BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan...

18
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lansia Lansia (geriatrik) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas karena adanya proses penuaan yang menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental, dan sosial (Parellangi, 2018). Lanjut usia dihadapkan dengan mitos yang menjauhkan dari lingkungan sosial. Berdasarkan berbagai mitos biologi di dalam hidupnya, lansia dianggap selalu mengeluh mengenai fisik dan penyakitnya. Jika dikaitkan dengan memori, perubahan memori pada lansia diakibatkan adanya perlambatan penembakan syaraf pada bagian otak tertentu. Hal ini menyebabkan tingkat respons tubuh menjadi lebih lambat (Sunaryo, et. al., 2016). 2. Konsep Menua Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam ataupun dari luar tubuh (Setyawati dan Eko, 2018). Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019 - -

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia (geriatrik) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60

tahun ke atas karena adanya proses penuaan yang menimbulkan berbagai

masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila umur tersebut atau proses

menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental, dan sosial

(Parellangi, 2018).

Lanjut usia dihadapkan dengan mitos yang menjauhkan dari

lingkungan sosial. Berdasarkan berbagai mitos biologi di dalam hidupnya,

lansia dianggap selalu mengeluh mengenai fisik dan penyakitnya. Jika

dikaitkan dengan memori, perubahan memori pada lansia diakibatkan

adanya perlambatan penembakan syaraf pada bagian otak tertentu. Hal ini

menyebabkan tingkat respons tubuh menjadi lebih lambat (Sunaryo, et. al.,

2016).

2. Konsep Menua

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

ataupun dari luar tubuh (Setyawati dan Eko, 2018). Menua adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

10

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Bandiyah, 2009).

Terdapat dua faktor yang memengaruhi proses penuaan, genetik dan

lingkungan. Faktor genetik melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap

stres, dan pertahanan terhadap antioksidan. Faktor lingkungan meliputi

pemasukan kalori, berbagai macam penyakit, dan stres dari luar (Sunaryo,

et. al., 2016).

3. Batasan Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahap lansia.

Pertama usia pertengahan (middleage), rentang usia 45-59 tahun. Kedua

yaitu lanjut usia (elderly), rentang usia 60-74 tahun. Ketiga yaitu lanjut

usia tua (old), rentang usia 75-90 tahun. Keempat yaitu usia sangat tua

(veryold), di atas usia 90 tahun (Parellangi, 2018). Menurut Pandji (2012),

batasan lansia dapat diketahui dari dua jenis batasan umur. Pertama, tolak

ukur lansia adalah yang berumur 60 tahun ke atas. Kedua, dikelompokkan

menjadi tiga kelompok umur, yaitu lansia awal (45-54 tahun), pra lansia

(55-59 tahun), dan lansia 60 tahun ke atas.

Menurut Dra. Jos Masdani, lansia merupakan kelanjutan usia

dewasa. Kedewasaan dibagi menjadi empat fase. Fase juventus, rentang

usia 25-40 tahun. Fase virilitas antara 40-55 tahun. Fase presenium,

rentang usia 55-65 tahun. Terakhir, fase senium, yaitu usia 65 tahun ke

atas (Efendi dan makhfudli, 2009).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

11

4. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Maryam (2012), jika lansia pada tahap tumbuh kembang

sebelum usia lanjut melakukan kegiatan sehari-hari secara teratur dan baik

serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitar, maka

akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap

perkembangan sebelumnya. Adapun, tugas perkembangan lansia, meliputi:

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

Lansia harus mampu bersiap diri dan terbiasa dengan perubahan

kondisi, baik kesehatan maupun fisik. Seiring terjadinya penuaan,

perubahan penampilan dan fungsi merupakan suatu yang normal.

b. Mempersiapkan diri untuk masa pensiun

Secara umum, masa pensiun akan datang, cepat atau lambat.

Maka lansia perlu beradaptasi, karena hilangnya peran bekerja.

