, perubahan memori pada lansia diakibatkan
adanya perlambatan penembakan syaraf pada bagian otak tertentu. Hal ini
menyebabkan tingkat respons tubuh menjadi lebih lambat (Sunaryo, et. al.,
2016).
2. Konsep Menua
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
ataupun dari luar tubuh (Setyawati dan Eko, 2018). Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
10
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Bandiyah, 2009).
Terdapat dua faktor yang memengaruhi proses penuaan, genetik dan
lingkungan. Faktor genetik melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap
stres, dan pertahanan terhadap antioksidan. Faktor lingkungan meliputi
pemasukan kalori, berbagai macam penyakit, dan stres dari luar (Sunaryo,
et. al., 2016).
3. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahap lansia.
Pertama usia pertengahan (middleage), rentang usia 45-59 tahun. Kedua
yaitu lanjut usia (elderly), rentang usia 60-74 tahun. Ketiga yaitu lanjut
usia tua (old), rentang usia 75-90 tahun. Keempat yaitu usia sangat tua
(veryold), di atas usia 90 tahun (Parellangi, 2018). Menurut Pandji (2012),
batasan lansia dapat diketahui dari dua jenis batasan umur. Pertama, tolak
ukur lansia adalah yang berumur 60 tahun ke atas. Kedua, dikelompokkan
menjadi tiga kelompok umur, yaitu lansia awal (45-54 tahun), pra lansia
(55-59 tahun), dan lansia 60 tahun ke atas.
Menurut Dra. Jos Masdani, lansia merupakan kelanjutan usia
dewasa. Kedewasaan dibagi menjadi empat fase. Fase juventus, rentang
usia 25-40 tahun. Fase virilitas antara 40-55 tahun. Fase presenium,
rentang usia 55-65 tahun. Terakhir, fase senium, yaitu usia 65 tahun ke
atas (Efendi dan makhfudli, 2009).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
11
4. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Maryam (2012), jika lansia pada tahap tumbuh kembang
sebelum usia lanjut melakukan kegiatan sehari-hari secara teratur dan baik
serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitar, maka
akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap
perkembangan sebelumnya. Adapun, tugas perkembangan lansia, meliputi:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
Lansia harus mampu bersiap diri dan terbiasa dengan perubahan
kondisi, baik kesehatan maupun fisik. Seiring terjadinya penuaan,
perubahan penampilan dan fungsi merupakan suatu yang normal.
b. Mempersiapkan diri untuk masa pensiun
Secara umum, masa pensiun akan datang, cepat atau lambat.
Maka lansia perlu beradaptasi, karena hilangnya peran bekerja.
Bagaimanapun, pensiunan telah diantisipasi sebelumnya.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
Interaksi sosial pada sebuagian besar lansia akan cenderung
menurun. Oleh karena itu, perlu ada usaha unutk menjaga hubungan
baik dengan teman sejawat dengan menyesuaikan dan memposisikan
diri sebagai seorang lansia.
d. Mempersiapkan kehidupan baru
Lansia harus sesegera mungkin belajar untuk menerima aktivitas
dan minat baru dalam mempertahankan kualitas hidupnya. Lansia yang
sebelumnya aktif, sepanjang hidupnya relatif mudah untuk bertemu
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
12
dengan orang baru dan mendapatkan minat baru. Tetapi, seseorang
yang introvert dengan sosialisasi terbatas, akan dihadapkan dengan
kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial secara santai
Sebagian lansia mendapati suatu kesulitan dalam penerimaan diri
selama penuaan. Oleh karena itu, lansia dapat mengubah rencana
kehidupannya. Misalnya, kerusakan fisik mengharuskan pindah ke
rumah yang lebih kecil.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya
Kematian akan datang tanpa diundang, dan sudah sepantasnya
dipersiapkan. Namun, ada lansia dihadapkan pada kematian pasangan.
Kondisi kehilangan tersebut sering sulit untuk diselesaikan. Maka perlu
adanya bantuan untuk lansia dalam melewati proses berduka tersebut.
5. Perubahan Pada Lansia
Sekarang sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak
berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja
atau kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia
berkembang terjadi perubahan-perubahan (Maramis, 2016). Adapun
beberapa perubahan yang terjadi pada lansia, yaitu:
a. Perubahan Fisik
Secara umum, terdapat tujuh macam sistem yang menandakan
perubahan fisik pada lansia, yaitu:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
13
1) Sistem Indra
Perubahan sistem penglihatan pada lansia yaitu respons
terhadap sinar menurun. Lansia juga kesulitan beradaptasi dengan
kondisi gelap. Selain itu, terjadi penurunan akomodasi penglihatan,
lapang pandang menurun, dan potensi terkena penyakit katarak
meningkat (Maryam, et. al., 2012).
2) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan muskuloskeletal lansia terjadi secara bertahap yang
mencakup beberapa hal, yaitu pengeroposan tulang, serta penurunan
kekuatan dan daya tahan otot. Sel otot mengalami atrofi
(kemunduran fungsi dan ukuran sel), kemudian digantikan oleh
lemak. Tulang tidak lagi dapat mengganti jaringannya secepat seperti
saat muda. Salah satu faktor penuaan pada sistem musculoskeletal
adalah nyeri sendi (Rosdahl, 2014).
3) Sistem Kardiovaskular
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular lansia dapat
diketahui dari organ jantung dan pembuluh darah. Pada jantung kiri
lansia mengalami pengecilan karena rendahnya beban kerja, terjadi
penebalan dan kekakuan pada katup jantung, serta terdapatnya
jaringan ikat pada sistem hantaran khusus jantung. Hal tersebut
berakibat pada penurunan kontraktilitas miokardium, lamanya waktu
pompa ventrikel kiri, dan perlambatan sistem hantaran jantung
(Dinata, 2015).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
14
4) Sistem Pencernaan dan Metabolisme
Lansia memiliki sistem pencernaan yang tidak sesempurna
seperti saat muda. Fungsi sistem pencernaan yang menurun
memerlukan asupan makanan dengan tekstur lembut agar mudah
dicerna (Sutomo, 2016). Hal tersebut dikarenakan sebagian besar
lansia akan kehilangan gigi. Menurut Santoso dan Andar (2009),
lansia juga sering merasa tidak lapar dan lambung terasa penuh.
Banyaknya perubahan pada saluran pencernaan lansia menyebabkan
timbulnya gangguan gizi.
5) Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan lansia terjadi perubahan yang cukup
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, seperti
ukuran ginjal mengecil, nefron menjadi atropi, aliran darah menurun
sampai 50%. Selain itu, terjadi penurunan fungsi tubulus yang
menyebabkan urin kurang pekat. Ginjal pada lansia juga mengalami
peningkatan ambang batas terhadap glukosa (Dinata, 2015).
6) Sistem Saraf
Perubahan yang terjadi pada sistem saraf lansia yaitu hubungan
persarafan cepat menurun, lambat dalam merespons (gerakan
maupun jarak waktu). Selain itu, terjadi pengecilan saraf panca indra
dan menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan (Efendi dan
Makhfudli, 2009).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
15
7) Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai beberapa hal.
Misalnya, selaput lender vagina menjadi kering dan sekresi menurun
fungsinya, menciutnya atau mengecilnya ovari dan uterus. Selain itu,
terjadi atrofi payudara pada lansia perempuan. Pada lansia laki-laki,
terjadi penurunan yang berangsur-angsur pada fungsi produksi
sperma di testis (Dinata, 2015).
b. Perubahan Kognitif
Terdapat sembilan macam karakteristik perubahan kognitif pada
lansia. Secara umum, sembilan macam karakteristik tersebut mencakup
aspek mental, intelejensi atau kecerdasan, dan kemampuan berpikir.
Sembilan macam karakteristik tersebut di antaranya memory (daya ingat
atau ingatan), IQ (Intellegent Quocient), kemampuan belajar (learning),
kemampuan pemahaman (comprehension), pemecahan masalah
(problem solving), pengambilan keputusan (decission making),
kebijaksanaan (wisdom), kinerja (performance), dan motivasi (Azizah,
2011).
c. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual lansia ditandai dengan kebutuhan akan
kepercayaan dasar, kesadaram beragama yang senantiasa diulang untuk
membangkitkan kesadaran bahwa hidup adalah ibadah. Selain itu,
lansia cenderung lebih memiliki kebutuhan akan makna hidup. Lansia
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
16
juga membutuhkan pengisian keimanan dengan selalu teratur
mengadakan hubungan dengan Tuhan (Fitriani, 2016).
d. Perubahan Psikososial
Secara umum, terdapat empat aspek yang menandakan perubahan
psikososial pada lansia. Berikut uraian singkat dari masisng-masing
aspek tersebut.
1) Pensiun
Pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh transisi
dan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial.
Menurut Maryam, et. al. (2012), jika lansia merupakan pensiunan
PNS maka akan ada dana tabungan pension. Jika lansia bukan PNS,
maka anak dan cucu yang akan memberi uang.
2) Perubahan Aspek Kepribadian
Perubahan aspek kepribadian pada lansia diakibatkan oleh
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Menurut Maryam, et. al.