Bagaimanapun, pensiunan telah diantisipasi sebelumnya.

c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya

Interaksi sosial pada sebuagian besar lansia akan cenderung

menurun. Oleh karena itu, perlu ada usaha unutk menjaga hubungan

baik dengan teman sejawat dengan menyesuaikan dan memposisikan

diri sebagai seorang lansia.

d. Mempersiapkan kehidupan baru

Lansia harus sesegera mungkin belajar untuk menerima aktivitas

dan minat baru dalam mempertahankan kualitas hidupnya. Lansia yang

sebelumnya aktif, sepanjang hidupnya relatif mudah untuk bertemu

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

12

dengan orang baru dan mendapatkan minat baru. Tetapi, seseorang

yang introvert dengan sosialisasi terbatas, akan dihadapkan dengan

kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial secara santai

Sebagian lansia mendapati suatu kesulitan dalam penerimaan diri

selama penuaan. Oleh karena itu, lansia dapat mengubah rencana

kehidupannya. Misalnya, kerusakan fisik mengharuskan pindah ke

rumah yang lebih kecil.

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya

Kematian akan datang tanpa diundang, dan sudah sepantasnya

dipersiapkan. Namun, ada lansia dihadapkan pada kematian pasangan.

Kondisi kehilangan tersebut sering sulit untuk diselesaikan. Maka perlu

adanya bantuan untuk lansia dalam melewati proses berduka tersebut.

5. Perubahan Pada Lansia

Sekarang sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak

berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja

atau kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia

berkembang terjadi perubahan-perubahan (Maramis, 2016). Adapun

beberapa perubahan yang terjadi pada lansia, yaitu:

a. Perubahan Fisik

Secara umum, terdapat tujuh macam sistem yang menandakan

perubahan fisik pada lansia, yaitu:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

13

1) Sistem Indra

Perubahan sistem penglihatan pada lansia yaitu respons

terhadap sinar menurun. Lansia juga kesulitan beradaptasi dengan

kondisi gelap. Selain itu, terjadi penurunan akomodasi penglihatan,

lapang pandang menurun, dan potensi terkena penyakit katarak

meningkat (Maryam, et. al., 2012).

2) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan muskuloskeletal lansia terjadi secara bertahap yang

mencakup beberapa hal, yaitu pengeroposan tulang, serta penurunan

kekuatan dan daya tahan otot. Sel otot mengalami atrofi

(kemunduran fungsi dan ukuran sel), kemudian digantikan oleh

lemak. Tulang tidak lagi dapat mengganti jaringannya secepat seperti

saat muda. Salah satu faktor penuaan pada sistem musculoskeletal

adalah nyeri sendi (Rosdahl, 2014).

3) Sistem Kardiovaskular

Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular lansia dapat

diketahui dari organ jantung dan pembuluh darah. Pada jantung kiri

lansia mengalami pengecilan karena rendahnya beban kerja, terjadi

penebalan dan kekakuan pada katup jantung, serta terdapatnya

jaringan ikat pada sistem hantaran khusus jantung. Hal tersebut

berakibat pada penurunan kontraktilitas miokardium, lamanya waktu

pompa ventrikel kiri, dan perlambatan sistem hantaran jantung

(Dinata, 2015).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

14

4) Sistem Pencernaan dan Metabolisme

Lansia memiliki sistem pencernaan yang tidak sesempurna

seperti saat muda. Fungsi sistem pencernaan yang menurun

memerlukan asupan makanan dengan tekstur lembut agar mudah

dicerna (Sutomo, 2016). Hal tersebut dikarenakan sebagian besar

lansia akan kehilangan gigi. Menurut Santoso dan Andar (2009),

lansia juga sering merasa tidak lapar dan lambung terasa penuh.

Banyaknya perubahan pada saluran pencernaan lansia menyebabkan

timbulnya gangguan gizi.

5) Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan lansia terjadi perubahan yang cukup

signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, seperti

ukuran ginjal mengecil, nefron menjadi atropi, aliran darah menurun

sampai 50%. Selain itu, terjadi penurunan fungsi tubulus yang

menyebabkan urin kurang pekat. Ginjal pada lansia juga mengalami

peningkatan ambang batas terhadap glukosa (Dinata, 2015).

6) Sistem Saraf

Perubahan yang terjadi pada sistem saraf lansia yaitu hubungan

persarafan cepat menurun, lambat dalam merespons (gerakan

maupun jarak waktu). Selain itu, terjadi pengecilan saraf panca indra

dan menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan (Efendi dan

Makhfudli, 2009).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

15

7) Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai beberapa hal.

Misalnya, selaput lender vagina menjadi kering dan sekresi menurun

fungsinya, menciutnya atau mengecilnya ovari dan uterus. Selain itu,

terjadi atrofi payudara pada lansia perempuan. Pada lansia laki-laki,

terjadi penurunan yang berangsur-angsur pada fungsi produksi

sperma di testis (Dinata, 2015).

b. Perubahan Kognitif

Terdapat sembilan macam karakteristik perubahan kognitif pada

lansia. Secara umum, sembilan macam karakteristik tersebut mencakup

aspek mental, intelejensi atau kecerdasan, dan kemampuan berpikir.

Sembilan macam karakteristik tersebut di antaranya memory (daya ingat

atau ingatan), IQ (Intellegent Quocient), kemampuan belajar (learning),

kemampuan pemahaman (comprehension), pemecahan masalah

(problem solving), pengambilan keputusan (decission making),

kebijaksanaan (wisdom), kinerja (performance), dan motivasi (Azizah,

2011).

c. Perubahan Spiritual

Perubahan spiritual lansia ditandai dengan kebutuhan akan

kepercayaan dasar, kesadaram beragama yang senantiasa diulang untuk

membangkitkan kesadaran bahwa hidup adalah ibadah. Selain itu,

lansia cenderung lebih memiliki kebutuhan akan makna hidup. Lansia

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

16

juga membutuhkan pengisian keimanan dengan selalu teratur

mengadakan hubungan dengan Tuhan (Fitriani, 2016).

d. Perubahan Psikososial

Secara umum, terdapat empat aspek yang menandakan perubahan

psikososial pada lansia. Berikut uraian singkat dari masisng-masing

aspek tersebut.

1) Pensiun

Pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh transisi

dan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial.

Menurut Maryam, et. al. (2012), jika lansia merupakan pensiunan

PNS maka akan ada dana tabungan pension. Jika lansia bukan PNS,

maka anak dan cucu yang akan memberi uang.

2) Perubahan Aspek Kepribadian

Perubahan aspek kepribadian pada lansia diakibatkan oleh

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Menurut Maryam, et. al.

(2012), kemampuan belajar lansia relatif menurun. Lansia juga

mengalami penurunan daya ingat (memori) dikarenakan terjadinya

penurunan pada proses penerimaan informasi. Adapun Maryam, et.

al. (2012), menambahkan bahwa penurunan kecepatan lansia dalam

bergerak dilihat dari tes terhadap waktu, reaksi, dan keterampilan

saat menulis.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

17

3) Perubahan Dalam Peran Sosial Di Masyarakat

Perubahan dalam peran sosial lansia di masyarakat dapat

disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Rahman (2016), lansia

cenderung sadar tentang penurunan fungsi tubuh. Selain itu, timbul

perasaan rendah diri jika dibandingkan dengan orang yang lebih

muda.

4) Perubahan Minat

Tidak sebatas pada perubahan fisik dan mental saja, lansia juga

cenderung mengalami perubahan minat. Pertama, minat terhadap diri

sendiri semakin bertambah. Kedua, terjadinya pengurangan minat

terhadap penampilan. Ketiga, minat terhadap uang meningkat.

Keempat, cenderung menyempitnya kebutuhan terhadap kegiatan

rekreasi (Amin, 2016).

e. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Tanda terakhir dari perubahan yang dihadapi oleh lansia adalah

penurunan fungsi dan potensi seksual. Menurut Amin (2016), pada lansia,

sistem reproduksi sudah banyak mengalami perubahan. Oleh karena itu,

pada umumnya akan terjadi penurunan potensi seksual. Selain itu, terjadi

perubahan pada ciri-ciri seks sekunder, seperti perubahan suara, titik nada

tinggi, rambut, dan otot yang mulai melembek.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

18

B. Kognitif Pada Lansia

1. Teori Kognitif Lansia

Setelah orang memasuki lansia maka mengalami penurunan fungsi

kognitif. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,

pengertian, perhatian, dan lain-lain (Padila, 2013). Menurut Pratiwi, dan

Yekti (2017), Penurunan fungsi kognitif bukan penyakit, melainkan gejala

penyakit lain. Pada lansia, kemampuan organ tubuh, termasuk otak, telah

mengalami pelemahan. Hal ini hanya dapat diminimalisasi dampak

negatifnya, dengan memberikan dukungan terhadap penderita dan merawat

mereka.