(2012), kemampuan belajar lansia relatif menurun. Lansia juga
mengalami penurunan daya ingat (memori) dikarenakan terjadinya
penurunan pada proses penerimaan informasi. Adapun Maryam, et.
al. (2012), menambahkan bahwa penurunan kecepatan lansia dalam
bergerak dilihat dari tes terhadap waktu, reaksi, dan keterampilan
saat menulis.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
17
3) Perubahan Dalam Peran Sosial Di Masyarakat
Perubahan dalam peran sosial lansia di masyarakat dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Rahman (2016), lansia
cenderung sadar tentang penurunan fungsi tubuh. Selain itu, timbul
perasaan rendah diri jika dibandingkan dengan orang yang lebih
muda.
4) Perubahan Minat
Tidak sebatas pada perubahan fisik dan mental saja, lansia juga
cenderung mengalami perubahan minat. Pertama, minat terhadap diri
sendiri semakin bertambah. Kedua, terjadinya pengurangan minat
terhadap penampilan. Ketiga, minat terhadap uang meningkat.
Keempat, cenderung menyempitnya kebutuhan terhadap kegiatan
rekreasi (Amin, 2016).
e. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Tanda terakhir dari perubahan yang dihadapi oleh lansia adalah
penurunan fungsi dan potensi seksual. Menurut Amin (2016), pada lansia,
sistem reproduksi sudah banyak mengalami perubahan. Oleh karena itu,
pada umumnya akan terjadi penurunan potensi seksual. Selain itu, terjadi
perubahan pada ciri-ciri seks sekunder, seperti perubahan suara, titik nada
tinggi, rambut, dan otot yang mulai melembek.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
18
B. Kognitif Pada Lansia
1. Teori Kognitif Lansia
Setelah orang memasuki lansia maka mengalami penurunan fungsi
kognitif. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian, dan lain-lain (Padila, 2013). Menurut Pratiwi, dan
Yekti (2017), Penurunan fungsi kognitif bukan penyakit, melainkan gejala
penyakit lain. Pada lansia, kemampuan organ tubuh, termasuk otak, telah
mengalami pelemahan. Hal ini hanya dapat diminimalisasi dampak
negatifnya, dengan memberikan dukungan terhadap penderita dan merawat
mereka.
Daya ingat merupakan salah satu karakteristik perubahan kognitif
lansia. Menurut Pandji (2012), daya ingat lansia dapat mengalami
penurunan. Karenanya, lansia sulit mengetahui keberadaan dirinya sendiri
dan sulit mengenal orang yang diajak bicara. Lansia juga mengalami
kemunduran kognitif, tidak berfungsinya ingatan dengan baik, ingatan
jangka panjang lebih baik dari jangka pendek, sering mengalami
disorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang.
2. Perubahan Kognitif Pada Lansia
Terdapat sembilan macam karakteristik perubahan kognitif pada
lansia Berikut uraian singkat dari masisng-masing karakteristik tersebut
yang menandakan perubahan kognitif pada lansia.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
19
a. Memory (Daya Ingat, Ingatan)
Pada lansia, daya ingat adalah salah satu fungsi kognitif yang
paling awal mengalami perubahan. Menurut Dulhadi (2017), lansia
akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kembali kejadian
yang tidak begitu menarik perhatiannya. Selain itu, lansia sulit untuk
melakukan pekerjaan yang membutuhkan ingatan kompleks atau rumit.
b. IQ (Intellegent Quocient)
IQ adalah sebuah cara sistematis untuk mengukur tingkat
kecerdasan seseorang dengan memberikan pertanyaan dan masalah
yang telah disusun sedemikian rupa. Namun, kecerdasan bukanlah
tentang seberapa banyak seseorang memiliki pengetahuan, tetapi lebih
pada seberapa cepat orang itu mampu menyerap pengetahuan baru
baginya (Paramesti, et. al., 2015). Dengan bertambahnya usia,
didapatkan penurunan berlanjut dalam kecepatan belajar, memproses
informasi baru sperti TV dan film, serta bereaksi terhadap stimulus
sederhana atau kompleks (Dulhadi, 2017). Namun, lansia tidak
mengalami perubahan yang berarti dalam informasi matematika, seperti
analisis, linier, dan sekuensial.
c. Kemampuan Belajar (Learning)
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku yang relative baik dalam berpikir, merasa, maupun
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
20
dalam bertindak (Susanto, 2013). Kemampuan belajar lansia menjadi
ciri umum perubahan kognitif. Lansia yang sehat dan tidak mengalami
demensia, masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Sesuai prinsip
belajar seumur hidup, bahwa menurut Jannah (2013), bahwa pendidikan
seumur hidup adalah proses pendidikan secara kontinyu berlangsung
tanpa batas waktu dan tempat, yang dimulai sejak lahir sampai akhir
hayat manusia.