Daya ingat merupakan salah satu karakteristik perubahan kognitif

lansia. Menurut Pandji (2012), daya ingat lansia dapat mengalami

penurunan. Karenanya, lansia sulit mengetahui keberadaan dirinya sendiri

dan sulit mengenal orang yang diajak bicara. Lansia juga mengalami

kemunduran kognitif, tidak berfungsinya ingatan dengan baik, ingatan

jangka panjang lebih baik dari jangka pendek, sering mengalami

disorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang.

2. Perubahan Kognitif Pada Lansia

Terdapat sembilan macam karakteristik perubahan kognitif pada

lansia Berikut uraian singkat dari masisng-masing karakteristik tersebut

yang menandakan perubahan kognitif pada lansia.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

19

a. Memory (Daya Ingat, Ingatan)

Pada lansia, daya ingat adalah salah satu fungsi kognitif yang

paling awal mengalami perubahan. Menurut Dulhadi (2017), lansia

akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kembali kejadian

yang tidak begitu menarik perhatiannya. Selain itu, lansia sulit untuk

melakukan pekerjaan yang membutuhkan ingatan kompleks atau rumit.

b. IQ (Intellegent Quocient)

IQ adalah sebuah cara sistematis untuk mengukur tingkat

kecerdasan seseorang dengan memberikan pertanyaan dan masalah

yang telah disusun sedemikian rupa. Namun, kecerdasan bukanlah

tentang seberapa banyak seseorang memiliki pengetahuan, tetapi lebih

pada seberapa cepat orang itu mampu menyerap pengetahuan baru

baginya (Paramesti, et. al., 2015). Dengan bertambahnya usia,

didapatkan penurunan berlanjut dalam kecepatan belajar, memproses

informasi baru sperti TV dan film, serta bereaksi terhadap stimulus

sederhana atau kompleks (Dulhadi, 2017). Namun, lansia tidak

mengalami perubahan yang berarti dalam informasi matematika, seperti

analisis, linier, dan sekuensial.

c. Kemampuan Belajar (Learning)

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan

sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,

pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya

perubahan perilaku yang relative baik dalam berpikir, merasa, maupun

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

20

dalam bertindak (Susanto, 2013). Kemampuan belajar lansia menjadi

ciri umum perubahan kognitif. Lansia yang sehat dan tidak mengalami

demensia, masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Sesuai prinsip

belajar seumur hidup, bahwa menurut Jannah (2013), bahwa pendidikan

seumur hidup adalah proses pendidikan secara kontinyu berlangsung

tanpa batas waktu dan tempat, yang dimulai sejak lahir sampai akhir

hayat manusia.

d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman merupakan suatu pengalaman mental yang

menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya. Pemahaman

juga dapat diartikan sebagai kemampuan mengaitkan informasi tentang

objek dnegan skema yang telah dimiliki sebelumnya (Susanto, 2015).

Dalam pelayanan yang ditujukan terhadap lansia, perawat harus dapat

menunjukkan kesiapan mendengarkan lansia, salah satunya adalah

mempertahankan kontak mata yang sejajar dengan mata lansia, tempat

duduk perawat tidak boleh lebih tinggi dari tempat duduk lansia. Selain

itu, kontak mata harus spontan dan wajar (Nugroho, 2009).

e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Seiring bertambahnya usia, masalah yang mudah didapatkan

solusinya menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra

lansia. Menurut Ramdani (2015), apabila lansia tidak dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan dari keluarga

diberikan dengan cara memberi informasi, nasihat, dan petunjuk tentang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

21

cara penyelesaian masalah. Keluarga juga merupakan penyebar

informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan

semangat, serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari lansia.

f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)

Pengambilan keputusan dengan bantuan petugas harus

dibicarakan langsung dengan lansia, karena kaum tua tetap dalam posisi

dihormati. Menurut Saputri dan Yoyok (2012), dengan adanya

perubahan sosial pada lansia mengakibatkan peran sosialnya juga

berubah. Dimana kaum lansia tidak dihormati atau tidak disegani, tetapi

hanya ditolerir.