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman merupakan suatu pengalaman mental yang
menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya. Pemahaman
juga dapat diartikan sebagai kemampuan mengaitkan informasi tentang
objek dnegan skema yang telah dimiliki sebelumnya (Susanto, 2015).
Dalam pelayanan yang ditujukan terhadap lansia, perawat harus dapat
menunjukkan kesiapan mendengarkan lansia, salah satunya adalah
mempertahankan kontak mata yang sejajar dengan mata lansia, tempat
duduk perawat tidak boleh lebih tinggi dari tempat duduk lansia. Selain
itu, kontak mata harus spontan dan wajar (Nugroho, 2009).
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Seiring bertambahnya usia, masalah yang mudah didapatkan
solusinya menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra
lansia. Menurut Ramdani (2015), apabila lansia tidak dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan dari keluarga
diberikan dengan cara memberi informasi, nasihat, dan petunjuk tentang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
21
cara penyelesaian masalah. Keluarga juga merupakan penyebar
informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan
semangat, serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari lansia.
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
Pengambilan keputusan dengan bantuan petugas harus
dibicarakan langsung dengan lansia, karena kaum tua tetap dalam posisi
dihormati. Menurut Saputri dan Yoyok (2012), dengan adanya
perubahan sosial pada lansia mengakibatkan peran sosialnya juga
berubah. Dimana kaum lansia tidak dihormati atau tidak disegani, tetapi
hanya ditolerir.
3. Upaya Peningkatan Kognitif Lansia
Salah satu intervensi keperawatan dalam pelayanan home care
nursing dalam peningkatan kognitif lansia yaitu dengan brain gym (senam
otak), yaitu serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan
tuntutan sehari-hari. Dalam pelaksanaannya, brain gym sangat praktis,
karena dapat dilakukan di mana saja. Timing dan frekuensi brain gym yang
paling efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia yaitu pada timing
10 menit/latihan dengan frekuensi latihan sebanyak 3 kali dalam sepekan
(Parellangi, 2018).
Perawat memegang peran penting dalam membantu lansia dengan
penurunan aspek kognitif, dengan menumbuhkan dan membina hubungan
saling percaya, saling bersosialisasi, dan mengadakan kegiatan yang
bersifat kelompok. Upaya mempertahankan fungsi kognitif pada lansia
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
22
adalah dengan menggunakan otak secara terus menerus dan diistirahatkan
dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan
bercerita sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan (Prasetyo, et. al., 2015).
Mengisi teka teki silang (TTS) merupakan cara menjaga daya ingat
yang bisa di lakukan para lansia, brain gym (senam otak) juga mampu
mempertahankankan bahkan meningkatkan kemampuan fungsi kognitif.
Menurut Parellangi (2018), upaya untuk menghambat kemunduran
kognitif akibat penuaan yaitu dengan melakukan brain gyn untuk
mempertahankan kesehatan otak. Brain gym mempunyai manfaat besar
karena meningkatkan aliran dan volume pasokan darah yang membawa
oksigen ke organ-organ tubuh terutama ke organ otak.
4. Karakteristik Penurunan Fungsi Kognitif Lansia
Penurunan fungsi kognitif lansia dapat diketahui dengan beberapa
karakteristik. Selain karakteristik fungsi kognitif itu sendiri, secara umum
terdapat tiga karakteristik lain, sebagai berikut:
a. Usia
Suatu penelitian pengukuran kognitif lansia menunjukkan skor
dibawah cut off skrining sebesar 16% pada umur 65-69, 21% pada 70-
74, 30% pada 75-79, dan 44% pada 80+. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan
fungsi kognitif (Aklima, et. al., 2016). Proses menua menyebabkan
gangguan fungsi kognitif, yang terlihat jelas pada daya ingat dan
kecerdasan. Dengan bertambahnya usia, ada penurunan pada kecepatan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
23
belajar, kecepatan memproses informasi baru, dan kecepatan bereaksi
terhadap rangsangan sekitarnya (Santoso dan Andar, 2009).
b. Pendidikan
Dalam suatu penelitian didapatkan hasil pengumpulan data
terhadap 32 responden lansia yang lebih dari setengahnya
berpendidikan menengah dan sebagian kecil berpendidikan tinggi,
namun demikian masih ada yang tidak berpendidikan formal. Dari
beberapa yang tidak berpendidikan formal dimungkinkan
mempengaruhi tingkat fungsi kognitif. Lansia pendidikan rendah tidak
lebih baik dibanding yang tinggi (Aklima, et. al., 2016).
c. Jenis Kelamin
Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif, yang
disebabkan peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi
kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang
berperan dalam fungsi belajar dan memori. Penurunan fungsi kognitif
dikaitkan dengan rendahnya level estradiol dalam tubuh. Estradiol
bersifat neuroprotektif yaitu dapat membatasi kerusakan akibat stress
oksidatif (Murtiyani, et. al., 2017).