3. Upaya Peningkatan Kognitif Lansia

Salah satu intervensi keperawatan dalam pelayanan home care

nursing dalam peningkatan kognitif lansia yaitu dengan brain gym (senam

otak), yaitu serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan

tuntutan sehari-hari. Dalam pelaksanaannya, brain gym sangat praktis,

karena dapat dilakukan di mana saja. Timing dan frekuensi brain gym yang

paling efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia yaitu pada timing

10 menit/latihan dengan frekuensi latihan sebanyak 3 kali dalam sepekan

(Parellangi, 2018).

Perawat memegang peran penting dalam membantu lansia dengan

penurunan aspek kognitif, dengan menumbuhkan dan membina hubungan

saling percaya, saling bersosialisasi, dan mengadakan kegiatan yang

bersifat kelompok. Upaya mempertahankan fungsi kognitif pada lansia

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

22

adalah dengan menggunakan otak secara terus menerus dan diistirahatkan

dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan

bercerita sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan (Prasetyo, et. al., 2015).

Mengisi teka teki silang (TTS) merupakan cara menjaga daya ingat

yang bisa di lakukan para lansia, brain gym (senam otak) juga mampu

mempertahankankan bahkan meningkatkan kemampuan fungsi kognitif.

Menurut Parellangi (2018), upaya untuk menghambat kemunduran

kognitif akibat penuaan yaitu dengan melakukan brain gyn untuk

mempertahankan kesehatan otak. Brain gym mempunyai manfaat besar

karena meningkatkan aliran dan volume pasokan darah yang membawa

oksigen ke organ-organ tubuh terutama ke organ otak.

4. Karakteristik Penurunan Fungsi Kognitif Lansia

Penurunan fungsi kognitif lansia dapat diketahui dengan beberapa

karakteristik. Selain karakteristik fungsi kognitif itu sendiri, secara umum

terdapat tiga karakteristik lain, sebagai berikut:

a. Usia

Suatu penelitian pengukuran kognitif lansia menunjukkan skor

dibawah cut off skrining sebesar 16% pada umur 65-69, 21% pada 70-

74, 30% pada 75-79, dan 44% pada 80+. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan

fungsi kognitif (Aklima, et. al., 2016). Proses menua menyebabkan

gangguan fungsi kognitif, yang terlihat jelas pada daya ingat dan

kecerdasan. Dengan bertambahnya usia, ada penurunan pada kecepatan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

23

belajar, kecepatan memproses informasi baru, dan kecepatan bereaksi

terhadap rangsangan sekitarnya (Santoso dan Andar, 2009).

b. Pendidikan

Dalam suatu penelitian didapatkan hasil pengumpulan data

terhadap 32 responden lansia yang lebih dari setengahnya

berpendidikan menengah dan sebagian kecil berpendidikan tinggi,

namun demikian masih ada yang tidak berpendidikan formal. Dari

beberapa yang tidak berpendidikan formal dimungkinkan

mempengaruhi tingkat fungsi kognitif. Lansia pendidikan rendah tidak

lebih baik dibanding yang tinggi (Aklima, et. al., 2016).

c. Jenis Kelamin

Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif, yang

disebabkan peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi

kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang

berperan dalam fungsi belajar dan memori. Penurunan fungsi kognitif

dikaitkan dengan rendahnya level estradiol dalam tubuh. Estradiol

bersifat neuroprotektif yaitu dapat membatasi kerusakan akibat stress

oksidatif (Murtiyani, et. al., 2017).

5. MMSE (Mini Mental Status Examination)

Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi

gangguan fungsi kognitif lansia dalam pelayanan home care nursing yaitu

dengan menggunakan Mini Mental Status Examination (MMSE). MMSE

merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

24

(Parellangi, 2018). Instrumen ini disebut “mini” karena terfokus pada

aspek kognitif fungsi mental. MMSE menilai sejumlah domain kognitif.