5. MMSE (Mini Mental Status Examination)
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi
gangguan fungsi kognitif lansia dalam pelayanan home care nursing yaitu
dengan menggunakan Mini Mental Status Examination (MMSE). MMSE
merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
24
(Parellangi, 2018). Instrumen ini disebut “mini” karena terfokus pada
aspek kognitif fungsi mental. MMSE menilai sejumlah domain kognitif.
Instrumen ini direkomendasikan sebagai screening untuk penilaian
kognitif oleh American Academy of Neurology (AAN) (Murtiyani, et. al.,
2017).
MMSE merupakan salah satu bentuk pengkajian kognitif yang
banyak digunakan, meliputi konsentrasi, bahasa, orientasi, memori, dan
atensi, yang terdiri dari dua bagian, respon verbal dan mengkaji orientasi,
memori dan atensi, serta mengkaji kemampuan menulis kalimat,
menamakan objek, mengikuti perintah tertulis dan verbal, dan menyalin
gambar poligon kompleks (Dewi, 2014).
Menurut Muhith, dan Sandu (2016), Berikut adalah tabel MMSE.
Dimana MMSE merupakan Salah satu cara yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi gangguan fungsi kognitif lansia dengan skala terstruktur,
terdiri dari 30 poin dan dikelompokkan menjadi 7 kategori, yaitu orientasi
tempat, orientasi waktu, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat
kembali, dan bahasa. Berikut selengkapnya disajikan dalam tabel:
Tabel 2.1 Tabel MMSE (Mini Mental Status Examination)
No Aspek kognitif Nilai
Max
Nilai
Didapat Kriteria
1. Orientasi
5
Menyebutkan dengan benar:
1. Tahun
2. Musim
3. Tanggal
4. Hari
5. Bulan
2. Orientasi
5
Menyebutkan tempat keberadaan
kita :
1. Negara
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
25
2. Kota/Kabupaten
3. Provinsi
4. Panti
3. Registrasi 3 Sebutkan 3 nama objek
4. Perhatian dan kalkulasi 5
Berhitung 100 dikurangi 7 sampai
5 tingkat
5. Mengingat 3
Mengulangi menyebutkan objek
pada no.3
6. Bahasa
9
1. Tunjukan benda dan tanyakan
namanya
2. Buat kalimat dan minta klien
menirukan
3. Mengikuti perintah sebanyak 3
langkah
4. Minta untuk melakukan
gerakan
5. Minta untuk menulis
6. Minta untuk menyalin gambar
Total 30
Keterangan:
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 –23 : gangguan kognitif sedang
0 – 17 : gangguan kognitif berat
Sumber : Muhith, dan Sandu (2016)
6. SPMSQ (Short Portbale Mental Status Quistionnaire)
Selain MMSE, terdapat instrumen pengkajian fungsi kognitif yang
lain, salah satunya adalah Short Portbale Mental Status Quistionnaire
(SPMSQ). Menurut Sunaryo, et. al. (2016), SPMSQ digunakan untuk
mendeteksi tingkat intelektual yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang
orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan perawatan
diri, memori jauh, dan kemampuan matematis. Adapun, penilaian yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
26
digunakan pada instrumen ini adalah nilai 1 jika rusak/salah dan nilai 0
jika tidak rusak/benar, berikut selengkapnya disajikan dalam tabel:
Tabel 2.2 Tabel SPMSQ (Short Portbale Mental Status Quistionnaire) Benar Salah Nomor Pertanyaan
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Di mana alamat Anda?
5. Berapa anak Anda?
6. Kapan Anda lahir?
7. Siapakah Presiden Indonesia saat ini?
8. Siapakah Presiden Indonesia sebelumnya?
9. Siapakah nama ibu Anda?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru semua secara menurun
Jumlah
Keterangan:
Salah 0 sampai 3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4 sampai 5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 sampai 8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 sampai 10 : fungsi intelektual kerusakan berat
Sumber : Sunaryo, et. al. (2016)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--