Instrumen ini direkomendasikan sebagai screening untuk penilaian

kognitif oleh American Academy of Neurology (AAN) (Murtiyani, et. al.,

2017).

MMSE merupakan salah satu bentuk pengkajian kognitif yang

banyak digunakan, meliputi konsentrasi, bahasa, orientasi, memori, dan

atensi, yang terdiri dari dua bagian, respon verbal dan mengkaji orientasi,

memori dan atensi, serta mengkaji kemampuan menulis kalimat,

menamakan objek, mengikuti perintah tertulis dan verbal, dan menyalin

gambar poligon kompleks (Dewi, 2014).

Menurut Muhith, dan Sandu (2016), Berikut adalah tabel MMSE.

Dimana MMSE merupakan Salah satu cara yang dapat digunakan dalam

mengidentifikasi gangguan fungsi kognitif lansia dengan skala terstruktur,

terdiri dari 30 poin dan dikelompokkan menjadi 7 kategori, yaitu orientasi

tempat, orientasi waktu, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat

kembali, dan bahasa. Berikut selengkapnya disajikan dalam tabel:

Tabel 2.1 Tabel MMSE (Mini Mental Status Examination)

No Aspek kognitif Nilai

Max

Nilai

Didapat Kriteria

1. Orientasi

5

Menyebutkan dengan benar:

1. Tahun

2. Musim

3. Tanggal

4. Hari

5. Bulan

2. Orientasi

5

Menyebutkan tempat keberadaan

kita :

1. Negara

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

25

2. Kota/Kabupaten

3. Provinsi

4. Panti

3. Registrasi 3 Sebutkan 3 nama objek

4. Perhatian dan kalkulasi 5

Berhitung 100 dikurangi 7 sampai

5 tingkat

5. Mengingat 3

Mengulangi menyebutkan objek

pada no.3

6. Bahasa

9

1. Tunjukan benda dan tanyakan

namanya

2. Buat kalimat dan minta klien

menirukan

3. Mengikuti perintah sebanyak 3

langkah

4. Minta untuk melakukan

gerakan

5. Minta untuk menulis

6. Minta untuk menyalin gambar

Total 30

Keterangan:

24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif

18 –23 : gangguan kognitif sedang

0 – 17 : gangguan kognitif berat

Sumber : Muhith, dan Sandu (2016)

6. SPMSQ (Short Portbale Mental Status Quistionnaire)

Selain MMSE, terdapat instrumen pengkajian fungsi kognitif yang

lain, salah satunya adalah Short Portbale Mental Status Quistionnaire

(SPMSQ). Menurut Sunaryo, et. al. (2016), SPMSQ digunakan untuk

mendeteksi tingkat intelektual yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang

orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan perawatan

diri, memori jauh, dan kemampuan matematis. Adapun, penilaian yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repositoryrepository.umtas.ac.id/9/4/BAB II Agistia Awalina Milad.pdfdan perubahan peran yang dapat menimbulkan stres psikososial. Menurut Maryam, et. al.

26

digunakan pada instrumen ini adalah nilai 1 jika rusak/salah dan nilai 0

jika tidak rusak/benar, berikut selengkapnya disajikan dalam tabel:

Tabel 2.2 Tabel SPMSQ (Short Portbale Mental Status Quistionnaire) Benar Salah Nomor Pertanyaan

1. Tanggal berapa hari ini?

2. Hari apa sekarang?

3. Apa nama tempat ini?

4. Di mana alamat Anda?

5. Berapa anak Anda?

6. Kapan Anda lahir?

7. Siapakah Presiden Indonesia saat ini?

8. Siapakah Presiden Indonesia sebelumnya?

9. Siapakah nama ibu Anda?

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari

setiap angka baru semua secara menurun

Jumlah

Keterangan:

Salah 0 sampai 3 : fungsi intelektual utuh

Salah 4 sampai 5 : fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 sampai 8 : fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 sampai 10 : fungsi intelektual kerusakan berat

Sumber : Sunaryo, et. al. (2016)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--